06410088 devi nur avita

Upload: ferdyanzah-d-kizehozard

Post on 19-Jul-2015

208 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Lansia(lanjutusia)bukansuatupenyakittapitahaplanjutdariproses kehidupanmanusia,walaupunbukanpenyakittetapikondisiinidapat menimbulkan masalah fisik, sosial dan mental. Kaum lansia sering dianggap tidak berdaya,sakit-sakitan,tidakproduktifdansebagainya.Tidakjarangmereka diperlakukansebagaibebankeluarga,masyarakat,hingganegara.Orangyang sudahlanjutusiaseringkalimendapatperlakuanyangsebenarnyatidakmereka inginkan, misalnya selalu disuruh duduk saja. Apa yang orang muda lakukan pada mereka yang sudah lansia sebenarnya suatu kesalahan (Bali Post, 2 Juni 2002).PenelitianyangdilakukanolehSantosomenunjukanbahwasebagian besarorangusialanjutdalamkehidupannyamasihmampumengisihari-hari tuanya dengan berbagaikegiatan seperti kegiatan spiritual keagamaan, mengasuh cucu, memantau pekerjaan sehari-hari, membuatkerajinan seperti menyulam dan lain-lain (Bali Post, Juni 2002).JumlahlansiadiIndonesiasekaranginimenempatiperingkatkeempat duniadenganpendudukorangberusialanjutterbanyakdiDuniadibawahCina, India,danAmerikaSerikat.BerdasarkandatadariBPSpendudukoranglanjut usia(60tahunkeatas)cenderungmeningkat.Jumlahpendudukoranglanjutusia diIndonesiatahun2000adalah17.767.709orangatau7,97%darijumlah pendudukIndonesia.Padatahun2010diprediksikanjumlahoranglanjutusia meningkatmenjadi9,58%danpadatahun2020sebesar11,20%.Peningkatan 2 populasi lanjut usia secara potensial dapat menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhikelompokpenduduklainnya.MasalahLanjutUsiaakandihadapi olehsetiapinsandanakanberkembangmenjadimasalahyanglebihkompleks (Hardwinoto dan Tony, 2005:xviii).Permasalahan lansia menjadi kompleks salah satunya dikarenakan lansia mengalamipenurunankondisifisikdisertaidenganberbagimacampenyakit,hal tersebutakanmemunculkankeinginanlansiauntuklebihdiperhatikanoleh keluarga.HasilstudikasusyangtelahdilakukanolehSantosomembuktikan bahwalansiamerasatidaknyamansaatkondisinyasedangdrop(kesehatan menurun),lansiaseringmengeluhtidakdiperhatikansertacenderung memperhatikan perilakunya seperti pola makan yang sangat diatur (Bali Post, Juni 2002). Para lansia ketika itu menghadapi keadaan dimana semua anak dan orang terdekatmerekaharusbekerjaatauberkarier.Inilahdilemayangterjadi, dihadapkannyaseseorangpadasuatupilihanyangsulit,dimanakeluarga mengalami situasi yang tidak memungkinkan untuk merawat sendiri ayah dan ibu yangtelahsenjakarenaalasanpekerjaandankesibukanlainnya,membuat keluarga tidak memiliki waktu untuk lebih banyak bersama kedua orang tua. Hal itu menunjukan bahwa tidak adayang bisa diaharapkan dan mau melayani lansia ketikamerekamembutuhkandanmengalamiketidakberdayaan,olehkarenaitu tidak jarang para lansia dititipkan di panti-panti sosial oleh anak-anak mereka.PemindahanlansiakePantiSosialdapatmengancamkeharmonisan dalamkehidupanlansiaataubahkanseringmenimbulkanmasalahyangserius 3 dalamkehidupannya.Beradadilingkunganyangasingdanjauhdariorang terdekatdengankondisikesehatanmenurunmerupakansuatuancamanbagi lansia.Halitumenimbulkanketakutan-ketakutandanberbagaimacamperasaan lainnya.Ketakutanyangdimaksudmisalnyatakutkesepian,tidakdiperdulikan, kurang kasih sayang dari keluarga, kekosongan, rasa tidak dibutuhkan lagi, selain ituketakutanyangsangatmelekatpadamasalansiaadalahketakutanakan datangnya kematian sebagai konsekunsi dari kondisi fisiknya yang menurun.UPT(UnitPelaksanaanTeknis)PelayananLanjutUsiaPasuruanadalah salahsatuwadahdariDinasSosialJawaTimurbagiparalansiayangtidaklagi tinggalbersamakeluarganya.Hasilwawancaramenunjukkanbermacamalasan para lansia bisa tinggal di panti sosial tersebut, misalnya ada yang hasil tangkapan polisidalamrentangusia55-70tahunkarenatidakmemilikiidentitasdiri,ada yangditelantarkananaknya,tidakmemilikisanaksaudarasatupundanlain sebagainya. Perbedaan latar belakang sosial, kepercayaan dan segala pengalaman hiduptelahmembentuktingkatanspiritualitasmasing-masinglansia,akantetapi meskipunberbeda-bedatingkatanspiritualnya,lansiamasihsama-sama mengalami ketakutan akan menghadapi kematian. Kehidupanberlangsungtanpadisadaridaridetikkedetiksemakin mendekatkan manusia dengan kematian. Setiap makhluk tidak terkecuali manusia yangpernahhidupdimukabumiiniditakdirkanuntukmati.Sepertiyang tercantum dalam ayat berikut ini: 4 . %{ $9 MakaAllahmengilhamkankepadajiwaitu(jalan)kefasikandan ketaqwaannya,(8)sesungguhnyaberuntunglahorangyangmensucikan jiwa itu, (9) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (10). (As-Syams:8-10). Pada ayatmenunjukkan bahwa Allah memberi manusia jiwa, yang mana setiap jiwa manusia telah diberi potensi yangmengarahpadakeburukan(negatif)dankebaikan(positif).Potensi yangmengarahkepadakebaikanmenurutKhalilKhavariadalahdimensi darikecerdasanspiritualyangbelumterasah,yangdapatmembangkitkan semangatuntukmencapaikesejahteraanyangdimilikisemuaorang.Oleh karenaitusemuatergantungpadamanusianyasendiri,jalanapayang mereka pilih untuk memanfaatkan potensinya. Pada ayatmenunjukan bahwa orangyang mengasahdanmenjadikanpotensipositiftersebutsebagaibekaluntuk senantiasaberpegangkepadaprinsipyangbenaryaitusesuaihati nuraninya,makaiaakandapatmenempatkandiridanhiduplebihpositif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki. Pada ayatmenunjukan bahwa orang yang tidakmengasahpotensipositifnyadenganbaik,makaakansulitmenjalani $1)? $g $ ;' $8. x=& % $9 >%{ % 40 kehidupan,karenamerekatidakmampumenghadapidanmemecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaannya.b.Kecemasan Menghadapi KematianKematiandalamAl-Quranmerupakanperistitiwaterputusnya hubunganantaranyawa(ruh)denganbadansertatidakberfungsinya tubuhuntukberamal.Kematianadalahperpindahandariduniamenuju akhirat,meninggalkanmakan,minumdanpakaian.Sertaperpindahan darimukabumimenujuperutbumidanmeninggalkanduniamenuju alam barzakh (Sad Bin Said Al Hujri. 2007:12). Allah berfirman dalam Al-Quran : $& #3? `3.` V9# 9 . l`/ .........Dimanasajakamuberada,kematianakanmendapatkankamu, kendatipunkamudidalambentengyangTinggilagikokoh(Annisa: 78). Ayatdiatasmenunjukanbahwakematiansangatmenakutkanbagi manusia,sehinggatidakjarangbanyakmanusiamenghindari pembicaraantentanghal-halyangmengingatkanmerekapadakematian. Sedikit sekali manusiayang menerima adanya kematian. Manusia sangat beratmeninggalkanhidupini,halinidapatdilihatdalamFirmanAllah dibawah ini : 41 fG9 m& $9# ? m %!# #.&n& 9 `` #9& $ nm/ >#9# & ` !# / $/ = Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling lobakepadakehidupan(didunia),bahkan(lebihlobalagi)dariorang-orangmusyrik.masing-masingmerekainginagardiberiumurseribu tahun,padahalumurpanjangitusekali-kalitidakakanmenjauhkannya daripadasiksa.AllahMahamengetahuiapayangmerekakerjakan.(Al-Baqarah:96). Ayatdiatasmenunjukanbahwamanusiamemilikikeinginanuntuk hidupkekaldaninginmempertahankanhidupnya,halitudisebabkan karenaumurmanusiatidaksepanjangharapandancita-citanya.Oleh karenaitumanusiaberusahauntukmemberontakjikamembahassoal kematian yang pasti akan tiba. Allah berfirman dalam Al-quran ; N%` 3 N9# ,t:$/79 $ M. tB Dandatanglahsakaratulmautdengansebenar-benarnya.Itulahyang kamu selalu lari daripadanya (Qaaf:19). Pada ayatmenunjukan bahwa kehidupan berlangsungtanpadisadarimendekatkanmanusiadengandatangya kematian.MenurutPattison,ketikaseseorangmengetahuibahwa kematiannyasemakinmendekat,makafasepertamayangdialamiadalah N9# 3N %` 42 faseakut.Faseakutiniadalahfasedimanaseseorangmengalamipuncak kecemasan terhadap kematiannya yang semakin mendekat.Pada ayatmenunjukan bahwa kematian telah benar-benar tiba.DalamteoriPattisonfase,faseinidisebutfaseterminal,yaitufase dimanaindiviumenerimakenyataanbahwaiaberadapadasebuahproses dying trajectory atau waktu menuju kematian telah tiba. Pada ayat menunjukan bahwa penerimaan manusiaterhadapkenyataanadanyakematianmenghasilkandampak psikologisbagidirimerekayaitukecemasandanketakutanyangdiringi dengan proses emosi yang lain. Proses emosi tersebut bisa berupa perasaan tidak mampu,penyangkalan, marah, tawar menawar, takut, menyesal dan sedih jika mereka dihadapkan pada kematian. 2.InventarisasiAyatAl-QuranTentangKecerdasanSpiritualdan Kecemasan Menghadapi Kematian Tabel 2.1.Intervensi Ayat Tentang Kecerdasan Spiritual NoTeksArtiMaknaSumberJumlah 1. 1? Mensucikan menjadikanpotensi positif sebagai prinsip hidupuntuk menentukan tindakan. Faathir:18, Asy Syams:9, Al Ala:1, Al Jumuah:2, Shaad:46, Ali Imran:42,77, Al Ankabut: 45, At Taubah:103, Al Anfaal:11, Al Baqarah:30,129,151,1717 tB M.$ 79 ,t:$/ 43 4,222, Al Maa'idah:41, Al A'raaf:822. )G9# ## # Takwakalimatyang menghimpunsemua perbuatanyang menjadikewajiban danmeninggalkan segala larangan Al Fath:26, Al Baqarah:197, Ar Ra'd:35, Maryam:85, Al Baqarah:237, Al A'raaf:26, Al Maa'idah:8,2, Ali 'Imran:102, Al Mujaadilah:9, Al Lail:92, At Taubah:108, 109, Al Hujuraat:13 14 3.}# Imansumberenergijiwa manusiayangselalu memberikan kekuatanuntuk bergerakkearah perbuatanyang positif.Al Hujuraat:14,11, Al A'raaf:153, Al An'aam:82,158, Asy Syuura:52, Al Mu'min:85, Al Ahzab:22, As Sajdah:29, Ibrahim:27, Al Anfaal:2, An Nisaa':150,46, Ali 'Imran:193,177, Al Baqarah:108, 15 44 Tabel 2.2Intervensi Ayat Tentang Kecemasan Menghadapi Kematian NoTeksArtiMaknaSumberJumlah 1. N9#n Takut mati Hampirsemuamanusia takutakankematian, kemudianmunculfase responyangakandilalui manusiaketika menghadapi kematian Al Baqarah:19,243 2 2. N9#3Sakaratul maut Keadaandimanamanusia semakindekatdengan kematian,yangmanahal ituakanmenimbulkan dampak psikologis Qaaf:19 1 3. `? N9# Melarikan diridari kematian Melarikandiriadalah salah satu manifestasi dari penolakan,,keetakutan dankecemasan menghadapi kematian Al Ahzab:16, Al Jumu'ah:8 2 4. N9#%` Datangnya kematian Datangnyamauttidak dapatditawarlagidan manusiasedikitdemi sedikitbisamenerima kematian Al An'aam:61, Al Mu'minuun:99, 2 45 . $1?)G9# ## #}#N9#= 9#N9#n N9#3`N9# ? N9#%`3.Figurisasi Kecerdasan Spiritual dan Kecemasan Menghadapi Kematian Gambar 2.2. Figurisasi Kecerdasan Spiritual

Gambar 2.3.Figurisasi Kecemasan Menghadapi Kematian 4.KesimpulanKonseptualTentangKecerdasanSpiritualdanKecemasan Menghadapi Kematian Aspek-aspekkecerdasanspiritualtelahbanyakdibahasdalamAl-Quran,misalkansajatentangberprinsipdalamhidup.Prinsipadalahsuatu kesadaranfitrahyangberpegangteguhkepadapenciptayangabadiyaitu prinsipyangEsa.Kekautanprinsipakanmenentukansetiaptindakanyang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diingnkan, jalan mana yang akan >=% $9 #= !#$9# %`# 46 dipilih,apakahjalanyangbenarataujalanyangsalah.Semuanyatergantung kepada keteguhannya memegang prinsip yang telah ditetapkannya. Seseorang yang memlih jalan benar maka akan mudah dalam menghadapi kehidupan. SelanjutnyadalamAl-Quranjugadijelaskantentangkomitmen, komitmenyangdimaksudadalahketakwaan,yaitudimanaseseorangsadar diriterhadaptugas-tugasdankewajibannyasebagaimanusiahambaAllah. Selain itu dijelaskan pula spiritualitas itu sendiri, kata lainnya dalam Al-Quran adalahiman,yaituenergypositifyangdapatmembawamanusiakearahyang positif. Maksud dari arah yang positif adalah segala perbuatan yang baik, baik hubungannya dengan Allah ataupun manusia. Kecemasan manusia terhadap kematian juga telah banyak disebutkan dalamAl-Quran,hanyasajadalamAl-Quranyangdisebutkanadalahrespon tindakanmanusiasebagaimanifestasikecemasanbagaimanajikamereka dihadapkandengankematian.Respontindakandarikecemasanyang dijelaskanadalamAl-Quranadalahlaridansembunyidibalikbentengyang tinggi jika dihadapkan dengan kematian.E.Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap kecemasan menghadapi kematian Ha:Terdapatpengaruhyangsignifikanantarakecerdasanspiritualterhadap kecemasan menghadapi kematian 47 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A.Rancangan Penelitian Penelitianinimenggunakanmetodepenelitiankuantitatifdengan rancanganpenelitiandeskriptifdankorelasional.MetodePenelitiankuantitatif adalahpenelitianyangbekerjadenganangka,yangdatanyaberwujudbilangan (skorataunilai,peringkatataufrekuensi),yangdianalisisdenganmenggunakan statistik untuk mejawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik danuntukmelakukanprediksibahwasuatuvariabeltertentumempengaruhi variableyanglain(Creswell,2002).Penelitiankuantitatifsecaratipikaldikaitkan dengan proses induksi enumerative, yaitu menarik kesimpulan berdasar angka dan melakukan abstraksi berdasar generalisasi.Penelitianinimenggunakanrancangandeksriptifkuantitatif.Menurut Sukmana(1999)penelitiandeksriptifkuantiatifadalahsuatupenelitianyang berusahauntukmenghubungkanantaravariabel-variabelpenelitian.Walapun menggunakanpenelitiandeksriptif,namunletakfokuspadapenjelasanhubungan dari variabel-variabel penelitian. (Arikunto, 2000) Rancangankorelasionalbertujuanuntukmenemukanadatidaknya hubungandanapabilaadahubungan,berapatingginyahubungansertaberarti tidaknyahubungantersebut(Arikunto,2002).Teknikstatistikkorelasiadalah teknikyangdipakaiuntukmenguraikandanmengukurseberapabesartingkat hubungan antara variabel atau antara perangkat data (Sugiyono, 2004). Fokus dari teknikkorelasionalinilebihpadapengujianhubunganantaraduavariabelatau 48 lebihvariabeldaripadamengujipengaruhsuatuintervensiatauperlakuan. Hubungan dua variabel dalam penelitian ini adalah antara variabel x yaitu variabel kecerdasan spiritual sedangkan variabel y adalah kecemasan mnghadapi kematian.B.Identifikasi Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang menunjukkan adanya variasi (bukan hanyasatumacam),baikbentuknya,kualitasnya,nilainya,warnanyadan seabagainya. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Bebas (X) :Kecerdasan spiritualb. Variabel Terikat (Y) :Kecemasan menghadapi kematian C.Definisi Operasional Definisioperasionaladalahsuatudefinisimengenaivriabelyang dirumuskanberdasarkankarakteristik-karakteristikvariabletersebutyangdapat diamati(Azwar,2007:74).Berikutdefinisioperasionalyangdigunakandalam penelitian ini. 1.Kecerdasan spiritual KecerdasanspiritualMenurutZohardanMarshall(2000)kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks maknayanglebihluasdankaya,kecerdasanuntukmenilaibahwatindakanatau jalan hidup orang lebih bermakna dibandingkan orang lain.Indikatordarikecerdasanspiritualitusendiriadalahmemiliki kemampuanbersikapfleksibel,tingkatkesadaranyangtinggi,kemampuanuntuk menghadapidanmemanfaatkanpenderitaan,kemampuanuntukmenghadapidan 49 melampauirasasakit,kualitashidupyangdiIlhamiolehvisidannilai-nilai, keenggananuntukmenyebabkankerugianyangtidakperlu,Berpandangan holistik, refleksi diri, menjadi bidang mandiri. 2.Kecemasan menghadapi kematian Kecemasanmenghadapikematianadalahkondisifisik,emosidan psikologisyangtidakmenyenangkansedangdialamiolehseseorangmanakalaia memikirkantentangkematiansertamerasakanketakutanakanprosesmenjelang kematian.Tingkatkecemasanmenghadapikematiandalamdiriseseorang bervariasiantarbudayasesuaidenganmaknadariintikehidupandankehidupan setelah kematian yang telah diajarkan di kebudayaan masing-masing.Indikatorkecemasandalammenghadapikematianmenggunakanteori milik E Mansell Pattison (1977) yang menyatakan bahwa proses menuju kematian atausekaratyangdialamiseseorangsacaraumummelaluitigatahapanyaitu acute phas, chronic living-dying inteervaal, treminal phase. D.Populasi Dan Sampel 1.Populasi Populasidalampenelitiansosialdidefinisikansebagaikelompoksubjek yanghendakdikenaigeneralisasihasilpenelitian.(Azwar,2007:77).Sebagai suatupopulasi,kelompoksubjekiniharusmemimilikiciri-ciriataukarakteristik bersamayangmembedakannyadarikelompoksubjeklain.Ciriyangdimaksud tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu.50 Berdasarkanuraiantersebutmakapopulasipadapenelitianiniditetapkan suatukriteriadankarakteristiktertentuyangsesuaidenganmaksuddantujuan penelitian.Adapunpenentuandankarakteristikdaripopulasiyangdimaksud didasarkanpadapenjelasanmenurutbeberapaahlibahwamasalansiadimulai padasaatselangberusia60tahun(Santrock,2002:193).Populasipenelitian adalah keseluruhan lansia yang berdomisili di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan yaitu sebanyak 104 lansia. Tabel 3.1.Jumlah Populasi Berdasarkan Wisma Wisma Total Lansia Teratai8 Kenongo7 Cendana9 Mawar10 Melati6 Dahlia7 Seruni8 Kemuning10 Anggrek10 Cempaka17 Flamboyan12 Jumlah104 51 2.SampelSampeladalahsebagiandaripopulasiyangdikenailangsungsuatu penelitian (Arikunto, 2000), agar sampel benar-benar merepresentasikan populasi, maka harus menggunakan teknik pengambilan sampel atau samplingyang benar. Bilapopulasibesar,danpenelititidakmungkinmenelitisemuayangadapada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Selanjutnya Arikunto juga menyatakan:Apabilasubyeknyakurangdari100,diambilsemuasekaligus sehinggapenelitiannyapenelitianpopulasi.Jikajumlahsubyekbesarmaka diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih. BerdasarkanpertimbanganteoriArikuntodiatas,waktu,tenaga,biaya, sertahasilpengumpulandatayangtelahmemenuhisyaratuntukdijadikan responden,makapenelitihanyamengambilsampelsebanyak29%darijumlah populasinyayaitu104lansia.Jumlah29%dari104lansiayangtinggaldiUPT. PelayananSosialLanjutUsiaPasuruanadalahsebanyak30lansiadengan statusnyayangbelumatausudahditinggalkanolehpasangan,berjeniskelamin laki-lakidanperempuan,danmasihmampumelakukankomunikasiverbal mauapun visual dengan baik. BerikuttebeldistribusirespondenyangdiperolehdariUPT.Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan berdasarkan usia lansia. 52 Tabel 3.2Komposisi Usia Responden Usia Banyaknya Responden TotalProsentase (%) PriaWanita 81-90 Tahun62826,67 % 71-80 Tahun761343,33 % < 70 Tahun45930% Total171330100 % Pada tabel diatas menunjukan bahwa responden yang berusia 81-90 tahun sebanyak 8 responden (26,67%), berusia 71-80 tahun 13 responden (43,33%) dan yang berusia kurang dari 70 tahun 9 responden (30%). BerikuttabeldistribusirespondenyangdiperolehdariUPT.Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan berdasarkan agama yang dianut. Tabel 3.3Komposisi Agama Responden Agama Banyaknya Responden TotalProsentase (%) PriaWanita Katolik 10132376,67 % Islam34723,33 % Total171330100 % Padatabeldiatasmenunjukanbahwarespondenyangberagamaislam sebanyak23responden(23,33%),sedangkanyangberagamakatoliksebanyak7 responden (76,67%). 53 BerikuttabeldistribusirespondenyangdiperolehdariUPT.Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan berdasarkan lamanya tinggal. Tabel 3.4 Komposisi Lamanya Tinggal Responden di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Lamanya Tinggal Banyaknya Responden TotalProsentase (%) PriaWanita 6-10 Tahun34723,33 % 2-5 Tahun1341756,67 % 1 Tahun15620% Total171330100 % Padatabeldiatasmenunjukanbahwarespondenyangsudahtinggal selama6sampai10tahundiUPT.PelayananSosialLanjutUsiaPasuruan sebanyak7responden(23,33%),selama2sapai5tahunsebanyak17responden (56,67%) dan selama kurang lebih 1 tahun sebanyak 6 responden (20%).3.Teknik sampling Teknik pengambilan sampelyang digunakan dalam penelitian ini adalahpurposivesampling(sampelbertujuan).Sampelbertujuandilakukandengancara mengambilsubjekbukandidasarkanatasstrata,randomataudaerahtetapi didasarkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2000:127). Teknik ini dilakukan karena adanya beberapa pertimbangan, yakni alasan keterbatasan waktu, tenaga, dana dan dapatditentukansendirisiapaatausamplingmanayangakanditariksebagai sampel.Sebabtelahdiketahuisebelumnyasampelyangdiambilmemilikiciri, 54 karakteristiktertentuyangdapatmenjawabpermasalahanberdasarkantujuan dalam penelitian.Sementara ciri sampel yang diambil yaitu lansia yang berusia 60 tahun ke atas, berdomisili di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan, statusnya belum atau sudah ditinggalkan oleh pasangan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan masih mampu melakukan komunikasi verbal maupun visual dengan baik. E.Metode Pengumpulan Data 1.Metode Observasi Observasiadalahpengamatandanpencatatanfenomena-fenomenayang diselidiki secara sistematik dengan tujuan untuk mendapat data tentang fenomena tersebutsehinggadiperolehpemahamanatausebagaialatrecheckingatau pembuktianterhadapinformasiatauketeranganyangdiperolehsebelumnya. Penelitimenggunakanobservasiiniuntukmengetahuikondisilansiayangsesuai denganketentuan-ketentuanrespondenpenelitian,yangnantinyaakandigunakan utnuk menuntukan subjek yang akan diteliti. Jenisobservasiyangdigunakanadalahobservasiterstruktur.Observasi terstrukturadalahobservasiyangmemilikipedomanobservasiataukategori-kategoriyangsudahditentukanterlebihdhulu.Sedangkanbentukobservasi adalah menggunakan bentuk observasi checklist. Checklist ini dimaksudkan untuk mensistematikancatatanobservasi.Alatchecklistinilebihdapatdijamin penyelidikmencatattiap-tiapkejadianyangtelahditetapkanhendakdiselidiki. Data yang ingin diperoleh dari observasi ini adalah : 55 a.Bagaimanatingkatkecemasanmenghadapikematianpadalansiayang memiliki kecerdasan spiritual. b.Pengaruhnyakecerdasanspiritualterhadapkecemasanmenghadapikematian pada lansia. Alasanpenelitimenggunakanmetodeobservasiiniadalahpertama metodeinisebagaikeperluanasessmenawalpenelitian,keduamemungkinkan mengukurbanyakperilakurespondenyangtidakdapatdiukurdengan menggunakan alat ukurpsikologisyang lain, ketiga metode observasi ini sebagai metode pelengkap dari metode pengumpulan data yang utama yaitu metode skala. 2.Metode Interview Wawancara adalah metode yang mendasarkan diri kepada laporan verbal (verbalrepots)dimanaterdapathubunganlangsunganatarasipenyidikdan subyekyangdiselidiki.Jadidalammetodeiniadafacetofacerelationantara penyelidikdanyangdiselidiki.Wawancaraadalahsatupercakapantatapmuka, dengantujuanmemperolehinformasifaktual,untukmenaksirataumenilai kepribadianseseorang,ataudipakaiuntukmaksud-maksudbimbinganatau terapeutis (Chaplin, 2006:258).Jeniswawancarayangdigunakandalammetodeiniadalahwawancara terstruktur.Wawancaraterstrukturadalahwawancaradimanahal-halyangakan dibicarakantelahditentukanlebihdahuluataudenganmenggunakanpedoman wawancara (interview guide). Peneliti merencanakan dengan teliti terlebih dahulu variabel-variabelyangakandiselidikidanmerumuskannyadidalamdaftar pertanyaan.Metodewawancarainidigunakandalambentuktanyajawabdengan 56 respondenyangterkaityaitulansiadanpihaklainyangbersangkutansebagai pelengkapdata.Alasanpenelitimenggunakanmetodewawancaraadalahsebagai pelengkap apabila data dari metode lain tidak dapat diperoleh.3.Metode Dokumentasi Metodedokumentasimerupakanpengumpulandatadengan menggunakan dokumenyang ada.Dengan metode ini dapat diperoleh arsip-arsip yangberhubungandenganpenelitian.DokumentasimenurutSuharsiniArikunto adalahbarang-barangtertulis.metodedokumentasiinidapatdiartikansebagai metodeyangdigunakanuntukmencaridatamengenaihal-halatauvariableyang berupacatatanhariantrasnkip,buku-buku,majalah,notulenrapat,prestasi, agenda dan sebagainya (2000:236). Penggunaanmetodedokumentasiiniberfungsisebagaimetode pelengkapyaituuntukmelengkapidatayangbelumdiperolehmelaluimetode skalasebagaimetodeutamapenelitiansepertidatalamanyatinggaldanagama yang dianut.4.Metode Skala Metodeskalaadalahsejumlahpertanyaantertulisyangdigunakanuntuk memperolehinformasidarirespondendalamartitentangpribadinyaatauhal-hal yangdiketahui(Arikunto,2000:40).Skalamerupakanmetodepengumpulandata utamayangdigunakanuntukmencaridatautamadilapangan.Alasandigunakan metode skala adalah : a.Subyek adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri. 57 b.Apayangdinyatakanolehsubyektentangpernyataan-pernyataanyang diajukan adalah benar terpercaya. c.Interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti (Sutrisno Hadi, 1990:85). Berikutlangkah-langkahdalampembuatanskaladalampenelitianini adalah : a.Menyusunkisi-kisiyangberisiindikatorvariabelpadaskalakecerdasan spiritual dan skala kecemasan menghadapi kematian. b.Menyusun item-item instrument dengan menggunakan pernyataan berbentuk terstrukturatautertutupdenganjawabansangatsetuju,setuju,tidaksetuju dan sangat tidak setuju. c.Menelaahkesesuaianpernyataaninstrumentyangdisusundengankisikisi instrument.Tujuannyauntukmengetahuiapakahitem-itemyang dikembangkan sudah mewakili indikator yang di tetapkan. d.Memeriksakembalikata-katayangdigunakanapakahdapatdimengertioleh subyekpenelitiandenganmencobanyapadabeberapaorangdanmelakukan konsultasi.InstrumentpenelitianyangdiguakanadalahmetodeskalaLikert. Menurut Sutrisno (1990), skala Likert merupakan salah satu alat pengukuran yang seringdigunakanuntukmengukuratribut-atributobjekpenelitianyangsifatnya kualitatif.Skalainiterdiridari4butirkategoridanmempunyaibobotyang berbeda. Pilihan jawaban netral atau ragu-ragu ditiadakan berdasarkan alasan : a.Memeiliki arti ganda (belum memebri jawaban atau dapat juga netral). 58 b.Jawabanragu-ragumenyebabkanadanyacentraltendencyeffect (kecenderungan menjawab yang ditengah saja). c.Tidaktersediajawabanditengahsecaratidaklangsungsubjekakanmember jawaban yang pasti kearah setuju dan tidak setuju.Bentukskalapadapenelitianiniadalahberupapernyataandengan alteratifjawabanyangharusdipiliholehsubyek.Terdapatduapernyataandalam skala diatasyaitu penyataan favourable dan unfavourable. Pernyataan favourable yaitupernyataanyangberisitentanghal-halyangpositifataumendukungobyek sikap yang akan diungkap. Sebaliknya pernyataan unfavourable adalah pernyataan yangberisihal-halnegatifmengenaiobyekapayanghendakdiungkap(Azwar, 2000:107). Pada pernyataan favourabel diberikan nilai sebagai berikut : Tabel 3.5 KlarifikasiKeteranganSkor SS S TS STS Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 4 3 2 1 Pada pernyataan unfavourabel diberikan nilai sebagai berikut : Tabel 3.6 KlarifikasiKeteranganSkor STS TS S SS Sangat Tidak SetujuTidak Setuju Setuju Sangat Setuju4 3 2 1 59 Metode skala ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentangpengaruh kecerdasanspiritualterhadapkecemasnamenghadapikematian,yang menggunakandistribusiresponsebagaidasarpenentuannilaiskalanya.Dalam penelitianinipengumpulandatadilakukandenganmenggunkanduaskalayaitu, skalapertamaadalahskalakematanganspiritualdanskalakeduaadalahskala kecemasan menghadapi kematian.a.Skala Kecerdasan Spiritual Skalakecerdasanspiritualmerupakaninstrumentpengukuruntuk menentukanseberapabesarkecerdasanspiritualyangdimilikiolehsubyek,baik dalamsegikuantitasmaupunkualitas.Kecerdasanspiritualdiukurberdasarkan jumlahskoryangyangdiperolehsubyekatasresponyangdiberikanterhadap pernyataan-pernyataan dalam angket kecerdasan spiritual.Semakin tinggi jumlah skoryangdiperolehsubyekmenunjukanbahwasubyekmemilikikecerdasan spiritual yang matang. Skala kecerdasan spiritual disusun berdasarkan 9 indikator yang di ambil dariteoriZohardanMarshall(2000)sepertiyangdijabarkandalamtabelberikut ini: Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kecerdasan Spiritual No Indikator Kecerdasan Spiritual DeskriptorFU Jumlah 1Kemampuan bersikap Mampumenyesuaikandiri secaraspontandanaktifuntuk 1,2,312,13,146 60 fleksibelmencapai hasil yang baik. 2Tingkat kesadaran yang tinggi Usahauntukmengetahuibatas wilayahyangnyamanuntuk dirinya sendiri dan banyak tahu tentang dirinya 8,9,10,114,5,6,78 3Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan Mampumenanggapidan menentukan sikap ketika situasi yangmenyakitkanatautidak menyenangkan datang. 15,16,1726,27,286 4Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit Mampumenghadapi, memanfaatkandanmelampaui kesengsaraanserta memandangnyasebagaisuatu visidanmencarimakna dibaliknya. 22,23,24,2518,19,20,218 5Kualitashidup yangdiIlhami olehvisidan nilai-nilai Memilikipemahamantentang tujuan hidupnya 29,30,3137,38,396 6Keengganan untuk menyebabkan kerugianyang tidak perlu Orangyangkecerdasan spiritualnyatinggiakan mengetahuibahwaketikadia merugikanoranglain,dia merugikan dirinya sendiri.35,3633,344 7Berpandangan holistic Kecenderunganuntukmelihat keterkaitanantaraberbagaihal sepertimelihatdirisendiridan 32,4940,504 61 oranglain saling terkait 8Refleksi diriKecenderunganuntukmencari jawaban-jawabanyang mendasar 41,4247,484 9Menjadi bidang mandiri Mampuberdirimenantang orangbanyak,berpegangteguh padapendapatyangtidak popularjikaitubenar-benar diyakininya. 45,4643,444 Jumlah252550 b.Skala Kecemasan Menghadapi Kematian Skala kecemasan menghadapi kematian merupakan instrument pengukur untuk menentukan seberapa besar kecemasan menghadapi kematian yang dialami oleh subyek, baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. Kecemasan menghadapi kematian diukur berdasarkan jumlah skor yang yangdiperoleh subyek atas respon yangdiberikanterhadappernyataan-pernyataandalamskalakecemasan menghadapi.Semakintinggijumlahskoryangdiperolehsubyekmenunjukan bahwa subyek sangat mengalami kecemasan menghadapi kematian Skala kecemasan menghadapi kematian di peroleh dengan menggunakan Angket kedua disusun berdasarkan 3 indikatoryang diambil dari teori EMansell seperti yang dijabarkan dalam table berikut ini: 62 Tabel 3.8 Kisi-Kisi Kecemasan Menghadapi Kematian

No Fase Menghadapi Kematian DeskriptorFUJumlah 1Acute Phase1.Marah1,27,84 2.Penolakan5,63,44 3.Takut9,10,1116,175 4.Perasaan Tidak Mampu14,1512,134 5.Menyesal18,19223 6.Sedih23,2431,324 7.Tawar menawar21,5620,554 2Chronic living-dying inteervaal 1.Kesakitanyangtidakdapat didefiniskan 28,2925,264 2.Kesendirian30,3327,384 3.Duka Cita36,3734,354 4.Kehilangan Body39452 5.Kehilangan Self Control40462 6.Sakit dan Menderita43,4441,424 7.Kehilangan Identitas47,4851,524 3Terminal Phase 1.Individulepasdariorang-orang dan lingkungan 49,5053,544 Jumlah292756 63 F.Validitas Dan Reliabilitas 1.Validitas Validitasberasaldarikatavalidityyangmempunyaiartisejauhmana ketetapandankecermatansuatualatukurdalammelakukanfungsiukurannya. Suatuinstrumentpengukurdapatdikatakanmempunyaivaliditasyangtinggi apabilaalattersebutmenjalankanfungsiukurnyaataumemberikanhasilukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2008:5).Uji validitas dalam peneletian ini menggunakan korelasi product moment dari person, berikut rumusnya: ( )( )) ) ( [ ( [ ] = n nn/ //2 2 2 2 = Korelasi product moment antara skor item dengan skor total X = angka pada variable kecerdasan spiritual Y = angka pada variable kecemasan menghadapi kematian N = banyaknya subyek Apabilahasilkorelasiaitemdengantotalaitemsatufaktordidapat probabilitas (p) < 0,05, maka dikatakan sinifikan dan butir-butir tersebut dianggap sahihatauvaliduntuktarafsignifikansebesar5%.Sebaliknya,jikadidapat probabilitassebesar>0,05,makadisebuttidaksignifikandanbutir-butirdalam skala tersebut dinyatakan tidak sahih atau tidak valid.Perhitunganvaliditasalatukurdalampenelitianinidilakukandengan menggunakanbantuankomputerseriprogramSPSS(StatisticalProductand Service Solution) 16.0 for Windows.64 2.Reliabilitas Reliabiltas merupakan penerjemahan dari kata yang mempunyai asal kata relydanabilityyangmanaartireliabiltasadalahsejauhmanahasilsuatu pengukurandapatdipercaya(Azwar,2008:4).Reliabilitasadalahistilahyang dipakaiuntukmenunjukkansejauhmanasuatuhasilpengukuranrelative konsistenapabilapengukurandiulangiduakaliataulebih.Pengukuranyang memilikireliabilitastinggiadalahpengukuranyangmampumemberikanhasil ukuryangterpercaya(Azwar,2008:176)hasilukurdapatdipercayabiladalam beberapakalipengukuranterhadapsubyekyangsamadiperolehhasilyang relative sama.Pencarian reliabilitas dalam penelitian ini dibantu dengan program SPSS 16.00forwindowmenggunakanrumusalpha.Penggunaanrumusalphaini didasarkan pada pertimbangan bahwa rumus alpha ini diguanakan untuk mencari reliabilitasinstrumentyangskornyabukan1dan0,misalnyaangket (Arikunto,2000 ). Adapun rumusnya sebagi berikut : kk 1 1 2s2 = koefisien realiabilitas alpha k = banyaknya belahan 2sj= Varian skor bilangan sX2 = Varian skor total Reliabilitasdinyatakanolehkoefisienreliabilitasyangangkanyaberada dalamrentangdari0sampaidengan1,00.Semakintinggikoefisienreliabilitas 65 mendekati1,00berartisemakintinggireliabilitas.Sebaliknyakoefisienyang semakinrendahmendekatiangka0berartisemakinrendahnyareliabilitas. (Azwar, 2007;83).G.Teknik Analisis Data 1.Penentuan norma Penentuannormaadalahpengkategorisasiantiapvariabeldan dimasukkankedalamkategoriyangtersedia.Dilakukannyapenggolangan berdasarkannormaadalahuntukmengetahuitingkatkecerdasanspiritualdan tingkatkecemasanmenghadapikematianpadalansiadiUPT.PelayananSosial LanjutUsiaPasuruan.Pengkategorianinimenggunakanskorhipotetikdengan rumus sebagai berikut :a.Menghitung mean hipotetik (),dengan rumus: 12ii k = rerata hipotetik imax = kor maksimal item imin= skor minimal item k = jumlah item b. Menghitung deviasi standart hipotetik (), dengan rumus: 12XmaxXmin = deviasi standart hipotetik Xmax = skor maksimal subyek Xmin= skor minimal subyek 66 Prosedurselanjutnyaadalahpengkategorisasiantiapvariabeldan dimasukkan ke dalam kategori yang tersedia yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkanhasilpenggolongannorma,makaakandikategorikanskor standaruntukdiprosentasikanberdasarkanbanyaknyasampelpenelitian,berikut rumus dari analisa prosentse : P FN x 100% Keterangan: P= prosentase F= Frekuensi N = Jumlah Subjek 2.Analisa data Sesuaidengantujuanpenelitianiniyaituuntukmemberikangambaran bentukpengaruhdarivariabelX(kecerdasanspiritual)terhadapvariabelY (kecemasanmenghadapi kemtian) dan sebagai peramalan (prediktif) ada tidaknya pengaruhantara variabel Xterhadap Y, maka tekhik analisa data yang digunakan analisis regresi linear sederhana. Analisiresgresiliniersederhanainididasarkanpadahubungan fungsionalataupunkausalvariableindependentdengansatuvariabledependent (Sugiono,2003:327).Adapunrumuspersamaandariregresiliniersederhana adalahsebagai berikut: Tinggi : Mean + 1 SD XSedang: Mean - 1 SD X Mean + 1 SDRendah :X Mean 1 SD67 Rumus: Y = a + bX Keterangan: Y = nilai dari variabel terikat (dependent) X = nilai dari variabel bebas (independent) a = nilai konstanta b = koefisien regresi Untukmenghitungsignifikanpersamaanregresiadalahdengan menggunakan uji F. Uji F digunakan untuk menguji variabel-variabel bebas secara bersama-samaterhadapvariabelterikatgunauntukmengetahuiapakahada pengaruhyangsignifikandarivariableXterhadapvariableY.Pengujianini dilakukandenganmembandingkannilaiFhitungdengannilaiFtabelatau perbandingannilaisigF.Kriteriayangdigunakandalamujilinearitasregresi adalah sebagai berikut : -F hitung < F table dengan taraf signifikan 5% (0,05), maka Ho diterima -F hitung > F table dengan taraf signifikan 5% (0,05), maka Ha diterima SedangkanuntukmencariFhitungadalahdenganmenggunakan rumus sebagai berikut : Freg RkregRkres

Keterangan: F reg = harga F garis regresi Rk reg= rerata kuadrat garis regresi Rk res= rerata kuadrat residu Untukmelakukanbeberapaperhitungandenganrumus-rumusdiatas, peneliti menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.0 for Windows. 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian1.Sejarah SingkatUnitPelaksanaanTeknis(UPT)PelayananSosialLanjutUsiaPasuruan adalah salah satu Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang melaksanakantugaspelayanan,danbimibingansosialbagilanjutusiaterlantar, berdasarkanpadaPeraturanGubernurJawaTimurNomor:119tahun2008 tentang organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Sosial Provinsi JawaTimur.UPTPelayananSosialLanjutUsiaPasuruaninididirikanpada tanggal1Oktober1979 dengannamaSasanaTresnaWerdha(STW)Sejahtera Pandaan yang pada awalnya melayani 30 orang.Pada tanggal 17 Mei 1982 diresmikan pemakainnya oleh Menteri Sosial Bapak Saparjo dengan dasar KEP.MENSOS RI NO.32/HUK/KEP/VI/82 dibawah pengendalianKanwilDeposPropinsiJawaTimurdengankapasitastamping110 orangdanmenempatiarealseluas16.454m2.Padatahun1994mengalami pembekuanpenamaanUPTPusat/Panti/SasanadilingkunganDepartemenSosial denganSK.MensosRINO.14/HUK/1994dengannamaPantiSosialTresna Werdha Sejahtera Pandaan. Terjadiperubahandalamrangkaperkembanganwaktudan perkembangankebutuhanakanlayananlanjutusiamelaluiSK.MensosRINO. 8/HUK.1998ditetapkanmenjadiPantiPercontohanTingkatPropinsidengan kapasitas 110 orang. Pada tahun 1998 ketika Departemen Sosial RI dihapus, panti 69 inisempatdikelolamelaluiBadanKesejahteraanSosialNasionalPusat.Pada tahun2000padasaatpelaksanaanotonomidaerahdiberlakukanmakasemua perangkat pusat termasuk asset-asetnya diserahkan pada pemerintah Provinsi Jawa Timur,melaluiperaturanNo.12Tahun2000tentangDinasSosialJawaTimur bahwaPantiSosialTresnaWerdhaSejahteraPandaan,merupakanUnit Pelaksanaan Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur. Sejalandenganberkembangnyajangkauanpelayananpadalanjutusia melaluiPerdaNo.14Tahun2002tentangperubahanatasPerdaNo.12Tahun 2000tentangDinasSosial,bahwaPantiSosialTresnaWerdhaSejahtera PandaanberubahnamamenjadiPantiTresnaWerdhaSejahteraPandaan, Bangkalan,yangjangkauanpelayanannyabertambahuntukwilayahMadura dengan penambahan Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Bangkalan. BerdasarkanpadaPeraturanGubernurNo.119tahun2008entang OrganisasidanTataKerjaUnitPelaksanaanTeknisDinasSosialPropinsiJawa Timur,PantiSosialTresnaWerdhaPandaan,BangkalanberubahmenjadiUnit PelaksanaanTeknisPelayananSosialLanjutUsiaPasuruandanKab/kota sekitarnyaditambahpelayanansosiallanjutusiadiLamongandenganjangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten sekitarnya.2.Visi, Misi Dan Tujuan a.VisiTerwujudnyapeningkatantarafkesejahteraansosialbagilanjuusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 70 b.Misi 1.Menciptakan tugas pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia dalam upaya memnuhi kebutuhan rohani, jasmani dan social sehingga dapat menikmati hari tua yang diliputi kebahagiaan dan ketentraman lahir batin. 2.Mengomentarisumberpotensibagilanjutusiapotensial,sehinggadapat mandiri dan dapat menjalankan fungsi social secara wajar. 3.Peningkatanperansertamasyarakatdalampenangananlanjutusia terlantar. c.Tujuan 1.Terpenuhinyakebutuhanrohanimeliputiibadahsesuaidenganagama masing-masing, kebutuhan kasih sayang, peningkatan semangat hidup dan rasa percaya diri. 2.Terpenuhnyakebutuhanjasmanimeliputikebutuhanpokoksecaralayak (sandang,pangandanpapan),pemeliharaankesehatan,pemenuhan kebutuhan rekreatif untuk mengisi waktu luang. 3.Terpenuhinya kebutuhan sosial, terutama bimbingan social antar penghuni panti, Pembina dengan masyarakat. 3.Tugas Dan Fingsi Pokok UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia mempunyai tugas melaksanakan sebagiantugasDinasdalampelayanansosiallanjutusiaterlantar,untuk melaksanakan tugas UPT mempunyai fungsi, yaitu sebagai berikut : 71 a.Pelaksasanaan program kerja UPT b.Pembinaan dan pengendalian pengelolaan ketatausahaan, penyelenggraan kegiatan pelayanan sosial bimbingan dan pembinaan lanjut c.Penyelenggaraanpraktekpekerjaansosialdalambimbingansociallanjut usiad.Pemberian bimbingan umum kepada klien di lingkungan UPT e.Penyelenggaraan kerjasama dengan instansi atau lembaga lain perorangan dalam rangka pengembangan program UPT f.Pengembanganmetodologipelayanankesejahteraansosialdalam pelayanan sosial lanjut usia g.Penyelenggaraanpenyebarluasaninformasitentangpelayanan kesejahteraan sosial h.Penyelenggaraankonsultasibagikeluargaataumasyarakatyang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial i.Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan j.Pelaksanaan pelayanan masyarakat k.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas 72 4.Denah Lokasi Gambar 4.1. Denah Lokasi UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Keterangan : 1.= Wisma8. = Kolam Ikan 2.= Kantor9. = Dapur Umum 3.= Taman10. = Post Satpam 4.= Gedung Pertemuan11. = Taman Makam 5.= Poliklinik12. = Ladang 6.= Mushalla13. = Kandang 7.= Kamar Inap B.Hasil Penelitian1.Uji Validitas Analisaaitemuntukmengetahuiindeksdayabedaskala,digunakan teknik product momentberikut: Keterangan: = Koefisien korelasiN= Jumlah Respon X= Variabel yang pertamaY= Variabel yang keduaX= Jumlah skor aitemY= Jumlah skor total XY= Jumlah skor skala aitem dengan skor total Perhitunganindeksdayabedaaitemdenganmenggunakanrumusdiatas dilakukandenganmenggunkanbantuanprogramkomputerSPSS16.0 windows.KorelasiaitemterkoreksiuntukmasingkolomCorrectedItemdisebutdengandayabedayaitukemampuanaitemdalammembedakanorangorangdenganskortinggidanrendah.Mengenaibataspenerimaanhargadaya bedaaitem,paraahlipengukuranberbedaNamundemikian,acuanumumyangdigunakanadalahskorprobabilitas(p)0,3 yangdigunakansebagaibatasan.Aitem= Hasil Penelitian Analisaaitemuntukmengetahuiindeksdayabedaskala,digunakan product moment dari Karl Person yaitu dengan menggunkan rumus sebagai = Koefisien korelasi = Jumlah Respon= Variabel yang pertama = Variabel yang kedua = Jumlah skor aitem = Jumlah skor total= Jumlah skor skala aitem dengan skor total Perhitunganindeksdayabedaaitemdenganmenggunakanrumusdiatas dilakukandenganmenggunkanbantuanprogramkomputerSPSS16.0 .Korelasiaitemterkoreksiuntukmasing-masingaitemditunjukkanoleh CorrectedItem-TotalCorrelation.Dalamstuditentangpengukuran,ini disebutdengandayabedayaitukemampuanaitemdalammembedakanorangorangdenganskortinggidanrendah.Mengenaibataspenerimaanhargadaya bedaaitem,paraahlipengukuranberbeda-bedadalammemberikanbatasan. mundemikian,acuanumumyangdigunakanadalahskorprobabilitas(p)0,3 yangdigunakansebagaibatasan.Aitem-aitemyangmemilikidayabedakurang ( )( )) ) ( [ ( [ ] =n nn/ //2 2 2 273 Analisaaitemuntukmengetahuiindeksdayabedaskala,digunakan dari Karl Person yaitu dengan menggunkan rumus sebagai Perhitunganindeksdayabedaaitemdenganmenggunakanrumusdiatas dilakukandenganmenggunkanbantuanprogramkomputerSPSS16.0for masingaitemditunjukkanoleh .Dalamstuditentangpengukuran,ini disebutdengandayabedayaitukemampuanaitemdalammembedakanorang-orangdenganskortinggidanrendah.Mengenaibataspenerimaanhargadaya bedadalammemberikanbatasan. mundemikian,acuanumumyangdigunakanadalahskorprobabilitas(p)0,3 aitemyangmemilikidayabedakurang ]74 dari 0,3 maka aitem tersebut memiliki nilai rendah sehingga aitem-aitem tersebut gugur dan perlu dihilangkan untuk analisis selanjutnya.a.Skala Kecerdasan Spiritual Hasilperhitungandariujivaliditasskalakecerdasanspiritual menghasilkan9aitemyanggugurdari50aitemyangada,jadibanyaknya butir aitem yang valid sebesar 41 aitem sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Skala Kecerdasan Spiritual Indikator Aitem diterimaAitem Gugur Total FUFU Kemampuan bersikap fleksibel 1,2,312,13,14--6 Tingkat kesadaran yang tinggi 10,114,5,6,78,9-8 Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan 15,1626,27,28 17- 6 Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit 22,23, 24,25 18,19, 20,21 -- 8 75 Kualitas hidup yang diIlhami oleh visi dan nilai-nilai 2937,38 30,3139 6 Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu 3633 3534 4 Berpandangan holistik 32,4940,45 -- 4 Refleksi diri41,4247,48 -- 4 Menjadi bidang mandiri 4543,43 46- 4 Jumlah1823 72 50 Peneliti membuang 9 aitem yang gugur dan memakai 41 aitem yang valid dalam mengambil data penelitian. Peneliti sengaja memakai aitem yang validtanpamenggantiaitemyanggugur,karenaaitem-aitemtersebutdirasa sudah mewakili masing-masing indikator yang diukur.b.Skala Kecemasan Menghadapi Kematian Hasilperhitunganujivaliditasskalakecemasanmenghadapi kematianmenghasilkan10aitemyanggugurdari56aitemyangada,jadi banyaknya butir aitem yang valid sebesar 46 aitem sebagai berikut : 76 Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Skala Kecemasan Menghadapi Kematian Indikator Aitem diterimaAitem Gugur Total FUFU Acute Phase 1,2,5,6, 14,15, 19, 23, 21,56 3,7,8,12, 13,16,17 20,22,31, 55 9,18,244,3228 Chronicliving-dying inteervaal 29,30,33, 36,39,40, 43,44,47, 48 26,27,35, 45,46,41, 42,51,52, 53,54 28,3725,34,3824 Terminal Phase49,5053,54 -- 4 Jumlah2224 55 56 Peneliti membuang 10 aitem yang gugur dan memakai 46 aitem yang valid dalam mengambil data penelitian. Peneliti sengaja memakai yang aitem validtanpamenggantiaitemyanggugur,karenaaitem-aitemtersebutdirasa sudah mewakili masing-masing indikator yang diukur.2.Uji Reliabilitas Pengujianreliabilitassuatualatukuryaitudenganmenggunakanrumus AlphaChornbach.DigunakanAlphaChornbachkarenaskoryangdidapatdari skala psikologi berupa skala interval, bukan berupa 1 dan 0 (Arikunto,2000:192). Adapun rumusnya sebagai berikut: 77 kk 1 1 2s2 Keterangan: 11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan2= Jumlah varian butir pertanyaan2 = Varians total PenelitimenggunakanbantaunprogramSPSS(StatisticalProductand ServiceSolution)16.0forwindowsdalammenghitungreliabilitaskeduaskala. Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS 16,0 for windows, maka dapat di temukan nilai alpha sebagai berikut: Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kecerdasan Spiritual Cronbachs AlphaN of itemsKeterangan 0,94041Reliabel Koefisienalphadariskalakecerdasanspiritualsebesar0,940,halini menunjukanbahwaskalakecerdasanspiritualmemilikireliabilitasyangtinggi. Sedangkanuntukkoefisienalphadariskalakecemasanmenghadapikematian adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kecemasan Menghadapi Kematian Cronbachs AlphaN of itemsKeterangan 0,94746Reliabel 78 Koefisienalphadariskalakecemasanmenghadapikematiansebesar 0,947,halinimenunjukanbahwaskalakecerdasanspiritualmemilikireliabilitas yang tinggi. C.Paparan Data Penelitimembagitigakategoriuntukmengetahuiprosentasetingkat kecerdasanspiritualdankecemasanmenghadapikematianlansiadiUPT PelayananSosialLanjutUsiaPasuruan.Tigakategoritersebutadalahtinggi, sedangdanrendahdenganmemberikanskorstandartterhadapmasing-masing kategori,penentuannormapenelitiandilakukansetelahdiketahuinilaimean(M) dan nilai standart deviasi (SD). Hasil selengkapnya dari perhitungan dapat dilihat pada uraian berikut: a.Prosentase Tingkat Kecerdasan Spiritual Tabel 4.5. MeanStandart Deviasi 102,520,5 Diketahuinilaimean(M)sebesar102,5dannilaistandartdeviasi (SD)20,5,makadapatdilakukanstandarisasiskalakecerdasanspiritual menjadi tiga kategori yaitu sebagi berikut : Tabel 4.6.Rumusan Kategori Kecerdasan Spiritual RumusanKategoriSkor Skala X (Mean + 1 SD)TinggiX 124 (Mean 1 SD) X (Mean +1SD)Sedang81 X 123 X (Mean 1 SD)RendahX 80 79 Berdasarkandistribusidiatas,dapatditentukanbesarnyafrekwensi untuk masing-masing kategori berdasarkan skoryang di peroleh. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.7. Hasil Prosentase Variabel Kecerdasan Spiritual Keseleruhan KategoriFrekwensiTotal Tinggi620% Sedang2376,67% Rendah13,33% Jumlah30100% Berdasarkantabeldiatas,dapatdiketahuibahwatingkatkecerdasan spiritualpadalansiadiUPTPelayananSosialLanjutUsiaPasuruanyang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi yaitu20% (6 responden), tingkat yang sedang 76,67% (23 responden) dan tingkat yang rendah 3,33% (1 responden).Adapununtukmendapatgambaranyanglebihjelasmengenaihasil di atas, dapat dilihat dalam diagram gambar berikut :Gambar 4.2. Tingkat Kecerdasan Spiritual lanisa di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia PasuruanTinggiSedangRendah80 Tabel 4.8.Hasil Prosentase Variabel Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Usia Frekwensi Tingkat Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Usia Total 81-90 Tahun71-80 Tahun< 70 Tahun TinggiSedangRendahTinggiSedangRendahTinggiSedangRendah Jumlah26-39118-30 Prosentase6,67%20%-10%30%3,33%3,33%26,67%-100% Berdasarkantabeldiatas,dapatdiketahuibahwatingkatkecerdasan spiritual lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruanyang usianya berkisarantara81-90tahunyangberadaditingkattinggisebanyak2 responden (6,67%), ditingkat sedang sebanyak 6 responden (10%) dan tidak adayangditingkatrendah.Sedangkanlansiayangusianyaberkisarantara 71-80tahunyangberadaditingkattinggisebanyak3responden(10%), ditingkat sedang sebanyak 9 responden (30%) dan ditingkat rendah terdapat 1 responden (3,33%). Selain itu lansia yang usianya dibawah 70 tahun yang beradaditingkattinggiterdapat1responden(3,33%),ditingkatsedang sebanyak 8 responden (26,67) dan tidak ada yang ditingkat rendah.Tabel 4.9.Hasil Prosentase Variabel Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Agama Frekwensi Tingkat Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Agama Total IslamKatolik TinggiSedangRendahTinggiSedangRendah Jumlah320-33130 Prosentase10%66,67%-10%10%3,33%100% 81 Berdasarkantabeldiatas,dapatdiketahuibahwatingkatkecerdasan spirituallansiayangberagamaislamdiUPTPelayananSosialLanjutUsia Pasuruantidakadayangrendah,yangberadaditingkattinggisebanyak3 responden(10%)dantingkatsedangsebanyak20responden(66,67%). Selain itu tingkat kecerdasan spiritual lansia yang beragama katolik ada yang ditingkatrendahyaituhanya1responden(3,33%),sedangkanyangtinggi dan rendah frekwensinya sama yaitu 3 responden (10%). Tabel 4.10.Hasil Prosentase Variabel Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Lama Tinggal Frekwensi Tingkat Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Lama Tinggal Total 6-10 Tahun2-5 Tahun 1 Tahun TinggiSedangRendahTinggiSedangRendahTinggiSedangRendah Jumlah171312-24-30 Prosentase3,33%23,33%3,33%10%40%-6,67%13,33%-100% Berdasarkantabeldiatas,dapatdiketahuibahwatingkatkecerdasan spiritual lansia dengan lamanya tinggal 6-10 tahun di UPT Pelayanan Sosial LanjutUsiaPasuruanyangberadaditingkatsedangsebanyak7responden (23,33%),danditingkattinggidanrendahsamajumlahnyayaitu1 responden(3,33%).Sedangkanlansiadenganlamanyatinggal2-5tahun yangtingkatkecerdasanspiritualnyaberadaditingkattinggiberjumlah3 responden (10%), ditingkat sedang 12 responden (40%) dan ditingkat rendah tidakada.Selainitulansiadenganlamanyatinggal1tahunyangtingkat kecerdasanspiritualnyaberadaditingkattinggiberjumlah2responden 82 (6,67%), ditingkat sedang 4 responden(13,33%)dan ditingkat rendah tidak ada. b.Prosentase Tingkat Kecemasan Menghadapi Kematian Tabel 4.11.MeanStandart Deviasi 11523 Diketahuinilaimean(M)sebesar115dannilaistandartdeviasi (SD)23,makadapatdilakukanstandarisasiskalakecemassasn menghadapi kematian menjadi tiga kategori yaitu sebagi berikut :Tabel 4.12.Rumusan Kategori Kecemasan Menghadapi Kematian RumusanKategoriSkor Skala X (Mean + 1 SD)TinggiX 139 (Mean 1 SD) X (Mean +1SD)Sedang91 X 138 X (Mean 1 SD)RendahX 90 Berdasarkandistribusidiatas,dapatditentukanbesarnya frekwensiuntukmasing-masingkategoriberdasarkanskoryangdi peroleh. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 83 Tabel 4.13. Hasil Prosentase Variabel Kecemasan Menghadapi Kematian Keseleruhan KategoriFrekwensiTotal Tinggi13,33% Sedang2170% Rendah826,67% Jumlah30100% Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan menghadapikematianpadalansiadiUPTPelayananSosialLanjutUsia Pasuruanyangmemilikitingkatkecemasanmenghadapikematianyang tinggiyaitu3,33%(1responden),tingkatyangsedang70%(21 responden) dan tingkat yang rendah 26,67% (8 responden). Adapun untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai hasil di atas, dapat dilihat dalam diagram gambar berikut :Gambar 4.3. Tingkat Kecemasan Menghadapi Kematian lanisa di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia PasuruanTinggiSedangRendah84 Tabel 4.14. Hasil Prosentase Variabel Kecemasan Menghadapi KematianBerdasarkan Usia Frekwensi Tingkat Kecemasan Menghadapi Kematian Berdasarkan Usia Total 81-90 Tahun71-80 Tahun< 70 Tahun TinggiSedangRendahTinggiSedangRendahTinggiSedangRendah Jumlah-44-11217130 Prosentase-13,33%13,33%-36,67%6,67%3,33%23,33%3,33%100% Berdasarkantabeldiatas,dapatdiketahuibahwatingkatkecemasan menghadapikematianpadalansiadiUPTPelayananSosialLanjutUsia Pasuruanyangusianyaberkisarantara81-90tahunyangberadaditingkat sedang dan rendah memiliki jumlah yang samayaitu 4 responden (13,33%) dan tidak ada yang ditingkat tinggi. Sedangkan lansia yang usianya berkisar antara71-80tahunyangberadaditingkatsedangsebanyak11responden (36,67%),ditingkatrendahsebanyak2responden(6,67%)dantidakada yang ditingkat tinggi. Selain itu lansia yang usianya dibawah 70 tahun yang beradaditingkattinggidanrendahmemilikijumlahyangsamayaitu1 responden (3,33%), dan ditingkat sedang sebanyak 7 responden (23,33%). Tabel 4.15.Hasil Prosentase Variabel Kecemasan Menghadapi Kematian Berdasarkan Agama Frekwensi Tingkat Kecemasan Menghadapi Kematian Berdasarkan Agama Total IslamKatolik TinggiSedangRendahTinggiSedangRendah Jumlah1202-1630 Prosentase3,33%66,67%6,67%-3,33%20%100% 85 Berdasarkantabeldiatas,dapatdiketahuibahwatingkatkecemasan menghadapikematianpadalansiayangberagamaislamdiUPTPelayanan SosialLanjutUsiaPasuruantidakadayangrendah,yangberadaditingkat tinggisebanyak3responden(10%)dantingkatsedangsebanyak20 responden (66,67%). Selain itu tingkat kecemasan menghaapi kematian pada lansiayangberagamakatolikadayangditingkatrendahyaituhanya1 responden(3,33%),sedangkanyangtinggidanrendahfrekwensinyasama yaitu 3 responden (10%). Tabel 4.16. Hasil Prosentase Variabel Kecemasan Menghadapi Kematian Berdasarkan Lama Tinggal Frekwensi Tingkat Kecemasan Menghadapi Kematian Berdasarkan Lama Tinggal Total 6-10 Tahun2-5 Tahun 1 Tahun TinggiSedangRendahTinggiSedangRendahTinggiSedangRendah Jumlah-25-14215130 Prosentase-6,67%16,67%-46,67%6,67%3,33%16,67%3,33%100% Berdasarkantabeldiatas,dapatdiketahuibahwatingkatkecemasan menghadapikematianpadalansiadenganlamanyatinggal6-10tahundi UPTPelayananSosialLanjutUsiaPasuruanyangberadaditingkatsedang sebanyak2responden(6,67%),tinggirendahsebanyak5responden (16,67%)dantidakadayangberadaditingkattinggi.Sedangkanlansia denganlamanyatinggal2-5tahunyangtingkatkecemasanmenghadapi kematiannyaberadaditingkatsedangsebanyak14responden(46,67%), 86 ditingkatrendahsebanyak2responden(6,67%)danyangditingkattinggi tidakada.Selainitulansiadenganlamanyatinggal1tahunyangtingkat kecemasanmenghadapikematianberadaditingkattinggidanrendah memilikijumlahyangsamayaituterdapat1responden(3,33%),dan ditingkat sebanyak sedang 5 responden (16,67%). c.Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap kecemasan menghadapi kematian Tabel 4.17.Tabel Rangkuman Korelasi rSignKeteranganKesimpulan 0,5190,003sig < 0.05Segnifikan

Padahubunganantarakecerdasanspiritualdengankecemasan menghadapikematianterdapatnilaikoefisienkorelasi(r)sebesar0,519 dengan probabilitas (sign) sebesar 0,003. Nilai koefisien korelasi ini lebih besardarirtabel(0,519>0,355)dannilaiprobabilitaslebihkecildari 0,05(0.03 (10,349 > 4,15). Nilai signifikan F dibandingkandengantarafsignifikan5%atau0,05makasignifikanF< dari taraf segnifikan 5%(0,003 < 0,05). Dari perbandingan diatas, maka dapatdiambilkesimpulanbahwasannyaHaditerimadanHoditolak 88 yangberartikontribusivariabelbebas(kecerdasanspirittual)signifikan terhadap variabel terikat (kecemasan menghadapi kematian). Tabel 4.19. Tabel Persamaan Regresi Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients tSig. B Std. Error Beta 1(Constant) K.S 159,940 -,438 14,831 0,136 -0,519 10,784 -3,217 0,000 0,003 aDependent Variable: K.K Dariperhitungananalsisregresididapatnilaia(Constant)sebesar 159,940,sedangkanB(koefisienregresi)sebesar-0,438.Dengan demikiandiperolehpersamaanregresiY=159,940-0,438X,denganY adalahnilaiprediksikecenderungankecerdasanspiritual.Persamaan regresitersebutmenunjukkanbahwajikaskorkecerdasanspiritualnol, makaskorkecemasanmenghadapikematiansebesar159,940.Selainitu dapat diprediksikan bahwa jika terdapat perubahan pada skor kecerdasan spiritualsebesarsatumakadapatmempengaruhiperubahankecemasan menghadapikematianrata-ratasebesar-0.438.Karenakoefisienregresi (B) diperoleh nilai minus (-), maka dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh negatifantarakecerdasanspiritualterhadapkecemasanmenghadapi kematian.Artinyajikakecerdasanspiritualyangdimilikiolehlansia tinggi, maka kecemasan dalam menghadapi kematiannya akan rendah. 89 Tabel 4.20. Tabel Model Summary ModelR R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 10.519 a0.270.24414.847 aPredictors: (Constant), K.S b. Dependent Variable: K.D KoofisiendeterminasiyangditunjukanolehnilaiRSquaresebesar 0.270 dengan R 0,519a. Angka R Square sebesar 0,270 atau sama dengan 27%. Hal itu menunjukan bahwa terdapat sumbangan efektif (R2 x 100%) sebesar27%yangdiberikanolehkecerdasanspiritualterhadap kecemasanmenghadapikematian.Sedangkansisanya73%(100%-27%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya, baik faktor internal (yangberadadaridalamdiriindividu)maupunfaktoreksternal(faktor yang berada dari luar individu).Gambar 4.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasandalam Menghadapi KematianKecerdasan SpiritualFaktor Lain90 D.Pembahasan 1.TingkatKecerdasanSpiritualLansiadiUPT.PelayananSosialUsia Lanjut Pasuruan Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwasannya jumlah lansia diUPTPelayananSosialUsiaLanjutPasuruanyangmemilikitingkat kecerdasanspiritualyangtinggisebanyakyaitu6respondendengan prosentase20%,yangsedang23respondendenganprosentase76,67%, sedangkan yang rendah 1 responden dengan prosentase 3,33%.PenjelasandiatasmenunjukanbahwasebagianbesarlansiadiUPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut Pasuruan memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang sedang. Tingkatyang sedang dimiliki oleh seluruh lansiayang berbeda Kecerdasan spiritual yang sedang ini mengindikasikan bahwa sebagian besar lansiamemilikicukupkemampuandalammemahamidanmemaknaitujuan hidupnya, memiliki kesadaran siapa dirinya yang sebenarnya, dimana tempat ia berada di alam semesta dan kemanakah tujuan hidup dimasa tuanya. Lansia cukupmampuuntukmenerimadanmenyikapisegalaperubahanyangtelah terjadi maupun yang akan terjadi dengan positif, lansia lebih pasrah terhadap ketentuanyang telah ditetapkan, hal itu tercermin melalui adanya kehidupan yanglebihbermanfaatbagidirinyadandalammenghadapisuatumasalah (coping) dengan lingkungannya.Penerimaan lansia terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan menunjukanbahwalansiacukupmampumenempatkandiridalamkondisi 91 apapun.Selainitudenganadanyakesadarandiriyangdimiliki,lansiacukup mampubertanggungjawabakanperanannyadidalamkehidupanyang dijalani,baikperansehubungandirinyadenganTuhanmaupunlingkungan sekitar.Hasilpenelitianselanjutnyamenunjukanbahwaterdapatpulalansia yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, yaitu berjumlah 6. Salah satu kriteriautamabagikecerdasanspiritualyangtinggiadalahmenjadimandiri dilapangandanmemilikikesadarandiriyangmendalam(Zohardan Marshal,2005:252),yaknidimanalansiamemilikipendirianatau kepercayaanyangkuatsebagaipedomanhidupnyatanpaterpengaruh keadaandisekitarnya.Adanyakepercayaantersebutdiiringiolehkesadaran diri yang mendalam, yaitu dimana ia tahu siapa dirinya di dunia dan apa yang ia percayai.Adapun faktor yang membuat seseorang berada ditingkat kecerdasan spiritualyangtinggiadalahadalahyangpertamaadanyamotifdiridari dirinyasendiri.HalinitercantumdalamsuratAs-Syams,ayat8-10sebagai berikut : $;' $g $1)? % x=& $8. % >%{ $9 MakaAllahmengilhamkankepadajiwaitu(jalan)kefasikandan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (As-Syams, ayat 8-10). 92 AyatdiatasmenunjukanmenunjukkanbahwaAllahmemberi manusiajiwayangmengarahpadakeburukan(negatif)dankebaikan (positif).Orangyangmengasahdanmenjadikanpotensipositiftersebut sebagaiprinsiphidupnya,makaiaakandapatmenempatkandiridanhidup lebihpositif.Halitusamahalnyadenganlansiayangmemilikimotifdan kesadarandiriuntuklebihmeningkatkandanmemanfaatkanpotensipositif yang dimiliki demi mencapai kecerdasan spiritual yang tinggi. Kemaundalamdiriuntuklebihmeningkatkankecerdasanspiritual juga juga tercantum dalam Alkitab dibawah ini.Jikakitasalingmengasihi,Allahtetapdidalamkita,dankasih-Nya sempurna di dalam kita (1Yoh 4:12). Kedua adalah lingkungan sosial yang sangat mendukung terciptanya kecerdasanspiritualyangtinggiadalahlingkungannyasangatmenghargai hak-haklansiasertamemahamikebutuhandankondisipsikologislansia, selainituadanyapengadaankegiatan-kegiatanspiritualdanadanyakemaun darilansiauntukmengikutikegiatantersebut,sehinggalansiamampu menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya. Sedangkanyangmemilikitingkatkecerdasanspiritualyangrendah terdapatseoranglansia.Lansiayangkecerdasanspiritualnyarendahbelum mampu memaknai kehidupan, menanggapi perubahan yang telah terjadi pada dirinyatersebutsecaranegatif,kurangmampuberkomitmen,danegoisme diri. Hal itu menunjukkan bahwa lansia yang berada di tingkat rendah belum mampumemecahkanpersoalanjiwanya,belummampumenempatkandiri, 93 belummampubertanggungjawabatasperanannyadidalamkehidupandan memiliki kesadaran diri yang kurang.Kecerdasanspiritualyangberadaditingkatrendahinibisasaja disebabakan oleh beberapa faktor, misalanya kurang memiliki motivasi untuk mengembangkandirinyasendiri.SelainitulansiayangberadadiUPT PelayananSosialLanjutUsiaPasuruanmemilikilatarbelakangsosialyang berbeda,pengalamanselamahidupyangberbedadanberbedanyakesehatan sel-selotakyangberasaldalamdirilansiasendiri.Halinisepertiyangdi sebutkanolehZohardanMarshalbahwafaktoryangmempengaruhi kecerdasanspiritualseseorangadalahfaktorselotak,godspotdanseluruh pengalaman dari aspek kehidupan seseorang (2000:59).2.Tingkat Kecemasan Menghadapi Kematian Lansia Di UPT. Pelayanan Sosial Usia Lanjut Pasuruan Berdasarkanhasilanalisadatadapatdiketahuibahwasannyajumlah lansia di UPT Pelayanan Sosial UsiaLanjut Pasuruanyang memiliki tingkat kecemasanmenghadapikematianyangrendahyaitusebanyak8lansia denganprosentase26,67%,danyangsedangsebanyak21lansiadengan prosentase 70%, sedangkan yang tinggi sebanyak 1 lansia dengan prosentase3,33%. PenjelasandiatasmenunjukanbahwasebagianbesarlansiadiUPT PelayananSosialUsiaLanjutPasuruanmemilikitingkatkecemasan menghadapikematianyangsedang.Kecemasanmenghadapikematianyang sedanginimengindikasikanbahwasebagianbesarlansiadiUPTPelayanan 94 SosialUsiaLanjutPasuruanmengalamicukupkekhawatirandanketakutan akanprosesmenjelangkematian,ketakutantersebutdiiringiperasaanrasa sedih,penyangkalan,putusasa,rasakesendirian,kehilanganidentitasdan kontrol diri jika mengingat kematian. Akan tetapi ada juga yang tidak begitu mencemaskan akan datangnya kematian. E Manshell Pattison mengatakan bahwa secara umum individu akan mengalamitigatahapanketikamenghadapikematianyaituAcutePhase, Chronicliving-dyinginteervaaldanTerminalPhase,sedangkanProses menujukematianatausekaratadalahprosesindividual,artinyamasing-masingindividuakanmengalamiperbedaandalammerespondatangnya kematian.Halitudisebabkanadanyabeberapafaktoryangdapat mempengaruhiindividudalammengatasiperasaanataumemahamibahwa mereka akan menghadapi kematian (Santrock, 2005:266).Beberapafaktoryangmempengaruhisehinggakecemasandalam menghadapai kematian lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan beradaditingkattinggiadalahkurangnyadukungansosialdarikeluargaatau teman sekitarnya (lansia selalu ingin ditemani sanak saudara akan tetapi tidak dapattercapai),memilikipenyakityangtidaksembuh-sembuh,masih memiliki keinginan yang belum tercapai sehingga menolak adanya kematian, kurangnyakemampuanlansiadalammengatasimasalah(coping)dan persepsiyangsalahakankematian.ZohardanMarshall(2005:260)mengatakanbahwaketakutanakankematianmunculbisajugadikarenakan 95 ketidakmampuannyamenempatkankematiankedalamsuatuperspektif makna dan nilai yang lebih luas.Selain itu cemas menghadapi kematian bisa juga dikarenakan terlalu banyakmemanjakandiridengankehidupanduniawi,sehinggaketika memasukimasalansiahanyatinggalpenyesalanyangdirasakandansulit untukmeninggalkanduniawiketikakematiandatang(Hidayat,2000,118). Sedangkanhalutamayangmembuatlansiacemasdalammenghadapi kematianadalahketidaktahuanakanproseskematiannyasendiridantidak tahuapayangakanterjadisetelahmati.DidalamAl-quranjugadisebutkan salahsatufaktoryangmembuatseseorangtakutakandatangnyakematian adalah perbuatannya selama hidup di dunia, berikut firman Allah SWT 9 G #/& $/ M% &!# = >9$/ Dansekali-kalimerekatidakakanmenginginikematianitu selama-lamanya,Karenakesalahan-kesalahanyangTelahdiperbuatoleh tanganmereka(sendiri),danAllahMahamengetahuisiapaorang-orang yang aniaya( Al-Baqarah:95). Lansiayangkecemasanmenghadapikematiannyaberadaditingkat yang rendah dikarenkan bisa memaknai dan memahami siapa dirinya didunia danapaartidarikematian,tidakmemilikisanaksaudaraatauorangyang dicintainyadiduniainidaninginsegeramengakhirisegalapenderitaanyang dijalani selama ini (Hidayat, 2005:131). Selain ituyang menyebabkan lansia memiliki kecemasan yang rendah adalah keyakinan atau kepercayaan yang di anut,yaitukepercayaanyangmengajarkanataumembuatnyatidaktakut 96 menghadapikematian.Kepercayaantersebutsalahsatunyabisaberupa agama yang dianut.Masing-masingagamatelahmengajarkandanmembekali pemeluknyatentangpengetahuanbagaimanamempersiapkandiriterhadap datangnya kematian, misalnya dalam ajaran gereja katolik mengajak umatnya untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian, bukan hanya pada saat-saat akhir kehidupan tetapi setiap saat, sepanjang hidup.ThomasaKempismenasehatkan:"Dalamsegalaperbuatanmu, dalamsegalapikiranmu,hendaklahkamubertindakseakan-akanhariini kamu akan mati. Jika kamu mempunyai hati nurani yang bersih,kamu tidak akanterlalutakutmati.Lebihbaikmenjauhkandiridaridosa,daripada menghindarikematian.Jikahariinikamutidaksiap,apakahbesokkamu akan siap?" (Mengikuti Jejak Kristus 1,23, 1). Sedangkandalamislammenganggapbahwasetiapharimanusia sudahbelajarmengalamikematian,karenatidurmerupakankematian sementara.Selamatidurruhyangadadalamtubuhtidakadadidalamtubuh manusia akan tetapi ruh tersebut dipegang Allah SWT, bisa saja ruh tersebut dikembalikanatautidakdikembalikankedalamtubuhmanusiaolehYang MahaEsa,olehkarenaitutidurdianggappembelajaranbagiumatislam mengalami kematian jika ruh tidak kembali kedalam tubuh manusia (Hidayat, 2006).3.PengaruhKecerdasanSpiritualTerhadapKecemasanMenghadapi Kematian Pada Lansia Di Upt. Pelayanan Sosial Usia Lanjut Pasuruan 97 Berdasarkanhasilanalisadenganmenggunakanregresilinier diketahui bahwa terbukti adanya pengaruh negatif antara kecerdasan spiritual terhadapkecemasanmenghadapikematianpadalansiadiUPTPelayanan SosialUsiaLanjutPasuruan.Adanyapengaruhnegatifantarakecerdasan spiritualdengankecemasanmenghadapikematianinimenunjukkanbahwa semakinmatangkecerdasanspiritualyangdimilikiseseorangmakadapat membantu mereduksi kecemasan seseorang dalam menghadapi kematian. Kesadaranakankematiandatangseiringdenganbertambahnyausia seseorang.Bertambahnyausiamerupakanprosesmenuaalamiyangakan dihadapimanusiadanprosesmenuayangpalingkrusialberadapadatahap lansia.Lanjutusiadipandangsebagaimasadimanaseseorangmengalami degenerasibiologisdisertaipenderitaandenganberbagaipenyakit,yang manahaltersebutakanmemunculkansuatukesadarandalamdirilansia mengenaikematian.Kesadaranakankematianmenciptakanperasaantakut dan cemas pada diri lansia. Orang yang cemas memiliki mekanisme biologis yangsama,akantetapimemilikiperbedaanpadakecakapan-kecakapan psikologis dan spiritual mereka (Khavari, 2000: 301). Ketidakmampuanmanusiaberurusandengankematianmerupakan salahsatuaspekkehidupanyangpalingbodohsecaraspiritual(Zohardan Marshall,2000:259).Banyakorangtakutdanmenyangkalakandatangnya kematian.Ketakutanakandatangnyakematianyangdialamilansialebih ditekankanpadaketakutanakanketidakpastianpenyebabkematian, kehidupansetelahkematiandanbagaimanakematiannyatersebutterjadi 98 (Hurlock,1980).Salahsatufaktorpenyebabtakutakankematianadalah kematiantidakdipersepsidandimaknaisecaralebihluas,akantetapi kematian dipersepsikan sebagai suatu tragedi yang sangat menakutkan (Zohar dan Marshall , 2000:261). SelainitumenurutSantrock(2005:266)faktoryangmempengaruhi seberapabaikseseorangmengatasiperasaanataumemahamibahwamereka akanmenghadapikematianadalahfilosofiataukepercayaanreligiousdan kemampuannyadalammengatasimasalah,yangmanahalitumerupakan salahsatuindikatorseseorangyangmemilikikecerdasanspiritual.Hasil penelitianAlvaradoetal(1995)telahmembuktikanbahwaorangdengan kecemasankematianlebihrendahmemilikikekuatanyanglebihbesarpada keyakinandankepercayaanagamanya.Selainitupenelitianyangdilakukan oleh(Hanafi,2009)jugatelahmembuktikanbahwareligiusitas(spiritual keagamaan)memilikihubungannegatifdengankecemasanmengahadapi kematian pada remaja yang sedang menjalani rehabilitasi napza. Suatupemahamanakankematianyangcerdassecaraspiritual mampumemandangseluruhkontekskeberadaanyanglebihluasdan menganggapkematiantidaklaindarisuatubagiandariprosesyang berkelanjutan (Zohar dan Marshall, 2000:261). Lansiayangkecerdasanspiritualnyatinggimenganggapkematian bukanlahakhirdarikehidupandanbukanlahsuatuancamanbaginya,akan tetapikematianadalahsuatupendorongbagidirinyauntukmenjalanihidup menjadi lebih baik. Dengan adanya kematian manusia merasa memiliki batas 99 untukmengaktualisasikandirinya,sehinggamunculrasainginsegera memenuhi kebutuhan akan harga dirinya sebelum kematian datang. Kematian lebih diterima secara positif, karena lansia yang memiliki kecerdasan spiritual yangtinggimampumenyikapidanmenanggapipenderitaanyang menimpanya secara positif, selain itu kematian dianggap hanyalah salah satu proseskehidupanyangharusdilaluiuntukmenujukehidupanyang selanjutnya. Lansiayangmemilikikecerdasanspiritualyangtinggimampu menghadapikenyataanakankematiandantetapberperanaktifdalam menjalankantanggungjawabnyadikehidupanini.Lansiapasrahterhadap ketentuanakankematian,akantetapikepasrahantersebuttetapdiiringi denganusahapemanfaatankehidupanuntukmenjadilebihbaikmenjelang kematian.Selainitulansiamampumerumuskanartidantujuan keberadaannyadiduniayangsementaraini.Mampumembinaintegritas personalsertamampumengembangkanhubunganantaramanusiayangpositif, sehingga dengan adanya hubungan tersebut lansia dapat terbuka dan bertukar pikirandenganlansiayanglainmengenaipengalamanhidupatau permasalahanyangsedangdihadapi.Keterbukaanlansiaterhadapsesama dapatmengurangirasakesendirianyangmelandalansia,karenarasa kesendirian atau kurannya dukungan social juga merupakan salah satu faktor yang menentukan akan ketakutan lansia pada kematian.Penerimaanlansiaterhadapkematiandapatmengurangikecemasan menghadapikematiandalamtingkatantertentu.Tetapisebaliknyajika 100 individumenolakberfikirtentangadanyakematiandemimendapat ketenangan,makaakanmenyebabkankecemasanbertambahbesar.Seperti yang tercantum dalam Ayat berikut ini: % 9 `3 '#9# ) ? N9# & F)9# #) `F?) =% Katakanlah:"Lariitusekali-kalitidaklahbergunabagimu,jikakamu melarikandiridarikematianataupembunuhan,danjika(kamuterhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja" (Al-Ahzab ayar 16). SementaraitudidalamAlkitabjugatelahdisebutkanbahwaYesus berpesan agar umatnya tidak takut terhadap kematian.Yesusberkata,Janganlahgelisahhatimu;percayalahkepadaAllah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabilaAku telah pergi ke situ dan telahmenyediakantempatbagimu,Akuakandatangkembalidanmembawa kamuketempat-Ku,supayaditempatdimanaAkuberada,kamupun berada. (Yoh 14:1-3). Berdasarkanuraiandiatasdapatdisimpulkanbahwakecerdasan spiritual yang dimiliki lansia mampu memberikan makna dan perpektifyang luasterhadapkematian,selainitukecerdasanspiritualdapatsepenuhnya membuat lansia mengakui, menyadari dan menerima kematian. 101 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan DarihasilpenelitiandananalisapadababIVmakadapatdiperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.TingkatkecerdasanspirituallansiadiUPTPelayananSosialLanjutUsia Pasuruammayoritasberadapadatingkatsedangdenganprosentase 76,67%, yaitu sebanyak 23 lansia. 2.Tingkat kecemasan menghadapi kematian lansia di UPT Pelayanan Sosial LanjutUsiaPasuruammayoritasberadapadatingkatsedangdengan prosentase 70% sebanyak 21 lansia. 3.Kecerdasanspiritualmemilikipengaruhyangsiginifikanterhadap kecemasanmenghadapikematianlansiadiUPTPelayananSosialLanjut UsiaPasuruan.HasilitudidasarkanpadaFhitungsebesar10,349dengan nilaisignifikan0,003menggunakantarafsignifikansi5%(0,05),maka signifikan F < dari taraf segnifikan 5% (0,003 < 0,05). Dari perbandingan diatas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwasannya Haditerima dan Ho ditolak. Hal itu menunjukan bahwa jika tingkat kecerdasan spiritual tinggi maka tingkat kecemasan menghadapi kematian rendah. A.SaranDari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi berbagai pihak, yaitu: 102 1.BagiLembagaSosialagardapatmembekalilansiadalammenghadapi kematian dengan sesuatu yang dapat menimbulkan ketenangan baik secara batinmaupunjiwaindividuyangbersangkutan.Salahsatujalanmenuju ketenanganitudapatmelaluipengadaankegiatan-kegiatanspiritualyang dapatmempertajamkecerdasanspiritualgunamenghilangkankecemasan lansiadalammenghadapikematian.Kegiatanspiritualyangdimaksud tidak selalu kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan. 2.Bagisubjekpenelitian,sehubungandengankeadaansubjekyangsedang menghadapi kematian maka diharapkan subjek dapat memaksimalkan diri dalammengikutikegiatanyangdapatmeningkatkankecerdasanspiritual misalnyamengikutikegiatankeagamaanmasing-masingyangdiadakan olehlembaga.Halinidikarenkankecerdasanspiritualdapatmembantu subjekuntuklebihbisamemaknaikematiansehinggamenjadisiapdan tidak menjadikannya suatu masalah yang berarti dalam hal psikologisnya.3.Bagipeneltilainyangmengkajivariabelterikatnyasama,diharapuntuk mempertimbangkanfaktorlainsebagaivariabelbebasyangmungkin berpengaruhterhadapkecemasanmenghadapikematianuntukditeliti, misalnyastrategipemecahanmasalahaataumanagementteror.Selainitu bagi peneliti lain diharap lebih menyempurnakan lagi beberapa kelemahan dalam penelitianini.Kelemahantersebutantaralainketerbatasanpenelitidalam mendeskripsikanhasilpenelitian sertaketerbatasankemampuandalammembuat dan mengolah instrument. DAFTAR PUSTAKA Affandi,Imam.KecemasanDalamMenghadapiKematianPadaLansiaYang MenderitaPenyakitKronis.(Online).diDiaksesdari http://www.imamaffandi.wordpress.com/category/psikologi.com/ . Pada 1 juni, 2010 Agus, Bustanuddin. 2006. Agama Dalam Kehiupan Manusia Pengantar Antropologi Agama. Jakarta. PT Raja Grafindo Agustian,AryGinanjar.2001.ESQ(EmotionlSpiritualQu0tient)RahasiaSukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan Spiritual. Jakarta: Arga Publishing Agustian,AryGinanjar.2005.TheIslamicGuideToDevelopingESQ(Emotionl SpiritualQu0tient)applyingtheESQ1651VolumePrinciples5Actions. Jakarta: Arga Publishing Anggraeny,Silvya.2009.HubunganDukunganSosialdanKecemasandalam MenghadapiKematianpadaLansiadiPantiJompoKelurahanKalirejo KecamatanLawang.SkripsiTidakDiterbitkan.FakultasIlmuPendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling dan Psikologi. Universitas Negreri Malang. Arifin, B. 1977. Hidup Sesudah Mati. Jakart: PT Kinta Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta Asy-syamawi, Abdul Azis. 2005. Malaikat Maut dan Para Nabi. Jakarta: Najla Press Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia : Teori pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bali Post, 2 juni 2002Buzan,Tony.2003.ThePowerOfSpiritualIntelligenceSepuluhcarajadiorang yang cerdas secara spiritual. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Corey,Gerald.2009.TeoridanpraktekkonselingdanPsikoterapi.Jakarta:Reifika AditamaCreswell,JohnW.2002.ResearchDesignQualitativeAndQuantitatifApproaches. Sage Publication.Doe,Mimi;Walch,Marsha.2001.10PrisnsipSpiritualParenting.Bandung. Penerbit Kaifa. Farraj, Syaid. 2008.Matilah Sambil tersenyum Renungan-renungan untukjiwa yang merindukan akhir kehidupan yang tenang. Jakarta : Mirqat Tebar Bambu. Fry,P.S.2003.PerceivesSelfEffeicacyDomainsasPredictorsofFearThe UnknownandFearofDyingAmongOlderAdults.PsychologyandAging Journal. Vol. 18. No. 3: 474-486 Gottlieb, H Benjamin. 1983. Social Report Strategies : Guideines For Mental Health Practice. Sage Publication. Gunawan, W Adi. 2005. Born To Be a Genius. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Graham,Helen.2005.PsikologiHumanistik(DalamKonteksSosial,Budayadan Sejarah). Jakarta: Pustaka Pelajar OffsetHadi, S. 2000. Statistik Jilid (I). Yogyakarta: Andi. HasanAliahBPurwakania.2006.PsikologiPerkembanganIslam.Jakarta:PT Grafindo Persada Hidayat,Kamaruddin.2006.PsikologiKematianMengubahKetakutanMenjadi Optimis. Jakarta : Mizan Publika. Hurlock, Elizabeth, B. 1996. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Hurlock. E.B. 1980. Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga Istiqomah,Aminin.2008.Hubungankecemasankematiandankonsepdiriterhadap maknakematianpadapasiendiRSAisiyahMalang.Skripsi.Tidak Diterbitkan.FakultasIlmuPendidikanJurusanBimbingandanKonselingdan Psikologi. Universitas Negreri Malang. Kaplan,P.S1998.HumanOdyssey.LifeSpanDevelopment.3edition.California :Brooks/Cole Publishing Company. Khavari.2000.TheArtOfHappines(MencapaiKebahagiaanDalamSetiap Keadaan). Jakarta: Mizan Pustaka Koeswara, E. 1987. Psikologi Ekstensial Suatu Pengantar. Jakarta: Rosda Offset Kooeswara, E. 1992. Psikoterapi Viktor Frankl. Jakarta: Kanisius Kubler-Ross, E.1998. On Death and Dyng. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama M,Hisbullah.2007.TingkatKecerdasanSpiritualTerhadapKeharmonisanRumah TanggaPadaSuamiIstriDiDesaSelokbesukiKecamatanSukodono KabupatenLumajang.Skripsi.Tidakditerbitkan.FakultasPsikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik IbrahimMuhyidin,Muhammad,2008.BeraniHidupSiapMatiPrinsipmenjalanidan menikmati hidup sehari-hari dengan spirit ilahi.Bandung : Mizan Pustaka Mujib,Abdul;Mudzakir,Jusuf.2005.Nuansa-nuansaPsikologiislam.Jakarta: Erlangga Munandir. 2002. Ensiklopdi Pendidikan. Malang: UM Press Papalia,EDiane.1981.HumanDevelopment.UnitedStatesofAmerica:McGraw-Hill. Papalia,Sterns&Feldman.1977.AdultDevelopmentPsychologyAndAging.USA: Mc Graw Hill Campany Pattison,Mansell(1977),TheExperienceofDying.EnglewoodCliffs:Prentice-Hall Inc. Santrock, W Jhon. 2002. Life Span Development (Edisi kelima). Jakarta: Erlangga SadBinSaidAlHujri.2007.MatiCumasekalipersiapkanlah.Solo.Wacana Ilmiah Pres. Salam,Burhanuddin.1988.FilsafatManusiaAntropologiMetafisika.Jakarta:PT Bina Aksara Santrock.1985.AudultDevelopmentandAging.UnitedStatesofAmerica:Wm.C. Publishers Schaie Klaus Warner, Willis Sherry L. 1991. Adult Development And Aging. Prentice Hall Sinetar. 2001. Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan Pustaka Singh, A., Singh, D. & Nizamie, SH (2003) Kematian dan sekarat Kesehatan. Mental Review, Diakses dari < http://www.psyplexus.com/excl/death.html > pada July 19, 2010 Sugiono,WibowoEri.2004.StatistikUntukPenelitianDanAplikasinyaDengan SPSS 10.0 For Windows. Bandung: Penerbit Alfa beta Suruni. 2004. Ilmu Jiwa dan Agama. Jakarta. PT Raja Grafindo. Sutrisno, Hadi. 1990. Methodologi Research. Jakarta: Jajasan Penerbit. Tasmara,Toto.2001.KecerdasanRuhaniah(TranscendentalIntelligence).Jakarta: Gema Insani Rashad, Abbas. 2008. Tour Kematian The story of death. Jakarta : Dar Al-Hadiy Zohar, Marshal. 2000. SQ Kecerdasan Spiritual. Bandung. Mizan Pustakahttp://jkuorg.blogspot.com/2006/02/fikrah.html