analisis urin 1 devi

44
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Amilase saliva adalah enzim yang terdapat dalam air ludah. Enzim ini bekerja pada pati dan dekstrin (atau juga glikogen) dan mengubahnya menjadi maltosa, dengan hasil antara yang larut yaitu amilo dekstrin, eritrodekstrin dan akrodekstrin . Pada manusia dan hewan enzim berperan dalam proses katalitik, seperti enzim amilese yang berperan dalam proses pencernaan makanan dengan mengkatalisis reaksi hidrolisis pati menjadi gula‐ gula sederhana [1]. Pencernaan merupakan proses dimana molekul organik yang besar diubah menjadi molekul organic kecil agar bisa diserap oleh saluran pencernaan dan digunakan oleh tubuh. Proses ini melibatkan enzim-enzim hidrolase saluran pencernaan yang mengkatalisasi hidrolisis protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi monosakarida, dan triasilgliserol menjadi monoasilgliserol, gliserol, serta asam lemak [1]. Pencernaan melibatkan pencernaan molekul makanan melalui hidrolisis menjadi molekul yang lebih kecil yang

Upload: rinawati-arinda

Post on 10-Apr-2016

36 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Urin 1 Devi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Amilase saliva adalah enzim yang terdapat dalam air ludah. Enzim ini bekerja

pada pati dan dekstrin (atau juga glikogen) dan mengubahnya menjadi maltosa,

dengan hasil antara yang larut yaitu amilo dekstrin, eritrodekstrin dan akrodekstrin .

Pada manusia dan hewan enzim berperan dalam proses katalitik, seperti enzim

amilese yang berperan dalam proses pencernaan makanan dengan mengkatalisis

reaksi hidrolisis pati menjadi gula‐gula sederhana [1].

Pencernaan merupakan proses dimana molekul organik yang besar diubah

menjadi molekul organic kecil agar bisa diserap oleh saluran pencernaan dan

digunakan oleh tubuh. Proses ini melibatkan enzim-enzim hidrolase saluran

pencernaan yang mengkatalisasi hidrolisis protein menjadi asam amino, karbohidrat

menjadi monosakarida, dan triasilgliserol menjadi monoasilgliserol, gliserol, serta

asam lemak [1].

Pencernaan melibatkan pencernaan molekul makanan melalui hidrolisis

menjadi molekul yang lebih kecil yang dapat diserap melalui hidrolisis menjadi

molekul yang lebih kecil yang dapat diserap melalui epitel saluran cerna. Pencernaan

karbohidrat dimulai dari rongga mulut oleh amylase saliva, kemudian diteruskan oleh

amylase pancreas. Selanjutnya oleh enzim hidrolase spesifik di hidrolisis menjadi

bentuk monosakarida terutama glukosa, fruktosa dan galaktosa [1].

Metabolisme karbohidrat merupakan keseluruhan rangkaian reaksi kimia yang

memecah karbohidrat menjadi glukosa dan glukosa tersebut merupakan sumber

karbon untuk mensintesis sebagian besar senyawa lainnya. Glukosa juga

merupakan prekursur untuk sintesis bermacam macam gula lain yang digunakan

untuk pembentukan senyawa khusus, misalnya laktosa, antigen permukaan sel,

1

Page 2: Analisis Urin 1 Devi

nukleotida, atau glikosaminoglikan. Disamping itu, glukosa merupakan precursor

pokok bagi senyawa non karbohidrat, misalnya glukosa dapat diubah menjadi lemak,

kolesterol, dan hormone steroid, asam amino, dan asam nukleat [1].

Metabolisme karbohidrat diawali dengan pemecahan karbohidrat menjadi

glukosa dan monosakarida lain (galaktosa dan fruktosa) di saluran cerna.

Monosakarida-monosakarida tersebut kemudian diserap oleh usus masuk kedalam

darah dan berpindah ke jaringan tempat zat tersebut dimetabolisme [1].

Metabolisme karbohidrat menempati kedudukan yang sangat penting di dalam

metabolism sel, selain lipid dan asam amino. Oleh karena itu, apabila pengaturan

keseimbangan karbohidrat didalam metabolisme tergaggu maka akan memicu

timbulnya penyakit. Misalnya diabetes mellitus, intoleransi laktosa, dan glycogen

storage disease [1].

Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva, yang terdiri

dari enzim pencernaan ptialin (suatu α-amilase) yang terutama disekresikan oleh

kelenjar parotis. Enzim ini menghidrolisis tepung menjadi disakarida maltosa dan

polimer glukosa kecil lainnya yang mengandung tiga sampai sembilan molekul

glukosa. Namun makanan berada dalam mulut hanya untuk waktu yang singkat, jadi

mungkin tidak lebih dari lima persen dari semua tepung telah dihidrolisis pada

saatmakanan ditelan [1].

Tetapi pencernaan tepung kadang berlanjut di dalam korpus dan fundus

lambung selama satu jam sebelum makanan bercampur dengan sekresi lambung.

Kemudian aktivitas amilase saliva di hambat oleh asam yang berasal dari sekresi

lambung karena amilase pada dasarnya tidak aktif sebagai enzim bila pH medium

turun di bawah sekitar 4,0.Meskipun demikian, rata-rata, sebelum makanan dan saliva

yang ada bersamanya menjadi seluruhnya tercampur dengan sekresi lambung,

sebanyak 30 sampai 40 persen tepung telah di hidrolisis terutama berbentuk maltose

[1].

Sekresi pancreas seperti saliva, mengandung sejumlah besar yang fungsinya

hamper mirip dengan tetapi beberapa kali lebih kuat. Oleh karena itu, dalam waktu 15

Page 3: Analisis Urin 1 Devi

sampai 30 menit setelah kimus dikosongkan sari lambung ke dalam duodenum dan

bercamur dengan getah pancreas, sebenarnya, semua karbohidrat telah tercernakan.

Pada umumnya, hampir semua karbohidrat diubah menjadi maltose dan polimer-

polimer glukosa yang sangat kecil sebelum keduanya melewati duodenum atau

jejunum bagian atas [1].

B. TUJUAN

Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya kalsium, fosfat, sulfat, amoniak, klorida dalam

urin

2. Untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam urin

Page 4: Analisis Urin 1 Devi

BAB II

TINJAUAN TEORI

Enzim merupakan protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme

makhluk hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di

dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Oleh sebab

itu enzim disebut sebagai salah satu katalisator alami. Enzim terdiri dari apoenzim

dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein.

Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein. Gugus

prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan

organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik) [1].

Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun sel-sel

tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen metabolismenya. Enzim

katalase merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim diproduksi

oleh peroksisom dan aktif dalam melakukan reaksi oksidatif bahan-bahan yang

dianggap toksik oleh tanaman, seperti hidrogen peroksida (H2O2). Enzim katalase

termasuk ke dalam golongan desmolase, yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan

C-C atau C-N pada substrat yang diikatnya[1].

Cara kerja enzim dapat dijelaskan dalam dua teori, yaitu: Teori kunci dan

gembok (enzim bekerja sangat spesifik. Enzim dan substrat memiliki bentuk geometri

komplemen yang sama persis sehingga bisa saling melekat) dan teori ketepatan

induksi (enzim tidak merupakan struktur yang spesifik melainkan struktur yang

fleksibel. Bentuk sisi aktif enzim hanya menyerupai substrat. Ketika substrat melekat

pada sisi aktif enzim, sisi aktif enzim berubah bentuk untuk menyerupai substrat).

Namun dalam implementasinya, teori pertama yang dianggap paling sesuai dalam

menjelaskan cara kerja enzim [1].

Kerja enzim juga dipengaruhi oleh melekul lain, yakni activator dan

inhibitor.Inhibitor adalah molekul  yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan

4

Page 5: Analisis Urin 1 Devi

aktivitor adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Enzim pada umumnya

memiliki pH optimum antara pH 5-9,t e t ap i a da enz i m s epe r t i peps in (d i

l am bung) pH op t imum nya sangat asam.Seperti halnya dengan suhu,PH

ditingkatkan lebih tinggi, berarti  semakin  banyak  substrat  yang  tidak

dapatbereaksi dengan enzim [1].

Enzim adalah polimer biologis yang mengatalisis reaksi kimia yang

memungkinkan berlangsungnya kehidupan. Enzim yang mengatalisis perubahan

senyawa lain meningkatkan laju reaksinya, dibandingkan jika tidak dikatalisis.

Keberadaan dan pemeliharaan rangkaian enzim yang lengkap dan seimbang

merupakan hal yang esensial untuk menguraikan nutrien menjadi energi dan chemical

building block (bahan dasar kimiawi); menyusun bahan-bahan dasar tersebut menjadi

protein, DNA, membrane sel dan jaringan; serta memanfaatkan energi untuk

melakukan motilitas sel, fungsi saraf dan kontraksi otot [1].

Dengan pengecualian molekul RNA katalitik atau ribozim, enzim adalah

protein. Kekurangan jumlah atau aktivitas katalitik enzim-enzim kunci dapat terjadi

akibat kelainan genetic, kekurangan gizi, atau toksin. Defek enzim dapat disebabkan

oleh mutasi genetik atau infeksi oleh virus atau bakteri pathogen [1].

Para ilmuwan kedokteran mengatasi ketidakseimbangan aktivitas enzim

dengan menggunakan bahan-bahan farmakologis untuk menghambat enzim-enzim

tertentu dan sedang meneliti terapi gen sebagai cara untuk mengobati defisiensi

jumlah atau fungsi enzim [1].

Nama-nama yang paling sering digunakan untuk kebanyakan enzim

menjelaskan tipe reaksi yang dikatalisis, diikuti oleh akhiran –ase. Contohnya,

dehidrogenase mengeluarkan atom-atom hydrogen, protease mengatalisis protein dan

isomerase mengatalisis tata ulang dalam konfigurasi. Pemodifikasian dapat terletak di

depan maupn di belakang nama enzim untuk menejelaskan substrat enzim (xantin

oksidase), sumber enzim (ribonuklease pancreas), pengaturannya (lipase peka-

hormon) atau suatu gambaran dari mekanisme kinerjanya (protease sistein). Jika

Page 6: Analisis Urin 1 Devi

diperlukan, ditambah penanda alfanumerik untuk menunjukan berbagai bentuk suatu

enzim [1].

Enzim dikelompokkan dalam enam kelas yaitu:

1. Oksidoreduktase, mengatalisis oksidasi dan reduksi

2. Transferase, mengatalisis pemindahan gugus

3. Hidrolase,mengatalisis terjadinya hidrolisis

4. Liase, mengatalisis pemutusa ikatan dengan eliminasi atom yang akan

menghasilkan ikatan rangkap

5. Isomerase, mengatalisis perubahan geometric atau structural di dalam satu

molekul

6. Ligase, mengatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitandengan hidrolisis ATP

[1].

Banyak enzim yang mengandung berbagai molekul nonprotein kecil dan ion

logam yang ikut serta secara langsung dalam katalisis atau pengikut substrat. Molekul

atau ion ini, yang disebut gugus prostetik, kofaktor dan koenzim, memperluas ragam

kemampuan katalisis melebihi yang dumingkinkan oleh gugus fungsional di rantai

samping aminoasil peptid.Gugus prostetik dibedakan berdasarkan integritasnya yang

kuat dan stabil ke dalam struktur protein melalui gaya-gaya kovalen atau nonkovalen.

Contoh-contohnya antara ain adalah piridoksal fosfat, flavin mononukleatida dan

tiamin [1].

Logam adalah gugus prostetik yang paling sering dijumpai, sekitar sepertiga

dari semua enzim mengandung ion-ion logam yang terikat kuat dan disebut

metaloenzim [1].

Kofaktor memiliki fungsi serupa dengan gugus prostetik tetapi berikatan

secara transien dan mudah terlepas dengan enzim atau substrat, misalnya ATP.

Kofaktor harus terdapat dalam medium di sekitar enzim agar katalisis dapat terjadi.

Kofaktor yang paling umum adalah ion logam. Enzim memerlukan kofaktor ion

logam. Untuk membedakan dari metaloenzim [1].

Page 7: Analisis Urin 1 Devi

Koenzim berfungsi sebagai pengangkut atau bahan pemindah gugus yang

dapat didaur-ulang dan memindahkan banyak substrat dari tempat pembentukannya

ke tempat pemakaiannya. Ikatan dengan koenzim juga menstabilkan substrat, seperti

atom hydrogen atau ion hidrida yang tidak stabil dalam lingkungan cair sel [1].

Di kelenjar saliva (liur), granula sekretorik (zimogen) yang mengandung

enzim-enzim saliva dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Sekitar 1500 air

liur disekresi per hari. pH saliva saat kelenjar istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0,

tetapi selama sekresi aktif, pHnya mencapai 8,0. Air liur mengandung dua enzim

pencernaan: lipase lingual, yang disekresi oleh kelenjar di lidah, dan α-amilase saliva,

yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Saliva juga mengandung musin, yaitu

glikoprotein yang melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa

mulut. Saliva juga mengandung immunoglobulin sekretorik IgA; lisozim, yang

menyerang dinding kuman; laktoferin, yang mengikat besi dan bersifat bakteriostatik;

dan protein kaya-plorin yang melindung email gigi dan mengikat tannin yang toksik

[1].

Saliva mempunyai sejumlah fungsi penting, antara lain memudahkan kita

menelan, mempertahankan kelembaban mulut, bekerja sebagai pelarut molekul yang

merangsang indera pengecap, membantu proses bicara dengan memudahkan

pergerakan bibir dan lidah, dan mempertahankan kebersihan mulut dan gigi. Saliva

juga mempunyai daya antibakteri, dan penderita defisiensi salivasi (xerostomia)

mempunyai insidens karies gigi yang lebih tinggi daripada normal. Sistem dapar

saliva membantu mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Sistem ini juga membantu

menetralkan asam lambung dan menghilangkan nyeri ulu hati (heartburn) bila getah

lambung mengalami regurgitasi ke dalam esophagus [1].

Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan

sublingualis, selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang sangat kecil. Sekresi

saliva normal harian berkisar 800-1500 ml. Saliva mengandung dua tipe sekresi

protein yang utama : (1) Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu α-amilase),

yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat, dan (2) Sekresi mucus yang

Page 8: Analisis Urin 1 Devi

mengandung musin untuk tujuan perlindungan dan pelumasan. Kelenjar parotis

hampir seluruhnya menyekresi tipe serosa, sementara kelenjar submandibularis dan

sublingualis menyekresi mucus dan serosa. Kelenjar bukalis hanya menyekresi

mucus. Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,0; suatu kisaran yang menguntungkan

untuk kerja pencernaan dari ptialin [1].

Tepung, suatu polimer glukosa, adalah karbohidrat utama dalam makanan.

Bahan ini dicerna oleh amilase dalam air liur oleh α-amilase dalam air liur lalu oleh

α-amilase yang dihasilkan oleh pankreas dan bekerja di usus halus. Di-, tri-, dan

oligosakarida yang dihasilkan oleh α-amilase ini diuraikan menjadi glukosa oleh kerja

enzim-enzim pencernaan yang terletak di permukaan brush border sel epitel usus [1].

Dia tiga pasangan utama kelenjar ludah adalah parotid, submandibular dan

sublingual. Mereka saluran terbuka sebaliknya molar kedua rahang atas, di samping

dari frenum bahasa dan dalam bahasa sulkus. Selain itu, ada banyak kelenjar liur

minor, yang saluran terbuka ke sebagian besar wilayah oral mukosa kecuali di daerah

yang meliputi dorsum lidah, yang anterior bagian dari langit-langit keras dan gingiva

tersebut. Gabungan sekresi dari berbagai kelenjar disebut "air liur secara

keseluruhan." Ketika aliran unstimulated, yang submandibular parotid, sublingual dan

kecil kelenjar lendir (MMGs) berkontribusi sekitar 25 persen, 60 persen, 7 sampai 8

persen dan 7 hingga 8 persen, masing-masing, untuk seluruh air liur, tapi ketika aliran

dirangsang, parotis kelenjar kontribusi meningkat oleh sekurang sedikitnya 10

percent.1-4. Karena air liur dari berbagai kelenjar memasuki mulut di beberapa

lokasi, tidak tercampur. Amilase enzim disekresikan terutama oleh kelenjar parotis,

dan dengan menggunakan amilase sebagai penanda untuk

parotis air liur, Sas dan Dawes5 menemukan bahwa mereka bisa menghitung

Persentase kontribusi parotis air liur air liur untuk keseluruhan sampel pada beberapa

situs [5].

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan terhadap sebuah

kompleks enzim karena tergantung pada spesifisitas enzim, konsentrasi substrat, dosis

Page 9: Analisis Urin 1 Devi

enzim, interaksi antara enzim, bahan kualitas dan jenis, tingkat nutrisi dalam diet, dan

usia hewan [6].

Page 10: Analisis Urin 1 Devi

BAB III

PRINSIP DAN METODE PRAKTIKUM

A. Persiapan Urin

1. Sampel urin yang digunakan adalah urin selama 24 jam

2. Amati dan catat sifat fisik dari urin yang meliputi volume, warna, dan bau

3. Catat pH urin dengan menggunakan kertas lakmus atau pH indikator

B. Alat dan bahan

Alat Bahan

1. Tabung reaksi 1. Sampel urin

2. Tabung Erlenmeyer 2. Larutan Kalsium Oksalat

3. Gelas ukur 3. Larutan Amonium Molibdat

4. Lampu Bunsen 4. Larutan HCl pekat

5. Penjepit tabung reaksi 5. Fenolftalein

6. Corong 6. Larutan NaOH

7. Pipet 7. Larutan AgNO3

C. Cara Praktikum

4. Uji Kalsium

Ke dalam 15 ml urin tambahkan 3 ml NH4OH pekat lalu didihkan. Kalsium

dan magnesium fosfat diendapkan, saring dan cuci endapannya dengan aquadest.

Larutkan endapan tadi ke dalam asam asetat encer. Kemudian ambil 3 ml larutan

tersebut dan tambahkan 1 ml kalsium oksalat. Terbentuknya endapan putih (kalsium

oksalat) menunjukkan adanya kalsium.

5. Uji Fosfat

Page 11: Analisis Urin 1 Devi

Ke dalam 3 ml larutan (dari endapan pada uji 1) tambahkan 3 ml HNO3 pekat

dan 3 ml ammonium molibdat. Panskan sampai mendidih. Terjadinya perubahan

warna menjadi kuning jernih atau endapan kuning jernih menunjukkan adanya fosfat.

6. Uji Sulfat

Ke dalam 5 ml urin tambahkan 1 ml HCl pekat (untuk mencegah

pengendapan fosfat) dan 2 ml BaCl2. Terbentuknya endapan seperti putih susu atau

endapan putih tebal disebabkan terbentuknya BaSO4 yang tidak larut dalm HCl pekat

dan hal ini menujukkan adanya sulfat.

7. Uji Amoniak

Ke dalam 15 ml urin tambahkan 4 tetes fenolftalein. Kemudian tambahkan

NaOH tetes demi tetes sampai didapatkan larutan berwarna merah muda. Didihkan

urin. Masukkan sebuah tabung gelas ke dalam fenolftalein dan peganglah di atas uap

urin. Lapisan tipis pada tabung menunjukkan warna merah muda disebabkan adanya

kotak uap amoniak (dalam urin) dengan fenolftalein.

N.B. Pada pH ini (sekitar 8,5) urea tidak dapat menjadi amoniak. Jika NaOH

kuat ditambahlkan dan diperoleh pH yang lebih tinggi, urea sendiri akan mengalami

dekomposisi dan menghasilkan amoniak. Karena itu pengaturan pH pada warna

merah muda dengan fenolftalein (pH 8,5) adalah diperlukan.

8. Uji Klorida

Ke dalam 15 ml urin ditambahkan 1 ml HNO3 pekat (mencegah pengendapan

urat oleh AgNO3). Kemudian tambahkan 1 AgNO3. Endapan putih dari AgCl

menunjukkan adanya klorida. Endapan tersebut larut dalam NH4OH dan tidak larut

dalam HNO3.

Page 12: Analisis Urin 1 Devi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PRAKTIKUM

Identitas Probandus

Nama : Alfian Nur

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 18 Tahun

Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Sebelum hasil dari pengujian yang telah dilakukan, kita amati dulu sifat fisik

dari urine yang meliputi:

a. Volume urin = 148 ml

b. Warna urin = Kekuning-kuningan

c. Bau urin = Mempunyai bau khas urine normal

d. pH urin = 7

Setelah itu hasil dari pengujian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Analisa Kualitatif Urin

Page 13: Analisis Urin 1 Devi

No Uji Campuran Hasil

1 Kalsium15 ml urin + 3 ml NH4OH pekat (kalsium dan magnesium fosfat diendapkan) + asam asetat encer + 1 ml kalsium oksalat

Terbentuk endapan putih

2 Fosfat 3 ml larutan (endapan dari uji 1) + 3 ml HNO3 + 3 ml amonium molibdat

Terjadi warna kuning jernih atau endapan

3 Sulfat 5 ml urin + 1 ml HCl pekat + 2 ml BaCl2

Terbentuk endapan seperti air susu

4 Amoniak 15 ml urin + 4 tetes fenolftalein + NaOH tetes demi tetes

Terbentuk lapisan tipis pada tabung setelah dididihkan

5 Klorida 15 ml urin + 1 ml HNO3 + 1 ml AgNO3Terbentuk endapn putih

WAKTU PERUBAHAN WARNA

Menit ke- 0 Kuning

Menit ke- 1 Kuning

Page 14: Analisis Urin 1 Devi

B. Pembahasan

Ginjal memiliki bagian-bagian tertentu yang melakukan fungsi tertentu,

sehingga ciri-ciri dan lokasi penyakit ginjal dapat diketahui dengan memperhatikan

aspek-aspek cara pembentukan urine dan cara pengaturan metabolisme [1].

Urine merupakan cairan eksresi utama yang dikeluarkan lewat perantaraan

ginjal. Sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui urine yang mengandung

senyawa-senyawa organik dan anorganik. Komposisi urine sangat bervariasi dan

terutama tergantung pada sifat alami diet yang dilakukan oleh individu. Komposisi

urine normal mengandung senyawa yang dinamakan komponen normal. Dalam

keadaan patologis, senyawa-senyawa lain dapat dijumpai dalam urine (komponen

abnormal). Perubahan yang besar dapat terjadi pada komponen urine normal [2].

Dengan demikian pemeriksaan urine secara kualitatif penting dilakukan untuk

mendeteksi terjadinya ganguan atau kelainan pada ginjal ataupun pada bagian tubuh

eksretorik. Selain membersihkan tubuh dari zat sampah yang bernitrogen dan hasil

metabolisme lain, ginjal dengan cara cermat melakukan fungsi homeostasis cairan,

elektrolit, dan asam basa. Ginjal menerima sekitar satu liter darah atau 500 ml plasma

per menit. Dengan menggunakan proses-proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi

diproduksi sekitar 500-2000 ml urine setiap hari. Glomerulus berfungsi dalam filtrasi.

Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorpsi [3].

Ginjal menjalankan beberapa fungsi, yaitu [4] :

1. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit

2. Pengaturan konsentrasi osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit

3. Pengaturan keseimbangan asam basa

4. Eksresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing

5. Pengaturan tekanan arteri

6. Sekresi hormone

7. Glukoneogenesis.

Page 15: Analisis Urin 1 Devi

Kalau semua bagian berfungsi normal, maka gunjal memerankan fungsi

sebagai berikut: glomerulus memperbolehkan semua zat yang harus dieksresi lewat

dan mencegah hilangnya protein dan sel-sel. Tubulus mereabsorpsi zat larut yang

harus dipertahankan, mengatur kadar natrium, kalium, dan bikarbonat, serta

mencegah eksresi atau menahan ion H+ sesuai dengan kebutuhan. Duktus koligen

dibantu oleh keadaan hipertonik dalam medulla, mengatur banyaknya air yang harus

ditahan dan dikeluarkan [1].

Berikut ini beberapa kelainan pada ginjal:

Kerusakan Glomerulus

Kerusakan fungsi glomerulus mengakibatkan [5] :

Penurunan laju filtrasi glomerulus.

Gangguan pre-renal seperti hemokonsentrasi atau penurunan tekanan darah

arteri perifer atau bendungan vena atau bendungan vena ginjal secara pasif

menurunkan tekanan filtrasi, sehingga terjadi penurunan laju filtrasi

glomerulus.

Ada retensi air, posfat, dan kalium, kecenderungan kehilangan natrium,

hipokalsemia, dan asidosis pada kasus kronis, dan penurunan nilai-nilai

clearing. Oliguria, biasanya berosmolalitas dan berat jenis yang tinggi, ada

bila filtrasi glomerulus menurun.

Kerusakan patologis membran basalis glomerulus menyebabkan bocornya

plasma dan eritrosit melalui glomerulus yang terkena, sehingga ada

proteinuria ringan (yang lebih berat pada lesi membranosa) dan hematuria

(yang lebih berat pada lesi proliferatif). Sindroma nefrotik terutama

merupakan gangguan berupa peningkatan permeabilitas yang memungkinkan

kehilangan protein terutama secara berlebihan .

Kerusakan Tubulus

Tubulus rusak menyebabkan gagalnya reabsorpsi dan kehilangan kompensasi

untuk mengubah volume cairan tubuh, tekanan osmotic dan keadaan asam basa [4].

Page 16: Analisis Urin 1 Devi

Penting untuk membedakan insufisiensi dengan kegagalan ginjal. Insufisiensi

ginjal bisa diduga timbul bila kadar produk akhir yang akan dieksresikan di dalam

plasma masih normal, sedangkan pada kegagalan ginjal (biasanya bila clearance telah

turun di bawah 50%), konsentrasi zat di dalam plasma ini, seperti urine, di atas

normal [5].

Kelainan fungsi ginjal antara lain [6]:

1. Gagal ginjal akut, yaitu penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang biasanya

tetapi tidak seluruhnya, bersifat reversible. Biasanya terjadi akibat peningkatan

hasil metabolik nitrogen seperti ureum dan kreatinin. Dengan 3 fase gagal ginjal

akut yaitu : fase oliguria/anuria, fase diuretik dan fase penyembuhan atau

pascadiuretik. Gagal ginjal akut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

faktor prarenal.

faktor renal.

faktor pascarenal.

2. Batu saluran kemih, suatu keadaan terdapatnya batu di saluran kemih, baik ginjal,

ureter maupun buli-buli. Pemeriksaan penunjung : dapat terjadi hematuria,

sedimen urine mengandung eritrosit dan leukosit, ditemukan kristal yang spesifik

untuk tiap batu dan proteinuria ringan.

3. Sindrom Nefritik

Penyakit ini tiba-tiba terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan

urine berwarna gelap atau urine yang kental akibat proteinuria berat. Pada dewasa

yang terlihat adalah edema pada kaki dan genitalia.

Pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal

dan saluran urine, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran

empedu, pankreas, korteks, adrenal, dll. Ada beberapa macam sampel urin yang

dapat digunakan pada pemeriksaan urine1, diantaranya urine sewaktu dan urin

postprandial. Urine sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang

tidak ditentukan. Urine postprandial lebih sering digunakan untuk pemeriksaan

Page 17: Analisis Urin 1 Devi

glukosuria. Urine ini diambil pada 1 ½ - 3 jam sesudah makan. Pemilihan sampel

urine ada 5 macam yaitu :

Urin sewaktu

Urin pagi

Urin postprandial

Urin 24 jam

Urin 3 gelas dan urine 2 gelas pada orang laki-laki [7].

Berikut tes-tes fungsi ginjal :

1. Tes clearance dan sejenisnya untuk menyelidiki kehilangan fungsi.

2. Pemeriksaan protein, sel, dan silinder untuk mengetahui lesi aktif.

3. Tes fungsi ginjal mengalami kelainan bila kurang lebih 2/3 jaringan ginjal rusak

secara fungsional [5].

Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap urine terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan terhadap volume, warna dan sifat urine. Urine yang digunakan pada

praktikum kali ini adalah urine sewaktu dengan volume sekitar 50 ml. Urine

probandus memiliki bau yang khas dan setelah didiamkan beberapa lama tercium bau

amoniak. Urine yang baru mempunyai bau yang khas, sedangkan urine yang lama

akan mengalami penguraian oleh bakteri yang menyebabkan urine berbau amoniak

[2]. Hal ini disebabkan terjadinya penguraian urine oleh bakteri. Bau urine normal

disebabkan oleh sebagian zat organik yang menguap. Bau urine abnormal disebabkan

oleh [7]:

- Makanan yang mengandung zat atsiri sperti jengkol dan petai.

- Obat-obatan seperti terpitin dan methanol.

- Bau amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum.

- Bau pada ketonuria

- Bau busuk.

Urine probandus berwarna kuning jernih. Warna kuning jernih ini termasuk

normal yang disebabkan oleh pigmen urokrom. Pada keadaan patologis urine dapat

mengandung pigmen-pigmen lain, sehingga memberi variasi warna urine yang jelas.

Page 18: Analisis Urin 1 Devi

Urine normal yang masih baru berupa cairan yang jernih namun bila dibiarkan akan

menjadi keruh. Kekeruhan ini disebabkan dua hal yaitu adanya mukerid yang

mengandung sel-sel epitel serta disebabkan adanya konsumsi makanan yang banyak

mengandung fosfat dan karbonat [2].

Dari pengukuran dengan kertas lakmus diperoleh pH urine sebesar 7. Dalam

keadaan normal, kumpulan urine selama 24 jam mempunyai pH 6 (reaksi asam) [2].

Urin probandus bersifat asam / lebih cenderung ke nilai netral, pH probandus masih

termasuk normal. Hal ini dipengaruhi oleh konsumsi makanan probandus karena

urine yang diperiksa merupakan urine sewaktu setelah probandus makan.

Pengamatan terhadap mineral dalam urine dilakukan pada uji kalsium, fosfat,

sulfat dan klorida. Uji kualitatif urine yang pertama adalah uji kalsium. Uji ini

menunjukkan hasil yang positif dengan terbentuknya endapan putih (kalsium oksalat)

yang menunjukkan adanya kalsium. Hasil praktikum menunjukkan adanya kekeruhan

berwarna putih (positif). Reaksi adalah sebagai berikut:

Ca2+ + C2O4

2- + H2O CaC2O4 + H2O

Pada uji Fosfat, dilakukan penambahan amonium molibdat yang berfungsi untuk memisahkan fosfat dari zat penggangu [8]. Hasil reaksi positif ditandai dengan terjadinya warna kuning jernih atau endapan yang menunjukkan adanya fosfat. Reaksi :

PO42- + Amonium molibdat Amonium fosfomolibdat

Uji Sulfat dilakukan untuk menentukan adanya sulfat dalam urine. Percobaan

menunjukkan hasil positif ditandai terbentuk endapan seperti air susu atau endapan

putih tebal yang disebabkan terbentuknya BaSO4 yang tidak larut dalam HCl pekat.

Dalam reaksi ini dilakukan penambahan BaCL2 untuk mencegah pengendapan fosfat.

Reaksi:

Ba2+ + SO4

2- BaSO4

Selanjutnya uji mineral yang lain yaitu uji klorida, uji ini bertujuan untuk

menunjukkan adanya klorida dalam urine. Pada percobaan dilakukan penambahan

Page 19: Analisis Urin 1 Devi

HNO3 yang bertujuan untuk mencegah pengendapan urat oleh AgCl. Hasil percobaan

menunjukkan hasil positif ditandai dengan adanya endapan putih dari AgCl. Reaksi :

Cl- + Ag+ AgCl

Pengamatan terhadap adanya nitrogen dilakukan pada uji amoniak. Pada uji

amoniak digunakan indikator fenolftalein (PP) yang ditambahkan pada urine. Dalam

percobaan ditambahkan NaOH yang bertujuan agar tercipta suasana basa. Karena

urea baru mengalami dekomposisi dan menghasilkan amoniak pada pH di atas 8,5.

Percobaan menunjukkan hasil positif yaitu terdapat lapisan tipis berwarna merah

muda pada tabung disebabkan adanya kontak antara uap amoniak dengan fenolftalein.

Karena itulah diperlukan indikator PP untuk menujukkan ada tidaknya amoniak

dengan perubahan warna menjadi merah muda.

Urin adalah cairan eksresi utama yang dikeluarkan lewat perantaraan ginjal.

Sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui urin yang mengandung

senyawa-senyawa oraganik maupun anorganik.[1]

Komposisi urin sangat bervariasi dan terutama tergantung pada sifat alami diet

yang dilakukan oleh berbagai individu. Komposisi urin normal mengandung senyawa

yang dinamakan dengan komponen normal. Dalam keadaan patologis, senyawa-

senyawa lain dapat dijumpai dalam urin (komponen abnormal). Perubahan yang besar

dapat tejadi pada komponen normal urin (komponen abnormal).[1]

Senyawa-senyawa anorganik yang terdapat dalam urin antara lain natrium,

kalium, karbonat, klorida (klorin), fosfat, sulfat, flourida, nitrat, silikat, hydrogen

peroksida, amoniak.[1]

Natrium dan kalium selalu terdapat dalam urine terutama sebagai klorida,

bikarbonat, sulfat dan fosfat. Banyaknya kalium yang dieksresi per hari pada orang

dewasa adalah sekitar 3,2 g K2O dan natrium sekitar 5,2 g Na2O. Kalsium (Ca) dan

Magnesium (Mg) lebih banyak diekskresi tiap hari sangat bervariasi, normal 10-200

mg Ca dan Mg antara 80-100 mg. Banyaknya besi (Fe) yang diekskresikan tiap hari

antara 0,6-10 mg. [1]

Page 20: Analisis Urin 1 Devi

Karbonat pada umumnya terdapat hanya dalam jumlah sedikit pada urin

manusia. Reaksi alkali dalam urin disebabkan oleh eksresi alkali karbonat dalam

jumlah besar. Sampel urin pada waktu itu kalau dikeluarkan akan ada dalam keadaan

keruh.[1]

Klorida (klorin) adalah anion utama dalam urin dan umumnya diperkirakan

dalam bentuk NaCl (dengan asumsi bahwa semua klorin sebagai NaCl) walaupun

terdapat juga klorida dari kalium, ammonium, dan magnesium. Banyaknya klorida

yang dieksresi setiap hari sekitar 12 g NaCl atau sekitar 7 g klorin.[1]

Asam fosfat terdapat dalam urin sebagai fosfat dar Na, NH4 (fosfat alkali),

serta Ca dan Mg (fosfat tanah). Asam fosfat membentuk 3 macam garam, yaitu garam

normal, garam mono hidrogen, dan garam dihidrogen. Dalam bentuk kombinasi

organik, fosfor terdapat sebagai asam gliserolfosfat. Rata-rata dalam 24 jam, fosfor

yang dikeluarkan kira-kira 2,5 g dalam bentuk P2O5.[1]

Sulfat dieksresi melalui urin dalam bentuk sulfur yang tak teroksidasi atau

sulfur netral. Sulfur teroksidasi seperti sulfat dari Na, K, Mg, Ca, dan sejumlah kecil

sebagai sulfat etereal yaitu dalm bentuk kombinasi dengan senyawa-senyawa

aromatic seperti phenol, indol, skatol, kresol, dan lain-lain. Dalam keadaan normal,

sekitar 2,5 g H2SO4 (dalam bentuk SO3) dieksresi per hari. Dalam keadaan patologis,

ekskresi sulfat meningkat pada penderita yang mengalami demam akut dan penyakit-

penyakit lain yang disebabkan oleh stimulasi metabolisme. Ekskresi sulfat menurun

pada penyakit-penyakit yang disertai dengan penurunan nafsu makan dan pada

aktifitas metabolisme yang menurun [1].

Flourida, nitrat, silikat, dan hydrogen peroksida juga ditemukan dalam urin

normal. Nitrat diperoleh melalui perantaraan air dan makanan. Ekskresi rata-rata dari

nitrat sekitar 0,5 g/hari dan paling banyak dijumpai pada individu yang diet sayuran

dan paling sedikit pada diet daging. Nitrat banyak ditemukan jika terjadi dekomposisi

atau fermentasi amoniak dan terbentuk dari amoniak. Hydrogen peroksida juga

dijumpai dalam urin, tapi tidak memiliki arti fisiologis [1].

Page 21: Analisis Urin 1 Devi

Amoniak merupakan senyawa nitrogen terpenting dari hasil metabolisme

protein selain dari urea. Amoniak diekskresi rata-rata sekitar 0,7 g/hari. Urin normal

mengandung amoniak sebagai klorida, sulfat, dan fosfat dari amoniak. Dalam bentuk

ini nitrogen tidak diubah menjadi urea dalam tubuh organisme, oleh sebab itu setelah

pemasukan garam-garam ammonium, ekskresi amoniak juga meningkat. Penyakit-

penyakit yang disertai dengan peningkatan atau metabolisme protein yang tidak

sempurna, maka akan meningkatkan asam asetoasetat adan asam-β-hidroksi butirat

ditemukan dalam bentuk kombinasi dengan amoniak [1].

Selain senyawa-senyawa anorganik, urin yang normal juga mengandung

senyawa-senyawa organik. Senyawa-senyawa yang penting terdiri dari urea, asam

urat (2-6-8 Tioksifurin), kreatin dan kreatinin, asam hipurat, basa purin, dan pigmen

urine. Pada manusia, sebagian besar nitrogen diekskresi dalam bentuk urea. Ekskresi

total urea sekitar 30 g/hari. Ekskresi urea menurun pada keadaan tertentu, misalnya

kelaparan, diet rendah protein, kelainan hepar, diabetes yang disertai dengan asidosis

dimana presentasea amoniak relatif tinggi [1].

Asam urat (2-6-8 Tioksifurin) merupakan komponen penting urin, dimana

nitrogen diekskresikan. Ekskresi total asam urat pada keadaan normal sekitar 0,7

g/hari. Senyawa ini tidak larut dalam air, sehingga diekskresikan sebagai urat.

Ekskresinya sangat bervariasi, terutama tergantung pada diet dan keadaan patologik.

Asam urat merupakan Kristal dengan bentuk bervariasi. Kristal tersebut ditemukan

dalam dua bentuk garam, yaitu garam netral dan garam asam. Kalium dan litium urat

netral dapat larut dalam air, sedang ammonium sukar larut. Logam-logam alkali urat-

asam lebih tidak larut, sedangkan logam-logam alkali tanah urat-asam sangat tidak

larut dan mereka ini membentuk sedimen urin. Asam urat memiliki sifat mereduksi,

yaitu dapat mereduksi AgNO3 dan Cu(OH)2 (CuSO4 basa). Tetapi asam urat tidak

dapat mereduksi bismuth dalam larutan alkali (larutan Nylander). Hal ini yang

membedakannya dari gula-gula mereduksi. Pada keadaan patologik, ekskresi asam

urat memiliki variasi yang luas. Pada leukemia ekskresinya sangat meningkat. Pada

penyakit ghout, kadarnya dalam darah meningkat (dari 2-3,5 mg menjadi 4-10

Page 22: Analisis Urin 1 Devi

mg/100 ml darh). Pada kasus-kasus kerusakan ginjal berat, kadarnya dalam darah

juga meningkat. Kadar urat dalam urine penting sebagai petunjuk adanya

pembentukkan batu asam urat. Senyawa-senyawa tersebut menurunkan keasaman

urin, oleh sebab itu menaikkakn kelarutan urat. Litium mempunyai kelarutan lebih

tinggi [1].

Kreatin merupakan komponen normal dalam urin dan merupakan anhidrida-

kreatin. Pada keadaan normal, kadar keratin dalam urin sangat sedikit. Kadarnya akan

meningkat sesudah pemberian diet daging. Kreatin terdapat dalam jumlah besar

hanya pada keadaan normal, akan tetapi pada anak-anak dan wanita hamil hal ini

dianggap normal. Kreatinin total yang diekskresi per hari tergantung pada efisiensi

otot individu. Pada orang dewasa normal sekitar 1-1,25 g kreatinin diekskresikan per

hari. Pada keadaan kelaparan dan demam menyebabkan pemecahan jaringan,

bnayaknya kreatinin yang diekskresi meningkat dan pada umumnya diikuti dengan

ekskresi kreatin. Penurunan ekskresi kreatinin ditemukan pada anemia, paralisis,

degenerasi ginjal yang akut, leukemia, dan lain-lain [1].

Asam hipurat merupakan zat normal dalam urine.manusia. Pada manusia,

sebagian asam hipurat disintesis dalam hepar. Asam hipurat diekskresikan setelah uji

pemakaian natrium benzoate pada dosis tertentu yang digunakan untuk mengetahui

fungsi hepar. Asam hipurat disisntesis dari kondensasi asam benzoate dengan glisin.

Reaksinya:

C6H5COOH+NH2-CH2COOH→C6H5-CO-NH-CH2COOH+H2O

Asam benzoate berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran (yang biasanya

mengandung senyawa-senyawa aromatik) dan glisin berasal dari komposisi protein.

Oleh karena itu, jumlah ekskresi asam hipurat lebih banyak pada diet sayuran

disbanding dengan diet daging. Pada orang dewasa normal dengan diet campuran,

sekitar 0,7 g asam hipurat diekskresi setiap hari. Kenaikan ekskresi asam hipurat

ditemukan pada penderita diabetes, disebabkan oleh meningkatnya pemasukan

protein dan buah-buahan. Pada keadaan demam dan kelainan ginjal, ekskresi asam

hipurat menurun [1].

Page 23: Analisis Urin 1 Devi

Basa purin diekskresi dalam asam urat. Basa purin yang ditemukan dalam urin

adalah adenin, karnin, epiguanin, guanin, santin, hiposantin, heterosantin, dan

metilsantin. Dari senyawa-senyawa tersebut, adenin, xantin, dan hipoxantin

merupakan zat paling penting yang dibentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan

dan niklein jaringan. Heteroxantin, paraxantin, dan theobromin berasal dari kafein,

kopi, teh, dan coklat. Ekskresi basa purin per hari sangat sedikit sekitar 10-60 mg/hari

[1].

Pigmen urin yang terpenting dalam urin normal adalah urokrom, urobilin,

uroeritrin, koproporfirin, dan urorosein. Di antara semuanya itu, urokrom merupakan

pigmen terpenting dalam urine normal [1].

Untuk analisa kualitatif urin diperlukan pengumpulan sampel selama 24 jam

dan kemudian analisa dilakukan untuk menentukan kadarnya. Untuk tujuan ini,

kantung kemih seseorang dikosongkan dalam jam tertentu (misal pukul 06.00 pagi)

dan urin dibuang. Kemudian semua urin yang dikeluarkan sesudah jam itu

dikumpulkan dalam botol besar yang mengadung 10 ml toluene sebabagi pengawet.

Harus diperhatikan bahwa apabila toluene yang digunakan dalam jumlah

besar, maka akan memberikan uji positif palsu (uji Heller) untuk albumin. Kantung

kemih dikosongkan pada waktu yang sama (jam 06.00) pada pagi hari berikutnya dan

sampel ini juga dicampur dengan urin yang dikumpulkan terlebih dahulu. Volume

urin diukur kemudian diencerkan dengan aquadest menjadi volume tertentu. Volume

dari sampel yang terkumpul tersebut digunakan untuk analisis.

Volume urin normal yang dikeluarkan oleh individu normal selama sehari

adalah naik turun dalam batas tertentu, pada umumnya sekitar 1000-1500 ml. Namun

apabila pemasukan cairan dalam tubuh lebih besar, maka akan meningkatkan volume

urin, sedangkan kerja fisik dapat menurunkan volume urine yang diekskresi.

Urine normal berwarna kekuning-kuningan. Intensitas warna ini sangat

tergantung dari densitasnya. Urin menjadi berwarna karena adanya pigmen urokrom.

Urine normal yang msaih baru merupakan cairan yang jernih tetapi bila dibiarkan

Page 24: Analisis Urin 1 Devi

akan menjadi keruh. Hal ini disebabkan oleh mukerid yang mengandung sel-sel

epitel.

Urin yang masih baru mempunyai bau yang khas. Bila urin dibiarkan, maka

akan terjadi penguraian oleh bakteri yang menyebabkan urin berbau amoniak. Dalam

keadaan normal, kumpulan urin selama 24 jam mempunyai pH 6 (reaksi asam). Bila

urin dibiarkan dalam jangka waktu lama dapat berubah menjadi basa yang disebabkan

fermentasi amoniak. Keasaman urin terutama disebabkan oleh asam folat dari natrium

dan kalium serta asam-asam organik lemah. Diet daging menyebabkan urin menjadi

sangat asam oleh karena terbentuknya asam sulfat dan asam fosfat.

Urin dalam keadaan normal mempunyai berat jenis antara 1012-1024

(air=1000). Bila banyak minum (air, bir, dll) menyebabkan berat jenis akan turun

sampai 1002. Sesudah berkeringat yang banyak, berat jenis akan meningkat sampai

1040. Berat jenis dapat diukur dengan menggunakan urinometer. Berat jenis

dipengaruhi oleh adanya zat-zat abnormal dalam urin. Orang dewasa normal

mengekskresikan sekitar 70 g zat padat per hari. Total zat padat dalam urin dapat

dihitung secara kasar dari koefisisen Long dan berat jenis urin selama 24 jam (urin

yang dikumpulkan selama 24 jam).

Glukosa pada jaringan tertentu memilki kadar minimal seperti pada otak dan

eritrosit. Metabolisme glukosa memegang peranan penting dan berpengaruh terhadap

metabolisme-metabolisme senyawa lain, untuk mengetahui keadaan metabolisme

glukosa dalam tubuh dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa dalam urin

[2].

Pada keadaan kadar glukosa tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan

hiperglikemia sedangkan pada keadaan kadar glukosa yang rendah dapat

mengakibatkan hipoglikemia. Salah satu kepentingan pemeriksaan glukosa dalam

urin adalah pada penyakit diabetes mellitus. Jika dalam darah banyak terdapat

glukosa yang mencerminkan bahwa metabolisme gula dalam tubuh terganggu, maka

kemungkinan besar urine juga akan mengandung glukosa atau gula lainnya [3].

Page 25: Analisis Urin 1 Devi

Glukosa dapat dibuang melalui urin jika kadarnya terlalu tinggi dalam tubuh

[4]. Pada urin normal, kadar glukosanya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Peningkatan kadar glukosa urin terkait langsung dengan kadar glukosa dalam darah

[5].

Penyerapan kembali glukosa melawan gradien konsentrasinya berhubungan

dengan pengadaan ATP di dalam sel-sel tubulus. Kapasitas sistem tubulus untuk

menyerap kembali glukosa terbatas hingga sekitar 350 mg/menit. Kalau kadar

glukosa darah naik, filtrat glomerulus dapat mengandung glukosa lebih banyak

daripada jumlah glukosa yang bisa diserap kembali. Kelebihan ini akan dikeluarkan

bersama urin sehingga menimbulkan gejala glikosuria. Pada orang-orang normal,

glikosuria terjadi kalau konsentrasi glukosa dalam darah vena melampaui 9,5 – 10,0

mmol/L. Keadaan ini dinamakan ambang ginjal (renal threshold) untuk glukosa.

Konsentrasi glukosa dalam urin tidak hanya memperlihatkan konsentrasi gula darah,

tetapi juga rata-rata volume urin yang di keluarkan tiap waktu [6].

Pada penderita diabetes mellitus biasanya dikarenakan kelenjar pankreas atau

kelenjar ludah perut tidak mampu atau tidak cukup memproduksi hormon insulin

yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pembakaran karbohidrat sebagai bahan bakar

tubuh kurang sempurna, hal ini mampu mengakibatkan peninggian kadar glukosa

(gula) dalam darah. Karena kadar glukosa dalam darah lebih dari normal, maka akan

dibuang melalui urine. Salah satu jenis ciri dari diabetes mellitus adalah poliuri, yaitu

volume urin yang besar dalam periode tertentu. Ada juga poligipsi, yaitu individu

tersebut sering mengalami haus walaupun sudah minum banyak. Yang terakhir

polipagi, yaitu individu tersebut mengalami lapar terus-menerus [4].

Jika kadar glukosa darah naik hingga mencapai kadar yang relatif tinggi,

ginjal juga melakukan pengaturan. Glukosa yang memang disaring oleh glomerolus

secara terus menerus, namun kemudian akan dikembalikan seluruhnya ke dalam

darah melalui sintesis reabsorpsi tubulus ginjal. Penyerapan kembali glukosa

melawan gradien konsentrasinya berhubungan dengan pengadaan ATP di dalam sel-

Page 26: Analisis Urin 1 Devi

sel tubulus. Kapasitas sistem tubulus untuk menyerap kembali glukosa terbatas

hingga sekitar 350 mg/menit [7].

Urin erat kaitannya dengan ginjal yang diperoleh dari proses hasil

metabolisme di dalam tubuh. Urin perlu diidentifikasi secara kimiawi guna

mengetahui apakah ada kandungan glukosa didalamnya dan secara klinis dapat

bermanfaat untuk mengetahui adanya suatu penyakit akibat penimbunan gula dalam

urin (glukosuria). Ginjal melakukan berbagai fungsi metabolik dan ekskretorik.

Selain membersihkan tubuh dari zat-zat sampah bernetrogen dan hasil metabolisme

lain, ginjal dengan cermat melaksanakan homeostatis cairan [8].

Masalah yang berkaitan dengan glandula prostat untuk beberapa waktu ini

mencapai sekitar 2 juta pengunjung pasien rawat jalan di Amerika, sekitar 8% dari

semua pengunjung dan sekitar 1% untuk pencegahan fisik yang pertam kali.

Klasifikasi untuk sindrom prostat telah dilakukan penelitian oleh NIH (National

Institutes of Health) [9].

Inkontinensi dari saluran kemih sekarang sudah banyak dan sering muncul.

Sekitar 25% menyerang bagian kewanitaan yang awal dan sekitar 40% menyerang

bagian kewanitaan yang akhir mengalami gangguan urin. Inkontinensi ini berdampak

pada kualitas hidup, yaitu kesehatan seksual [10].

Page 27: Analisis Urin 1 Devi

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Mengetahui fungsi homeostasis ginjal

2. Peranan ginjal dalam tubuh sangat penting yaitu mempertahankan keseimbangan

cairan tubuh dan asam basa dalam tubuh.

3. Mengenal sifat fisik dari urin normal

4. Urin normal itu mengandung senyawa-senyawa organic dan anorganik yang

banyak dan diekskresikan setiap harinya.

B. SARAN

1. Para praktikan harus hati-hati dalam melakukan praktikum ini karena bahan-

bahan yang digunakan sangat berbahaya.

2. Para praktikan hendaknya mengerjakan dengan baik dan sungguh-sngguh dalam

melaksanakan praktikum.

.

22

Page 28: Analisis Urin 1 Devi

DAFTAR P DAFTAR PUSTAKA

USTAKA

1. Anonymous. Modul Praktikum Biokimia Keperawatan. Banjarbaru: FK UNLAM; 2009

2. Anonymous. Buku Ajar Kimia Kedokteran II. Banjarbaru: FK UNLAM; 2006

3. Linder MC. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian Secara Klinis. Jakarta: FK UI; 1992

4. Montgomery, Conway, dan Spector. Biokimia: Berorientasi Pada Kasus Klinik. Jakarta: Binarupa Aksara; 1993

5. Blade joan, M.D. Monoclonal Gammopahty of Undetermined Significance. The

New England Journal of Medicine. 2006:2767;2765-70.

6. Murray RK, et al. Biokimia Harper Edisi Kedua Lima. Jakarta: EGC; 2003

7. Baron DN. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC; 1990

8. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC; 1995

9. Schaeffer AJ. Chronic Prostatitis and Chronic Pelvic Pain Syndrome. The New England Journal of Medicine. 2006:355;1690-8

10. Rogers RG. Urinary Stress Incontinence in Women. The New England Journal of

Medicine. 2008:358;1029-36