urin kualitatif

24
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR ACARA VII URIN KUALITATIF Disusun Oleh : Kelompok IX Harwanto : PT/ 05474 Ikhsan Tri Wahyudi : PT/ 05477 Rosallina Vivi : PT/ 05498 Usnida Mubarokhah : PT/ 05507 Sofia Nanti W : PT/ 05543 Asisten : Dilla Mareistia Fassah LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: dhayu-dwi-purnamasari

Post on 24-Jun-2015

5.094 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Urin Kualitatif

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASARACARA VII

URIN KUALITATIF

Disusun Oleh :Kelompok IX

Harwanto : PT/ 05474

Ikhsan Tri Wahyudi : PT/ 05477

Rosallina Vivi : PT/ 05498

Usnida Mubarokhah : PT/ 05507

Sofia Nanti W : PT/ 05543

Asisten : Dilla Mareistia Fassah

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISIBAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2009

Page 2: Urin Kualitatif

ACARA VII

URINE KUALITATIF

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya zat-zat yang

terkandung di dalam urine yaitu senyawa organik dan anorganik serta keadaan

abnormalitas urine.

Tinjauan Pustaka

Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan

sulfur,garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna

kekuning-kuningan, meskipun secara normal banyak variasinya. Mempunyai bau

yang khas untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin yang diekskresikan tiap

harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur lingkungan,

musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).

Urine merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat

kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma. Ginjal merupakan bagian

organ dalam tubuh yang terletak pada bagian dorsal dari rongga abdominal

(Frandson, 1992). Ginjal manusia merupakan tipe metanephros, berwarna merah

gelap, berbentuk seperti biji kacang sekitar 4 inchi terletak di bagian belakang

rongga tubuh sedikit ke bawah lambung pada garis media dorsalis (Girinda,

1989).

Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan

(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat

(augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses

reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal.

Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap

nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem

kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk

mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma.

(Roberts, 1993).

Page 3: Urin Kualitatif

Sistem urinary bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi

bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting

sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinesis (homeositasis), yaitu suatu

keadaan relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut

mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan

osmotik, tingkat elektrolit, dan konsentrasi banyak zat di dalam

plasma.pengendalian itu dilaksanakan dengan penyaringan sejumlah besar

plasma dan molekul-molekul kecil melalui glomerolus (Frandson, 1992).

Hasil-hasil pemecahan metabolisme, paling banyak dikelurkan dari tubuh

lewat ginjal bersama urine, terutama berlaku untuk akhir metabolisme protein

yang mengandung nitrogen. Pada keadaan sakit metabolisme terganggu, ginjal

mengeluarkan hasil-hasil pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut

asalkan fungsi ginjal cukup baik, juga banyak racun-racun dan obat-obat yang

dikeluarkan oleh urine baik dalam keadaan tidak diubah maupun dalam hasil-

hasil pemecahanya. Zat warna urin barasal dari metabolisme endogen yang

dijabarkan dari zat warna empedu. Urin segar yang normal mempunyai warna

sitrum sampai kuning batu ambar (Dawiesah, 1989).

Senyawa-senyawa yang terdapat dalam urine yaitu senyawa organik,

senyawa anorganik, dan zat-zat lain. Urea adalah hasil akhir utama dari

metabolisme protein. Ekskresi berhubungan langsung dengan intake protein.

Biasanya urea merupakan 80-90% dari nitrogen urine total. Ekskresi urea

meningkat ketika katabolisme protein meningkat, seperti pada diabetes dan

aktivitas korteks jaringan yang berlebihan. Asam urat adalah hasil akhir

terpenting dari oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat berasal tidak hanya dari

nukleoprotein makanan, melainkan juga dari pemecahan nukleoprotein sel dalam

tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi membantuk garam-

garamyang larut dalam urine bila asam dibiarkan). Asam urat ditemukan dalam

urine normal sekitar 0,5-1,0 gram perhari, tetapi jumlah ini dapat bervariasi yang

besar

Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl guanidino acatic acid) dan

benda yang konstan dari urine. Kreatinin dapat diukur dengan memberi alakali

Page 4: Urin Kualitatif

pikrat pada urine, dengan adanya kreatin campuran memberi warna ambar.

Warnanya dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi larutan alkalikiprat.

Kreatin ditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi dan disintegrasi

jaringan otot. Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis seperti kelaparan,

gangguan metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia tertentu dan

infeksi-infeksi. Terdapatnya kreatin dalam urine disebut kreatinuria

Variasi khlorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine.

Ekskresi Cl tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15

gram sehari. Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida adalah yang utama

karena sebagian khlorida adalah yang utama.

Fosfat dalam urine merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat

(alakali fosfat) serat kalsium dan magnesium fosfat (fosfat tanah). Ekskresi fosfat

pada urine dapat bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata dalam sehari adalah

1,1 g. Ion fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu asam fosfat

nonbasic dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH dan

buffer urine

Sulfur urine terutama berasal dari protein karena terdapatnya asam-asam

amino yang mengandung sulfur, metionin, dan sistin dalam molekul protein.

Sulfur urine total biasanya memiliki tiga bentuk, yaitu sulfat anorganik, sulfat

terkonjugasi, dan sulfat netral. Pada kondisi normal, sekitar satu gram sulfat

dieliminasi setiap hari, sekitar 75-85 % tetap dalam sulfat. Sekitar 90% dari

ekskresi sulfat adalah dalam bentuk anorganiksulfat dan 10 % dalam bentuk

sulfat konjugasi dan sulfat netral Proteinuria adalah senyawa albumin dan

globulin dalam urine pada konsentrasi yang abnormal. Pada keadaan normal

tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresikan setiap hari melalui urine.

Albumin dapat ditemukan dengan pemanasan urine, kemudian ditambah sedikit

asam asetat encer. Terdapat endapan putih yang menetap setelah penambahan

asam menunjukkan bahwa terdapat protein dalam urine

Selain terdapat pada nefritia, darah juga terdapat dalam urine (hematuria)

yang dapat disebabkan karena kerusakan pada ginjal atau saluran urine.

Hemaglobin bebas (hemaglobinuria) terdapat dalam urine setelah hemolisis

Page 5: Urin Kualitatif

yang cepat misalnya pada kompilasi dari malaria atau setelah kebakaran yang

hebat

Urine yang mengandung pigmen empedu akan berwarna kunig kehijauan

samapi coklat. Pigmen empedu dalam urine jumlahnya sanagat kecil. Daxar

untuk uji pigmenempedu adalah oksidasi reagen dengan berbagai bentu seri

tingkatan warna. Dengan uji gmelin yang positif, akan menghasilkan bermacam-

macam warna mulai dari warna hijau, biru merah, dan kuning kemerah-merahan.

Didapatnya indoxyl sulfuric acud (indikan) dalam urine menunjukkan

derajat katabolisme jaringan dan material protein adalah tidak benar, tetapi

merupakan bagian besar dari organisme putrefektif usus dlama triptofan.

Pengeluaran indikan dapat diambil sebagai petunjuk dini proses putrefektif dalam

usus dan secara klinis hal yang penting dari asam sulfat terkonjugasi. Dalam

kondisi normal, 10-20 gram indikan diekskresikan setiap harinya

Page 6: Urin Kualitatif

Materi dan Metode

Materi

Alat. Alat-alat yang digunakan pada praktikum urine kualitatif ini adalah

tabung reaksi, api spirtus, penjepit, penangas air, pipet tetes, kaca, cawan

porselin, kertas saring, mangkuk, dan gelas ukur.

Bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum urine kualitatif ini

adalah sampel urine sapi Peranakan Ongole (PO), sampel urine PO abnormal,

ureum padat, air suling, larutan NaOH encer, larutan Na2CO3 2 %, Na2CO3 padat,

asam asetat, tepung kedelai, CuSO4, fenol merah, pereaksi Benedict, Na2SO3 20

%, HNO3 pekat, asam urat padat, amoniak, larutan AgNO3, NaOH 10 %, asam

pikrat, fenolftalein, HCl encer, BaCl2, kalium okasalat, amonium molibdat,

Benzidin, larutan H2O2, HNO3 pekat, serbuk belerang, pereaksi obermeyer, dan

khloroform.

Metode

Senyawa Organik Dalam Urine

Uji Biuret Terhadap Ureum. Sebanyak 1 sendok kecil ureum padat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan dengan api kecil sampai

menjadi cair. Kemudian ditambah 1 ml larutan NaOH encer dan 1 ml CuSO4.

Setelah itu, warna yang terjadi dicatat.

Uji Enzimatik Terhadap Ureum. Sebanyak 2 tabung disiapkan, pada

tabung 1 dimasukkan 2 ml urin dan pada tabung 2 dimasukkan 2 ml air. Pada

kedua tabung, masing-masing tabung ditambahkan beberapa tetes fenol merah,

1 ml larutan Na2CO3 2 %, dan 1 ml asam asetat. Kemudian dipanaskan pada

penangas air dengan suhu 60ºC selama 10 menit. Setelah itu, ditambahkan

tepung kedelai dan digojog. Perbedaan warna yang terjadi antara kedua tabung

diamati.

Uji Benedict Terhadap Garam Urat. Sebanyak 2 ml urine ditambahkan 2

ml larutan Benedict dan sedikit Na2CO3 padat. Kemudian dipanaskan dengan api

spirtus selama 5 menit. Setelah itu, warna yang timbul dicatat.

Page 7: Urin Kualitatif

Uji Murexida. Ke dalam cawan porselin dimasukkan 3 tetes HNO3 pekat

dan 1 sendok asam urat padat. Kemudian dipanaskan pada penangas air

sampai menjadi kering. Setelah itu, ditambahkan amoniak. Warna yang terjadi

dicatat.

Uji Daya Mereduksi Asam Urat. Asam urat dilarutkan dalam 1 ml larutan

Na2CO3. Kemudian larutan diteteskan ke atas kertas saring yang telah dibasahi

dengan larutan AgNO3. setelah itu, warna yang terjadi dicatat.

Uji Pikrat. Sebanyak 1 ml asam pikrat jenuh ditambahkan 0,5 ml larutan

NaOH 10 %. Larutan dibagi ke dalam 2 tabung. Pada tabung 1, ditambahkan 3

ml air, sedangkan pada tabung 2 ditambahkan 3 ml urine. Kemudian

perbandingan warnanya diamati dan dicatat.

Uji Terhadap Garam Amonium. Sebanyak 2 ml urine ditambahkan

indikator fenolptalin dan sedikit larutan Na2CO3 2 % sampai warna merah, lalu

dipanaskan dengan menggunakan api spirtus sampai timbul uap. Kemudian uap

tersebut ditampung dengan kaca yang telah dibasahi dengan fenolftalin. Warna

yang terdapat pada kaca diamati dan dicatat.

Zat-Zat Anorganik Dalam Urine

Uji Khlorida. Sebanyak 1 ml urine ditambahkan beberapa tetes HNO3 dan

1 ml AgNO3, lalu warnanya dicatat. Kemudian larutan tersebut ditambahkan

amoniak berlebihan dan perubahan yang terjadi dicatat.

Uji Fosfat dan Kalsium. Sebanyak 10 ml urine ditambahkan 3 ml

amoniak dan dididihkan dengan menggunakan water bath pada suhu 100ºC

selama 10 menit, lalu disaring. Endapan yang didapat dicuci dengan air dan

ditambah 5 ml asam asetat 2 %, lalu dipanaskan dengan menggunakan api

spirtus sampai endapannya menjadi banyak. Kemudian larutan dibagi ke dalam

2 tabung. Pada tabung 1, larutan ditambahkan 1 tetes HNO3 pekat dan 3 tetes

amonium molibdat, lalu dipanaskan. Pada tabung 2, larutan ditambahkan 3 tetes

kalium oksalat dan diamati.

Uji Sulfat. Sebanyak 1 ml urine ditambahkan beberapa tetes HCl encer

dan 1 ml BaCl2. kemudian dicatat apa yang terjadi.

Page 8: Urin Kualitatif

Keabnormalan Urine

Uji Benedict Terhadap Urine Abnormal. Sebanyak 0,5 ml urine

abnormal ditambahkan 3 ml larutan Benedict. Kemudian dididihkan

menggunakan api spirtus, lalu didinginkan. Haisl peercobaan diamati dan dicatat.

Uji Heller. Sebanyak 1 ml HNO3 pekat ditambahkan urine yang dialirkan

melalui dinding tabung. Lapisan yang terbentuk diamati dan dicatat apa yang

terjadi.

Uji Benzidin Terhadap Pigmen Darah. Sebanyak 1 ml Benzidin

ditambahkan 1 ml H2O2. Kemudian larutan dibagi dua. Pada tabung 1, larutan

ditambahkan 1 ml urine normal, sedangkan pada tabung 2, ditambahkan 1 ml

urine abnormal. Warna yang terjadi dibandingkan antara keduanya.

Uji Gmelin Terhadap Pigmen Empedu. Sebanyak 1 ml HNO3

ditambahkan 1 ml urine abnormal. Hasil percobaan diamati.

Uji Hay Untuk Garam Kholat. Sebanyak 2 tabung disiapkan, pada

tabung 1 dimasukkan 1 ml urine abnormal, sedangkan pada tabung 2

dimasukkan 1 ml air. Kemudian ditambahkan serbuk belerang ke dalam masing-

masing tabung. Warna yang terjadi dan serbuk belerangnya diamati.

Uji Obermeyer Terhadap Indikan. Sebanyak 4 ml urine abnormal

ditambahkan 5 ml pereaksi Obermeyer dan 2 ml khloroform, lalu digojog dan

dibiarkan. Warna yang timbul diamati dan dicatat.

Page 9: Urin Kualitatif

Hasil dan Pembahasan

Senyawa Organik Dalam Urine

Uji Biuret Terhadap Ureum. Dari hasil pencampuran antara ureum,

NaOH, dan CuSO4 ke dalam tabung reaksi, maka dihasilkan perubahan warna

larutan dari kuning bening menjadi biru keunguan. Hal ini terjadi karena adanya

ikatan antara Cu2+ dengan N yang berasal dari ureum menjadi CuN yang

menyebabkan warna larutan berwarna ungu. Hal ini menandakan bahwa pada

senyawa ureum dalam urine terdapat ikatan peptida. Ureum merupakan hasil

akhir metabolisme protein yang berasal dari asam amino yang telah dipindah

amoniaknya di dalam hati dan mencapai ginjal, sertadiekskresikan rata-rata 30

gram setiap hari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg tiap 100 cc

darah, namun hal ini juga tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan

dan fungsi hati dalam pembentukan ureum (Evelyn, 1993).

Uji Enzimatik Terhadap Ureum. Uji enzimatik pada ureum dilakukan

pada dua sampel yang berbeda, yaitu urine pada tabung 1 dan air pada tabung

2. Hasil percobaan pada tabung 1 yang berisi urine menunjukkan terjadinya

warna merah muda saat penambahan fenol merah dan Na2CO3 2 %, namun

setelah ditambahkan asam asetat 2 % warna larutan tersebut berubah menjadi

kuning, kemudian saat larutan dipanaskan menggunakan penangas air pada

suhu 60ºC warnanya berubah menjadi kuning kemerah-merahan. Setelah

ditambah dengan tepung kedelai, lalu digojog, warna larutan berubah menjadi

merah dan terdapat endapan tepung kedelai. Sedangkan pada tabung 2 yang

berisi air, warna larutan berubah menjadi warna merah muda ketika ditambahkan

fenol merah dan Na2CO3 2 %, namun setelah ditambahkan asam asetat 2 %

warna larutan tersebut berubah menjadi kuning, kemudian saat larutan

dipanaskan menggunakan penangas air pada suhu 60ºC warnanya tidak

berubah (tetap berwarna kuning) begitu juga pada saat penambahan tepung

kedelai warnanya juga tetap kuning. Dari percobaan ini, terlihat adanya

perbedaan antara tabung 1 dan tabung 2. Pada tabung 1 saat penambahan

Page 10: Urin Kualitatif

tepung kedelai terjadi peubahan warna dari merah menjadi kuning. Hal ini

dikarenakan tepung kedelai yang mengandung enzim urease bereaksi dengan

urea yang terdapat pada urine. Sehingga terjadi reaksi enzimatik, yaitu hidrolisis

urea dalam urine oleh urease yang terdapat pada tepung kedelai

(Poedjiadi,1994).

Reaksi yang terjadi tabung 1, urin

NH2

C = O 2NH2 + CO2 (NH4)2CO3

NH2(H2O)

(urea)

(Poedjiadi,1994)

Sedangkan pada tabung 2 setelah penambahan tepung kedelai tidak mengalami

perubahan warna karena di dalam air tidak terkandung urea sehingga tidak ada

reaksi enzimatik antara urease pada tepung kedelai dengan air. Pada percobaan

ini digunakan suhu 60ºC karena suhu ini merupakan suhu optimum dari enzim

urease (Poedjiadi,1994).

Uji Benedict Terhadap Garam Urat. Setelah urine ditambah dengan

larutan Benedict dan Na2CO3 padat, lalu dipanaskan, warna larutan berubah

menjadi warna coklat kekuningan dan di dalam tabung terdapat endapan putih,

bukan endapan merah bata, namun hal ini telah menandakan bahwa uji Benedict

positif karena hasil akhir warna larutan telah berubah, bukan warna biru (warna

benedict). Urine mengandung garam urat. Benedict dapat digunakan untuk

menguji K\kemampuan mereduksi garam urat karena Benedict mengandung

CuSO4. Cu2+ dari CuSO4 direduksi menjadi Cu+, kemudian membentuk Cu2O dan

mengendap. Endapan Cu2O berwarna merah bata (Poedjiadi,1994).

Uji Murexida. Pada uji ini dilakukan penambahan HNO3 pekat ke dalam

asam urat padat dan dianaskan akan berwarna merah. Setelah ditambahkan

amoniak warnanya berubah menjadi warna violet kemerah-merahan. Hal ini

menandakan bahwa terdapat murexida di dalam asam urat. Asam urat dioksidasi

oleh HNO3 pekat mengahsilkan asam dialurat dan alloxan. Asam dialurat dan

alloxan akan berkondensasi membentuk alloxantin. Alloxantin akan berubah

urease

Page 11: Urin Kualitatif

menjadi amonium purparat (murexida) setelah ditambah dengan amoniak

(Poedjiadi,1994).

Uji Daya Mereduksi Asam Urat. Uji daya mereduksi asam urat dilakukan

dengan melarutkan asam urat menggunakan larutan Na2CO3 sehingga terjadi

endapan putih. Setelah larutan tersebut diteteskan di atas kertas saring yang

telah dibasahi dengan larutan AgNO3, kertas saring akan berwarna hitam. Hal ini

menunjukkan bahwa asam urat mampu mereduksi Ag+ dari AgNO3 menjadi Ag.

Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2-3 mg tiap 100 cc, sedangkan

yang diekskresikan ke dalam urine adalah 1,5-2 mg (Ganong, 2003).

Uji Pikrat. Pungujian ini dilakukan dengan membandingkan air dengan

urine. Pada tabung 1 diisi dengan air dan tabung 2 diisi dengan urine, kemudian

pada masing-masing tabung ditambah asam pikrat jenuh dab NaOH 10 %. Dari

percobaan ini diperoleh pada tabung 1 terbenuk larutam berwarna kuning dan

pada tabung 2 menunjukkan warna larutan merah jingga. Hal ini menunjukkan

bahwa di dlama air tidak mengandung kreatinin, sedangkan pada urine

mengandung kreatinin. Warna merah jingga pada urine menunjukkan adanya

kreatinin pikrat yang terjadi karena kreatinin berikatan dengan pikrat jenuh.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urine. Kreatin

adalah hasil buangan kreatinin dalam otot. Produk metabolisme lain mencakup

benda-benda purine, oxalat, fosfat, dan sulfat (Ganong, 2003).

Uji Terhadap Garam Amonium. Pengujian terhadap garam amonium ini

dilakukan untuk mengetahui adanya garam amonium dalam urine. Berdasarkan

percobaan diperoleh hasil timbul uap warna merah yang terdapat pada kaca

yang telah dibasahi dengan fenolftalin. Warna merah ini menunjukkan adanya

garam amonium atau gas NH3 yang mudah menguap (Ganong, 2003).

Zat-Zat Anorganik Dalam Urine

Uji Khlorida. Setelah urine dicampur dengan HNO3 dan AgNO3, pada

tabung terbentuk endapan putih (AgCl) dan setelah larutan tersebut ditambah

dengan amoniak berlebihan, endapan putih tadi larut kembali. HNO3 pada

percobaan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya perak fofat Terbentuknya

endapan AgCl (endapan putih) menunjukkan adanya ion Cl- yang berasal dari

Page 12: Urin Kualitatif

urine diikat oleh Ag+ dari AgNO3. Penambahan amoniak akan mengurangi

endapan AgCl (Ganong, 2003).

AgCl + NH4OH AgOH + NH4Cl (Ganong, 2003)

Uji Fosfat dan Kalsium. Berdasarkan dari percobaan, endapan yang

telah ditambah dengan asam asetat haslnya menunjukkan warna hijau dengan

tidak ada endapan. Setelah larutan dibagi dua, pada tabung 1 ditambah

amonium molibdat dan HNO3 pekat lalu dipanaskan maka warnanya menjadi

kuning keruh. Warna yang keruh pada tabung menandakan adanya endapan.

Endapan ini merupakan amonium fosfo molibdat. Sedangkan pada tabung 2

ditambah kalium oksalat. Warna larutan akan menjadi putih keruh. Warna yang

keruh pada tabung menandakan adanya endapan kalsium oksalat. Terbentuk

endapan pada tabung 1 disebabkan warna kuning dari urine dengan HNO3

pecah dan ada unsur fosfor yang terikat oleh amonium molibdat menjadi

amonium fosfo molibdat. Terbentuknya endapan pada tabung 2 karena urine

pecah bertemu dengan kalium oksalat, oksalat mengikat kalsium yang ada pada

urine sehingga menjadi kalsium oksalat (Ganong, 2003).

Uji Sulfat. Uji sulfat dilakukan dengan mencampurkan antara urine, HCl

encer, dan BaCl2. Dari hasil percobaan terbentuk endapan putih. Endapan putih

ini adalah endapan BaSO4. Hal ini menunjukkan adanya kandungan SO4- di

dalam urine. Jika urine direaksikan dengan HCl dan BaCl2 maka sulfat yang

terdapat di dalam urine akan dilepas oleh HCl dan sulfat tersebut akan diikat oleh

Ba sehingga membentuk endapan BaSO4 (Ganong, 2003).

Keabnormalan Urine

Uji Benedict Terhadap Urine Abnormal. Setelah urine sapi PO

abnormal dicampurkan dengan larutan Benedict, larutan menjadi biru

kekuningan kemudian dididihkan sehingga terbentuk endapan berwarna kuning

kecoklatan (merah bata). Hal ini menandakan bahwa uji Benedict terhadap urine

abnormal adalah positif. Adanya gugus reduksi dari urine yang terikat dengan

Cu2+ dari Benedict akan membentuk endapan merah bata (Cu2O). Gugus reduksi

mampu mengubah ion Cu2+ menjadi ion Cu+ berupa endapan Cu2O yang

berwarna merah bata (Poedjiadi,1994).

Page 13: Urin Kualitatif

Uji Heller. Uji ini dilakukan degan mencampurkan urine PO abnormal

dengan HNO3 pekat sehingga hasilnya terbentuk cincin yang berwarna putih

pada permukaan larutan. Hal ini menandakan bahwa di dalam urine terkandung

albumin (protein). Urine pecah kemudian mengalami denaturasi oleh HNO3.

Protein albumin jika terkena asam pekat (HNO3) akan terjadi denaturasi protein

di permukaan, tetapi jika berlangsung lama, denaturasi akan berlangsung terus-

menerus sampai cincin putih menghilang (Ganong, 2003).

Uji Benzidin Terhadap Pigmen Darah. Uji Benzidin terhadap pigmen

darah dilakukan dengan mencampurkan Benzidin dengan H2O2. Ketika larutan

tesebut ditambahkan dengan urine normal, warna larutan menjadi putih bening,

sedangkan jika ditambahkan urine abnormal, warna larutan berubah menjadi biru

tua pekat. Saat ditambahkan urine normal, warna larutan tidak berwarna biru

karena pada urine normal tidak mengandung pigmen darah. Warna biru pada

penambahan urine abnormal menandakan bahwa adanya pigmen darah. Urine

akan terpecah oleh H2O2. Jika terdapat Hb maka O2 akan diikat membentuk

HbO2 dan bereaksi dengan Benzidin sehingga akan membentuk warna biru

(Poedjiadi,1994).

Uji Gmelin Terhadap Pigmen Empedu. Setelah urine PO abnormal

ditambahkan dengan HNO3 pekat, maka warna larutan akan berubah menjadi

kuning keruh. Warna kuning pada larutan menandakan bahwa di dalam urine PO

abnormal mengandung pigmen bilisianin.

Uji Hay Untuk Garam Kholat. Uji hay pada tabung 1 yang berisi urine PO

abnormal dihasilkan endapan belerang (belerang mengendap), sedangkan pada

tabung 2 yang berisi air tidak terdapat endapan belerang. Belerang pada tabung

2 tetap berada di atas permukaan air. Mengendapnya belerang di sini

menandakan bahwa di dalam urine abnormal terdapat garam kholat. Garam

kholat berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan pada larutan

(Poedjiadi, 1994).

Uji Obermeyer Terhadap Indikan. Dari hasil percobaan didapatkan hasil

adanya dua lapisan, yaitu coklat dan bening. Di tengah lapisan tersebut terdapat

terdapat endapan berwarna coklat. Pada percobaan ini tidak terdapat indikan.

Page 14: Urin Kualitatif

Seharusnya pada lapisan bawah berwarna biru yang menunjukkan adanya

indikan. Indikan yang larut dalam khloroform akan berubah menjadi indigo blue

yang berwarna biru dengan penambahan Obermeyer (Ganong, 2003).

Page 15: Urin Kualitatif

Kesimpulan

Pengujian mengenai senyawa organik dalam urine dapat dilakukan

dengan melakukan uji biuret pada ureum, uji enzimatik terhadap senyawa

ureum, uji Benedict terhadap garam urat, uji daya mereduksi asam urat, uji

pikrat, dan uji terhadap garam amonium. Pada uji biuret terhadap ureum

dihasilkan warna ungu yang menunjukkan bahwa terdapat ikatan peptida pada

ureum. Uji enzimatik terhadap ureum yang menggunakan urine terjadi hidrolisis

urea dalam urine oleh enzim urease dari tepung kedelai, sedangkan jika

menggunakan air tidak terjadi hidrolisis urea karena di dalam air tidak terdapat

urea. Pada uji Benedict terhadap garam urat menunjukkan hasil positif terhadap

uji Benedict, yaitu ditemukannya gugus reduksi pada garam urat. Pengujian

Murexida bertujuan untuk mengetahui adanya murexida (amonium purparat)

pada asam urat. Uji pikrat dilakukan untuk menunjukkan adanya kreatinin di

dalam urine. Pengujian terhadap garam amonium menunjukkan bahwa adanya

garam amonium dala urine yang ditandai dengan adanya gas NH3.

Pengujian mengenai zat-zat anorganik yang terkandung di dalam urine

dilakukan dengan uji khlorida, uji fosfat dan kalsium, dan uji sulfat. Pada uji

khlorida didapat endapan putih (AgCl). Pada uji fosfat dan kalsium pada tabung 1

dihasilkan endapan kuning (amonium fosfo molibdat) dan pada tabung 2

dihasilkan endapan putih (kalsium oksalat). Pda uji sulfat dihasilkan endapan

BaSO4.

Pengujian keabnormalan urine dilakukan dengan uji Benedict terhadap

urine abnormal, uji Heller, uji Benzidin terhadap pigmen darah, uji Gmelin

terhadap pigmen empedu, uji hay untuk garam kholat, dan uji Obermeyer

terhadap indikan. Pada uji Benedict hasilnya positif dengan ditemukannya

endapan merah bata yang menunjukkan adanya gugus reduksi dalam urine

abnormal. Uji Heller ditandai dengan terbentuknya cincin putih di permukaan

larutan yang menandakan adanya albumin dalam urine abnormal. Uji Benzidin

menunjukkan bahwa di dalam urine abnormal masih ditemukan pigmen darah.

Uji Gmelin menunjukkan adanya pigmen empedu dalam urine abnormal. Pada uji

Page 16: Urin Kualitatif

hay terbentuk endapan belerang yang menandakan adanya garam kholat yang

dapat menurunkan tegangan permukaan. Uji Obermeyer menunjukkan hasil

negatif yang menandakan bahwa tidak ditemukannya indikan di dalam urine

abnormal.

Percobaan mengenai kualitas dalam urine ini dilakukan pada dua sampel

urine sapi yang berbeda, yakni sapi Peranakan Friesian Holdstein (PFH) dan

sapi Peranakan Ongole (PO). Pada percobaan ini hampir semua pengujian

mendapatkan hasil yang sama.

Page 17: Urin Kualitatif

Daftar Pustaka

Blakely, J and David Bade. 1985. Ilmu Peternakan Edisi 4. Gadjah Mada

University Press. Yogyakart

Dawiesah I, S. 1989. Penentuan Nutrien Dalam Jaringan Dan Plasma Tubuh.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Evelyn, C.P. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia,

Jakarta.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak edisi keempat. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Ganong. 2003. fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Girinda, A. 1988. Biokimia Dasar-dasar Patologi Hewan. LSI IPB. Bogor.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia,

Jakarta.

Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and

Sons Ltd. London

.