identifikasi urin

25
BAB I : PENDAHULUAN Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine. Uji urine rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik urine sedimen urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri.

Upload: bajuri-akhmad

Post on 04-Apr-2016

125 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Uji identifikasi urin

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Urin

BAB I : PENDAHULUAN

Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine. Uji urine rutin

dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa secara manual

terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen untuk

melakukan skrining kimia dengan cepat.urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal

atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak

berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan,

dan bau urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip

reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik urine sedimen

urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri.

1

Page 2: Identifikasi Urin

BAB II : TUJUAN PRAKTIKUM

A. Pemeriksaan fisik

Mengamati sifat fisik urin

B. Pemeriksaan kimiawi

1. Derajat Keasaman (pH)

Menentukan pH urin

2. Uji Benedict Semikuantitatif

Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif

3. Uji Heller

Menentukan adanya protein secara kualitatif di dalam urin

4. Uji Koagulasi Panas

Menentukan adanya protein secara kualitatif di dalam urin

5. Uji Gerhardt

Mengetahui adanya asam asetoaetat dalam urin

6. Uji Rothera

Membuktikan adanya badan keton di dalam urin

7. Percobaan Kreatinin urin

Menentukan kreatinin urin sebatas kualitatif

8. Pemeriksaan Urobilinogen

Menentukan urobilinogen dalam urin

9. Uji Fehling

Menentukan karbohidrat dalam urin

10. Uji Gmelin

Menentukan adanya pigmen empedu

2

Page 3: Identifikasi Urin

BAB III : HASIL PENGAMATAN

2.1 Pemeriksaan Fisik

Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan

Volume 43 ml x 6 = 258 ml Tidak normal

Warna Kuning emas normal

Buih Tidak berbuih normal

Kekeruhan Tidak keruh normal

Bau Bau lemah atau tidak menyengatNormal, karena belum terkontaminasi

mikroba

2.2 Pemeriksaan Kimiawi

2.2.1 Derajat Keasaman (pH) dan Uji Benedict Semikuantitatif

Reaksi uji Hasil pengamatan Kesimpulan

Derajat keasaman (pH) Berwarna hijau muda (pH=6) Urin bersifat asam

Uji benedict semikuantitatif

- Urin praktikan

- Glukosa 0,3 %

- Glukosa 1 %

- Glukosa 5 %

Terbentuk endapan berwarna hijau

Terbentuk endapan merah

Terbentuk endapan merah

Terbentuk endapan merah

< 0,5%

> 2,0%

> 2,0%

> 2,0%

3

Page 4: Identifikasi Urin

2.2.2 Uji Heller, Koagulasi Panas, Gerhardt, Rothera, Kreatinin, Urobilinogen

Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

Uji Heller

- Urin praktikan

- Sampel A

- Sampel B

Tidak terbentuk presipitasi warna putih

Terbentuk presipitasi warna putih

Tidak terbentuk presipitasi warna putih

Negatif, tidak mengandung protein

Positif, mengandung protein

Negatif, tidak mengandung protein

Uji Koagulasi Panas

- Urin praktikan

- Sampel A

- Sampel B

Tidak terbentuk endapan

Terbentuk endapan asam asetat

Tidak terbentuk endapan

Negatif, tidak mengandung protein

Positif, mengandung protein

Negatif, tidak mengandung protein

Uji Gerhardt

- Urin praktikan

- Sampel A

- Sampel B

Tidak terbentuk warna merah

Tidak terbentuk warna merah

Tidak terbentuk warna merah

Negatif, tidak mengandung asam

asetoasetat

Negatif, tidak mengandung asam

asetoasetat

Negatif, tidak mengandung asam

asetoasetat

Uji Rothera

- Urin praktikan

- Sampel A

- Sampel B

Tidak terjadi perubahan warna ungu

Tidak terjadi perubahan warna ungu

Tidak terjadi perubahan warna ungu

Negatif, tidak mengandung badan

keton

Negatif, tidak mengandung badan

keton

Negatif, tidak mengandung badan

keton

Uji Kreatinin

- Urin praktikan

- Sampel A

- Sampel B

Terbentuk endapan merah bata

Terbentuk endapan kuning

Terbentuk endapan kuning

Positif, mengandung kreatinin

Negatif, tidak mengandung kreatinin

Negatif, tidak mengandung kreatinin

Uji Urobilinogen

- Urin praktikan

- Sampel A

Terjadi perubahan warna dari jingga ke

merah bata

Tidak terjadi perubahan warna

Positif, mengandung urobilinogen

Negatif, tidak mengandung

urobilinogen

Page 5: Identifikasi Urin

- Sampel B Tidak terjadi perubahan warna Negatif, tidak mengandung

urobilinogen

2.2.3 Uji Fehling dan Uji Gmelin

Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

Uji Fehling

- Urin praktikan

- Sampel A

- Sampel B

Tidak terbentuk endapan

merah bata

Tidak terbentuk endapan

merah bata

Terbentuk endapan merah bata

Negatif, tidak mengandung

karbohidrat

Negatif, tidak mengandung

karbohidrat

Positif, mengandung karbohidrat

Uji Gmelin

- Urin praktikan

- Sampel A

- Sampel B

Terbentuk warna jingga

Terbentuk lapisan bening,

kuning, putih

Tidak terjadi perubahan warna

Positif, mengandung pigmen

empedu

Negatif, tidak mengandung pigmen

empedu

Negatif, tidak mengandung pigmen

empedu

5

BAB IV : PEMBAHASAN

Page 6: Identifikasi Urin

Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning

keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Purin yang terkandung dalam urin berkisar

antara 4,8 – 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta akan

menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035

g/ml. Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut

A. Pemeriksaan Fisik

1. Jumlah (volume)

Banyaknya urin yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam atau volume urin

normal orang dewasa berkisar antara 1200-1500 ml/sehari. Volume masing-

masing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian

cairan, dan kelembapan udara / penguapan. Dalam Praktikum yang kami lakukan

urin praktikan tidak normal karena volumenya 43 ml sehingga dalam sehari

volumenya menjadi 258 ml. Jumlah ini dibawah kadar normal

2. Warna

Warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis. Semakin besar diuresis, maka

semakin muda warna urin tersebut. Biasanya warna urin normal berkisar antara

kuning muda sampai kuning tua. Warna tersebut disebabkan oleh beberapa

macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Urin praktikan yang kami uji

berwarna kuning emas sehingga masuk dalam kategori normal

3. Buih

Buih pada urin normal berwarna putih, Jika urin mudah berbuih, menunjukkan

bahwa urin tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urin memiliki buih yang

berwarna kuning, menunjukkan bahwa terdapat pigmen empedu (bilirubin) dalam

urin. Pada urin praktikan yang kami uji tidak terdapat buih yang artinya normal.

6

4. Kekeruhan

Page 7: Identifikasi Urin

Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh,

keruh dan sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urin

normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Pada urin

praktikan yang kami uji tidak keruh atau jernih yang menandakan bahwa urin

praktikan normal

5. Bau

Bau urin yang normal tidak keras. Bau urin yang normal disebabkan dari sebagian

oleh asam-asam organic yang mudah menguap. Kemungkinan adanya zat warna

abnormal berupa hasil metabolisme abnormal, tetapi dapat juga berasal dari suatu

jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urin akan dapat berubah

setelah dibiarkan. Urin praktikan yang kami uji berbau lemah atau tidak

menyengat yang menandakan urin praktikan normal karena belum terkontaminasi

mikroba.

B. Pemeriksaan Kimiawi

1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) urin normal berkisar antara 5,0 – 8,5. Akan tetapi pH

urin dapat menjadi terlalu asam (hiperasiditas) atau urin bersifat lebih basa.

Terlalu banyak mengkonsumsi protein dapat mengasamkan urin, dan

mengkonsumsi sayuran dapat membasakan urin. pada ginjal yang tidak normal

keseimbangan asam basanya tidak terkontrol atau dalam kondisi labil sehingga

suasana asam basa atau dengan kata lain pH dalam ginjal normal tidak stabil.

Pada hasil praktikum yang telah kami amati, lakmus merah dicelupkan pada

urin praktikan berubah menjadi warna merah, lakmus biru berubah menjadi warna

merah juga, pada indikator universal dicelupkan pada urin praktikan berubah

menjadi warna hijau muda. Diperoleh hasil bahwa urin praktikan memiliki pH = 6

yang menunjukkan bahwa urin tersebut bersifat asam. Sehingga urin praktikan

dikatakan normal karena tidak melebihi nilai pH urin normal.

7

Page 8: Identifikasi Urin

2. Uji Benedict Semikuantitatif

Pereaksi benedict mengandung kuprisulfat dalam suasana basa yang akan

tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas sehingga

menghasilkan adanya endapan warna merah. Glukosa akan mereduksi garam-

garam kompleks yang terdapat pada pereaksi benedict (ion cupri direduksi

menjadi cupro) dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O. Hal ini dibuktikan

dengan terbentuknya kupriooksida yang berwarna merah. Pada praktikum yang

kami lakukan sampel urin dari praktikan menghasilkan warna hijau. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya glukosa dalam urin praktikan. Sedangkan sampel

glukosa 0,3%, 1%, dan 5% menghasilkan warna merah.

Reaksi pada uji benedict :

Tabel penafsiran hasil uji benedict semikuantitatif

Warna Penilaian Kadar

Biru jernih Negatif 0

Hijau / kuning hijau + < 0,5 %

Kuning / kuning

kehijauan++ 0,5 – 1,0 %

Jingga +++ 1,0 – 2,0 %

Merah ++++ >2,0 %

8

Page 9: Identifikasi Urin

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari tiap tabung reaksi yaitu

berupa warna larutan maka dapat ditentukan kadar glukosa yang terkandung dalam

larutan dari masing – masing tabung dengan melihat tabel penafsiran hasil uji

benedict semikuantitatif maka diperoleh kadar glukosa dari masing-masing larutan

yaitu urin praktikan mengandung kadar < 0,5 %, glukosa 0,3 % mengandung kadar

> 2,0 %, glukosa 1% mengandung kadar > 2,0 %, glukosa 5% mengandung > 2,0 %.

3. Uji Heller

Uji heller digunakan untuk menentukan adanya protein secara kualitatif di

dalam urin. Adanya protein ditunjukkan dengan terbentuknya cincin putih

(presipitasi putih). Hal ini menandakan bahwa di dalam urin terkandung albumin

atau protein. Dikarenakan urin akan pecah kemudian akan mengalami denaturasi

oleh HNO3. Protein albumin jika terkena asam pekat (HNO3) akan terjadi

denaturasi protein dipermukaan, tetapi jika berlangsung lama denaturasi akan

berlangsung terus menerus sampai cincin putih menghilang dan menimbulkan

adanya presipitasi.

Pada praktikum yang kami lakukan, sampel A dan sampel urin praktikan tidak

menghasilkan presipitasi warna putih yang menandakan tidak adanya protein

dalam urin tersebut. Sedangkan pada sampel A terjadi presipitasi warna putih

yang menandakan adanya protein

4. Uji Koagulasi Panas

Dalam uji koagulasi panas telah terjadi perubahan struktur tersier ataupun

kwartener, sehingga protein tersebut mengendap. Perubahan struktur tersier

albumin ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari

tidak larutnya endapan albumin itu dalam air. Protein yang tercampur oleh

senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang

terkoagulasi setelah ditambahkan CH3COOH. Senyawa-senyawa logam tersebut

akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk

endapan logam proteinat. Protein akan terkoagulasi oleh pemanasan.

9

Page 10: Identifikasi Urin

Terjadinya koagulasi disebabkan karena ion H+ dari CH3COOH terikat pada

gugus negatif pada protein. Ketika ion H+ dari asam asetat masuk ke dalam

larutan, akan mempengaruhi keseimbangan dan pengkutuban muatan dari molekul

protein. Perubahan pengkutuban ini menyebabkan rusaknya konformasi alamiah

protein seperti struktur tersier dan struktur kwartener protein. Rusaknya

konformasi alamiah protein menyebabkan terganggunya stabilitas dari larutan

protein, sehingga larutan protein mengalami koagulasi.

Pada praktikum yang kami lakukan sampel urin praktikan dan sampel B tidak

menghasilkan adanya endapan yang artinya tidak mengandung protein. Sedangkan

pada sampel A terbentuk endapan yang menandakan adanya protein.

5. Uji Gerhardt

Uji Gerhardt digunakan untuk menunjukkan adanya asam asetoasetat dalam

urin. Asetoasetat merupakan merupakan salah satu bahan bakar utama dalam

jaringan. Uji ini didasarkan pada reaksi antara asam asetoasetat dengan FeCl3.

Apabila urin maupun sampel ditambahkan dengan FeCl3 kemudian filtrat berubah

menjadi warna merah, maka urin maupun sampel tersebut positif mengandung

asetoasetat. Karena FeCl3 akan mengoksidasi asetoasetat sehingga membentuk

komplek warna merah. Pemeriksaan badan keton dengan reagen FeCl3 ini dapat

mendeteksi asam asetoasetat lebih dari 5 – 10 mg/dL, tetapi cara ini kurang peka

untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam β hidroksi butirat. Hasil positif palsu

mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan

pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.

Pada praktikum yang kami lakukan semua sampel (urin praktikan, sampel A,

dan sampel B) tidak terbentuk warna merah. Hal ini menandakan bahwa semua

sampel tidak mengandung asam asetoasetat

10

Page 11: Identifikasi Urin

6. Uji Rothera

Dalam keadaan normal, urin mengandung badan keton namun jumlahnya

sedikit (3-15 mg/24 jam). Akan tetapi, jumlah badan keton akan meningkat pada

diabetes, kalaparan, kehamilan, anestesi menggunakan eter, diet tinggi lemak, dan

beberapa jenis alkalosis. Badan keton (Aseton, Asetoasetat dan asam β-

hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak

dapat digunakan. Asetoasetat dan β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar

respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan

korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah

mencukupi maka akan diekskresi kedalam urin, dan apabila kemampuan ginjal

untuk mengeksresi keton telah melampaui batas maka terjadi ketonemia. Badan

keton yang dijumpai diurine terutama adalah aseton dan asetoasetat. Asetoasetat

dalam urin tidak stabil dan mudah berubah secara spontan menjadi aseton.

Pada hasil praktikum kami, didapatkan hasil bahwa pada urin praktikan,

sampel A dan sampel B negatif mengandung badan keton, karena larutan tetap

berwarna kuning dan tidak terjadi perubahan warna ungu pada sampel tersebut. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi warna ungu karena

terbentuknya senyawa kompleks. Hal ini dikarenakan adanya donor elektron dari

atom pusat yaitu Fe, dan yang berperan menjadi ligan adalah aseton. Na-nitroprusid

atau Na2Fe(CN)6NO dalam suasana basa akan pecah menjadi Na4Fe(CN)6.NaNO2 dan

Fe(OH)3 yang merupakan oksidator kuat, agar kompleks ini stabil maka diperlukan

larutan penyangga yaitu amonium hidroksida. Asetoasetat dan Aseton akan

dioksidasi dan membentuk kompleks warna ungu.

Reaksinya :

CH3

C = O + Fe(CN)3NO + OH- (CN)3Fe - N = CH – C – CH2 -4 + H2O

CH3 O

11

Page 12: Identifikasi Urin

7. Uji Kreatinin

Prinsip dari pemeriksaan kreatinin urin ini dalam suasana alkalis. Kreatinin bila

ditambah asam pikrat akan membentuk suatu warna kompleks yang berwarna

kuning orange. Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi dan dapat diukur

secara fotometri. Dalam penambahan asam pikrat bertujuan untuk mereaksikan

kreatinin agar terbentuk kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan prinsip

test kreatinin, yaitu berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat yang

membentuk larutan kuning. Selain itu dengan penambahan asam pikrat, urin

ditambah dengan NaoH 1% juga bertujuan untuk membuat suasana basa pada

larutan. Agar reaksi antara asam pikrat dengan kreatinin dapat menghasilkan

larutan kompleks berwarna kuning, suasana larutan harus dalam keadaan basa.

Dari percobaan ini diperoleh pada tabung urin praktikan terbentuk larutan

warna merah. Warna merah urin menunjukkan adanya kreatinin pikrat yang

terjadi karena kreatinin berikatan dengan pikrat jenuh. Selain dengan penambahan

asam pikrat , urin ditambahkan dengan NaOH 10% yang bertujuan untuk

membuat suasana basa pada larutan. Sedangkan pada sampel A dan sampel B

tidak mengandung kreatinin karena tidak terjadi peerubahan warna pada sampel

tersebut.

8. Uji Urobilinogen

Urobilin adalah pigmen alami dalam urin yang menghasilkan warna kuning,

ketika urin kental, urobilin dapat membentuk warna orange kemerahan yang

intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi. Bilirubin adalah produk

perombakan hemoglobin oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar diseluruh

tubuh. Bilirubin adalah senyawa pigmen berwarna kuning yang merupakan

produk katabolisme enzimatil biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat tidak larut

air, kemudian dikonjugasi oleh hati sehingga dapat larut air. Bilirubin akan diubah

oleh bakteri dalam usus halus menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi

urobilinogen akan berubah menjadi urobilin, yaitu zat yang memberi warna khas

pada urin

12

Page 13: Identifikasi Urin

Pada hasil praktikum kami, pada urin praktikan terbentuk warna dari orange ke

merah bata , sampel A dan sampel B terbentuk kuning bening. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa urin praktikan positif terdapat urobilinogen, sedangkan sampel A

dan sampel B tidak terdapat urobilinogen.

9. Uji Fehling

Uji fehling bertujuan untuk membuktikan ada atau tidaknya gula pereduksi

dalam urin. Pereaksi fehling terdiri dari dua larutan yaitu fehling A dan fehling B.

Larutan fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan fehling B adalah larutan

garam K-Natrat dan NaOH dalam air. Kedua larutan ini disimpan terpisah dan

baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Reaksi

uji fehling yang positif yaitu menghasilkan endapan merah bata, karena berasal

dari fehling yang memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam

suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O).

Pada hasil praktikum kami, urin praktikan dan sampel A tidak terbentuk

endapan merah bata, sedangkan sampel B terbentuk endapan merah bata. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa urin praktikan dan sampel A tidak mengandung

karbohidrat, sedangkan sampel B mengandung karbohidrat.

10. Uji Gmelin

Pada percobaan ini, larutan NH3 ditambahkan kedalam tabung yang berisi

cairan empedu. Tujuan dari penambahan HNO3 pekat agar terjadi oksidasi zat

warna empedu. Banyaknya HNO3 pekat yang dimasukkan kedalam tabung reaksi

diusahakan sama banyak dengan jumlah cairan empedu sehingga cairan empedu

berada pada bagian atas yang berwarna hijau dan HNO3 pekat pada bagian bawah

larutan, setelah tabung reaksi digoyangkan akan menghasilkan larutan yang

berwarna orange. Pada hasil praktikum kami diperoleh sampel A, dan sampel B

tidak terjadi perubahan warna, sedangkan sampel urin praktikan menghasilkan

warna jingga . Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel A, dan sampel B tidak

mengandung pigmen empedu dan urin praktikan mengandung pigmen empedu.

13

Page 14: Identifikasi Urin

BAB V : KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang kami lakukan, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pada pemeriksaan fisik, urin praktikan merupakan urin yang normal pada

umumnya.

2. Pada Pemeriksaan kimiawi :

- Pada Derajat keasaman (pH), urin praktikan memiliki pH = 6 yang

menunjukkan bahwa urin tersebut bersifat asam. Sehingga urin praktikan

dikatakan normal karena tidak melebihi nilai pH urin normal.

- Pada Uji Benedict semikuantitatif, kadar glukosa dari masing-masing larutan

yaitu urin praktikan mengandung kadar < 0,5 %, glukosa 0,3 % mengandung

kadar > 2,0 %, glukosa 1% mengandung kadar > 2,0 %, glukosa 5%

mengandung > 2,0 %.

- Pada Uji Heller, urin praktikan dan sampel B tidak mengandung protein,

sedangkan sampel A mengandung protein.

- Pada Uji Koagulasi Panas, urin praktikan dan sampel B tidak mengandung

protein, sedangkan pada sampel A positif mengandung protein.

- Pada Uji Gerhardt, urin praktikan, sampel A dan sampel B tidak mengandung

asetoasetat

- Pada Uji Rothera, urin praktikan, sampel A dan sampel B tidak terdapat badan

keton

- Pada Uji Kreatinin, urin praktikan terdapat kreatin, sampel A dan sampel B

tidak terdapat kreatin

- Pada Uji Urobilinogen, urin praktikan terdapat urobilinogen, sedangkan

sampel A dan sampel B tidak terdapat urobilinogen

- Pada Uji Fehling, urin praktikan dan sampel A tidak mengandung karbohidrat,

sedangkan pada sampel B mengandung karbohidrat

- Pada Uji Gmelin, urin praktikan mengandung pigmen empedu, sedangkan

sampel A dan sampel B tidak mengandung pigmen empedu

14

Page 15: Identifikasi Urin

Soal kasus

1. Dalam rangka peringatan hari kemerdekaan, diadakan bazar di taman kota Surabaya,

dimeriahkan dengan berbagai stan makanan dan mainan. Badan amal setempat

mengadakan sejumlah pemeriksaan gratis salah satunya pemeriksaan gula darah.

Remaja A berusia 17, yang mengikuti kegiatan bazar tersebut, juga melakukan

pemeriksaan gula darah, dimana hasil pemeriksaan gula darah sewaktunya 14,4

mmol/L. Hasil tersebut membuat keluarga khawatir, karena beberapa hari yang lalu

sepupu remaja tersebut terdiagnosis mengidap diabetes. 1 jam kemudian dilakukan tes

ulang menggunakan alat ukur yang dimiliki keluarga, hasilnya menunjukkan

hiperglisemia dan glikosuria +++. Apakah makna hasil pemeriksaan tersebut ?

Hiperglisemia adalah kondisi tingginya rasio gula dalam plasma darah

lebih tinggi dari 10 mmol/L atau 180 mg/dL. Gejalanya tidak terasa hingga

rasio gula mencapai 15-20 mmol atau 270 – 360 mg/dL. Penyakit yang

dapat menyebabkan gejala ini adalah diabetes mellitus.

Glikosuria adalah adanya glukosa yang berlebih dalam urin. glikosuria

merupakan gejala yang disebabkan karena tingginya glukosa dalam darah,

seperti pada penderita DM. Tingginya glukosa dalam darah pada penderita

DM dikarenakan adanya gangguan sel β-pankreas yang mensekresi

hormon insulin yang dapat menyebabkan defisiensi insulin sehingga

terjadi peningkatan glukosa dalam darah, akhirnya kerja tubulus ginjal

lebih berat dalam absobsi glukosa, sehingga tidak semua glukosa diserap

dan ada sebagian dikeluarkan melalui urin.

2. Bapak ND berusia 58 tahun, mengeluhkan sakit pinggang, hasil pemeriksaan

laboratorium menunjukkan proteinuria. Pada pemeriksaan fisik terdapat edema pitting

pada kedua pergelangan kakinya. Jelaskan makna dari hasil tersebut !

15

Page 16: Identifikasi Urin

Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan

pada ujung jari , baru jelas terlihat setelah terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5

kg dari berat badan normal selama mengalami edema

Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial lebih dari

jumlah yang biasa atau di  dalam berbagai rongga tubuh mengakibatkan gangguan sirkulasi

pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan interstisial. Jika edema mengumpul di 

dalam rongga maka dinamakan efusi, misalnya efusi pleura dan pericardium. Penimbunan

cairan di  dalam rongga peritoneal dinamakan asites

16

Page 17: Identifikasi Urin

DAFTAR PUSTAKA

Halomoan. 2004. Karbohidrat. Medan (ID): USU-Press.

Hart H, Craine LE, Hart DJ. 2003. Kimia Organik. Achmadi, penerjemah. Jakarta

(ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.

Fessenden RJ, Fessenden JS. Kimia Organik. Pudjaatmaka AH, penerjemah.

Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.

Poedjiadi A. 2006. Dasar – Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI – Press.

Bintang, Maria. I,

17