94653205 kimia klinik analisis urin

21
I. Tujuan percobaan 1. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dengan cara urinanalisis. 2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh. II. Prinsip percobaan Berdasarkan perubahan warna pada carik uji dibandingkan dengan standar yang ada. III. Dasar teori Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi . Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori . Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea ), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial . Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,

Upload: errydj

Post on 20-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

I. Tujuan percobaan

1. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dengan cara

urinanalisis.

2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh.

II. Prinsip percobaan

Berdasarkan perubahan warna pada carik uji dibandingkan dengan standar yang

ada.

III. Dasar teori

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi

urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh

ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies

yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam

ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh

melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),

garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah

atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika

molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui

molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan

berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.

Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang

dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat

digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit

yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung

gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

Page 2: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

Secara umum, proses pembentukan urin terjadi dalam 4 tahap, yaitu :

1.      Penyaringan ( Filtrasi )

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur

spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar

kedalam vascular sistem, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya

dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun

dari jaringan kapiler. Pada mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan

melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus

dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara

glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang

mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus

proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler,

membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang

perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate (Guyton.1996).

Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute

menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan

oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi.

Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang

medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektiv

permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam darah,

sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton.1996).

Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya

molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga

mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu

beban listirk (electric charged) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation

(positive) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut

dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam

lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di

Page 3: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan

darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton.1996).

2. Penyerapan ( Absorbsi)

Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari

filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak

sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi

ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring

di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal

tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi

pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur

paraseluler. Jalur transeluler, kandungan dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati

epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel,

melewati basolateral membrane plasma (Corwin.2001).

Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler

bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur

permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler

transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na+ melalui Na+,

K+ pump. Di kondisi optimal, Na+, K+, ATPase pump menekan tiga ion Na+ kedalam

cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K+ ke sel, sehingga konsentrasi Na+ di sel

berkurang dan konsentrasi K+ di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K

melalui canal K+ membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na+

melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane.

Pergerakan Na+ melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu

pimpinan sebagai Na+ (contransport) atau berlawanan pimpinan (countertransport).

(Corwin.2001).

Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini

(secondary active transport) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic

anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat

Page 4: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi

terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient

Na+. (Corwin.2001)

3. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%

filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan

terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang

masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah

kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung

ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian

besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. (Corwin.2001)

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang

komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih

diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme

yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03%, dalam urin primer dapat

mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara.

Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa

osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal (Corwin.2001).

4. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di

tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air,

1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi

memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat

makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.

Sisa metabolisme antara lain, CO2, H2O, NHS, zat warna empedu, dan asam urat

(Cuningham, 2002).

Page 5: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat

makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak

berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian

masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga

H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut

(Corwin.2001).

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang

beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian,

jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang

kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil

perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong

empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna

pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen

(sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia,

karena daya larutnya di dalam air rendah (Corwin.2001).

Tes fisik urin dapat dilakukan untuk skrining, diagnosis, dan pemantauan

efektivitas pengobatan. Selama pemeriksaan visual, dokter atau staf laboratorium dapat

mengamati warna, kejernihan dan baunya yang akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan

kimia dan mikroskopis. Penampilan fisik urin yang dapat dilihat dengan observasi

langsung adalah:

1. Warna urin dapat bervariasi dari bening kekuningan sampai gelap kecoklatan. Ini

dipengaruhi cairan yang Anda minum, jenis makanan yang Anda makan, obat-obatan

yang Anda ambil dan penyakit tertentu yang Anda miliki. Bila Anda kurang minum,

warna urin cenderung gelap. Dehidrasi dan demam juga menyebabkan urin lebih pekat

sehingga berwarna lebih gelap.

2. Urin biasanya jernih. Zat yang menyebabkan kekeruhan namun dianggap normal adalah

lendir, sperma dan cairan prostat, sel-sel kulit, kristal urin normal, dan kontaminan seperti

salep dan bedak.

Page 6: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

3. Urin berbau sedikit pesing yang khas. Beberapa penyakit menyebabkan perubahan bau

urin, misalnya infeksi bakteri E. coli menyebabkan bau tidak sedap dan diabetes

menyebabkan bau amis.

Kandungan urin yang dapat diketahui dengan pemeriksaan kimia antara lain:

1. Kepekatan urin (disebut juga osmolalitas atau specific gravity) dapat dihitung dengan

berat jenisnya. Berat jenis adalah perbandingan berat urin dengan air murni dalam

volume yang sama.

2. Ginjal berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Oleh karena itu,

kondisi apapun yang menghasilkan asam atau basa dalam tubuh atau konsumsi makanan

yang bersifat asam atau basa, secara langsung dapat memengaruhi pH urin.

3. Demam, olahraga keras, kehamilan, dan beberapa penyakit dapat menyebabkan protein

berada dalam urin. Kondisi di mana terdapat protein di dalam urin disebut proteinuria.

Kandungan urin yang dapat diperiksa dengan analisis mikroskopik antara lain:

1. Sel darah merah (eritrosit). Biasanya, sel darah merah hanya sedikit hadir dalam urin.

Peradangan, cedera, atau penyakit di ginjal atau di tempat lain di saluran kemih dapat

menyebabkan sel darah merah bocor dari pembuluh darah ke dalam urin.

2. Sel darah putih (leukosit). Jumlah leukosit dalam urin biasanya rendah. Jumlahnya yang

tinggi dapat menunjukkan infeksi atau peradangan di saluran kemih.

3. Sel epitel. Sel-sel epitel dari kandung kemih atau uretra dapat ditemukan dalam urin. Sel-

sel dari ginjal kurang umum.

4. Mikroorganisme. Kehadiran bakteri di urin menandakan infeksi. Bakteri dapat memasuki

saluran kemih melalui uretra dan naik ke kandung kemih, menyebabkan infeksi saluran

kemih (ISK).

5. Kristal. Zat-zat ini dapat membentuk padatan kristal yang tidak beraturan atau seperti

jarum. Kristal dianggap normal jika berasal dari zat terlarut yang biasanya ditemukan

dalam urin.

Page 7: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

6. Bilirubin. Zat ini menjadi bagian dari cairan empedu yang disekresikan ke usus untuk

membantu pencernaan makanan. Bilirubin tidak hadir dalam urin normal. Pada penyakit

tertentu, seperti obstruksi bilier atau hepatitis, bilirubin bocor kembali ke aliran darah dan

diekskresikan ke urin.

7. Urobilinogen. Zat ini terbentuk di dalam usus dari bilirubin dan sebagian diserap kembali

ke dalam aliran darah. Konsentrasi tinggi urobilinogen di urin mengindikasikan penyakit

seperti hepatitis, sirosis hati dan anemia hemolitik.

Page 8: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

DATA PENGAMATAN

Tes fisik hasilWarna Kuning beningBau ++Kekeruhan -pH 6

PEMBAHASAN

Pada praktikum analisis urin dalam percobaan kali ini, bertujuan untuk mengevaluasi

terhadap fungsi ginjal dengan cara urinalisis dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang

diperoleh. Pada urinalisis banyak metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat yang

terkandung di dalam urin. Analisis urin meliputi analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis

secara mikroskopik. Pada percobaan kali ini digunakan analisis kimiawi urin dengan strip test

dan analisis fisik urin.

Tes yang di uji HasilDarah -Bilirubin -Urobilinogen +Keton +Protein -Nitrit -Glukosa -pH 6S.G / BJ ++++Leukosit +Vit ++++

Page 9: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

Sampel urin yang digunakan adalah urin sampel pria. Pada analisis urin, harus

menggunakan sampel urin yang masih fresh/segar. Analisis fisik urin dapat dilihat dari warna,

bau, dan kejernihan. Menurut literatur adanya kelainan pada warna dan kekeruhan pada sifat

fisik urin menandakan adanya kelainan. Obat tertentu juga dapat mengubah warna urin. Urin

yang sangat berbusa menandakan adanya sejumlah besar protein dalam urin (proteinuria).

Pada urin yang berwarna kuning keruh menandakan adanya infeksi, urin dengan warna

pekat menandakan adanya dehidrasi, jika warna urin seperti teh ada kemungkinan terdapat

penyakit liver sedangkan warna orange menandakan adanya kerusakan otot urin. Untuk urin

dengan warna merah menandakan adanya sel darah merah pada urin yang disebut juga dengan

hematuria.

Pemeriksaan urin dengan menggunakan reagent strips mempunyai beberapa keuntungan

yaitu mudah dilakukan, cepat dan biaya relatif murah. Akan tetapi, reagent strip tidak dapat

dijadikan informasi yang akurat tentang adanya kelainan karena analisis urin reagent strip ini

merupakan tes secara kualitatif. Untuk membuktikan adanya kelainan harus dilakukan tes lebih

lanjut lagi.

Reagent strip merupakan strip plastik kecil yang memiliki beberapa kotak berwarna yang

melekat padanya. Pada masing-masing kotak merupakan komponen dari uji yang digunakan

untuk menafsirkan urinalisis berdasarkan nilai referensi urin. Nilai Referensi Urine yang terdapat

pada wadah reagent strip, yaitu glucose, ketones, blood, leukocyte, nitrite, bilirubin,

urobilinogen, dan glutamate. specific gravity, pH, dan protein.

Cara analisis urin yaitu strip dicelupkan ke dalam sampel urin setelah itu dilihat

perubahan warna pada kotak-kotak kecil tersebut. Setiap perubahan pada kotak kecil tersebut

harus selalu diperhatikan dengan cermat dan dicatat karena warna pada reagent strip mudah

berubah. Perubahan warna ini terjadi setelah beberapa detik hingga beberapa menit dari

mencelupkan strip. Pembacaan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lama agar didapat hasil yang

akurat. Setiap perubahan warna pada kotak tertentu mungkin menunjukkan kelainan tertentu

dalam sampel urin yang disebabkan oleh reaksi kimia tertentu. Acuan perubahan warna terdapat

pada wadah botol plastik strip tes urine, sehingga perubahan warna-warna tersebut dapat

diinterpretasikan.

Pada sampel urin 1 diketahui memiliki berat jenis 1,030 g/ml. Nilai ini masuk kedalam

nilai berat jenis yang normal yaitu 1.005-1.030 g/ml. Jika berat jenis urin yang lebih dari normal

Page 10: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

menunjukkan gangguan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih, kelebihan hormon antidiuretik,

demam, diabetes melitus, diare/dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin yang kurang dari normal

menunjukkan gangguan fungsi ginjal berat, diabetes insipidus, atau konsumsi antibiotika

golongan aminoglikosida

Selain pH tercatat nilai pH 6. Hal ini menandakan bahwa kemampuan ginjal menyimpan

konsentrasi ion hidrogen normal di dalam cairan ekstraseluler dan plasma baik. pH normal urin

sehat berkisar antara 4,6 - 8. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan

basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet

vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau

Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses

pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam

dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu.

Pada sampel urin menunjukkan nilai leukosit yang positif. Hal ini menandakan bahwa

pada urin ditemukan adanya infeksi dalam saluran kemih. Sebab adanya infeksi, salah satunya

dapat ditandai dengan peningkatan kadar leukosit pada urin.

Pada sampel urin juga menunjukkan nilai protein yang negatif.. Protein tidak seharusnya

ditemukan dalam urin, tetapi jika ditemukan dapat mengindikasikan adanya gangguan di ginjal

atau kehamilan. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan

kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan

yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena

diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan

kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria

juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena

emosi

Sedangkan untuk kadar nitrit pada sampel urin menunjukkan nilai yang positif. Hal ini

menandakan bahwa urin terinfeksi bakteri. Adanya senyawa nitrit dalam urin dapat

mengindikasikan adanya infeksi bakteri dalam saluran kemih. Dalam urine orang normal

terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract

infection) oleh kuman dari spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela

yang mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.

Page 11: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

Kadar glukosa urin juga menunjukkan nilai normal. Bila terjadi peningkatan kadar

glukosa dalam urin bisa disebabkan oleh tingginya kadar gula seperti diabetes yang tidak

terkontrol atau akibat gangguan di ginjal. Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena

nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria

umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan

peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai

untuk menunjang diagnosis diabetes melitus.Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi

enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.

Senyawa keton juga terdapat pada sampel yang ditunjukkan dengan nilai positif. Adanya

keton dalam urine ketika lemak diuraikan dalam tubuh sebagai energi. Kehadiran keton

ditunjukkan saat sedang puasa, diet tinggi protein, karbohidrat yang rendah serta konsumsi

alkohol. Pada kondisi ekstrem, keton dapat berpotensi bahaya yang dikenal sebagai diabetic

ketoacidosis (tubuh mendapatkan energi dari lemak karena tidak dapat mengubah glukosa

menjadi energi).

Perubahan warna terjadi uribilinogen untuk urin. Setelah dilihat pada skala warna

menunjukkan nilai normal. Hal tersebut berarti tidak ada indikasi gangguan hati/hepatitis.

Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau

terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan

hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin

berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim

hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung

dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.

Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati

yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah,

kolelitiasis, diare yang berat.

Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena

tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke

dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus

parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder),

CHF disertai ikterik. Pada sampel urin tidak dijumpai adanya senyawa bilirubin yang dapat

dilihat dari hasil urinalisis yang menunjukkan nilai negatif untuk senyawa bilirubin.

Page 12: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

IV. Daftar pustaka

Balconi, J.E. Sherwood and M. Giroux. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi

ke 2 : Jakarta : EGC ; 2001.

Corwin, Elizabeth. Patofisiologi. Jakarta : EGC ; 2001

Ganong, William.Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC ; 2002

Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku

Kedoketran EGC. Jakarta ; 1996

Page 13: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

“Analisis Urin”

Nama / NPM : Akhmad Depi J. / A091 0008

Dani Mulawarman / A091 0009

Eva Safitri / A091 0011

Fiqi Daynul I. / A091 0020

Silvya Poela / A091 0005

Kelas / Kelompok : Reguler / 1 (satu)

Tanggal Praktikum : 25 April 2012

Tanggal Masuk Laporan : 02 Mei 2012

Asisten Laboratorium : Rival Ferdiansyah, S.Farm., Apt.

LABORATORIUM KIMIA KLINIK

Page 14: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN HAZANAH

BANDUNG 2012

DISTRIBUSI KERJA :

No Nama Tugas

1 Silvya Poela Tujuan, Prinsip Teori

2 Dani Mulawarman Alat-Bahan dan Prosedur

3 Fiqi Daynul Iqbal Data Pengamatan dan Perhitungan

4 Eva Safitri Pembahasan dan Kesimpulan

5 Akhmad Depi Juniarto Edit dan Print

Page 15: 94653205 Kimia Klinik Analisis Urin