skenarioskarsiosa

10
Analisis Skenario 1. Kakek Topo, Pria, 70 Thn dengan keluhan Lutut Kaku dan sulit berjalan, diduga adanya penurunan sistem koordinasi karena sulit berjalan dan lamban dan diduga menderita osteoporosis karena lutut terasa kaku, maka jika didiagnosa menderita osteoporosis maka penatalaksaanaan yang dapat dilakukan menurut The National Osteoporosis Guideline Group (NOGG) adalah sebagai berikut: Terapi farmakologi yang dapat menurunkan risiko terjadinya fraktur vertebra (dan beberapa kasus fraktur tulang panggul) seperti bisphosphonate, denosumab, rekombinan hormon parathyroid, raloxifene, dan strontium ranelate. Pada NOGG 2009, terapi yang diakui untuk kasus fraktur vertebra, non vertebra dan fraktur tulang panggul hanya alendronate, risedronate, zoledronate dan terapi sulih hormon. • Alendronate generik direkomendasikan sebagai terapi lini pertama karena kerja spektrum luasnya sebagai agen antifraktur dengan harga terjangkau. • Ibandronate, risedronate, zoledronic acid, denosumab, raloxifene atau strontium ranelate digunakan sebagai terapi pilihan jika alendronate dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. • Karena harga yang mahal, maka rekombinan hormon parathyroid hanya diberikan pada pasien dengan risiko sangat tinggi fraktur terutama pada vertebra.

Upload: dhauatha-yudhistira

Post on 02-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

adalah suatu penelitian karsiosa pada batas dan jarak tertentu mengenai apa itu skneariokarsiosa jangan percaya tulisan ini, dibuat hanya untuk mendapatkan download file please hapus aja file ini

TRANSCRIPT

Page 1: Skenarioskarsiosa

Analisis Skenario

1. Kakek Topo, Pria, 70 Thn dengan keluhan Lutut Kaku dan sulit berjalan, diduga adanya

penurunan sistem koordinasi karena sulit berjalan dan lamban dan diduga menderita osteoporosis

karena lutut terasa kaku, maka jika didiagnosa menderita osteoporosis maka penatalaksaanaan

yang dapat dilakukan menurut The National Osteoporosis Guideline Group (NOGG) adalah

sebagai berikut:

• Terapi farmakologi yang dapat menurunkan risiko terjadinya fraktur vertebra (dan beberapa

kasus fraktur tulang panggul) seperti bisphosphonate, denosumab, rekombinan hormon

parathyroid, raloxifene, dan strontium ranelate. Pada NOGG 2009, terapi yang diakui untuk

kasus fraktur vertebra, non vertebra dan fraktur tulang panggul hanya alendronate, risedronate,

zoledronate dan terapi sulih hormon.

• Alendronate generik direkomendasikan sebagai terapi lini pertama karena kerja spektrum

luasnya sebagai agen antifraktur dengan harga terjangkau.

• Ibandronate, risedronate, zoledronic acid, denosumab, raloxifene atau strontium ranelate

digunakan sebagai terapi pilihan jika alendronate dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi

dengan baik oleh pasien.

• Karena harga yang mahal, maka rekombinan hormon parathyroid hanya diberikan pada pasien

dengan risiko sangat tinggi fraktur terutama pada vertebra.

• Wanita postmenopause dapat mendapatkan manfaat dari calcitriol, etidronate, dan terapi

hormon pengganti.

• Terapi untuk pria dengan risiko tinggi terjadi fraktur harus dimulai dengan alendronate,

risedronate, zoledronate, atau teriparatide.

• Bagi wanita post menopause, terapi yang diakui untuk pencegahan dan pengobatan

osteoporosis akibat glukokortikoid yaitu alendronate, etidronate dan risedronate, sementara itu

terapi pilihan yang diakui baik untuk wanita dan juga pria adalah teriparatide dan zoledronate.

• Suplemen calcium dan vitamin D secara luas direkomendasikan untuk para lansia dan sebagai

terapi osteoporosis.

• Efek potensial pada kardiovaskuler akibat pemberian suplemen calcium masih kontroversial,

namun sangat bijaksana jika asupan calcium melalui makanan ditingkatkan dan menggunakan

Page 2: Skenarioskarsiosa

suplemen vitamin D saja daripada mengkonsumsi suplemen calcium dan vitamin D bersamaan. 

• Penghentian mendadak bisphosphonate dihubungkan dengan penurunan BMD dan bone turn

over setelah 2 – 3 tahun diterapi dengan alendronate  dan risedronate.

• Terapi bisphosphonate dilanjutkan meskipun tanpa evaluasi lebih lanjut terutama pada pasien

dengan risiko sangat tinggi terjadi fraktur, dimana review terapi dan evaluasi fungsi ginjal cukup

dilakukan tiap 5 tahun sekali.

• Jika bisphosphonate dihentikan, risiko fraktur dievaluasi ulang tiap kali setelah terjadinya

fraktur baru, atau setelah 2 tahun jika tidak terjadi fraktur baru.

• Setelah 3 tahun diterapi dengan zoledronate, manfaat yang timbul pada BMD akan tetap ada

sampai dengan 3 tahun setelah terapi dihentikan. Kebanyakan pasien harus menghentikan

pengobatan 

setelah terapi selama 3 tahun, dan dokter harus melakukan evaluasi ulang akan kebutuhan untuk

melanjutkan terapi dalam 3 tahun mendatang.

• Pasien dengan fraktur vertebra sebelumnya atau terapi awal osteoporosis tulang panggul

dengan skor T BMD ≤ -2,5 SD dapat mengalami peningkatan risiko fraktur vertebra jika

zoledronate dihentikan.

2. Nenek Isun, Wanita, 56 Tahun, dengan keluhan sering merasa badannya terasa panas , mudah

marah, mudah tersinggung dan sesekali sering menangis. dialami semenjak pasien berhenti haid.

pasien juga mengeluhkan penyakit darah tinggi yang dideritanya sejak 2 tahun yang lalu. Berikut

adalah penatalaksanaan untuk menopause:

A. Penatalaksanaan umum meliputi wawancara dan pendidikan.

Dalam langkah pertama ini perlu ditekankan pada penderita bahwa berlalunya masa ini

dalam kehidupan tidak berarti berakhirnya kehidupan yang baru hubungan antara

penderita dengan dokter yang saling percaya mempercayai akan dapat memberikan

sokongan yang besar dalam mencegah terjadinya banyak salah paham sehubungan

dengan masalah yang peka ini. Penanganan non spesifik lain dapat berupa psikoterapi

pendidikan dan penyebarluasan pengetahuan tentang menopause ini bahwa menjadi tua

adalah wajar

B. Pengobatan gejala hormonal

Page 3: Skenarioskarsiosa

Gejala-gejala menopause yang cukup berat harus diobati secara selektif dengan medika

mentosa (obat-obatan) yang sesuai dengan keadaan perorangan. Dalam prakteknya

pengobatan akan sangat ditunjang oleh latihan-latihan jasmani yang teratur. Istirahat yang

cukup, serta diet yang sesuai. Pemberian obat penenang sebagai usaha mengatasi masalah

tidak dianjurkan.

C. Pengobatan hormonal

Walaupun menopause merupakan peristiwa normal, namun merupakan pula suatu

keadaan kekurangan hormon. Sasaran dalam pengobatan ini adalah mengembangkan

keseimbangan hormonal oleh karena itu sebagai tambahan langkah pertama dan kedua

kekurangan estrogen harus diperbaiki pula, obat-obatan yang dipakai tersedia dalam

bentuk tablet.

D. Pembedahan

Sekitar 40-70% wanita yang mengalami perdarahan abnormal sebelum menopause akan

sembuh dengan tindakan kureta sel (pengerokan selaput lendir rahim) dan tidak

membutuhkan pengobatan hormon pengganti tergantung hasil pemeriksaan. Secara

mikroskopis menunjang. Proses yang buruk kadang-kadang harus dilakukan

pengangkatan rahim. Ada atau tidak keluhan dalam menopause, hendaknya wanita

merencanakan untuk diperiksa secara berkala, paling sedikit enam bulan sekali

pemeriksaan ini penting sekali untuk mengetahui dan mengobati adanya kelainan yang

mungkin terjadi pada usia 40 an,khususnya keganasan. Banyaknya kelainan-kelainan

yang ada dapat disembuhkan dengan pengobatan sederhana, terutama bila diketahui dini

(Bromwich, 1992).

Page 4: Skenarioskarsiosa

Gambar Tatalaksana Menopause

Untuk penatalaksaaan hipertensi menurut Joint National Comitee yang ke-8 (JNC 8) adlah

sebagai berikut:

A. Pada pasien 60 tahun atau lebih yang tidak memiliki diabetes atau penyakit ginjal kronik,

maka target terapi tekanan darah sekarang <150/90 mHg.

B. Pada pasien 18-59 tahun tanpa kormobiditas mayor, dan pada pasien 60 tahun atau lebih

yang memiliki diabetes, penyakit ginjal kronik, atau keduanya, maka target terapi tekanan

darah yang baru adalah <140/90 mmHg.

C. Terapi lini pertama dan selanjutnya sekarang harus dibatasi menjadi empat golongan

obat: diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker (CCB), ACE Inhibitor, dan ARB.

Page 5: Skenarioskarsiosa

D. Alternatif lini kedua dan ketiga termasuk dosis yang lebih tinggi atau kombinasi dari

diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker, ACE Inhibitor, dan ARB.

E. Beberapa obat sekarang didesain sebagai alternatif lini selanjutnya yaitu: beta-blockers,

alphablockers, alpha1/beta-blockers (mis. carvedilo), vasodilating beta-blockers (mis.

nebivolol), central alpha2/-adrenergic agonists (mis. clonidine), direct vasodilators (mis.

hydralazine), loop diuretics (mis. furosemide), aldosterone antagoinsts (mis.

spironolactone), dan peripherally acting adrenergic antagonists (mis. reserpine).

F. Saat memulai terapi, pasien keturunan Afrika tanpa penyakit ginjal kronik harus

menggunakan CCB dan thiazide daripada ACE Inhibitor.

G. Penggunaan ACE Inhibitor dan ARB direkomendasikan pada seluruh pasien dengan

penyakit ginjal kronik tanpa melihat latar belakang etnis, baik sebagai terapi lini pertama

atau sebagai tambahan pada terapi lini pertama.

H. ACE Inhibitor dan ARB tidak boleh digunakan pada pasien yang sama secara bersamaan.

I. CCB dan diuretik tipe thiazide harus digunakan daripada ACE Inhibitor dan ARB pada

pasien lebih dari 75 tahun dengan fungsi penurunan fungsi ginjal karena adanya risiko

hiperkalemia, peningkatan kreatinin, dan penurunan fungsi ginjal yang lebih parah.

J. Intervensi pola hidup termasuk penggunaan Dietary Approaches to Stop Hypertension

(DASH) eating plan, penurunan berat badan, pengurangan konsumsi garam menjadi

kurang dari 2.4 grams per hari, dan paling sedikit 30 menit aktivitas aerobik pada banyak

hari dalam seminggu.

K. Sebagai tambahan, untuk menunda perkembangan hipertensi dan mengurangi risiko

kardiovaskular, konsumsi alkohol harus dibatasi menjadi 2 gelas sehari pada pria dan 1

gelas sehari pada wanita. Perlu diketahui bahwa 1 gelas terdiri dari 12 ons bir, 5 ons wine

atau 1.5 ons dari 80-proof liquor. Berhenti merokok juga menurunkan risiko

kardiovaskular.

ACEI = angiotensin-converting enzyme inhibitor

ARB= angiotensin receptor blocker

CCB = calcium channel blocker

Page 6: Skenarioskarsiosa

Nenek Depe, Wanita, Umur tidak diketahui, Keluhan Kulit keriput dan penurunan

pendengaran, maka penatalaksanaan untuk penurunan ganggua pendengaran pada lansia

(tatalaksana presbiakusis) adalah sebagai berikut:

Presbiakusis tidak dapat disembuhkan. Gangguan dengar pada presbiakusis adalah

tipe sensorineural dan tujuan penatalaksanaannya adalah untuk memperbaiki

kemampuan pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar. Alat ini

berfungsi membantu penggunaan sisa pendengaran untuk berkomunikasi. Alat bantu

dengar baru diperlukan bila penurunan pendengaran lebih dari 40 dB.4 Selain itu

dapat juga digunakan assistive listening devices, alat ini merupakan amplifikasi

sederhana yang mengirimkan signal pada ruangan dengan menggunakan headset.

Pada presbiakusis dimana teijadi penurunan pendengaran bersifat progresif perlahan

yang mulai terjadi pada nada tinggi, pada awalnya tidak terasa pendengaran menurun.

Umumnya gangguan dengar baru disadari jika kegiatan sehari-hari mengalami

kesulitan. Pada orang tua penurunan pendengaran sering disertai juga dengan

penurunan diskriminasi bicara akibat perubahan SSP oleh proses menua yang

kemudian mengakibatkan perubahan watak yang bersangkutan seperti mudah

tersinggung, penurunan perhatian, penurunan konsentrasi, cepat emosi, dan

berkurangnya daya ingat.

Dengan demikian tidak semua penderita presbiakusis dapat diatasi dengan baik

menggunakan alat bantu dengar terutama pada presbiakusis tipe neural. Pada keadaan

dimana tidak dapat diatasi dengan alat bantu dengar, penderita merasa adanya

penolakkan dari ternan atau saudara yang selanjutnya akan mengakibatkan hubungan

jadi tidak baik sehingga penderita akan menarik diri, terjadi pengurangan sosialisasi,

penurunan fisik, penurunan aktifitas mental sehingga merasa kesepian, dan akhirnya

dapat teijadi depresi dan paranoid.

Untuk mengatasi hal ini dapat dicoba dengan cara latihan mendengar atau lips reading

yaitu dengan cara membaca gerakan mulut orang yang menjadi lawan bicaranya.

Penting juga dilakukan physiologic counseling yaitu memperbaiki mental penderita.

Disini harus dijelaskan pada keluarganya bagaimana memperlakukan atau

menghadapi penderita presbiakusis. 3

Page 7: Skenarioskarsiosa

Penderita yang mengalami perubahan kohlear tetapi ganglia spiralis dan jaras sentral

masih baik dapat digunakan kohlear implant

Rehabilitasi perlu sesegera mungkin untuk memperbaiki komunikasi. Hal ini akan

memberikan kekuatan mental karena sering orang tua dengan gangguan dengar

dianggap menderita senilitas, yaitu suatu hal yang biasa terjadi pada orang tua dan

dianggap tidak perlu diperhatikan. 3 Rehabilitasi pada penderita presbiakusis

membutuhkan waktu dan kesabaran. Dibutuhkan gabungan dari ahli THT, audiologi,

neurologi, dan psikologiuntuk menangani penderita ini.

Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagian yang penting dalam

penatalaksanaan gangguan dengar pada presbikusis agar dapat memanfaatkan sisa

pendengaran semaksimal mungkin. Fungsi utamanya adalah untuk memperkuat

( amplifikasi) bunyi sekitar sehingga dapat:

Mendengar percakapan untuk berkomunikasi

Mengatur nada dan volume suaranya sendiri

Mendengar dan menyadari adanya tanda bahaya

Mengetahui kejadian sekelilingnya

5. Mengenallingkungan

Yang terpenting adalah bunyi untuk berkomunikasi antar manusia sehingga alat ini

harus dapat menyaring dan memperjelas suara percakapan manusia yang berkisar

antara 30-60dB pada frekuensi 500-2.000 Hz.

Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier (pengeras suara),

receiver (penerus suara), cetakan telinga!ear mold (menyumbat liang telinga dan

pengarah suara ke telinga tengah).

Jenis alat bantu dengar adalah model saku, model belakang telinga (behind the ear =

BTE), model dalam telinga (in the ear = ITE), model liang telinga (in the canal =

ITC), model alam liang telinga seluruhnya (completely in the canal), model kaca

mata.