skenarioskarsiosa
DESCRIPTION
adalah suatu penelitian karsiosa pada batas dan jarak tertentu mengenai apa itu skneariokarsiosa jangan percaya tulisan ini, dibuat hanya untuk mendapatkan download file please hapus aja file iniTRANSCRIPT
Analisis Skenario
1. Kakek Topo, Pria, 70 Thn dengan keluhan Lutut Kaku dan sulit berjalan, diduga adanya
penurunan sistem koordinasi karena sulit berjalan dan lamban dan diduga menderita osteoporosis
karena lutut terasa kaku, maka jika didiagnosa menderita osteoporosis maka penatalaksaanaan
yang dapat dilakukan menurut The National Osteoporosis Guideline Group (NOGG) adalah
sebagai berikut:
• Terapi farmakologi yang dapat menurunkan risiko terjadinya fraktur vertebra (dan beberapa
kasus fraktur tulang panggul) seperti bisphosphonate, denosumab, rekombinan hormon
parathyroid, raloxifene, dan strontium ranelate. Pada NOGG 2009, terapi yang diakui untuk
kasus fraktur vertebra, non vertebra dan fraktur tulang panggul hanya alendronate, risedronate,
zoledronate dan terapi sulih hormon.
• Alendronate generik direkomendasikan sebagai terapi lini pertama karena kerja spektrum
luasnya sebagai agen antifraktur dengan harga terjangkau.
• Ibandronate, risedronate, zoledronic acid, denosumab, raloxifene atau strontium ranelate
digunakan sebagai terapi pilihan jika alendronate dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi
dengan baik oleh pasien.
• Karena harga yang mahal, maka rekombinan hormon parathyroid hanya diberikan pada pasien
dengan risiko sangat tinggi fraktur terutama pada vertebra.
• Wanita postmenopause dapat mendapatkan manfaat dari calcitriol, etidronate, dan terapi
hormon pengganti.
• Terapi untuk pria dengan risiko tinggi terjadi fraktur harus dimulai dengan alendronate,
risedronate, zoledronate, atau teriparatide.
• Bagi wanita post menopause, terapi yang diakui untuk pencegahan dan pengobatan
osteoporosis akibat glukokortikoid yaitu alendronate, etidronate dan risedronate, sementara itu
terapi pilihan yang diakui baik untuk wanita dan juga pria adalah teriparatide dan zoledronate.
• Suplemen calcium dan vitamin D secara luas direkomendasikan untuk para lansia dan sebagai
terapi osteoporosis.
• Efek potensial pada kardiovaskuler akibat pemberian suplemen calcium masih kontroversial,
namun sangat bijaksana jika asupan calcium melalui makanan ditingkatkan dan menggunakan
suplemen vitamin D saja daripada mengkonsumsi suplemen calcium dan vitamin D bersamaan.
• Penghentian mendadak bisphosphonate dihubungkan dengan penurunan BMD dan bone turn
over setelah 2 – 3 tahun diterapi dengan alendronate dan risedronate.
• Terapi bisphosphonate dilanjutkan meskipun tanpa evaluasi lebih lanjut terutama pada pasien
dengan risiko sangat tinggi terjadi fraktur, dimana review terapi dan evaluasi fungsi ginjal cukup
dilakukan tiap 5 tahun sekali.
• Jika bisphosphonate dihentikan, risiko fraktur dievaluasi ulang tiap kali setelah terjadinya
fraktur baru, atau setelah 2 tahun jika tidak terjadi fraktur baru.
• Setelah 3 tahun diterapi dengan zoledronate, manfaat yang timbul pada BMD akan tetap ada
sampai dengan 3 tahun setelah terapi dihentikan. Kebanyakan pasien harus menghentikan
pengobatan
setelah terapi selama 3 tahun, dan dokter harus melakukan evaluasi ulang akan kebutuhan untuk
melanjutkan terapi dalam 3 tahun mendatang.
• Pasien dengan fraktur vertebra sebelumnya atau terapi awal osteoporosis tulang panggul
dengan skor T BMD ≤ -2,5 SD dapat mengalami peningkatan risiko fraktur vertebra jika
zoledronate dihentikan.
2. Nenek Isun, Wanita, 56 Tahun, dengan keluhan sering merasa badannya terasa panas , mudah
marah, mudah tersinggung dan sesekali sering menangis. dialami semenjak pasien berhenti haid.
pasien juga mengeluhkan penyakit darah tinggi yang dideritanya sejak 2 tahun yang lalu. Berikut
adalah penatalaksanaan untuk menopause:
A. Penatalaksanaan umum meliputi wawancara dan pendidikan.
Dalam langkah pertama ini perlu ditekankan pada penderita bahwa berlalunya masa ini
dalam kehidupan tidak berarti berakhirnya kehidupan yang baru hubungan antara
penderita dengan dokter yang saling percaya mempercayai akan dapat memberikan
sokongan yang besar dalam mencegah terjadinya banyak salah paham sehubungan
dengan masalah yang peka ini. Penanganan non spesifik lain dapat berupa psikoterapi
pendidikan dan penyebarluasan pengetahuan tentang menopause ini bahwa menjadi tua
adalah wajar
B. Pengobatan gejala hormonal
Gejala-gejala menopause yang cukup berat harus diobati secara selektif dengan medika
mentosa (obat-obatan) yang sesuai dengan keadaan perorangan. Dalam prakteknya
pengobatan akan sangat ditunjang oleh latihan-latihan jasmani yang teratur. Istirahat yang
cukup, serta diet yang sesuai. Pemberian obat penenang sebagai usaha mengatasi masalah
tidak dianjurkan.
C. Pengobatan hormonal
Walaupun menopause merupakan peristiwa normal, namun merupakan pula suatu
keadaan kekurangan hormon. Sasaran dalam pengobatan ini adalah mengembangkan
keseimbangan hormonal oleh karena itu sebagai tambahan langkah pertama dan kedua
kekurangan estrogen harus diperbaiki pula, obat-obatan yang dipakai tersedia dalam
bentuk tablet.
D. Pembedahan
Sekitar 40-70% wanita yang mengalami perdarahan abnormal sebelum menopause akan
sembuh dengan tindakan kureta sel (pengerokan selaput lendir rahim) dan tidak
membutuhkan pengobatan hormon pengganti tergantung hasil pemeriksaan. Secara
mikroskopis menunjang. Proses yang buruk kadang-kadang harus dilakukan
pengangkatan rahim. Ada atau tidak keluhan dalam menopause, hendaknya wanita
merencanakan untuk diperiksa secara berkala, paling sedikit enam bulan sekali
pemeriksaan ini penting sekali untuk mengetahui dan mengobati adanya kelainan yang
mungkin terjadi pada usia 40 an,khususnya keganasan. Banyaknya kelainan-kelainan
yang ada dapat disembuhkan dengan pengobatan sederhana, terutama bila diketahui dini
(Bromwich, 1992).
Gambar Tatalaksana Menopause
Untuk penatalaksaaan hipertensi menurut Joint National Comitee yang ke-8 (JNC 8) adlah
sebagai berikut:
A. Pada pasien 60 tahun atau lebih yang tidak memiliki diabetes atau penyakit ginjal kronik,
maka target terapi tekanan darah sekarang <150/90 mHg.
B. Pada pasien 18-59 tahun tanpa kormobiditas mayor, dan pada pasien 60 tahun atau lebih
yang memiliki diabetes, penyakit ginjal kronik, atau keduanya, maka target terapi tekanan
darah yang baru adalah <140/90 mmHg.
C. Terapi lini pertama dan selanjutnya sekarang harus dibatasi menjadi empat golongan
obat: diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker (CCB), ACE Inhibitor, dan ARB.
D. Alternatif lini kedua dan ketiga termasuk dosis yang lebih tinggi atau kombinasi dari
diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker, ACE Inhibitor, dan ARB.
E. Beberapa obat sekarang didesain sebagai alternatif lini selanjutnya yaitu: beta-blockers,
alphablockers, alpha1/beta-blockers (mis. carvedilo), vasodilating beta-blockers (mis.
nebivolol), central alpha2/-adrenergic agonists (mis. clonidine), direct vasodilators (mis.
hydralazine), loop diuretics (mis. furosemide), aldosterone antagoinsts (mis.
spironolactone), dan peripherally acting adrenergic antagonists (mis. reserpine).
F. Saat memulai terapi, pasien keturunan Afrika tanpa penyakit ginjal kronik harus
menggunakan CCB dan thiazide daripada ACE Inhibitor.
G. Penggunaan ACE Inhibitor dan ARB direkomendasikan pada seluruh pasien dengan
penyakit ginjal kronik tanpa melihat latar belakang etnis, baik sebagai terapi lini pertama
atau sebagai tambahan pada terapi lini pertama.
H. ACE Inhibitor dan ARB tidak boleh digunakan pada pasien yang sama secara bersamaan.
I. CCB dan diuretik tipe thiazide harus digunakan daripada ACE Inhibitor dan ARB pada
pasien lebih dari 75 tahun dengan fungsi penurunan fungsi ginjal karena adanya risiko
hiperkalemia, peningkatan kreatinin, dan penurunan fungsi ginjal yang lebih parah.
J. Intervensi pola hidup termasuk penggunaan Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH) eating plan, penurunan berat badan, pengurangan konsumsi garam menjadi
kurang dari 2.4 grams per hari, dan paling sedikit 30 menit aktivitas aerobik pada banyak
hari dalam seminggu.
K. Sebagai tambahan, untuk menunda perkembangan hipertensi dan mengurangi risiko
kardiovaskular, konsumsi alkohol harus dibatasi menjadi 2 gelas sehari pada pria dan 1
gelas sehari pada wanita. Perlu diketahui bahwa 1 gelas terdiri dari 12 ons bir, 5 ons wine
atau 1.5 ons dari 80-proof liquor. Berhenti merokok juga menurunkan risiko
kardiovaskular.
ACEI = angiotensin-converting enzyme inhibitor
ARB= angiotensin receptor blocker
CCB = calcium channel blocker
Nenek Depe, Wanita, Umur tidak diketahui, Keluhan Kulit keriput dan penurunan
pendengaran, maka penatalaksanaan untuk penurunan ganggua pendengaran pada lansia
(tatalaksana presbiakusis) adalah sebagai berikut:
Presbiakusis tidak dapat disembuhkan. Gangguan dengar pada presbiakusis adalah
tipe sensorineural dan tujuan penatalaksanaannya adalah untuk memperbaiki
kemampuan pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar. Alat ini
berfungsi membantu penggunaan sisa pendengaran untuk berkomunikasi. Alat bantu
dengar baru diperlukan bila penurunan pendengaran lebih dari 40 dB.4 Selain itu
dapat juga digunakan assistive listening devices, alat ini merupakan amplifikasi
sederhana yang mengirimkan signal pada ruangan dengan menggunakan headset.
Pada presbiakusis dimana teijadi penurunan pendengaran bersifat progresif perlahan
yang mulai terjadi pada nada tinggi, pada awalnya tidak terasa pendengaran menurun.
Umumnya gangguan dengar baru disadari jika kegiatan sehari-hari mengalami
kesulitan. Pada orang tua penurunan pendengaran sering disertai juga dengan
penurunan diskriminasi bicara akibat perubahan SSP oleh proses menua yang
kemudian mengakibatkan perubahan watak yang bersangkutan seperti mudah
tersinggung, penurunan perhatian, penurunan konsentrasi, cepat emosi, dan
berkurangnya daya ingat.
Dengan demikian tidak semua penderita presbiakusis dapat diatasi dengan baik
menggunakan alat bantu dengar terutama pada presbiakusis tipe neural. Pada keadaan
dimana tidak dapat diatasi dengan alat bantu dengar, penderita merasa adanya
penolakkan dari ternan atau saudara yang selanjutnya akan mengakibatkan hubungan
jadi tidak baik sehingga penderita akan menarik diri, terjadi pengurangan sosialisasi,
penurunan fisik, penurunan aktifitas mental sehingga merasa kesepian, dan akhirnya
dapat teijadi depresi dan paranoid.
Untuk mengatasi hal ini dapat dicoba dengan cara latihan mendengar atau lips reading
yaitu dengan cara membaca gerakan mulut orang yang menjadi lawan bicaranya.
Penting juga dilakukan physiologic counseling yaitu memperbaiki mental penderita.
Disini harus dijelaskan pada keluarganya bagaimana memperlakukan atau
menghadapi penderita presbiakusis. 3
Penderita yang mengalami perubahan kohlear tetapi ganglia spiralis dan jaras sentral
masih baik dapat digunakan kohlear implant
Rehabilitasi perlu sesegera mungkin untuk memperbaiki komunikasi. Hal ini akan
memberikan kekuatan mental karena sering orang tua dengan gangguan dengar
dianggap menderita senilitas, yaitu suatu hal yang biasa terjadi pada orang tua dan
dianggap tidak perlu diperhatikan. 3 Rehabilitasi pada penderita presbiakusis
membutuhkan waktu dan kesabaran. Dibutuhkan gabungan dari ahli THT, audiologi,
neurologi, dan psikologiuntuk menangani penderita ini.
Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagian yang penting dalam
penatalaksanaan gangguan dengar pada presbikusis agar dapat memanfaatkan sisa
pendengaran semaksimal mungkin. Fungsi utamanya adalah untuk memperkuat
( amplifikasi) bunyi sekitar sehingga dapat:
Mendengar percakapan untuk berkomunikasi
Mengatur nada dan volume suaranya sendiri
Mendengar dan menyadari adanya tanda bahaya
Mengetahui kejadian sekelilingnya
5. Mengenallingkungan
Yang terpenting adalah bunyi untuk berkomunikasi antar manusia sehingga alat ini
harus dapat menyaring dan memperjelas suara percakapan manusia yang berkisar
antara 30-60dB pada frekuensi 500-2.000 Hz.
Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier (pengeras suara),
receiver (penerus suara), cetakan telinga!ear mold (menyumbat liang telinga dan
pengarah suara ke telinga tengah).
Jenis alat bantu dengar adalah model saku, model belakang telinga (behind the ear =
BTE), model dalam telinga (in the ear = ITE), model liang telinga (in the canal =
ITC), model alam liang telinga seluruhnya (completely in the canal), model kaca
mata.