skenario1 smester2 (1)

21
BLOK INFEKSI PENYAKITTROPIK ( Demam pada sore hari ) Kelompok A5 Ketua : Faisal Zakiri ( 1102012080) Sekertaris : Anissa Resprita Wicaksani ( 1102012024) Anggota : Aisyah Mayang Wulan ( 1102012012) Agustinawati ( 1102012009) Anum Sasmita ( 1102012025) Debby Elvira (1102012051) Dema Aulia Fatturrahman ( 1102012053) Dewi Nur Azizah ( 1102011077 ) Dio Arief Rahman ( 1102012068) Ida Nuranin Adjad Makassar ( 1102012116)

Upload: daffiella-sekar

Post on 22-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

demam

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO1 smester2 (1)

BLOK INFEKSI PENYAKITTROPIK

( Demam pada sore hari )

Kelompok A5

Ketua : Faisal Zakiri ( 1102012080)

Sekertaris : Anissa Resprita Wicaksani ( 1102012024)

Anggota : Aisyah Mayang Wulan ( 1102012012)

Agustinawati ( 1102012009)

Anum Sasmita ( 1102012025)

Debby Elvira (1102012051)

Dema Aulia Fatturrahman ( 1102012053)

Dewi Nur Azizah ( 1102011077 )

Dio Arief Rahman ( 1102012068)

Ida Nuranin Adjad Makassar ( 1102012116)

Page 2: SKENARIO1 smester2 (1)

SKENARIO

Demam sore hari

Seorang laki – laki 45 tahun, mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan lebih tinggi pada sore dan malam hari dibandingkan pagi hari. Pada pemeriksaan fisik kesadaran somnolen, nadi bradikardia, suhu tubuh hiperpireksia ( pengukuran jam 20.00 WIB ), lidah terlihat typhoid tongue. Pemeriksaan Tes Widal didapatkan titer anti salmonella typhi O meningkat. Pasien bertanya kepada dokter apa diagnosa dan cara pencegahan penyakitnya.

Page 3: SKENARIO1 smester2 (1)

SASARAN BELAJAR

LI I Mempelajari dan memahami tentang demam

LO 1.1 Memahami dan menjelaskan definisi demam

LO 1.2 Memahami dan menjelaskan macam – macam demam

LO 1.3 Memahami dan menjelaskan mekanisme demam

LI II Mempelajari dan memahami tentang salmonella typhi

LO 2.1 Memahami dan menjelaskan morfologi salmonella typhi

LO 2.2 Memahami dan menjelaskan sifat salmonella typhi

LO 2.3 Memahami dan menjelaskan siklus hidup salmonella typhi

LI III Mempelajari dan memahami tentang demam tifoid

LO 2.1 Memahami dan menjelaskan definisi demam tifoid

LO 2.2 Memahami dan menjelaskan epidemiologi demam tifoid

LO 2.3 Memahami dan menjelaskan etiologi demam tifoid

LO 2.4 Memahami dan menjelaskan patogenesis demam tifoid

LO 2.5 Memahami dan menjelaskan gejala klinis demam tifoid

LO 2.6 Memahami dan menjelaskan diagnosis demam tifoid

LO 2.7 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan demam tifoid

LO 2.8 Memahami dan mempelajari pencegahan demam tifoid

LO 2.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi demam tifoid

LO 2.10 Memahami dan menjelaskan prognosis demam tifoid

LI IV Mempelajari dan memahami farmakoterapi

LO 4.1 Memahami dan menjelaskan penggolongan antibiotic

LO 4.2 Memahami dan menjelaskan farmakokinetik antibiotic

LO 4.3 Memahami dan menjelaskan farkodinamik antibiotik

Page 4: SKENARIO1 smester2 (1)

LI I Mempelajari dan memahami tentang demam

LO 1.1 Memahami dan menjelaskan definisi demam

Demam adalah suhu rektal yang lebih dari 38 derajat celcius. Suhu normal berkisar antara 36,1 – 38 derajat celcius). Umumnya pada anak anak lebih tinggi, kemudian menurun hingga tingkat dewasa pada usia 13-14 tahun pada anak perempuan, dan 17-18 tahun pada laki – laki.

( Wiliam, Schwartz. 2005 )

LO 1.2 Memahami dan menjelaskan macam-macam demam

Macam – macam demam :

1. Demam intermiten adalah suatu bentuk demam dengan periode suhu normal setiap hari.

2. Demam heptik / septik adalah demam yang ditandai dengan berkeringat dan menggigil yang berulang ulang. Pola ini ditandai dengan adanya abses dengan kuman yang secara intermiten memasuki kedalam aliran darah.

3. Demam remiten adalah demam yang memiliki pola khas dengan variasi suhu. Setiap hari suhu tubuh yang tidak mencapai normal.

4. Demam kontinyu/ sustained fever ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yang menetap. ( contoh : demam tifoid )

5. Demam siklik ditandai dengan kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari diikuti oleh periode bebas demam.( contoh : penyakit pyogenic / PUS)

( John, Burnside.1995)

LO 1.3 Memahami dan menjelaskan mekanisme demam

Mekanisme demam :

Umumnya demam terjadi karena adanya peradangan ( inflamasi ). Proses peradangan diawali dengan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh. Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki zat toksik , yaitu pirogen dan endogen. Dengan masuknya mikroorganisme tubuh akan melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan leukosit, makrofag untuk memakan( fagositosis). Dengan adanya fagositosis tubuh akan mengeluarkan zat kimia berupa pirogen endogen dan merangsang hipotalamus. Asam arakhidonat yg dikeluarkan hipotalamus akan memicu prostaglandin. Prostaglandin mempengaruhi kerja hipotalamus. Sebagai kompensasi, hipotalamus akan meningkatkan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh karena hipotalamus menggangap suhu tubuh dibawah normal sehingga terjadi menggigil.

Page 5: SKENARIO1 smester2 (1)

LI II Memahami dan mempelajari tentang salmonella typhi

LO 2.1 Memahami dan menjelaskan morfologi salmonella typhi

Morfologi salmonella typhi :

1. Berbentuk basil, tidak berspora, pewarnaan Gram (-)2. Ukuran: 1-3,5 nanometer x 0,5-0,8 nanometer3. Besar koloni rata-rata 204 mm4. Sebagian besar isolot motil dengan flagel peritik5. Suhu dan pH pertumbuhan normal: 37,5 C dan 6-86. Mudah hidup padad medium sederhana, sperti: garam empedu7. Antigen O: Badan Sel, Antigen K: Selaput, Antigen H: Flagela

LO 2.2 Memahami dan menjelaskan sifat- sifat salmonella typhi Sifat- sifat salmonella typhi :

Host Reservoar: hewan pengerat, hewan ternak, hewan peliharaan Dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui Oral dari makanan dan minuman yang

terkontaminasi bakteri ini. Dosis infektif rata-rata untuk menimbulkan infeksi klinis atau subklinis pada manusia

adalah 105-108 organisme. Dapat bertahan hidup dalam air beku dalam waktu lama (kurang lebih 4 minggu) Mati dalam suhu 57 C dalam beberapa menit.

LO 2.3 Memahami dan menjelaskan siklus hidup salmonella typhi Sikus hidup salmonella typhi :

1. Manusia terinfeksi oleh makanan yang terkontaminasi Salmonella typhi.2. Setelah masuk dalam saluran pencernaan, usus halus rusak dan terjadi peradangan oleh

S.typhi.

Page 6: SKENARIO1 smester2 (1)

3. S.typhi masuk ke kapiler darah dengan cara menembus dinding usus halus (dan ke organ lain, sehingga terjadi komplikasi).

4. Substansi racun dikeluarkan oleh S.typhi dan mengganggu keseimbangan tubuh5. S.typhi berkembang biak di usus halus.6. Feces manusia mengandung Salmonella typhi yang dapat hidup berminggu-minggu ayau

berbulan-bulan di media air atau tanah.( Widyono,2003 )

LI III Memahami dan mempelajari tentang demam tifoid

LO 3.1 Memahami dan menjelaskan definisi demam tifoid

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam paratiroid adalah penyakit sejenis yang disebabkan salmonella paratyphi A,B,dan C. Gejala dan tanda dari penyakit tersebut hamper sama, tetapi manifestasi klinis paratiroid lebih ringan.

( Widyono, 2003)

LO 3.2 Memahami dan menjelaskan epidemiologi demam tifoid

Demam tifoid banyak ditemukan dinegara yang berkembang dimana hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Indonesia merupakan Negara endemik demam tifoid. Penyakit ini terbesar diseluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar Negara. Serangan penyakit lebih bersifat sporadic dan bukan endemic. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang berpencar pencar dengan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan dalam satu keluarga pada saat yang bersamaan.

( Widyono,2003)

LO 3.3 Memahami dan menjelaskan etiologi demam tifoid

Penyakit demam tifoid adalah salmonella typhi. Kuman ini mempunyai 3 antigen yang penting, yaitu :

1. Antigen O ( Somatik )2. Antigen H ( Flagella )3. Antigen K ( Selaput )

Penyebab demam tifoid :

1. Salmonella typhi 2. Salmonella paratyphi A3. Salmonella paratyphi B 4. Salmonella paratyphi C

Pada salmonella B dan C jarang ditemukan. Salmonella paratyphi A tidak terlalu disbanding salmonella typhi.

Page 7: SKENARIO1 smester2 (1)

Manifestasi klinik dema tifoid tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh. Suatu percoobaan pada manusia dewasa menunjukan bahwa 10 pangkat 7 mikroba dapat menyebabkan sakit. Mikroorganisme yang ditemukan ditinja dan urine setelah 1 minggu demam. Apabila penderita diobati secara benar, maka kuman tidak akan ditemukan pada minggu ke4. Akan tetapi apabilla kuman masih ditemukan diminggu ke4 maka penderita inyatakan sebagai carrier. Seorang carruer biasanya berusia dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak. Kuman salmonella typhi bersembunyi di kantung empedu. Apabila penderita carrie memakan makanan berlemak, maka cairan empedu akan dikeluarkan kedalam saluran cerna bersam mikroorganisme. Selanjutnya, cairan empedu dan mikroorganisme akan dibuang melalui tinja dan berpotensi menjadi sumber penularan penyakit.

( Widyono,2003)

LO 3.4 Memahami dan mempelajari pathogenesis demam tifoid

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti organisme, yaitu:

1. Penempelan dan invasi sel-sel M plak Peyeri.2. Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag plak Peyeri, rodus limfatikus

mesenterikus, dan organ-organ ekstraintestinal sistem retikuloendotelial.3. Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah.4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan

menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumeri intestinal.

Salmonella typhi masuk kedalam tubuh karena makanan terkontaminasi dilambung sebagian kuman mati dan sebagian lagi lolos ke usus antibody A kurang baik karena masuknya sel epitel ke laminan propia kuman berkembang biak melakukan fagositosis pergi ke plak peyeri saluran limfe ke organ hati dan limpa menyebar keseluruh tubuh makrofag menjadi hiperaktif terjadi pelepasan mediator inflamasi.

( Widyono,2003)

LO 3.5 Memahami dan menjelaskan gejala klinis demam tifoid

Demam tifoid menyebabkan 3 kelainan, yaitu :

1. Demam berkepanjanganDemam yang lebih dari 7 hari dapat diikuti dengan anoreksia ( tidak nafsu makan) atau batuk.

2. Gangguan saluran pencernaan Ganggguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak enak diperut, konstipasi( sembelit), diare bisa juga terjadi.

Page 8: SKENARIO1 smester2 (1)

Pada kondisi yang parah, demam tifoid dapat disertai dengan gangguan kesadaran, berupa kesadaran ringan, apatis, somnolen, hingga koma.

Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5–40 hari dengan rata-rata antara 10–40 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh faktor galur Salmonella, status nutrisi dan imunologik penjamu, serta lama sakit di rumahnya. Pada minggu pertama, gejala klinisnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Dalam minggu ke-2, gejala telah lebih jelas, yaitu berupa demam, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1oC tidak diikuti dengan peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, ganguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, dan psikosis.

( Sudoyo,AW. 2006 )

LO 3.6 Memahami dan menjelaskan diagnosis demam tifoid

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, dengan kriteria ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid. Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S.typhi dari darah. Pada dua minggu pertama sakit, kemungkinan mengisolasi S.typhi dari dalam darah pasien lebih besar dari pada minggu berikutnya. Uji serologi widal suatu metode serologic yang memriksa antibody aglutinasi terhadap antigen somatic (O), flagella (H) banyak dipakai untuk membuat diagnosis demam tifoid. Di Indonesia pengambilan angka titer O agglutinin ≥1/40 dengan memakai uji Widal slide agglutination (prosedur pemeriksaan membutuhkan waktu 45 menit) menunjukkan nilai ramal positif 95%. Artinya apabila hasil tes positif, 96% kasus besar demam tifoid, akan tetapi bila negative tidak menyingkirkan demam tifoid.

( Sumarmo,2012. )

LO 3.7 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan demam tifoid

1. Istirahat dan perawatan.Dilakukan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah

baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat, seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, buang air besar, akan membantu dan mempercepat peyembuhan.

2. Diet dan terapi penunjang.Makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi pasien akan

semakin buruk dan proses penyembuhan akan semkin lama. Dimasa lampau penderita demam tifoid melakukan diet bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar

Page 9: SKENARIO1 smester2 (1)

dan akhirnya diberikan nasi. Hal itu bertujuan untuk menghindari komplikasi pendarahan saluran cerna atau peforasi usus.

LO 3.8 Memahami dan menjelaskan pencegahan pada demam tifoid

Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoid. Merebus fpembuangan sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah penyakit, secara lebih detail, strategi pencegahan demam tifoid mencakup hal-hal berikut :

1. Penyediaan sumber air minum yang baik2. Penyediaan jamban yang sehat3. Sosialisasi budaya cuci tangan4. Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum5. Pemberantasan lalat6. Pengawasan kepada penjual makanan dan minuman7. Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui8. Imunisasi

Walaupun imunisasi dianjurkan di AS (kecuali pada kelompok yang berisiko tinggi ). Imunisasi pencegahan tifoid termasuk dalam program pengembangan imunisasi yang dianjurkan di Indonesia. Akan tetapi, program ini masih belum diberikan secara gratis karena keterbatasan sumber daya pemerintah Indonesia. Oleh sebab itu, orangtua harus membayar biaya imunisasi untuk anaknya. Jenis vaksinasi yang tersedia adalah :

1. Vaksin parenteral utuhBerasal dari S. typhi utuh yang sudah mati setiap cc vaksin mengandung sekitar 1 millon kuman. Dosis untuk anak usia 1-5 tahun adalah 0,1 cc, anak usia 6-12 tahun adalah 0,25 cc dan dewasa adalah 0,5 cc. dosis diberikan 2 kali dengan interual 4 minggu. Karena efek samping dan tingkat perlindungannya pendek maka vaksin ini sudah tidak beredar lagi

2. Vaksin Ty21aVaksin oral yang mengandung S. typhi strain Ty21a hidup. Vaksin diberikan pada usia minimal 6 tahun dengan dosis 1 kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu, vaksin ini memberikan perlindungan selama 5 tahun.

3. Vaksin parental polisakaridaBerasal dari polisakarida kuman salmonella. Vaksin ini diberikan secara parentral dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuscular pada usia mulai 2 tahun dengan dosis ulangan (booster) setiap 3 tahun. Lama perlindungan sekitar 60-70 %. Jenis vaksin ini menjadi pilihan utama karena relative paling efektif.

Imunisasi rutin dengan vaksin tifoid pada orang yang terkena kontak dengan penderita seperti anggoto keluarga dan petugas yang menangani penderita tifoid, dianggap kurang bermanfaat, tetapi mungkin berguna bagi mereka yang terpapar oleh carier. Vaksin oral tifoid bias juga memberi perlindungan parsial terhadap demam paratifoid, karena sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang efektif untuk demam paratifoid

(Ilmu Penyakit Tropis)

Page 10: SKENARIO1 smester2 (1)

3. Pemberian antimikroba.Bertujuan untuk mengentikan dan mencegah penyebaran kuman. Obat-obat

aantimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah kloramfenikol, tiamfenikol, kotromoksazol, ampisilin dan amoksisilin, sefalosporin generasi ketiga, dan golongan fluorokuinolon.

( Sudoyo,2006)

LO 3.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi demam tifoid

Komplikasi intestinal

a. Perdarahan lntestinalPada plak Peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis) dapat terbentuk

tukak/luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus- Bila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok, Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan apabila terdapat perdarahan sebanyak 5ml/kg bb/ jam dengan faktor hemostatis dalam batas normal. Bila transfusi yang diberikan tidak dapat mengimbangi perdarahan yang terjadi, maka tindakan bedah perlu dipertimbangkan.

b. PerforasiUsusBiasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu

pertama. Selain gejala umum demam tifoid yang biasa terjadi maka penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus. Bila pada gambaran foto polos abdomen (BNO/3 posisi) ditemukan udara pada rongga peritoneum atau subdiafragma kanan, maka hal ini merupakan nilai yang cukup menentukan terdapatnya perforasi usus pada demam tifoid. Umumnya diberikan antibiotik spektrum luas dengan kombinasi kloramfenikol dan ampisilin intravena. Untuk kontaminasi usus dapat diberikan gentamisin/metronidazol. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup serta penderita dipuasakan dan dipasang nasogastric tube. Transfusi darah dapat diberikan bila terdapat kehilangan darah akibat perdarahan intestinal.

a. Pankreatitis TifosaMerupakan komplikasi yang jarang terjadi pada demam tifoid. Pankreatitis sendiri

dapat disebabkan oleh . mediator pro inflamasi, virus, bakleri, cacing, maupun zat-zat farmakologik. Pemeriksaan enzim amilase dan lipase serta ultrasonograafi/CT-Scan dapat membantu diagnosis penyakit ini dengan akurat. Penatalaksanaan pankreatitis tifosa sama seperti penanganan pankreatitis pada umumnya antibiotik yang diberikan adalah antibiotik intravena seperti seftriakson atau kuinolon.

b. MiokarditisMiokarditis terjadi pada l-5 % penderita demam tifoid sedangkan kelainan

elektrokardiografi dapat terjadi pada 10-15% penderita. Pasien dengan miokarditis biasanya tanpa gejala kardiovaskular atau dapat berupa keluhan sakit dada, gagal jantung kongestif, aritmia, atau syok kardiogenik. Sedangkan perikarditis sangat

Page 11: SKENARIO1 smester2 (1)

jarang terjadi. Perubahan elektrokardiografi yang menetap disertai aritmia mempunyai prognosis yang buruk. Kelainan ini disebabkan kerusakan miokardium oleh kuman S.typhi dan miokarditis sering sebagai penyebab kematian. Biasanya dijumpai pada pasien yang sakit berat,'keadaan akut dan fulminan.

(Ilmu Penyakit Dalam, 2009)

Komplikasi Ekstra Intestinalc. Komplikasi Hematologi

Komplikasi hematologik berupa trombositopenia, Trombositopenia saja sering dijumpai, hal ini mungkin tejadi karena menurunnya produksi trombosit di sumsum tulang selama proses infeksi atau meningkatnya destruksi trombosit di system retikuloendotelial.

d. Hepatitis Tifosa Pembengkakan hati ringan sampai sedang dijumpai pada 50% kasus dengan demam tifoid dan lebih banyak dijumpai karena S. typhi dari pada S. paratyphi. Untuk membedakan apakah hepatitis ini oleh karena tifoid, virus, malaria, atau amuba maka perlu diperhatikan kelainan fisik, parameter laboratorium, dan bila perlu histopatologik hati. Pada demam tifoid kenaikan enzim transaminase tidak relevan dengan kenaikan serum bilirubin (untuk membedakan dengan hepatitis oleh karena virus). Hepatitis tifosa dapat tedaji pada pasien dengan malnutrisi dan sistem imun yang kurang. Meskipun sangat jarang, komplikasi hepatoensefalopati dapat terjadi

( Sudoyo, 2009 )

LO 3.10 Memahami dan menjelaskan prognosis demam tifoid

Prognosis antara orang dengan demam tifoid terutama tergantung pada kecepatan diagnosis dan memulai pengobatan yang benar. Sebelum penggunaan antibiotik, tingkat kematian mencapai 20%. Kematian terjadi akibat dari infeksi berat, pneumonia, perdarahan usus, atau perforasi usus. Dengan antibiotik dan perawatan pendukung, angka kematian telah berkurang menjadi 1% -2%. Dengan terapi antibiotik yang tepat, biasanya ada perbaikan dalam waktu satu sampai dua hari dan pemulihan dalam waktu tujuh sampai 10 hari.Penderita carrier yang terjadi 3%-5% pada orang yang terinfeksi demam tifoid, dapat sembuh dengan penggunaan antibiotik yang berkepanjangan. Seringkali, pengangkatan kandung empedu, tempat infeksi kronis, akan menyembuhkan carrier.Sejumlah pasien mengalami komplikasi jangka panjang atau permanen, termasuk gejala neuropsikiatri dan tingginya tingkat kanker gastrointestinal.

Prognosis demam tifoid tergantung pada :

1. Usia penderita2. Ada tidaknya komplikasi

Page 12: SKENARIO1 smester2 (1)

3. Keadaan kesehatan sebelumnya4. Ketepatan terapi 5. Angka kematian

( Widyono, 2003 )

LI IV Memahami dan menjelaskan farmakoterapi

LO 4.1 Memahami dan menjelaskan penggolongan antibiotic

Pengobatan demam tifoid karena disebabkan oleh bakteri, maka memerlukan antibiotik. Ada beberapa golongan antibiotik yang diberikan sebagai pengobatan demam tifoid lini pertama, yaitu :

Ampisilin : Ampisilin adalah prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas.

Kloramfenikol : Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. Influenza.

Tiamfenikol : Tiamfenikol digunakan untuk indikasi yang sama dengan kloramfenikol. Namun, pada kuman gram negatif maupun kuman gram positif.

Trimetoprime – Sulfametoksasol : Kombinasi trimetoprin dengan sulfmotoksazol dikenal dengan nama kontrimoksazol. Kombinasi ini menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang berurutan pada mikroba,sehingga memberikan efek sinergi.

( Gunawan, GS.2007 )

LO 4.2 Memahami dan menjelaskan farmakokinetik antibiotic

L.O. 4.3 Farmakokinetik

Kotrimoksazol: Rasio kadar sulfatmetoksazol dan trimetroprim yang ingin dicapai dalam darah ialah 20 : 1. Karena sifatnya yang lipofilik, trimetropim mempunyai volume distribusi yang lebih besar daripada sulfatmetoksazol. Trimetroprim cepat didistribusi ke dalam jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma karena adanya sulfatmetoksazol. Volume distribusi trimetroprim hampir 9 kali lebih besar daripada sulfatmetoksazol. Obat masuk ke CSS dan saliva dengan mudah. Masing-masing komponen juga ditemukan dalam kadar tinggi dalam empedu. Dua per tiga dari sulfonamide tidak mengalami konjugasi. Metabolit trimetroprim ditemukan di urin.

Fluorokinolon: Fluorokinolon diserap lebih baik melalui saluran cerna dibandingkan dengan asam nalidiksat. Ofloksasin, levofloksasin, gatifloksasin dan moksifloksasin adalah fluorokinolon yang diserap baik sekali pada pemberian oral. Pefloksasinadalah fluorokinolon yang absorpsinya paling baik dan masa paruhnya paling panjang.

Page 13: SKENARIO1 smester2 (1)

Didistrubsi baik ke suluruh tubuh. Sifat menguntungkannya yang lain adalah mampu mencapai kadar tinggi pada jaringan prostat. Lalu masa paruh eliminasinya panjang sehingga cukup diberikan 2 kali sehari. Kebanyakan dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal.

Farmakologi antibiotik dibagi menjadi farmakokinetika dan farmakodinamika. Farmakodinamika antibiotik digambarkan konsentrasi-waktu obat dalam tubuh makhluk hidup yang menghasilkan respon antimikrobial, yaitu apakah mikrobia tereradikasi atau tidak. Sedangkan secara farmakikinetika hanya digambarkan dari profil konsentrasi dan waktu obat dalam tubuh mahkluk hidup. Secara prinsip, pemilihan antibiotika yang tepat harus mempertimbangkan aktivitas mikrobiologik dan farmakodinamik masing-masing terhadap pola sensitivitas kuman setempat. Dosis efektif antimikroba merupakan fungsi dari kadar hambat minimal (minimum inhibitory concentration/MIC) kemampuan pertahanan tubuh individu, lokasi infeksi, dan farmakokinetika antimikroba. The International Society for Anti-Infective Pharmalogy (ISAP) mengawali studi farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotic untuk memperbaiki dosis regiment. Sejak itu studi dan penggunaan prinsip farmakokinetik dan farmakodinamik dalam terapi antibiotik ditingkatkan secara besar-besaran. Berdasarkan mekanisme aksinya, obat antibakterial dibagi menjadi time-dependent antibiotic dan concentration-dependent antibiotic. Untuk antibiotik concentration-dependent killing digunakan parameterAUC, Cmax, dan MIC. Aminoglikosida (sebagai contoh Paromomisin, Gentamisin) dan Quinolon merupakan antibiotik yang menunjukkan mekanisme antibiotic concentration-dependent killing. Indeks farmakokinetik AUC/MI digunakan untuk memprediksi efek antibiotik concentration-dependent killing.

( Gunawan,GS. 2007)

LO 4.3 Memahami dan menjelaskan farmakodinamik antibiotic

Kotrimoksazol: menghambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap yang berurutan pada mikroba sehingga kombinasi trimetroprim dan sulfatmetoksazol memberikan efek sinergi.

Fluorokinolon: sub unit A dari DNA-girase dihambat. Dengan demikian, penghambat girase

puntiran DNA (supercoiling) yang mutlak diperlukan untuk fase istirahat.

Farmakologi antibiotik dibagi menjadi farmakokinetika dan farmakodinamika. Farmakodinamika antibiotik digambarkan konsentrasi-waktu obat dalam tubuh makhluk hidup yang menghasilkan respon antimikrobial, yaitu apakah mikrobia tereradikasi atau tidak. Sedangkan secara farmakikinetika hanya digambarkan dari profil konsentrasi dan waktu obat dalam tubuh mahkluk hidup. Secara prinsip, pemilihan antibiotika yang tepat harus mempertimbangkan aktivitas mikrobiologik dan farmakodinamik masing-masing terhadap pola sensitivitas kuman setempat. Dosis efektif antimikroba merupakan fungsi dari kadar hambat minimal (minimum inhibitory concentration/MIC) kemampuan pertahanan tubuh individu, lokasi infeksi, dan farmakokinetika antimikroba. The International Society for Anti-Infective Pharmalogy (ISAP) mengawali studi

Page 14: SKENARIO1 smester2 (1)

farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotic untuk memperbaiki dosis regiment. Sejak itu studi dan penggunaan prinsip farmakokinetik dan farmakodinamik dalam terapi antibiotik ditingkatkan secara besar-besaran. Berdasarkan mekanisme aksinya, obat antibakterial dibagi menjadi time-dependent antibiotic dan concentration-dependent antibiotic. Untuk antibiotik concentration-dependent killing digunakan parameterAUC, Cmax, dan MIC. Aminoglikosida (sebagai contoh Paromomisin, Gentamisin) dan Quinolon merupakan antibiotik yang menunjukkan mekanisme antibiotic concentration-dependent killing. Indeks farmakokinetik AUC/MI digunakan untuk memprediksi efek antibiotik concentration-dependent killing.

( Gunawan, GS. 2007 )

Page 15: SKENARIO1 smester2 (1)

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.

FKUI. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta

W. Sudoyo, dkk. 2006. ”ilmu penyakit dalam jilid 3 edisi 4”. Jakarta. FKUI

Gunawan, GS. 2011. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta : FKUI

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis edisi 2. Semarang: Erlangga

http://answers.webmd.com/answers/1173829/how-is-typhoid-fever-treated-and [Diakses pada 2 April 2013 pukul 19:50]http://emedicine.medscape.com/article/231135-followup#a2650 [Diakses pada 2 April 2013 pukul 19:43]

Page 16: SKENARIO1 smester2 (1)