skenario1 riyan

Upload: fitri-febrianti

Post on 15-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN DISKUSI TUTORIALBLOK BIOETIKA DAN HUMANIORASKENARIO 1

KELOMPOK 7Ida Bagus Ananta W.(G0011113)R.A. Sitha Anisa P.(G0011161)Rachmania Budiarti(G0011163)Arga Scorpianus(G0011035)Rifqi Hadyan(G0011171)Dhia Ramadhani (G0011073)Egtheastraqita C.(G0011081)Ery Radiyanti(G0011085)Fitri Febrianti R.(G0011095)Riyan Angga P.(G0011179)Siti Nurhidayah(G0011199)NAMA TUTORIbu Fitriyah

I.PENDAHULUANSKENARIO 1Seorang anak perempuan umur 13 tahun duduk di kelas satu SMP hamil satu bulan karena diperkosa. Korban perkosaan depresi. Orang tua korban ingin kehamilan digugurkan. Orang tua korban konsultasi dengan dokter di rumah sakit. Dokter kemudian merangkan pada orang tua korban bahwa tindakan abortus itu terkait dengan masalah hukum, sementara dari segi disiplin tdak ada masalah secara teknis, dan juga kode etik kedokteran menyerahkan dalam hal ini kepada masing-masing dokter tergantung pada keyakinan dokter, sebab dokter juga terikat dengan sumpah dokternya dan kode etik kedokteran.Dokter tersebut juga menerangkan kalau masalah ini tidak dapat dia rahasiakan sendiri karena harus ditangani oleh tim jadi jika tindakan abortus akan dilakukan maka keputusan akan diambil oleh timyang terdiri atas dokter, ahli agama dan psikiater. Dokter menerangkan kepercayaan dan kerjasama dari pasien bahwa dokter akan berusaha yang terbaik bagi pasien, juga menerangkan bahwa kondisi seperti ini merupakan keputusan yang sulit dari aspek etik dan maupun hukum.Hasil keputusan tim dokter rumah sakit setempat setuju untuk dilakukan aborsi setelah mempertimbangkan profesionalisme, tapi orang tua masih bingung karena menurutnya agama dan hukum melarang aborsi.II. DISKUSI DAN STUDI PUSTAKALangkah 1: Membaca Skenario dan Memahami Pengertian Beberapa Istilah dalam SkenarioBeberapa istilah yang kurang kami fahami definisi maupun maksudnya secara jelas adalah rahasia kedokteran, depresi, hukum, psikiater, profesionalisme, sumpah dokter, aspek etik, segi disiplin, abortus, masalah teknis, pemerkosaan dan kode etik kedokteran. Berikut adalah hasil klarifikasi istilah tersebut.Rahasia kedokteran merupakan kewajiban dokter kepada pasien untuk merahasikan segala sesuatu yang dia ketahui tentang pasien dan penyakitnya karena adanya rasa saling percaya antara dokter dan pasien.Depresi, jika ditinjau dari bidang psikiatri, adalah suatu kesedihan yang tidak wajar, defeksi dan melankoli. Selain itu, depresi adalah keadaan mental mood yang menurunkan ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, dan tidak bersemangat. Depresi berkisar dari perasaan sedih yang normal hingga gangguan distimik hingga gangguan depresi mayor. Dalam beberapa hal, menyerupai kedukaan dan ratapan yang menyertai rasa kehilangan, sering terdapat perasaan rasa rendah diri, rasa bersalah, dan menyalahkan diri sendiri, menarik diri dari kontak interpersonal dan gejala somatic seperti gangguan makan dan tidur. (kamus kedokteran Dorland edisi 31, 2010) Depresi merupakan penyebab utama terjadinya bunuh diri. Depresi dapat mempengaruhi jiwa dan raga karena berbagai peristiwa dalam hidup.Hukum merupakan peraturan perundangan, seperti terdapat dalam hukum pidana, perdata, tata negara dan administrasi negara. (Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 2008) Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hukum adalah (1)Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat yang dikokohkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas, (2)Patokan (kaidah tertentu) mengenai peristiwa (alam, dsb) tertentu, (3)UU atau peraturan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat dan (4)Keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim di pengadilan (vonis). Jadi, hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh kekuasaan dalam mengatur pergaulan hidup di masyarakat dan merupakan pedoman untuk menetapkan keputusan.Psikiater adalah dokter yang ahli dalam bidang penyakit jiwa.Profesionalisme mengandung pengertian memegang teguh kode etik sesuai bidangnya, penetapan keterampilan dan pengalaman tenaga medis dengan mengacu pada aturan yang berlaku, serta upaya dan kecakapan pengembangan suatu profesi dalam melaksanakan tanggung jawab berdasarkan panduan ilmu dan latihan serta kepakaran.Sumpah dokter adalah janji yang diucapkan dokter sebelum pelantikan dan merupakan sumpah yang diucapkan oleh orang yang akan menjalani profesi secara resmi.Etik (ethics) berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, sesuatu yang baik, dan sesuatu yang layak. Menurut KKBI (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak. Sedangkan menurut KBBI dari department pendidikan dan kebudayaan (1988), etika adalah ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan atau seperangkat azas atau nilai yang berkenaan dengan azas, dan nilai yang benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Aspek etik dibagi menjadi aspek etik subjektif jika mengatur tentang moral dan agama serta aspek etik objektif jika mengatur tentang sumber hukum. Menurut kamus kedokteran (Ramali dan Pamuncak, 1987), etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam suatu profesi. Menurut buku Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan (Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 2009), etika adalah ilmu yang mempelajari azas akhlak sedangkan etik adalah seperangkat azas atau nilai yang berikatan dengan akhlak seperti dalam kode etik.Segi disiplin yang dimaksud di sini adalah prosedur yang mengkaji bidang yang dikuasainya.Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterus baik berupa embrio maupun fetus yang beratnya kurang dari 500 gram atau berumur kehamilan kurang dari 20 minggu (kamus kedokteran Dorland, 2010).Masalah teknis merupakan masalah prosedural.Pemerkosaan adalah suatu tindakan asusila yang dilakukan secara paksa untuk mendapat kenikmatan diri sendiri.Kode etik kedokteran adalah kumpulan atau seperangkat etik yang berlaku dalam profesi kedokteran yang isinya mencakup kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap pasien, kewajiban dokter terhadap teman sejawat, kewajiban dokter terhadap diri sendiri, serta penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI. (Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 2009). Dapat juga diartikan sebagai pedoman bagi para dokter ketika melaksanakan profesinya maupun kontak kewajiban moral antara dokter dan sejawatnya.Langkah 2: Menentukan atau Mendefinisikan PermasalahanPermasalah dalam kasus di skenario 1 adalah pertimbangan dalam pengambilan keputusan dilakukannya aborsi jika ditinjau dari segi hukum, etik, agama dan aspek norma yang lain; bagaimana sikap atau tanggapan kita nantinya jika menjadi seorang dokter jika dihadapkan pada kasus seperti pada skenario 1 ini; apakah aborsi yang dilakukan sesuai dengan skenario 1 dapat dikatakan ilegal serta bagaimana perbedaan regulasi mengatur aborsi yang dilakukan pada kehamilan yang terjadi diluar nikah, kehamilan karena diperkosa dan kehamilan yang tidak dikehendaki.

Langkah 3: Menganalisis Permasalahan dan MembuatDalam dunia kedokteran, dikenal sebuah struktur penatalaksanaan yang menjadi kontroversi banyak ahli. Kontroversi tersebut adalah Abortion. Abortion atau aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi( pertemuan sel telur dengan sperma sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau beratnya belum mencapai 500 gram.Aborsi sendiri sebenarnya dapat diklasifikasikan sebagai aborsi spontan, aborsi buatan, dan aborsi terapeutik. Aborsi spontan adalah aborsi yang terjadi bukan dikarenakan suatu alasan tertentu atau aborsi yang terjadi secara alamiah, sebagai contohnya adalah keguguran, kemudian aborsi buatan yaitu pengakhiran kehamilan secara disadari sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu, dan yang terakhir aborsi terapeutik adalah aborsi yang dilakukan akibat adanya indikasi medic semisal calon ibu memiliki penyakit yang dapat membahayakan calon ibu dan janin (www.aborsi.org) Pengukuhan bahwa tindakan abortus itu merupakan tindakan yagn dapat ditolerir atau tidak adalah berdasarkan banyak tinjauan, bukan hanya dari segi hukum namun juga dari segi aspek etik, kode etik kedokteran, sumpah dokter, dan agama.Menurut hukum aborsi bertolak dari beberapa aturan sebagai berikut:1. Undang-undang RI no. 1 tahun 1946Yang intinya adalah dengan alasan apapun, aborsi merupakan tindakan melanggar hukum2. UU RI no.7 tahun 1984Yang intinya pengesahan konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi pada perempuan3. UU RI no.23 tahun 1992Yang intinya adalah aborsi hanya boleh dilakukan untuk kondisi tertentu4. KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349Yang intinya tentang pelarangan pengguguran kandunganDiatas hanya beberapa contoh dari kesekian banyak hukum di Indonesia yagn mengatur pelarangan praktek aborsi, kemudian dalam tinjaunnya dengan agama adalah berpegangan pada Fatwa MUI (nomor 4 tahun 2005)Adapun inti dari bunyi fatwa tersebut adalah sebagai berikut:1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim2. Aborsi boleh dilakukan karena ada uzur, baik yang bersifat hajat maupun darurat, maksud dari bersifat hajat adalah jika tidak dilakukan aborsi akan mengalami kesulitan besar (boleh dilakukan aborsi sebelum janin berusia 40 hari), sedangkan yang bersifat darurat adalah aborsi boleh dilakukan jika hal tersebut tidak dilakukan akan menyebabkan kematianKemudian dipandang dari segi agama hindu : aborsi adalah Himsa Karma yaitu perbuatan dosa yagn disejajarkan dengan membunuh , menyakiti, dan menyiksa. Jadi dari pandangan dua aturan yagn mengatur tentang aborsi dalan dua agama yang berbeda menumbuhkan rangsang piker bahwa perlu adanya batasan-batasan dalam melakukan aborsi atau tidak sama sekaliSelanjutnya dipadang dari segi etik, berpedoman pada pasal 7c kode etok kedokteran bahwa abortus provotikus dapt dibenarkan dalam tindakan medis dan pada pasal 10 kode etik kedokteran menyatakan bahwa dokter wajib wajib mengingat akan kewajibannya menjaga hidup dari tiap insani.Dari inti-inti yang telah dikemukakan diatas memberikan gambaran teknis bahwa tidakan abortus didalamnya masih dikaji secara fleksibel, memperbolehkan keberadaannya dalam realita masyarakat kita, namun juga memiliki keadaan-keadaan yang membatasinya, akan tetapi batasan-batasan yagn mengatur tentang pertimbangan boleh atau tidak dilakukan aborsi di Indonesia masih terangkum secara kabur dalam tatanan hukum atapun norma bangsa Indonesia. Hal inilah penyebab kontroversi yang terjadi dan sulitnya pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan ini atau tidak.

Langkah 4: Menginventarisasi Permasalahan-Permasalahan secara Sistematis dan Pernyataan Sementara Mengenai Permasalahan-Permasalahan pada Langkah 3Langkah 5: Merumuskan Tujuan PembelajaranTujuan pembelajaran yang ingin kami capai adalah:1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan dilakukannya aborsi?2. Bagaimana peran kode etik kedokteran dan hukum kesehatan dalam menangani pasien?3. Apakah aborsi dalam kasus skenario 1 legal?4. Bagaimana sikap atau tanggapan kita sebagai seorang dokter nantinya jika dihadapkan pada suatu kasus seperti pada skenario 1 yang masih bingung mempertimbangkan aspek hokum dan agama dalam aborsi, setelah tim yang terdiri dari dokter, ahli agama, dan psikiater setuju dilakukan aborsi?Langkah 6: Mengumpulkan Informasi Baru (Belajar Mandiri)Langkah 7: Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi Baru yang DiperolehTindakan aborsi dalam prakteknya sudah berlangsung seiring dengan zaman globalisasi, pada data yang diperoleh di www.aborsi.org, ditemukan empat juta kasus aborsi dengan 2 juta kasus aborsi dilakukan secara tidak aman. Aborsi tidak aman inilah yagn mengancam nyawa dan meperkeruh doktrin buruk bagi kegiatan aborsi itu sendiri. Aborsi sering dikait-kaitkan dengan ketidakinginkan seorang calon ibu terhdap janinnya akibat tindakan yang dianggap tidak bermoral dan hina dalam masyarakat. Hal ini memicu seringnya praktek aborsi illegal atau secara sembunyi-sembunyi. Bayangkan jika praktek aborsi diatur pada aturan yang dan aborsi tidak dikaitkan dengan perkara defisiensi moral tentu saja, praktek aborsi legal untuk kegiatan medis tertentu akan lebih mampu menjawab kebingungan dari wanita yagn mederita kehamilan tidak dinginkan dan mampu memberikan keselamatan banyak jiwa. Kehamilan seharusnya adalah pilihan bukan paksaan (Joseph Fletcher, 1979), dalam sebuah buku dari Fletcher dikatakan seperti hal diatas, bahwa setiap wanita memilik pilihan untuk hamil atau tidak, seusai dari hak asasi yang dimiliki, dan jika kehamilan itu terjadi akibat paksaan dari seseorang yagn telah melanggar hak asasi wanita tersebut semisal diperkosa, tentunya jika kejadian tersebut benar-benar memberikan dampak negatif semisal depresi, harusnya aborsi legal baginya asalkan kandungan yang akan digugurkan masih berusia sebelum 100 hari, namun jika umur kehamilan sudah berlangsung 5 bulan, wanita tersebut harus mau melupakan keinginan untuk aborsi ( Prof.Dr. Gulardi Wikayodastro, SpOG).Dikatakan juga oleh Prof. Ali Yafie ketua MUI, bahwa jika kehamilan yang terjadi akibat kecelakaan atau kegagalan KB, jangan dilakukan aborsi, bila kehamilan dapat mengancam keselamatan jiwa, boleh dilakukan aborsi dan bila kehamilan merupakan hasil dari pemerkosaan, wajib (berupa pilihan yagn ditetapkan oleh calon ibu) untuk dilakukan aborsi.Menaggapi hal diatas, penulis berpedoman pada dua hadis nabi yang disampaikan sebagai berikut:Dari Abi Abd Rahman Abdillah bin Masud RA berkata: Rasulullahmenceritakan kepada kami sesungguhnya seseorang dari kamu kejadiannyadikumpulkan dalam perut ibumu selama 40 hari berupa nuthfah, kemudianmenjadi segumpal darah (alaqah) dalam waktu yang sama, kemudian menjadisegumpal daging (mudghah) juga dalam waktu yang sama. Sesudah itumalaikat diutus untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diutus untuk melakukanpencatatan empat perkara, yaitu mencatat rizkinya, usianya, amalperbuatannya dan celaka atau bahagia (HR. Muslim).29

Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa apabila nutfah telahmelewati empat puluh dua hari, Allah mengutus malaikat untuk membentukrupanya, menjadikan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya,dan tulangnya, kemudian malaikat bertanya: Wahai Tuhanku, apakah dijadikanlaki-laki atau perempuan? Lalu Allah menentukan apa yang dikehendaki, lalumalaikat itu pun menulisnya.(HR. Muslim)30

Hal diatas memberikan parameter bahwa sebelum umur 40 hari, aborsi boleh dilakukan, namun batasan-batasan yang ada adalah menyangkut keikhlasan dari calon ibu dan kondisi psikis calon ibu yagn dapat mempengaruhi keselamatan jiwanya. Intinya juga adalah kembali ke pilihan masing-masing, karena individu masing-masinglah yang mengalami, daripada memberikan kesengsaraan yagn berkepanjangan terhadap janin kelak ketika menjadi manusia lebih baik dicegah sedini mungkin dengan melakukan aborsi untuk alasan yang dpatutkan menurut hukum yang berlaku dimasing masing negara tempat kita berada. Sebagai seorang dokter atau tenaga medis lain yagn menghormati kode etik yang berlaku, kita harus menerima apapun keputusan dari pasien kita, karena mereka memiliki hak untuk mendapakan perawatan dan profesionalisme dari kita.