skenario c
DESCRIPTION
y5y34TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat adalah blok
kedelapan belas dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang
memaparkan tentang administrasi kesehatan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
palembang
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai
administrasi kesehatan dengan metode analisis dan diskusi kelompok
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Tamzil Burmawi, MPH
Tanggal : 14 dan 16 Mei 2013
Waktu : 13.00 s.d selesai
Moderator : Heni Ayu Purnama
Sekretaris meja : Wika Hindria Ramadhani
Sekretaris papan : Anggrian Iba
Peraturan dalam Tutorial :
1. Alat komunikasi dinonaktifkan
2. Semua anggota tutorial aktif dalam diskusi kelompok
3. Semua peserta menyampaikan pendapat dengan sopan
2.2 Skenario C Blok XVII
Dokter Budiman adalah pimpinan baru Puskesmas “Melati”. Pada saat
membaca laporan PWS KIA Puskesmas “Melati” tahun 2012, didapatkan cakupan
K1,K4, Pn rendah.
Hari ini, dr. Budiman sedang melakukan supervisi diruang KIA. Ia
mendapati bidan Puskesmas sedang memeriksa ibu Tini, 41 tahun, mengandung
anak ke 6, datang ke Puskesmas “Melati” untuk melakukan ANC pertama kali di
usia kehamilan 22 minggu. Kelahiran 5 anak sebelumnya dilakukan di rumah dan
dibantu oleh dukun sehingga untuk rencana persalinan anak ke 6, ibu Tini ingin
melakukan hal yang serupa karena kelima anaknya lahir dengan selamat.
Dari pemeriksaan Bidan Puskesmas didapatkan data - data sebagai berikut:
BB 45kg, lingkar lengan atas 23cm, TD 130/80 mmHg, TFU 20 cm, taksiran berat
janin 1240 gram, DJJ 140x/menit, Hb sahli 9 g/dl. Bidan Puskesmas melakukan
penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data tersebut
pada kartu pasien.
2
Dokter Budiman selaku pimpinan Puskesmas “Melati” akan merencanakan
lokakarya mini bulanan untuk membahas PWS KIA. Dokter Budiman akan
menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahya cakupan PWS KIA dengan
pendekatan Administrasi Kesehatan.
2.3 Data Seven Jumps
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. PWS KIA : (pemantauan wilayah setempat
kesehatan ibu dan anak) alat manajemen untuk
pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja
secara terus menerus.
2. Cakupan K1 : kunjungan pertama yang dilakukan
ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar pada masa kehamilan.
3. Cakupan K4 : kunjungan keempat yang dilakukan
ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar pada masa kehamilan.
4. Cakupan Pn rendah : cakupan persalinan yang ditolong
tenaga medis.
5. Supervisi : pengontrolan tertinggi /
pengawasan.
6. ANC : pengawasan/ pemeriksaan pada ibu hamil
yang dilakukan sebelum persalinan.
7. Administrasi kesehatan: suatu proses yang
menyangkut perencanaan, pengkoordinasian, dan
penilaian terhadap sumber, tata carandan
kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi
tuntutan terhadap kesehatan.
8. Lokakarya mini bulanan: rapat rutin bulanan
untuk menyususn rencana kerja bulanan
puskesmas.
3
9. Imunisasi TT : usaha menjadikan kebal
terhadap penyakit tetanus.
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Dokter Budiman membaca laporan PWS KIA Puskesmas Melati
tahun 2012 didapatkan K1, K4, Pn rendah.
2. Dr. Budiman melakukan supervisi KIA dan mendapati bidan
memeriksa ibu Tini, 41 tahun, melakukan ANC pertama kali diusia
kehamilan 22 minggu dan berencana melakukan persalinan anak ke-6
didukun karena ke-5 anak lahir dengan selamat didukun.
3. Dari pemeriksaan bidan didapatkan data-data sebagai berikut: BB
45kg, lingkar lengan atas 23cm, TD 130/80 mmHg, TFU 20cm,
taksiran berat janin 1240 gram, DJJ 140x/menit, Hb sahli 9 g/dl,
Bidan Puskesmas melakukan penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini
dan mencatat data-data tersebut pada kartu pasien.
4. Dokter Budiman selaku pimpinan Puskesmas “Melati” akan
merencanakan lokakarya mini bulanan untuk membahas PWS KIA
dan akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahya
cakupan PWS KIA dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.
2.3.3 Analisis Masalah
1. Dokter Budiman membaca laporan PWS KIA Puskesmas Melati
tahun 2012 didapatkan K1,K4, Pn rendah.
a. Apa yg dimaksud dengan PWS KIA ?
b. Apa tujuan dan manfaat PWS KIA ?
c. Bagaimana prinsip pengelolaan program KIA ?
d. Bagaimana indiKator pemantauan PWS KIA ?
e. Bagaimana alur pencatatan, pengolahan dan pemanfaatan data PWS
KIA ?
4
f. Apa makna cakupan K1, K4, Pn rendah ?
g. Bagaimana cara menentukan cakupan K1, K4, Pn rendah ?
h. Bagaimana cara meningkatan cakupan K1, K4, Pn rendah ?
2. Dr. Budiman melakukan supervisi KIA dan mendapati bidan
memeriksa ibu Tini 41 tahun melakukan ANC pertama diusia
kehamilan 22 minggu dan berencana melakukan persalinan anak ke-6
didukun karena ke-5 anak lahir dengan selamat didukun.
a. Apa yang dimaksud dengan supervisi KIA ?
b. Apa tujuan dan manfaat supervisi KIA ?
c. Bagaimana cara melakukan supervisi KIA ?
d. Siapa saja yang dapat melakukan supervisi KIA ?
e. Bagaimana cara mengubah pola pikir ibu Tini yg tidak ingin melakukan
persalinan di Puskesmas ?
f. Apa dampak jika ibu Tini tetap melahirkan dengan bantuan dukun pada
saat usia 41 tahun ?
g. Apa yg harus dilakukan nakes jika ibu tini bersikeras untuk melakukan
persalinan dengan bantuan dukun ?
h. Apa dampak baru melakukan ANC yang pertama pada trimester ke 2 ?
3. Dari pemeriksaan bidan didapatkan data-data sebagai berikut: BB
45kg, lingkar lengan atas 23cm, TD 130/80 mmHg, TFU 20cm,
taksiran berat janin 1240 gram, DJJ 140x/menit, Hb sahli 9 g/dl,
Bidan Puskesmas melakukan penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini
dan mencatat data-data tersebut pada kartu pasien.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan ibu tini ?
b. Berapa kali penyuntikan imunisasi TT pada bumil ?
c. Apa saja standar pelayanan kebidanan pada ANC ?
d. Bagaimana alur pencatatan pelayanan ibu hamil oleh bidan di
puskesmas ?
5
4. Dokter Budiman selaku pimpinan Puskesmas “Melati” akan
merencanakan lokakarya mini bulanan untuk membahas PWS KIA
dan akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahya
cakupan PWS KIA dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.
a. Apa tujuan dan manfaat lokakarya mini bulanan ?
b. Siapa saja peseta lokakarya mini bulanan ?
c. Bagaimana proses lokakarya mini bulanan ?
d. Apa hasil dari lokakarya mini bulanan ?
e. Bagaimana pendekatan administrasi kesehatan untuk meningkatkan
PWS KIA ?
5. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini ?
2.3.4 Hipotesis
Dokter Budiman melakukan pendekatan administrasi kesehatan untuk
meningkatkan cakupan PWS KIA karena didapatkan cakupan K1, K4 dan Pn
rendah.
2.3.5 Kerangka Konsep
6
K1, K4, dan Pn rendah
- Supervisi KIA
- Lokakarya mini
- Membahas rendahnya cakupan K1, K4, Pn
- Membuat POA
Peningkatan cakupan K1,K4, Pn
Input Proses
Pendekatan administrasi kesehatan
Output
2.3.6 Sintesis
1. Dokter Budiman membaca laporan PWS KIA Puskesmas Melati
tahun 2012 didapatkan K1,K4, Pn rendah.
a. Apa yg dimaksud dengan PWS KIA ?
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi
program pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi
terkait dan tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi
Surveilens. Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis
berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang
esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu
kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens
dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat
ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja.
Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan seluruh kasus
dengan faktor risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar
dapat memperoleh penanganan yang memadai.
7
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi,
informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya lintas sektor
setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran.
Dengan demikian PWS KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah
teknis dan non teknis. Pelaksanaan PWS KIA harus ditindaklanjuti dengan
upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi
manajemen program, penggerakan sasaran dan sumber daya yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan
KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/kota
dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang
rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat propinsi dapat
digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.
b. Apa tujuan dan manfaat PWS KIA?
Tujuan umum :
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di
setiap wilayah kerja.
Tujuan Khusus :
1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA
secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap
target yang ditetapkan.
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan
ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang potensial untuk digunakan.
7. Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam penggerakan sasaran
dan mobilisasi sumber daya.
8
8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.
Manfaat
- Menurunkan angka kematian ibu dan anak
- alat pemantauan sederhana di bagian kesehatan ibu dan anak
c. Bagaimana prinsip pengelolaan program KIA ?
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.
Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok
sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil
di semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai
standar di semua fasilitas kesehatan.
9
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
d. Bagaimana indikator pemantauan PWS KIA?
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA
meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok
dalam program KIA. Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA
berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah
(misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten
memakai sasaran kabupaten).
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat.
2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1
kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada
trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara
lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu
wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
10
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani
oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42
hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi
waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara
lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelangsungan program KIA.
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan
kesehatan neonatal.
6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).
11
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 –
hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu
sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan
masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas.
8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi
kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu
hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.
9. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara
definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
12
rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan
definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi
neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa
melihat hasilnya hidup atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam
menangani kasus – kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
10. Cakupan kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan)
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4
kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan,
dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan
sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan
indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas
pelayanan kesehatan bayi.
11. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan).
Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan
sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x
setahun
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan
MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke
Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS)
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
13
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan
jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih
aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
e. Bagaimana alur pengumpulan, pencatatan, pengolahan dan
pemanfaatan data PWS KIA?
DTPS
14
DTPS Tindak lanjut
Tindak lanjutPertemuan bulanan PWS (DINKES-PKM)
Pertemuan RS, DINKES, Dokter ahli, dokter PKM
Rencana aksi & tindak
Hasil analisis dan diskusi dikirim ke DINKES
Didiskusikan pada pertemuan bulanan
Hasil pendataan di analisis
Pembuatan grafik PWS
Pendataan dan pencatatan cakupan program serta kematian ibu dan bayi
Hasil analisis dan diskusi dikirim ke camat
Tindak lanjut
Pertemuan kades – camat bulanan
Data PWS KIA harus dimanfaatkan secara terus-menerus pada semua
siklus pengambilan keputusan untuk memantau penyelenggaraan program
KIA di semua tingkatan administrasi pemerintahan, baik yang bersifat
teknis program maupun yang bersifat koordinatif non teknis dan lintas
sektoral.
Pemanfaatan PWS KIA pada forum lintas program :
Menginformasikan hasil yang telah dicapai
Mengidentifikasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi
Merencanakan perbaikan dan rencana tindak lanjut bagi kegiatan
selanjutnya, termasuk intervensi keterpaduan dari lintas program.
Pemanfaatan PWS KIA pada forum lintas sector :
Menginformasikan hasil yang telah dicapai sebagai masukan bagi
lintas sector
Mengidentifikasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi,
khususnya yang terkait dengan lintas sector
Mendapatkan dukungan lintas sektor dalam pemecahan masalah
Pembagian tugas dan peran masing-masing sektor dalam
pemecahan masalah
f. Apa makna cakupan K1, K4, Pn rendah?
Standar Pelayanan Minimal K1 adalah: 90%
Standar Pelayanan Minimal K4 adalah: 85%
Standar Pelayanan Minimal Pn adalah: 90%
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003
tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di
15
kabupaten atau kota khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan
target tahun 2010 yaitu berupa cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4.
K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
Cakupan Kl di bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam
kurun waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal
yang rendah, yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum
cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu
masih perlu ditingkatkan. Sedangkan K4 yaitu Kontak minimal 4 kali
selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang
terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada
trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah
60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu
tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai .
Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan
menangani risiko tinggi obstetrik.
g. bagaimana cara menentukan cakupan K1, K4, Pn rendah?
Cakupan K1 = X x 100
Y
X = Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal
oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Y = Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Y = 1,10 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat
Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak
ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR propinsi
dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI,
tahun 2007).
Cakupan K4 = X x 100
16
Y
X = Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4
kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
Y = Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun
Cakupan Pn = X x 100
Y
X = Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Y = Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Y = 1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
h. Bagaimana cara meningkatan cakupan K1, K4, Pn rendah?
- melakukan promosi kesehatan dalam bentuk informasi, komunikasi
- melakukan penerangan kesehatan
2. Dr. Budiman melakukan supervisi KIA dan mendapati bidan
memeriksa ibu Tini, 41 tahun melakukan ANC terutama diusia
kehamilan 22 minggu dan berencana melakukan persalinan anak ke-6
didukun karena ke-5 anak lahir dengan selamat didukun.
a. apa yang dimaksud dengan supervisi KIA ?
Supervisi adalah bimbingan teknis yang teratur, terus-menrus dan
berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini dokter
Budiman memberikan bimbingan kepada bidan untuk meningkatkan
cakupan K1, K4, Pn yang tadinya rendah.
b. apa tujuan dan manfaat supervisi KIA ?
Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan keterampilan unit
pelaksana (Bidan) terutama untuk merawat ibu hamil, menolong
persalinan, serta merawat ibu dan bayi selama masa nifas.
17
Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan cakupan dan hasil
kegiatan unit pelaksana dalam merawat ibu hamil, menolong
persalinan, serta merawat ibu dan bayi selama masa nifas.
Sebagai bahan masukan dalam penyusunan laporan kegiatan
petugas puskesmas.
c. bagaimana cara melakukan supervisi KIA ?
Tahap persiapan
a. Dukungan administratif : data lengkap
b. Dukungan sarana : pelayanan kesehatan yang memadai dan
terjangkau bagi masyarakat, tenaga kesehatan yang memadai.
c. Rencana kegiatan supervisi yang jelas
Tahap pelaksanaan
Mengadakan pertemuan antara dokter, bidan dan tenaga kesehatan
dipuskesmas kemudian melakukan bimbingan kepada bidan mengenai
kesehatan ibu dan anak.
d. Siapa saja yang dapat melakukan supervisi KIA ?
pelaksana supervisi adalah dokter spesialis obstetrik ginekologi, dokter,
bidan senior (bidan dari dinas kesehatan).
e. Bagaimana cara mengubah pola pikir ibu Tini yg tidak ingin
melakukan persalinan di Puskesmas ?
Jadi, Upaya yang dapat dilakukan dr. Budiman untuk mengubah pola pikir
ibu Tini yaitu dengan melakukan promosi kesehatan untuk menambah
pengetahuan dari masyarakat dan beralih kepada tenaga kesehatan.
Dengan menggunakan strategi promosi kesehatan (WHO) :
1) Advokasi
Kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu
atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Kegiatan ini ditujukan
18
pada pembuat keputusan atau penentu kebijakan, baik dibidang kesehatan
maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap
publik.
Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-
kebijakan antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi,
dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan publik.
2) Dukungan Sosial
Suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat (toma),tokoh agama (toma), baik tokoh masyarakat formal
maupun informal. Selanjutnya toma dan toga dapat menjembatani antar
pengelola program kesehatan dengan masyarakat. Apabila toma dan toga
sudah mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh anggota
masyarakat lain.
3) Pemberdayaan Masyarakat
Mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
f. Apa dampak jika ibu Tini tetap melahirkan dengan bantuan dukun
pada saan usia 41 tahun ?
- Perdarahan post partum
- Infeksi
- Persalinan macet
- Resiko kematian ibu atau janin lebih tinggi
19
g. Apa yg harus dilakukan tenaga kesehatan jika ibu Tini bersikeras
untuk melakukan persalinan dengan bantuan dukun?
Tenaga kesehatan melakukan pendekatan dengan cara menjadikan dukun
bayi sebagai mitra serta mendampingi proses persalinan yang dibantu
dukun bayi.
h. Apa dampak melakukan ANC yang pertama pada trimester ke2 ?
- Tidak bisa mendeteksi dini kelainan yang diderita ibu dan janin
- Tidak bisa memantau perkembangan janin
- Sulit untuk melakukan perbaikan kondisi ibu atau janin lebih dini
jika terjadi kelainan.
- Meningkatkan angka kematian dan kecacatan ibu dan janin
3. Dari pemeriksaan bidan didapatkan data-data sebagai berikut: BB
45kg, lingkar lengan atas 23cm, TD 130/80 mmHg, TFU 20cm,
taksiran berat janin 1240 gram, DJJ 140x/menit, Hb sahli 9 g/dl,
Bidan Puskesmas melakukan penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini
dan mencatat data-data tersebut pada kartu pasien.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan ibu Tini ?
- BB : 45 kg
Interpretasi : Karena Tinggi badan tidak ada pada data,
sehingga berat badan Ibu Tini tidak bisa
diinterpretasikan dengan indeks massa tubuh
(IMT) dan tidak diketahui berat badan sebelum
hamil.
- Lingkar lengan atas : 23 cm
Normalnya : > 24 cm
Interpretasi : Kurang energi kronis (KEK)
- TD : 130/80mmHg
Interpretasi : Normal
- Tinggi Fundus Uteri : 20 cm
20
Normalnya : untuk 22-28 minggu yaitu 24-25 cm
Interpretasi : TFU lebih rendah
- Taksiran berat Janin : 1240 gr
Normalnya :2500 - 4000 g
Interpretasi : berat janin rendah
- DJJ : 124x/menit
Normalnya : 120-160x/menit
Interpretasi : Normal
- Hb Sahli : 9 g/dl
Normalnya :12-16 g/dl
Interpretasi : Anemia ringan
b. Berapa kali penyuntikan imunisasi TT pada bumil ?
Minimal 2x jaraknya 4 minggu, imunisasi TT dilakukan sebelum usia
kehamilan 8 bulan, dosis 0.5 cc IM dan IV.
c. Apa saja standar pelayanan kebidanan pada ANC ?
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
21
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan
darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan
khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-
risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis,
malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal
kepada Ibu hamil adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat.
d. Bagaimana alur pencatatan pelayanan ibu hamil oleh bidan
dipuskesmas ?
22
4. Dokter Budiman selaku pimpinan Puskesmas “Melati” akan
merencanakan lokakarya mini bulanan untuk membahas PWS KIA
dan akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahya
cakupan PWS KIA dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.
a. apa tujuan dan manfaat lokakarya mini bulanan ?
Tujuan umum
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas dalam rangaka
pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan
rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dan daerah binaan dengan targetnya
serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
Tujuan khusus
- Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas bulan lalu
- Disampaikannya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan
berbagai kebijakan serta program
- Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan bulan lalu
23
- Dirumuskannya cara pemecahan masalah
- Disusunnya rencana kerja bulan baru
b. Siapa saja peseta lokakarya mini bulanan ?
Peserta Lokakarya mini bulanan yaitu seluruh petugas puskesmas,
termasuk petugas pustu & bidan di desa
c. Bagaimana proses lokakarya mini bulanan ?
Proses lokakarya mini bulanan yang pertama :
1. Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/ daerah
binaan.
2. Analisis beban kerja tiap petugas.
3. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah
binaan.
4. Penyusunan rencana kegiatan (plan of action/POA) puskesmas tahunan
berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan puskesmas (RPK).
Proses lokakarya mini bulanan rutin :
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan
PWS.
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan.
3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
d. Apa hasil dari lokakarya mini bulanan ?
Hasil lokakarya mini bulanan yang pertama :
1. Rencana kegiatan puskesmas tahunan.
2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
POA, dalam kasus ini peningkatan cakupan KIA.
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
Hasil lokakarya mini bulanan rutin :
24
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan dalam kasus ini
peningkatan cakupan KIA.
2. Rencana kerja bulan yang baru.
e. Bagaimana pendekatan administrasi kesehatan untuk
meningkatkan PWS KIA ?
unsur pokok administrasi kesehatan
1. Masukan
Yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan
pekerjaan administrasi. Masukan ini dikenal pula dengan nama
perangkat admistrasi (tools of administration). Masukan/ input dalam
kasus ini yaitu cakupan K1, K4, dan Pn rendah.
Macam-macam masukan/ perangkat administrasi :
a. Komisi pendidikan administrasi kesehatan Amerika Serikat
- Sumber
Adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan
barang atau jasa. Macam-macam sumber:
o Sumber tenaga
Sumber tenaga dibedakan atas 2 macam yaitu tenaga
ahli seperti dokter, dokter gigi, bidan, perawat serta
tenaga tidak ahli seperti pesuruh, penjaga malam dan
pekerja kasar lainnya.
o Sumber modal
Sumber modal banyak macamnya. Jika disederhanakan
dapat dibedakan atas 2 macam yakni modal bergerak
seperti uang dan giro serta modal tidak bergerak seperti
bangunan, tanah, dan saran kesehatan.
o Sumber alamiah
Adalah segala sesuatu yang terdapat dialam yang tidak
termasuk sumber tenaga dan sumber modal.
- Tata cara25
Adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang
dimiliki dan diterapkan.
- Kesanggupan
Adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.
b. Koontz dan Donnells
- 4 M untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan ( man/
manusia, money/ uang, material/ sarana, method/ metoda )
- 6 M untuk organisasi yang mencari keuntungan ( man, money,
material, method, market/pasar, machinery/mesin)
2. Proses
Proses yang dimaksud dengan proses dalam administrasi adalah
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pada umumnya proses ataupun fungsi administrasi
merupakan tanggung jawab pimpinan. Proses dalam kasus ini upaya
untuk memperbaiki/ meningkatkan cakupan K1, K4, dan Pn.
Pembagian proses/ fungsi administrasi kesehatan :
a. Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat :
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan, (directing), pengawasan (controlling),
pengkoordinasian (coordinating) dan penilaian (evaluation).
b. Freeman : perencanaan (planning), penggerakan (actuating),
pengkoordinasian (coordinating), bimbingan (guidance),
membebaskan (freedom), dan pertanggung jawaban (responsibility)
c. George R. Terry : perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakkan (actuating), pengawasan (controlling).
Terkenal dengan singkatan POAC
d. Barton : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan staf (staffing), penyusunan anggaran belanja
(budgeting), pelaksanaan (implementing), pengkoordinasian
(coordinating), pelaporan (reporting) dan penilaian (evaluation).
26
e. Luther M. Gullick : perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan staf (staffing), pengarahan (directing),
pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting),
penyusunan anggaran belanja(budgeting). Terkenal dengan
singkatan POSDCORB.
f. Hendry Fayol : perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), perintah (commanding), pengkoordinasian
(coordinating), dan pengawasan controlling).
3. Keluaran
Yaitu hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk administrasi
kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan
kesehatan. Secara umum pelayanan kesehatan dibedakan atas 2 macam
yaitu pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Sasaran
Yaitu kepada siapa keluaran yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan
tersebut ditujukan. Untuk administrasi kesehatan, sasaran dibedakan
atas 4 macam yaitu perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dapat bersifat langsung (direct target group) atau sasaran tidak
langsung (indirect target group).
5. Dampak
Yaitu akibat yang ditimbulkan oleh keluaran. Dampak yang
diharapkan adalah makin meningkatnya derajat kesehatan. Peningkatan
derajat kesehatan ini hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan
tuntutan perseorangan. Keluarga, kelompok dan masyarakat terhadap
kesehatan, pelayanan kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat
terpenuhi. Kebutuhan dan tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat
pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan.
5. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini ?
27
Sampaikanlah walau hanya satu ayat (HR. Bukhori Muslim).
2.3.7 Kesimpulan
Didapatkan cakupan K1, K4, dan Pn rendah di Puskesmas Melati maka
diadakan supervisi KIA dan lokakarya mini bulanan agar cakupan K1, K4,
dan Pn dapat ditingkatkan dengan melakukan pendekatan administrasi
kesehatan.
Daftar PustakaAzwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Rencana Operasional Promosi
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
28
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
828/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota.
Mubarak, W.I dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Merdeka
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha Ilmu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
& Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Soegianto, Benny. 2007. Kebijakan Dasar Puskesmas Kepmenkes No 128 Tahun
2004.
29