skenario 6 lili andriani

34
Etika Profesi Kedokteran (Rahasia Kedokteran) Lili Andriani 102011252 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 E-Mail : [email protected] ____________________________________________________________ ____________ Pendahuluan Sejak zaman hippokrates, kewajiban memegang teguh rahasia pekerjaan dokter harus senantiasa dipenuhi, untuk menciptakan suasana percaya mempercayai yang mutlak diperlukan dalam hubungan dokter dengan pasien. Hippokrates merumuskan sumpah yang harus diucapkan oleh murid-muridnya tentang rahasia pekerjaann dokter berbunyi : “apapun yang saya dengar atau lihat, tentang kehidupan seseorang yang patut disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan, karena saya harus merahasiakannya. Namun dalam perkembangan iptek kedokteran selanjutnya terdapat pengecualian-pengecualian untuk membuka rahasia jabatan dan pekerjaan dokter, demi memelihara kepentingan umum dan mencegah hal-hal yang dapat merugikan orang lain. 1 1

Upload: christian

Post on 19-Feb-2016

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

etika kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 6 Lili Andriani

Etika Profesi Kedokteran (Rahasia Kedokteran)

Lili Andriani102011252

Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

E-Mail : [email protected]________________________________________________________________________

Pendahuluan

Sejak zaman hippokrates, kewajiban memegang teguh rahasia pekerjaan dokter

harus senantiasa dipenuhi, untuk menciptakan suasana percaya mempercayai yang mutlak

diperlukan dalam hubungan dokter dengan pasien. Hippokrates merumuskan sumpah

yang harus diucapkan oleh murid-muridnya tentang rahasia pekerjaann dokter berbunyi :

“apapun yang saya dengar atau lihat, tentang kehidupan seseorang yang patut

disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan, karena saya harus merahasiakannya. Namun

dalam perkembangan iptek kedokteran selanjutnya terdapat pengecualian-pengecualian

untuk membuka rahasia jabatan dan pekerjaan dokter, demi memelihara kepentingan

umum dan mencegah hal-hal yang dapat merugikan orang lain. 1

Salah satu ayat lafal sumpah dokter Indonesia berdasarkan peraturan pemerintah

No.26 tahun 1960 berbunyi : “saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui

karena pekerjaan saya dank arena keilmuan saya sebagai dokter. Dalam Bab II KODEKI

tentang kewajiban dokter terhadap pasien dicantumkan antara lain : “seorang dokter

wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien karena kepercayaan

yang diberikan kepadanya, bahkan juga setelah pasien meninggal dunia. 1

Untuk memperkokoh kedudukan rahasia jabatan dan pekerjaan dokter, telah pula

dikeluarkan peraturan pemerintah No. 10 tahun1966 tentang wajib simpan rahasia

kedokteran dinyatakan bahwa mentri kesehatan dapat melakukan tindakan administrative

berdasarkan pasal 111 undang-undang tentang kesehatan jika tidak dapat dipidanakan

menurut KUHP. 1

1

Page 2: Skenario 6 Lili Andriani

Rahasia adalah sesuatu yang disembunyikan dan hanya diketahui oleh satu orang

oleh beberapa orang saja, atau oleh kalangan tertentu. 1

Orang biasanya tidak memberitahukan rahasia kepada orang lain tanpa ada alasan.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa ia terpaksa berbuat demikian. Hal ini janganlah

diremehkan. Sudah barang tentu tidak selalu hal-hal yang diberitahukan kepada seorang

dokter merupakan rahasia yang tidak boleh diberitahukan kepada orang lain. Seorang

yang sakit influenza atau tulangnya patah karena jatuh, janganlah dokter, tetangga dan

teman-teman nya pun tahu ia menderita penyakit sipilis atau gonorea (kencing nanah),

akan merahasiakan itu terutama terhadap istri atau suami nya, yang tidak mengetahui

bahwa ia memiliki hubungan dengan wanita atau pria lain. Ia terpaksa memberitahukan

penyakitnya kepada dokter karena tanpa bantuan dokter ia tidak akan sembuh.

Kaidah Dasar Etika Kedokteran

Dalam profesi kedokteran, segala tindakan yang dilakukan dokter didasari oleh

etika dan moral profesi kedokteran. Untuk itu sebagai dokter penting mengetahui prinsip-

prinsip etika kedokteran dalam hubungan dokter-pasien. Di dalam pembahasan ini akan

memuat kasus yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip kaidah dasar tersebut, seperti

beneficence (mengutamakan kebaikan pasien), non-maleficence (tidak merugikan),

atonomy (menghormati hak pasien) dan justice (meniadakan diskriminasi).1

Informed concent

Setelah anamnesis dan pemeriksaan, sebelum melakukan tindakan dokter juga harus

melakukan informed concent. Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU

no 29 th 2004 Pasal 45 ayat 1 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun

2008, Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh

pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap

mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tujuan

Informed Consent adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta memberi

perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif.1

Pada kasus, dikatakan seorang seorang pasien laki-laki, yang datang ke praktek

dokter mengeluh bahwa alat kemaluannya mengeluarkan nanah dan terasa nyeri. Setelah

diperiksa, ternyata ia menderita GO. Pasien tidak ingin diketahui istrinya, walau

2

Page 3: Skenario 6 Lili Andriani

bagaimanapun, istrinya harus diobati karena telah tertular akibat berhubungan. Dokter

harus dapat menjelaskan:

Diagnosis dan tata cara tindakan medis : pasien mengalami positif bakteri Neisseria

Gonorrhoeae, kuman penyebab hubungan kelamin dan harus diobati dengan

pemberian antibiotik secara injeksi intramuscular atau peroral selama satu minggu.

Tujuan pengobatan Gonore : supaya tidak timbul komplikasi pada pasien dan tidak

mendapat infeksi untuk kali kedua.

Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi jika penyakit Gonore tidak diobati

yaitu infeksi bisa menyebar kesendi-sendi dan ke jantung sehingga bisa timbul

artritis dan endocarditis.

Prognosis terhadap tindakan pengobatan Gonore.

Dokter tidak bisa menghakimi dan menekan jiwa pasien. Namun dokter harus

dapat memberikan solusi dan jalan penengah kepada pasien sehingga pasien dapat

menerima keputusan dokter. Oleh karena itu, dokter meminta persetujuan pasien

untuk diobati dan menyarankan pada sang suami untuk memberitahukan istrinya

mengenai penyakit yang dialami dengan membawa istrinya ke praktek dokter untuk

diobati. Jika sebaliknya, bisa timbul komplikasi yang dialami istrinya dan bisa

tertular ke sang suami lagi jika melakukan hubungan seksual.

Kewajiban Moral dan Etika Profesi Kedokteran

Etika profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam

bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh

penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu

dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling

banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM.

Sumpah tersebut berisikan kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap,

atau semacam code of conduct bagi dokter. World Medical Association dalam Deklarasi

Geneva pada tahun 1968 menelorkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran

Internasional. 1

Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban

terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri.

3

Page 4: Skenario 6 Lili Andriani

Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik

Kedokteran Internasional. Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga

berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan

arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya

atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral.

Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis.

Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan

klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang

medis. 1

Di dalam menentukan tindakan di bidang kesehatan atau kedokteran, keputusan

hendaknya mempertimbangkan Etika Profesi Kedokteran. Etika adalah disiplin ilmu yang

mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang

individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik-buruk, benar-salah dari sisi

moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang cukup banyak jumlahnya.

Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang adalah teori deontologi dan

teleologi. Deontologi mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu perbuatan harus dilihat

dari perbuatannya itu sendiri sedangkan teleologi mengajarkan untuk menilai baik-buruk

tindakan dengan melihat hasil atau akibatnya. Deontologi lebih mendasarkan kepada

ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkan teologi lebih kearah penalaran (reasoning)

dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat.1

Beauchamp and Childress menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan

etik diperlukan 4 kaidah dasar moral. Keempat kaidah dasar moral itu adalah: 1

Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,

terutama hak otonom pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian

melahirkan doktrin informed consent.

Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang

ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam hal ini tidak hanya dikenal perbuatan

untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat)

lebih besar daripada sisi buruknya.

Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien.

4

Page 5: Skenario 6 Lili Andriani

Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan

keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.1

Pembuatan keputusan etik terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan

dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas. Jonsen,

Siegler, dan Winslade mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik yang

esensial dalam pelayanan klinik, yaitu:

Medical indication. Pada topic ini dimasukkan semua prosedur diagnostic

dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan pasien dan

mengobatinya. Penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya,

terutama menggunakan kadiah beneficence dan non-maleficence.

Pertanyaan etika pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang

selayaknya disampaikan kepada pasien pada informed consent.

Patient preferences. Pada topic ini kita memperhatikan nilai dan penilaian

pasien tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya, yang berarti

cerminan kaidah autonomy. Pertanyaan etiknya meliputi pertanyaan tentang

kompetensi pasien, sifat volunteer sikap dan keputusannya, pemahaman atas

informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien tidak kompeten, nilai dan

keyakinan yang dianut pasien, dan lain-lain.

Quality of life. Topic ini merupakan aktualisasi salah satu tujuan

kedokteran, yaitu, memperbaiki, menjaga, atau meningkatkan kualitas hidup

insani. Apa, siapa, dan bagaiman melakukan penilaian kualitas hidup

merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis, yang berkaitan dengan

beneficence, non-maleficence, dan autonomy.

Contextual features. Dalam topic ini dibahas pertanyaan etik seputar aspek

non medis yang mempengaruhi keputusan, seperti faktor keluarga, ekonomi,

agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya, dan faktor hukum.1

Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral tersebut, dikenal prinsip "turunan"nya

dengan nilai-nilai seperti :

Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth telling

Kesetiaan (fidelity) : keep promise

Privacy (dari otonomi dan beneficence)

5

Page 6: Skenario 6 Lili Andriani

Konfidensialitas.

Menghormati kontrak (perjanjian)

Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi kepada pasien atau pihak

ketiga seperti perusahaan asuransi, pemerintah, dll.1

Kesadaran moral dan tanggungjawab

Kesadaran moral atau kesadaran akan kewajiban mutlak dan tanpa syarat adalah

suara hati (insan kamil) yang muncul/tampak atau menyatakan diri secara unik/khas

dokter sebagai orang per orang. Melalui "jembatan" rasionalitas (kemasuk-akalan),

suara hati dokter dapat berubah menjadi tanggungjawab. Unsur kesadaran moral

dokter adalah sebagai berikut :

Kewajiban mutlak yang membebani dokter

Pelaksanaan kewajiban mengikat setiap dokter

Kewajiban tersebut masuk akal dan layak disetujui

Mengambil keputusan melaksanakan kewajiban tadi atau tidak adalah

tanggung jawab dokter tersebut

Dokter tadi sekaligus kemudian menentukan nilai dirinya sendiri

Struktur kesadaran moral dokter ialah :

Kewajiban moral bersifat mutlak

Rasionalitas

Tanggungjawab subyektif dokter tersebut

Dengan demikian, ketika suara hati dokter mempertimbangkan suatu pernyataan

moral (atas dasar kenyataan obyektif yang disuarakan dalam hati/internalisasi

sebagai omongan "saya" atau "orang pertama") tertentu dengan memutuskan

secara benar (=bertindak etis) atau keliru (=ada kemungkinan bertindak tidak

etis, tergantung situasinya), disitu otomatis melekat tanggung jawab dari

dokter tersebut. Demikian pula ketika suara hati dokter tadi menilai

perilaku (professional conduct/misconduct) sejawat lainnya sebagai baik-buruk,

jahat-suci, bertanggungjawab-biadab, pantas-layak ditegur, dll sebagai penilaian

moral tertentu, cocok atau tidak dengan nilai-nilai yang dianutnya (termasuk

nilai umum profesi).1

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

6

Page 7: Skenario 6 Lili Andriani

Sumpah dokter yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang

berisikan kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap atau seperti code

of conduct bagi dokter. 2,3

Kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) dibuat dengan mengacu kepada Kode

Etik Kedokteran Internasional yang berunsurkan tentang kewajiban umum, kewajiban

terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama, dan kewajiban terhadap diri sendiri. 2

KODEKI berisikan: 2,3

Kewajiban umum

Pasal 1:

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah

dokter.

Pasal 2:

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan

standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3:

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi

oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4:

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5:

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun

fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh

persetujuan pasien.

Pasal 6:

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan

setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan

hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7:

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa

sendiri kebenarannya.

Pasal 7a:

7

Page 8: Skenario 6 Lili Andriani

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis

yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih

sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b:

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki

kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau

penggelapan, dalam menangani pasien.

Pasal 7c:

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak

tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d:

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk

insani.

Pasal 8:

Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus memperhatikan kepentingan

masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh

(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta

berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9:

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan

bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Kewajiban dokter terhadap pasien

Pasal 10:

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini, ia tidak mampu melakukan

suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib menunjuk

pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11:

8

Page 9: Skenario 6 Lili Andriani

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu

memberikannya.

Kewajiban dokter terhadap teman sejawat

Pasal 14:

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaiman ia sendiri ingin

diperlakukan.

Pasal 15:

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan

persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Kewajiban dokter terhadap diri sendiri

Pasal 16:

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17:

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran/kesehatan.

Informed Consent

Di Indonesia informed consent telah memperoleh justifikasi yuridis melalui

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/1989. Persetujuan tindakan medik

(informed consent) dalam praktik banyak mengalami kendala, karena faktor bahasa,

faktor campur tangan keluarga atau pihak ketiga dalam hal memberikan persetujuan,

faktor perbedaan kepentingan antara dokter dan pasien, dan faktor lainnya.1

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif

antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa

yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum

bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan

sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain. 1

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45

ayat 1 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008, Informed

Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga

terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan 9

Page 10: Skenario 6 Lili Andriani

kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tujuan Informed Consent

adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta memberi perlindungan hukum

kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif. Consent dapat diberikan: 1

Dinyatakan (expressed)

Dinyatakan secara lisan.

Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila

dibutuhkan bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang

invasif atau yang berisiko mempengaruhi kesehatan pasien secara

bermakna. Permenkes tentang Persetujuan Tindakan Medis menyatakan

bahwa semua jenis tindakan operatif harus memperoleh persetujuan

tertulis.

Tidak dinyatakan (implied)

Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun

melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya.

Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah

yang paling banyak dilakukan dalam praktek sehari-hari. Misalnya adalah

seseorang yang menggulung lengan bajunya dan mengulurkan lengannya

ketika akan diambil darahnya.

Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah

dinyatakan sebelumnya, tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas

semua tindakan yang akan dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang

telah disepakati hanya apabila gawat darurat dan keadaan tersebut

membutuhkan waktu yang singkat untuk mengatasinya.

Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan si

pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan

consent secara pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang

sekiranya akan diberikan oleh pasien apabila ia mampu memberikannya

(baik buat pasien, bukan baik buat orang banyak). Umumnya urutan orang

yang dapat memberikan proxy-consent adalah suami/isteri, anak, orang tua,

saudara kandung dan lain-lain.

10

Page 11: Skenario 6 Lili Andriani

Proxy-consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang

matang dan ketat. Suatu kasus telah membuka mata orang Indonesia betapa

riskannya proxy-consent ini, yaitu ketika seorang kakek-kakek menurut

dokter yang telah mengoperasinya hanya berdasarkan persetujuan anaknya,

padahal ia tidak pernah dalam keadaan tidak sadar atau tidak kompeten.1

Rahasia Kedokteran

Salah satu di antara beberapa kewajiban dokter adalah menyimpan rahasia

kedokteran. Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran tersebut adalah merupakan

rahasia jabatan yang harus dipegang teguh oleh dokter dan merupakan syarat yang

senantiasa harus dipenuhi untuk menciptakan suasana saling mempercayai dan

mutlak dibutuhkan dalam hubungan dokter dengan pasien. Rahasia jabatan dokter

dimaksudkan untuk melindungi rahasia penyakit pasien sehingga tetap terpelihara

kepercayaan pasien terhadap dokternya. 1

Kewajiban para dokter untuk merahasiakan hal-hal yang diketahui karena

jabatannya atau pekerjaannya adalah berpijak pada norma kesusilaan yang pada

hakekatnya merupakan suatu kewajiban moral, dan norma hukum. 1

Sejak permulaan sejarah kehidupan umat manusia telah diketahui adanya

hubungan kepercayaan diantara sesamanya. Dunia kedokteran juga mengenal

hubungan kepercayaan antara dokter dengan pasien yang diwujudkan dalam bentuk

transaksi terapeutik. 1

Pasien dalam transaksi terapeutik ini mempunyai hak atas rahasia kedokteran,

yaitu segala sesuatu yang oleh pasien secara sadar atau tidak sadar disampaikan

kepada dokter yang merawat dirinya. Selanjutnya dokter diwajibkan berdasarkan

profesinya untuk menyimpan rahasia yang dipercayakan kepadanya. Dokter tidak

boleh mengungkap rahasia kedokteran tanpa persetujuan pasien. 1

Adanya kewajiban memegang teguh rahasia kedokteran adalah merupakan

syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam transaksi terapeutik, sehingga tercipta

suasana saling mempercayai antara dokter dengan pasien. Hal tersebut

dimaksudkan untuk melindungi penyakit pasien sehingga tetap terpelihara

kepercayaan pasien kepada dokternya. 1

11

Page 12: Skenario 6 Lili Andriani

Kewajiban dokter untuk merahasiakan hal – hal yang diketahui adalah

berdasarkan pada norma kesusilaan dan norma hukum. Adapun norma kesusilaan

yang menjadi pegangan para dokter sejak dahulu kala adalah sumpah Hippocrates

(460 – 377 SM), yang maknanya tersimpul dalam kalimat: “segala sesuatu yang

kulihat dan kudengar dalam melakukan praktekku, akan aku simpan sebagai

rahasia.” 1

Ternyata norma kesusilaan yang tersimpul dalam sumpah Hippocrates tersebut

dianggap tidak mencukupi dan hanya merupakan self imposed regulation, karena

ditaati tidaknya tergantung kepada si pelaku itu sendiri. Oleh karena itu, banyak

negara memiliki undang – undang yang umumnya disusun untuk memperkuat

rahasia jabatan dokter sehingga dapat menjamin kepentingan masyarakat. 1

Rahasia Kedokteran dianggap sebagai norma dasar yang melindungi hubungan

dokter-pasien. Kewajiban ini sesuai dengan Sumpah Dokter Indonesia –“Saya akan

merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya” dan Kode

Etik Kedokteran Indonesia – “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu

yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meniggal

dunia”. 1

Peraturan Pemerintah No.10 Tahun, Pasal 322 KUHP1,4

(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena

jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam

dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling

banyak sembilan ribu rupiah.

(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya

dapat dituntut atas pengaduan orang itu 1,4

UU Praktik Kedokteran memberikan peluang pengungkapan informasi kesehatan

secara terbatas, yaitu dalam pasal 48 ayat (2):

1. Untuk kepentingan kesehatan pasien

2. Untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka

penegakan hukum

3. Permintaan pasien sendiri

4. Berdasarkan ketentuan undang-undang

12

Page 13: Skenario 6 Lili Andriani

Alasan lain yang memperbolehkan membuka rahasia kedokteran adalah ijin atau

persetujuan atau kuasa sari pasien itu sendiri, perintah jabatan (pasal 51 KUHP),

daya paksa (pasal 48 KUHP), dan dalam rangka membela diri (pasal 49 KUHP).

Selain itu, etika kedokteran umumnya membenarkan pembukaan rahasia kedokteran

secara terbatas untuk kepentingan konsultasi professional, pendidikan dan

penelitian.

Pada kasus kali ini, pasien meminta dokter merahasiakan penyakit GO yang

dideritanya daripada pengetahuan istri karena takut terjadi pertengkaran. Hal ini

akan menjadi kewajiban dokter untuk tidak membuka rahasia tersebut walaupun

pada dasarnya istrinya sebaiknya tahu dan ikut diperiksa supaya penatalaksanaan

awal dapat dilakukan sekiranya turut terjangkit. Sekiranya dokter membuka rahasia

ini tanpa alasan yang memperbolehkan, ia bisa dituntut sesuai pasal 322 KUHP.1,4

Aspek Hukum

Norma kesusilaan dan norma hukum yang merupakan pedoman seorang dokter

dalam melaksanakan profesinya di Indonesia di antaranya terdapat pada Sumpah

Kedokteran Indonesia dan Pasal 13 Kodeki, Pasal 15 UU Nomor 23 tahun 1992

tentang kesehatan, Pasal 322 dan 224 KUHP, Pasal 1909 dan 1365 KUHPerdata,

Pasal 170 dan 179 KUHAP, Pasal 146 ayat (3) HIR dan PP Nomor 10 tahun 1966

tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.

Adapun dasar yuridis untuk menuntut yang menyangkut rahasia kedokteran

terdapat pada : 4

Hukum Perdata

Perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien

Pasal 1909, 3e KUHPerdata

“Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya, atau jabatannya

menurut undang – undang diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun

hanyalah semata – mata mengenai hal – hal yang pengetahuannya

dipercayakan kepadanya sebagai demikian.”

Pasal 1365 KUHPerdata

13

Page 14: Skenario 6 Lili Andriani

“tiap – tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian

terhadap orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya,

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” 4

Hukum Pidana

Pasal 48

1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik

kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran. 5

2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan

kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak

hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien

sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan. 5

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur

dengan Peraturan Menteri.5

Pasal 322 KUHP

Ayat (1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib

disimpannya karena jabatannya atau mata pencahariannya, baik yang

sekarang maupun yang dahulu, akan diancam hukuman pidana penjara

paling lama 9 bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah.

Ayat (2) Jika kejahatan itu dilakukan seseorang tertentu, maka

perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Berdasarkan ayat (2) tersebut seorang dokter yang membuka

rahasia pasien tidak dengan sendirinya akan dituntut di pengadilan.

Dokter akan dituntut setelah ada pengaduan yang diajukan oleh pasien.

Pasal 224 KUHP

Barangsiapa yang secara sah dipanggil sebagai saksi, saksi ahli atau

sebagai penterjemah tidak memnuhi kewajiban yang harus dipenuhi,

dihukum :

- Dalam perkara pidana dengan hukuman penjara paling lama 9 bulan.

- Dalam perkara lainnya dengan hukuman penjara paling lama 6 bulan. 4

Hukum Acara Pidana

14

Page 15: Skenario 6 Lili Andriani

Pasal 170 KUHAP

Ayat (1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya

diwajibkan menyimpan rahasia dapat diminta dibebaskan dari kewajiban

untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang

dipercayakan kepada mereka.

Ayat (2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk

permintaan tersebut.

Pasal 179 KUHAP

Ayat (1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran

kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli

demi keadilan. 4

Dampak Hukum

Kewajiban untuk menyimpan rahasia kedokteran pada pokoknya ialah kewajiban

moril yang telah ada bahkan sebelum zaman Hippokrates jadi lama sebelum adanya

undang-undang atau peraturan yang mengatur soal tersebut. Umumnya hamper tidak aada

perbedaan antara kedua istilah tersebut. 4

Untuk memahami soal rahasia jabatan ditilik dari sudut hukum, tingkah laku

seorang dokter kita bagi dalam 2 jenis :

1. Tingkah laku yang bersangkutan dengan pekerjaan sehari-hari

Dalam hal ini harus diperhatikan ialah : 4

a. Pasal 322 KUHP yang berbunyi :

(1) Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang ia

wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya,

baik yang sekarang maupun yang dulu, dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda

sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah.

(2) Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seorang yang tertentu, ia

hanya dituntut atas pengaduan orang itu.

Ayat (2) undang-undang ini terutama berkenaan dengan rahasia jabatan dokter

saat dokter membuka rahasia tentang keadaan pasiennya, namun tidak dengan sendirinya

15

Page 16: Skenario 6 Lili Andriani

akan dituntut di muka pengadilan, melainkan hanya sesudah terhadapnya diadakan

pengaduan oleh pasien itu. Dalam undang-undang dikenal sebagai delik aduan.

b. Pasal 1365 KUH perdata

”barang siapa yang berbuat salah sehingga seorang lain menderita kerugian,

berwajib menggantikan kerugian itu.”

Seorang dokter berbuat salah kalau ia mungkin sekali tanpa disadari

membuka rahasia tentang seorang pasiennya yang kebetulan terdengar oleh

majikan orang yang sakit itu, lalu memberhentikan pegawainya karena takut

penyakitnya akan menulari pegawai-pegawainya lain. Dokter diadukan oleh

pasien itu. Selain hukum pidana menurut pasal 322 KUHP, dokter itu dapat

dihukum perdata dengan kewajiban mengganti kerugian.

Pada hakekatnya adanya ancaman hukuman perdata ini menimbulkan

berbagai soal yang sulit dalam pekerjaan kedokteran sehari-hari.

2. Tingkah laku dalam keadaan khusus

Menurut hukum, setiap warga negara dapat dipanggil oleh pengadilan untuk

didengar sebagai saksi, selain itu seorang yang mempunyai keahlian dapat juga dipanggil

sebagai ahli. Dengan demikian dapatlah terjadi, bahwa seorang yang mempunyai

keahlian, umpamanya seorang dokter dipanggil sebagai saksi, sebagai ahli sekaligus

sebagai saksi ahli.

Sebagai saksi atau saksi ahli mungkinsekali ia diharuskan memberi keterangan

tentang seorang yang sebelum ia telah menjadi pasien yang diobati nya. Ini berarti ia

seolah-olah diharuskan melanggar rahasia pekerjaannya. Kejadian yang bertentangan ini

dapat dihindarkan karena adanya hak undur diri seperti yang dahulu tercantum dalam

pasal 277 Reglemen Indonesia yang diperbaharui (RIB) dan berbunyi :

1. ”barang siapa yang karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatan yang sah,

diwajibkan menyimapn rahasia, boleh minta mengundurkan diri dari memberi

penyaksian. Akan hanya dan terutama mengenai hal yang diketahuinya dan

dipercayakan karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatatany a itu

2. Pertimbangan apakah permintaan untuk mengundurkan diri itu beralasan atau

tidak, diserahkan ke pengadilan negara atau jika orang yang dipanggil untuk

16

Page 17: Skenario 6 Lili Andriani

memberi penyaksian itu orang asing, pertimbangan itu diserahkan kepada

ketua pengadilan negara.

Kini ketentuan ini sudah tidak berlaku lagi yaitu setelah diundangkannya kitab

undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) yang berlaku sejak tanggal 31

desember 1981. tentang hak undur diri terdapat pasal-pasal 120 dan 168, dan secara

khusus tercantum pada pasal 170 KUHAP sebagai berikut : 4

1. Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatanya diwajibkan

menyimapn rahasia, dapat dibebaskan dari kewajiban untuk mebri keterangan

sebagai saksi yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.

2. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut,

pengadilan negeri memutuskan apakah alasan yang dikemukakan oleh saksi atau

saksi ahli untuk tidak berbicara itu, layak dan dapat diterima tau tidak.

Penegakan hak undur diri dapat dianggap sebagai pengakuan para ahli hukum

bahwa kedudukan rahasia jabatan itu harus dijamin sebaik-baiknya. Malahan

membebaskan seorang dokter yang menjadi saksi maupun saksi ahli.

Pembebasan itu tidak selalu datang dengan sendirinya. Menurut ayat (2) pengadilan

negeri/ketua pengadilan negeri atau hakim yang memutuskan apakah alasan yang

dikemukakan oleh saksi atau saksi ahli untuk tidak berbicara itu layak dan dapat

diterima atau tidak, dalam hal ini mungkin sekali timbul pertentangan yang amat

keras antara pendapat dokter dan pendapat hakim, yaitu bila hakim tidak dapat

menerima alasan yang dikemukakan oleh dokter untuk menggunakan hak undur

dirinya karena ia berkeyakinan bahwa keterangan yang harus diberikan itu melanggar

rahasia jabatannya.

Gonore

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tertinggi diantara

infeksi menular seksual . pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian

disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut

Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G). kuman ini meningkat di

banyak negeri termasuk indonesia. 6

Pada umumnya penurannya melalui hubungan seksual yaitu melalui genito-genital,

oro-genital dan ano-genital. Tetapi di samping itu dapat juga terjadi secara manual

17

Page 18: Skenario 6 Lili Andriani

melalui alat-alat pakaian . handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu sebagian

besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital. 6

Pemeriksaan fisik

Masa tunas gonore sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari pada pria.

Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya kecenderungan

untuk bersifat asimptomatis pada wanita. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan

gonore, maka dapat ditemukan seperti berikut: 6

Inspeksi

Pada inspeksi pasien dengan gonore (GO),dapat ditemukan adanya pus pada

ujung uretra yang terkadang disertai darah. orifisium uretra eksterna juga tampak

kemerahan, terlihat juga adanya pembengkakkan. Pada beberapa kasus, dapat juga

terlihat adanya pembesaran kelenjar getah bening pada daerah inguinal unilateral

maupun bilateral.

Palpasi

Pada palpasi, ketika dilakukan perabaan, pasien merasa nyeri pada daerah penis.

Daerah penis juga terasa lebih hangat. Pada perabaan kelenjar getah bening, dapat

dirasakan adanya pembesaran pada daerah inguinal.

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria. Pada

wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan

objektif. Adapun gejala yang mungkin dikeluhkan oleh penderita wanita adalah rasa

nyeri pada panggul bawah, dan dapat ditemukan serviks yang memerah dengan

erosi dan sekret mukopurulen.5

Pemeriksaan penunjang

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan

pemeriksaan yang terdiri dari 5 tahap: 6

1. Sediaan langsung

Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokok

negative gram, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh pada tubuh pria di

ambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra,

muara kelenjar bartholin, serviks, dan rectum.

2. Kultur

18

Page 19: Skenario 6 Lili Andriani

Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang

dapat digunakan:

a. Media transport

Media stuart

Hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media

pertumbuhan.

Media transgrow

Media ini selektif dan nutritive untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis,

dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan

media transport dengan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam

pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer-

martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.

b. Media pertumbuhan

Mc Leod’s chocolate agar

Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok,

kuman-kuman lain juga dapat tumbuh.

Media Thayer-martin

Media ini selektif untuk mengisilasi gonokok. Mengandung vankomisin

untuk menekan pertumbuhan kuman positive gram, kolestimetat untuk

menekan pertumbuhan bakteri negative gram, dan nistatin untuk menekan

pertumbuhan jamur.

Modified Thayer-martin agar

Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman

Proteus spp. 6

3. Tes definitive

a. Tes oksidasi

Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin

hidroklorida 1 % ditambah pada koloni gonokok tersangka. Semua

Neisseria member reaksi positive dengan perubahan warna koloni yang

semula bening berubah menjadi warna merah muda sampai merah

lembayung. 6

19

Page 20: Skenario 6 Lili Andriani

b. Tes fermentasi

Tes oksidatif positive dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai

glukosa, maltose, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan

glukosa. 6

4. Tes beta-laktamase

Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL

961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan

perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim

beta laktamase. 6

5. Tes Thomson

Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi sudah

berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini dilakukan karena pengobatan pada waktu

itu adalah pengobatan setempat. 6

Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan: 6

a. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi

b. Urin dibagi dalam 2 gelas

c. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.

Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni paling

sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai

karena baru menguras uretra anterior. 6

Kesimpulan

Seorang dokter tidak hanya dituntut bisa mengobati penyakit fisik pasien, namun

juga harus bisa membangun komunikasi yang baik dengan pasien, dan menyelenggarakan

praktek yang tidak hanya bersifat individual. Hal ini tentu juga berkaitan dengan fungsi

dokter sebagai dokter keluarga.

Dalam mengobati pasien, dokter harus mempertimbangkan aspek bioetik

kedokteran, tentunya dengan mempertimbangkan apa yang baik buat pasien, bukan untuk

orang lain. Selain itu, dokter juga harus menjaga rahasia pasien sesuai dengan sumpah

dokter dan kode etik kedokteran.

20

Page 21: Skenario 6 Lili Andriani

Berkaitan dengan kasus diatas, dimana dokter mendapatkan pasien laki-laki

dengan GO dan pasien telah berhubungan dengan istrinya, maka sebagai dokter kita

harus mengobati keduanya. Dokter juga harus mempertimbangkan hak autonomi pasien

dimana dia mengatakan bahwa dia takut ketahuan oleh istrinya. Namun kembali kita

harus mempertimbangkan apa yang terbaik untuk pasien, karena jika kita tidak mengobati

keduanya, maka penyakit GO pasien akan menjadi lingkaran setan yang bukan tidak

mungkin akan menular lagi pada orang lain jika pasien atau istrinya berhubungan dengan

orang lain. Dalam hal ini, sebagai dokter yang harus bisa memberikan pengertian pada

pasien agar tetap mengajak istrinya berobat juga, karena dokter harus memberi yang

terbaik untuk pasien agar pasien dan istrinya sehat kembali

Pada akhirnya, dalam melakukan komunikasi dokter pasien perlu

mempertimbangkan hak pasien, tapi dokter juga mempunyai kewajiban untuk membuat

pasien sehat. Pasien juga harus dibuat mengerti semua tindakan yang dilakukan dokter

juga untuk kebaikan pasien sendiri.

Daftar Pustaka

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetika dan hukum kedokteran: pengantar bagi

mahasiswa kedokteran dan hukum. Cetakan ke-2. Jakarta: Pustaka Dwipar, 2007.h.

29-39, 53-5, 62-3, 77-85.

21

Page 22: Skenario 6 Lili Andriani

2. Kode etik kedokteran indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran

indonesia. Diunduh dari http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-

Kedokteran.pdf . 9 Januari 2013.

3. Undang-undang praktik kedokteran: kumpulan peraturan perundangan tentang praktik

kedokteran. Yogyakarta: Pustaka Yustisia; 2006

4. Staf pengajar bagian kedokteran forensik fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. h.11-25;

h.11-8.

5. Richo. Undang-undang Kesehatan dan Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Best

Publisher; 2009.h.129.

6. Sjaiful Fahmi Daili. Gonore dalam Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; editor:

Adhi Juanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Edisi kelima. Cetakan keempat. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. h.372-3

22