skenario 11.ppt

21
Kelompok 2 Elidra Rizky Razaq Syoftika P Nur Aini Kurnia Putri Meila Sari

Upload: nurainikurnia

Post on 26-Jan-2016

242 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: skenario 11.ppt

Kelompok 2

Elidra RizkyRazaq Syoftika PNur Aini KurniaPutri Meila Sari

Page 2: skenario 11.ppt

Trigger 11

Seorang laki-laki usia 28 tahun terlibat tabrakan antara mobil dan sepeda motor dari arah yang berlawanan. Di tempat kejadian, dia agresif, tekanan sistolik 80 mmHg, denyut jantung 120 x/menit dan pernafasannya 20 x/menit.

Page 3: skenario 11.ppt

Setelah diresusitasi selama perjalanan ke RS, tanda-tanda vitalnya kembali normal dan dia mengatakan nyeri pada tungkai kanan bawah. Tungkai kanan bawah deformitas, krepitasi dan nyeri ketika ditekan. Tenaga medis yang membawa ke RS mengatakan ada luka robek pada tungkai kanan dan telah dilakukan pemasangan bidai. Setelah itu dokter menginstruksikan untuk melakukan rontgen cruris AP dextra (rontgen terlampir).

Page 4: skenario 11.ppt

AnamnesaIdentitas Pasien:Nama : Tn. AUmur : 28 thJenis kelamin : Laki-laki

Keluhan Utama : 1.Kecelakaan2.Pasien mengeluhkan nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang :1.Perdarahan antara mobil dan sepeda motor dari arah berlawanan.

Page 5: skenario 11.ppt

Pemeriksaan Fisik

1. Sebelum di resusitasi:– Pasien agresif– Tek.sistolik 80mmHg– Denyut jantung 120 x/menit– Pernafasan 20x/menit

2. Setelah diresusutasi :– Tanda vital membaik(normal)– Inspeksi luka robek pada tungkai – Palpasi deformitas tungkai kanan bawah

krepitasi dan nyeri tekan

Page 6: skenario 11.ppt

Pemeriksaan Penunjang

• Rontgen crurus AP dextra

Page 7: skenario 11.ppt

Tatalaksana Awal

• Pemasangan bidai

Page 8: skenario 11.ppt

Diagnosa

Fraktur terbuka sepertiga distal os. tibia

Page 9: skenario 11.ppt

DefinisiFraktur atau patah tulang adalah terputusnya

kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. (Sjamsuhidajat, 2005).

Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (chairuddin rasjad,2008).

Page 10: skenario 11.ppt

Etiologi dan Patofisiologi Fraktur Terbuka

Penyebab dari Fraktur terbuka adalah Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

Sedangkan Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena1.Penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.2.Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.

Page 11: skenario 11.ppt

Klasifikasi Fraktur Terbuka

klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990) :TIPE 1Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang menembus kulit. terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda2 trauma yang hebat pada jaringan lunak. fraktur yang terjadi biasanya bersifat simple, transversal, oblik pendek atau sedikit komunitif.TIPE 2Laserasi kulit melebihi 1cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit. terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur.

Page 12: skenario 11.ppt

TIPE 3Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. tipe ini biasanya di sebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi.tipe 3 di bagi dalam 3 subtipe:TIPE 3 aJaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya flap. fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat

Page 13: skenario 11.ppt

TIPE 3 bFraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan, terdapat pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebatserta fraktur komunitif yang hebat.TIPE 3 cFraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

Page 14: skenario 11.ppt

Penatalaksanaan Fraktur Terbuka1. Penanggulangan fraktur terbukaa. beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur tebuka:b. obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan.c. adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat

menyebabkan kematian.d. berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah

operasi.e. segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baikf. ulangi debrideman 24-72 jam berikutnyag. stabilisasi fraktur.h. biarkan luka tebuka antara 5-7 harii. lakukan bone graft autogenous secepatnyaj. rehabilitasi anggota gerak yang terkena

Page 15: skenario 11.ppt

2. Tahap-tahap pengobatan fraktur tebukaa. Pembersihan luka

Pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.

b. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya

merupakan daerah tempat pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fascia, otot dan fragmen2 yang lepas.

c. pengobatan fraktur itu sendiriFraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu

fraksi skeletal atau reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.

Page 16: skenario 11.ppt

4. Penutupan kulitApabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila

penutupan membuat kulit sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka

yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali

disebut delayed primary closure. yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan

yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.

Page 17: skenario 11.ppt

5. Pemberian antibioticPemberian antibiotik bertujuan untuk

mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan sesuadah tindakan operasi.

6. Pencegahan tetanusSemua penderita dengan fraktur

terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia).

Page 18: skenario 11.ppt

Komplikasi Fraktur Terbuka1. perdarahan, syok septik sampai kematian2. septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik3. tetanus4. gangrene5. perdarahan sekunder6. osteomielitis kronik7. delayed union8. non union dan malunion9. kekakuan sendi10.Komplikasi lain oleh karena perawatan yang

lama (chairuddin rasjad,2008).

Page 19: skenario 11.ppt

Prognosis Fraktur Terbuka

Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan terbukanya barier jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi. Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka, luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden periode) dan setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka infeksi.

Oleh karena itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai walaupun ditinjau dari segi prioritas penanganannya, tulang secara primer menempati urutan prioritas ke 6.

Page 20: skenario 11.ppt

Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan pasien laki-laki usia 28 tahun pada skenario ini, didiagnosa menderita fraktur terbuka sepertiga os. tibia. Ini didapatkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksaan pada kasus adalah penanggulangan fraktur terbuka dan pengobatan fraktur tebuka

Page 21: skenario 11.ppt

Daftar Pustaka

Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif Watampone, 2008. 332-334.Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005. 840-841.