sistem pertanian organik sebagai sistem pertanian terpadu
DESCRIPTION
prtanianTRANSCRIPT
SISTEM PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI SISTEM PERTANIAN TERPADU
A. PENDAHULUAN
Akhir akhir ini di kalangan praktisi, ilmuan, dan petani marak di gunakan istilah produk organik, mulai
dari makanan organik seperti sayur organik, beras organik, buah organik, bahkan sampai ayam atau
sapi organik.Selain di bidang pangan juga di gunakan istilah fashion organic dan mainan organik.
Lebih jauh lagi mulai banyak di kenal pengobatan secara organik yang tidak lain mensuplai pasien
dengan dengan makanan. Seiring dengan mpeningkatan pendapatan, pendidikan serta wawasan
beberapa kalangan masyarakat Indonesia mulai berkembang pangsa pasar produk organik di tanah
air.
Trend pertanian organik di Indonesia, mulai dikenalkan oleh beberapa petani yang sudah mampu dan
memahami keunggulan sistim pertanian organik tersebut. Beberapa ekspatriat yang sudah lama
hidup di Indonesia, memilki lahan yang luas dan ikut membantu mengembangkan aliran petani
organik tersebut ke penduduk sekitarnya. Kemudian beberapa mantan perwira yang memiliki hobi
bercocok tanam dan juga sekarang beramai-ramai mulai membenahi lahan luas yang dimiliki mereka
dan mempekerjakan penduduk sekitarnya sekaligus alih teknologi. Meskipun beberapa petani sudah
mulai mengembangkan dan bertani organik sejak lama, sebagai contoh kebun pertanian organik
Agatho di Cisarua sudah lebih 10 tahun eksis dalam sistim pertanian organik, namun perkembangan
pertanian organik di Indonesia baru dimulai sejak 4-5 tahun yang lalu, jauh tertinggal dibandingkan
dengan Jepang, Taiwan, Korea, Belanda, Prancis, Itali, Amerika, Australia. Namun petani di
Indonesia Juga semakin termotivasi juga untuk mengembangkan system pertanian terpadu yang di
dalamnya menerapkan system pertanian organic. Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah
memanfaatkan potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang.pertanian melibatkan
makhluk hidup dalam suatu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta
jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada peningkatan bahan
organik dalam tanah, penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang
menggunakan pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi
secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan.
Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupn prikanaan.
Keberadaan sektor- sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang
lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah dan penekanan biaya produksi
sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Selain hemat energi, keunggulan lain dari
pertanian terpadu adalah petani akan memiliki beragam sumber penghasilan.Sistem pertanian
terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman dan polikultur.seorang petani bisa menanaman padi
dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan juga menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan
oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika
panen gagal, petani bisa mengandalkan daging atau menjual telur ayam atau bahkan menjual
kambing untuk medapatkan penghasilan.
Permasalahan
1. Apa manfaat pertanian organik?
2. Apa manfaat sistem pertanian terpadu?
3. Bagaimana Hubungan antara sistem pertanian organik dan sistem pertanian terpadu
B. KAJIAN PUSTAKA
Pertanian Organik
Pertanian organik adalah budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa
mengggunakan bahan-bahan kimia sintetis.Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan
produk-produk organik terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan
konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Pertanian organik didefinisikan sebagai “system
produk pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktifitas
agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, kualitas, dan
berkelanjutan “ [1]. Lebih lanjut IFOAM (International Federation Of Organk Agriculture Movements )
menjelaskan pertanian organic adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan
mempercepat bio diversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Serifikasi produk organik yang di
hasilkan,penyimpanan, pengolahan, paska panen dan pemasaran harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh badan standardisasi. Dalam hal ini penggunaan GMOs (Genetically Modified
Organisme)tidak diperbolehkan dalam setiap tahapan pertanian organik mulai produksi sehingga
paska panen [3]. Dalam tataran umum,pertanian organik mengacu kepada prinsip-prinsip berikut: 1.
Meningkatkan dan menjaga kealamian lahan dan agro-ekosistem 2. Menghindari eksploitasi
berlebihan dan polusi terhadap sumberdaya alam. 3. Meminimalisasi konsumsi darienergi dan
sumberdaya yang tidak dapat di perbaharui. 4. Menghasilkan nutrisi sehat dalam jumlah yang
cukup,dan makanan berkualitas tinggi. 5. Memberikan pendapatan yang memadai dalam lingkungan
kerja yang aman selamat dan sehat 6. Mengakui pengetahuan lokal dan system pertanian
tradiosional (kearifan lokal) Dalam tataran praktis, pertanian organik mengacu pada prisip-prinsip
berikut :
1. Menjaga dan meningkatkan kesuburan jangka panjang dari tanah
2. Memperkaya siklus biologika dalam pertanian, khususnya siklus makanan
3. Memberikan pasokan nitrogen dengan penggunaan secara intensif tananaman yang
memfiksasi nitrogen
4. Perlindungan tanaman secara biologikal berdasarkan pada pencegahan daripada
pengobatan
5. Keragaman varietas tanaman dan spesies binatang sesuai dengan kondisi lokal
6. Penolakan pada pupuk kimia, perlindungan tanaman, hormone dan pengatur tumbuh
7. Pelarangan terhadap Rekayasa Genetika dan produknya
8. Pelaragan dalam metode bantuan dan pemrosesan kandungan yang berupa sintesis atau
merugikan di dalam proses pembuatan makanan.
Komponen pertanian organik
Lahan Lahan yang dapat di jadikan lahan pertanian organik adalah lahan yang bebas cemaran bahan
agrokimia dari pupuk dan pestisida. Terdapat dua pilihan lahan : Lahan pertanian yang baru di buka,
Lahan pertanian intensif yang dikonversi untuk lahan pertanian organik, Budidaya Pertanian organik
Selain aspek lahan, aspek pengelolaan pertanian organic dalam hal ini budidaya juga perlu mendapat
perhatian sendiri. Sebagai salah satu contoh adalah teknik bertani sayuran organik, seperti diuraikan
di bawah ini: •Tanaman ditanam pada bedeng-bedengan dengan ukuran bervariasi disesuaikan
dengan kondisi lahan •Menanam strip rumput di sekitar bedengan untuk mengawetkan tanah dari
erosi dan aliran permukaan •Mengatur dan memilih jenis tanaman sayuran dan legume yang sesuai
untuk sistem tumpang sari atau multikultur seperti contor lobak, bawang daun dengan kacang tanah
dalam satu bedengan. •Mengatur rotasi tanaman sayuran dengan tanaman legum dalam setiap
musim tanam. Mengembalikan sisa/ serasah tanaman ke dalam tanah (bentuk segar atau kompos).
•Memberikan pupuk organik (pupuk hijau, pupuk kandang dan lainnya), hingga semua UH yang
dibutuhkan tanaman menjadi tersedia •Menanam kenikir, kemangi, theprosia, lavender dan nimbi di
antara bedengan tanaman sayuran untuk pengendalian hama dan penyakit •Menjaga kebersihan
areal pertanaman
Definisi Sistem Pertanian Terpadu
Sistem pertanian terpadu adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang
menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara
alam bekerja. Satu praktek budidaya aneka tanaman/aneka kultur yang beragam dimana output dari
salah satu budidaya menjadi input kultur lainnya sehingga meningkatkan kesuburan tanah dengan
tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara organik yang pada akhirnya membuka jalan
untuk pertanian organik ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pertanian pada hakekatnya merupakan
pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur
hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien
Sistem pertanian Terpadu
Sistem pertanian terpadu merupakan sistem yang mengabungkan kegiatan pertanian, peternakan,
perikanan, kehutanan dan ilmu lain ysng terkait dengan pertanian dalam satu lahan sehingga
diharapkan sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktifitas lahan, progaram pembangunan,
dan konserfasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu. D.
C. PEMBAHASAN
Sejauh ini pertanian organik di sambut oleh banyak kalangan masyarakat, meskipun dengan
pemahaman yang berbeda. Berdasarkan survey ke lahan petani di Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur yang di lakukan balai penelitian tanah, berbeda pemahaman tentang pertanian organik di
beberapa petani tergantung pengarahan yang sampai ke petani. Petani di Jawa Barat umumnya lebih
maju karena mereka umumnya adalah petani yang sudah mapan, dan yang di kembangkan adalah
sayuran serta buah-buahan seperti salak pondoh. Sedangkan di jawa tengah selain buahan seperti
salak juga mulai di kembangkan padi organik. Dalam hal ini Pemda Jawa Tengah mendukung
sepenuhnya petani yang mau menanam padi secara organik antara lain dengan cara membeli
produksi petani sampai produksinya stabil dan petani bisa mandiri. Contohnya seperti, Kabupaten
Sragen di Jawa Tengah mencanagkan gerakan Sragen Organik.sedangkan di jawa timur, umumnya
berkembang kebun buahan organik seperti ape organik. Apakah itu benar-benar sudah merupakan
produk organik ataukah belum, sebagaimana akan di bahas nanti, perkembangan pertanian organik
ini, perlu mendapat perhatian serius pemerintah.
Permasalahan seputar pertanian organik
1. Penyediaan pupuk organik Permasalahan pertanian organik di Indonesia sejalan dengan
perkembagan pertanian organik itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk
organik sebagai sumber hara utama. Dalam system pertanian organik, ketersediaan hara
bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik.padahal dalam pupuk organik tersebut
kandungan hara persatuan kering bahan jauh di bawah realis hara yang dihasilkan oleh
pupuk organik, seperti Urea, TSP dan KCL. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar
tanaman (minimum crop requirement) cukup membut petani kewalahan. Sebagai ilustrasi,
untuk menanam sayuran dalam satu bedengan seluas 1 x 10 m saja dibutuhkan pupuk
organik (kompos) sekitar 25 kg untuk 2 kali musim tanam atau setara dengan 25 ton/ha.
Bandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik Urea, TSP dan KCL yang hanya
membutuhkan total pemupukan sekitar 200-300 kg/ha. Karena memang umumnya petani kita
bukan petani mampu yang memiliki lahan dan ternak sekaligus, sehingga mereka mesti
membeli dari sumber lainnya dan membutuhkan biaya yang cukup tinggi di samping tenaga
yang lebih besar.
2. Teknologi Pendukung Setelah msalah penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain
adalah teknologi budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar
seperti pemilihan rotasi tanaman dengan memepertimbangkan efek alleolopati dan pemtusan
siklus hidup hama perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbang
hara tanaman seperti legum sebagai tanaman penyumbang Nitrogen dan unsur hara lainnya
sangatlah membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi
pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaan
pertanian organik di musim hujan.
3. Pemasaran Pemasaran produk organik dalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan
kepercayaan kedua belah pihak, kosumen dan produsen. Sedangkan pemasaran untuk luar
negeri , produk organic Indonesia masih sulit menembus pasar internasional tersebut.
Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar
suatu Negara yang akan ditujukan. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama
terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut
berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memenuhi pangsa pasar cukup luas.
Yang banyak terjadi adalah masing-masing melabel produknya sebagai produk oerganik,
namun kenyataannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia
serta mengunakan sedikit pestisida. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian
organic tentu saja akan merugi dalam hal ini.
4. Kesalahan persepsi Masyarakat awam mengangap produk organik adalah produk yang
bagus tidak hanya dari segi kandungan nutrisi namun juga penampilan produknya.
Kenyataannya produk organic itu tidak selalu bagus, sebagai contoh daun berlobang dan
berukuran kecil, karna tidak mengunakan pestisida dan zat perangsang tumbuh atau pupuk
organic lainnya. Pada tahun awal pertaniannya belum menghasilkan produk yang sesuai
harapan. Sebagian petani kita terbiasa menggunakan pupuk an- organic yang akan
memberikan respon cepat pada tanaman. Misalnya pemupukan urea akan menghasilkan
tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat, sementara dengan pemupukan organik
pengaruh perubahan pertumbuhan tanaman tergolong lambat. Baru pada musim ke tiga dan
seterusnya, efek pupuk organik tersebut menunjukan hasil yang nyata perbedaannya dengan
pertanaian non organic. Sehingga dapat disimpulkan pertanian organik di tahun-tahun awal
akan mengalami kendala dan membutuhkan modal yang cukup untuk bertahan.
5. Seritfikasi dan standarisasi Beberapa lembaga standarisasi pertanian organik adalah sebagai
berikut : Standar internasional Standar IFOAM.standar dasar untuk produk organik dan
prosesnya dari IFOAM sejak 1980.the kodex alimentarius. Standar yang di susun dengan
penyesuaian standar IFOAM dengan beberapa standar d an aturan lain : National dan supra
national regional, Standar setiap Negara.
Departemen pertanian telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia, tertuang dalam SNI
01-6729-2002. Sistim pertanian organik menganut paham organik proses, artinya semua proses
sistim pertanian dimulai dari penyiapan lahan hingga paska panen memenuhi standar budidaya
organik, bukan dilihat dari produk organik yang dihasilkan SNI sistim pangan orgnaik Ini di susun
dengan mengadopsi seluruh materi dalam dokumen standar CAC/GL. 32 ? 1999, Guidelines for the
produktion, processing, labeling and marketing of organikally produced foods dan dimodifikasi sesuai
dengan kondisi indonesia. Bila dilihat kondisi petani d Indonesia, hamipir tidak mungkin mereka
mendapatkan label sertifikasi dari suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam negeri.luasan lahan
yang di miliki serta biaya sertifikasi yang tidak terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu
mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam
suatu kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka dapat
pembiayaan sertifikasi usaha tani mereka secara bergotongroyong.namun ini pun masih sangat
tergantung pada kontinuitas produksi mereka.
Tantangan pertanian organik, di bidang riset, ekonomi dan lingkungan
Berbagai permasalahan seputar pertanian organik dapat diatasi dengan kesungguhan petani dengan
bantuan pemerintah dalam memfasilitasinya, dengan demikian di harapkan sistim pertanian organik
dimasa yang akan datang dapat berkembang secara alternatif pemenuhan kebutuhan pangan dalam
negeri.untuk itu diperlukan penelitian mendalam terhadap sistim pertanian organik ini. Banyak bidang
penelitian yang terkait dalam mendukung pertanian organik. Dimulai dari kajian tentang penyediaan
mikroba yang dapat mendekomposisi bahan organik dalam waktu singkat, sehingga penyediaan
pupuk organik dapat terpenuhi kemudian pengetahuan tentang kesesuaian tanaman yang di tanam
secara multikultura, dan pemutusan siklus hama dengan rotasi tanaman. Hingga saat ini belum ada
hasil penelitian yang dapat menjelaskan hal tersebut, petani hanya mencoba-coba dari beberapa kali
pengalaman mereka bercocok tanam tersebut. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara
alami merupkan hal terhebat dalam system pertanian. Kegagalan panen merupkanancaman besar
buat petani, sehingga saat dibutuhkan riset tentang bahan alami yang mengandung bahan insektidida
dan penerapannya dalam pertanian. Pengetahuan akan perbaikan lahan dengan system pertanian
organik sudah diketahui, namun sejauh mana system ini menjaga keberlangsungan lahan pertanian
perlu diketahui melalui penelitian neraca hara dalam jangka waktu panjang. Kajian di segi pemasaran
dan ekonomi juga akan sangat berperan dalam menembus pasar internasional produk organik
Indonesia.
Model Pertanian Terpadu
Model pertanian terpadu dalam siklus biologi (Integrated Bio Cycle Farming) yang tidak ada limba,
semua bermanfaat. Limba pertanian untuk pakasecara alami merupakan hal terberat dalam sistim
pertanian tersebut.kegagalan panen merupakan ancaman berat buat petani sehingga sangat di
butuhkan riset tentang bahan alami yang mengandung bahan insektisida dan penerapannya dalam
pertanian. Pengetahuan akan perbaikan lahan dengan sistim pertanian organik sudah diketahui,
namun sejauh mana sistim ini menjaga keberlangsungan lahan pertanian perlu di ketahui melalui
neraca hara dalam jangka wakn ternak, dan limba peternakan diolah menjadi biogas dan kompos
sehingga impian membentuk masyarakat tani yang makmur dan mandiri terkonsep dengan jelas.
Konsep terapan pertanian terpadu akan menghasilkan F4 yang sebenarnya adalah langka
pengamanan terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan dan energi secara regional maupun
nasional, terutama pada kawasan remote area dari jajaran kepulauan indonesia. 1. F1 (FOOD) a.
pangan manusia yang terdiri dari beras, jagung, kedelai, kacang-kacang, jamur, sayuran dan lain lain.
b. Produk peternakan yaitu daging, susu, telur dan lain lain. 2. F2 (FEED) a. Pakan ternak termasuk
didalamnya ternak ruminasia yaitu sapi, kambing, kerbau, kelinci b. Ternak unggas yaitu ayam, itik,
entok, angsa, burung dara dan lain lain c. Pakan ikan budidaya air tawar yaitu ikan hias dan ikan
kosumsi 3. F3 (FUEL) Akan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (Biogas) untuk
kebutuhan domestik atau masak memasak, energi panas untuk industri makanan di kawasan
pedesaan juga untuk industri kecil. Hasil akhir dari biogas adalah biofortiliser berupa pupuk organik
cair dan ampas. Pemakaian tenaga langsung lembu untuk penarik pedati, kerbau unutk mengolah
lahan pertanian sebernarnya adalah produk berbentuk fuel/energi sekam padi dpat dikonversi
menjadi (pembakaran langsung maupun gasifikasi) dan masih akan menghasilkan abu maupun arang
sekam yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk organik, sementara apabila energi sekam padi
digunakan untuk gas diesel engine akan didapatkan lagi hasil sampingan berupa asap cair (cuka
kayu) yang dapat digunakan untuk pengawet makanan atau campuran pestisida organik. 4. F4
(FERTILIZER) Sisa produk pertanian melalui produk dekomposer maupun pirolisis akan
menghasilkan organic fertilizer dengan berbagai kandungan unsur hara dan c-organik yang relatif
tinggi.bio/organic fertilizer bukan hanya sebagai penyubur tetapi juga sebagai perawat tanah yang
dari keekonomisan maupun karakter hasil produknya tidak kalah dengan pupuk buatan (anorganik
fertilizer) bahkan pada kondisi tertentu akan dihasilkan biopestisida (dari asap cair yang dihasilkan
pada proses pirolisis grasifikasi ) yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan yang tidak
berbahaya(bio presenvative)
Peluang pertanian organik di Indonesia
Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar.dari 75,5juta ha lahan
yang dapat digunakan untuk usaha pertanian baru 25,7juta ha yang telah diolah untuk sawahdan
perkebunan (BPS,2000) pertanian organik menuntut lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar
oleh bahan kimia dan mempunyai aksebilitasi yang baik. Lahan yang belum tercemar adalah lahan
yang belum diusahkan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur
umumnya telah diusakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida
kimia.menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.
Volume produduk pertanian organic mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan
di pasar internasional. sebagian besar disuplay oleh Negara-negara maju seperti
australia, amerikadan eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih didominasi oleh Negara-
negara timur jauh sperti jepang, Taiwan dan korea. Indonesia memiliki potensi cukup besar untuk
bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan
komperatif antara lain : 1. Masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk dapat
mengembangkan sistem pertanian organik 2. Teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah
cukup tersedia untuk pembuatan kompos, tanaman tanpa olah tanah pestisida hayati dan lain-lain.
Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi
pertmintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksoktik seperti sayuran dan
perkebunan (kopi dan teh) memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan.
Misalnya, Indonesia merupakan pengekspor kopi terbesar ke 2 setelah brasil. Pengembangan
pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini
hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok
tani. Koperasi, asosiasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut
harus dapat memperkuat posisi tawar petani.
Pertanian organik modern
Beberapa tahun terakhir pertanian organik modern masuk dalam system pertanian di Indonesia
secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan
pangan yang aman bagi kesehatan dan system produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara
umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan.
Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin
berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia,
molekuler, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang. Dalam system pertanian
organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh Negara-negara pengimpor dengan
sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke Negara pengekspor
termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia
lainnya. Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak di
sertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen.sertifikasi pertanian organik dapat di bagi menjadi
dua kriteria,yaitu: 1.sertifikasi lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. 2.Kegiatan pertanian ini masi
mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintesis dalam jumlah yang minimal low external input
sustainable agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintesi
3.Sertifiksi internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri
Misalnya,sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain masa konversi lahan,tempat penyimpanan produk organik,bibit,pupuk dan
pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian
organik. Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan system pertanian organic
di Indonesia antara lain : 1. Tanaman pangan 2. Hortikultura 3. perkebunan 4. tanaman rempah dan
obat 5. peternakan Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai
salah satu alternatif pertanian modern.petani organic mengandalkan bahan-bahan alami dan
menghindari input bahan sintetik,baik berupa pupuk,herbisida,maupun pestisida sintetik.namun,petani
sering mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktuvitasnya cenderung rendah dan lebih
rentan terhadap serangan hama dan penyakit.masalah ini sebenarnya dapat diatasi dengan
memanfaatkan bioteknologi berbasis mikroba yang di ambil dari sumber-sumber kekayaan hayati.
Teknologi kompos bioaktif
Salah satu masalah yang sering di temui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan
bahan organik dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut
dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang.kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik
yang telah mengalami penghancuransehingga menjadi tersedia bagi tanaman.limbah organic seperti
sisa-sisa tanaman dan kotoran ternak tidak bias langsung diberikan pada tanaman.limbah organic
harus dihancurkan atau dikomposkan secara alami memakan waktu yang sangat lama,berkisar
antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi
tanaman. Proses pengomposan dapat di percepat dengan menggunakan mikroba penghancur
(dekomposer) yang berkemampuan tinggi.penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses
dekomposisi dan beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja.
Biofertilizer
Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia.untuk memenuhi hara tanaman,petani
organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman, tetapi hara kompos rendah.
Kompos matang kandungan haranya kurang lebih 1,69% N, 34% P205 dan 2,81% K.dengan kata lain
100gram kompos setara dengan 1,69 kg urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 37,5 KCL/ha, maka
membutuhkan sebanyak 22 ton/ha. Jumlah sperti di atas memerlukan banyak tenaga kerja dan
berimplikasi pada naiknya biaya produksi. Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam
penyediaan maupun penyerapan unsure hara bagi tanaman. Tiga unsure hara penting yaitu Nitrogen
(N), Fosfat (P) dan Kalium (K). Hara N tersedia di uadara dan kurang lebih 74% ,namun N udara tidak
dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya
sehingga tersedia bagi tanaman. Produk-produk bioteknologi mikroba hamper seluruhnya
menggunakan bahan-bahan alami.produk ini dapat memenuhi kebtuhan petani organic.kebutuhan
bahan organik dan hara tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator
pengomposan. Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplay kebutuhan hara
tanaman yang selama ini yang dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Petani Indonesia yang menerapkan
system oertanian organik pada umumnya hanya mengandalkan kompos dan cenderung membiarkan
serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya teknologi yang berbasis mikroba, petani
organik tidak perlu ragu dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara dan serangan
hama penyakit tanaman. Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian
berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari
(intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik
memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta
pemeliharaan produktivitas tanah. The International Federation of Organic Agriculture Movements
(IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: a)Menghasilkan produk pertanian
yang berkualitas dengan kuantitas memadai, b)Membudidayakan tanaman secara alami,
c)Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, d)Memelihara dan
meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, e)Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang
diakibatkan penerapan teknik pertanian, f)memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan
sekitarnya, serta g)mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem
usaha tani.
D. PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : perkembangan pertanian organik di
Indonesia dapat menjadi suatu alternatif pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia dalam jangka
panjang. Sasaran jangka pendek dari system pertanian organik ini adalah kesadaran masyarakat dan
petani akan perlunya melestarikan lahan dan menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan
bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia dan pestisida, dan berusaha semempunya memanfaatkan
bahan-bahan alam di sekitar mereka. Aplikasi sistem pertanian terpadu sangat bermanfaat karena
dapat menjadi solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan konservasi
lingkungan serta pengembangan desa secara terpadu.
Pustaka
Balai penelitian tanahan. 2004. Leaflet. Pengelolaan Lahan Budidaya Sayuran Organik BP2HP
DEPTAN. 2000. Leaflet. GO Organik 2010 Browse > Home / Daulat Pangan /
Refleksi Pengembangan Kapasitas Petani Melalui Penerapan Sistem Pertanian Berkelanjutan Email:
[email protected];[email protected] http:www.
Litbang. deptan. go.id/berita/one http://ekonomi.kompasiana.com.agribisnis/2011 Helga Willerand
Minou Yussefi (Eds). http:www.soel.de/inhalte/publication IFOAM, 2005.
http://www.ifoam.org SNI-01-6729-2002. Standar Nasional Indonesia. Sistem Pertanian Organik.
Badan Standarisasi Nasional Statistic organic.2004. The Wordl of Oraganik Agriculture. Statistic and
emerging Trends.