sistem pertanian berkelanjutan organik tanaman pangan
DESCRIPTION
tanaman pangan dan kacang-kacanganTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia salah satu negara dengan konsumsi beras yang tinggi. Hal ini
disebabkan karena beras merupakan makanan pokok orang Indonesia. Peningkatan
konsumsi beras semakin tinggi seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Beras
yang berasal dari padi merupakan makanan pokok yang mengandung karbohidrat
paling tinggi jika dibandingkan dengan bahan pangan pokok lainnya. Sebagai
makanan utama, banyak masyarakat saat ini yang mencari beras dengan kualitas
tinggi dan sehat. Beras organik merupakan salah satu solusi dari masalah tersebut.
Akan tetapi, banyak produk organik yang mengklaim bahwa produknya adalah
produk organik tetapi tidak sejalan dengan proses produksinya.
Tanaman kedelai adalah salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang
digunakan sebagai bahan pangan sumber energi dan protein. Kedelai sudah lama
dimanfaatkan sebagai bahan dasar makanan dan minuman, seperti tempe, tahu,
kecambah, susu kedelai dan lain-lain. Selain itu kedelai juga mempunyai kandungan
gizi yang cukup tinggi dan dapat dijadikan sebagai bahan pangan fungsional untuk
mencegah dan mengobati penyakit. Kedelai yang saat ini beredar di Indonesia
mayoritas merupakan kedelai impor dan ada yang mengatakan kedelai hasil
transgenik.. sebagai salah satu pemecahan masalah dari kedelai impor dan kedelai
transgenik adalah kedelai organik.
1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana budidaya padi organik yang sudah diterapkan saat ini?1.2.2 Bagaimana budidaya kedelai organik yang sudah diterapkan saat ini?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengatahui teknik budidaya
secara organik pada tanaman padi dan kedelai yang sudah diterpakan di Indonesia
dan membandingkannya dengan teori budidaya secara organik yang sudah dipelajari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
Padi adalah tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa
tidak makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan
oleh tanaman padi. Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-
negara di benua Asia lainnya seperti China, India, Thailand, Vietnam dan lain-lain.
Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada
3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh
India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah
Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Hama yang banyak menyerang
tanaman ini adalah tikus, orong-orong, kepinding tanah (lembing batu), walang
sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah yang sering menyebabkan padi gagal
panen dan tentunya membuat petani merugi.
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari
total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil
produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total
produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi
yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%).
Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa)
Berdasarkan literatur Grist (1960), padi dalam sistematika tumbuhan
diklasifikasikan kedalam :
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae,
Ordo : Poales,
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Species : Oryza sativa Linn.
Akar
Berdasarkan literatur Aak (1992) akar adalah bagian tanaman yang berfungsi
menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas
tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan atas :
o Radikula: akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada benih
yang sedang berkecambah timbul calon akar dan batang. Calon akar
mengalami pertumbuhan ke arah bawah sehingga terbentuk akar
tunggang, sedangkan calon batang akan tumbuh ke atas sehingga
terbentuk batang dan daun.
o Akar serabut (akaradventif); setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang,
akar serabut akan tumbuh.
o Akar rambut ; merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan
akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada
diluar, dan ini penting dalam pengisapan air maupun zat-zat makanan.
Akar rambut biasanya berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya
sama dengan akar serabut.
o Akar tajuk (crown roots) ;adalah akar yang tumbuh dari ruas batang
terendah. Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar
di tanah yaitu akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila
kandungan udara di dalam tanah rendah,maka akar-akar dangkal mudah
berkembang.
Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan akan
berwarna coklat, sedangkan akar yangbaru atau bagian akar yangmasih muda
berwarna putih.
Batang
Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari
beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung
kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama. Ruas yang
terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan
seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian
bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yangmembalut ruas sampai buku bagian
atas.Tepat pada buku bagian atas ujumg dari daun pelepah memperlihatkan
percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian
yamg terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle
pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang
paling atas dari batang disebut daunbendera. Tepat dimana daun pelepah teratas
menjadi ligula dan daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi.
Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat satu
batang tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu sukma 1, 3,
5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma ini timbul tunas
yang disebut tunasorde pertama.Tunas orde pertama tumbuhnya didahului oleh tunas
yang tumbuh dari sukma pertama, kemudian diikuti oleh sukma kedua, disusul oleh
tunas yang timbul dari sukma ketiga dan seterusnya sampai kepad apembentukan
tunas terakhir yang keenam pada batang tunggal.Tunas-tunas yang timbul dari tunas
orde pertama disebu ttunas orde kedua. Biasanya dari tunas-tunas orde pertama ini
yang menghasilkan tunas-tunas orde kedua ialah tunas orde pertama yang terbawah
sekali pada batang tunggal/ utama. Pembentukan tunas dari orde ketiga pada umunya
tidak terjadi,oleh karena tunas-tunas dari orde ketiga tidak mempunyai ruang hidup
dalam kesesakan dengan tunas-tunas dari orde pertama dan kedua.
Daun
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-
beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas daun padi adalah
adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi dapat
dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian-bagian daun padi adalah :
o Helaian daun ; terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya
memanjang seperti pita. Panjang dan lebar helaian daun tergantung
varietas padi yang bersangkutan.
o Pelepah daun (upih) ;merupakan bagian daun yang menyelubungi batang,
pelepah daun ini berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang
jaringannya lunak, dan hal ini selalu terjadi.
o Lidah daun ; lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan
upih. Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi.
Lidah daun duduknya melekat pada batang. Fungsi lidah daun adalah
mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun (upih).
Disamping itu lidah daun juga mencegah infeksi penyakit, sebab media
air memudahkan penyebaran penyakit.
o Koleoptil : daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan. Koleoptil
keluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai
permukaan air. Koleoptil baru membuka, kemudian diikuti keluarnya
daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang
disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun
ketiga.
o Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun di
bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya. Daun bendera
ini terletak di bawah malai padi. Daun padi mula-mula berupa tunas yang
kemudian berkembang menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar
bersamaan dengan timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan
daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang
waktu 7 hari,dan 7 hari berikutnya akan muncul daun baru lainnya.
Bunga
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan
malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan
sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai
tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara bercocok tanam. Dari sumbu
utama pada ruas buku148yang terakhir inilah biasanya panjang malai (rangkaian
bunga) diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek
(kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari
30cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling
rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah
cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru,
setiap malai bisa mencapai100-120 bunga (Aak, 1992).
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6 buah,
tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung
serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang
berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu
(DepartemenPertanian, 1983).
Komponen-komponen (bagian) bunga padi adalah:
o kepala sari
o tangkai sari,
o palea (belahan yang besar),
o lemma (belahan yang kecil),
o kepala putik,
o tangkai bunga.
Buah/ Bulir padi
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya bukan
biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah
selesai penyerbukkan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain yang
membentuk sekam atau kulit gabah (Departemen Pertanian, 1983).
Jika bunga padi telah dewasa, kedua belahan kembang mahkota (palea dan
lemmanya) yang semula bersatu akan membuka dengan sendirinya sedemikian rupa
sehingga antara lemma dan palea terjadi siku/sudut sebesar 30-600. Membukanya
kedua belahan kembang mahkota itu terjadi pada umumnya pada hari-hari cerah
antara jam 10-12, dimana suhu kira-kira 30-320C. Di dalam dua daun mahkota palea
dan lemma itu terdapat bagian dalam dari bunga padi yang terdiri dari bakal buah
(biasa disebut karyiopsis).
Jika buah padi telah masak, kedua belahan daun mahkota bunga itulah yang
menjadi pembungkus berasnya (sekam). Diatas karyiopsis terdapat dua kepala putik
yang dipikul oleh masing-masing tangkainya. Lodicula yang berjumlah dua buah,
sebenarnya merupakan daun mahkota yang telah berubah bentuk. Pada waktu padi
hendak berbunga, lodicula menjad imengembang karena menghisap cairan dari bakal
buah. Pengembangan ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka.
Hal ini memungkinkan benang sari yang memanjang keluar dari bagian atas atau
dari samping bunga yang terbuka tadi. Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya
kandung serbuk, yang kemudian menumpahkan tepung sarinya. Sesudah tepung
sarinya ditumpahkan dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali.
Dengan berpindahnya tepung sari dari kepala putik maka selesailah sudah proses
penyerbukkan. Kemudian terjadilah pembulaian yang menghasilkan lembaga
danendosperm. Endosperm adalahpenting sebagai sumbercadangan makanan
bagitanaman yang baru tumbuh
Syarat Tumbuh
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar
1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi
tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi
pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam
jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan
lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
2.2 Tanaman Kedelai
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine
soja dan Soja max . Namun pada tahun 1948 telah disepakatibahwa nama botani
yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Menurt
Adisarwanto (2005) klasifikasi tanaman kedelai yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr.
Morfologi Tanaman Kedelai
Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar
misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah,
sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah
akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari
dua macam, yaitu akar tunggang (Suprapto, 1998).
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar
– akar cabang banyak terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium
japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara
yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto, 2004).
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar
cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika
kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap
unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan
kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman
dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan
tempat terbentuknya bintil-bintil akar (Sumarno, 1997).
Batang
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan
atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai
berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk
batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga.
Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip
keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate
(Kanisus, 1989).
Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan
periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku
berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak
dibandingkan batang determinate (Hidayat, 1985).
Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi
kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua.
Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil, sedangkan
bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut berwarna ungu
atau hijau (Bertham, 2002).
Daun
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk
daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji.
Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok
untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai
stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Danarti dkk, 1995).
Pada buku pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun
tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu
dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga
mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan
berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga
akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan
gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto, 2004).
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk
daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji.
Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok
untuk varietas kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata
antara 190-320 buah/m² (Irwan, 2006).
Syarat Tumbuh
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5-300 m dpl. Varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan
dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada
ketinggian lebih dari 500 m dpl sehingga tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di
daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi
kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik
dari jagung.
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan
sekitar 100-400 mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai
membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan (Najiyati, 1999). Kedelai dapat
tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses
perkecambahan yaitu 30o C, bila tumbuh pada suhu yang rendah (< 15o C), proses
perkecambahan menjadi sangat lambat bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan
perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembapan tanah tinggi, banyaknya biji
yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat (Adisarwanto, 2005).
Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34o C, akan tetapi suhu optimum
bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27o C. Pada proses perkecambahan benih
kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30o C.
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab, tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Kekurangan air
pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melampaui batas toleransinya.
Untuk dapat tumbuh dengan baik kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur,
kaya akan unsur hara dan bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah
akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik
yang pada akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
Tanah dengan kadar liat tinggi sebaiknya dilakukan perbaikan drainase dan aerasi
sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan
besar terjadi (Rianto et al., 1997).
BAB III
ISI
3.1 Budidaya Padi Organik
Teknologi budidaya beras organik sawangan menggunakan metode SRI. Pola
SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi
dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah
berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat
mencapai lebih dari 100%. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja
di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, asal Prancis.
Metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of
Rice Intensification disingkat SRI.
Hasil metode SRI sangat memuaskan. di Madagaskar, pada beberapa tanah tak
subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh
hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan
ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali
lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran
yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen.
Budidaya padi organik dengan teknologi NASA yang dipadukan dengan sistem pola
SRI tergantung dari cara pengelolaan tanaman. Ada 5 dasar praktis yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. menggunakan bibit muda
2. jarak tanam yang lebar dengan bibit tunggal
3. mempertahankan tanah basah tapi tidak menggenang
4. mempertinggi soil organik dengan teknologi organik NASA
5. sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin
Pengolahan Tanah
Pada prinsipnya pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan-bongkahan
tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan sangat halus serta
ketersediaan air. Bila air dalam areal penanaman cukup banyak maka makin banyak
unsur hara dalam butiran tanah yang lunak dan halus atau sering disebut koloid yang
dapat larut, sehingga berakibat makin banyak unsur hara yang dapat diserap akar
tanaman. Oleh karena itu, bila pengolahan tanah sawah makin sempurna, maka
makin halus tanah tersebut sehingga jumlah koloid tanah makin banyak. Akibatnya
unsur hara yang terikat akan makin banyak sehingga tanah makin subur.
Langkah awal pengolahan sawah yaitu memperbaiki pematang sawah dengan
meninggikan dan menutup lubang-lubang yang ada di pematang sawah (istilah jawa
“tembok“ ). Selanjutnya tanah dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi atau
kerbau. Tujuan pembajakan adalah untuk pembalikan tanah, memberantas gulma,
hama penyakit terbawa tanah, serta membenamkan dan mnguraikan biji-biji padi
yang tertinggal dalam tanah. Menurut pengalaman petani padi organik, cara
pembajakan secara tradisonal dengan kerbau memberikan hasil lebih baik karena
mata bajak tradisional akan lebih dalam masuk ke dalam tanah sehingga pengolahan
menjadi lebih sempurna. Tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya
dengan produktivitas seperti tamapak pada tabel 1.
Tabel 1. pengaruh kedalaman pengolahan tanah terhadap hasil panen
Kedalaman pengolahan tanah (cm) Hasil panen (gr/rumpun)
8 12.4
12 18.2
16 20.8
20 23.2
24 26.4
28 27.9
32 27.5
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa makin dalam pengolahan tanah maka makin
bagus produktivitas padinya. Namun pada kedalaman tertentu yaitu 32 cm hasilnya
justru menurun. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan top soil yang merupakan lapisan
tanah subur memang terbatas. Pengolahan tanah terbaik adalah pada kedalaman
sekitar 30 cm. Setelah dibajak dibiarkan selama seminggu dalam keadaan tergenang
air agar proses pelunakan tanah berlangsung sempurna. Seminggu kemudian tanah
dapat dibajak kembali agar bongkahan tanah menjadi kecil. Pada pembajakan yang
kedua, pemberian pupuk kandang atau kompos 2 - 3 ton ditambah pupuk sebanyak
50 kg atau pupuk sebanyak 3 – 5 kg serta dolomite 300 – 500 kg (tergantung tingkat
keasaman tanah) per ha. Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara ditaburkan
merata ke seluruh permukaan lahan (sebaiknya dibiarkan 2 - 4 hari), kemudian tanah
dibajak agar menyatu dengan pupuk dasar. Lahan yang sudah dibajak kedua kalinya
dibiarkan tergenang kembali selama 3 - 5 hari. Kemudian dilakukan penggaruan
dengan cara tradisional ( kerbau dan sapi ) atau cara modern ( traktor ). Penggaruan
bertujuan agar tanah menjadi rata dan rerumputan yang masih tertinggal dapat
terbenam ke dalam tanah. Setelah itu, lahan dilakukan proses pelumpuran menjadi
lumpur halus dengan cara menginjak-injak tanah dan menarik dengan pelepah pisang
dan biarkan 3 - 5 hari untuk siap ditanami.Pada saat menggaru dan meratakan tanah,
usahakan agar air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di
tanah tidak hanyut. Setelah tanah diratakan,buatlah parit di bagian pinggir dan tengah
tiap petakan sawah untuk memudahkan pengaturan air.
Persiapan Bibit
Tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi
hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses
pemuliaan di laboratorium. Walaupun merupakan varietas unggul tahan hama dan
penyakit tertentu, tetapi umumnya padi hibrida hanya tumbuh dan berproduksi
optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak. Tanpa
pupuk kimia, padi tersebut tidak akan tumbuh subur dan berproduksi optimal.
Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas
lokal atau alami tanpa rekayasa genetik seperti rojolele, mentik wangi susu, dan
pandan wangi. Kebutuhan benih mentik wangi susu dengan model SRI adalah 5-10
kg per hektar lahan. Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan
air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan
telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih
yang tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam pada
larutan (contoh: POC NASA) dosis 2 tutup / 10 liter air selama 24 jam kemudian
ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk
organik atau kompos (1:1) didalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm selama 7
hari. Setelah umur 10 - 15 hari benih padi sudah siap ditanam. Atau benih yang
sudah berkecambah disebarkan secara hati-hati ke permukaan tanah persemaian yang
sudah disiapkan. Usahakan benih tersebar merata dan tidak tumpang tindih. Benih
tidak perlu harus terbenam ke dalam tanah. Biasanya benih yang terbenam justru
dapat terinfeksi pathogen penyebab busuk kecambah.
Penanaman
Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 10 - 15 hari setelah
semai. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak” (Jawa.) atau kondisi tanah
yang basah tetapi bukan tergenang.
Pada metode SRI digunakan sistem tanam tunggal, yaitu satu lubang tanam diisi
satu atau dua bibit padi. Selain itu, bibit ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2 - 3
cm dengan bentuk perakaran horizontal (seperti huruf L).
Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah dengan jarak tanam
sistem tegel, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm dan jarak tanam sistem
Jajar Legowo 2:1 atau 4 : 1. Sitem Jajar legowo 2:1, artinya setiap dua baris diselingi
satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam
dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam
barisan. Jajar Legowo 2 : 1 (40 cm x (20 cm x 10-15 cm)) adalah salah satu cara
tanam pindah sawah yang memberikan ruang (barisan yang tidak ditanami) pada
setiap dua barisan tanam, tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 15 cm
tergantung dari kesuburan tanahnya.
Pada tanah yang kurang subur kebiasaan petani tanam cara tegel 20 cm x 20 cm,
menggunakan jarak tanam dalam barisan 10 cm. Pada tanah dengan kesuburan
sedang kebiasaan petani tanam cara tegel 22 cm x 22 cm, jarak tanam dalam barisan
12, 5 cm. Pada tanah yang subur 25 cm x 25 cm, jarak tanam dalam barisan 15 cm.
Sedang Jajar legowo 4:1, artinya setiap empat baris tanaman padi diselingi satu
barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya.
Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah.
Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan
cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanipulasi
lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman
pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan
menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini
disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih
banyak.Pada tanah yang kurang subur kebiasaan petani tanam cara tegel 20 cm x 20
cm, menggunakan jarak tanam dalam barisan 10 cm. Pada tanah dengan kesuburan
sedang kebiasaan petani tanam cara tegel 22 cm x 22 cm, jarak tanam dalam barisan
12, 5 cm. Pada tanah yang subur 25 cm x 25 cm, jarak tanam dalam barisan 15 cm.
Sedang Jajar legowo 4:1, artinya setiap empat baris tanaman padi diselingi satu
barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya.
Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah.
Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan
cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanipulasi
lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman
pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan
menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini
disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih
banyak.
Tujuan dari cara tanam jajar legowo adalah :
1. Memanfaatkan radiasi surya bagi tanaman pinggir.
2. Tanaman relatif aman dari serangan tikus, karena lahan lebih terbuka.
3. Menekan serangan penyakit karena rendahnya kelembaban dibandingkan
dengan cara tanam biasa.
4. Populasi tanaman bertambah sesuai tipe jajar legowo yang digunakan
5. Pemupukan lebih effisien.
6. Pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan dari pada cara
tanam biasa.
Semakin lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang
dihasilkan oleh tanaman padi. Penyebabnya, sinar matahari bisa mengenai seluruh
bagian tanaman dengan lebih baik sehingga proses fotosintesis dan pertumbuhan
tanaman terjadi dengan lebih optimal. Jarak tanam yang lebar ini juga
memungkinkan tanaman untuk menyerap nutrisi, oksigen dan sinar matahari secara
maksimal.
Perawatan
Gambar 1. pengolahan tanah ringan dengan sosrok
Perawatan melalui pengolahan tanah ringan atau penyiangan pertama dilakukan
pada umur 15-20 hari setelah tanam dengan menggunakan alat “ sosrok “ ( istilah
jawa ), yaitu semacam garpu kayu bergigi paku yang sudah ditumpulkan selebar 15
cm dan bertangkai. Ujung sosrok diarahkan ke tanah di sekitar tanaman dan ujung
lainnya dipegang petani. Dengan gerakan maju mundur sambil sedikit ditekan, tanah
di sela tanaman akan menjadi gembur oleh ujung sosrok. Bila setelah penyiangan
pertumbuhan padi tampak tidak merata maka dilakukan penambahan pupuk
majemuk agar pertumbuhan vegetatif padi optimal beranak banyak dan berbatang
kuat.
Padi umur 30-35 hari dilakukan penyiangan kedua, bila padi tumbuh segar, hijau
dan batangnya kokoh maka setelah penyiangan tidak perlu dilakukan pemupukan
tambahan.
Pemupukan Setelah Tanam
Pada umumnya budidaya padi organik tidak menggunakan pupuk kimia. Seluruh
pupuk yang digunakan berupa pupuk organik, mulai dari pemupukan awal atau dasar
hingga pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapat berbentuk padat yang diaplikasikan
lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat daun. Kalau seperti ini dilakukan
terus menerus, maka produktivitasnya akan rendah. Padahal secara garis besar untuk
produktivitas tanaman membutuhkan unsur hara dari berbagai sumber, yaitu :
1. Kandungan unsur hara alamiah tanah setempat. Tanah secara alami telah
mengandung lengkap unsur hara yang diperlukan oleh tanaman
2. Pemberian pupuk an-organik/kimia ( terutama unsur makro ). Pada tanah-
tanah yang normal ( tidak rusak ) sebenarnya hanya membutuhkan pupuk
kimia + 30 % hingga 50 % saja dari rata-rata dosis rekomendasi sekarang
3. Pemberian pupuk organik (terutama unsur mikro). Dengan memperhatikan
kondisi tanah pertanian di Indonesia, ternyata masih terdapat sisa deposit
unsur makro dari timbunan sisa pupuk kimia yang tidak dapat dimanfaatkan
oleh tanaman. Di sinilah peran sebenarnya pupuk organik, yang salah satu
fungsinya bisa melarutkan sisa-sisa residu pupuk kimia.
Melihat kebutuhan unsur hara untuk produktivitas tanaman tersebut, maka
pemupukan yang dilakukan maka harus seimbang antara unsur makro dan unsur
mikro atau biasa kita sebut umak umik. Unsur hara makro ( umak ) seperti C, H, O,
N, P, K, Ca, Mg dan S, sedang unsur hara mikro seperti Fe, Cl, B, Mn, Na, Zn, dan
Cu. Biasanya unsur hara ini dikenal dengan unsur hara essensial. Unsur hara ini
diperlukan dalam jumlah yang berbeda satu sama lain. Walaupun berbeda dalam
jumlah kebutuhannya namun dalam fungsi pada tanaman, masing-masing unsur sama
pentingnya dan tidak bisa mengalahkan atau menggantikan satu sama lainnya. Dalam
hal ini masing-masing unsur hara mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-
sendiri terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga jika
terjadi kekurangan satu jenis unsur hara saja akan mengakibatkan tidak optimalnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jadi umak-umik tersebut jika pada
manusia ibarat menu makanan 4 sehat (karbohidrat, daging, sayuran, dan buah) 5
sempurna (susu) yang masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri.
Pemupukan yang dilakukan pada budidaya padi organik dengan
mengkombinasikan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah yang seimbang,
terutama pada pemupukan susulan. Penggunaan pupuk makro dikurangi 50-75 %
dari dosis rekomendasi ditambah pupuk organik baik padat maupun cair, serta tanpa
menggunakan pestisida kimia tetapi pakai pestisida alami dari ekstrak berbagai
tanaman dan musuh alami.
Pengelolaan air dan penyiangan
Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai
berikut :
o Ketika padi mencapai umur 1-8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di
lahan adalah “macak-macak”, agar transfer oksigen ke tanah terus berjalan
dan aman dari gangguan keong emas.
o Sesudah padi mencapai umur 9-10 HST air kembali digenangkan dengan
ketinggian 2-3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan
penyiangan tahap pertama.
o Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai
umur 18 HST.
o Umur 19-20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan
tahap kedua.
o Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1-2 cm dan
kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (± 15-20 hari sebelum
panen).
o Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.
Hama dan Penyakit pada pertanaman padi
Penggerek Batang Padi
Gejala Serangan :
Keempat jenis PBP ini mempunyai cara hidup dan gejala kerusakan yang
ditimbulkan hampir persis sama. Liang-liang gerek yang dibuat larva (ulat) dapat
memutuskan perjalanan air dan unsur hara dari akar sehingga dapat melemahkan
tanaman padi.
Kerusakan yang timbul tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. Pada fase
Vegetatif (pembentukan batang, daun, dan anakan), maka daun tengah atau pucuk
tanaman mati karena titik tumbuhnya dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna
coklat dan mudah dicabut. Gejala ini biasa disebut Sundep. Pada fase generatif
(pembentukan malai), maka malai akan mati karena pangkalnya dikerat atau digerek
oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak, berwarna abu-abu putih dan bulir-
bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pada pangkalnya terdapat bekas
gigitan larva. Gejala ini biasa disebut Beluk.
Penggerek batang dapat menyebabkan merosotnya hasil padi karena anakan
yang rusak oleh sundep tidak dapat menghasilkan gabah.
Cara pengendalian :
o Tanam secara serempak, selisih waktu tanam jangan melewati 3 -4 minggu
o Buang tunggul-tunggul jerami segera setelah panen dengan cara
membenamkan waktu pengolahan tanah atau memotong tunggul tersebut
persis di permukaan tanah.
o Hindari kelebihan pemakaian pupuk N (Urea, ZA)
o Buang bibit padi yang mengandung telur PBP sebelum penanaman dengan
menyayat ujung helaian daun sebelum pindah tanam
o Pembibitan, semprotkan Natural BVR pada umur 7 - 10 hari.
o Semprotkan BVR / PESTONA pada umur 10 - 15 hari setelah tanam dan
setiap 1 - 2 minggu sekali diselang seling.
Walang Sangit ( Leptocorriza accuta )
Gejala Serangan :
Nimfa dan imago menghisap bulir padi pada fase masak susu dan menghisap
cairan batang padi. Walang sangit tidak melubangi bulir pada waktu menghisap,
tetapi menusuk melalui rongga di antara lemma dan palea. Hilangnya cairan biji
menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang yang menjadi hampa karena
walang sangit tidak dapat mengosongkan seluruh biji yang sedang tumbuh.
Biologi Hama :
Tubuh imago ramping dengan antena dan tungkai relatif panjang, warna hijau
kuning kecoklatan dan panjang 15-30 mm. Walang sangit menjadi aktif kalau datang
musim hujan. Walang sangit selama satu sampai dua generasi hidup pada gulma,
kemudian pindah ke tanaman padi pada fase pembungaan. Kalau diganggu akan
terbang sambil mengeluarkan bau yang menyengat. Imago betina meletakkan telur
sebanyak 200-300 butir. Peletakan telur pada saat padi berbunga, menetas 5-8 hari
setelah diletakkan. Stadium nimfa 17-27 hari terdiri dari 5 instar.
Cara Pengendalian :
o Tanam serempak
o Penggunaan musuh alami seperti laba-laba, tetabuhan, Beuaveria bassiana
( BVR )
o Penyemprotan pestisida (contoh :PESTONA)
Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)
Mulanya binatang itu didatangkan sebagai biota air tawar yang lucu dan
menggemaskan. Itulah keong- keong emas dari genus Pomacea. Keong itu hadir di
Indonesia pada tahun 1980-an. Keong-keong itu lalu banyak menghuni akuarium-
akuarium di rumah-rumah atau kantor. Tidak butuh waktu lebih dari lima tahun
ketika akhirnya kegemparan datang dari para petani di Sukabumi dan Tangerang.
Lahan sawah subur mereka diserang keong. Pada 1984 mulai ramai istilah keong
emas.
Peneliti moluska air tawar pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Ristiyanti Marwoto, menyebut tak semua jenis keong dari
genus Pomacea menjadi hama. Yang sudah diidentifikasi yaitu Pomacea canaliculata
—dari Brasil, negara tropis yang banyak kemiripannya dengan Indonesia.
Di sawah, keong-keong itu tak hanya berwarna keemasan, tetapi juga kecoklatan
dan kehijauan. Cirinya adalah menempelkan ratusan telurnya di batang- batang padi,
tanaman liar, atau tanaman lainnya.
Cara Pengendalian :
o Saat-saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari
pertama setelah tanam dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada tabela
(tanam benih secara langsung) dengan pestisida pestona tiap minggu sekali.
Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman biasanya lebih tinggi daripada
tingkat kerusakan akibat keong.
o Semut merah memakan telur keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang
tikus) memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan
lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35
hari setelah tanam); keong dapat dipanen untuk pakan bebek.
o Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi
dan sore hari ketika keong berada pada keadaan aktif. Tempatkan tongkat
bambu untuk menarik keong dewasa meletakkan telurnya.
o Tempatkan dedaunan dan pelepah pisang untuk menarik perhatian keong agar
pemungutan keong lebih mudah dilakukan.
o Keong bersifat aktif pada air yang menggenang/diam dan karenanya, perataan
tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat menekan kerusakan. Buat
saluran-saluran kecil (misalnya, lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) untuk
memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai titik fokus untuk
mengumpulkan keong atau membunuh keong secara manual. Apabila
pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke sawah dilakukan
hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari pertama untuk pindah tanam dan 21
hari pertama untuk tabela).
o Tempatkan tanaman beracun misalnya daun eceng (Monochoria vaginalis),
daun tembakau, dan daun Kalamansi pada bidang-bidang sawah atau di
saluran-saluran kecil.
o Tempatkan penyaring dari kawat atau anyaman bambu pada saluran keluar
dan masuk irigasi utama untuk mencegah masuknya keong dari lahan lain.
Manfaat dari tindakan ini agak terbatas karena kebanyakan keong mengubur
dirinya sendiri dan “hibernasi” (tidur lama) di sawah ketika tanah mengering.
3.2 Budidaya Organik Kedelai
a. Pengolahan Tanah
Tanah dibajak, digaru dan diratakan
Sisa-sisa gulma dibenamkan
Buat saluran air dengan jarak sekitar 3-4 m
Tanah dikeringanginkan tiga minggu baru ditanami
Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas
bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) POC NASA diencerkan dengan air
secukupnya untuk setiap 1000 m² (10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika
menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai berikut:
Alternatif 1 : Satu botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air
dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan
induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : Setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan
SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
b. Penanaman
Rendam benih dalam POC NASA dosis 2 cc / liter selama 0,5 jam dan
dicampur Legin (Rhizobium ) untuk tanah yang belum pernah ditanami
kedelai.
Buat jarak tanam antar tugalan berukuran 30 x 20 cm, 25 x 25 cm atau 20
x 20 cm.
Buat lubang tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3 per lubang.
Tutup benih dengan tanah gembur dan tanpa dipadatkan.
Waktu tanam yang baik akhir musim hujan.
c. Penjarangan & Penyulaman
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari, benih yang tidak tumbuh diganti
atau disulam dengan benih baru yang akan lebih baik jika dicampur Legin.
Penyulaman sebaiknya sore hari.
d. Penyiangan
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman selesai berbunga
(sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan
pemupukan ke-2.
e. Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak
merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang
berbahaya.
f. Pemupukan
Contoh jenis dan dosis pupuk sebagai berikut :
POC NASA diberikan 2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu,
dengan cara disemprotkan (4 – 8 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC
NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10 – 20 botol/ha). Akan lebih
bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3 – 4 tutup POC
NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan
penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan, akan lebih aman jika
disiramkan.
g. Pengairan Dan Penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang
panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
h. Pengelolaan Hama Dan Penyakit
1. Aphis glycine
Kutu ini dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada
awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu,
pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti:
terung-terungan, kapas- kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman
terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4)
semprot Natural BVR atau PESTONA dilakukan pada permukaan daun bagian
bawah.
2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva
dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman.
Pengendalian: penyemprotan PESTONA.
3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar
berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.
Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.
4. Kepik polong (Riptortis lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam,
tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan
jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan
dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
6. Kepik hijau (Nezara viridula)
Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan
polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan.
Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong
berbintik coklat.
7. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan
berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2)
disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural
VITURA.
8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.)
Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat.
Pengendalian : Varietas tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO
9. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman
berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning.
Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan
Natural GLIO di awal.
10. Anthracnose (Colletotrichum glycine )
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah
rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua
menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2)
Pencegahan di awal dengan Natural GLIO.
11.Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam
kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir.
12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan
mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di
awal.
i. Panen Dan Pasca Panen
Lakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena
serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari
hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan
tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.
Perlu diperhatikan, kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75 –
100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 – 110 hari, agar kemasakan biji
betul-betul sempurna dan merata.
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur.
Biji yang sudah kering lalu dimasukkan kedalam karung dan dipasarkan atau
disimpan.
3.3 Komentar
a. Budidaya Tanaman Padi
Pertanian organik adalah proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan
lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan
(Kasumbogo Untung, 1997). Hal tersebut berarti tidak menggunakan bahan kimia
sintetis dari mulai pengolahan tanah sampai dengan pengemasan.
Pada teknik budidaya padi organik yang dilakukan oleh Agus Budi Setyono
ini menurut kami tidak sesuai dengan kaidah pertanian organik karena penggunaan
bahan kimia sintetis, diantaranya:
1. pengolahan tanah selain diberikan pupuk kandang juga diberi tambahan
dengan penggunaan pupuk kimia dengan merk dagang SUPERNASA.
2. Pada saat pemilihan bibit selain diberikan garam pada air juga diberikan
POC.
3. Pada pemupukan susulan diberikan Urea, NPK dan pupuk NASA
4. Pengendalian /pencegahan hama dilakukan dengan cara pemberian pestisida
sintetis yaitu BVR dan PESTONA.
Seharusnya, hal tersebut tidak dilakukan berkaitan dengan pertanian organik.
Perlakuan-perlakuan tersebut dapat diganti dengan perlakuan alternatif yang
sesuai dengan kaidah pertanian organik sehingga produk tersebut diakui produk
organik dengan pemberian sertifikat.
b. Budidaya Tanaman Kedelai
Untuk budidaya kedelai dengan metode NASA ini masih menggunakan
pupuk kimia sintetis dalam proses budidayanya, yaitu pupuk urea, kcl dan sp-36.
Pupuk organik yang digunakan hanya sebagai pendampingnya saja.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Budidaya padi organik dengan teknologi NASA yang dipadukan dengan sistem
pola SRI tergantung dari cara pengelolaan tanaman. Ada 5 dasar praktis yang perlu
diperhatikan, yaitu menggunakan bibit muda, jarak tanam yang lebar dengan bibit
tunggal, mempertahankan tanah basah tapi tidak menggenang, mempertinggi soil
organik dengan teknologi organik NASA dan sirkulasi dalam tanah terjaga
semaksimal mungkin.
Tanaman kedelai atau soya bean memiliki potensi yang besar untuk
dibudidayakan secara organik, seiring dengan kesadaran tinggi masyarakat atau
konsumen tentang konsumsi makanan sehat. Sebelum memulai langkah-langkah atau
cara budidaya kedelai organik, harus mengetahui lingkungan tempat tumbuh kedelai
yang baik. Dalam penerapan budidaya organik kedelai sama halnya dengan budidaya
pada umumnya. Akan tetapi, mengganti semua input pertaniannya dengan bahan
organik.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Diakses melalui
http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?
mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=34
Entun Santosa, 2005. Rice organic farming is a programme for strengtenning food security insustainable rural development,Makalah disampaikan pada seminar Internasinal KambojaROF.
http://www.produknaturalnusantara.com/panduan-teknis-budidaya-pertanian/
panduan-cara-budidaya-kedelai/
Kuswara dan Alik Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System ofRice Intencification). Kelompok Studi Petani (KSP). Ciamis
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Budidaya dan Keunggulan Padi Metode SRI (Systen ofRice Intencification). Tesis. Pascasarjana. Unpad Bandung
Sampurna Untuk Indonesia, 2008. SRI Sytem Rice intensification, PasuruanSetyono, Agus Budi. 2010. Teknologi padi organik NASA dengan metode SRI.
http://organik-sawangan.blogspot.com/2010/02/teknologi-padi-organik-
nasa-dengan.html
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN I (ORGANIK)
Teknologi Budidaya Beras Organik Sawangan dengan Metode SRI dan Budidaya Kedelai Organik dengan Metode NASA
Sebagai salah satu syarat penilaian mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan I
(Organik)
Kelompok 4 :
Hafshah Mahfudhah 150510120159
Haifa Nurislamidini Dj 150510120160
Devi Muthia 150510120161
Siti Rodiah 150510120162
Hadi Nugraha 150510120163
Rino Pambudi 150510120164
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya bagi penyelesaian makalah yang berjudul
“Teknologi Budidaya Beras Organik Sawangan dengan Metode SRI dan Budidaya
Kedelai Organik dengan Metode NASA”. Makalah ini disusun sebagai tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan I (Organik)
Di dalam makalah ini berisi tentang aplikasi budidaya organik pada tanaman
padi dan kedeleai yang sudah diterapkan di Indonesia. Kami menyadari bahwa
Makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sekiranya dapat
kami gunakan sebagai masukan agar kami dapat menyempurnakan makalah ini
sangat kami harapkan. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat dijalankan dengan baik dan bermanfaat.
Jatinangor, Mei 2015
Penyusun