pemanfaatan rhizobium pada pertanian organik

21
PEMANFAATAN BIOFERTILIZER PADA PERTANIAN ORGANIK Oleh : NINI RAHMAWATI, SP, MSi NIP. 132297158 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2005 Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005 USU Repository©2006

Upload: vuongthien

Post on 31-Dec-2016

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

PEMANFAATAN BIOFERTILIZER PADA PERTANIAN ORGANIK

Oleh : NINI RAHMAWATI, SP, MSi

NIP. 132297158

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2005

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005 USU Repository©2006

Page 2: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

i

ABSTRAK

Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Pertanian organik

semakin berkembang sejalan dengan timbulnya kesadaran akan pentingnya menjaga

kelestarian lingkungan dan kebutuhan akan bahan makanan yang relatif lebih sehat.

Dalam sistem pertanian organik yang tidak menggunakan masukan berupa bahan

kimia buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida, biofertilizer atau pupuk hayati

menjadi salah satu alternatif yang layak dipertimbangkan. Beberapa mikroba tanah

seperti seperti Rhizobium, Azaospirillum dan Azotobacter, bakteri pelarut fosfat,

ektomikoriza, endomikoriza dan MVA, mikoriza perombak selulosa dan efektif

mikroorganisme dapat dimanfaatkan sebagai biofertizer pada pertanian organik.

Bioferlizer tersebut fungsinya antara lain untuk membantu penyediaan hara bagi

tanaman, mempermudah penyerapan hara bagi tanaman, membantu dekomposisi

bahan organik, menyediakan lingkungan rhizosfer yang lebih baik sehingga pada

akhirnya akan mendukung pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman.

Pemanfaatan biofertizer pada pertanian organik harus lebih dikembangkan untuk

mengurangi ketergantungan sistem pertanian organik yang lebih banyak

memanfaatkan bahan organik dengan volume yang sangat besar serta mengefisienkan

penggunaan bahan organik tersebut untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman.

Page 3: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.

Makalah ini membahas mengenai pemanfaatan biofertizer atau pupuk hayati

dalam sistem pertanian organik. Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan

input berupa pupuk kimia buatan dan pestisida, penyediaan hara bagi tanaman dapat

dibantu dengan pemanfaatan beberapa jenis mikroba tanah sebagai biofertilizer.

Pemanfaatan biofertilizer ini akan menguntungkan bagi tanaman dan tidak akan

mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah

membantu penulisan makalah ini dan untuk lebih menyempurnakan makalah ini saran

dan kriitik yang sifatnya membangun akan diterima dengan senang hati.

Medan, November 2005

Penulis

Page 4: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

iii

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ……………………………………………………………… i KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii I. PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1 II. PERANAN BIOFERTILIZER …………………………………………. 3 III. BEBERAPA BIOFERTILIZER DAN MANFAATNYA ………………. 5 3.1. Bakteri Rhizobium …………………………………………………. 5 3.2. Azospirillum dan Azotobacter ………………………………………. 6 3.3. Mikroba Pelarut Fosfat …………………………………………….. 8 3.4. Mikoriza ……………………………………………………………. 9 3.4.1. Ekromikoriza ………………………………………………… 10 3.4.2. Endomikoriza dan Mikoriza Vesikular Arbuskular …………. 11 3.5. Mikoriza Perombak Selulosa ………………………………………. 12 3.6. Mikoriza Efektif (EM) …………………………………………….. 12 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 14 4.1. Kesimpulan ………………………………………………………… 14 4.2. Saran ………………………………………………………………. 14 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 16

Page 5: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

1

I. PENDAHULUAN

Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia akan kerusakan

lingkungan dan munculnya berbagai penyakit yang disebabkan penggunaan bahan

kimia secara berlebihan pada makanan, pertanian organik muncul sebagai sebuah

alternatif yang menjadi pilihan bagi banyak orang. Pertanian organik dapat dikatakan

sebagai suatu sistem bertani selaras alam, mengembalikan siklus ekologi dalam suatu

areal pertanian membentuk suatu aliran yang siklik dan seimbang.

Secara perlahan tapi pasti sistem pertanian organik mulai berkembang di

berbagai belahan bumi, baik di negara maju maupun negara berkembang. Masyarakat

mulai melihat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan sistem pertanian organik

ini, seperti lingkungan yang tetap terjaga kelestariannya dan dapat mengkonsumsi

produk pertanian yang relatif lebih sehat karena bebas dari bahan kimia yang dapat

menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Beberapa lembaga penelitian dan pihak perguruan tinggi juga turut

memberikan andilnya dalam pengembangan pertanian organik melalui penelitian-

penelitian dan juga penyampaian informasi teknologi budidaya yang dapat diterapkan

pada sistem pertanian organik. Upaya yang mulai dilakukan adalah memperkenalkan

bioteknologi dalam sistem pertanian organik yaitu dengan memanfaatkan beberapa

mikroorganisme yang dapat membantu penyediaan hara dan pengendalian penyakit.

Beberapa mikroorganisme tanah seperti rhizobium, Azospirillum dan

Azootobacter, mikoriza , bakteri pelarut fosfat, mikoriza perombak selulosa dan

Effective microorganism (EM) bila dimanfaatkan secara tepat dalam sistem pertanian

organik akan membawa pengaruh yang positif baik bagi ketersediaan hara yang

dibutuhkan tanaman, lingkungan edapik, maupun upaya pengendalian beberapa jenis

Page 6: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

2

penyakit. Sehingga akan dapat diperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman yang

optimal dan hasil panen yang lebih sehat. Mikroorganime tesebut sering disebut

sebagai biofertilizer atau pupuk hayati.

Page 7: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

3

II. PERANAN BIOFERTIZER

Pertanian organik dapat didefenisikan sebagai sistem pengelolaan produksi

pertanian yang holistik yang mendorong dan meningkatkan kesehatan agro-ekosistem,

termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah, dengan menekankan

pada penggunaan input dari dalam dan menggunakan cara-cara mekanis, biologis dan

kultural. Dalam sistem pertanian organik masukan (input) dari luar (eksterna) akan

dikurangi dengan cara tidak menggunakan pupuk kimia buatan, pestisida, dan bahan-

bahan sintetis lainnya. Dalam sistem pertanian organik kekuatan hukum alam yang

harmonis dan lestari akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

hasil pertanian sekaligus meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama

dan penyakit (Sembiring dkk, 2005).

Pada dasarnya kesuburan tanah lokal merupakan kunci keberhasilan sistem

pertanian organik, baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi. Bila kesuburan tanah

telah baik, maka akan tercipta lingkungan pertanaman terutama untuk perakaran yang

diinginkan, ketersediaan hara hara makro dan mikro terpenuhi dan aktivitas

niroorganisme tanah untuk membantu kesuburan tanah juga terjaga.

Pemanfaatan mikroba tanah untuk meningkatkan dan mempertahankan

kesuburan tanah dalam sistem pertanian organik sangat penting. Peran mikroba

dalam tanah antara lain adalah daur ulang hara, penyimpanan sementara dan

pelepasan untuk dimanfaatkan tanaman dan lain-lain.

Keberhasilan memanfaatkan mikroba untuk tujuan meningkatkan kesuburan

tanah memerlukan pengertahuan dari berbagai disiplin ilmu secara terpadu. Pakar

mikrobiologi tanah mengawali dengan mempelajari dan mengidentifikasi ekologi

mikroorganisme yang akan digunakan sebagai biofertilizer (pupuk hayati).

Page 8: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

4

Selanjutnya mikroorganisme hasil isolasi dari tanah dikembangbiakkan pada kondisi

laboratorium menggunakan media buatan. Setelah mikroorganisme tersebut berhasil

dibiakkan, maka harus diperoleh galur yang dikehendaki, karena tidak semua spesies

dari suatu populasi bersifat efektif. Selanjutnya galur yang efektif diisolasi, dan

dilakukan pengujian di lapangan a[akah hasil inokulasi dapat meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman. Mikroorganisme yang diinokulasi harus sesuai

dengan kondisi lingkungan tertentu, harus mampu menyesuaikan dengan fluktuasi

kondisi lingkungan dan tidak kalah bersaing atau dimangsa mikroorganisme asli.

Apabila mikroorganisme yang diinokulasikan cukup efektif dalam

meningkatkan hasil tanaman, maka tugas selanjutnya mengembangkan metode untuk

memperbanyak dengan skala besar. Pada umumnya, mikroorganisme akan tumbuh

dan berkembang melalui proses fermentasi. Apabila populasi mikroorganisme

mencapai ukuran tertentu, kemudian tahap berikutnya adalah memanen dan

mengemas untuk tujuan komersial. Tugas selanjutnya adalah membuat formula cara

kerja inokulan, termasuk cara memanfaatkan inokulan di lapangan (disemprotkan ke

tanah atau dicampur dengan biji), termasuk memecahkan semua masalah yang

mungkin dihadapi dalam mempertahankan inokulan tetap efektif, terutama yang

berhubungan dengan pengiriman, kemasan, penyimpanan, dan pemanfaatan (Sutanto,

2002).

Page 9: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

5

III. BEBERAPA BIOFERTILIZER DAN MANFAATNYA

Dari segi fungsi metabolisme dan manfaat bagi manusia, terutama pada bidang

pertanian, mikroorganisme tanah dapat dikelompokkan menjadi mikroorganisme

yang merugikan (mencakup virus, jamur, bakteri dan nematoda pengganggu

tanaman yang bertindak sebagai hama atau penyebab penyakit) dan mikroorganisme

yang bermanfaat, yaitu sejumlah jamur dan bakteri yang kerena kemampuannya

melaksanakan fungsi metabolisme menguntungkan bagi pertumbudhan dan peroduksi

tanaman. Mikroorganisme tanah yang menguntungkan ini dapat dikategorikansebagai

biofertilizer (pupuk hayati). Secara garis besar fungsi menguntungkan tersebut dapat

dibagi menjadi sebagai berikut (Gunalan, 1996):

1. Penyedia hara

2. Peningkat ketersediaan hara

3. Pengontrol organisme pengganggu tanaman

4. Pengurai bahan organik dan pembentuk humus

5. Pemantap agregat tanah

6. Perombak persenyawaan agrokimia

3.1. Bakteri Rhizobium

Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang

berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan

tanaman legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk

bintil akar di dalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila

berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap

Page 10: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

6

pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan nitrogen

bagi tanaman inangnya.

Suatu pigmen merah yang disebut leghemeglobin dijumpai dalam bintil akar

antara bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin

di dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang

difiksasi (Rao, 1994).

Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu menfiksasi 100 –

300 kg N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman

berikutnya. Permasahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan Rhizobium

untuk jenis tanaman tertentu. Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen

tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10% - 25%. Tanggapan tanaman

sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan efektivitas populasi asli (Sutanto,

2002).

3.2. Azospirillum dan Azotobacter

Ada bebrapa jenis bakteri penambat nitrogen yang berasosiasi dengan

perakaran tanaman. Bakteri yang mempu meningkatkan hasil tanaman tertentu apabila

diinokulasikan pada tanah pertanian dapat dikelompokkan atas dua jenis yaitu

Azospirillum dan Azotobacter.

Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai

pupuk hayati. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis

rerumputan, termasuk beberapa jenis serealia, jagung, cantel, dan gandum. Sampai

saat ini ada tiga species yang telah ditemukan dan mempunyai kemampuan sama

dalam menambat nitrogen, yaitu Azospirillum brasilense, A. lipoferum, dan A.

amazonese. Azospirillum merupakan salah satu jenis mikroba di daerah perakaran.

Page 11: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

7

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini tidak menyebabkan perubahan morfologi

perakaran, meningkatkan jumlah akar rambut, menyebabkan percabangan akar lebih

berperan dalam penyerapan hara.

Keuntungan lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan

perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah meningkatkan

penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah. Dalam hal ini pemanfaatan bakteri ini

tidak berkelanjutaan, tetapi apabila Azospirillum yang berasosiasi dengan perakaran

tanaman mampu menambat nitrogen, maka keberadaan nitrogen di dalam tanah dapat

dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih panjang. Keadaan ini relatif lebih

menguntungkan karena dapat mengurangi pasokan pupuk nitrogen. Di samping itu,

Azospirillum meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen dan menurunkan

kehilangan akibatan pencucian, denitrifikasi atau bentuk kehilangan nitrogen lain.

Azotobacter spp. juga merupakan bakteri non-simbiosis yang hidup di daerah

perakaran. Dijumpai hampir pada semua jenis tanah, tetapi populasinya relatif rendah.

Selain kemampuannya dalam menambat nitrogen, bakteri ini juga menghasilkan

sejenis hormon yang kurang lebih sama dengan hormon pertumbudhan tanaman dan

menghambat pertumbuhan jenis jamur tertentu. Seperti halnya Azospirillum,

Azotobacter dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pasokan nitrogen

udara, pasokan pengatur tumbuh, mengurangi kompetisi dengan mikroba lain dalam

menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah lebih menguntungkan untuk

pertumbuhan tanaman.

Ada dua pengaruh positif Azotobacter terhadap pertumbuhan tanaman yaitu

mempengaruhi perkecambahan benih dan memperbaiki pertumbuhan dtanaman.

Peranan bakteri ini terhadap perkecambahan tidak banyak diminati, meskipun

Page 12: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

8

demikian cukup banyak penelitian yang mengarah pada peranan Azotobacter dalam

meningkatkan daya kecambah benih tanaman tertentu.

Kenaikan hasil tanaman setelah diinokulasi Azotobacter sudah banyak diteliti,

Di India inokulasi Azotobacter pada tanaman jagung, gandum, cantel, padi, bawang

putih, tomat, terong, dan kubis ternyata mampu meningkatkan hasil tanaman tersebut.

Apabila Azotobacter dan Azospirillum diinokulasikan secara bersama-sama,

maka Azospirillum lebih efektif dalam meningkatkan hasil tanaman. Azospirillum

menyebabkan kenaikan cukup besar pada tanaman jagung, gandum dan cantel

(Sutanto, 2002)..

3.3. Mikroba Pelarut Fosfat

Kebanyakan tanah di wilayah topika yang beraksi asam ditandai kahat fosfat.

Sebagian besar bentuk fosfat tersemat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi

tanaman. Pada kebanyakan tanah tropika diperkirakan hanya 25% fosfat yang

diberikan dalam bentuk superfosfat yang diserap tanaman dan sebagian besar atau

75% diikat tanah dan tidak dapat diserap oleh tanaman (Sutanto,2002).

Bebarapa mikroba tanah mempunyai kemampuan melarutkan fosfat yang tidak

larut dalam air dan manjadikannya tersedia bagi akar tanaman. Mikroba ini merubah

bentuk P di alam untuk mencegah terjadinya proses fiksasi P. Dalam proses pelarutan

P oleh mikroba berhubungan dengan diproduksinya asam yang sangat erat

berhubungan dengan proses metabolisme (Prihatini, dkk, 1996).

Ada beberapa jenis fungi dan bakteri seperti Bacullus polymyxa, Pseudomonas

striata, Aspergillus awamori, dan Penicillium digitatum yang diidentifikasikan

mampu melarutkan bentuk P tak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.

Jumlah bakteri pelarut P dalam tanah sekitar 104 – 106 tiap gram tanah.

Page 13: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

9

Pemanfaatan bakteri pelarut fosfat di Indonesia masih terbatas pada skala

penelitian, belum dimanfaatkan dan dimasyarakatkan secara luas kepada petani.

Cukup banyak kendala yang dihadapi dalam pengembangan jenis pupuk hayati ini.

Mengingat potensinya dalam menanggulangi kendala pemupukan fosfat, terutama

pada tanah-tanah bereaksi asam seperti kebanyakan tanah yang terdapat di daerah

tropis, maka peranannya perlu diperhitungkan.

3.4. Mikoriza

Asosiasi simbiotik antara jamur dan sistem perakaran tanaman tinggi

diistilahkan dengan mikoriza. Dalam fenomena ini jamur menginfeksi dan

mebngkoloni akar tanpa menimbulkan nekrosis sebagimana biasa terjadi pada infeksi

jamur patogen, dan mendapat pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman (Rao, 1994).

Istilah mikoriza yang berarti jamur akar pertama kali diperkenalkan oleh Frank

pada tahun 1855. Dalam deskripsinya kemudian Frank membagi mikoriza

berdasarkan tempat jamur berkembang dalam akar menjadi dua golongan (Schneck,

1982) :

1. Ektomikoriza, jamur yang berkembang di permukaan luar akar dan diantara

sel-sel korteks akar.

2. Endomikoriza, jamur yang berkembang di dalam akar di antara dan di dalam

sel-sel korteks akar.

3.4.1. Ektomikoriza

Ektomikoriza biasanya berasosiasi dengan tanaman jenis pohon seperti pinus,

oak, eukaliptus, dan lain-lain. Di dalam hutan di wilayah sub tropis banyak kita

Page 14: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

10

jumpai jamur sebagai tempat hidup ektomikoriza. Asosasi ektomikoriza juga terjadi

dengan fungi.

Infeksi ektomikoriza diawali dengan dijumpai adanya pertumbuhan spora di

perakaran tanaman. Setelah spora tumbuh, dengan cepat fungi tumbuh menutupi

perakaran kecil dalam bentuk hifa yang menghambat pertumbuhan akar rambut.

Ektomikoriza relatif sukar diidentifikasi dan dibiakkan di laboratorium. Sampai saat

ini sedikit diketahui sebarannya, kelimpahan dan bagaimana populasi berkembang

selama perubahan musim. Beberapa species mempunyai inang yang cukuip banyak,

yang lain hanya menginfeksi beberapa jenis tanaman saja. Seringkali jenis tanaman

pada umur tertentu terinfeksi bermacam-macam mikoriza, dan dalam beberapa kasus

beberapa jenis fungi menginfeksi tanaman yang sama bahkan pada akar yang sama.

Inokulasi tanaman dengan ektomikoriza akan memberikan keuntungan,

bahkan di beberapa tempat tanaman akan tumbuh baik apabila terinfeksi mikoriza.

Inokulasi akan mendorong pertumbuhan tanaman apabila infeksi secara alami terjadi

pada kerapatan rendah, atau galur asli kurang efisien dibanding galur yang

diinokulasikan. Beberapa jenis mikoriza banyak memberikan keuntungan pada

pertumbuhan tanama (Sutanto, 2002).

3.4.2. Endomikoriza dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

Pada saat ini endomikoriza dibedakan menjadi empat tipe yaitu :

1. Phycomycetous atau yang lebih kenal sebagai Mikoriza Vesikular Arbuskular

(MVA).

2. Orchidaceous

3. Ericoid

4. Arbutoid.

Page 15: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

11

Diantara tipe-tipe itu, Phycomycetous memiliki daerah sebaran yang sangat

luas sedangkan tipe yang lain ditemukan pada jenis tumbuhan tertentu saja (Trappe

and Schneck, 1982).

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) merupakan jenis fungi yang hidup

berkoloni pada beberapa jenis tanaman pertanian, termasuk tanaman hortikultura dan

kehutunan. Beberapa jenis yang dapat diidentifikasi termasuk ke dalam genus

Glomus, Gigaspora, Acaulospora, Sclerocytis. MVA hidup bersimbiosis dengan

tanaman inang dan tidak dapat ditumbuhkan pada media buatan di laboratorium.

MVA membantu pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki ketersediaan hara fosfor

dan melindungi perakaran dari serangan patogen.

Perbanyakan dapat dilakukan di pot dengan menggunakan tanaman inang

yang sesuai. Pada saat ini mikoriza banyak digunakan untuk membantu pertumbuhan

benih tanaman seperti tembakau, tanaman hortikultura (tomat, jeruk, nabgga), dan

tanaman kehutanan. Peluang masih terbuka untuk mempelajari dan mengembangkan

mikoriza pada skala yang lebih besar.

3.5. Mikoriza Perombak Selulosa

Bahan organik merupakan penyangga biologi yang mempunyai fungsi dalam

memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga tanah bapat

menyediakan hara dalam jumlah berimbang. Terdapat korelasi positif antara kadar

bahan organik dengan produktivitas tanah. Kandungan bahan organik pada tanah-

tanah mineral di Indonesia umumnya rendah. Kandungan karbon organik pada tanah

lapisan atas berkisar antara 0,9 – 2,0% (Pihatini, dkk, 1996).

Pada saat ini jerami masih merupakan bahan yang umum digunakan sebagai

sumber bahan organik pada tanah sawah. Jerami mengandung selulosa yang sangat

tinggi sehingga memerlukan proses dekomposisi yang relatif lama. Beberapa mikroba

Page 16: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

12

seperti Trichoderma, Aspergillus, dan Penecillium mampu merombak selulosa

menjadi bahan senyawa-senyawa monosakarida, alkohol, CO2 dan asam-asam

organik laiinya dengan dikeluarkannya enzim selulase (Rao, 1994).

Penelitian di laboratorium Puslittanak menunjukkan bahwa inokulasi

Trixhoderma pada jerani yang dibenamkan ke dalam tanah akan mempercepat proses

dekomposisi gambut.

3.6. Mikroorganisme Efektif (EM)

Mikroorgnisme Efektif (EM) merupakan kultur campuran berbagai jenis

mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi,

actinomycetes, dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk

meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM dapat memperbaiki

kualitas tanah dan selanjutnya memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman.

EM merupakan kultur campuran berbagai jenis mikrobia yang berasal dari

lingkugnan alami. Kultur EM mengandung mikroorganisme yang secara genetika

bersifat asli tidak dimodifikasi.

Pengaruh Mikroorganisme Efektif yang menguntungkan adalah sebagai

berikut (Sutanto, 2002) :

1. Memperbaiki kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah , serta

menekan pertumbuhan hama dan penyakit.

2. Memperbaiki perkecambahan, pembungaan, pembentukan buah dan

pematangan hasil.

3. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman.

4. Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai sumber pupuk.

Page 17: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

13

Page 18: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

14

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai

pemanfaatan biofertiziler pada pertanian organik, yaitu;

1. Dalam sistem pertanian organik pemanfaatan biofertilizer (pupuk hayati)

untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman sangat penting. Pemanfaatan

beberapa jenis mikroba tanah dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman

seperti hara nitrogen dan fosfat, selain itu ada mikroba tanah yang berperan

dalam mempercepat dekomposisi bahan organik.

2. Yang termasuk biofertizer yang dapat membantu ketersediaan hara nitrogen

bagi tanaman antara lain Rhizobium, Azospirillum, dan Azotobacter.

3. Yang termasuk biofertizer yang dapat membantu pneyediaan hara fosfat bagi

tanaman antara lain bakteri pelarut fosfat, ektomikoriza dan mikoriza vesikular

arbuskular (MVA).

4. Yang termasuk biofertizer yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan

organik antara lain bakteri perombak selulosa dan Efektif Mikroorganisme

(EM).

4.2. Saran

Dalam sistem pertanaian organik yang sebagian besar memanfaatkan bahan

organik dengan volume yang cukup banyak sebagai sumber hara bagi tanaman,

penggunaan biofertizer dapat merupakan upaya efisensi penggunaan bahan organik

tersebut. Selain dapat memperkecil volume bahan organik yang dibutuhkan dalam

sistem pertanian organik juga dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik

Page 19: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

15

sehingga unsur hara yang terkandung di dalamnya dapat segera dimanfaatkan

tanaman.

Page 20: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

16

DAFTAR PUSTAKA

Gunalan. 1996. Penggunaan Mikroba Bermanfaat pada Bioteknologi Tanah Berwawasan Lingkungan. Majalah Sriwijaya Vol. 32. No. 2. Universitas Sriwijaya.

Hanum, H. 1997. Peningkatan Ketersediaan Hara N dan P pada Tanah Ultisols

Melalui Inokulasi Rhizobia dan Mikoriza Vasikular Arbuskular serta Pemupukan Batuan Fosfat pada Tanaman Kedelai. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar. Go Ban Hong,

N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Prihatini, T., A. Kentjanasari, dan Subowo. 1996. Pemanfaatan Biofertilizer untuk

Peningkatan Produktivitas Lahan Pertanian.Jurnal Litbang Pertanian XV (1). Rahmawati,N. 1999. Pemanfaatan Limbah Pabrik Gas Asetilen dan Mikoriza

Vesikular Arbuskular untuk Memperbaiki Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Kedelai pada Berbagai Kondisi Kelembaban Tanah Ultisol. Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rao, N.S.S. 1994. Soil Microorganisms and Plant Growth. Oxford and IBM

Publishing Co. (TerjemahanH. Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press).

Sembiring, H., E. Sembiring dan D.R. Siagian. 2005. Pola Kerjasama Pengembangan

Komoditi Pertanian Organik Dataran Tinggi Tujuan Ekspor di Kabupaten Tanah Karo. Seminar Sehari Peranan Pupuk Organik dan Pupuk Hayati untuk Peningkatan Efisiensi Pemupukan pada Tanaman Pertanian dan Perkebunan. Fakultas Pertanian UISU. Medan.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organi. Kanisius. Yoogyakarta. Trappe, J.M. and N.C. Schenck. 1982. Taxonomyof The Fungi Forming

Endomycorrhizal dalam N.C. Schecnk (ed.). Methods and Principles of Mycorrhizal Research. APS. St. Paul MN.

Page 21: PEMANFAATAN RHIZOBIUM PADA PERTANIAN ORGANIK

Nini Rahmawati: Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik, 2005

USU Repository©2006

17