paper sistem pertanian organik

18
1 MAKALAH SISTEM PERTANIAN ORGANIK Diajkukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliyah Bahasa Indonesia pada Semester Gasal Tahun Akademik 2013/2014 Dosen Pembimbing : Furoidatul Husniah., S. S., M. Pd. NIP.197902072008122002 Disusun Oleh : Muhammad Malik Muqtadir NIM.131510601172 P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

Upload: malik-muqtadir

Post on 20-Oct-2015

839 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Sistem Pertanian Organik

1

MAKALAH SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Diajkukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas

Mata Kuliyah Bahasa Indonesia pada Semester Gasal

Tahun Akademik 2013/2014

Dosen Pembimbing :

Furoidatul Husniah., S. S., M. Pd.

NIP.197902072008122002

Disusun Oleh :

Muhammad Malik Muqtadir

NIM.131510601172

P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Paper Sistem Pertanian Organik

I

MAKALAH SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Diajkukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas

Mata Kuliyah Bahasa Indonesia pada Semester Gasal

Tahun Akademik 2013/2014

Dosen Pembimbing :

Furoidatul Husniah., S. S., M. Pd.

NIP.197902072008122002

Disusun Oleh :

Muhammad Malik Muqtadir

NIM.131510601172

P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 3: Paper Sistem Pertanian Organik

II

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah subahanallah SWT atas segala

rahmat dan ridhonya sehingga penyusun “Makalah Bahasa Indonesia” Tahun

ajaran 2013/2014 dengan judul ” Sistem Pertanian Organik” sebagai Tugas

akhir Mata Kuliyah Bahasa Indonesia dapat di selesaikan. Adapun tujuan dari

penyusunan Makalah ini adalah guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

mata kuliyah bahasa indonesia pada mata kuliyah umum. Penyusunan makalah ini

tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, Oleh karena itu kami mengucapkan

terima kasih kasih sebesar besarnya kepada :

1. Dr.Ir.Jani Januar,MT., selaku dekan fakultas pertanian universitas jember.

2. Aryo Fadjar, SP,M.Si selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Jember

3. Dosen pengajar mata kuliyah bahasa indoesia yang telah memberikan

bimbingan mulai awal hingga akhir.

4. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat dari awal

hingga terselesaikannya laporan akhir praktikum ini.

Kami menyadari menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna.

Penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. oleh karena itu saran dan

kritik yang sifatnya membangun selalu kami harapkan demi penyempurnaan dan

kebaikan.

Jember, Januari 2014

Penyusun

Page 4: Paper Sistem Pertanian Organik

III

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ I

KATA PENGANTAR ...................................................................................... II

DAFTAR ISI ..................................................................................................... III

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

1.3 Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 1

1.3.1 Tujuan ................................................................................................ 1

1.3.2 Manfaat ............................................................................................... 2

BAB 2. TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pertanian Organik ........................................................................... 3

2.2 Standart Umum Pertanian Organik .............................................................. 3

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Standar Sistem Pertanian Oraganik .............................................................. 6

3.2 Masalah dan Tantangan Pertanian Organik ................................................. 9

3.3 Strategi Pengembangan Sistem Pertanian Organik ...................................... 10

BAB 4. Penutup

4.1 Simpulan ...................................................................................................... 12

4.2 Saran ............................................................................................................ 12

Page 5: Paper Sistem Pertanian Organik

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Pertanian organik semakin mendapat perhatian dari sebagian masyarakat

baik di negara maju maupun negara berkembang, khususnya bagi mereka yang

sangat memperhatikan kualitas kesehatan, baik kesehatan manusia maupun

lingkungan. Produk pertanian organik diyakini dapat menjamin kesehatan

manusia dan lingkungan karena dihasilkan melalui proses produksi yang

berwawasan lingkungan.

Di beberapa negara maju, pertanian organik telah menunjukkan porsi yang

cukup signifikan dalam sistem produksi pangan. Misalnya di Austria, 10% dari

pangan berasal dari pertanian organik, di Swiss pangan organik mencapai

7,8%,dan di beberapa negara lainnya seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang

dan Singapura. Kemajuan dalam pertanian organik mencapai lebih dari 20%

setiap tahunnya (FAO, 1999).

Di Indonesia, sampai saat ini belum ada catatan yang jelas tentang

produksi pertanian organik. Namun beberapa tanaman hortikultura seperti sayuran

sudah mulai diproduksi dan dipasarkan di dalam negeri, meskipun masih dalam

jumlah yang sangat terbatas, dengan lokasi pengembangan terbatas. Oleh karena

itu, kesiapan teknologi untuk mendukung produksi pertanian organik perlu dikaji.

Tulisan ini dimaksudkan untuk menunjukkan sejauh mana kesiapan teknologi

budidaya pertanian organik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana standart umum pertanian organik ?

2. Apa saja masalah dan tantangan dalam pertanian organik ?

3. Bagai mana strategi dalam mengatasi masalah dan tantangan dalam

pertanian organik ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

a. Memberikan wawasan tentang pertanian organik

b. Menjelaskan konsep dari pertanian organik

Page 6: Paper Sistem Pertanian Organik

2

1.3.2 Manfaat

a. Makalah ini dapat di jadikan sumber pengetahuan bagi mahasiswa

b. Makalah ini juga dapat di jadikan refrensi penulisan karya ilmiyah

yang lainnya

Page 7: Paper Sistem Pertanian Organik

3

BAB 2. TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan

bahan kimia (non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik (Pracaya, 2002).

Secara sederhana, pertanian organik didefinisikan sebagai sistem pertanian yang

mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur

ulangan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah

yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik (IASA

dalam Dimyati,2002).

Sedangkan pengertian pertanian organik menurut FAO (1999) adalah

suatu sistem managemen yang holistik yang mempromosikan dan meningkatkan

pendekatan sistem pertanian berwawasan kesehatan lingkungan, termasuk

biodiversitas, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah.

Dalam pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm

dalam managemen dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai.

Pertanian organik didasarkan pada prinsip prinsip sebagai berikut (IFOAM,

2005): Prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Pertanian organik

harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja meniru dan

berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,

tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan

terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Pertanian organik

harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat,

menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Keadilan

memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan

mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.

2.2 Standart Umum Pertanian Organik

Pertanian organik (Organic Farming) adalah suatu sistem pertanian yang

mendorong tanaman dan tanah tetap sehat melalui cara pengelolahan tanah dan

Page 8: Paper Sistem Pertanian Organik

4

tanaman yang disyaratkan dengan pemanfaatan bahan-bahan organik atau alamiah

sebagai input, dan menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestisida kecuali

untuk bahan-bahan uang diperkenankan (IASA 1990).

Produk organik adalah produk (hasil tanaman/ternak yang diproduksi

melalui praktek-praktek yang secara ekologi, sosial ekonomi berkelanjutan, dan

mutunya baik (nilai gizi dan keamanan terhadap racun terjamin). Oleh karena itu

pertanian organik tidak berarti hanya meninggalkan praktek pemberian bahan non

organik, tetapi juga harus memperhatikan cara-cara budidaya lain, misalnya

pengendalian erosi, penyianganm pemupukan, pengendalian hama dengan bahan-

bahan organik atau non organik yang diizinkan. Dari segi sosial ekonomi,

keuntungan yang diperoleh dan produksi pertanian organik hendaknya dirasakan

secara adil oleh produsen, pedagang dan konsumen (Pierrot 1991). Budidaya

organik juga bertujuan untuk meningkatkan siklus biologi dengan melibatkan

mikro organisme, flora, fauna, tanah, mempertahankan dan meningkatkan

kesuburan tanah, menghindari segala bentuk polusi dan mempertimbangkan

dampak sosial ekologi yang lebih luas.

Standar umum pertanian organik yang dirumuskan oleh IFOAM, International

Federation of Organic Agriculture Movements, (IFOAM 1992) tentang

budidaya tanaman organik harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

berikut :

1. Lingkungan Lokasi kebun harus bebas dari kontaminasi bahan-bahan kimia

sintetik. Karena itu pertanaman organik tidak boleh berdekatan dengan

pertanaman yang memakai pupuk buatan, pestisida kimia, dan lain-lain yang

tidak dizinkan.

2. Bahan Tanaman Varietas yang ditanam sebaiknya yang telah beradaptasi

baik di daerah yang bersangkutan, dan tidak berdampak negatif terhadap

lingkungan.

3. Pola Tanam Pola tanam hendaknya berpijak pada prinsip-prinsip konservasi

tanah dan air, berwawasan lingkungan menuju pertanian berkelanjutan.

4. Pemupukan dan Zat Pengatur Tumbuh Bahan organik sebagai pupuk adalah

sebagai berikut :

Page 9: Paper Sistem Pertanian Organik

5

a. Berasal dari kebun atau luar kebun yang diusahakan secara organik.

b. Kotoran ternak, kompos sisa tanaman, pupuk hijau, jerami, mulsa lain,

urin ternak, sampah kota (kompos) dan lain-lain bahan organik asalkan tidak

tercemar bahan kimia sintetik atau zat-zat beracun.

Pupuk buatan (mineral).

c. Urea, ZA, SP36/TSP dan KCl, tidak boleh digunakan .

d. K2SO4 (Kalium Sulfat) boleh digunakan maksimal 40 kg/ha; Kapur,

kieserit, dolomit, fosfat batuan boleh digunakan.

e. Semua zat pengatur tumbuh tidak boleh digunakan.

5. Pengelolaan Organisme Pengganggu ‐ Semua pestisida buatan (kimia) tidak

boleh digunakan, kecuali yang diizinkan dan terdaftar pada IFOAM ‐

Pestisida hayati diperbolehkan.

Page 10: Paper Sistem Pertanian Organik

6

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Standar Sistem Pertanian Organik

Departemen Pertanian telah menyusun standar pertanian organik di

Indonesia yang tertuang dalam SNI 01-6729-2002 (BSN, 2002). SNI sistem

pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya juga

harus diakreditasi oleh Deptan melalui PSA (Pusat Standarisasi dan Akreditasi).

SNI sistem pangan organik disusun dengan mengadopsi seluruh materi dalam

dokumen standar CAC/GL 32–1999, Guidelines for the production, processing,

labeling and marketing of organikally produced foods dan dimodifikasi sesuai

dengan kondisi Indonesia.

Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka

mendapatkan label sertifikasi dari suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam

negeri. Luasan lahan yang dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidak terjangkau,

menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan

adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam suatu kawasan yang luas

yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka dapat membiayai

sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong.

Namun ini pun masih sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka

(Husnain et al., 2005). Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam

pertanian organik, yaitu (a)sumber daya lahan, (b) benih, (c) pemupukan,

(d)pengendalian OPT secara terpadu, (e) zona penyangga, (f) pola tanam.

1. Sumber Daya Lahan

Untuk pertanian organik, lahan yang digunakan harus bebas dari bahan

kimia sintetis (pupuk dan pestisida). Bila lahan tersebut pernah digunakan untuk

pertanian non organik/(konvensional), harus dikonversi ke lahan organik secara

bertahap selama 1-2 tahun untuk tanaman musiman, dan 3 tahun untuk tanaman

keras. Lokasi untuk pertanian organik harus dipilih yang strategis, yaitu mudah

dijangkau, keamanan terjamin, tersedia sumber air. Menurut Abdurahman et al.

(2002), lahan yang dapat langsung digunakan untuk pertanian organik adalah

Page 11: Paper Sistem Pertanian Organik

7

lahan-lahan yang tidak tercemar oleh bahan-bahan agrokimia sampai melewati

ambang batas, yaitu:

a) Lahan usahatani tanaman tahunan (tanaman industri dan buah-

buahan), skala kecil yang dikelola oleh petani dengan tidak atau

sedikit menggunakan pupuk dan pestisida;

b) Lahan usahatani tanaman semusim atau tanaman pangan yang

dikelola secara tidak intensif, dan;

c) Lahan yang pada saat ini bera atau belum diusahakan secara intensif

dan mempunyai potensi untuk pengembangan pertanian organik

(lahan alang-alang, tegalan, pekarangan)

2. Benih

Benih untuk budidaya organik adalah benih terpilih hasil dari produk

pertanian organik, dan tidak boleh berasal dari produk rekayasa genetik

(Genetically Modified Organism/GMO). Apabila tidak tersedia benih dari

pertanaman organik, benih konvensional dapat digunakan dengan batasan tertentu,

misalnya, sebelum ditanam benih tidak diperlakukan dengan senyawa kimia.

Tersedianya varietas unggul tahan OPT tertentu, yang dihasilkan melalui

pemuliaan konvensional akan mendukung pertanian organik secara signifikan.

Artinya, dengan menggunakan varietas tahan, akan mengurangi risiko serangan

OPT sehingga, penggunaan pestisida kimia dapat dihindari.

Page 12: Paper Sistem Pertanian Organik

8

3. Pemupukan

Salah satu aplikasi dari prinsip pertanian berwawasan lingkungan adalah

mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan, termasuk biodiversitas, siklus

biologi, dan aktivitas biologi tanah, melalui penggunaan pupuk alami hasil

dekomposisi mikroba. Sumber- sumber bahan organik yang tersedia di lokasi

perlu dioptimalkan penggunaannya. Beberapa jenis sumber bahan organik

dimaksud disajikan pada Tabel 1, sedangkan kadar hara dari bahan organik

disajikan pada Tabel 2.

4. Pengendalian OPT secara terpadu

Page 13: Paper Sistem Pertanian Organik

9

Dampak negatif penggunaan pestisida di dalam sistem pertanian

konvensional, terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Oleh karena itu, dalam

konsep pertanian organik, pengendalian OPT dilakukan secara terpadu di

antaranya dengan penanaman varietas tahan, pemanfaatan musuh alami, dan agens

hayati, serta perbaikan polatanam.

5. Zona Penyangga

Untuk memisahkan antara pertanian organik dengan yang bukan organik,

perlu dibuat suatu zona penyangga atau pembatas disekeliling pertanaman. Lebar

zona pembatas sekitar 25-50 kaki setara dengan 7,62–15,24 m (Anonim, 2007b),

tergantung dari kondisi lahan setempat. Zona penyangga tetap dapat ditanami

baik dengan tanaman pokok maupun tanaman lainnya. Bila ditanami dengan

tanaman pokok/utama, maka panen yang dihasilkan tidak dimasukkan sebagai

produk organik. Demikian pula hasil panen dari tanaman lainnya pada zona

penyangga juga harus dikategorikan sebagai produk non organik. Idealnya,

tanaman yang ditanam pada zona pembatas memiliki karakter tinggi tanaman 2

kali lipat dari tinggi tanaman pokok.

6. Pola Tanam

Setiap sistem pertanaman mempunyai kelebihan tersendiri, namun apapun

sistem tanaman yang akan diadopsi, harus bersifat sinergis baik terhadap tanaman

utama maupun tanaman lainnya. Secara umum penerapan pola tanam diharapkan

akan meningkatkan produksi tanaman utama, menambah kesuburan tanah,

mengurangi risiko kegagalan akibat OPT, dan meningkatkan hasil usahatani

(Anonim., 2007a).

3.2 Masalah dan Tantangan Pertanian Organik

Dalam pelaksanaan dan pengembangan sistim pertanian organik, beberapa

masalah dan tantangan yang dihadapi adalah sebagai berikut :

1. Pertanian organik menekankan pemberian bahan organik (pupuk organik)

Kadar hara bahan organik sangat rendah sehingga diperlukan dalam

jumlah banyak untuk dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Karena

itu butuh tempat penyimpanan, pengolahan dan ruang yang cukup.

Page 14: Paper Sistem Pertanian Organik

10

Disamping itu membutuhkan biaya angkutan yang besar terutama jika

jarak kebun dan rumah sangat jauh. Dengan demikian diperlukan tenaga,

waktu dan biaya yang cukup dalam pengelolaan pertanian organik (Syers

dan Craswell 1995; Tandisau dan Sariubang 1995).

2. Pengakuan sebagai pelaku pertanian organik harus melalui proses

akreditasi dan sertifikasi. Pembentukan lembaga akreditasi untuk produk

tiap sub sektor di Indonesia mungkin belum terpenuhi. Karena itu masih

memerlukan waktu yang cukup untuk bisa mengembangkan pertanian

organik tiap komoditas.

3. Lembaga pendukung kelompok tani, penyuluh, lembaga pemasaran, serta

pendukung lainnya harus dipersiapkan.

4. Sikap petani selama ini dininabobokan oleh cara pertanian yang relatif

serba cepat, mudah, kebutuhan relatif lebih sedikit sehingga menjadi

tantangan untuk dapat merobah kembali menjadi petani yang tekun, sabar

dan mau bekerja keras.

5. Diperlukan inovasi teknologi pemanfaatan bahan organik yang sederhana,

cepat, mudah diaplikasikan, tidak membutuhkan waktu dan tenaga yang

banyak dalam proses pembuatan dan penanganan sampai pada aplikasinya.

Ini merupakan tantangan bagi peneliti.

3.3 Strategi Pengembangan Sistem Pertanian Organik

Pengembangan sistem pertanian organik ke depan dalam jangka pendek di

Sulawesi Selatan lebih baik dan kemungkinan di arahkan ke daerah-daerah yang

masih mempertahankan sistem pertanian lokal-tradisional (daerah pegunungan,

pedalaman). Komoditas-komoditas yang dimungkinkan antara lain kopi arabika,

padi-padi lokal bermutu baik, tanaman rempah dan obat serta sayuran dan buah-

buahan. Kakao, merica, jambu mete (tanaman ekspor) juga potensial untuk

diusahakan dalam pertanian organik. Sistem integrasi tanaman-ternak juga

merupakan pilihan untuk dikembangkan kedepan.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pemerintah perlu mendorong

terbentuknya lembaga sertifikasi produk pertanian organik yang dibutuhkan (yang

belum ada). Disamping itu pembentukan, pengembangan, dan penguatan

Page 15: Paper Sistem Pertanian Organik

11

lembaga-lembaga pendukung seperti kelompok tani, penyuluh, lembaga pemasran

perlu persiapan dan pembenahan. Berkaitan dengan itu diperlukan kegiatan

sosialisasi untuk memberi pemahaman dan bekal tentang makna dan manfaat

pertanian organik kepada masyarakat produsen (petani), konsumen (pengguna),

pedagang, pemerintah daerah, penyuluh serta pelaku pertanian dan institusi terkait

lainnya.

Page 16: Paper Sistem Pertanian Organik

12

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pertanian modern (revolusi hijau) memberi andil yang besar dalam

kemajuan pembangunan pertanian, produksi meningkat, pendapatan dan

kesejateraan petani meningkat. Namun dampak negatif yang ditimbulkan

dirasakan mengganggu kelanjutan kehidupan.

Pertanian organik merupakan cara yang tepat dalam rangka mengatasi

dampak negatif teknologi modern sehingga pembangunan pertanian dapat terus

berjalan secara berkelanjutan, masyarakat aman, damai dan sejahtera.

Cara pertanian organik prospektif dikembangkan di Sulawesi Selatan,

walaupun akan menghadapi beberapa masalah dan tantangan dari aspek teknis

ekonomis, sosial dan kebijakan.

Pertanian organik memerlukan persyaratan-persyaratan khusus yang

ditetapkan oleh badan yang telah ditunjuk (terakreditasi). Karena itu

implementasi pertanian organik ke depan masih membutuhkan waktu dan

pembahasan.

Manfaat dan makna pertanian organik perlu disosialisasikan ke

masyarakat, petani, pengguna, pedagang, pemerintah, penyuluh dan lain-lain.

4.2 Saran

Untuk menciptakan lingkungan yang sehat melalui pertanian organik, hal

yang terpenting yang perlu diperhatikan adalah (a) bagaimana menekan

kehilangan hara dari jangkauan akar seminimal mungkin baik yang hanyut

melalui pencucian, aliran permukaan dan erosi, (b) bagaimana meningkatkan

tingkat daur ulang atau return flow dari sampah domestik (sampah kota) ke dalam

sistem pertanian pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan.

Upaya pemerintah yang mungkin dapat dilaksanakan untuk tetap

merangsang petani menjalankan sistem pertanian organik yang lebih ramah

lingkungan, antara adalah (a) memasyarakatkan usaha pemisahan sampah kota

antara sampah organik dan anorganik; mengisolir sampah yang mengandung

Page 17: Paper Sistem Pertanian Organik

13

logam berat yang membahayakan kesehatan , (b) mengadakan pasar untuk produk

ecofarming dengan standar dan prosedur yang jelas. Saat ini dukungan

pemerintah sangat diperlukan, penundaan berarti semakin hancurnya lingkungan.

Page 18: Paper Sistem Pertanian Organik

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, A., N. Suharta, D. Santoso, dan A.B. Siswanto. 2002. Potensi Lahan

untuk Pertanian Organik Berdasarkan Peta Pewilayahan Komoditas di

Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik, Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Hlm 91-98.

Anonim. 2007a. Buku Pedoman Penerapan Usahatani Non Kimia Sintetik Pada

Tanaman Hortikultura. Direktorat Jenderal Hortikultura.

hhtp://www.deptan. go.id/ditlinhorti/buku/pedoman.non.kimia.htm. 26

Desember 2013.

Bawolye, J. dan M. Syam. 2006. Bahan Organik dan Pupuk Kandang. Informasi

Ringkas Teknologi Padi. IRRI Rice Knowledge Bank

Htpp://www.puslittan.bogor.net;www.litbang.deptan.go.id;www.nowledge

bank.irri.org 26 Desember 2013.

BSN. 2002. Sistem Pangan Organik. SNI 01-6729-2002. Badan Standarisasi

Nasional

Dimyati, A. 2002. Dukungan Penelitian dalam Pengembangan Hortikultura

Organik. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik,

Jakarta. Hlm 109 – 128. FAO. 1999. Organik agriculture. Committee on

Agriculture. http://www.fao. org/unfao/bodies/coag/coag15/x0075e.htm.

25 Desmber 2013.

FAO. 1999. Organik agriculture. Committee on Agriculture. http://www.fao.

org/unfao/bodies/coag/coag15/x0075e.htm. Diakses pada 26 Desember

2013.

Husnain, H. Syahbudin, dan D. Setyorini, 2005. Mungkinkah Pertanian Organik

di Indonesia? Peluang dan Tantangan. Inovasi 4 (17): 8 – 13.

IFOAM. 2005. Principles of Organic Agriculture. IFOAM General Assembly.

Adelaide. Biocert.or.id/infoguide-info.php?id=76-23k. 25 Desember 2013.

Pracaya 2002. Bertanam Sayuran Organik diKebun, Pot dan Polybag. Jakarta: PT.

Penebar Swadaya .