persepsi petani terhadap sistem pertanian organik …digilib.unila.ac.id/55615/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM PERTANIAN ORGANIK DANANORGANIK DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH
(Kasus Petani Padi Di Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan PardasukaKabupaten Pringsewu)
(Skripsi)
Oleh
JULIANTIKA
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM PERTANIAN ORGANIKDAN ANORGANIK DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH
DI KECAMATAN PRINGSEWU DAN KECAMATAN PARDASUKAKABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
JULIANTIKA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan sistem pertanian organik dananorganik dalam budidaya padi sawah, persepsi petani padi sawah, faktor-faktoryang berhubungan dengan persepsi petani, perbedaan persepsi petani, dankendala-kendala yang dihadapi dalam penerapannya di Desa Pajaresuk dan DesaPujodadi. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November - Desember2017. Metode penelitian yang digunakan adalah sensus. Jumlah sampel petanipadi organik dan anorganik adalah 35 petani. Analisis data yang digunakan adalahanalisis deskriptif, metode korelasi rank spearman dan uji Mann-Whitney. Hasildari penelitian ini adalah keragaan sistem pertanian organik dan anorganik di DesaPajaresuk dan Desa Pujodadi cukup baik, persepsi petani padi terhadap usahatanipadi organik dan anorganik cukup baik, faktor-faktor yang berhubungan denganpersepsi petani adalah interaksi sosial, dukungan masyarakat, dan minat petani,tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara persepsi petani organik denganpersepsi petani padi anorganik, kendala yang dihadapi dalam penerapan sistempertanian organik adalah kesulitan dalam penerapan budidaya, sedangkan dalampenerapan sistem pertanian anorganik adalah petani membutuhkan biaya yangcukup besar, namun harga jual relatif rendah.
Kata kunci: padi organik, padi anoganik, persepsi
ABSTRACT
FARMERS' PERCEPTION OF ORGANIC AND ANORGANIC FARMINGSYSTEMS IN WETLAND RICE CULTIVATION IN PRINGSEWU AND
PARDASUKA SUB DISTRICT PRINGSEWU DISTRICT
Oleh
JULIANTIKA
The purposes of this research were to determine the performance of organic andanorganic farming systems in wetland rice cultivation, rice farmers’ perception,the related factors to farmers' perception, the differences in rice farmers’perceptions, and the constraints faced in the applications in Pajaresuk andPujodadi Village. The data collection was conducted in November - December2017. The research method used was census. The number of organic andanorganic rice farmers sampled were 35 farmers. The data analyzes used weredescriptive analysis, Spearman rank correlation method and the Mann-Whitneytest. The results of this research were : the performance of organic and anorganicrice farming were land processing, seeding, planting, pest and disease controlling,fertilizating, irrigating, and harvesting. the differences from the performance oforganic and anorganic rice farming were in seeding, pests and diseasescontrolling, and fertilizing, the rice farmers' perception to organic farming systemswas quite good, the related factors to farmers' perception were social interaction,community support, and farmers' interests, there were no significant differencesbetween the organic farmers’ perceptions with the anorganic farmers’ perceptions,the constraint faced in the application of organic farming systems was thedifficulty of maintenance in cultivation, while in the application of anorganicfarming systems is farmers needed substantial costs, but the selling price wasrelatively low.
Key words : anorganic rice, organic rice, perception
PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM PERTANIAN ORGANIK DAN
ANORGANIK DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH
(Kasus Petani Padi Di Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan Pardasuka
Kabupaten Pringsewu)
Oleh
JULIANTIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 10
Juli 1991, dari pasangan Bapak Drs. Bastoni dan Ibu Ana
Sopia, yang merupakan anak ke lima dari lima
bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah
Dasar di SD Negeri 3 Surabaya Bandar Lampung pada
tahun 2003, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP
Gajah Mada Bandar Lampung pada tahun 2006, tingkat Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 12 Bandar Lampung pada tahun 2009, dan melanjutkan kuliah di
Universitas Lampung Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun
2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah menjadi
anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta)
Universitas Lampung periode 2012-2014 bidang pengkaderan dan pengabdian
masyarakat. Pada tahun 2015, penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT
Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Kebun Kelapa Sawit Rejosari Natar
Lampung Selatan selama 30 hari. Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Teladas Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang
Bawang selama 40 hari.
SANWACANA
Alhamdulillah, tiada kata terindah yang layak terucap selain rasa syukur kepada
Allah SWT, karena pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Ir. Tubagus Hasanuddin, M.S., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan kepada penulis.
3. Ir. Begem Viantimala, M. Si., selaku dosen pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, saran dan motivasi.
4. Dr. Ir. Sumaryo, M.Si., selaku dosen pembahas yang telah memberikan kritik
dan saran yang membangun.
5. Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M,Si., selaku pembimbing akademik yang
selalu membimbing selama pelaksanaan perkuliahan.
6. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis dan
seluruh dosen Jurusan Agribisnis atas motivasi dan ilmu yang telah diberikan
kepada penulis.
7. Keluarga tercinta, Ayahanda Bastoni dan Ibunda Ana Sopia yang selalu
memberikan kasih sayang, doa dan dukungan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
8. Kepada kakakku Dedi Saputra, S.Kom., Destia Lisma Amd. Kep, Marta
Dinata, Aulia Septiana Amd. Keb, yang selalu memberikan dukungan dan
bantuan untuk mencapai gelar sarjana.
9. Staff jurusan Agribisnis Mba Iin, mba Ayi, mba Tunjung, mas Boim dan mas
Bo, yang telah membantu kelancaran dalam setiap proses penyelesaian
pembuatan tugas akhir ini.
10. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2011 Putri Maida, Frisca, Ayu, Evie,
May, Yeni, Novita, Emalia, Sonya, Silvia, Dila, Rafika, Yuda, Fadel, Graha,
Wiji, Bram, Didit, Kausar, Syafei, Gustam, Ade, dan teman lainnya, terima kasih
atas bantuan, semangat, dan kebersamaannya selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu hingga terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, namun semoga karya kecil ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung, 12 Desember 2018
Juliantika
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................. iDAFTAR TABEL .................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 11C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 131. Konsep Persepsi ........................................................................... 13
a. Pengertian Persepsi ................................................................. 13b. Faktor-Faktor Yang Berperan dan Mempengaruhi Persepsi .. 17
2. Botani Padi ................................................................................... 213. Pengertian Padi Organik dan Anorganik ..................................... 224. Pengertian Sistem Pertanian Organik dan Anorganik ................. 255. Budidaya Padi Organik dan Anorganik ....................................... 26
a. Pemilihan Varietas .................................................................. 26b. Pembenihan ............................................................................. 27c. Penggolahan Lahan ................................................................. 27d. Penanaman .............................................................................. 27e. Perawatan ................................................................................ 28f. Panen ....................................................................................... 29
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 31C. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 35D. Hipotesis ......................................................................................... 39
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ...................................... 401. Variabel X .. ............................................................................ 402. Variabel Y . ............................................................................. 42
B. Penentuan Lokasi Penelitian, Resonden, dan Waktu Penelitian .. 44
ii
C. Metode Penelitian dan Pengambilan Data ................................... 45D. Metode Analisis Data ................................................................... 46
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu...................................... 49B. Gambaran Umum Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu ........... 50C. Gambaran Umum Desa Pujodadi Kecamatan Pardasuka . ........... 51D. Keadaan Umum Responden.......................................................... 52
a. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Umur...................... 53b. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.. 54c. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman
Berusahatani ............................................................................. 55d. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga .................................................................................. 56e. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Luas Lahan ............ 58
E. Keragaan Sisten Pertanian Organik dan Anorganik dalamBudidaya Padi Sawah . ................................................................. 59
F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Petani TerhadapSistem Pertanian Organik dan Anorganik dalam BudidayaPadi Sawah (X) ............................................................................. 61a. Interaksi Sosial (X1) ................................................................. 62b. Lama Berusahatani (X2) ........................................................... 65c. Dukungan Masyarakat (X3)...................................................... 68d. Minat Petani (X4) ..................................................................... 71
G. Persepsi Petani Padi Sawah Terhadap Sistem Pertanian Organikdan Anorganik dalam Budidaya Padi Sawah (Y) ......................... 74a. Budidaya Padi Sawah Organik dan Anorganik......................... 74b. Produktivitas Padi sawah Organik dan Anorganik ................... 80c. Biaya Produksi Padi Sawah Organik dan Anorganik ............... 81d. Pendapatan Padi Sawah Oranik dan Anorganik ....................... 82
H. Analisis Perbedaan Persepsi Petani Terhadap Sistem PertanianOrganik dan Anorganik dalam Budidaya Padi Sawah.................. 83
I. Kendala-kendala yang di Hadapi apaetani dalam BudidayaPadi Sawah Organik dan Anorganik............................................. 85
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 86B. Saran............................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Perkembangan luas lahan, produksi, dan produktivitas padi di
Provinsi Lampung 2015. ........................................................................... 42. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di
Kabupaten Pringsewu tahun 2010-2015 ................................................... 53. Luas panen dan produksi padi sawah di kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Pringsewu tahun 2014 ............................................................ 64. Nama Desa dan luas lahan di Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan
Pardasuka Kabupaten Pringsewu ............................................................. 75. Luas lahan dan produktivitas padi organik berdasarkan kecamatan di
Kabupaten Pringsewu ............................................................................... 96. Penelitian terdahulu .................................................................................. 327. Jumlah Responden Petani Padi Organik dan Anorganik .......................... 528. Keadaan Responden Berdasarkan Umur di Desa Pajaresuk dan Desa
Pujodadi .................................................................................................... 539. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Pajaresuk dan Desa Pujodadi .................................................................... 5410. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani
Organik di Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi menurut lamaberusahatani. ............................................................................................. 55
11. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Pengalaman BerusahataniAnorganik di Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi..................................... 56
12. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluargapetani padi organik di Desa Pajaresuk dan di Desa Pujodadi ................... 57
13. Keadaan umum responden berdasarkan jumlah anggota keluarga petanianorganik di Desa Pajaresuk dan di Desa Pujodadi .................................. 58
14. Sebaran responden berdasarkan luas lahan garapan ................................. 5915. Sebaran Petani responden berdasarkan interaksi sosial di Desa
Pajaresuk dan Desa Pujodadi terhadap persepsi petani padisawah organik dan anorganik.................................................................... 62
16. Hasil uji statistik hubungan antara tingkat interaksi sosial denganpersepsi petani dalam budidaya padi sawah organik diDesa Pajaresuk dan Desa Pujodadi ........................................................... 64
17. Hasil uji statistik hubungan antara tingkat interaksi sosial denganpersepsi petani dalam budidaya padi sawah anorganik di Desa Pajaresukdan Desa Pujodadi..................................................................................... 65
iv
18. Sebaran petani responden berdasarkan lama berusahatani di DesaPajaresuk dan Desa Pujodadi terhadap persepsi petani padi sawahorganik dan anorganik............................................................................... 66
19. Hasil uji statistik hubungan antara tingkat lama berusahatani denganpersepsi petani dalam budidaya padi sawah organik diDesa Pajaresuk dan Desa Pujodadi ........................................................... 67
20. Hasil uji statistik hubungan antara tingkat lama berusahatani terhadappersepsi petani dalam budidaya padi sawah anorganik di Desa Pajaresukdan Desa Pujodadi..................................................................................... 67
21. Sebaran petani responden berdasarkan dukungan masyarakat di DesaPajaresuk dan Desa Pujodadi terhadap persepsi petani padi sawahorganik dan anorganik............................................................................... 68
22. Hasil uji statistik hubungan antara tingkat dukungan masyarakatdengan persepsi petani dalam budidaya padi sawah organik diDesa Pajaresuk dan Desa Pujodadi ........................................................... 70
23. Hasil uji statistik hubungan antara tingkat dukungan masyarakat denganpersepsi petani dalam budidaya padi sawah anorganik di Desa Pajaresukdan Desa Pujodadi..................................................................................... 71
24. Sebaran petani responden berdasarkan minat petani di Desa Pajaresukdan Desa Pujodadi terhadap persepsi petani padi sawah organik dananorganik................................................................................................... 72
25. Hasil uji statistik hubungan antara tingkat minat petani dengan persepsipetani dalam budidaya padi sawah organik di Desa Pajaresuk danDesa Pujodadi ........................................................................................... 73
26. Hasil uji statistik hubungan antara tingkat minat petani dengan persepsipetani dalam budidaya padi sawah anorganik di Desa Pajaresukdan Desa Pujodadi..................................................................................... 74
27. Sebaran responden persepsi petani terhadap budidaya padi sawahorganik dan anorganik di Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi .................. 75
28. Sebaran persepsi petani responden padi anorganik dan organik terhadapbudidaya organik dan anorganik di Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi.... 76
29. Tingkat produktivitas padi sawah organik dan anorganik di DesaPajaresuk dan Desa Pujodadi dalam satu kali musim tanam .................... 80
30. Rata-rata biaya produksi padi sawah organik dan anorganik per satumusim tanam di Desa Pajeresuk dan Desa Pujodadi KecamatanPringsewu.................................................................................................. 81
31. Tingkat pendapatan padi sawah organik dan anorganik di DesaPajaresuk dan Desa Pujodadi .................................................................... 82
32. Hasil uji beda persepsi petani padi sawah organik dan anorganik............ 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Proses terjadinya persepsi (Gibson, 1989)........................................... 152. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ....................................... 203. Kerangka pemikiran persepsi petani terhadap sistem pertanian
organik dan anorganik dalam budidaya padi sawah di kecamatanPringsewu kabupaten Pringsewu ......................................................... 38
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan
berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan
jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi
perubahan ke arah yang lebih baik (Soekartawi, 1995).
Indonesia negara tropis dengan luas wilayah 5.193.250 km2 yang 2/3 terdiri
atas air, menjadikan Indonesia negara yang memiliki keragaman sumber daya
yang melimpah, keragaman sumber daya yang ada Indonesia menimbulkan
berbagai kebudayaan salah satunya budaya bertani. Budaya bertani sudah
mengakar di masyarakat, membuat sektor pertanian menjadi andalan dalam
perekonomian bangsa.Di awal orde baru, 90% penduduk Indonesia
menggantungkan kehidupannya dari sektor ini, ekspor nasional sebagian
besar dari hasil pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB dalam
perjalanannya terus menurun sampai dengan tahun 2002 (kurang dari 18%),
hal itu sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 1997, yaitu
sebesar 16%. Ironisnya saat ini kurang lebih 55% tenaga nasional berada di
sektor pertanian dan lebih dari 70% penduduk menggantungkan
kehidupannya dalam sektor pertanian, baik secara langsung maupun tidak
2
langsung. Pendapat para pakar ekonomi adalah bahwa di era krisis ini,
dimana seluruhnya sektor pembangunan tumbuh negative ternyata sektor
pertanian masih mampu tumbuh positif meskipun hanya 0,26% pada tahun
1998. Artinya bahwa sektor ini mempunyai daya tahan yang kuat terhadap
krisis ekonomi dan kondisi ini berlanjut sampai tahun 2002 (Eva dan
Sriyanto, 2013).
Pembangunan pertanian diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
petani, memperluas lapangan pekerjaan di sektor pertanian, meningkatkan
ekspor sekaligus mengurangi impor komoditi pertanian serta pelestarian
lingkungan hidup. Pembangunan pertanian juga diharapkan mampu
menopang pertumbuhan industri dalam negeri dan berperan dalam
mendorong pemerataan pembangun pertanian sampai kepelosok desa. Untuk
itu, pembangunan pertanian mampu menjadi kunci bagi keberhasilan
pembangunan ekonomi dan nasional.
Keberhasilan pembangunan pertanian dapat dicapai salah satunya dengan
pertanian organik. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang
mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia
sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk
pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan
konsumennya serta tidak merusak lingkungan (Anonim, 2012).
Secara teknis, sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi
pertanian yang menggunakan bahan organik baik makhluk hidup maupun
yang sudah mati, menjadi faktor penting dalam proses produksi usahatani
3
tanaman, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Penggunaan
pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta pemberantasan
hama, penyakit, dan gulma secara biologis adalah contoh-contoh aplikasi
sistem pertanian organik (Sugito, 1995).
Pembangunan pertanian setidaknya memiliki empat misi yaitu 1)Pencapaian
Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan 2)Peningkatan Diversifikasi
Pangan 3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor 4) Peningkatan
Kesejahteraan Petani, untuk mewujudkan misi tersebut pemerintah
menerapkan pola pertanian dengan memberikan unsur hara sebanyak-
banyaknya dan membasmi hama dan penyakit dengan menggunakan bahan-
bahan kimia yang selama ini dikenal dengan revolusi hijau. Revolusi hijau
yang diterapkan dunia pertanian telah memberikan kontribusi yang besar bagi
kemajuan pertanian Indonesia (Sutanto R, 2002).
Hasil dari diterapkannya revolusi hijau adalah berbagai macam varietas
tanaman pertanian yang memiliki produksi tinggi dan memiliki umur tanam
yang singkat,umur yang singkat membutuhkan suplai unsur hara yang cukup
dan harus langsung bisa digunakan oleh tanaman untuk melakukan
fotosintesis.
Persedian unsur hara makro yang langung bisa digunakan oleh tanaman tanpa
mengalami dekomposisi adalah pupuk kimia, selain itu tanaman juga rentan
terhadap serangan hama dan penyakit, untuk mengatasi serangan hama dan
penyakit dibutuhkan pestisida kimia yang bisa mengatasi secara cepat, hal ini
membuat tanaman memiliki residu bahan-bahan kimia yang berlebihan.
4
Penggunanaan pestisida terus menerus dan melebihi dosis yang diperlukan
sudah menjadi kebiasaan petani Indonesia pada umumnya.
Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman pangan merupakan upaya
pemerintah untuk membangun pertanian tangguh dan berkesinambungan.
Tanaman padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi
rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi
sebagian besar petani di Indonesia.Perkembangan luas lahan, produksi, dan
produktivitas padi di Provinsi Lampung 2015 dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan luas lahan, produksi, dan produktivitas padi diProvinsi Lampung 2015.
Kabupaten Luas Panen Produksi Produktivitas(ha) (ton) (ton/ha)
Lampung Barat 25.076 121.668 4,85Tanggamus 40.069 222.360 5,55Lampung Selatan 78.583 434.969 5,54Lampung Timur 90.583 494.722 5,46Lampung Tengah 138.690 765.007 5,51Lampung Utara 32.242 153.627 4,76Way Kanan 33.084 158.051 4,78Tulang Bawang 47.309 228.049 4,82Pesawaran 26.700 146.428 5,48Pringsewu 24.334 134.274 5,52Mesuji 27.565 132.000 4,79Tulang Bawang Barat 16.699 79.606 4,77Pesisir Barat 15.018 72.213 4,81Bandar Lampung 1.655 8.966 5,42Metro 3.143 18.251 5,81
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung 2015.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa produktivitas padi di Kabupaten Pringsewu
menempati urutan keempat setelah lampung selatan. Hal tersebut
menjelaskan bahwa produktivitas padi di Kabupaten Pringsewu lebih sedikit
unggul dengan produktivitas 5,52 ton per ha jika dibandingkan dengan
5
Kabupaten Lampung Tengah sebesar 5,51 yang merupakan salah satu sentra
produksi padi di Lampung.
Kabupaten Pringsewu merupakan kabupaten baru yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Tanggamus pada tahun 2008. Meskipun
kabupaten yang baru berkembang, Kabupaten Pringsewu memiliki luas panen
padi sawah yang cukup luas. Selain itu, Kabupaten Pringsewu merupakan
salah satu kabupaten yang banyak menghasilkan padi. Perkembangan luas
panen, produksi, dan produktivitas tanaman padi sawah di Kabupaten
Pringsewu dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2010-2015
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah diKabupaten Pringsewu tahun 2010-2015
Tahun Luas panen(ha)
Produksi(ton)
Produktivitas(ton/ha)
2010 21.515 111.239 5,172011 21.441 113.284 5,282012 21.453 113.342 5,2820132014
22.07824.334
120.275134.274
5,445,52
2015 23.611 140.926 5,96Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung 2014.
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa produksi dan produktivitas tanaman padi
sawah di Kabupaten Pringsewu setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Produksi padi sawah tertinggi terjadi pada tahun 2015, sedangkan produksi
terendah terjadi pada tahun 2010.
Luas panen dan produksi padi sawah di kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Pringsewu tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.
6
Tabel 3. Luas panen dan produksi padi sawah di kecamatan-kecamatandiKabupaten Pringsewu tahun 2014
Kecamatan Luas Panen(ha)
Produksi(ton)
Produktivitas(ton/ha)
Pardasuka 4.560 25.008 5,4Ambarawa 2.985 16.417 5,5Pagelaran 2.071 11.392 5,5Pegelaran Utara 1.179 64.885 5,5Pringsewu 2.761 15.185 5,5Gadingrejo 6.603 36.316 5,5Sukoharjo 2.364 13.002 5,5Banyumas 1.167 6.428 5,5Adiluwih 876 4.818 5,5Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Pringsewu 2014.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Produksi padi tertinggi terlihat pada
Kecamatan Pagelaran Utara dan Gadingrejo, sedangkan di Kecamatan
Pardasuka dan Kecamatan Pringsewu produksi padi masih terbilang rendah.
Produksi padi di dua kecamatan Pringsewu dan Pardasuka tersebut masih
kurang dibandingkan dengan dua Kecamatan sebelumnya. Penelitian ini akan
dilakukan di kedua kecamatan tersebut, dengan pertimbangan bahwa menurut
Dinas Perkebunan, Hortikultura, dan Tanaman Pangan Provinsi Lampung,
Kecamatan Pringsewu merupakan pusat produksi padi organik dan sebagai
daerah pelopor padi organik di Provinsi Lampung.
Petani di Kabupaten Pringsewu dalam melakukan budidaya padi sebagian
menggunakan bahan-bahan alami seperti pupuk organik dan pestisida alami.
Hal tersebut tentu akan mempengaruhi tingkat produksi dan harga jualnya.
Menurut BPS Kabupaten Pringsewu (2014) total luas panen pertanian untuk
padi organik di Kabupaten Pringsewu adalah 2. 761 ha dengan produksi rata-
rata sekitar 7.592 ton dalam satu kali musim tanam. Kecamatan yang sudah
7
mulai membudidayakan padi organik di Kabupaten Pringsewu yaitu
Kecamatan Pringsewu berada di Desa Pajar Esuk dan Kecamatan Pardasuka
di Desa Pujodadi yang dapat diliat pada table 4.
Tabel 4. Nama Desa dan luas lahan di Kecamatan Pringsewu dan KecamatanPardasuka Kabupaten Pringsewu
Kecamatan Pringsewu Kecamatan Pardasuka
DesaNama
GapoktanLuas Lahan
(Ha)Desa
NamaGapoktan
Luas Lahan(Ha)
Waluyojati Way Tebu 149 Pardasuka Sepakat Jaya 207Margakarya Maju Bersama 121 Pardasuka
SelatanMekar JayaAbadi
75
PringsewuTimur
32 PardasukaTimur
Seandanan 103
PringsewuUtara
53,5 Sukanegeri AgungMulya
80
PringsewuBarat
43 Sukorejo RukunSejahtera
380
PringsewuSelatan
SumberRezeki
72 Pujodadi Bina Tani 335
Fajar Agung Surya TaniKencana
105,5 Rantau Tijang Barokah 143
Fajar AgungBarat
57 Kedaung Suka Tani 54
Sidoharjo Bina TaniMandiri
108 Tanjung Rusia Satu TaniSahaja
239
Fajar Esuk Fajar Tani 165 Tanjung RusiaTimur
Tri Lestari 60
Podomoro Subur Tani 178,75 Sidodadi Sidomakmur 325Rejosari Bina Sejahtera 90 Wargomulyo Dadi Mulyo 356Podosari Margo Mukti 134,75 Selapan 15Bumi Arum Sekar Arum 157,75Bumi Ayu Bina Karya 107
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Pringsewu, 2016.
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa di Kecamatan Pringsewu tepatnya
di Desa Fajar Esuk yang tergabung dalam kelompok tani Fajar Tani
merupakan salah satu desa yang juga membudidayakan padi secara organik
dengan luas lahan sebesar 165 ha. Luas lahan tersebut menempati urutan
kedua terbesar setelah Desa Podomoro yang luasnya sebesar 178,75 ha.
8
Meskipun Desa Fajar Esuk mepunyai luas lahan terbesar kedua setelah Desa
Podomoro, akan tetapi menurut hasil pra survei hanya Desa Fajar Esuk saja
yang membudidayakan padi secara organik dan juga sudah mempunyai
sertifikasi dari pemerintah. Begitu juga dengan Kecamatan Pardasuka, Desa
Pujodadi yang tergabung dalam kelompok tani Bina Tani juga melakukan
budidaya padi secara organik dengan luas lahan sebesar 335 ha. Luas lahan
tesebut merupakan luas lahan terbesar ketiga setelah Desa Sukorejo dan
Wargomulyo yaitu sebesar 380 ha dan 356 ha yang juga menurut hasil pra
survei hanya Desa Pujodadi saja yang melakukan budidaya padi organik di
Kecamatan Pardasuka dan juga telah memiliki sertifikasi dari pemerintah.
Petani di Kecamatan Pringsewu sudah mulai menerapkan budidaya pertanian
organik sejak tahun 2012, sedangkan petani di Kecamatan Pardasuka baru
memulai menerapkan sistem pertanian organiknya di tahun 2016. Beras
organik yang diproduksi di Kecamatan Pringsewu dan Pardasuka sudah
mendapat sertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia) dari pemerintah.Luas
lahan dan produktivitas padi organik berdasarkan kecamatan di Kabupaten
Pringsewu dapat dilihat pada Tabel 5.
9
Tabel 5. Luas lahan dan produktivitas padi organik berdasarkan kecamatan diKabupaten Pringsewu
Kecamatan Luas (ha) Produktivitas (ton/ha)Pagelaran (SO) 5,5 6,5Pagelaran (O ) 5,5 3,2Sukaharjo (SO ) 15 5,5Gading Rejo (SO) 20 5,5Pringsewu (O) 5,5 3,2Padarsuka (O) 5 5,4
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu, 2015.
Keterangan: SO = Semi OrganikO = Organik
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan
Pagelaran memiliki luas lahan dan produktivitas yang sama dalam pertanian
padi organik, dibandingkan Pardasuka yang memiliki luas lahan lebih sedikit
dibandingkan Kecamatan Pagelaran dan Pringsewu tetapi Kecamatan
Pardasuka memiliki produktivitas lebih tinggi. Hal tersebut yang menjadi
salah satu pertimbangan pemilihan kecamatan sebagai lokasi penelitian.
Berdasarkan uraian yang ada pada tabel 1 hingga 5 dilihat dari jumlah
produksi dan produktivitasnya menyatakan bahwa padi organik belum begitu
berkembang di Kabupaten Pringsewu. Hal tersebut karena sebagian
masyarakat di Kabupaten Pringsewu kurang memiliki motivasi yang tinggi
untuk melakukan budidaya padi organik, karena sebagian petani beranggapan
bahwa budidaya padi organik ini secara ekonomi merugikan dibandingkan
dengan sistem pertanian anorganik.
Permasalahan yang dihadapi petani organik di Kabupaten Pringsewu,
diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan petani terhadap sistem pertanian
10
padi organik yang baik. Upaya peningkatan keberhasilan sektor padi organik
tentunya tidak terlepas dari persepsi petani terhadap sistem pertanian organik.
Hal ini karena persepsi sangat erat hubungannya dengan sikap, motif dan
respon seseorang terhadap objek tertentu yang dalam hal ini objek tersebut
adalah sistem pertanian organik dan anorganik.
Gibson (1989) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang
dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia
sekitarnya. Persepsi petani terhadap sistem pertanian organik merupakan
interpretasi petani terhadap usahatani padi organik apakah dapat bermanfaat
bagi petani atau tidak dan apakah sistem pertanian tersebut berhasil dalam
mengembangkan padi organik.
Menurut hasil pra survei, petani di Desa Pajar Esuk dan Pujodadi di
Kecamatan Pringsewu lebih banyak membudidayakan padi anorganik
dibandingkan dengan padi organik. Hal tersebut dikarenakan petani di desa
tersebut belum mengenal budidaya sistem pertanian organik yang baik
sehingga masih banyak petani yang yang memilih melakukan budidaya padi
secara anorganik. Pada awalnya petani belum mau mencoba budidaya padi
organik, akan tetapi dengan adanya informasi yang didapat dari penyuluh
Dinas Pertanian, saat ini petani sudah mulai mencoba melakukan budidaya
padi secara organik, para petani membagi lahannya untuk menanam padi
organik dan anorganik. Saat ini petani sudah mulai menerima inovasi dan
pengetahuan baru tentang cara budidaya padi organik yang lebih alami tanpa
bahan kimia.
11
Setelah mengetahui persepsi petani terhadap sistem pertanian organik,
diharapkan terjadi peningkatan dalam budidaya padi organik.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis memiliki ketertarikan untuk
meneliti persepsi petani terhadap sistem pertanian organik dan anorganik
dalam budidaya padi sawah di Kabupaten Pringsewu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat didentifikasikan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana keragaan sistem pertanian organik dan anorganik dalam
budidaya padi sawah di Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi ?
2. Bagaimanakah persepsi petani padi sawah terhadap sistem pertanian
organik dan anorganik dalam budidaya padi sawah di Desa Pajaresuk dan
Desa Pujodadi ?
3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap
sistem pertanian organik dan anorganik dalam budidaya padi sawah di
Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi ?
4. Apakah terdapat perbedaan persepsi petani terhadap sistem pertanian
organik dan anorganik dalam budidaya padi sawah di Desa Pajaresuk dan
Desa Pujodadi ?
5. Kendala-kendala apakah yang dihadapi dalam penerapan sistem
pertanian organik dan anorganik di Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi ?
12
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui keragaan sistem pertanian organik dan anorganik dalam
budidaya padi sawah.
2. Mengetahui persepsi petani padi sawah terhadap sistem pertanian organik
dan anorganik dalam penggembangan padi sawah.
3. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani
terhadap sistem pertanian organik dan anorganik dalam budidaya padi
sawah di Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi ?
4. Mengetahui perbedaan persepsi petani padi sawah terhadap sistem
pertanian organik dan anorganik dalam budidaya padi sawah.
5. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem
pertanian organik dan anorganik di Desa Pajaresuk dan Desa Pujodadi.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan :
1. Sebagai informasi bagi pemerintah dan dinas terkait dalam menetapkan
kebijakan pertanian khususnya tanaman padi.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada petani dalam hal
pertimbangan untuk menerapkan sistem pertanian organik yang
berwawasan lingkungan.
3. Sebagai bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian sejenis.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses yang berasal dari komponen kognitif manusia
mengetahui suatu objek psikologis dengan kacamatanya sendiri yang
diwarnai dengan nilai kepribadiannya. Suatu objek psikologis ini dapat
berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses
belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa
yang dilihat, pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap
objek psikologis tersebut. Melalui komponen kognitif ini akan timbul
ide kemudian konsep dari apa yang dilihat (Mar’at, 1984).
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Pengindareaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat penerimaan yaitu alat indera. Stimulus yang mengenai
individu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu
menyadari tentang apa yang diinderakannya tersebut. Dengan persepsi
individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan
14
yang ada disekitar dan juga tentang keadaan diri individu yang
bersangkutan (Davidoff, 1981 dalam Walgito, 1978).
Persepsi tidak hanya datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat
datang dari dalam individu yang bersangkutan. Apabila yang menjadi
objek persepsi adalah diri individu sendiri maka disebut dengan
persepsi diri, karena dalam persepsi tersebut merupakan aktivitas
intergrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti
perasaan, pengalaman, kemampuan, berfikir, kerangka acuan, dan aspek
lainnya yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi
tersebut (Walgito, 1978).
Moskowitz dan Orgel (1969) dalam Walgito (1978) berpendapat bahwa
persepsi itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap
stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, persepsi merupakan
proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang
diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan
merupakan aktifitas yang intergrated dalam diri individu.Seluruh apa
yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan
berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain ikut berperan aktif dalam
persepsi itu. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi
meskipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama,
kemampuan berpikir, kerangka acuan tidak sama adanya kemungkinan
hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama.
15
Menurut Gibson (1993), pengertian persepsi dengan menggunakan
gambar mulai dari stimulus hingga hasil proses persepsi. Proses
persepsi ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Kenyataan objek Proses Persepsi Hasil
Gambar 1. Proses terjadinya persepsi (Gibson, 1989)
Gambar 1 menunjukkan proses terjadinya persepsi. Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan
merupakan suatu proses diterimanya suatu stimulus oleh individu
melalui melalui alat penerima yaitu alat indra. Stimulus diteruskan oleh
saraf ke otak sebagai pusat susunan saraf dan proses selanjutnya
merupakan proses persepsi. Proses pengindraan setiap saat, yaitu pada
waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat
indra. Persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera.
ObservasiStimulus
Faktor yangmempengaruhipersepsi :1.Stereotip2.Kepandaian
menyaring3.Konsep diri4.Keadaan5.Kebutuhan6.Emosi
Evaluasidan
penafsirankenyataan
Perilakutanggapan
Pembentukansikap
Stimulus
16
Persepsi mencakup penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut
pengalaman yang bersangkutan. Dengan kata lain, persepsi mencakup
penerimaan, pengorganisasian, dan penterjemahan dengan cara yang
dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap (Gibson,
Ivancevich, dan Donnely, 1993).
Menurut Thoha (1999), pada hakekatnya persepsi adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi
tentang lingkungannya, melalui penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi yang menghasilkan suatu gambar
yang mungkin sangat berbeda dari kenyataannya. Dari segi psikologi
dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia
memandang.
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut:
1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan
dari luar,intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang.Interprestasi dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang
dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan.Interprestasi juga
bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan
pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.
17
3) Interpretasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk
tingkah laku sebagai rekasi (Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman,
1987).Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi,
dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan
menjelaskan tiga langkah yang terlibat dalam prosesnya. Tahap-tahap
ini tidaklah saling terpisah dalam kenyatannya, ketiganya bersifat
countinu, bercampur baur, dan berumpang tindih satu sama lain.
Slameto (2010) menyatakan persepsi adalah proses yang berkaitan
dengan masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui
persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya.
Menurut Krech dan CrutcField (1977,dalam Rakhmat 2003), persepsi
ditentukan oleh faktor fungsional dan stuktural. Faktor fungsional
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang
termaksud sebagai faktor-faktor fungsional. Penentuan persepsi bukan
dari jenis atau bentuk stimuli, tetapi dari karakteristik orang yang
memberikan respon pada stimuli tersebut. Faktor-faktor stuktural
berasal dari sifat stimuli fisik dari efek-efek saraf yang ditimbulkan
pada sistem saraf individu.
18
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Glimer (1975, dalam Walgito, 2004) menyatakan bahwa
persepsi visual seseorang banyak tergantung pada :
1) Faktor yang berpengaruh langsung dengan diri pribadi antara lain:
pendidikan, pembawaan, pengalaman masa lalu, kemahiran,
latihan, ekologis, umur, motivasi, kebutuhan, harapan, interaksi
pihak luar atau keadaan sosial, religius, dan ekonomi.
2) Ciri dunia objek perangsang tertentu seperti ukuran, bentuk, jarak,
pengulangan rangsangan, dan intensitasnya.
Menurut Tagiuri dan Petrollo (1959, dalam Walgito 2004) terdapat
beberapa faktor yang berpengaruh dengan persepsi individu di antaranya
adalah keyakinan, proses belajar, cakrawala pengalaman, pengetahuan,
selain itu juga faktor kepribadian individu mempengaruhi persepsi setiap
individu.
Robbins (2005) menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi
persepsi, yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi.
Ketika individu memandang kepada objek tertentu dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Karakteristik pribadi
yang memengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan
atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Menurut Krech dan Crutch Field sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin
Rakhmad (2002) empat faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
19
1) Kebutuhan : Merupakan salah satu dorongan kejiwaan yang
mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan, misalnya
rangsangan, keinginan, tuntutan dan cita-cita
2) Kesiapan mental : Kesanggupan penyesuaian atau penyesuaian sosial
atau keduanya sekaligus untuk menciptakan hubungan-hubungan
sosial yang berhasil.
3) Suasana emosional : Kondisi perasaan yang berkesinambungan,
dicirikan dengan selalu timbulnya perasaan-perasaan yang senang atau
tidak senang latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang.
4) Latar belakang budaya merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi
antar budaya.
Robbins (2005) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
terdiri atas dua faktor, yaitu faktor eksternal atau dari luar yakni
concreteness yaitu gagasan yang abstrak yang sulit dibandingkan dengan
yang objektif, novelty atau hal baru, biasanya lebih menarik untuk
dipersepsikan daripada hal-hal lama, velocity atau percepatan, misalnya
pemikiran atau gerakan yang lebih cepat dalam menstimulasi munculnya
persepsi lebih efektif dibanding yang lambat, conditioned stimuli yakni
stimulus yang dikondisikan. Sedangkan faktor internal adalah motivasi
yaitu dorongan untuk merespon sesuatu, interest dimana hal-hal yang
menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak menarik, need adalah
kebutuhan akan hal-hal tertentu dan terakhir asumptions yakni persepsi
seseorang dipengaruhi dari pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain.
20
Jika digambarkan polanya, maka terlihat faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seperti pada Gambar 2di bawah ini.
Gambar 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PersepsiSumber : Robbins (2005).
Interaksi sosial adalah proses sosial tentang cara berhubung yang bisa
dilihat jika individu dengan kelompok sosial saling bertemu lalu
menentukan sistem dan hubungan sosial (Soerjono Soekanto, 2010).
Situasia. Waktub. Keadaan tempat kerja
Pelaku Persepsia. Sikapb. Motifc. Kepentingan atau minatd. Pengalamane. Pengharapan
PERSEPSI
Target yang Dipersepsikana. Hal Barub. Gerakanc. Bunyid. Ukurane. Latar Belakangf. Kedekatan
21
Lama berusahatani adalah petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula. Hal ini
dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan
dalam mengambil keputusan (Soekartawi, 1988).
Dukungan masyarakat dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan
yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada individu
(perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada
persepsi terhadap dukungan yang diterima (Kuntjoro Z, 2002).
2. Botani Padi
Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat
Indonesia. Menanam padi sawah sudah menjadi pekerjaan bagi sebagian
besar petani di Indonesia. Sistem penanaman padi di sawah biasanya
didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna melakukan persemaian,
setelah itu sawah mulai dilakukan pembajakan yang dapat dilakukan
dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah
dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah
dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan
cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari
menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara
pengolahan sawah seperti di atas, (yang sering disebut pengolahan tanah
sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul
penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin
terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa
22
dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus
dan unsur hara terbawa air irigasi (Soemarjono,dkk,1990)
Menurut Prasetiyo (2002), tanaman padi merupakan tanaman semusim
termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :
genus = oryza linn
family = gramineae (poaceae)
spesies = ada 25 spesies di antaranya adalah
a. oryza sativa L
b. oryza glaberima steund.
Sedangkan sub spesies oryza sativa L, dua di antaranya ialah
1) Indica (padi bulu)
2) Sinica (padi sere) dahulu di kenal japonica.
Tanaman padi (oryza sativa ) mempunyai jumlah kromosom 2n = 24 dan
dapat di bedakan dalam 2 tipe yaitu padi kering yang tumbuh di daratan
tinggi dan padi sawah yang memerlukan air mengenang.
3. Pengertian Padi Organik dan Anorganik
Menurut pakar pertanian Barat Von Uexkull (1984), menyebutkan bahwa
sistem pertanian organik merupakan “hukum pengembalian ( low of
return)” yang berarti suatu system yang berusaha untuk mengembalikan
semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan
limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi
makanan pada tanaman.
23
Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-
prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan
makanan untuk tanaman ( feeding the soil that feeds plants ), dan bukan
memberi makanan langsung pada tanaman.Von Uexkull (1984)
memberikan istilah “membangun kesuburan tanah”. Strategi pertanian
organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos
dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah
mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah.
Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan
bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda sama
sekali dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara
cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan
takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Manfaat atau kegunaan budidaya secara organik ialah menghilangkan atau
membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya
yang dilakukan dengan bahan kimia. Banyak keunggulan budidaya
menggunakan pupuk organik dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk
organik dan pupuk hayati bekerja memberi kesuburaan bagi tanah dan
sekaligus menkonservasikan dan menyehatkan ekosistem tanah (Sutanto,
2002)
a. Tujuan Pertanian Organik
Tujuan jangka panjang yang akan dicapai melalui budidaya
pertanian organik adalah sebagai berikut:
24
1) Melestarikan keragaman hayati dalam bidang pertanian;
2) Memasyarakatkan kembali budidaya organik dalam
mewujudkanupaya petanian berkelanjutan;
3) Meningkatkan produktivitas sehingga menunjang
kegiatanbudidaya pertanian berkelanjutan;
4) Membatasi terjadinya pencemaran lingkungan hidup
akibatpenggunaan bahan kimia;
5) Mengembangkan kembali munculnya teknologi pertanian
organikyang telah dimiliki petani secara turun temurun;
6) Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
caramenyediakan produk-produk pertanian bebas dari bahan
kimiapertanian.
Pertanian anorganik adalah pertanian yang menggunakan varietas unggul,
pestisida kimia, pupuk kimia, dan penggunaan mesin-mesin pertanian
untuk mengolah tanah dan memanen hasil. Penggunaan input tersebut
memberikan hasil panen yang tinggi, namun berdampak negatif terhadap
lingkungan. Residu yang dihasilkan oleh bahan-bahan kimia yang
digunakan oleh pertanian anorganik telah mencemari air tanah sebagai
sumber air minum yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Produk yang
dihasilkan dari pertanian anorganik juga berbahaya bagi kesehatan manusia
yang merupakan akibat penggunaan pestisida kimia (Sutanto, 2002).
Winangun (2005), memberikan penjelasan mengenai beberapa dampak
negatif dari sistem pertanian anorganik yaitu sebagai berikut:
25
a. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia sintetis dan
sedimen;
b. Ancaman bahaya kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida
maupun bahan adatif pakan;
c. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia sintetis tersebut pada mutu dan
kesehatan pangan;
d. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan
fauna yangmerupakan modal utama pertanian berkelanjutan;
e. Perusakan dan pembunuhan satwa liar, lebah madu dan jasad lainya;
f. Peningkatan daya tahan organisme pengganggu terhadap pestisida;
g. Peningkatan daya produktivitas lahan erosi, pemadatan lahan dan
berkurangnya bahan organik;
h. Ketergantungan yang semakin kuat terhadap sumberdaya alam tidak
terbaruhi;
i. Munculnya risiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerja
pertanian.
4. Pengertian Sistem Pertanian Organik dan Anorganik
Sistem pertanian organik adalah sistem pertanian yang bertujuan untuk
tetap menjaga keselarasan (harmoni) dengan sistem alami, dengan
memanfaatkan dan mengembangkan semaksimal mungkin proses-proses
alami yang ada di alam dalam pengelolaan usaha tani (Kasumbogo, 1997).
Pertanian organik menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetik,
ZPT dan perangsang lainnya yang mengandung bahan-bahan kimia
26
buatan(Saragih, 2008). Dengan kata lain pertanian organik adalah suatu
sistem pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia buatan,
mewujudkan sikap dan perilaku hidup yang menghargai alam. Pertanian
organik merupakan salah satu metode produksi yang ramah lingkungan,
sehingga dapat menjamin keberlanjutan ekologi.
Menurut Kasumbogo (1997) sistem pertanian anorganik adalahsuatu
sistem pertanian yang memilikitujuan untuk menaikkan produktivitas
sektor pertanian, khususnya sub-sektor pertanian pangan, melalui
penerapan paket teknologi modern. Paket tersebut terdiri atas pupuk
nonorganik, obat-obatan pelindung tanaman dan bibit padi unggul.
Penggunaan sistem pertanian anorganik juga memberi pengaruh pada
kearifan lokal oleh petani, yaitu dari cara pengolahan tanah yang semula
membajak sawah menggunakan tenaga manusia dan hewan seperti kerbau,
dan kemudian beralih menggunakan alat-alat dengan teknologi modern.
5. Budidaya Padi Organik dan Anorganik
Menurut Andoko (2002), cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak
berbeda dari bertanam padi secara konvensional. Perbedaan hanyalah pada
pemilihan varietas, penggunaan pupuk dasar dan pengendalian hama
penyakit.
a. Pemilihan Varietas
Tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik.
Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh
27
melalui proses pemuliaan di laboratorium. Varietas padi yang cocok
ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami seperti
rojolele, mentik, pandan wangi dan lestari.
b. Pembenihan
Pembenihan merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi karena
pada umumnya padi ditanam dengan menggunakan benih yang sudah
disemaikan terlebih dahulu di tempat lain.
c. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan untuk penanaman padi sawah dilakukan dengan cara
dibajak dan dicangkul. Biasanya dilakukan minimal 2 (dua) kali
pembajakan, total pengolahan lahan ini bisa mencapai 2-3 hari.
Setelah selasai lahan sawah dialiri dan rendam dengan air selama 1
(satu) hari. Kesokan harinya benih yang telah disemai sudah siap
ditanam, yakni sudah mencapai umur 7-12 hari.Bibit yang disemai tidak
melebihi umur 12 hari mengingat jika terlalu tua maka tanaman akan
sulit beradaptasi dan tumbuh ditempat baru (sawah) karena akarnya
sudah terlalu besar.
d. Penanaman
Sebelum bibit ditanam dilakukan jarak tanam,yaitu jarak tanam yang
baik adalah jarak tanam sesuai dengan metode SRI yakni tidak terlalu
rapat, biasanya 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm.Penanaman dilakukan
28
dengan memasukkan satu bibit pada satu lubang tanam dan jangan
terlalu dalam supaya akar bisa leluasa bergerak.
e. Perawatan
Pada penanaman budidaya padi organik dengan metode SRI yang
paling penting adalah menjaga aliran air supaya sawah tidak tergenang
terus menerus namun lebih pada pengaliran air saja. Untuk itu, setiap
hari petani biasanya melakukan kontrol dan menutup serta membuka
pintu air secara teratur
Pemupukan biasanya dilakukan pada umur 20 hari setelah tebar, pupuk
yang digunakan adalah kompos sekitar 175-200 kg. Ketika dilakukan
pemupukan sawah dikeringkan dan pintu air ditutup. Setelah 27 hari
setelah tebar, aliri sawah secara bergilir antara kering dan basah.
Hama yang sering menyerang tanaman padi di antaranya burung,
walang sangit, wereng dan penyakit ganjuran atau daun menguning.
Cara penanganannya biasanya dengan cara manual, membuat orang-
orangan sawah untuk hama burung, penyemprotan dengan pestisida
hayati seperti nanas, bawang putih dan kipait atau gadung.
Pencegahan harus dilakukan penanaman secara serentak supaya hama
dan penyakit tidak datang, penggunaan bibit yang sehat, pengaturan air
yang baik, dan dengan melakukan sistem budidaya tanaman sehat yang
cukup nutrisi dan vitamin sehingga kekebalannya tinggi.
29
Hama lain yang sering menyerang adalah hama putih, thrips, wereng,
walang sangit, kepik hijau, penggerek batang padi, tikus , dan
burung.Sementara itu penyakitnya adalah penyakit bercak daun coklat,
penyakit blast, busuk pelepah daun, fusarium, penyakit kresek atau
hawar daun dan penyakit tungro.
f. Panen
Padi mulai berbunga pada umur 2-3 bulan dan bisa dipanen rata-rata
pada umur sekitar 3,5 sampai 6 (enam) bulan, tergantung jenis dan
varietasnya. Pada luasan lahan 200 m2, untuk padi yang berumur
pendek (3,5 bulan) biasanya diperoleh 2 (dua) kwintal gabah basah,
setara dengan 1,5 kwintal gabah kering atau 90 kg beras. Setelah
dipanen, padi bisa dijual langsung atau juga dijemur dulu sekitar 1-2
hari baru kemudian dijual, atau setelah dijemur digiling baru dijual
berupa beras ataupun untuk dikonsumsi sebagiannya.
Budidaya padi organik harus memperhatikan beberapa prinsip di
antaranya:
a. Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai
ketika bibit masih berdaun 2 (dua) helai.
b. Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak minimal 25 cm
persegi
c. Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan
harus hati-hati agar akar tidak putus
d. Penanaman padi dengan perakaran yang dangkal.
30
e. Pengaturan air, pemberian air maksimal 2 (dua) cm dan tanah tidak
diairi secara terus-menerus sampai terendam dan penuh, namun
hanya lembab (irigasi berselang atau terputus)
f. Peningkatan aerasi tanah dengan penggemburan atau pembajakan.
g. Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan
interval 10 hari.
h. Menjaga keseimbangan biota tanah dengan menggunakan pupuk
organik.
Selain itu budidaya padi organik pun memiliki keunggulan seperti:
a. Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai
panen memberikan air maksimal 2 (dua) cm, paling baik sekitar 5
(lima) mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi
terputus).
b. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 (lima) kg per hektar. Tidak
memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya
pindah bibit, tenaga tanam kurang, dan lain-lain.
c. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5–12 hari setelah semai, dan
waktu panen akan lebih awal.
d. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton per
hektar.
e. Ramah lingkungan,tidak menggunakan bahan kimia dan digantikan
dengan menggunakan pupuk organik (kompos, kandang dan mikro-
organisme lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
31
B. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi dan penuntun
dalam penentuan metode dalam menganalisis data penelitian. Penelitian ini
mengkaji persepsi petani padi terhadap sistem pertanian organik dan
anorganik dalam budidaya padi sawah.
Perbedaan penelitian ini dengan dengan penelitian terdahulu yakni penelitian
terdahulu hanya melihat persepsi petani terhadap budidaya padi organik
apakah padi organik di Kecamatan Pagelaran sudah berkembangan atau
belum, sedangkan penelitian ini melihat bagaimana persepsi petani terhadap
sistem pertanian organik dan anorganik dalam penggembangan padi sawah di
Kecamatan Pringsewu dan Pardasuka. Kajian-kajian penelitian terdahulu
dapat dilihat pada Tabel 6.
13
Tabel 6. Penelitian terdahulu
No Pengarang(Tahun)
Tema Penelitian Metodologi Kesimpulan
1. ListyaPuspitasari(2009)
Persepsi Petani TerhadapPerformansi Kerja PenyuluhPertanian Lapangan DalamBudidaya Agribisnis KedelaiDi Kecamatan TorohKabupatenGrobogan.
Pengumpulan datamenggunakan kuisioner dananalisis data menggunakananalisis statistik non parametrikdan analisis deskriptif
Performansi kerja PPL dalam budidaya agribisnis kedelaidi Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan menurutpersepsi petani sebagai salah satu sasaran kegiatanpenyuluhan adalah cukup pada aspek responsivitas, baikpada aspek responsibilitas, namun masih kurang padaaspek kualitas layanan. Keterbatasan kemampuan PPLdalam menyediakan dan menyebarkan informasimengenai pasar, permodalan dan sumberdaya lainmenyebabkan kualitas layanan penyuluh dalam budidayaagribisnis kedelai dirasakan petani belum optimal.
2. Nur Asiah(2010)
Persepsi Petani TerhadapPadi Organik Di KecamatanPagelaran KabupatenPringsewu
Metode yang digunakan adalahmetode survei, pengumpulandata dengan menggunakankuesioner.
Persepsi petani terhadap padi organik di KecamatanPagelaran Kabupaten Pringsewu adalah cukup baik.Persepsi yang cukup baik ini terlihat dari budidaya padiorganik, pemasaran padi organik, keunggulan padiorganik, produktivitas padi organik dan keuntungan padiorganik.
3. P.R.Pertiwi danA.Saleh (2010)
Persepsi Petani tentangSaluran KomunikasiUsahatani Padi
Data tersebut dianalisismenggunakan statistikdeskriptif dengan menampilkandistribusi frekuensi, persentase,rataan skor dan total rataanskor; dan analisis statistikinferensial berupa uji korelasirank Spearman (rs)
Pandangan yang baik dari petani terhadap salurankomunikasi penyuluhan perlu dibentuk. Tujuannya adalahagar petani mampu dan berminat mengakses berbagaisaluran dalam mencari atau mempelajari inovasi-inovasipertanian yang sedang merebak di lingkungannya
4. Andi Ishak(2011)
Persepsi Dan Tingkat AdopsiPetani Padi TerhadapPenerapan System of RiceIntensification (SRI) Di DesaBukit Peninjauan, KecamatanSukaraja, Kabupaten Seluma.
Metode survei denganpengumpulan data dengankuisioner skala pengukuranyang digunakan skala likert
Persepsi petani terhadap teknologi SRI tergolong dalamkategori baik. Hal ini berarti bahwa komponen SRIdianggap baik sehingga dapat menguntungkan dalamkegiatan usahatani.
32
14
5. Mariman (2011) Persepsi petani terhadapusahatani cabai (capsicumannum) ramah lingkungan.
Pengambilan data yangdigunakan adalah metode surveisedangkan penggolahan datayang digunakan adalah metodetabulasi dan statistik, analisisdata digunakan secarakuantitatif.
Persepsi petani terhadap usahatani cabai ramahlingkungan di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewuadalah baik dengan artian bahwa petani berpersepsibudidaya mudah, produktivitas tinggi, biaya rendah dankeuntungan-keuntungan cukup menguntungkan.
6. Amalia Ritonga(2013)
Persepsi Petani PerkebunKaret Rakyat TerhadapKinerja Penyuluh Perkebunan
Metode pemberian skor danmetode skala likert
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluh perkebunanberjalan baik. Dengan kinerja atau tingkat keberhasilanyang tinggi.Sehingga petani pekebun karet rakyatberpersepsi positif.
7. Aris Ardiansyah(2014)
Persepsi petani terhadapkinerja penyuluh di BP3Ksebagai model center ofexcellence (COE) KecamatanMetro Barat Kota Metro.
Metode yang digunakan adalahmetode survei.Penggolahan data dan analisidata dilakukan denganmenggunakan metode analistabulasi dan statistik.
Tingkat kinerja penyuluh di BP3K Metro Barat termasukdalam klasifikasi sedang dengan pencapaian kinerjapenyuluh sebesar 64,44%.Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan persepsipetani terhadap BP3K Metro Barat yaitu tingkatpendidikan petani, dan interaksi sosial petani, sedangkanumur petani, lama berusahatani petani, tingkat pendidikanpetani dan jumlah anggota petani tidak berhubungan nyatadengan persepsi petani terhadap kinerja BP3K di MetroBarat.
8. Firuza Filardhi(2014)
Persepsi Petani TerhadapUsahatani Padi VarietasCilamaya Muncul danCiherang Di Kecamatan PalasKabupaten Lampung Selatan.
Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metodesurvei. Metode pengolahandata menggunakan metodetabulasi dan komputerisasi.
Persepsi petani terhadap usahatani padi varietas CilamayaMuncul di Desa Bumi Restu ialah lebih menguntungkan,sedangkan persepsi petani terhadap usahatani padi varietasCiherang Di Desa Bumi Daya ialah lebih menguntungkan.Terdapat perbedaan persepsi petani Di Desa Bumi Restuterhadap usatani padi varietas Cilamaya Muncul danterdapat perbedaan persepsi petani padi di Desa BumiDaya terhadap usahatani padi varietas Ciherang.Faktor-faktor yang paling berhubungan dengan persepsipetani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Munculdi Desa Bumi Restu dab di Desa Bumi Daya adalahtingkat interaksi sosial, sedangkan faktor-faktor yang
33
15
berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatanipadi varietas Ciherang di Desa Bumi Restu dan din DesaBumi Daya adalah tingkat kebutuhan.
9 Rendi Robiyan,Tubagus,Hasanuddin,HelviYanfika (2014)
Persepsi Petani TerhadapProgram Sl-Pht DalamMeningkatkan ProduktivitasDan Pendapatan UsahataniKakao
Metode analisis data yangdigunakan dalam penelitian iniadalah analisis deskriptifkualitatif. Analisis deskriptifkualitatif digunakan untukmengetahui persepsi petaniterhadap program SLPHTkakao. Pengujian hubunganantar variabel X dan Ydilakukan analisis statistik nonparametrik dengan menggunakanuji Rank Spearman
Tingkat persepsi petani yang mengikuti program SL-PHTkakao termasuk dalam klasifikasi baik, sehingga programSL-PHT kakao bermanfaat bagi masyarakat petani dalammeningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatanikakao. Tingkat pengalaman berusahatani, tingkatpengetahuan usahatani dan tingkat interaksi sosialmemiliki hubungan nyata dengan persepsi petani kakaoterhadap program SL-PHT kakao dalam meningkatkanproduktivitas dan pendapatan usahatani kakao, sedangkantingkat kebutuhan hidup petani tidak berhubungan denganpersepsi petani kakao terhadap SL-PHT kakao dalammeningkatkanproduktivitas dan pendapatan kakao
10. M.Malik Adam(2016)
Persepsi Petani TerhadapProgram Kawasan RumahPangan Lestari (KRPL) DiDesa Abung Jayo KecamatanAbung Selatan KabupatenLampung Utara.
Metode yang digunakan dalampenilitian ini adalah studi kasussedangkan pengumpulan datadigunakan denganmenggunakan metodewawancara yang berpedomanpada kuesioner yang telahdipersiapkan. Penggolahan datadigunakan dengan metodetabulasi dan metode analis datayang digunakan metode analisdeskriptif.
Persepsi petani di Desa Abung Jayo terhadappenyelenggaraan program KRPL di Desa Abung Jayotermasuk klasifikasi cukup baik, yaitu petani sudahmampu melihat dan merasakan program KRPL cukupmembantu mereka dalam memenuhi kebutuhan pangandan gizi keluarga, serta dapat menambah peghasilanpetani.
34
35
C. Kerangka Pemikiran
Provinsi Lampung adalah salah satu provinsi yang mengandalkan sektor
pertanian sebagai sumber perekonomian masyarakat pedesaan. Luaslahan
pertanian yang dimiliki Provinsi Lampung pun tidak sedikit, kondisi
agroklimat dan agroekologi yang mendukung untuk mengembangkan
komoditi pangan terutama padi, memiliki peluang yang cukup besar untuk
budidaya budidaya padi organik. Salah satu daerah di Provinsi Lampung
yang sudah menerapkan padi organik adalah Kabupaten Pringsewu. Masih
sedikit petani yang membudidayakan tanaman padi organik di Kabupaten
Pringsewu, hal ini disebabkan karena dua kemungkinan yakni karena petani
yang tidak mau berbudidaya padi organik atau karena minat petani yang
masih rendah dalam budidaya padi organik. Kondisi ini tentunya tidak
terlepas dari persepsi petani terhadap sistem pertanian organik dan anorganik
dalam budidayapadi sawah.
Menurut Slameto (2010) persepsi adalah proses yang berkaitan dengan
masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui persepsi
manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Persepsi petani terhadap sistem pertanian organik dan anorganik dalam
budidayapadi sawah merupakan interpretasi petani terhadap sistem pertanian
dalam mengembangkan padi organik dan anorganik apakah sudah baik atau
belum, sebab persepsi petani berhubungan erat terhadap kelanjutan sistem
pertanian organik dan anorganik. Setiap individu kemungkinan akan
36
memberikan sikap yang berbeda-beda terhadap objek yang datang pada
dirinya.
Budidaya padi organik di Kecamatan Pringsewu dan Pardasuka masih kurang
berkembang. Hal ini karena masyarakat di Kecamatan tersebut masih kurang
yakin dan percaya dengan manfaat yang dihasilkan oleh padi organik. Hal ini
terkait dengan persepsi petani terhadap sistem pertanian organik dan
anorganik dalam budidayapadi sawahdi Kecamatan Pringsewu dan Pardasuka
Kabupaten Pringsewu, oleh karena itu persepsi petani terhadap sistem
pertanian organik dan anorganik perlu dikaji.
Persepsi dapat dipengaruhi atau berhubungan dengan faktor-faktor
tertentu.Pada penelitian ini persepsi petani terhadap sistem pertanian organik
dan anorganik dalam budidaya padi sawah di Kabupaten Pringsewu yaitu
interaksi sosial (X1) mengacu pada konsep Soerjono Soekanto (2010), lama
berusahatani (X2) mengacu pada konsep Soekartawi (1988) , dukungan
masyarakat (X3) mengacu pada konsep Kuntjoro Z (2002), dan minat petani
(X4)mengacu pada konsep Robbins (2005).
Pada penelitian ini persepsi petani terhadap sistem pertanian organik dan
anorganik dalam budidaya padi sawah mengacu pada konsep Moskowitz dan
Orgel (1969) dalam Walgito (1978) yang menyatakan bahwa persepsi
merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang
diterimanya.Dengan demikianpersepsi merupakan proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga
merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas yang intergrated
37
dalam diri individu. Dengan demikian persepsi petani terhadap sistem
pertanian organik dan anorganik adalah pengorganisasian dan
penginterpretasian petani terhadap sistem pertanian organik dan anorganik
dalam budidaya padi sawah.Persepsi petani terhadap sistem pertanian organik
dan anorganik dapat dilihat dari tiga indikator yaitu Budidaya, Produktivitas
dan Pendapatan.Selanjutnya persepsi petani terhadap sistem pertanian organik
dan anorganik dalam budidaya padi sawah di identifikasikan sebagai variabel
Y.
Untuk lebih jelasnya maka hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan
terhadap persepsi petani terhadap kinerja penyuluh dalam budidaya padi
organikdapat dilihat pada Gambar 3.
38
Gambar3 : Kerangka pemikiran persepsi petani terhadap sistem pertanian organikdan anorganik dalam budidaya padi sawah di kecamatan Pringsewukabupaten Pringsewu
Stimulus
Persepsi petani
terhadap sistem
pertanian organik dan
anorganik dalam
usahatani padi sawah
(Y) Indikator :
1. Budidaya
2. Produktivitas
3. Pendapatan
X1. Interaksisosial.Indikator :1. interaksi petani
dengan petani lainnya
2. interaksi petani
dengan kelompok tani
3. interaksi petani
dengan penyuluh
4. interaksi petani
dengan media sosial.
X2. Lama berusahatani
X3. DukunganmasyarakatIndikator:1. Motivasi
eksternal2. Sarana
(angkutan,gudang) danPrasarana(jalan, irigasi)
X4. Minat petaniIndikator :1. Pengetahuan
petani tentangpadi organikdan anorganik.
2. Budidayapetani dalamusahatani padiorganik dananorganik.
3. Keuntunganberusahatanipadi dalambudidaya padiorganik dananorganik.
Produktivitas padi sawahorganik dan anorganikmeningkat
39
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat diajaukan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Diduga ada hubungan interaksi sosial dengan persepsi petani terhadap
sistem pertanian organik dan anorganik dalam usahatani padi sawah.
2. Diduga ada hubungan lama berusahatani dengan persepsi petani terhadap
sistem pertanian organik dan anorganik dalam usahatani padi sawah.
3. Diduga ada hubungan dukungan masyarakat dengan persepsi petani
terhadap sistem pertanian organik dan anorganik dalam usahatani padi
sawah.
4. Diduga ada hubungan minat petani dengan persepsi petani terhadap
sistem pertanian organik dan anorganik dalam usahatani padi sawah.
5. Diduga terdapat perbedaan persepsi petani terhadap sistem pertanian
organik dan anorganik dalam usahatani padi sawah.
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang
dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
penelitian.
Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel X dalam penelitian ini
adalah faktor-faktor berhubungan dengan persepsi petani terhadap sistem
pertanian organik dan anorganik dalam budidaya padi sawah dan variabel Y
dalam penelitian ini adalah persepsi petani dalam budidaya padi organik dan
anorganik.
1. Variabel (X)
Variabel X dalam penelitian ini adalah faktor-faktor berhubungan dengan
persepsi petani terhadap sistem pertanian organik dan anorganik dalam
budidaya padi sawah yang terdiri dari interaksi sosial (X1), lama berusahatani
(X2), dukungan masyarakat (X3), dan minat petani (X4).
41
a. Interaksi petani (X1) adalah interaksi petani dengan lingkungannya
(masyarakat) untuk memperoleh informasi mengenai padi organik dan
anorganik. Interaksi petani dikategorikan menjadi 4 indikator dan melalui
3-2 pertanyaan dari masing-masing indikator tersebut yaitu : (1) Interaksi
petani dengan petani lainnya, (2) interaksi petani dengan kelompok tani, (3)
interaksi petani dengan penyuluh, (4) interaksi petani dengan media sosial.
Setiap jawaban atas pertanyaan yang diajukan diberi skor 1 sampai dengan
3 dan diklasifikasikan, yaitu sangat mendukung, cukup mendukung, kurang
mendukung.
b. Lama berusahatani (X2) adalah pengalaman petani dalam berusahatani padi
organik dan anorganik. Lama berusahatani padi diukur menggunakan
satuan tahun.
c. Dukungan masyarakat (X3) adalah bentuk dukungan yang diberikan oleh
masyarakat, instansi, lembaga terkait kepada petani untuk menerapkan
sistem dan budidaya pertanian organik dan anorganik dalam berusahatani
padinya. Dukungan masyarakat dilihat berdasarkan 2 indikator dan melalui
3 pertanyaan, yaitu : (1) apakah masyarakat mendukung kegiatan dalam
berusahatani padi organik dan anorganik, (2) instansi / lembaga badan
penyuluhan yang terkait selalu mendukung kegiatan berusahatani padi
organik dan anorganik, (3) siapa yang memotivasi petani dalam
berusahatani padi nya (diri sendiri, keluarga, kerabat/masyarakat).
Setiap jawaban atas pertanyaan yang diajukan diberi skor 1 sampai dengan
3 dan diklasifikasikan, yaitu sangat mendukung, cukup mendukung, kurang
mendukung.
42
d. Minat petani (X4) adalah kemauan, keinginan dan ketertarikan petani pada
sistem budidaya padi organik dan anorganik. Minat petani dilihat
berdasarkan 3 indikator dan melalui 4 pertanyaan, yaitu : (1) apakah
pengetahuan petani berpengaruh dalam budidaya usahatani padi,
(2) tentang pengetahuan petani terhadap sistem budidaya pertanian organik
dan anorganik, (3) tentang pengetahuan petani terhadap padi organik dan
anorganik, (4) tentang pengetahuan petani terhadap tujuan padi organik dan
anorganik. Setiap jawaban atas yang pertanyaan yang diajukan diberi skor
1 sampai dengan 3 dan di klasifikasikan menjadi tiga klasifikasi, yaitu
pengetahuan petani rendah, pengetahuan petani sedang dan pengetahuan
petani tinggi.
2. Variabel (Y)
Variabel Y dalam penelitian ini adalah persepsi petani terhadap budidaya padi
sawah terhadap sistem pertanian organik dan anorganik.
Menurut Hernanto (1994) dalam proses budidaya sistem pertanian organik
dan anorganik padi sawah diukur melalui tiga indikator yaitu : (Budidaya,
Produktivitas, Pendapatan petani)
(1) Budidaya padi, adalah keberhasilan dan sistem pertanian yang dilakukan
petani mulai dari pemilihan varietas, pembenihan, pengolahan tanah,
penanaman, perawatan, sampai dengan panen. Setiap pertanyaan yang
diajukan diberi skor 1-3 selanjutnya diklasifikasikan menjadi mengetahui,
kurang mengetahaui dan tidak mengetahui.
(2) Produktivitas padi adalah jumlah produksi padi dengan menggunakan
sistem budidaya pertanian organik dan anorganik dimana jumlah produksi
43
dibagi dengan luas lahan (kg/ha). Produktivitas padi dalam budidaya padi
sawah dilihat dari 3 pertanyaan, yaitu : (1) berapa produksi padi yang
petani peroleh dalam usahatani padi organik dan anorganik, (2) apakah
produktivitas yang didapat sudah sesuai dengan potensi. Setiap jawaban
atas pertanyaan yang diajukan diberi skor 1-3 dan diklasifikasikan
menjadi kurang baik, cukup baik dan baik.
(3) Pendapatan petani adalah total penerimaan yang didapat oleh petani padi
yang telah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani padi
dalam usahatani yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp). Setelah didapat
pendapatan usahatani padi, pendapatan tersebut kemudian diklasifikasikan
menjadi tinggi, sedang, dan rendah menggunakan data lapangan yang
sudah ada.
Dasar klasifikasi variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) mengacu
pada rumus Sturges (dalam Dajan, 1986) sebagai berikut:
k
YXZ
Keterangan:Z = interval kelasX = nilai tertinggiY = nilai terendahk = banyaknya kelas atau kategori
Banyaknya kelas dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja menjadi tiga
kelas yaitu tinggi, sedang, dan rendah.Hal ini dilakukan berdasarkan
pertimbangan untuk memudahkan pengklasifikasian dikarenakan pengukuran
tingkat persepsi menggunakan skala Likert.
44
B. Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu tepatnya di dua Desa yaitu
Desa Pajar Esuk yang berada di Kecamatan Pringsewu dan Desa Pujodadi
yang berada di Kecamatan Pardasuka.Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive). Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah Desa
tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa padi yang diproduksi oleh
kelompok tani yang berada di Desa Pajaresuk dan desa Pujodadi sudah
mendapat sertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia) dari pemerintah.
Sedangkan petani yang berada di desa lainnya belum mendapatkan sertifikasi.
Pertimbangan pemilihan responden dalam penelitian ini adalah petani yang
tergabung dalam anggota kelompok tani padi yang melakukan budidaya padi
secara organik dan anorganik. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sensus. Responden yang dijadikan sampel yaitu
responden yang berada di Kecamatan Pringsewu di Desa Pajaresuk dan
Kecamatan Pardasuka di Desa Pujodadi.
Populasi petani padi organik dan anorganik yang berada di Desa Pajaresuk
sebanyak 15 petani dan yang berada di Desa Pujodadi 20 petani, sehingga
jumlah petani padi organik dan anorganik yang dijadikan sampel yaitu 35
petani. Metode penentuan jumlah sampel yang digunakan untuk petani padi
organik dan anorganik adalah sensus, yaitu seluruh populasi penelitian
dijadikan responden penelitian.
Penentuan sampel tersebut juga mengacu pada teori Arikunto (2006) apabila
jumlah sampel lebih dari 100 orang, maka sampel yang diambil adalah 10-
45
15% dari total responden.Apabila jumlah sampel kurang dari 100 orang,
maka sampel yang diambil secara keseluruhan.Waktu penelitian dilakukan
pada bulan November - Desember 2017.
C. Metode penelitian dan pengambilan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Menurut Suryabarata (2012), studi kasus merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang dari suatu unit sosial baik individu, kelompok, lembaga, atau
masyarakat sebagai objek penelitiannya. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Pengambilan data primer dilakukan dengan metode wawancara langsung
dengan petani padi yang menanam padi organik maupun anorganik
menggunakan kuisoner yang telah disediakan sebagai alat bantu dalam
pengumpulan data. Kuesioner berisi tentang pertanyaan mengenai
penerapan sistem pertanian organik dan anorganik yang berkaitan dengan
tujuan penelitian serta pengamatan langsung daerah penelitian.
b. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari studi
literatur, laporan, publikasi, jurnal dan pustaka lainnya yang sehubungan
dengan penelitian ini. Selain itu data juga diambil dari lembaga/instansi
terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu, BP3K Kecamatan Pringsewu
dan lain-lain.
46
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif.
Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan petama, kedua
dan kelima. Sedangkan untuk menguji tujuan ke tiga akan menggunakan
metode korelasi Rank Spearman.
Menurut Siegel (1997), rumus korelasi Rank Spearman adalah:
rs = 1- 6∑ di²ni-1
n³-n
Keterangan:rs = Koefisien korelasi Rank Spearmann = Jumlah respondendi = Perbedaan setiap pasangan rank
Jika terdapat peringkat yang sama atau kembar dalam variabel X maupun Y,
maka memerlukan faktor koreksi t (Siegel, 1997) dengan rumus sebagai
berikut:
= ∑ 2 + ∑ 2− ∑ 22 2 22 = 3−12 −2 = 3 −12 −= −12
Keterangan:2 = Jumlah kuadrat variabel X yang koreksi2 = Jumlah kuadrat variabel Y yang koreksiT = Faktor koreksit = Jumlah obsevasi yang mempunyai peringkat samaTx = Jumlah faktor koreksi variabel XTy = Jumlah faktor koreksi variabel YN = Jumlah responden
47
Mencari t-hitung uji korelasi Rank Spearman dipergunakan rumus sebagai
berikut:
thitung
= rs21
2
sr
n
Kriteria pengambilan keputusan:
1. Jika thitung ≥ ttabel, maka hipotesis diterima, pada (α) = 0,05 berarti
terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
2. Jika thitung < ttabel, maka hipotesis ditolak, pada (α) = 0,05 berarti tidak
terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
Menguji tujuan ke empat yaitu perbedaan persepsi antara responden padi
organik dan anorganik akan diuji menggunkan uji Mann-Whitney (Siegel,
1997). Jumlah sampel yang di uji dengan Mann Whitney sebanyak 35
sampel, dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
12
)1)()((2
2121
21
nnnn
nnU
z
111
21 2
)1(R
nnnnU
atau ekuivalen dengan
222
21 2
)1(R
nnnnU
Keterangan:z = signifikasi harga U observasiU = nilai statistik yang digunakann1 = jumlah responden petani padi organikn2 = jumlah responden petani padi non organikR = jumlah ranking masing-masing kelompok
Menurut Siegel (1997), apabila terdapat rangking yang sama maka digunakan
rumus berikut:
48
TNN
NN
nn
nnU
z
12)1(
23
21
21
12
3 ttT
Keterangan:N = jumlah seluruh responden (n1+n2)t = banyak observasi berangka sama untuk suatu ranking tertentu
Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Terdapat perbedaan antara persepsi petani padi organik dan petani padi
anorganik dalam budidaya padi sawah.
Jika harga ptabel pada = 0,01 atau = 0,05 maka H1 ditolak artinya
tidak ada perbedaan antara faktor dan persepsi petani padi organik dan petani
padi anorganik terhadap sistem pertanian organik dan anorganik dalam
budidaya padi sawah.
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan:
1. Keragaan sistem pertanian organik dan anorganik di Desa Pajaresuk dan
Desa Pujodadi cukup baik dari aspek pengolahan lahan, pembibitan,
penanaman, pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan, pengairan serta
pemanenan.
2. Persepsi petani terhadap usahatani padi organik dan anorganik cukup baik,
termaksud dalam klasifikasi tinggi.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap sistem
pertanian organik dalam budidaya padi sawah di Desa Pajaresuk dan Desa
Pujodadi yaitu interaksi sosial, dukungan masyarakat, dan minat petani.
4. Tidak ada perbedaan persepsi petani padi sawah terhadap sistem pertanian
organik dan anorganik dalam budidaya padi sawah di Desa Pajaresuk dan
Desa Pujodadi.
5. Kendala-kendala yang dihadapi petani dalam penerapan sistem pertanian
organik yaitu sulitnya perawatan dalam budidaya padi sawah organik,
sedangkan kendala yang dihadapi petani dalam penerapan sistem pertanian
87
anorganik yaitu besarnya biaya yang dibutuhkan, dan harga jual yang
rendah.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Petani padi sawah sebaiknya mengikuti anjuran penyuluh dalam budidaya
tanaman padi sawah seperti pengunaan benih, pemberian pupuk yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman, pengolahan tanah, pengairan, dan pengendalian
hama dan penyakit tanaman, sehingga produktivitas padi sawah organik
maupun anorganik dapat meningkat.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber
maupun referensi yang terkait dengan persepsi petani padi sawah organik
dan anorganik.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M, A. 2016. Persepsi Petani Terhadap Program Kawasan Rumah PanganLestari (KRPL) Di Desa Abung Jayo Kecamatan Abung Selatan KabupatenLampung Utara. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penerbit Swadaya. Depok.
Anonim.2012 sistem pertanian organik.Error! Hyperlink reference not valid..Diakses pada tanggal 05 Juni 2016.
Ardiansyah, A. 2014. Persepsi Petani Persepsi Petani Terhadap Kinerja PenyuluhDi Bp3k Sebagai Model Center Of Excellence (Coe) Kecamatan MetroBarat Kota Metro. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. RinekaCipta. Jakarta.
Asiah, N. 2010. Persepsi Petani Terhadap Padi Organik Di Kecamatan PagelaranKabupaten Pringsewu. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2015. Lampung Dalam Angka 2015. Badan Pusat StatistikProvinsi Lampung. Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2014. Pringsewu Dalam Angka 2014. Badan PusatStatistik Provinsi Lampung. Pringsewu.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Pringsewu. 2016. Nama Desa dan Luas LahanKabupaten Pringsewu. Dinas Pertanian Pringsewu. Lampung.
Eva Banowati dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian. Ombak Barat. Yogyakarta
Filardhi,F. 2014. Persepsi Petani Terhadap Usahatani Padi Varietas CilamayaMuncul dan Ciherang Di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Gibson. 1989. Organisasi Perilaku Stuktur Proses Alih Bahasa. Erlangga.Djakarsih, Jakarta.
Gibson, Ivancevich dan Donnely. 1993. Organisasi (perilaku, Struktur, proses).Penerbit Erlangga. Jakarta. 377 hlm.
Hernanto. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ishak A, 2011. Persepsi Dan Tingkat Adopsi Petani Padi Terhadap PenerapanSystem Of Rice Intensification (Sri) Di Desa Bukit Peninjauan, KecamatanSukaraja, Kabupaten Seluma. Skripsi. Universitas Lampung. BandarLampung.
Kasumbogo, U. 1997. Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan YangBerwawasan Lingkungan. Makalah Yang Dibawakan Dalam SeminarNasional Pertanian Organik. Jakarta
Kuntjoro Z, 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia.http://www.e-psikologi.co.idTanggal akses:20 maret 2017.
Mar’at. 1984. Sikap Manusia. Perubahan Serta Pengukurannya. Yogyakarta.Ghalia Indonesia
Mariman, 2011. Persepsi petani terhadap usahatani cabai (capsicum annum)ramah lingkungan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Pertiwi P,R. dan Saleh, A. 2010. Persepsi Petani tentang Saluran KomunikasiUsahatani Padi. Jurnal Komunikasi Pembangunan Vol 8 (2) :46-61
Prasetiyo. Y. T. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Kanisius.Yogyakarta.
Puspitasari, L. 2009. Persepsi Petani Terhadap Performansi Kerja PenyuluhPertanian Lapangan Dalam Pengembangan Agribisnis Kedelai DiKecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung.
Rakhmat J. 2002. Metodelogi Penelitian Komunikasi Edisi Kedelapan. RosdaKarya. Bandung.
Rakhmat J. 2003. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung
Ritonga, S. 2013. Persepsi Petani Pekebun Karet Rakyat Terhadap KinerjaPenyuluh Perkebunan (Kasus: Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten LabuhanBatu).Skripsi.Universitas Sumatera Utara.
Robbins, Stephen P. 2005. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima.Jakarta; Erlangga
Robiyan, R, Tubagus H, Helvi Y. 2014. Persepsi Petani Terhadap Program Sl-PhtDalam Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Kakao. JIIA Vol2( 3) :301-308.
Saragih, S.E. 2008. Pertanian Organik : Solusi Hihup Harmoni DanBerkelanjutan, Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal
Siegel, S. 1997. Ekologi Pemerintahan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : RinekaCipta
Soekanto,S. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soekartawi, 1988. Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI – Press.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Jakrta Press. Jakarta. 110Hlm.
Soelaeman. 1987.Belajar Ilmu Komunikasi: Persepsi Dan Prosesnya. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Soemarjono, dkk. 1990. Bertanam Padi Sawah. Swadaya. Jakarta
Sugito, Y., Y. Nuraini, dan E. Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Malang:Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Suryabarata, S., 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kansius. Yogyakarta.
Sundari, M.T. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel (DaucusCarrota) di Kabupaten Karanganyar. (Tesis). Universitas Sebelas Maret.Surakarta.
Thoha, M. 1999. Perilaku Organisasi. Grafindo. Jakarta. 327 hlm.
Von Uexkull, HR. 1984. Menggelola Akrisol Di Daerah Tropis Lembab : EkologiDan Manajemen Tanah Soal Di Asia. Makanan Dan Pupuk PusatTeknologi. Taiwan.
Walgito, B. 1978. Psikologi Sosial. Yogyakarta. Andi Offset
Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Andi. Yogyakarta. 246 hlm.
Winagun, Y. W. 2005. Membangun Karakter Petani Organik dalam EraGlobalisasi. Kansius Media, Yogyakarta.