sistem pernapasan dan mekanismenya

22
1 Sistem Pernapasan dan Mekanismenya Aprianus Musa Dopong(102011156) Kelompok F3 Email: [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna no. 6, Jakarta 11510 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pernafasan dibagi atasdua bagianyaitubagiankonduksiyag menyalurkan udara dan bagian respirasi sebagai tempat pertukaran gas. Sistem dimulai dari hidung sampai alveolus. Merokok merupakan suatu tindakan yang tidak baik dan harus d karena dapat menyebabkan batuk dan sesak. Tidak hanya batuk dan ses berbagi penyakit lainya yang berbahaya bagi tubuh. Untuk itulah, kitaharusmengetahui kandungandarirokok yang dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama dalam menghambat sistem pernafasan seh menyebabkan batuk dan sesak. Selain itu, kita juga terlebih dahulu struktur saluran pernafasan secara makroskopis dan mikroskopis, mekanisme per difusi dan transpor O 2 dan CO 2 serta keseimbangan asam basa. 1.2 Tujuan Mampu mengetahui struktur saluran pernafasan secara makroskopis dan mikros Mampu mengetahui mekanisme pernafasan Mampu mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan batuk dan sesak Mampu mengetahui difusi dan transfor O 2 dan CO 2 Mampu mengetahui keseimbangan asam basa

Upload: chompz-mumu-phantars

Post on 22-Jul-2015

489 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sistem Pernapasan dan MekanismenyaAprianus Musa Dopong(102011156) Kelompok F3 Email: [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna no. 6, Jakarta 11510

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pernafasan dibagi atas dua bagian yaitu bagian konduksi yag menyalurkan udara dan bagian respirasi sebagai tempat pertukaran gas. Sistem pernafasan dimulai dari hidung sampai alveolus. Merokok merupakan suatu tindakan yang tidak baik dan harus dikurangi karena dapat menyebabkan batuk dan sesak. Tidak hanya batuk dan sesak tetapi juga berbagi penyakit lainya yang berbahaya bagi tubuh. Untuk itulah, kita harus mengetahui kandungan dari rokok yang dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama dalam menghambat sistem pernafasan sehingga menyebabkan batuk dan sesak. Selain itu, kita juga terlebih dahulu harus mengetahui struktur saluran pernafasan secara makroskopis dan mikroskopis, mekanisme pernafasan, difusi dan transpor O2 dan CO2 serta keseimbangan asam basa. 1.2 Tujuan Mampu mengetahui struktur saluran pernafasan secara makroskopis dan mikroskopis Mampu mengetahui mekanisme pernafasan Mampu mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan batuk dan sesak Mampu mengetahui difusi dan transfor O2 dan CO2 Mampu mengetahui keseimbangan asam basa

1

PEMBAHASAN 2.1 Struktur Makroskopis Saluran Pernafasan 1. Hidung Hidung bagian luar berbentuk piramid, berkesinambungan dengan dahi dan ujung bebasnya disebut puncak hidung. Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk berbentuk bulat panjang, yaitu nares yang terpisah oleh septum nasi dan ke arah posterior berkesinambungan dengan nasopharynx melalui choana. Rongga hidung terdiri atas tiga regio yaitu vestibulum, penghidu dan pernapasan. Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat di sebelah dalam nares dan dilapisi kulit yang mengandung bulu hidung, yang berguna untuk menahan aliran partikel yang terkandung di dalam udara yang dihirup. Regio penghidu berada di sebelah cranial yang meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada di hadapan concha tersebut dan regio pernafasan adalah bagian rongga hidung selebihnya. Dinding lateral hidung memperlihatkan tiga elevasi yakni concha nasalis superior, medius, dan inferior. Meatus nasi superior terletak inferior terhadap concha nasalis superior, meatus nasi medius berada inferolateral terhadap concha nasalis medius, dan meatus nasi inferior terletak di caudal dan lateral terhadap concha nasallis inferior. Sinus paranasalis berada di sekitar hidung terdiri atas sinus frontalis, ethmoidalis, sphenoidalis, dan maxillaris. Sinus meringankan tulang tengkorak dan menanbah resonansi suara.1 2. Pharynx (Tekak) Pharynx adalah pipa musculo membranosa, panjang 12-14 cm, membentang dari basisi cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea. Di sebelah caudal dilanjutkan dengan oesophagus (kerongkongan). Pharynx dibagi menjadi tiga bagian yakni nasopharynx (epipharynx), oropharynx

(mesopharynx), dan laryngopharynx ( hypopharynx).

2

Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial pallatum molle. Rongga nasopharynx tidak pernah tertutup dan ke arah ventral nasopharynx berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae. Nasopharynx dan oropharynx berhubungan melalui isthmus pharyngeum. Pada masng-masing ostium pharyngelae tubae auditiva dan di sebelah dorsocranila dibatasi oleh elevasi tuba (torus tubarius).di sebelah dorsal torus tubarius mukosa nasopharynx membatasi recessus pharyngeus. Tonsila pharyngea (gerlach)=adenoid merupakan jaringan limfoid pada submukosa recessus pharyngeus di sekitar bursa pharyngea. Oropharynx terbentang mulai dari pallatum molle sampai tepi atas epiglotis atau setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (isthmus faucium) dan berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Dinding lateral oropharynx terdiri atas arcus palatopharyngeus dan tonsilla palatina. Laryngopharynx membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilago cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3 sampai bagian atas vertebra cervical 6. Ke arah caudal laryngopharynx dilanjutkan sebagai oesophagus. Dinding anteriornya tidak sempurna, terdapat pintu masuk ke dalam larynx (aditus laryngis) dam di bawah aditus laryngis ini terdapat permukaan posterior cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea.1 3. Larynx (Pangkal Tenggorok) Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara, membentang antara lidah sampai trachea atau pada laki-laki dewasa setinggi vertebra cervical 3 sampai 6 tetapi sedikit lebih tinggi pada anak perempuan dewasa. Larynx berada di antara pembuluh-pembuluh besar leher dan di sebelah ventral tertutup oleh kulit, fascia-fascia dan otot-otot depressor lidah. Ke arah atas lidah larynx terbuka ke dalam laryngopharynx; dinding posterior larynx menjadi anterior laryngopharynx. Ke arah bawah, larynx dilanjutkan sebagai trachea. Tulang-tulang rawan larynnx terdiri atas cartilago thyroidea, cartilago cricoidea, dan cartilago epiglottis yang masing-masing sebuah serta cartilago arytaenoidea, cartilago cuneiforme, dan cartilago corniculatum yang masing-masing sepasang. 3

Epiglottis merupakan tulang rawan berbentuk daun, di sebelah dorsal lidah dan corpus ossis hyoidei, di ventral aditus laryngis, berproyeksi serong ke atas. Tiap sisi epiglottis dilekatkan ke masing-masing cartilago arytenoidea oleh plica aryepigottica. Mukosa yang menutupi bagian atas permukaan anterior epiglottis membuat tiga lipatan menuju aspek pharyngeal lidah dan dinding latera pharynx, sebagai plica glosso-epiglottica mediana dan dua plica glossoepiglotica lateralis. Lateral terhadap tiap sisi plica glossoepiglotica mediana terdapat vallecula. Persendian pada larynx terdiri atas dua yaitu articulatio cricothyroidea dan articulatio cricoarytenoidea. Articulatio cricothyroidea adalah persendian synovial antara kedua cornu inferius cartilago thyroidea dengan sisi-sisi cartilago cricoidea dan articulatio cricoarytenoidea adalah persendian sinovial antara bagian lateral tepi atas lamina cartilago cricoidea dengan basis cartilago arytaenoidea.1

4. Trachea (Tenggorok) Merupakan sebuah pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro-muskular, sebagai lanjutan dari larynx, membentang mulai setinggi cervical sampai batas sampai tepi atas vertebra thoracal 5. Ujung caudal trache terbagi menjadi bronchus principalis (primer, utama) dexter dan sinister. Bronchus

principalis/primer/utama berasal dari percabangan trachea menjadi dua (bifurcation trachea) setinggi tepi atas vertebra T 5, pada batas caudal mediastinum superius. Bronchus principalis mempercabangkan bronchus sekunder/lobaris yang menuju ke lobus-lobus paru. Di dalam lobus paru, bronchus lobaris ini mempercabangkan bronchi segmentorum/ tersier.1 5. Thorax (Dada) Merupakan bagina superior batang baan antara leher dan perut. Mempunyai bentuk kerucut yang terpacung horizontal. Di dalam thorax ini terkandung rongga thorax. Rongga thorax memilki akses masuk ke dalam lewat pintu atas dan pintu bawah thorax. Rongga thorax yang dibatasi oleh dinding thorax dan difragma ini terbagi menjadi tiga kompartemen utama yakni cavum pleurae (rongga pleura) kanan dan kiri yang masing-masing mengelilingi sebuah paru dan mediastinum.

4

Dinding thorax terdiri atas muskuloskeletal (tangka dan oto-otot) yakni di sebelah dorsal dibentuk oleh deretan vertikal 12 buah vertebra thoracal dan discus intervertebrale yang letak di antara masing-masing vertebra thoracal tersebut. Pada masing-masing sisi, di sebelah lateral dibentuk dan dibatasi leh 12 iga dan tiga lapis otot tipis yang membentang pada sela iga yang berdekatan. Di sebelah anterior dibatasi oleh sternum. Manubrium sterni dan corpus sterni membentuk sudut yang dikenal sebagai angulus sterni Diafragma merupakan jaringan musculofibrosa yang berbentuk dua belah kubah, di antara rongga thorax dan rongga perut. Tempat lekat diafragma meliputi processus xiphoideus, ujung-ujung sternal iga dan tulang rawan iga 7-12, dan processus transversus V L 1 dan corpus vertebra lumbal atas; perlekatannya pada daerah lumbal ini berlangsung melalui perantaraan ligg. Arcualtum mediale dan lateral serta crura diapramatica.1

6. Pleura (Selaput Dada) Merupakan selaput serosa yang membentuk sebuah kantong tertutup yang terinvaginasi oleh paru. Bagian pelura yang melekat pada permukaan paru dan fissurafissura interlobularis paru disebut pleura visceralis atau pleura pulmonalis. Pleura yang melapisi permukaan dalam separuh dinding thorax, menutupi sebagian besar diphragma dan struktur-struktur yang menempati daerah tengah thorax disebut pleura parietalis. Pleura pulmonalis dan pleura parietalis saling berkesinambungan di sekitar struktur hilus. Ruang potensial antara pleura parietalis dan pleura pulmonalis disebut rongga pleura. Di antara kedua rongga pleura disebut mediastinum (ruang interpleura). Pleura parietalis dibedakan atas pleura costovertebralis (costalis), pleura diaphargmatica, pleura cervicalis (cupula pleurae) dan pleura medistinalis. Pleura costalis berhubungan dengan iga dan selaiga-selaiga. Pleura diphragmatica menutupi sebagian besar permukaan atas masing-masing belah diapragma. Pleura cervicalis berada di atas apex pulmonis. Pleura mediatinalis adalah batas lateral mediastinum. Paru-paru tidak mengisi cavum pleurae dengan sempurna. Ini menimbulkan recessus/sinus di sepanjang lipatan pleura, di mana lapisan-lapisan pleura parietalis 5

saling

berhadapan

dan

terpisah.

Dikenal

dua

recessus

yaitu

recessus

costomediastinalis dan recessus costodiphragmaticus. Recessus costomediastinalis terdapat di sebelah anterior ( di dorsal sternum dan tulang-tulang rawan iga); terdapat pada masing-masing sisi cavum pleurae, di mana pleura costalis berhadapan dengan pleura mediastinalis. Recessus costomediastinalis terbesar berada pada sisi medial cavum pleurae kiri yang menutupi jantung. Recessus costodiaphragmaticus merupakan recessus terbesar dans ecara klinik paling penting. Recessus ini terdapat pada masing-masing cavum pleurae, dibatasi oleh pleura costalis dan pleura diaphragmaticus, pada daerah antara margo inferior paru dan tepi inferior cavum pleurae. Recessus ini paling dalam setelah ekspirasi paksaandan menjadi paling dangkal setelah inspirasi paksaan.1 7. Pulmo (Paru) Terletak bebbas di dalam cavum pleurae. Kedua paru saling terpisah oleh jantung dan mediastinum lainnya, kecuali struktur-struktur yang melintasi hilus pulmonis. Paru berupa spons, mengapung dalam air, sangat elastik dan berekspritasi bila diraba, karena ada udara di dalam alveoli. Paru memiliki apex (puncak), basis, tiga tepi dan dua permukaan. Bentuk paru menyerupai separuh kerucut. Normal paru kanan sedikit lebih besar daripada paru kiri, karena mediastinum medius yang berisi jantung, menonjol ke arah kiri daripada ke arah kanan. Apex berkontak dengan pleura cervicalis (cupula pleurae). Sebelah posterior apex terdapat ganglion simpatis cervicothoracale. Basis paru berbentuk semiulnar dan konkaf, terbaring pada permukaan superior diapragma, yang memisahkan paru kanan dari lobus dexter hepatis dan paru kiri dari lobus sinister hepatis, fundus ventriculi/lambung dan limpa. Di sebelah posterolateral, basis memiliki tepi yang tajam, yang diadaptasikan bagi recessus costodiapragmaticus. Permukaan costalis tampak konveks, dipisahkan dari dinding thorax (iga-iga dan selaiga-selaiga) oleh pleura costalis. Permukaan ini memperlihatkan alur-alur yang sesuai dengan iga-iga yang menutupinya. Akar paru yang menghubungkan permukaan medial paru menuju jantung dan trachea pada mediastinum, dibentuk oleh sekelompok strukur pipa pendek yang 6

memasuki atau meninggalkan hilus pulomonalis. Hilus pulmonis teletak setingi vertebra thoracal 5-7. Pada facies mediastinalis paru kanan, impressio cardiaca berbatasan dengan permukaan anteriora auricula dextra, permukaan anterolateral atrium dextrum dan sebagian permukaan anterior ventriculus dexter. Pada facies mediastinalis paru kiri, imperssio cardiaca berbatasan dengan permukaan anterior dan kiri ventriculus sinister, auricula sinistrum, bagian anterior infundibulum dan sebagian ventriculus dextrum. Alur yang naik di ventral hilus mengakomodasikan trunkus pulmonalis. Tepi inferior paru tipis, memisahkan basis dari permukaan costal dan membentang ke dalam recessus costodiaphragmaticus; ke arah medial tepi inferior ini memisahkan basis dari permukaan mediastinal. Tepi posterior merupakan pembatas yang tumpul antara permukaanpermukaan costal dan mediastinalis bagian vertebral (posterior); sedangkan tepi anterirornya tipis dan tajam, bertumpang tindih dengan pericardium; memisahkan permukaan costal dari permukaan mediastinalis bagian anterior. Paru kiri dibagi menjadi lobus-lobus superior dan inferior oleh fissura obliqua. Lobus superior berada di sebelah anterosuperior terhadap fissura ini. Dekat ujung bawah tepi anerior lobus superior ini terdapat incisura cardiaca, karena dari arah mediastinum medius jantung berproyeksi ke dalam cavum pleurae kiri. Biasanya ujung bawah incisura cardiaca lobus superior ini memiliki sebuah taju kecil, yakni lingula. Lobus inferior yang lebih besar berada postero-inferior terhadap fissura obliqua tersebut. Paru kanan terbagi menjadi lobus superior, medius, dan inferior oleh dua fissura. Fissura obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus superior. Pada tepi psterior, fissura ini mulai setinggi vertebra thoracal 4 atau sedikit lebih rendah. Fissura horizontal yang pendek memisahkan lobus superior dan lobus medius. Setinggi discus intervertebrale T 4/5 trachea bercabang menjadi bronchus primer/pricipalis dexter dan sinister. Bronchus principalis dexter lebih lebar, lebih pendek dan lebih vertikal daripada yang kiri. Bronchus sekunder (lobaris) lobus

7

superior kanan, sebagai cabang pertama bronchus principalis, berada di sebelah posterosuperiorterhadap A. Pulmonalis kanan. Bronchus lobus superior kanan berpangkal dari aspek laterla bronchus principalis dan melintas ke arah superolateral untuk memasuki hilus. Bronchus lobus medius mempercabangkan dua bronchus segmentorum. Bronchus lobus inferior kanan merupakan lanjutan bronchus principalis di sebelah caudal pangkal bronchus lobus medius. Sedikit di sebelah caudal terhadap pangkalnya, bronchus lobus inferior tersebut mempercabangkan lima bronchus segmentorum. Bronchus principalis sinister bercabang menjadi bronchus-bronchus sekunder (lobaris) lobus superior dan inferior. Bronchus sekunder lobus superior kiri berasal dari aspek anterolateral bronchus principalis sinister, melengkung ke lateral dan bercabang menjadi empat bronchus segmentorum. Bronchus sekunder lobus inferior kiri turun posterolateral sejauh 1 cm dan selanjutnya memberikan empat cabang bronchus segmentorum. Masing-masing bronchus segmentorum/tertier bercabang-cabang di dalam sebuah unit jaringan paru yang disebut segmen bronchopulmonalis. Dengan demikian, sebuah segmen bronchopulmonalis adalah daerah/unit jaringan paru terkecil yang terpisah, bebas secara fungsional, dapat diisolasi dan diangkat tanpa melibatkan daerah/segmen jaringan paru sekitar. Masing-masing bronchopulmonalis berbentuk sebuah kerucut/pyramid tak beraturan dengan puncak pada pangkal bronchus segmentorum terebut (menghadap radix pulmonis) dan basisnya terproyeksi ke arah perifer pada permukaan paru. Selanjutnya, masing-masing bronchi segmentorum ini meberikan 20 sampai 25 generasi percabangan dan akhirnya menjadi bronchiolus terminalis. Masing-masing bronchiolus terminalis mempercabangkan banyak generasi bronchiolus respirasi dan masing-masing bronchiolus respirasi mempercabangkan 2-11 ductus alveolaris. Masing-masing ductus alveolaris memberikan 5-6 saccus alveolaris. Alveolus paru merupakan unit dasar pertukaran gas di dalam paru. 2.2 Struktur Mikroskopis Saluran Pernafasan Sistem pernafasan mencakup paru-paru dan sistem saluran yang

menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar.2 Sistem pernafasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama yaitu bagian konduksi yang terdiri atas rongga 8

hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki, bronkiolus, dan bronkiolus teminalis dan bagian respirasi yang terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli.2,3 bagian konduksi mempunyai dua fungsi utama yaitu menyediakan sarana bagi udara yang keluar masuk paru dan mengkondisikan udara yang dihirup tersebut sedangkan bagian respirasi merupakan tempat berlangsungnya pertukaran gas.2 1. Hidung Hidung terdiri atas kerangka tulang dan tulang rawan yang dibungkus oleh jaringan ikat dan kulit.3 Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yaitu vestibulum di luar dan fossa nasalis di dalam.2 Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung.2 Di sekitar permukaan dalam nares, terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelanjar keringat selain rambut pendek tebal atau vibrisa yang menahan dan menyaring paerikel-partikel besar dari udara inspirasi.2,4 di dalam vestibulum, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk berubah menjadi epitel beringkat torak bersilia bersel goblet sebelum masuk fossa nasalis.4 Rongga hidung/cavum nasi dipisahkan oleh septum nasi. Lubang hidung depan/ nares anterior dan lubang hidung belakang/ nares posterior, berhubungan dengan bagian atas nasofaring melalui koana (nares posterior). Pada dinding lateral ada tiga tonjolan tulang yang disebut konka yaitu konka nasalis superior, konka nasalis media dan konka nasalis inferior.2 Konka nasalis superior ditutupi oleh epitel olfaktorius khusus.2,4 sedangkan konka nasalis media dan inferior dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Epitel yang melapisi konka nasalis inferior banyak terdapat plexus venosus yang disebut swell bodies, berperan untuk menghangatkan udara yang melalui hidung.4 Kemoreseptor penghidu terletak di epitel olfaktorius yaitu suatu daerah khusus dari membran mukosa yang terdapat pada pertengahan kavum nasi dan pada permukaan konka nasalis superior.2,4 Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat torak terdiri atas tiga jenis sel yaitu sel olfaktorius, sel penyokong dan sel basal.2 Sel olfaktorius terletak di antara sel basal dan sel penyokong.2 Merupakan neuron bipolar2-4 dengan dendrit bagian apikal dan akson ke lamina propia. Ujung dendrit menggelembung yang disebut vesikula olfaktorius. Dari permukaan keluar 68 silia olfaktorius. Akson tak bermyelin dan bergabung dengan akson reseptor lain di lamina propia membentuk Nervus Olfaktorius/ N II.4

9

Sel sustentakuler/sel penyokong, bentuk selnya silindris tinggi dengan bagian apex lebar dan bagian basal menyempit.2,4 Inti lonjong di tengah.4 Pada permukaan terdapat mikrovili.2-4 Sitoplasma mempunyai granula kuning kecoklatan.4 Sel basal terletak di bagian basal. Berebntuk segitiga dengan inti lonjong. Merupakan reserve cell/ sel cadangan yang akan embentuk sel penyokong dan mungkin menjadi sel olfaktorius. Sinus paranasalis ialah rongga dalam tulang tengkorak yang berhubungan dengan cavum nasi. Yang termasuk sinus paranasalis ialah sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis, dan sinus ethmoidalis. Pada sinus paranasalis epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Pada sinus paranasalis epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina propia lebih tipis dari cavum nasi dan melekat pada periosteum di bawahnya. Kelenjar-kelenjar di sini memproduksi mukos yang akan dialirkan ke cavum nasi oleh gerakan silia-silia.4 Sinus-sinus paranasal sering merupakan tempat timbulnya radang yaitu sinusitis.3,4

2. Faring Faring merupakan ruangan di belakang cavum nasi, yang menghubungkan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Yang termasuk bagian dari faring yaitu nasofarings, orofarings dan laringofarings. Nasofarings dilapisi oleh epitel beringkat torak bersilisa bersel goblet. Di bawah membrana basalis, pada lamina propia terdapat kelenjar campur. Pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsila faringea. Pada anak-anak sering membesar dan meradang yang disebut andenoiditis. Terdapat muara dari saluran yang mengubungkan rongga hidung dan telinga tengah yang disebut osteum faringeum tuba auditiva. Sekelilingnya banyak kelompok jaringan limfoid yang disebut tonsila tuba. Orofarings dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Orofarings akan dilanjutkan ke bagian atas menjadi epitel mulut dan ke bawah ke epitel oesophagus. Di sini terdapat tonsila palatina, yang sering meradang disebut tonsilitis. Laringofarings dilapisi oleh epitel yang bervariasi, tetapi sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Laringofarings terletak di belakang larings.4

10

3. Laring Laring adalah tabung tak teratur yang menghubungkan faring dan trakea. 2,4 bentuk tidak beraturan/irreguler. Larings dilapisi oleh epitel beringkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis gepeng. Pada dindingnya dibentuk oleh rulang rawan hialin dan tulang rawan elastis, jaringan ikat, otot skelet, dan kelenjar campur.4 Selain berfungsi sebagai penyokong (menjaga agar jalan napas terbuka), tulang rawan ini berfungsi sebagai katup untuk mencegah masuknya makanan atau cairan yang ditelan ke dalam trakea. Tulang rawan ini juga berfungsi sebagai alat penghasil suara untuk fonasi. Epiglotis yang terjulur keluar dari tepian larin, meluas ke dalam faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal.2 Pada permukaan lingual, menghadap ke lidah, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Merupakan bagian naterior yang paling sering berkontak dengan akar lidah, pada waktu proses menelan. Lamina propia di bawahnya langsung melekat pada perikondrium. Terdapat kelenjar campur dan jaringan limfoid. Pada permukaan laringeal yang menghadap ke laring dilapisi oleh epitel berlapsi gepeng yang tipis dari permuakaan lingual menjadi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, yang akan melanjutkan ke trakea dan bronkus. Merupakan bagian posterior yang paling sering berkontak dengan makanan. Lamina propia di bawahnya mempunyai kelenjar campur (lebih banyak daripada permukaan lingual). Di bawah epiglotis terdapat 2 lipatan mukosa yang menonjol ke lumen laring. Di bagian atas disebut pita suara palsu/ plika ventrikularis. Dilapisi oleh epitel beringkat torak bersilia. Lamina prolia tipis, terdiri dari jaringan penyambung jarang. Terdapat kelenjar campur dan mempunyai kelompok jarngan limfoid. Sebagian lamina propia melekat pada perikondrium, tulang rawan tiroidea. Di antara dua plika ventrikularis terdapat daerah yang disebut rima vestibuli. Bagian bawah disebut pita suara sejati/ plika vokalis. Dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Di antara dua plika vokalis terdapat daerah yang disebut rima vokalis/ rma glotidis. Pada lamina propia terdapat serat-serat elastin tersusun sejajar membentuk lig.vokalis. sejajar dengan lig.vokalis terdapat otot skelet yang disebut M.vokalis yang berfungsi mengatur ketegangan pita suara dan ligamentum sehingga udara yang melalui pita suara dapat menimbulkan suara dengan nada yang berbeda-beda.4

11

4. Trakea Rangka trakea berbentuk huruf C yang terdiri atas tulang rawan hialin. Berjumlah 16-20 buah. Cincin-cincin tulang rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin disebut lig.anulare untuk mencegah agar lumen trakea jangan meregang berlebihan sedang otot polos beperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan. Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagnia dan bagian trakea yang mengandung otot disebut pars membranasea. Bagian posterior trakea terdapat banyak kelenjar sepanjang lapisan muskular dan rangsanagan N.laringeus rekuren menyebabkan kelnjar-kelenjar mengeluarkan sekretnya. Mukosa trakea dilapisi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina basalis agak tebal dan jelas. Lamina propia mempunyai serat-serat elastin yang berjalan longitundinal, membentuk membran elastika interna. Terdapat kelenjarkelenjar campur. Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur (glandula trakealis) yang banyak di bagian posterior. Pars membranasea ada serat otot polos yang berjalan transversal, longitudinal, oblique disebut M.Trakealis. Pada tunika adventisia terdapat kelenjar campur. Jaringan fibroelastis yang berhubungan dengan perikondrium sebelah luar pars kartilegenia. Terdapat empat jenis sel-sel epitel trakea/ epitel respiratorius yaitu sel goblet, sel sikat, sel bsal dan sel sekretorik bergranul. Sel goblet mensintesa dan mensekresi lendir. Sel goblet mempunyai apparatus golgi dan retikulum endoplasma kasar di basal sel. Terdapat mikrovili di apex dan sifatnya sekresi apokrin dan mengandung tetesan mukus yang kaya akan polisakarida. Sel sikat mepunyai mikrovili apex yang berbentuk seperti sikat. Ada dua macam sel sikat yaitu sel sikat 1 yamg mempunyai mikrovili sangat panjang dan sel sikat 2 yang dapat berubah menjadi sel pendek. Sel basal merupakan sel induk yang akan bermitosis yang berubah menjadi sel lain. Sel sekretorik/bergranula pada sitoplasmanya terdapat granula yang mengandung katekolamin yang akan mengatur aktivitas sel goblet dan gerakan silia. Tergolong sel APUD (Amine Precursor Uptake Decarboxylation) dan mengatur sekresi mukosa dan serosa.4

12

5. Bronkus Trakea bercabang menjadi 2 bronkus primer yang memasuki paru di hilus.2 Bronkus terdiri atas 2 yaitu bronkus ekstrapulmonal dan bronkus intrapulmonal. Bronkus ekstrapulmonal sama dengan trakea tapi diamternya lebih kecil. Bronkus intrapulmonal memiliki mukosa membentuk lipatan longitudinal. Dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia besel goblet dan membran basalisnya jelas. Pada lamina propianya terdapat jaringan ikat jarang, serat elastis dan muskulus poros spiral, noduli limfatisi, dan kelenjar bronkialis menjadi kelenjar campur. Bentuknya sferis dan tulang rawan tidak beraturan serta susunan muskulus seperti spiral.4 6. Bronkiolus Bronkiolus tidak memilki tulang rawan dan dilapisi oleh epitel selapis torak bersilia dan ada yang bersel goblet dan tidak. Pada lamina propianya tipis, memiliki serat elastin, otot polos relatif lebih banyak daripada jaringan ikat, dan tidak memilki kelenjar dan noduli limfatisi. Terdapat dua bronkiolus yaitu bronkiolus terminalis dan bronkiolus respiratorius. Pada bronkiolus terminalis dilapisi oleh epitel selapis torak rendah dan di antara sel ini terdapat sel clara yang memilki mikrovili dan bergranula kasar. Lamina propia sangat tipis dan serat elastin serta tidak memilki kelenjar. Pada lapisannya luarnya tesusun atas serat kolagen, serat elastin, pembuluh darah, limfe dan saraf. Bronkiolus respiratorius merupakan bagian atara konduksi dan bagian respirasi. Dilapisi epitel torak rendah/ epitel selapis kubis. Di antara sel kubis terdapat sel clara, berbentuk kubah, tak bersilisa, bagian puncak yang menonjol ke lumen, fungsinya diduga iktu berperan terhadap pembentukan cairan bronkiolar yang mengandung protein, glikoprotein, dan kolesterol. Lamina propianya tersusun dari serat kolagen, serat elastin, dan otot polos terputus-putus. 7. Duktus alveolaris Duktus alveolaris berdinding tipis, sebagian besar terdiri dari alveoli dan dikelilingi sakus alveolaris. Di mulut alveolus dilapisi epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe I). Terdapat jaringan ikat elastin, serat kolagen, berotot polos ataupun tidak sebagai titik-titik kecil. Terbuka ke atrium yaitu ruangan yang menghubungkan sakus alveolaris.

13

8. Sakus alveolaris Merupakan kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli. Terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli dan sudah tidak punya otot polos. 9. Alveolus Merupakan kantong kecil yang terdiri dari selpis sel seperti sarang tawon. Pada alveolus terjadi pertukaran gas yaitu O2 dan CO2 antara udara dan darah. Di sekitar alveoli terdapat serat elastin yang akan melebar pada saat inspirasi dan menciut pada saat ekspirasi dan serat kolagen yang mencegah regangan yang berlebihan sehingga kapiler dan septum intra-alveolaris tidak rusak. Alveolus dilapisi oleh epitel selapis gepeng. Pada dinding alveolus terdapat lubang-lubang kecil berbentuk bulat/lonjong disebut poros/stigma alveolaris. Stigma ini penting apabila terjadi sumbatan di salah satu cabang btonkus/bronkiolus karena udara dapat mengalir dari alveolus satu ke alveolus lain. Sel-sel dinding alvelus terdiri atas 4 yaitu sel aveolar tipe I/ pneumosit tipe I, sel alveolar tipe II/pneumosit tipe II, sel alveolar fagosit, dan sel kapiler endotel. Sel pneumosit tipe I mempunyai inti yang gepeng, sitoplasma tipis mengelilingi seluruh dinding alveol dan mempunyai membrana basalis yang memisahkan sel ini dengan sel endotel kapiler. Sel pneumosit tipe II mempunyai inti subis, sering menonjol ke lumen dan sitoplasmanya mengandung multilameral bodies, zat ini dilepas ke permukaan sel, sebagai surfaktan untuk menjaga agar permukaan alveoli tidak kolaps pada akhir ekspirasi (dengan menurunkan tegangan permukaan). Sel alveolar fagosit disebut juga sel debu/dust cell dan memiliki inti bulat. Selain pada dinding alveoli terdapat juga pada lumen alveolus. Berasal dari monosit darah. Sel ini berkerja memfagosit debu mikroorganisme dan benda asing yang terdapat dalam alveoli yang ikut saat inspirasi. Sel endotel kapiler melpisi kapiler darah dan mempunyai inti gepeng dan kromatin inti halus.4

2.3 Mekanisme Pernapasan Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses pernafasan dengan mengikuti penurunan gradien tekanan yang berubah berselang seling antara alveolus dan atmosfer akibat siklik otot-oto pernafasan. Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada ventilasi antara lain tekanan atmosfer, intra-alveolus dan intrapleura. 14

Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Tekanan intra-alveolus yang dikenal juga sebagai tekanan intrapulmonalis adalah tekanan di dalam alveolus. Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini juga dikenal sebagai tekanan intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi di luar paru dalam rongga toraks.5 Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan volume intratorakal. Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratorakal. Namun, pada awal ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi. Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi.6 Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernafasan melemas, tidak ada udara yang mengalir; dan tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada awitan inspirasi, otot-otot inspirasi yaitu diafragma dan otot antar iga eksternal terangsang untuk berkontraksi sehingga terjadi pembesaran rongga rongga toraks. Otot inspirasi utama adalah diafragma, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar rongga toraks dan dipersarafi oleh saraf prenikus. Diafragma yang melemas berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga toraks. Sewaktu berkontraksi karena stimulasi saraf frenikus, diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume rongga toraks dengan menambah panjang vertikalnya. Dinding abdomen, jika melemas, dapat terlihat menonjol ke depan sewaktu inspirasi karena diafragma yang turun mendorong isi abdomen ke bawah dan ke depan. Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intraalveolus menurun karena molekul dalam jumlah yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Karena sekarang tekanan intra-alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan atmosfer, udara mengalir masuk ke paru mengikuti penururnan gradien tekanan dari tekanan tinggi ke rendah. Udara terus mengalir dalam paru sampai tidaka lagi terdapat gradien yaitu sampai tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Dengan demikian, pengembangan paru bukan disebabkan oleh perpindahan udara ke dalam paru; melainkan udara mengalir ke dalam paru karena turunnya tekanan intraalveolus akibat paru yang mengembang. Inspirasi yang lebih dalam dapat dilakukan dengan menkontraksikan difragma dan otot antariga eksternal secara lebih kuat dengan mengaktifkan otot-otot insiprasi tambahan untuk semakin memperbesar rongga toraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini, 15

yang terletak di leher, mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga toraks. Pada saat rongga toraks semakin memperbesar volumenya dibandingkan keadaan istirahat, paru juga semakin membesar sehingga tekanan intaalveolus semakin turun. Akibatnya, terjadi peningkatan aliran udara masuk paru sebelum terjadi keseimbangan dengan tekanan atmosfer yaitu pernafasan menjadi lebih dalam. Pada akhir inspirasi, otot-otot inspirasi melemas. Saat melemas, diafragma kembali ke bentuknya seperti kubah; sewaktu otot antar iga ekspernal melemas, sangkar iga yang terangkat turun karena adanya sifat elastik. Sewaktu paru menciut berkurang volumenya, tekanan intra-alveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yanglebih besar yang terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir inspirasi sekarang terkompresi ke dalam volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi istirahat, tekanan intraalveolus meningkat. Udara sekarang keluar paru mngikuti penurunan gradien tekanan dari tekanan intra-alveolus yang tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar udara berhenti jika tekanan intra-alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan tidak lagi terdapat gradien tekanan. Dalam keadaan normal, ekspirasi adalah suatu proses pasif karena terjadi akibat penciutan elastik paru saat otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi. Sebaliknya, insiprasi selalu aktif, karena hanya ditimbulkan oleh kontraksi otot-otot inspirasi dan menggunakan energi. Untuk melakukan ekspirasi aktif atau paksa, otot ekspirasi harus berkontraksi untuk semakin mengurangi volume rongga dada toraks dan paru. Otot ekspirasi terpenting adalah otot-otot di dalam dinding abdomen. Sewaktu otot-otot abdomen ini berkontraksi, terjadi peningkatan tekana intra-abdomen yang menimbulkan gaya ke atas pada diafragma, mengakibatkan diafragma semakin terangkat ke rongga toraks dibandingkan dengan posisi istirahatnya, sehingga semakin meperkecil ukuran vertikal ronga toraks. Otot-otot ekspirasi lain adalah otot antariga internal, yang kontraksinya menarik iga-iga ke bawah dan ke dalam, meratakan dinding dada dan semakin memperkecil ukuran rongga dada toraks; aksi otot-otot ini berlawanan dengan aksi otot antar iga eksternal. Sewaktu kontraksi aktif, otot-otot ekspirasi semakin mengurangi volume rongga toraks, volume paru juga semakin berkurang karena paru tidak harus teregang banyak untuk mengisi volume rongg toraks yang lebih kecil yaitu paru diperbolehkan menciut lebih kecil. Tekanan intra-alveolus menjadi semakin meningkat karena udara di dalam paru ditempatkan di dalam volume yang lebih kecil. Perbedaan natara tekana 16

natara intra-alveolus dan atmosfer menjadi semakin besar dibandingkan saat eksprasi pasif sehingga lebih banyak udara keluar mengikuti penurunan gradien tekanan sebelum keseimbangan tercapai. Dengan cara ini, paru mengalami pengosongan lebih sempurna selama ekspirasi aktif paksa dibandingkan selama ekspirasi pasif tenang.5 2.4 Faktor Penyebab Batuk dan Sesak Beberapa zat kimia berbahaya yang terdapat dalam asap rokok:7 1. Nikotin Pengaruh bagi tubuh manusia : ~ menyebabkan kecanduan / ketergantungan ~ merusak jaringan otak ~ menyebabkan darah cepat membeku ~ mengeraskan dinding arteri 2. Tar Pengaruh bagi tubuh manusia : ~ membunuh sel dalam saluran darah ~ Meningkatkan produksi lendir diparu-paru ~ Menyebabkan kanker paru-paru 3. CO (Karbon Monoksida) Pengaruh bagi tubuh manusia : ~ mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen ~ menghalangi transportasi dalam darah 4. Zat karsinogen Pengaruh bagi tubuh manusia : ~ Memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh 5. Zat Iritan ~ Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru ~ Menyebabkan batuk

17

Nikotin dengan cepat masuk kedalam otak begitu seseorang merokok. Kadar nikotin yang dihisap akan mampu menyebabkan kematian apabila kadarnya lebih dari 30 mg. Setiap batang rokok rata-rata mengandung nikotin 0.1-1.2 mg nikotin. Dari jumlah tersebut, kadar nikotin yang masuk dalam peredaran darah tinggal 25 %, namun jumlah yang kecil itu mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik Tar bukanlah zat tunggal, terdiri atas ratusan bahan kimia gelap dan lengket, dan tergolong sebagai racun pembuat kanker. Seringkali, banyak pabrik rokok tidak mencantumkan kadar tar dan nikotin dalam kemasan rokok produksi mereka. Karbon monoksida merupakan racun yang mengusir Oksigen dari ikatannya dengan haemoglobin dalam butir darah merah . Ikatan CO dengan Hb (COHb) akan membuat HB tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi Hb sebagai pengangkut oksigen berkurang fungsinya.8 2.5 Difusi dan Transpor O2 dan CO2 Difusi O2 dan CO2 Proses difusi merupakan proses masuknya molekul gas ke dalam cairan. Faktor yang terpenting yang menyebabkan difusi gas adalah tekanan parsial alveoli dan darah.4 Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida terus menerus berdifusi dari darah dalam alveoli. Pada keadaan seimbang, udara inspirasi bercampur dengan udara alveolus, menggantikan O2 yang telah masuk ke dalam darah dan mengencerkan CO2 yang telah memasuki alveoli. Sebagian udara campuran ini akan dikeluarkan. Kandungan O2 udara alveolus akan menurun dan kandungan CO2nya meningkat sampai inspirasi berikutnya. Gas berdifusi dari alveoli ke dalam darah kapiler paru atau sebaliknya melintasi membran alveolus kapiler yang tipis yang dibentuk oleh epitel pulmonal, endotel kapiler serta membran basalis masing-masing yang berfusi.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan proses difusi adalah perbedaan tekanan parsial gas dan tekanan gas (dalam cairan), luas penampang, panjang jarak yang harus ditempuh molekul-molekul gas dan daya larut gas.4 Kapasitas difusi paru untuk suatu gas berbanding lurus dengan luas membran alveolus-kapiler dan berbanding terbalik dengan tebal membran. P O2 udara alveolus normal adalah 100 mmHg dan P O2 darah yang memasuki kapiler paruh adalah 40 mmHg. Seperti halnya CO, kapasitas difusi O2 pada keadaan istirahat adalah 25 mL/menit/ mmHg dan P O2 dalam darah meningkat mencapai 97 18

mmHg, nilai yang sedikit lebih rendah daripada P O2 alveolus. Nilai ini berkurang menjadi 95 mmHg di dalam aorta akibat adanya pintas fisiologis. P CO2 darah vena adalah 46 mmHg, sedangkan dalam udara alveolus dalah 40 mmHg, sehingga CO2 berdifusi dari darah ke dalam alveoli sesuai selisih tekanan tersebut. P CO2 darah yang meninggalkan paru adalah 40 mmHg. CO2 mampu menembus seluruh membran biologis dengan mudah, dan kapasitas difusi paru untuk CO2 jauh lebih besar dibandingkan O2.6 Transpor O2 dan CO2 Oksigen yang diserap oleh arah di paru harus diangkut ke jaringan agar dapat digunakan oleh sel-sel. Sebaliknya CO2 yang diproduksi oleh sel-sel harus diangkut ke paru-paru untuk dieleminasi.5 Transport O2 dan CO2 teutama dilakukan di eritrosit sebab mengandung Hb. Hb mengikat O2 di kapiler paru dan dilepaskan di jaringan. Hb dapat mengikat CO2 yang diproduksi jaringan dan dilepaskan di paru. Transport O2 dalam bentuk larut sangat sedikit dan terikat secara kimiawi dengan Hb. Tiap komponen Hb mengandung 1 atom zat besi (Fe). Hb dapat berubah bentuk Oxygenated waktu mengikat O2dan membentuk Oksihemoglobin yaitu Hb + O2 HbO2. Di kapiler jaringan Hb melepaskan O2 (Deoksigenasi) menjadi Deoxygenated (Deoksihemoglobin) yaitu HbO2 Hb + O2. Transport O2 dalam arah dilakukan melaui 2 cara yaitu secara fisika maupun kimia. Kelarutan O2 dalam plasma darah adalah kecil karena perbedaan kepolaran antara gas dan pelarutnya kecil. O2 berdifusi dalam sel darah merah dan terikat secara kimiawi dengan hemoglobin. Disosiasi oksi Hb (pelepsan O2 dari Hb) ditentukan oleh P O2 dan medium sekelilingnya. Disosiasi oksi Hb meningkat (Hb mudah melepaskan O 2) bila pH menurun, P CO2 meninggi, suhu meninggi, konsentrasi 2,3 BPG meninggi dalam sel darah merah, dan P O2 menurun. Pada transport CO2, CO2 sebagai terlarut, daya larut CO2 lebih besar dari O2, tiap ml darah hanya dapat membebaskan 0,3 CO2 dalam bentuk terlarut. CO2 merupakan hasil respirasi selular. Di sel jaringan tekanan CO2 tinggi sehingga terjadi difusi CO2 ke pembuluh darah kapiler dan diangkut melalui 2 cara yaitu fisika dan kimia. Dengan cara fisika, CO2 diangkut oleh plasma darah (7%) karena kelarutan CO2 dalam plasma darah adalah 24 kali lebih besar daripada kelarutan O2. Dengan cara kimia, CO2 berdifusi ke sel darah merah dan diubah menjadi carbamino haemoglobin (HbCO2) dan ion bikarbonat (70%). CO2 terikat denga HB lebih kurang 19

23 % membentuk HbCO2. CO2 berdifusi dalam sel darah merah embentuk HCO3-. Ion H+ dinetralisir oleh Hb (daya buffer Hb) menjadi HHb. Ion HCO3- keluar dari sel darah merah menuju plasma diganti oleh ion Cl- (pergeseran klorida). Dalam plasma ion HCO3- bertindak sebagai buffer untuk mengontrol pH darah.4

2.6 Keseimbangan Asam Basa Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH: # pH 7,0 adalah netral # pH diatas 7,0 adalah basa (alkali) # pH dibawah 7,0 adalah asam. Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asambasa darah: 1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari. 2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat. 3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus 20

menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah. Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paruparu atau kelainan pernafasan.9,10 KESIMPULAN Pernafasan adalah pertukaran dua gas yaitu oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Sistem pernafasan mencakup organ paru-paru dan saluran yang menghubungkan jaringan paru dengan udara dari luar tubuh ke jaringan tubuh. Sistem pernafasan dilalui udara yang dihirup yang mengandung O2 yang penting untuk metabolisme dan mngeluarkan CO2 dan zat-zat lain yang merupakan hasil metabolisme tubuh. Sistem pernafasan dibagi menjadi dua bagian yaitu konduksi yang menyalurkan udara dan bagian respirasi sebagai tempat pertukaran gas. Pernafasan dimulai dari hidung, faring,

21

laring, trakea, bronkus ekstrapulmonal, bronkus intrapulmonal, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris hingga alveolus/alveoli. Selain mengetahui sruktur makroskopis dan mikrokopis sistem pernafsan, juga dapat mengetahui mekanisme pernafasan yang terjadi baik pada saat inspirasi maupun ekspirasi, difusi dan transport gas baik O2 dan CO2 yang terjadi secara fisika maupun kimia serta keseimbangan asam basa. Tidak hanya itu, ternyata kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan terutama dalam hal ini menghambat sistem pernafasan sehingga dapat menyebabkan batuk dan sesak. DAFTAR PUSTAKA 1. Gunardi Santoso. Anatomi sistem pernafasan. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007. 2. Janquiera LC, Carneioro J. Histologi dasar. Edisi 10. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2007. 3. Bloom and Fawcet. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2002. 4. Gunardi Santoso, Wibawani Ninik, Tirtarahardja Hartati, Lumbanraja Sahala, Husin Elly, Goenawan J, dkk. Respirasi 1. Jakarta: FK Ukrida. 2010. 5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2001. 6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2002. 7. Capah Ribka. Diunduh dari http://organisasi.org/beberapa-zat-kimia-berbahaya-yang-terdapat-dalam-asaprokok/18/04/2010, 10 Mei 2012. 8. Medicastore. Diunduh dari http://www.medicastore.com/index.php?mod=artikel&id=299/22/12/2009, 10 Mei 2012. 9. Nurcahyo. Diunduh dari http://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-asam-basa/02/2008, 11 Mei 2012. 10. Ayosz. Diunduh dari http://www.indonesiaindonesia.com/f/11140-keseimbangan-asam-basa/02/2008, 11 Mei 2012.

22