patologi sistem pernapasan (1)

181
Patologi Sistem Pernapasan (1) Ed Friedlander, M.D., Pathologist

Upload: jumatil-fajar

Post on 02-Jul-2015

2.137 views

Category:

Health & Medicine


11 download

DESCRIPTION

Presentasi kuliah Patologi Sistem Pernapasan - Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kapuas.

TRANSCRIPT

Page 1: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Patologi Sistem Pernapasan (1)Ed Friedlander, M.D., Pathologist

Page 2: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emboli dan Infark Paru

Page 3: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Tromboemboli paru sering terjadi.

• Trombi pada arteri paru yang tidak bisa dioperasi hampir selalu emboli.

• Paling sering berasal dari vena dalam dari tungkai; mereka juga mungkin berasal dari vena pelvis, jarang sekali berasal dari sinus dura otak besar atau tempat-tempat lain

• Trombosis pada vena tungkai sangat tidak nyaman (“tromboflebitis”), tetapi seringkali tanpa gejala. Sebagai seorang mahasiswa, anda akan membandingkan sirkumferensi betis, memeriksa tanda Homan (hati-hati jangan sampai menghancurkan trombus), dan lain-lain

Page 4: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Seringkali tromboemboli paru tidak berbahaya dan kadang-kadang membentuk sesuatu atau hancur; sebagiannya mematikan.

• Trias Virchow. Aturan khas untuk trombosis vena dalam dan tromboemboli paru meliputi:

• Stasis karena imobilisasi dari ekstremitas; gagal jantung kongestif kanan; anemia sel sabit; obesitas

• Status hiperkoagulasi karena kanker; setelah luka bakar; pembedahan, trauma berat; kehamilan; wanita yang menggunakan pil kontrasepsi oral dengan kandung estrogen tinggi; antikoagulan lupus, defisiensi antikoagulan herediter (S protein, C protein, antitrombin III, V-leiden, homosistein); perokok dan jangan lupa sindrom nefrotik, dimana pasien kehilangan kehilangan potein S dan C dalam urin mereka

Page 5: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Kerusakan endotel: pemasangan infus, kadang-kadang kateter CVP bertindak sebagai nidus bagi sebuah trombus yang mengalami embolisasi.

• Tidak seorang pun tahu mengapa – bayi jarang sekali meninggal karena tromboemboli paru

Page 6: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Tromboemboli paru menyebabkan

• Kematian mendadak (“embolus sadel” menyumbat batang paru-paru dan/atau ketua arteri utama paru-paru)

• “Cor pulmonale” akut (mungkin; hal ini biasanya mengharuskan penutupan 50% atau lebih dari batang arteri pulmonaris)

• Peningkatan “ruang mati” paru-paru yang tidak diperfusi; bila cukup banyak paru-paru menjadi ruang mati dan sisanya menyerima seluruh darah dari jantung, maka tidak cukup oksigen disini dan hipoksemia akan terjadi

• Iskemia karena kehilangan surfaktan dan kolaps alveoli (atelektasis; kadang-kadang)

Page 7: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Tromboemboli paru menyebabkan

• Infark aktual dari bahan paru karena embolus paru dapat terjadi jika sirkulasi bronkus tidak adekuat karena gagal jantung kiri, syok, dan lain-lain

• Bronkokonstriksi dan mengi (kadang-kadang, mungkin karena pengeluaran serotonin dari trombosit)

• Embolisasi kronik mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah paru (“hipertensi paru”) dan kadang-kadang “cor-pulmonale”

Page 8: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Setiap pasien dengan cemas, nyeri dada, sesak batuk, hemoptisis mendadak atau kematian mendadak harus membuat anda berpikir tentang emboli paru

• Angiografi adalah standar emas saat pasien masih hidup

• Emboli paru berubah menjadi pita-pita fibrosa yang tetap di paru seumur hidup seseorang.

Page 9: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Tro

mb

oe

mb

olu

s p

aru

Page 10: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emboli dan Infark Paru

Page 11: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infark paru hemoragik

Page 12: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infark paru hemoragik

Page 13: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infark paru trombosis

vena hemoragik

Page 14: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Tromboembolus paru

Page 15: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infark paru

Page 16: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Em

bolu

s s

adel

Page 17: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infark paru

Page 18: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Tro

mb

oe

mb

olu

s p

aru

Page 19: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Tro

mb

oe

mb

olu

s p

aru

Page 20: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Tro

mb

oe

mb

olu

s p

aru

Page 21: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Em

bo

lus p

aru

la

ma

Page 22: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infark paru

Page 23: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Em

bolu

s p

aru

Page 24: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Page 26: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah pengelompokkan tradisional dan tidak terlalu membantu dari empat penyakit berikut:

• Bronkitis kronik• Emfisema• Asma• Bronkiektasis

Page 27: Patologi Sistem Pernapasan (1)

•COPD meliputi dua penyakit yang sangat sering terjadi yang biasanya terjadi secara bersama-sama akibat merokok yaitu :• Bronkitis kronik • Emfisema

Page 28: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bronkitis Kronik•Menyebabkan obstruksi pada aliran udara karena udem, nekrosis, fibrosis, dan infeksi berulang dalam batang bronkus• Dinding menjadi lebih tebal dan hal ini

mempersempit lubang bronkus• Meskipun penyempitan lubang bronkus

mengganggu pernapasan, biasanya keparahan emfisema yang benar-benar membuat orang ini menjadi cacat

Page 29: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Lingkaran setan dari kolonisasi bakteri, infeksi, dan kerusakan mungkin berperan dalam perkembangan penyakit

• Peningkatan sekresi mukus dan hiperplasia dari kelenjar yang mengeluarkan mukus oleh diri mereka sendiri, meskipun khas untuk bronkitis kronis, sekarang diketahui bahwa mereka tidak berkontribusi secara berarti terhadap obstruksi

Page 30: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema

• Menyebabkan obstruksi aliran udara karena kehilangan elastisitas rekoil yang menyebabkan saluran udara kecil menjadi tertutup saat awal dari ekspirasi.

• Kita semua kehilangan sebagian elastisitas ketika kita tua, tapi perokok dan orang-orang kekurangan alfa-1 antritripsin kehilangan lebih banyak, dan juga memiliki beberapa kerusakan dari septa mereka, yang bukan merupakan bagian normal dari penuaan.

Page 31: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Baik emfisema dan bronkitis kronis paling sering disebabkan oleh menghisap rokok. Sebagian besar perokok yang memiliki salah satu penyakit, juga memiliki penyakit lainnya.

Page 32: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Perokok harus bersiap-siap untuk:

• Pigmen rokok di paru-paru

• Pigmen karbon di paru-paru

• Kehilangan motilitas silier

• Perkembangan sel goblet pada epitel kolumnar yang tersisa

Page 33: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Perokok harus bersiap-siap untuk:

• Hipertrofi dan hiperplasia dari kelenjar mukus dalam bronki, dengan mukus yang lebih banyak, plus peradangan dalam lamina propria kebawah melalui bronkiolus terminal. Hal ini menyebabkan terjadi penularan kapasitas ventilasi maksimum segera setelah merokok dimulai

Page 34: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Perokok harus bersiap-siap untuk:

• Penebalan membran basalis epitel pernapasan

• Peningkatan jumlah neutrofil di dalam paru-paru

• Peningkatan jumlah makrofag alveoli

• Rusaknya kemampuan makrofag alveoli untuk berfungsi dengan baik

• Meningkatnya produksi dan pelepasan elastase neutrofil dan makrofag

Page 35: Patologi Sistem Pernapasan (1)
Page 36: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Perokok harus bersiap-siap untuk:

• Hilangnya elastisitas dari dinding alveoli

• Kemungkinan kerusakan dinding alveoli

• Metaplasia skuamosa dari epitel pernapasan

Page 37: Patologi Sistem Pernapasan (1)
Page 38: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema

Page 39: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema bulosa

Page 40: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema sentriasinar / emfisema asinar distal

Page 41: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Em

fise

ma

se

ntr

iasin

ar

Page 42: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Usu

lan

pa

tog

en

esis

e

mfise

ma

Page 43: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema

Page 44: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema

Page 45: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema

Page 46: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema – “good blebs” (lepuh yang bagus)

Page 47: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema – kemungkinan sentrilobular

Page 48: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Em

fisem

a s

entr

ilobula

r

Page 49: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Em

fisem

a -

sentr

ilobula

r

Page 50: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Em

fise

ma

Page 51: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Em

fise

ma

-se

ntr

ilob

ula

r

Page 52: Patologi Sistem Pernapasan (1)

History of Illness

• A 71 year old man, who had smoked 40 cigarettes per day throughout his adult life, had a history of "chest trouble" for 40-50 years. Three days before his death, he developed increasing cough with yellow phlegm (sputum) and shortness of breath. At autopsy, the bronchi showed advanced changes of chronic bronchitis. There was left lower lobe pneumonia, while the right lung had obvious destruction of air sac walls (emphysema), the middle lobe being transformed into an air cyst. The heart showed right ventricular wall enlargement (8 mm thick, normal is up to 5 mm).

Page 53: Patologi Sistem Pernapasan (1)

This specimen shows a smoker's lung with cystic spaces (emphysema) due to destruction of airsacwalls.

Page 54: Patologi Sistem Pernapasan (1)

•Ahli anatomi kuno mendefinisikan “emfisema” sebagai dilatasi sebagian dari asinus yang permanen, dengan kerusakan yang mungkin terjadi dari beberapa dinding alveoli.• Anda akan mendiagnosis emfisema pada tes fungsi

paru dengan melihat adanya pemanjangan dari waktu yang diperlukan untuk ekspirasi paksa penuh, dengan tidak adanya penyakit asma

Page 55: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Dua bentuk utama emfisema

•Emfisema sentrilobular (sentiasinar) menunjukkan lebih banyak dilatasi dari bronkioli respiratorius dan alveoli mereka• Biasanya dilihat sebagai emfisema perokok “karena

paparan rokok paling berat pada pusat dari acini”. Dan “lebih parah pada lobus superior, karena mereka lebih banyak terpapar rokok”

Page 56: Patologi Sistem Pernapasan (1)

•Emfisema panlobular (panasinar) melibatkan asinus secara seragam• Secara tradisional, hal ini disebabkan oleh

kekurangan alfa 1-protease inhibitor (“antitripsin”) “karena darah membawa neutrofil ke semua paru secara seragam”. Dan “lebih parah di lobus lebih bawah, karena mereka memiliki lebih banyak darah”

Page 57: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Saat penderita emfisema diautopsi, kerusakan sedemikian parah sehingga anda tidak dapat membuat perbedaan, dan ini bukan sesuatu yang berarti bagi klinisi, radiologi atau pasien.

Page 58: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Patologinya sangat jelas

• Emfisema tidak disebabkan oleh udara yang terperangkap di dalam bronkiolus yang meradang (penderita asma tidak menjadi asma dari kondisi tersebut) atau memainkan instrumen musik tiup.

• Masalahnya adalah kerusakan serat elastik paru-paru oleh elastase dari netrofil, monosit, kemungkinan pankreas. Tentu saja, merokok sigaret membawa banyak polimorfonukleus ke paru-paru.

Page 59: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Kekurangan serum alfa-1-antitripsin adalah kesalahan metabolisme yang mana memperberat emfisema panasinar yang berkembang pada orang yang tidak merokok.

• Asap rokok memperkuat elastase, menghambat anti-protease, dan mendukung infeksi dengan jalan melepaskan lebih banyak elastase. Kita tidak tahu mengapa sebagian perokok menderita emfisema yang lebih parah dibandingkan dengan perokok yang lain.

• Karena kehilangan kemampuan mengembang, jalan napas yang kecil kolaps selama ekspirasi paksa.

Page 60: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Pasien dengan “emfisema” klasik mengalami pink puffer, dengan PaCO2 normal, barrel chest, pursed lips, sesak, napas cepat, kurus (dia bekerja keras sepanjang waktu), kacau. Hasil pemeriksaan fisik yang konsisten hanya melambatnya ekspirasi paksa (“Dapatkah anda meniup korek api pada jarak enam inchi dengan mulut terbuka lebar”)

Page 61: Patologi Sistem Pernapasan (1)
Page 62: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Pink puffers belajar untuk menjaga agar paru-paru mereka tetap mengembang untuk menjaga agar bronkiolus pernapasan tidak kolaps, dan hal ini membuat perubahan pada bentuk dada itu sendiri (“barrel chest”, “peningkatan diameter anterior posterior”, “peningkatan volume paru-paru total”)

• Orang-orang ini tak lama kemudian menderita infeksi paru-paru akibat bakteri, dan mati akibat cor pulmonale, pneumotoraks, atau pneumonia; kurang sering akibat tromboemboli paru

Page 63: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Emfisema Bulosa

• Menghasilkan gelembung berisi udara (jika > 2 cm, anda dapat menyebutnya “bula”) mengandung sedikit atau tidak ada jaringan paru-paru, biasanya di puncak, kadang-kadang di lokasi jaringan parut TB yang sudah lama.

Page 64: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Sebagian besar kasus mungkin merupakan hasil dari emfisema yang sering terjadi, dengan paru yang tidak elastis yang “kolaps akibat berat badannya sendiri”; lobus lebih atas memiliki lebih banyak kontak dengan asap rokok karena mereka memiliki ventilasi yang lebih baik.

• Gelembung dapat disingkirkan secara pembedahan, yang meringankan hirupan “pink puffers”.

Page 65: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Gelembung-gelembung tersebut rentan pecah, menyebabkan pneumothorax dan kematian mendadak.

Page 66: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ge

lem

bu

ng

pa

da

em

fisem

a

Page 67: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pasien emfisema

Page 68: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bentuk-bentuk lain dari emfisema

• Kompensasi (misalnya setelah pengeluaran sebuah lobus paru, lobus-lobus lain mengembang; ini salah istilah, karena tidak ada kerusakan alveoli, dan tidak ada kehilangan elastisitas)

• “Ireguler” atau “traksional” (misalnya dekat dengan jaringan parut yang tertarik; salah istilah yang lain)

• “Tua” (kehilangan elastisitas tanpa kehilangan bahan paru, akibat “umur yang sudah tua).

Page 69: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bentuk-bentuk lain dari emfisema (lanjutan)

• “Emfisema interstisial” tidak merujuk ke paru-paru. Ini berarti udara dipaksa masuk ke jaringan fibrosa tubuh, seringkali akibat dari robeknya paru itu sendiri (karena emfisema yang sebenarnya, batuk yang parah, respirator, iga patah, trauma tekanan).

Page 70: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bronkitis Kronik(“batuk perokok”)

Page 71: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Didefinisikan secara klinis sebagai batuk menetap dengan produksi sputum selama paling sedikit tiga bulan selama paling sedikit dua tahun berturut-turut.

• Penyebab yang biasa adalah rokok.

• Pasien bronkitis kronik klasik adalah “blue bloater”, dengan peningkatan PaCo2, gemuk, udematosa (cor pulmonale), sianosis, menghasilkan banyak sputum, narkosis CO2.

Page 72: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Gambaran yang membedakan dari pasien ini adalah toleransi yang didapat terhadap hiperkarbia yang disebabkan oleh buruknya ventilasi (misalnya akibat emfisema).

• Berbeda dengan “pink puffers” (yang mempertahankan kondisi hiperkarbia mereka), pasien-pasien ini tidak lagi berjuang untuk bernapas, sepanjang mereka mendapatkan oksigen yang memadai

Page 73: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Karena ventilasi alveoli yang lebih buruk, hipertensi paru datang lebih dini pada pasien “bronkitis kronik” dibandingkan pasien emfisema.

• Pada emfisema, hipertensi paru terjadi terutama karena kerusakan dari pembuluh darah, dengan beberapa atau tanpa lesi proliferatif yang sebenarnya.

• Kekambuhan sering terjadi dan menjadi alasan seseorang dirawat dirumah sakit.

Page 74: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• 80% diakibatkan oleh infeksi bakteri atau virus

• Bakteri yang paling mematikan adalah Staphylococcus pneumonia dan Hemophilus influenza

• Kematian juga disebabkan oleh cor pulmonale atau akibat tidak bernapas yang diakibatkan oleh pemberian oksiten tambahan (ingat, hiperkarbia tidak lagi merangsang pernapasan pada pasien ini). Dosis kecil dari sedatif dapat menghentikan dorongan pernapasan mereka, jadi hati-hatilah.

Page 75: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bro

nkitis

kro

nik

Page 76: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bro

nkitis

kro

nik

Page 77: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Penyakit saluran

pernapasan kecil

Page 78: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Meskipun sistem pemeriksaan fungsi paru cukup rumit, diagnosis utama dari “COPD” dibuat dengan jalan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.

Page 79: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Asma Bronkial

Page 80: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Sindrom yang sering ditemukan (10% anak-anak, 5% dewasa) dimana bronki kecil merespon secara tidak normal terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan konstriksi dan/atau peradangan (biasanya keduanya). Hal ini menghasilkan episode sesak, mengi dan batuk.

• Faktor sel Mast tampaknya membantu bronkokonstriksi apapun yang mencetuskan serangan

Page 81: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Serangan asma seringkali dirangsang oleh:

• Hipersensitifitas tipe I, dari degranulasi sel mast yang dimediasi IgE yang diakibatkan oleh paparan terhadap polen, kotoran kecoak, dan alergen poten lainnya.

• Infeksi virus

• Polusi, asap rokok (kami tidak tahu mengapa, tetapi itu sangat potensial; orang tua yang merokok memperburuk asma pada anak), menghirup heroin / kokain

Page 82: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• “bau yang kuat” (cat basah merangsang sebagian penderita asma)

• Aspirin; NSAIDS lain, tartrazine kuning

• “Stress”

• Reflux asam lambung (“sakit di ulu hati”)

Page 83: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Olahraga, terutama dalam udara dingin (saluran udara yang kering dan/atau dingin sekali); perenang kompetisi pada kolam renang yang dihalogenasi adalah kelompok resiko khusus.

• Chlamydia dan mycoplasma; terutama Chlamydophila pneumoniae

Page 84: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Asma alergi ada bila serangan pasien biasanya dicetuskan oleh hipersensitifitas yang dimediasi oleh IgE

• Asma idiosinkrasi ada bila serang pasien biasanya dicetuskan oleh paparan terhadap aspirin, inhibitor cyclo-oxygenase lain, dan/atau tratrazine yellow

• Apapun penyebabnya, patologi pada asma adalah peradangan dari mukosa bronkus, dengan eosinofil, dan (juga mungkin, sebagai hasil) peningkatan kerentanan dari epitel

Page 85: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Patologi paru-paru

• Gambaran kasat mata: arteri pulmonalis pada paru-paru ini telah ditembus oleh campuran putih, campuran barium-gelatin.

Page 86: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Paru-paru: Asma

Page 87: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Hip

erinflasi paru

-paru

Page 88: Patologi Sistem Pernapasan (1)

“Plu

g”

mukus a

sm

a

Page 89: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ja

lan

na

pa

s p

en

de

rita

a

sm

a

Page 90: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Kete

rlib

ata

n e

osin

ofil

Page 91: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Plu

g a

nd

wa

ll ch

an

ge

s

Page 92: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Penebalan otot

polos (panah

)

Page 93: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Penebalan

membran basalis (panah)

Page 94: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Kristal Charcot-Leyden (panah)

Page 95: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Sp

ira

l C

urs

ch

ma

nn

Page 96: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Hiperinflasi Paru

Page 97: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Mukus menutup

jalan napas

Page 98: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Sumbatan jalan napas

Page 99: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Sumbatan

Page 100: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Penebalan

membran basalis (panah)

Page 101: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Spiral C

urs

chm

ann

Page 102: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Spiral C

urs

chm

ann

Page 103: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Mengi juga dapat disebabkan oleh:

• Benda asing atau tumor pada saluran pernapasan bagian atas

• Udem paru (terutama pada gagal jantung kongestif kiri)

• Embolus paru

• Bronkitis kronik

• Sindrom karsinoid

Page 104: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bronkiektasis

Page 105: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Didefinisikan sebagai dilatasi silindris permanen dan ulkus dari bagian batang bronkus

• Gambaran klinis adalah batuk kronik dengan produksi sputum, sampai beberapa cangkir sehari

• Dilatasi (“-ektasis”) disebabkan oleh kontraksi dari jaringan parut disekitar bronkus, dan dari sekitar atelektasis.

Page 106: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bro

nkie

kta

sis

Page 107: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ko

nstr

iktif b

ron

kio

litis

Page 108: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Cystic Fibrosis

(Bronkiektasis)

Page 109: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bronkiektasis

• Bronkiektasis terjadi bila ada sumbatan atau infeksi dengan peradangan dan kerusakan bronki sehinga ada dilatasi permanen. Bila dilatasi ada, sebagaimana terlihat disini secara kasat mata di bagian telah bawah dari paru-paru, pasien memiliki infeksi berulang karena stasis pada saluran napas ini. Produksi sputum purulen dalam jumlah besar saat batuk merupakan hal yang biasa.

Page 110: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bro

nkie

kta

sis

Page 111: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Adhesi fibro

sa

Page 112: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Dila

tasi bro

nkus

Page 113: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pe

nin

gka

tan

se

l pera

dangan k

ronik

di

su

bm

uko

sa

Page 114: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Bronkiektasis memperburuk infeksi pernapasan (berat, atau mereka yang menderita penurunan daya tahan tubuh – ingat AIDS anak-anak), asma, merokok, penyakit keturunan (terutama kistik fibrosis dan diskinesis/imotiliti silier primer, termasuk Kartagener). Jika anda teraspirasi benda asing yang tinggal di sebuah bronkus, anda akan menderita bronkiektasis di daerah tersebut. Saat ini, banyak kasus bersifat idiopatik.

Page 115: Patologi Sistem Pernapasan (1)
Page 116: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Obstructive sleep apnea

Page 117: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Sering (1-5% pada orang dewasa, dan sebagian anak-anak), serius, masalah kesehatan yang sudah lama diabaikan, ditandai dengan banyak episode obstruksi saluran pernapasan atas setiap malam

• Korban sleep apnea semuanya terkenal suka mengorok (mengorok terkait dengan mengantuk sepanjang harus yang berlebihan dan masalah kualitas hidup lainnya).

Page 118: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Sebagian besar kelebihan berat badan (lebih banyak jaringan lemak di saluran pernapasan atas atau memiliki tonsil yang sangat besar atau kelainan rahang. Sebagian besar tidur dengan posisi terlentang. Sebagian besar memiliki “leher tebal” dan/atau banyak minum.

Page 119: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Ketika korban mulai masuk tidur yang dalam, saluran pernapasan bagian atas tertutup, ia meronta, mendengkur, setengah terbangun, membuka kembali saluran napas dengan megap-megap. Siklus ini berulang setiap beberapa menit sepanjang malam, dan pasien tidak pernah tidur nyenyak.

Page 120: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Sleep apnea menyebabkan sakit kepala dipagi hari, mengantuk sepanjang hari, “narkolepsi”, perubahan sikap dan perilaku, gagal di sekolah dan pekerjaan, “penyakit psikiatri”, perceraian (“dia menolak untuk tidur denganku lebih lama”), “near-miss SIDS”, kematian “jantung” mendadak, snooze angina, hipertensi, dan lain-lain.

Page 121: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Terapi

• Minta pasien untuk TIDUR PADA SATU SISI

• Obat PROTRIPTYLINE membantu otak mempertahankan jalan napas yang utuh

• UVULOPALATOPHATYNGOPLASTY (operasi) dan/atau TONSILLECTOMY cukup berguna

• MESIN yang menyediakan tekanan jalan napas positif berlanjut bekerja dengan baik pada sebagian besar korban

• TRACHEOSTOMY adalah upaya terakhir tetapi menyembuhkan sleep apnea

Page 122: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infeksi Paru

Page 123: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Str

ep

toco

ccu

s

pneum

onia

e

Page 124: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Meth

icill

in-

resis

tan

tS

tap

hylo

co

ccu

s

aure

us

Page 125: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bra

nh

am

ella

(M

ora

xe

lla)

cata

rrhalis

Page 126: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ha

em

op

hilu

s in

flu

en

za

e

Page 127: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bo

rde

tella

pe

rtu

ssis

Page 128: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Kle

bsie

lla p

ne

um

on

iae

Page 129: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pse

ud

om

on

as a

eru

gin

osa

Page 130: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pse

ud

om

on

as a

eru

gin

osa

Page 131: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Myco

ba

cte

riu

m

tuberc

ulo

sis

Page 132: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Le

gio

ne

lla p

ne

um

op

hila

Page 133: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• Jalan napas orang yang tidak merokok secara normal steril dibawah pita suara, tetapi hampir setiap organisme mampu menyebabkan penyakit telah menyebabkan PNEUMONIA, infeksi dari bahan paru-paru.

• Bronki perokok cenderung untuk mengandung beberapa Hemofilus influenza dan pneumokoki

Page 134: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• INFEKSI OLEH BAKTERI YANG SERING TERJADI paling sering menyebabkan eksudasi (cairan udem, lalu neutrofil dan mungkin makrofag) ke dalam rongga alveolus (“saya membatukkan lendir”)

• Jika infeksi bakteri terjadi pada sebagian dalam lobus tersendiri, disebut BRONKOPNEUMONIA

• Jika bakteri menyebar secara agresif, berhenti hanya pada fisura interlobaris, disebut PNEUMONIA LOBARIS.

Page 135: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ro

ng

ga

alv

eo

lus d

iinfiltra

si

ole

h n

eu

trofil d

an

m

akro

fag

Page 136: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ne

utr

ofil d

an

ma

kro

fag

te

rlih

at dala

m e

ksudat

Page 137: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pneumonia – neutrofil dan jaring

fibrin

Page 138: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pneumonia lobaris –hepatisasi abu-abu

Page 139: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pneumonia lobaris (fase

ketiga): alveolitis leukositik

Page 140: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pn

eu

mo

nia

lo

ba

ris –

hepatisasi abu

-abu

Page 141: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pn

eu

mo

sit c

arb

on

-la

yd

en

tip

e I

Page 142: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pneumonia lobaris

Page 143: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pneum

onia

akut

Page 144: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pneumonia lobaris tengah

• Hampir seluruh lobus tengah dari paru-paru kanan ini terlibat dengan abses kronis sebagaimana terlihat dalam potongan ini. Daerah abses berwarna kuning, dan sangat keras. Agen infeksius yang bertanggung jawab disini adalah Nocardia, yang dikenal menghasilkan peradangan yang menghasilkan abses kronik

Page 145: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infe

ksi N

ocard

ia

Page 146: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ja

rin

ga

n n

ekro

sis

dik

elil

ingi ja

ringan

gra

nu

lasi

Page 147: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Biji

-biji

da

lam

ro

ng

ga

abses

Page 148: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Biji terdiri dari

bakteri dan

matriks

homogen

Page 149: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Actin

om

yce

s isra

elii

da

lam

biji

Page 150: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Actin

om

yce

s isra

elii

da

lam

biji

Page 151: Patologi Sistem Pernapasan (1)

• INFEKSI VIRUS DAN MIKOPLASMA paling sering menyebabkan udem ringan di interstisium, dan infiltrasi insterstisium oleh limfosit dan makrofag (“Batuk saya kering”)

• TUBERKULOSIS, PNEUMOSISTIS, PNEUMONIA JAMUR memiliki patologi yang berbeda

Page 152: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Fu

ng

us b

all

(Asp

erg

illo

sis

paru

)

Page 153: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Hifa

(A

sp

erg

illo

sis

pa

ru)

Page 154: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ka

nd

ido

sis

pa

ru

Page 155: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ka

nd

ido

sis

pa

ru (

Gro

co

tt’s

silv

er)

Page 156: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Fungus ball (Aspergillus)

• Ini adalah granuloma jamur yang dihasilkan oleh Aspergillus. Proses infeksi diduga dengan fakta bahwa lesi telah melintasi fisura. Sebuah neoplasma biasanya dibatasi oleh hambatan anatomis. Granuloma ini memiliki tepi yang tidak teratur, berwarna merah dan pusat yang keras dan berwarna orange.

Page 157: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pneum

onia

virus

Page 158: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bola

jam

ur

(Asperg

illus)

Page 159: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Hifa

be

rse

pta

pa

da

asperg

illom

a

Page 160: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Hifa A

sperg

illus

Page 161: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Gra

nulo

ma C

occid

ioid

es

imm

itis

Page 162: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Co

ccid

ioid

om

a (

ka

se

osa

te

rbungkus)

Page 163: Patologi Sistem Pernapasan (1)

En

do

sp

ora

(c

occid

ioid

om

ycosis

paru

)

Page 164: Patologi Sistem Pernapasan (1)

En

do

sp

ora

(c

occid

ioid

om

ycosis

paru

)

Page 165: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Sfe

rul C

. Im

mitis

dala

m s

el

raksa

sa

Page 166: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Aspergilloma paru

• Potongan paru ini menunjukkan aspergilloma dalam bagian atas dari lobus bawah. Perhatikan dinding fibrosa dan fibrosis parenkim yang meluas ke pleura, yang menebal.

Page 167: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Infiltra

si n

eu

tro

fil d

an

m

akro

fag

(B

lasto

mik

osis

p

aru

)

Page 168: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ra

gi B

lasto

myce

s

derm

atitidis

Page 169: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Pe

ng

un

cu

pa

n r

ag

i

Page 170: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ra

gi H

isto

pla

sm

a d

ala

m

jaringan n

ekro

sis

Page 171: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ka

psu

l tid

ak d

ibe

ntu

k o

leh

H

isto

pla

sm

a c

apsula

tum

Page 172: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Aspergilloma

• Bola jamur ini melintasi fisura diantara lobus kanan tengah dan kanan bawah, gambaran yang lebih sering ditemukan pada jamur, dibandingkan pada bakteri, pneumonia. Bola jamur adalah massa bundar jaringan paru dikelilingi oleh rongga udara. Parenkim paru didekatnya memiliki lapisan fibrosa tipis.

Page 173: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Bo

la ja

mu

r (A

sp

erg

illu

s)

Page 174: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Hifa bercabang dengan bungkus proteinasea

Page 175: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Hifa

be

rse

ptu

m

(asperg

illosis

)

Page 176: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Sfe

rul d

an

en

do

sp

ora

da

ri

Co

ccid

ioid

es im

mitis

Page 177: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Sfe

rul d

en

ga

n e

nd

osp

ora

C

occid

ioid

es im

mitis

Page 178: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Gra

nu

lom

a C

ryp

toco

ccu

s

paru

Page 179: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ja

mu

r b

erb

en

tuk r

ag

i difagosit o

leh s

el ra

ksasa

Page 180: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Ra

gi b

un

da

r b

erk

ap

su

l d

ala

m s

ito

pla

sm

a

Page 181: Patologi Sistem Pernapasan (1)

Se

l ra

ksa

sa

me

mfa

go

sit

ragi