patologi sistem pernapasan (2)

203
Patologi Sistem Pernapasan (2) Ed Friedlander, M.D., Pathologist

Upload: jumatil-fajar

Post on 02-Jul-2015

871 views

Category:

Health & Medicine


18 download

DESCRIPTION

Presentasi kuliah Patologi Sistem Pernapasan bagian kedua - Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kapuas

TRANSCRIPT

Page 1: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Patologi Sistem Pernapasan (2)Ed Friedlander, M.D., Pathologist

Page 2: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronkopneumonia (“pneumonia lobularis”)

Page 3: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Mengapa orang sakit menderita pneumonia:

• Banyak dari mereka tidak batuk dan membersihkan paru-paru sebagai seharusnya karena obat-obatan, usia lanjut, kelemahan fisik, fibrosis paru, penyakit lain, atau apapun;

• Banyak dari mereka memiliki fungsi elevator mukosilier yang buruk akibat merokok, infeksi penyakit lain, atau apapun;

Page 4: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Mengapa orang sakit menderita pneumonia:

• Banyak dari mereka memiliki fungsi makrofag alveolus yang buruk karena merokok, terapi oksigen, alkoholisme, atau apapun;

• Udem paru dari apapun penyebabnya adalah media kultur yang besar

• Bahan setengah cair (glop) dalam paru-paru (cystic fibrosis, sumbatan jalan napas, “bronkitis kronik”, dan lain-lain) membantu membuat paru-paru terinfeksi.

Page 5: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Bronkopneumonia biasa merupakan komplikasi dari campak dan pertusis. Bronkopneumonia sekunder yang disebabkan oleh stafilokokus merupakan pembunuh utama pada pandemi influenza tahun 1918.

Page 6: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronkopneumonia

Page 7: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronkopneumonia:

fokus peradanga

n di bronkiolus

Page 8: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronkopneumonia

Page 9: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronkopneumonia

• Daerah yang lebih terang yang tampak terangkat pada potongan permukaan dari sekeliling paru adalah daerah dari konsolidasi paru.

• Inflated lung

Page 10: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronkopneumonia• Daerah yang terkonsolidasi disi

sangat mirip dengan pola lobulus paru (memperkuat istilah pneumonia “lobular”). Bronkopneumonia secara klasik adalah pneumonia “didapat di rumah sakit” tampak pada orang yang sudah sakit dari proses penyakit lain. Bakteri penyebab meliputi: Staphylococcus aureus, Klebsiella, E. Coli, Pseudomonas

Page 11: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronkopneumonia

• Bronkopneumonia ini lebih jelas, tetapi ada daerah dengan konsolidasi yang lebih terang. Hilus terlihat di kanan bawah dengan arteri pulmonalis dan bronki. Banyak bronkopneumonia mengikuti pneumonia virus, khususnya pada orang yang lebih tua pada musim dingin saat influenza sering terjadi.

Page 12: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Eksudat neutr

ofilik

Page 13: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Alv

eoli

diis

i sel-

sel

pe

rad

an

ga

n (

pn

eum

on

ia)

Page 14: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Eksu

da

t a

lve

olu

s te

ruta

ma

neutr

ofil

Page 15: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pn

eu

mo

nia

be

rat

–keru

akan jaringan p

aru

d

an

pe

rda

rah

an

Page 16: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Abses p

neum

onia

din

i

Page 17: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Penyebara

n h

em

ato

gen

infe

ksi ke

pa

ru-p

aru

Page 18: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Meskipun sering, bronkopneumonia adalah infeksi oportunistik, dan pasien sudah sakit dengan sesuatu yang memungkinkan bakteri untuk meraih pijakan

• Banyak orang dengan bronkopneumonia memiliki gangguan refleks batuk, akibat usia tua, anestesi, obat-obatan, nyeri, penyakit yang membuat pasien menjadi kurus, paralisis.

Page 19: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Jika silia tidak berfungsi secara optimal (diskinesia herediter, metaplasia skuamosa ringan, merokok, paparan gas yang mengiritasi, bronkitis akut akibat virus), sulit untuk membersihkan bakteri.

• Alkohol dan tembakau diketahui mengganggu kemampuan makrofag alveolus untuk membunuh bakteri, dan bahkan terapi oksigen diperkirakan dapat melakukan hal ini.

Page 20: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Bila sekresi berkumpul di dada (bronkitis kronik yang buruk, cystic fibrosis, dibelakan kanker yang menyumbang, atau hanya tidak dapat batuk secara baik), bakteri akan memiliki tempat yang baik untuk tumbuh.

Page 21: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Cairan udem adalah media kultur yang baik, dan sering terjadi bagi satu episode klinis dari bronkopneumonia menjadi serangkaian infeksi oleh organisme yang berbeda. Hal itu mulai sebagai infeksi pneumokokus, yang diganti dengan infeksi Hemofilus influenza, yang diganti dengan infeksi klebsiella, yang diganti dengan infeksi serratia. Hal ini mungkin menjelaskan sebagian besar “kegagalan antibiotik”.

Page 22: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Aspirasi Pneumonia

Page 23: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Disebabkan oleh ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas dari bakteri oral dan asam lambung. Bayi baru lahir dapat mengaspirasi mekonium. Semuanya dapat sangat berat.

Page 24: Patologi Sistem Pernapasan (2)

An

tig

en

E.

Co

li d

ala

m

sitopla

sm

a

Page 25: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Re

aksi g

ran

ulo

ma

be

nd

a

asin

g d

isekitar

bro

nkio

lus

Page 26: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Aspirasi bronkopneumonia –

cairan amnion

Page 27: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Asp

ira

si –

rea

ksi b

en

da

asin

g

Page 28: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Asp

ira

si p

ne

um

on

ia –

benda a

sin

g

Page 29: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Sebenarnya sebagian besar bronkopneumonia disebabkan oleh kuman yang diaspirasi dari mulut

• Sebagian besar aspirasi pneumonia pada sisi kanan, dan paling sering melibatkan lobus atas kanan

Page 30: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kasus khusus:• Stafilikokus: komplikasi influenza (bergantung pada

stafilokokus, hal ini termasuk syok toksik)

• Campuran flora pada anak yang belum lahir: Chorioamnionitis

• Streptokokus: baru lahir

• Batang gram negatif: nosokomial, atau sesudah pembedahan saluran pencernaan (ingat bahwa kuman yang paling kejam adalah yang hidup di rumah sakit)

• Pneumonia anaerobik: alkoholik dengan gigi yang buruk

Page 31: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pneumonia Lobaris

Page 32: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Ini adalah infeksi dari seluruh lobus yang dihasilkan oleh mikroorganisme virulen

• Sejauh ini, agen penyebab yang paling sering selalu Streptococcus pneumoniae (“pneumococcus”, diplokokus gram positif disebut “kapten dari laki-laki yang mati”, “teman orang tua”, dan lain-lain) yang mana menjatuhkan orang-orang sehat saat jayanya.

Page 33: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Tetapi organisme ini masih mudah diatasi dengan antibiotik, epidemi sudah menjadi jarang, ada vaksin, dan beberapa orang saat ini mati dari pneumonia pneumokokus pada negara berkembang. Diseluruh ini, ia masih merupakan pembunuh utama.

Page 34: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pneum

okokus p

neum

onia

(p

ew

arn

aa

n s

pu

tum

)

Page 35: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• KLEBSIELLA PNEUMONIAE menyebabkan pneumonia lobaris pada alkoholik yang kondisinya memburuk. Batang gram negatif ini dilapisi oleh kapsul ramping tebal, dan korban membatukkan lendir tebal (“saus cranberi”)

• Stafilokokus (sesudah influenza), Hemofilus influenza, pseudomonas, dan yang lain adalah penyebab pneumonia lobaris yang terkenal pada orang dengan kerusakan daya tahan paru.

Page 36: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Se

ptike

mia

Pse

ud

om

on

as

Page 37: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Empat tahap pneumonia lobaris:

• HIPEREMIA DAN UDEM: kuman membelah dengan cepat, dan pembuluh darah berdilatasi dan cairan tumpah sebagai respon terhadap cedera

• HEPATISASI MERAH: peradangan berlangsung, dan pembuluh darah sekarang mengeluarkan fibrinogen, yang membentuk jaringan fibrin dalam alveoli. Sebagian sel darah merah dikeluarkan oleh kerusakan pada pembuluh darah, dan neutrofil datang untuk memerangi bakteri. Eksudat alveolus menjadi “sputum berkarat”.

Page 38: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• HEPATISASI ABU-ABU: fibrin mendominasi gambaran, saat sel neutrofil dan sel darah merah (“abu-abu” karena perdarahan tidak lagi terjadi dan sel darah merah sudah hancur). Fibrin mungkin membentuk bola dalam alveoli sebagai “ikatan fibrin”.

• RESOLUSI: plasmin membersihkan fibrin, dan paru-paru kembali menjadi normal (mudah-mudahan)

Page 39: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• KOMPLIKASI: permukaan pleura yang terkena infeksi hampir selalu terlibat, bertanggung jawab terhadap nyeri dari pneumonia lobaris. Akan ada adesi fibrinosa, yang mungkin sembuh atau berubah menjadi jaringan paru

Page 40: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• KOMPLIKASI: Pada pneumonia lobaris Klebsiella, stafilokokus, atau pseudomonas, seringkali terbentuk nekrosis dan abses, yang mana seringkali mengkomplikasi penyembuhan. Nekrosis jarang pada pneumonia pneumokokus.

Page 41: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Abses b

ronkopneum

onia

Page 42: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Abses – komplikasi pneumonia

Page 43: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Abses paru

Page 44: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• KOMPLIKASI: jika infeksi menjadi sangat buruk pada rongga pleura, dia akan mengisinya dengan pus (“empiema”) dan hal ini perlu didrainase. (Hal ini adalah hal yang paling membantu yang seorang dokter dapat lakukan untuk pneumokokus pneumonia sebelum penisilin).

Page 45: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pleuritis supurativa

Page 46: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• KOMPLIKASI: kadang-kadang fibrin dalam alveoli seringkali diorganisir, meninggalkan sebuah jaringan parut.

• KOMPLIKASI: bakteri seringkali menyebar ke struktur lain (kantung perikardium, meninges)

Page 47: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pneumonia lobaris

Page 48: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pneumonia lobaris

Page 49: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tuberkulosis

Page 50: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Granuloma tuberkulosi

s

Page 51: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Granuloma tuberkulosi

s dalam interstisium

paru

Page 52: Patologi Sistem Pernapasan (2)
Page 53: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Gra

nu

lom

a k

ase

osa

Page 54: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tuberkulosis

• Penyakit granulomatosa dapat menjadi agak luas. Disini berbagai granuloma yang tersambung di lapangan paru bagian atas dalam kasus tuberkulosis paru aktif

Page 55: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Komplek Ghon di paru

• Perhatikan granuloma sub pleura di bagian kanan bersama dengan granuloma di kelenjar limfe hilus, temuan khas bagi kompleks Ghon dari tuberkulosis primer

Page 56: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kom

ple

ks G

hon

Page 57: Patologi Sistem Pernapasan (2)
Page 58: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kavitasi pada Tuberkulosis

Page 59: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tuberkulosis milier

Page 60: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Gra

nulo

ma p

aru

Page 61: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Gra

nu

lom

a d

en

ga

n

nekro

sis

kaseosa

Page 62: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Gra

nu

lom

a d

en

ga

n

makro

fag e

pitelo

id d

an s

el

raksa

sa

Page 63: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pe

wa

rna

an

ba

sil

tah

an

asam

Page 64: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pew

arn

aan a

ura

min

e

Page 65: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bagaimana TB menyebabkan cedera jaringan

• Kuncinya adalah sel-sel yang mengandung mikobakterium virulen merekrut sel imun lain untuk menghancurkan jaringan disekitarnya, membuat mereka menjadi serbuk kaseosa (semua sel di daerah tersebut menjalani apoptosis dan menjadi berkeping-keping), yang mana diharapkan basilus bisa dibatukkan keluar.

Page 66: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Ide bahwa tubuh merespon berlebihan terhadap organisme yang dibenci telah dikonfirmasi dengan penemuan mikobakterium tidak virulen yang dimodifikasi secara genetik masih menginfeksi, tetapi tidak merekrut sel-sel lain, dan menyebabkan sedikit bahaya

Page 67: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• TUBERKULOSIS PRIMER terjadi bila basilus TB pertama kali menginfeksi seseorang.

• Lesi tunggal (FOKUS GHON) terjadi langsung dibawah pleura di bagian tengah (tengah antara apex dan basis – daerah dengan ventilasi terbaik) dari paru-paru.

Page 68: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Fokus Ghon

• Secara kasat mata, granuloma cenderung menjadi lesi fokal. Terlihat disini dalam sebuah kelenjar limfe hilus adalah sebuah granuloma. Granuloma karena agen infeksius seperti mikobakterium seringkali digambarkan sebagai “kaseosa” bila mereka memiliki nekrosis kaseosa yang jelas.

Page 69: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Basil-basil menemukan jalan mereka ke kelenjar llimfe regional, dan dalam beberapa minggu, granuloma memiliki dinding basil dalam dua lokasi. (kombinasi lesi di paru-paru dan kelenjar disebut KOMPLEKS GHON). Basil yang dapat hidup tetap dalam fokus / kompleks Ghon seumur hidup.

• Banyak TB primer yang tidak menunjukkan gejala.

Page 70: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• TUBERKULOSIS SEKUNDER (“TB aktif”, tuberkulosis post primer”, “tuberkulosis dewasa”, “tuberkulosis infeksi ulang”, “tuberkulosis kavitasi”) terjadi bila basil-basil lepas dari fokus Ghon asal atau lebih banyak basil yang masuk ke dalam tubuh dari luar.

Page 71: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kavitasi TB

Page 72: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

vita

si p

aru

Page 73: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB

mili

er

di h

ati

Page 74: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Po

la m

ilie

r d

ari

pera

dangan

gra

nu

lom

ato

sa

Page 75: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tuberk

ulo

osis

mili

er

Page 76: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Abses fokal di paru

Page 77: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ga

mb

ara

n C

T u

ntu

k m

ilie

r

Page 78: Patologi Sistem Pernapasan (2)
Page 79: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Konsolidasi multilobular

Page 80: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ga

mb

ara

n C

T

Page 81: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Nodul sentrilobular

Page 82: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Basil-basil mungkin dikeluarkan dari fokus Ghon oleh kanker yang menyerang atau “oleh penurunan daya tahan tubuh”.

• Infeksi biasanya muncul kembali pada apex dari satu atau kedua paru-paru (“fokus-fokus Simon” – basil-basil TB sebenarnya memasuki aliran darah, tetapi tumbuh terbaik pada apex paru dimana oksigen paling banyak.) Hal ini adalah satu penyebab dari “pneumonia putih” (“pneumonia alba”, yang lain adalah sifilis).

Page 83: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Semakin baik imunitas cell-mediated, semakin klasik granulomanya

• Neutrofil paling banyak saat caseosa mengalami erosi ke saluran pernapasan besar (bakteri yang sering ada dapat memasuki bahan mati). Juka ingat bahwa TB cenderung mengalami pengapuran (mudah bagi radiologis yang ingin mengatakan ini dari kanker)

Page 84: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB mengerosi melalui

dinding dada

Page 85: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB pada ginjal

Page 86: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB

Pa

ru

Page 87: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB Paru

Page 88: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB Paru

Page 89: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Arrested TB adalah TB sekunder yang telah “mengapur” dan/atau sebagian besar diganti oleh kolagen

Page 90: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB

tua

Page 91: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Sebaliknya, TUBERKULOSIS PARU PROGRESIF menyebar ke seluruh paru dan dapat menghasilkan “empiema tuberkulosis” dengan melibatkan rongga pleura.

• Saat bagian besar dari paru menjalani nekrosis kaseosa, perluasan ke saluran pernapasan besar menyebabkan semua debris dibatukkan – demikianlah yang “diinginkan” oleh basil TB, karena dengan cara itulah dia ditularkan ke orang lain. Hasilnya adalah sebuah LUBANG.

Page 92: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• TB juga rentan menginfeksi laring dan saluran pernapasan yang lebih besar (“TB trakeobronkial”) dan, karena basil-basil ditelan, mempengaruhi usus.

• TB MILIER terjadi bila banyak basil-basil TB masuk ke aliran darah tetapi respon granulomatosa bagus.

• Bila TB ruptur ke arteri pulmonalis, ada keterlibatan milier dari bagian paru-paru, sedangkan ruptur ke vena menghasilkan keterlibatan milier dari seluruh tubuh.

Page 93: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Sebenarnya membuat diagnosis untuk kasus yang dipertanyakan sulit meskipun di era kedokteran molekuler. Memerlukan waktu beberapa minggu untuk menumbuhkan mikroba. Saat ini teknik DNA tidak terlalu sensitif; penelitian gen untuk mendeteksi resistensi cukup baik untuk rifampin tetapi tidak untuk isoniazid.

Page 94: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tuberkulosis• Ada granuloma yang tersebar, sebagian

besar di lapang paru atas. Sebagian dari granuloma yang lebih besar memiliki kaseosa sentral. Penyakit granuloma paru secara kasat mata tampak sebagai nodul bundar dengan ukuran tidak teratur yang keras dan berwarna. Nodul yang lebih besar memiliki nekrosis sentral yang dikenal sebagai kaseosa –proses nekrosis yang melibatkan unsur nekrosis liquefaksi dan nekrosis koagulasi

Page 95: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tuberkulosis

• Ini adalah contoh lain dari penyakit granulomatosa dari paru. Pola nodul-nodul yang lebih kecil yang memiliki kecenderungan keterlibatan lobus bagian atas menunjukkan proses granulomatosa dibandingkan dengan penyakit metastasis.

Page 96: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tuberkulosis

• Pada inspeksi yang lebih dekat, granuloma memiliki daerah nekrosis kaseosa. Ini adalah penyakit granulomatosa yang sangat luas. Pola dari granuloma kaseosa multipel ini terutama pada lobus atas adalah karakteristik utama dari tuberkulosis sekunder (reaktivasi). Meskipun demikian, granuloma jamur (histoplasmosis, cyptococcosis, coccidioidomicosis) dapat menyerupai pola ini juga.

Page 97: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bagaimana kavitas terbentuk

• Saat ada kaseosa luas dan granuloma melibatkan bronkus yang lebih besar, hal ini memungkinkan bagi pusat nekrosis yang lunak untuk mengalir keluar dan meninggalkan sebuah kavitas (lubang). Kavitasi adalah khas untuk granuloma besar dengan tuberkulosis. Kavitasi lebih sering di lobus atas.

Page 98: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Sel raksasa Langhan

merupakan gabungan sel-sel epiteloid (modifikasi makrofag)

Page 99: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kompleks Ghon• Ada granuloma sub pleura di lapang paru

tengah di kanan. Dalam hilus ada granuloma kuning kecil dalam kelenjar limfe hilus dekat bronkus. Ini adalah “kompleks Ghon” yang merupakan karakteristik kasat mata dari tuberkulosis primer. Pada sebagian besar orang, penyakit granulomatosa tidak akan berkembang. Dari waktu ke waktu ukuran granuloma akan berkurang dan dapat mengapur, meninggalkan titik pengapuran pada radiografi dada yang menunjukkan penyakit granulomatosa.

Page 100: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Gra

nulo

ma b

erb

ata

s jela

s

Page 101: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Gra

nulo

ma m

ultip

el

Page 102: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kaseosa y

ang b

agus

Page 103: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Gra

nulo

ma T

B

Page 104: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Basil

tahan a

sam

Page 105: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB milier

• Bila respon imun buruk atau dikalahkan oleh infeksi yang luas, maka memungkinkan untuk melihat pola kasat mata dari penyakit granulomatosa yang terlihat disini. Ini adalah pola granulomatosa “milier” karen ada banyak granuloma kecil, berukuran sekitar 2-4 mm, tersebar diseluruh parenkim paru. Pola milier mendapatkan namanya dari kemiripan dari granuloma dengan biji millet.

Page 106: Patologi Sistem Pernapasan (2)

TB

mili

er

Page 107: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Pengingat: Pada kebanyak penyakit peradangan kronik, clubbing dari kuku (“perubahan Hippocratic”) seringkali muncul karena embolisasi megakariosit melalui saluran pembuluh darah yang terbentuk di paru-paru.

Page 108: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kanker Paru

Page 109: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Sebagian besar tumor ganas primer paru adalah KARSINOMA BRONKOGENIK

• “Jutaan kematian yang dilaporkan setiap tahun” tampaknya rendah di dunia dimana Rusia, Cina dan banyak negara miskin memiliki angka merokok yang lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat, dimana merokok membunuh mungkin 160.000 orang setiap tahunnya.

Page 110: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Sebagian besar kanker paru-paru diam sampai mereka menjadi tidak dapat dioperasi lagi. Pasien-pasien yang beruntung dimana kankernya merupakan subtipe yang dapat dioperasi dan dideteksi sangat dini memiliki prognosis yang sangat baik (mungkin 60% bertahan hidup dengan tahap I, 40% tahap II)

Page 111: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Kanker paru menunjukkan hukum Nowell dalam aksinya, dengan mutasi disekitar epitel “normal”. Melakukan prognosis kanker paru dengan penanda genetik telah berlangsung sejak 1990-an, dan orang-orang yang meneliti berbagai mutasi sekarang melihat pada sekitar 100 gen.

Page 112: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Faktor resiko kanker paru

• Merokok

• Radiasi

• Inhalasi Asbestos

• *debu metal tertentu

• *chromium hexavalent

• Uap tar batubara

• Polusi kota

• *Memelihara merpati

Page 113: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Diagnosis Kanker Paru Untuk Pemula

• Sel berlapis gepeng (sel skuamosa)

• Adenokarsinoma

• Sel besar tidak berdiferensiasi

• Sel kecil tidak berdiferensiasi

Page 114: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Saat ini adeokarsinoma adalah yang paling sering.

• Karsinoma sel skuamosa adalah kanker yang paling sering untuk pertengahan abat ke-20; sekarang dia menjadi tersering kedua

• Varian sel kecil membentuk sekitar 15%

• Sel besar sekarang mungkin paling sedikit karena tekanan pada patologis untuk membentuk karsinoma sel skuamosa dengan adenokarsinoma.

Page 115: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Kecenderungannya masih “laki-laki menderita lebih banyak kanker sel skuamosa dan sel “oat-cell”, wanita lebih banyak menderita adenokarsinoma.

• Saat ini, sebuah massa paru lebih mungkin didiagnosis oleh patologis yang melakukan aspirasi jarum halus

Page 116: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pemain kunci dalam pemeriksaan gen:

• Mutasi aktivasi Epidermal Growth Factor Reseptor (EGFR): 15% dari kanker “non-oat-cell”

• Pengaturan kembali Anaplastic Lymphoma Kinase (ALK): 5% dari kanker “non-oat-cell”

• Mutasi poin Kirsten Rat Sarcoma (KRAS) ada dalam sekitar 30% dari adenokarsinoma dan mengindikasikan bahwa pemeriksaan EGFR dan ALK tidak berguna, karena tumor berada pada jalur yang berbeda

Page 117: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Karsinoma “sel kecil” tidak dipertimbangkan sebagai penyakit bedah, dan biasanya memiliki respon awal yang baik terhadap kemoterapi

• Tipe-tipe lain secara historis telah diterapi secara pembedahan jika memungkinkan, diradiasi sesuai kebutuhan, dan kadang-kadang memberi respon yang baik terhadap kemoterapi yang tidak ditarget.

• Untuk adenokarsinoma tahap I yang direseksi untuk penyembuhan, sekitar 2/3 tetap sembuh.

Page 118: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Kemoterapi untuk kanker paru adalah bisnis yang mengecilkan hati sampai saat ini.

• Apapun tipe histologinya, sebagian besar kanker paru muncul pada tahap IV (sangat tidak bisa dioperasi dan tidak bisa disembuhkan sama sekali)

Page 119: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tu

mo

r hilu

s b

esa

r, p

aru

em

fisem

ato

sa

Page 120: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kanker paru sel

skuamosa (karsinoma

)

Page 121: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

rsin

om

a s

el sku

am

osa

Page 122: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel skuamosa

Page 123: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

rsin

om

a s

el sku

am

osa

b

erd

ife

ren

sia

si b

aik

Page 124: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel skuamosa

• Ini adalah karsinoma sel skuamosa paru yang muncul secara sentral di paru-paru (sebagaimana yang dilakukan oleh karsinoma sel skuamosa). Kanker itu menyumbat bronkus utama kanan. Neoplasma sangat keras dan memiliki permukaan potongan putih pucat

Page 125: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel skuamosa

• Karsinoma sel skuamosa ini yang mana satu bagian dari tumor menunjukkan kavitasi sentral, mungkin karena tumor menguasai suplai darahnya. Karsinoma sel skuamosa adalah satu dari keganasan primer yang sering terjadi dari paru dan paling sering ditemukan pada perokok

Page 126: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kars

inom

a s

el skuam

osa

Page 127: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

rsin

om

a s

el sku

am

osa

–m

utiara

kera

tin d

an m

itosis

Page 128: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel

skuamosa

melibatkan sub

segmental bronkus

Page 129: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tambahan dari BMJ Best Practice

• Paling banyak pada perokok dewasa yang lebih tua dan bekas perokok.

• Gejala yang paling sering ada adalah batuk, nyeri dada, batuk darah, sesak, dan penuranan berat badan

Page 130: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bentuk kanker paru yang paling sering

• Adenokarsinoma (“adenocarcinoma”)

• Karsinoma sel skuamosa (“squamous cell carcinoma”)

• Karsinoma sel besar (“large cell carcinoma”)

• BMJ Best Practice

Page 131: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Merokok merupakan faktor resiko utama (90-90%, perkiraan bervariasi)

• Tumor tumbuh dimana-mana di bronki, seringkali dekat hilus. Karsinoma sel skuamosa besar cenderung membentuk kavitasi. Seringkali perdarahan ke kavitasi dan keluar melalui mulit merupakan kejadian akhir

Page 132: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Adenokarsinoma

• Patologi saat ini mungkin juga menyebut adenokarsinoma jika sebuah tumor positif kuat untuk TTF-1 atau “napsin A” (tidak menghasilkan lendir)

• 75-90% dari pasien adenokarsinoma adalah perokok

• Bukan perokok dengan adenokarsinoma paru tahap 1 diketahui memiliki prognosis lebih baik

• Sebagian besar adenokarsinoma tumbuh di perifer bawah atau dekat pleura

Page 133: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ad

en

oka

rsin

om

a –

ini

ad

ala

h ja

rin

ga

n p

aru

t kanker

Page 134: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ad

en

oka

rsin

om

a

Page 135: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ad

en

oka

rsin

om

a

Page 136: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kanker perifer

• Ini adalah adenokarsinoma perifer paru. Adenokarsinoma dan karsinoma anaplastik sel besar cenderung terjadi lebih perifer di paru. Lebih sering pada bukan perokok dan perokok yang telah berhenti. Jika tumor ini terbatas ke paru-paru, maka reseksi memiki kesempatan yang lebih besar untuk sembuh. Tampilan tersendiri dari tumor ini menunjukkan bahwa tumor ini primer dibandingkan dengan metastasis.

Page 137: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Adenokarsinoma padat

dengan produksi musin

Page 138: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Adenokarsinoma

paru

Page 139: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronko-alveolar

karsinoma

Page 140: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Adenokarsinoma tumbuh dalam jaringan parut di paru-paru, termasuk TB lama, infark lama, dan luka fisik.

• Histologi berhubungan dengan prognosis untuk tumor-tumor kecil; sedangkan tumor yang besar sangat mematikan.

Page 141: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Karena karsinoma bronkoalveolar “murni” menunjukkan tidak ada bukti invasi stroma, maka gambaran terbaiknya adalah “karsinoma in situ”, dan sebagian orang sudah memanggilnya demikian. Sekarang ini adalah kanker paru yang sering “ditemukan” pada skrining CT scan dan disembuhkan secara pembedahan.

Page 142: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bronkioalveolar karsinoma

• Ini adalah adenokarsinoma-in-situ. Tampak disini adalah varian yang muncul kasat mata sebagai daerah yang kurang berbatas jelas menyerupai konsolidasi pneumonia. Massa yang tidak berbatas jelas melibatkan lobus atas ke arah kanan memiliki tampilan pucat keabu-abuan.

Page 143: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Adenokars

inom

aa

-in-s

itu

Page 144: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma bronkoalveolar primer

Page 145: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

rsin

om

a b

ron

ko

ave

ola

r

Page 146: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

rsin

om

a b

ron

ko

alv

eo

lar

mu

sin

osa

Page 147: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Tumor ini tumbuh lambat tetap sangat mematikan kecuali ia adalah lesi kecil yang dapat direseksi. Beberapa mungkin jinak, tetapi tidak seorang pun mengetahui bagaimana mengenal ini.

Page 148: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma tidak berdiferensiasi sel besar

Page 149: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

rsin

om

a s

el b

esa

r

Page 150: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kanker paru sel besar

Page 151: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

nke

r p

aru

se

l b

esa

r

Page 152: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel besar

Page 153: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Secara histologi, tumor ini dibentuk oleh sel-sel besar dengan banyak sitoplasma dan menunjukkan tidak ada gambaran adenokarsinoma atau karsinoma sel skuamosa pada H&E. Saaat ini sebagian akan didefinisikan sebagai “karsinoma skuamosa” atau “adenokarsinoma” jika mereka menunjukkan salah satu penanda.

• Paling berhubungan dengan merokok (90-99%, perkiraan bervariasi). Tumor ini tumbuh dimanapun di paru-paru. Jarang sembuh dan kematian datang dengan cepat.

Page 154: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma tidak berdiferensiasi sel kecil (“sel oat”)

Page 155: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel oat

• Tumbuh secara sentral di paru-paru dan menyebar secara luas. Potongan permukaan tumor ini memiliki tampilan lunak, berlobus, putih dan berwarna. Tumor ini menyebabkan sumbatan dari bronkus utama ke paru kiri sehingga paru-paru distal kolaps. Karsinoma sel oat sangat agresif dan seringkali bermetastasis secara luas sebelum massa tumor utama di paru mencapai ukuran besar

Page 156: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel oat

• Karsinoa sel oat menyebar disepanjang bronki. Daerah bulat hitam berbintik-bintik mewakili kelenjar limfe hilus dengan karsinoma metastasis. Tumor ini lebih sesuai dengan kemoterapi dibandingkan dengan terapi radiasi atau pembedahan, tetapi prognosisnya masih buruk. Karsinoma sel oat terjadi hampir eksklusif pada perokok.

Page 157: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Kars

inom

a s

el oat

Page 158: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Fe

no

me

na

Azzo

pa

rdi

Page 159: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Inva

si tu

mo

r ke

pe

mb

ulu

h

da

rah

Page 160: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Sp

ind

led

ce

lls

Page 161: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ka

rsin

om

a s

el o

at

Page 162: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel kecil

paru

Page 163: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Histopatologi karsinoma sel kecil dari paru. Biopsi jarum halus dipandu CT

Page 164: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Sekitar 15% dari kanker paru utama yang sangat dikenal, sangat berbeda dan kanker yang sangat dibenci.

• “Sel asal” adalah sel Kulchitsky (APUD) dari epitel bronkus.

• Hampir semua (99+%) tumor berkaitan dengan merokok.

• Karsinoma sel kecil tumbuh dimanapun di paru-paru, paling sering dekat hilus, dan secara cepat menyebar sepanjang bronki

Page 165: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Tumor ini terdiri dari sel kecil (dua kali ukuran limfosit) dengan sitoplasma yang sangat kecil (“sel biru kecil”, “sel oat”), dengan banyak mitosis dan biasanya banyak nekrosis.

• Seperti sel-sel K dari mana mereka tumbuh, karsinoma “sel kecil” juga dikenal karena mensekresikan banyak bahan berbeda.

Page 166: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Diantara bahan yang dikeluarkan adalah ACTH, hADH, neurofisin, *bradikinin, *kalsitonin, *hormon pertumbuhan, *histamin, *lipoprotein, *oksitosin, *prolaktin, *somatostatin, *beberapa enzim yang berbeda.

Page 167: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Respon awal sel oat terhadap kemoterapi biasanya sangat baik.

• Sebagian besar kasus kambuh dan mati, tapi kadang-kadang sembuh dari penyakit dini sudah mulai ada

• Berhenti merokok sesudah kanker paru tampaknya memberikan sebagian peningkatan dalam bertahan hidup

Page 168: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Manifestasi dari karsinoma bronkogenik: batuk, nyeri dada, sesak nafas, dan/atau (terutama) kehilangan berat badan.

• Penyakit ini paling sering tidak bisa direseksi saat pasien datang ke dokter

Page 169: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Masalah akibat perluasan tumor ke dada• Sumbatan vena cava superior

• Nyeri pada bahu dan lengan atas karena invasi ke pleksus bronkus

• Sumbatan bronkus dengan hiperinflasi, atelektasis, dan pneumonia obstruktif dibelakang massa yang menonjol

• Efusi pleura

• Keterlibatan saraf laring berulang (mengakibatkan suara serak)

• Tanda Horner (konstriksi pupil, kelopak mata turun, kehilangan keringat disekitar kulit; akibat invasi dari rantai simpatik leher)

Page 170: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Penyakit metastasis

• Sangat sering terjadi bagi kanker paru untuk ada sebagai tumor otak.

• Sel oat terkenal untuk masalah ini, tetapi berbagai jenis yang sering terjadi dapat melakukan hal ini

Page 171: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bra

in m

ets

Page 172: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Karsinoma bronkogenik seringkali melibatkan otak, tulang, hati, adrenal, ginjal, jantung, pleura, dan kulit; tidak ada organ yang imun

Page 173: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Adrenal “mets”

• Hal ini mungkin menyebabkan insufisiensi adrenal

Page 174: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Bone “

mets

”, t

his

hurt

s

Page 175: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Manifestasi diluar paru

• Sindrom Cushing (tumor sel kecil memproduksi ACTH)

• Hiponatremia

• Hiperkalsemia – ini mungkin bersifat “humoral” atau karena metastasis ke tulang

• Kebutaan dan demensia

• Sindrom myasthenia

• “karsinoma sel oat menyebabkan autoantibodi terhadap sistem saraf karena sel-sel kanker dari neural crest dan tubuh memerangi mereka.”

Page 176: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• “clubbing of digits”

• Acanthosis nigricans, dermatomiositis, trombi marantik pada katup, tromboflebitis, dan sindrom paraneoplastik yang kurang sering lainnya

Page 177: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Saluran pernapasan atas, laring dan trakea

Page 178: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Tera

tom

a n

asofa

ring

Page 179: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Karsinoma nasofaring – cukup sering• 25% karsinoma sel skuamosa yang mengalami keratinisasi• 15% non-keratinisasi• 60% tidak berdiferensiasi

• Kelainan kongenital• Berbagai bentuk fistula trakeo-esofagus. Bayi baru lahir

tersedak dan menjadi biru saat makan.

Page 180: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Sinusitis

• Jalan keluar drainase bagi sebagian sinus, termasuk maksila, adalah setinggi setengah dinding, mengundang berkumpulnya sekresi dan infeksi bakteri

• Udem (alergi, infeksi) disekitar lubang keluar sinus membuat lingkaran setan, dengan tidak adanya drainase diikuti oleh infeksi bakteri, diikuti oleh sumbagan tambahan.

• Komplikasi yang paling serius adalah infeksi dari sinus kavernosus dan struktur disekitarnya. Meskipun masalah sinus sering terjadi, komplikasii yang serius jarang terjadi

Page 181: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pansinusitis

Page 182: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pansinusitis-

Pewarnaan Grocott

menunjukkan

berbagai bentuk jamur yang

bersepta dan hifa

Page 183: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Dinding belakang dari sinus frontalis. Dipusat

spesimen ada

penonjolan daun

papiler lunak.

Page 184: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Dis

pla

sia

alv

eokapile

r

Page 185: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Infeksi tenggorokan dan laring

• Pilek dan laringitis virus

• Epiglotitis seringkali disebabkan oleh infeksi oleh Hemofilus influenza. Sumbatan jalan napas merupakan masalah utama.

• Laringotrakeobronkitis seringkali karena virus, khusus virus parainfluenza

Page 186: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Trauma seringkali disebabkan oleh intubasi

• Benda asing pada trakea dapat menyebabkan kematian mendadak, terutama pada balita dan orang dewasa yang mabuk

• Nodul laring adalah polip fibroepitelial jinak pada pita suara dari mereka yang sering menggunakan suara mereka – penyanyi, guru. Tampil sebagai serak dan mudah disingkirkan.

Page 187: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Ulkus tekanan di laring

• Dibawah pita suara di laring ini ada ulkus besar. Ulkus sub glotis ini dihasilkan oleh intubasi endotrake yang lama dimana balon dari tabung endotrakea menekan terlalu ketat. Jadi, ulkus dapat dihasilkan oleh tekanan mekanik. Kenyataannya, “ulkus tekanan” atau “ulkus dekubitus” dapat terbentuk pada kulit yang berada pada penonjolan tulang pada orang yang lama tinggal di tempat tidur.

Page 188: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Displasia epitel laring: pre-kanker, lebih atau kurang agresif bergantung pada bagaimana penampilannya.

Page 189: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Meta

pla

sia

laring p

ero

kok

Page 190: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• Kanker laring sangat sering terjadi, dan hampir selalu karsinoma sel skuamosa karena merokok.

• Pengguna ethanol juga merupakan faktor resiko

• HPV-16 seringkali ada

Page 191: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Karsinoma sel

skuamosa laring,

supraglotik

Page 192: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Penyakit-penyakit pleura

Page 193: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Efusi pleura

• Cairan dalam rongga pleura

• Sebelum anda dapat melihatnya pada rontgen, harus ada sekitar 700 ml

• Masing-masing sisi dapat menampung sekitar 4.000 ml jika paru-paru kolaps

• Efusi menyebabkan ateletaksis dan menghambat gerakan paru-paru

Page 194: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• TRANSUDAT: gagal jantung kongestif, sindrom nefrotik, sirosis

• HIDROTORAKS: efusi pleura berupa transudat atau eksudat serosa

• HEMOTORAKS: efusi pleura berupa darah

Page 195: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Hem

oto

raks

Page 196: Patologi Sistem Pernapasan (2)

He

mo

tora

ks

Page 197: Patologi Sistem Pernapasan (2)

He

mo

tora

ks

Page 198: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• PIOTORAKS atau EMPIEMA: efusi pleura berupa pus

• KILOTORAKS (CHYLOTHORAX) akibat cedera pada duktus torasikus

Page 199: Patologi Sistem Pernapasan (2)

“chylo

thora

x”

Page 200: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• PNEUMOTORAKS: udara dalam rongga pleura, misalnya paru-paru telah kolaps

• Ini dapat disebabkan oleh luka pada dinding dada, atau dari robekan di pleura viseral atau dari tumor atau cedera

• Pneumotoraks paling serius (“tension pneumothorax”) jika lipatan seperti katup di rongga visceral memungkinkan udara masuk ke paru-paru tetapi tidak keluar

Page 201: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Pungsi pleura

Page 202: Patologi Sistem Pernapasan (2)

• PLAQUE PLEURA dari kolagen padat tidak berbahaya tetapi merupakan penanda paparan asbestos.

Page 203: Patologi Sistem Pernapasan (2)

Sumber

• Friedlander, E. (2014) ‘Respiratory Disease’, (Online). Available: http://www.pathguy.com/lectures/resp.htm(Accessed, April 19, 2014)