sistem ginjal dan mekanismenya

13
Sistem Ginjal dan Mekanismenya Ricco Marsel Mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester 3 Blok 10 Universitas Kristen Krida Wacana (UKRI!" #011 $l%!r&una Utara no%' $akarta 11 10 richiekho)hotmail%com PENDAHULUAN *u+uh kita +erusaha selalu +erusaha mem,ertahankan keadaan -an. homeostasis% iama keadaan homeostasis +erarti tu+uh dalam keadaan -an. seim+an.% Ban-ak sistem -an. +er,er dalam men&a.a keadaan homeostasis ini% Salah satun-a -an. akan kita +ahas sekaran./ sist Sistem kemih +erkontri+usi +a.i homestasis den.an mem+antu men.aturvolume/kom,osisi elektrolit/ dan , lin.kun.an internal den.an cara iltrasi/ sekrtesi/ eksres/ serta de meta+olisme% 1 2in&al/ den.an men-esuaikan &umlah air dan +er+a.ain konstituen ,lasma -an. di,ert di tu+uh atau dikeluarkan melalui urin/ .in&al da,at mem,ertahakan keseim+an.an air dan dalam kisaran -an. san.at sem,it -an. memun.kinkan kehidu,an% Ketika 4S men.alami kele+ihan air atau elektrolit tertentu misaln-a .aram (5a l" .in&al da,at men.eluarkan kele+ihan terse+ut melalui urin% 5amun &ika tu+uh kekuran.an a elektrolit maka .in&al tidak da,at menam+ahkan kekuran.an terse+ut namun da,at ,en.eluaran konstituen terse+ut sam,ai -an. +ersan.kutan da,at memasukkan +ahan terse+ut ke dalam tu+uhn-a% 6ada ken-atann-a/ ,ada se+a.ian .in&al tidak da,at secara se men.hentikan ter+uan.n-a suatu +ahan -an. +erman aat melalui urin/ meski,un tu+uh kekuran.an +ahan terse+ut% 2in&al melakukan un.si7 un.si s,esi ik +erikut-an. se+a.ian +esar mem+antu mem,ertahankansta+ilitas lin.kun.an internal% 2in&almem,ertahankankeseim+an.an #8/ osmolaritas cairan tu+uh -an. sesuai/ men.atur &umlah dan konsentrasi se+a.ian +esar ion mem,ertahankan volume ,lasma/ keseim+an.an asam7+asa/ men.ekskresikan sisa meta+olisme t dan sen-awa asin./ men.hasilkan eritro,oetin/ rennin/ serta men.u+ah vitamin men&adi + akti n-a% 2in&al mem+entuk urin/ dan sistem kemih selan&utn-a/ -an. meli,uti ,elvis .in&al/ kemih/ serta uretra han-a +er un.si mem+awa urin keluar tu+uh dari tu+uh kita% Urin tid ,eru+ahan kom,osisi atau volume sewaktu men.alir ke hilir melalui sistem kemih sisan-a% 173

Upload: clarissal12

Post on 04-Nov-2015

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

Sistem Ginjal dan MekanismenyaRicco MarselMahasiswa Fakultas Kedokteran Semester 3 Blok 10Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) 2011Jl.Arjuna Utara no.6Jakarta [email protected]

PENDAHULUANTubuh kita berusaha selalu berusaha mempertahankan keadaan yang homeostasis. Diamana, keadaan homeostasis berarti tubuh dalam keadaan yang seimbang. Banyak sistem yang berperan dalam menjaga keadaan homeostasis ini. Salah satunya yang akan kita bahas sekarang, sistem kemih. Sistem kemih berkontribusi bagi homestasis dengan membantu mengatur volume, komposisi elektrolit, dan pH lingkungan internal dengan cara filtrasi, sekrtesi, eksres, serta detoksifikasi dan metabolisme.1Ginjal, dengan menyesuaikan jumlah air dan berbagain konstituen plasma yang dipertahankan di tubuh atau dikeluarkan melalui urin, ginjal dapat mempertahakan keseimbangan air dan elektrolit dalam kisaran yang sangat sempit yang memungkinkan kehidupan.Ketika CES mengalami kelebihan air atau elektrolit tertentu misalnya garam (NaCl) maka ginjal dapat mengeluarkan kelebihan tersebut melalui urin. Namun jika tubuh kekurangan air atau elektrolit maka ginjal tidak dapat menambahkan kekurangan tersebut namun dapat menghemat pengeluaran konstituen tersebut sampai yang bersangkutan dapat memasukkan bahan yang kurang tersebut ke dalam tubuhnya. Pada kenyatannya, pada sebagian ginjal tidak dapat secara sempurna menghentikan terbuangnya suatu bahan yang bermanfaat melalui urin, meskipun tubuh mungkin kekurangan bahan tersebut.Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut yang sebagian besar membantu mempertahankan stabilitas lingkungan internal. Ginjal mempertahankan keseimbangan H2O, osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, mempertahankan volume plasma, keseimbangan asam-basa, mengekskresikan sisa metabolisme tubuh dan senyawa asing, menghasilkan eritropoetin, rennin, serta mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.Ginjal membentuk urin, dan sistem kemih selanjutnya, yang meliputi pelvis ginjal, kandung kemih, serta uretra hanya berfungsi membawa urin keluar tubuh dari tubuh kita. Urin tidak mengalami perubahan komposisi atau volume sewaktu mengalir ke hilir melalui sistem kemih sisanya.1-3

ISISTRUKTUR MAKROSKOPIS GINJALGinjal adalah organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah tua. Panjangnya sekitar 12,5 cm dengan tebal 2,5 cm. Beratnya berkisar 125-175 gram pada laki-laki dan 115-155 gram pada wanita. Ginjal manusia ada dua, ginjal kanan dan ginjal kiri.1,2Kedua ren (ginjal) berfungsi mensekresikan sebagian besar produk sisa metabolisme. Ren mempunyai peran penting mengatur keseimbangan air dan elektrolit tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam-basa darah. Produk sisa meninggalkan ren sebagai urine yang mengalir ke bawah di dalam ureter menuju ke vesica urinaria (kandung kemih) yang terletak di dalam pelvis. Urine keluar dari tubuh melalui urethra.1Ren berwarna coklat-kemerahan dan terletak di belakang peritoneum, tinggi pada dinding posterior abdomen di samping kiri dan kanan columna vertebralis; dan sebagian besar tertutup oleh arcus costalis. Ren dextra terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ren sinistra, karena adanya lobus hepaptis dexter yang besar. Bila diaphragma berekontraksi pada waktu respirasi, kedua ren turun ke arah vertikal sampai sejauh 1 inci (2,5 cm). Pada kedua margo medialis ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir substansi ren yang tebal dan disebut hilus renale dilalui, dari depan ke belakang, oleh vena renalis dua cabang arteria renalis, ureter, dan cabang ketiga arteri renalis (V.A.U.A). Pembuluh-pembuluh limfatik dan serabut-serabut simpatis juga melalui hilum ini.3,4Gambar 1 Ginjal Insitu5Gambar 2 Ginjal Potongan Melintang6

Ren mempunyai selubung sebagai berikut:1. Capsula fibrosa: meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren.2. Capsula adiposa: meliputi capsula fibrosa.3. Fascia renalis: merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adiposa serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai fascia transversalis.4. Corpus adiposum pararenale: terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan dalam jumlah besar. Corpus adoposum pararenale membentuk sebagian lemak retroperitoneal.Capsula adiposa, fascia renalis, dan copus adiposus pararenale menyokong dan memfiksasi ren pada posisinya di dinding posterior abdomen.Masing-masing ren mempunyai cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan dengan cortex. Medulla renalis terdiri atas kira-kira selusin pyramides renales yang masing-masing mempunyai basis yang menghadap ke cortex renalis, dan apex yaitu papilla renalis yang menonjol ke medial. Bagian cotex yang menonjol ke medulla di antara pyramides yang berdekatan disebut columnae renales. Bagian bergaris-garis ang membentang dari basis pyramides renales sampai ke cortex disebut radii medullares.4Sinus renalis merupakan ruangan di dalam hilum renale, berisi pelebaran ke atas ureter, yang disebut pelvis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga calices renales majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga callices renales monores. Setiap calyx minor diinvaginasi oleh apex pyramid renalis yang disebut papilla renalis.Ren dextra memiliki hubungan yang penting pada sisi anterior dengan : glandula suprarenalis, hepar, pars desecendes duodenum, dan flexura coli dextra. Sedangkan ke sisi posterior dengan : diaphragma, recessus costodiaphragmaticus, costa XII, musculus psoas major, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdominis. Nervus subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral.Ren sinistra memiliki hubungan yang penting pada sisi anterior dengan : glandula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura coli sinistra, dan lengkung-lengkung jejunum. Sedangkan ke posterior : diaphragma, recessus costodiaphragmaticus; costa XI (ren sinistra lebih tinggi dibandingkan ren dexter) dan costa XII; dan musculus psoas, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdominis. Nervus subcostalis (T12), nervus iliohuposgastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral. Banyak struktur yang langsung berhubungan dengan ren, sedangkan beberapa struktur lainnya dipisahkan oleh peritoneum viscerale.3Untuk perdarahan ginjal, arteria renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima arteria segmentales yang masuk ke dalam hilum renale, empat di depan dan satu di belakang pelvis renalis. Arteriae ini mendarahi segmen-segmen atau area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arteria segmenalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap arteria lobaris mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteriae interlobares berjalan menuju cortex di anatara pyramides renales. Pada perbatasan cortex dan medula renalis, arteriae interlobares bercabang menjadi arteriae arcuatae yan g melengkung di atas basis pyramides renales. Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteriae interlobares yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang arteriae interlobulares.Untuk pembuluh balik dari ginjal, vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan mengalirkan darah ke vena cava inferior.Aliran limfenya di dapat dari nodi aortici laterales di sekitar pangkal arteria renalis.Persyarafan ginjal didapat dari serabut plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracici 10,11, dan 12.3,4STRUKTUR MIKROSKOPIK GINJALPada struktur parenkim ginjal, terdapat bagian korteks dan medula ginjal. Pada bagian korteks terdapat unit fungsional ginjal yang disebut tubulus urineferus. Bagian ini dibagi menjadi nefron yang memfiltrasi kapiler darah, mereabsorbsi dan menambahkan zat-zat untuk pembentukan urin dan tubulus koligens yang menyerap air dan zat lain serta menyalurkan urin hipertonis ke pelvis renalis.7Dalam sebuah ginjal diperkirakan terdapat satu hingga empat juta unit nefron. Dimana nefron ini memiliki komponen vaskular dan komponen tubular. Komponen vaskular berasal dari arteriol aferen yang kemudian bercabang dan melekuk-lekuk menjadi kapiler fenestrata atau kapiler berjumbai yang akan berfungsi sebagai ultrafiltrasi. Bagian kapiler yang melekuk-lekuk seperti gumpalan bola ini disebut glomerolus. Setiap glomerolus akan masuk ke dalam sebuah mangkuk yang disebut kapsula Bowman. Diantara glomerolus dan kapsula Bowmann ini terdapat ruang yang disebut ruang Bowmann. Kesatuan Glomerolus dan kapsula Bowmann ini disebut korpus malphigi atau korpus ginjal dan terletak di korteks ginjal. Lapisan viseral kapsula Bowmann memiliki sel-sel yang bermodifikasi, dimana berbentuk seperti sel yang berkaki-kaki yang melekat di sepanjang glomerolus membentuk seperti jala yang juga berguna mengatur zat-zat yang terfiltrasi atau zat-zat yang boleh keluar dan tidak dari glomerolus (filtration slit). Sehingga dalam filtrasi plasma kapiler terdapat barier yaitu endotel kapiler, membrana basalis dan filtration slit. Sedangkan lapisan parietal kapsula bowmaan terletak dibagian luarnya yang memiliki kutub vaskular dimana terdapat arteriola afferen dan arteriola efferen. Pada bagian ini ada beberapa sel yang bermodifikasi menjadi aparatus juxtaglomerular, yang terdiri dari sel-sel juxtaglomerolus sebagai penghasil renin, sel-sel mesangial (diluar glomerolus) sebagai penghasil eritropoetin, dan sel-sel makula densa sebagai sensor osmolaritas di tubuli kontortus distalis. Bagian lain dari lapisan parietal ini terdapat kutub urinarius sebagai awal mula dari tubulus kontortus proksimal. Kapsula Bowmann memiliki epitel selapis gepeng dan berubah menjadi epitel kubus ketika mulai masuk ke tubulus kontortus proksimal.7,8Bagian nefron lain setelah corpus malpighi adalah unit tubuler. Unit ini bermula dari tubulus kontortus proksimal yang terdapat di kutub urinarius kapsula Bowmann. Tubulus kontortus proksimal seperti saluran berliku-liku dengan epitel kubis yang memiliki brush border sehingga memperluas permukaan lumen. Inti setiap sel kuboid berjauhan karena jumlah selnya sedikit, lumen tubuli tampak tidak rata akibat adanya brush border, dan epitel kuboid ini bersifat asidofil. Tubuli proksimal terletak di korteks ginjal. Setelah tubulus kontortus proksimal di lanjutkan menjadi tubulus rektus proksimal dengan bentuk saluran lurus dan ada beberapa nefron yang bagian ini mencapai ke medula. Tubulus ini memeiliki ciri histologi sama dengan tubulus kontortus proksimal. Kemudian dilanjutkan menjadi angsa Henle, dimulai dari bagian descenden, lengkung, dan kemudian menjadi pars ascenden. Angsa henle ini memiliki ciri seperti kapiler darah. Dan kebanyakan terletak di bagian medula ginjal. Setelah pars ascenden angsa henle akan berlanjut ke tubulus rektus distal dengan ciri sel basofil, dengan jarak antar ini dekat karena jumlah selnya cukup banyak, serta lumen terlihat rata karena tidak memiliki brush border. Tubuli ini berbentuk seperti saluran lurus dan berlanjut menjadi tubulus kontortus distalis yang berbentuk melengkung-lengkung dengan ciri yang sama sepertoi bagian rektus distalis, tetapi tubuli ini terletak di bagian korteks ginjal. Sedangkan tubuli rektus distal kebanyakan terletak di bagian medula ginjal. Tubuli distal akan bersentuhan dengan arteriol di bagian kutub vaskular kapsula bowmann. Di bagian yang bersingungan inilah terletak sel-sel makula densa.8Bagian selanjutnya adalah tubulus koligens dimana bagian ini seperti saluran lurus dengan sel-sel yang rapi, berdekatan, dan memiliki batas yang jelas tanpa memiliki brush border sehingga lumen tampak rata. Sedangkan di tubulus-tubulus lainnya sel-selnya seperti tidak memiliki batas-batas yang jelas. Tubulus ini akan membesar menjadi duktus koligens atau duktus papilaris yang mengalirkan urine menuju ke calyx minor. Bagian ini terletak di medula ginjal.7,8

Gambar 3 Histologi Ginjal9

Gambar 4 Histologi Ginjal10FUNGSI GINJALGinjal memiliki fungsi-fungsi penting dalam tubuh, yaitu1. Sebagai fungsi homeostatik, ginjal mengatur1. Kadar air atau H2O dalam tubuh1. Jumlah volume plasma darah dengan tujuan jangka panjang menjaga tekanan arteri1. Jumlah dan konsentrasi sejumlah besar ion mulai dari natrium, kalium, hidrogen, bikarbonat, kalsium, dll1. Keseimbangan asam basa tubuh dengan mangatur jumlah H\+ dan HCO3- yang keluar melalui urin1. Osmolaritas zat-zat terlarut dalam cairan tubuh (elektrolit, glukosa, protein, dan urea).1. Sebagai fungsi ekskresi,1. Mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat yang apabila menumpuk dalam tubuh dapat menimbulkan masalah1. Mengeluarkan zat-zat asing seperti obat-obatan, pestisida, bahan eksogen non-nutritif yang masuk ke dalam tubuh.1. Sebagai penghasil hormon,1. Menghasilkan renin, suatu kompleks reaksi untuk konservasi garam ginjal1. Menghasilkan eritropoetin yang merangsang pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.1. Sebagai fungsi metabolit, mengaktifkan vitamin D (calsitriol), serta kontrol terhadap hormon aldosteron dan ADH.1

Dalam menjalankan fungsi homeostasis dan ekskresi ginjal memprosesnya dengan melakukan pembentukan urin, dimana urine yang dihasilakan dan akan dikeluarkan dalam tubuh berisi zat-zat yang berlebih dan tidak berguna bagi tubuh lagi. Mekanisme ini dilakukan dengan proses filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.1,111. FiltrasiPada proses filtrasi, plasma darah di filtrasi oleh endotel kapiler glomerolus, membrana basalis, dan filtrasi silt. Dimana filtrat atau hasil filtrasi akan masuk ke ruangan kapsula bowmann, kemudian akan mengalir menuju tubulus. Filtrat yang terbentuk akibat adanya tekanan filtrasi. Tekanan ini muncul akibat tekanan hidrostatik yang muncul di glomerolus yang mengarah ke arah kapsula bowmaan. Sedangkan di kapsula juga terdapat cairan yang memunculkan tekanan hidrostatik kapsula bowmann yang mengarah ke arah glomerolus. Serta adanya tekanan osmotik plasma yang mengarah ke kapsula bowmann. Sehingga tekanan filtrasi adalah tekanan hidrostatik glomerolus dikurangi dengan tekanan hidrostatik kapsula bvowmann dan tekanan onkotik plasma. Tekanan plasma ini berkisar sekitar 15 mmHg.Filtrat yang terbentuk memiliki komposisi seperti cairan plasma darah tetapi tidak mengandung protein dan hematokrit. Protein tidak bisa menembus pori-pori karena molokulnya besar. Albumin walaupun berukuran lebih kecil dari pori tidak bisa keluar karena potensial albumin dan pori sama-sama negatif. Sedangkan glukosa, natrium, dan urea tetap dapat keluar dari glomerolus, oleh karena jumlahnya sama di glomerolus dan kapsula bowmaan sehingga tidak memunculkan tekanan osmotik. Sedangkan perbedaan kadar protein di glomerolus dan kapsula bowmann yang memunculkan tekanan onkotik ke arah glomerolus karena glomerolus lebih pekat atau hiperosmotik di bandingkan dengan kapsula bowmann sehingga air di kapsula akan tertarik ke glomerolus.Jumlah filtrat yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh 1. Tekanan sistemik tubuh, dimana saat tekanan tubuh melemah, jumlah filtrasi (GFR) akan menurun pula.1. Diameter arteriola aferen dan eferen baik itu vasokontriksi atau vasodilatasi.1. Jumlah darah yang sampai ke ginjal.1. Obstruksi arteri yang menuju glomerolus1. Tekanan onkotik plasma, dimana saat terjadi luka bakar tubuh kehilangan banyak protein, menyebabkan tekanan onkotik turun dan meningkatkan GFR sedangkan saat terjadi diare tubuh kehilangan banyak cairan, plasma menjadi lebih pekat sehingga meningkatkan tekanan onkotik dan menurunkan GFR.1. Obstruksti pada tubuli, ureter, uretra akan meningkatkan tekanan intratubuler yang akan meningkatkan tekanan hidrostatik kapsula bowmann dan menurunkan GFR.1. Peningkatan tekanan intrasitial akibat proses peradangan.

Filtrasi atau pembentukan filtrat sekitar 125 ml/ menit. Untuk mengatasi perubahan-perubahan tekanan darah, ginjal memiliki sistem khusus agar jumlah filtrat yang terbentuk tidak terlalu terpengaruh dengan perubahan tekanan sistemik tubuh atau hal-hal lainnya. Sistem ini disebut autoregulasi, yang terdiri dari1. Mekanisme miogenik, pada mekanisme ini saat tekanan sistemik tubuh naik, jumlah darah yang mengalir ke ginjal akan meningkat disertai dengan jumlah volume darah yang juga meningkat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan GFR. Dengan mekanisme miogenik, saat jumlah darah yang terlalu besar mendesak arteriol afferen, otot-otot polos pada dindingnya akan melakukan kontraksi sehingga terjadi vasokontrikis sehingga jumlah darah yang masuk ke glomerolus bisa dipertahankan tetap atau tidak bertambah banyak sehingga jumlah GFR bisa dipertahankan. Apabila terjadi penurunan tekanan darah, otot-otot polos pada arteriol akan melebar atao vasodilatasi sehingga jumlah darah yang menuju glomerolus akan bertamabah dan dapat mempertahankan GFR. Mekanisme ini tidak berjalan ketika tekanan sistemik tubuh sangat rendah 50-60 mmHg (tekanan hidrostatik glomerolus menurun drastis) dapat menyebabkan keadaan anuria dimana filtrat tidak terbentuk.1. Tubuloglomerular feedback, mekanisme ini terjadi saat GFR menurun (akibat jumlah darah yang mencapai glomerolus terlampau sedikit), sehingga jumlah reabsorbsi meningkat di tubuli, jumlah Na+ yang berkurang akan terdeteksi oleh makula densa, dan meneruskan pesan ini ke aparatus jukstamedularis untuk menghasilkan renin. Renin ini akan mengubah angiotensinogen (diproduksi oleh hati), mengubahnya menjadi angiotensin I. Angiotensin I dengan bantuan ACE (Angiotensin Converting Enzym) mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang meningkatkan tekanan darah hingga 200 kali lebih kuat dari pengaruh noradrenal. Mekanisme ini juga merangsang Aldosteron dan hormon ADH untuk menyerap air lebih banyak di tubuli sehingga volume plasma meningkat dan menyebabkan jumlah darah yang sampai ke ginjal meningkat dan kembali ke normal. Angiotensin I dan II akan dihentikan aktivasinya oleh angiotensinase. Mekanisme ini disebut RAAS yang berlaku pula saat ginjal mengalami iskemia.1,11

1. ReabsorbsiProses reabsorbsi berfungsi untuk menyerap kembali zat-zat yang masih diperlukan tubuh yang telah difiltrasi. Filtrasi ini terjadi di tubulus proksimal, angsa henle, tubulus distal, dan duktus koligens. Reabsorbsi dilakukan secara selektif baik dengan transport pasif, aktif, atau difusi terfasilitasi. Pada bagian tubulus proksimal terjadi reabsorbsi obligatif. Dimana setiap zat kira-kira direabsorbsi sebanyak 65% dari total jumlahnya di filtrat, kecuali glukosa dan asam amino sebesar 100% dan urea sebesar 50%. Penyerapan glukosa dan natrium dianggap sebagai simport karena masuk ke dalam sel tubuli secara bersamaan dengan melokul pengangakut dan secara transport aktif. Penyerapan kembali natrium juga mengakibatkan penyerapan Cl- dan ion bikarbonat. Air diserap sebesar 65%. K+ juga direabsorbsi. Sedangakan untuk PO4- dan sejumlah elektrolit tidak di reabsorbsi secara obligat di bagian ini tetapi dikendalikan oleh kalsitriol atau vitamin D.Pada bagian ansa henle, pars descenden mereabsorbsi 15% air secara osmotik. Sedangkan bagian ascendennya mereabsorbsi 25% NaCl secara transport aktif dan impermeable untuk zat lain. Pada bagian ini terjadi mekanisme sistem bolak balik atau counter current. Mekanisme ini terjadi pada saluran yang berbentuk lengkung U. Bagian descenden yang mereabsorbsi air menyebabkan hiperosmotis di bagian itu. Untuk menyeimbangkan keadaan di vasarekta (kapiler di sekitar ansa henle) yang memiliki aliran yang berlawanan dengan ansa henle, sehingga vasa rekta di bagian ini akan menyerap NaCl dan mengeluarkan air. Pada bagian ascenden dimana permeable terhadap NaCl, vasa rekta akan menyerap air. Bagian ini akan membuat filtrat kembali menjadi isoosmotis bahakn mencapai hipoosmotis saat akan memasuki tubulus kontortus distalis.Pada bagian tubulus distal, reabsorbsi NaCl dikendalikan oleh aldosteron, terutama untuk Na+, karena Cl- hanya mengikuti secara pasif. Dibagian ini air juga di reabsorbsi dengan kendali aldosteron dan ADH. K+ diekskresikan sesuai dengan besarnya Na+ yang masuk dan atas pengaruh aldosteron. Aldosteron meningkatkan penyerapan NaCl, air, dan menurunkan penyerapan K+.Pada bagian duktus koligens air direabsorbsi karena pengaruh ADH. Dimana ADH meningkatkan permebilitas sel tubuli terhadap air. ADH (Anti Deuretic Hormon) dihasilkan oleh kelenjar ptuitari yang akan meningkat sekresinya saat dehidrasi, osmolaritas bertambah, dan tekanan darah turun. Dibagian ini jumlah urea yang banyak dalam filtrat akibat reabsorbsi yang sedikit di tubuli proksimal (50%) akan direabsorbsi. Penyerapan urea disertai dengan masuknya air. Jumlah urea yang mulai banyak di sel tubuli akan menimbulkan daya osmotis sehingga akan menarik air lebih banyak untuk diabsorbsi.1,111. SekresiMekanisme sekresi tubular merupakan proses aktif yang mana memindahkan zat-zat dari sel tubuli menuju lumen. Zat-zat yang dikeluarkan ini baik yang sudah tidak dibutuhkan, untuk mengatur asam-basa, ataupun zat-zat yang berasal dari luar tubuh seperti obat-obatan.Pada bagian tubulus proksimal seksresi ion organik tidak dapat dikendalikan. Sedangkan ekskresi H+ sangat dipengaruhi kadar asam basa tubuh. Saat tubuh mengalami asidosis, H+ akan disekresikan dengan jumlah besar agar tubuh tidak lagi asam. Pada tubulus proksimal mekanisme sekresi H+ hanya terjadi dengan satu sistem. H+ terbentuk dari ionisasi H2CO3 yang terbentuk oleh reaksi karbonik anhidrase. H+ yang disekresi menuju lumen akan bertukar dengan Na+. Dimana Natrium akan bersatu dengan HCO3- (hasil ionisasi H2CO3) dan menuju pembuluh darah.Pada bagian tubulus distal, sekeresi H+ terjadi dalam tiga mekanisme,1. Mekanisme yang sama dengan di tubulus proksimal.1. Mekanisme yang menggunakan PO4-, dimana H+ yang telah masuk ke lumen (yang telah bertukar dengan Na+ , dimana Na+ akan masuk ke darah bersama bikarbonat) akan bereaksi dengan PO4- dan Na+ dalam lumen yang akan menurunkan pH filtrat dari 7,4 menjadi 6. 1. Mekanisme yang menggunakan NH3, yang didapat dari pemecahan glutamin. NH3 ini akan bereaksi di lumen dengan H+ yang telah bertukat tempat dengan Na+ membentuk NH4+ yang kemudian bersatu dengan Cl- membentuk NH4Cl yang semakin menurunkan pH filtrat.

Sekresi H+ akan meningkat ketika tubuh mengalami asidosis, sedangkan akan menurun saat terjadi alkalosis. Ketidakseimbangan K+ dalam tubuh akan membuat tubuh mengalami paradoksis uria. Dimana saat tubuh asidosis urine yang dihasilakan malah alkalosis. Hal ini karena sekresi H+ akan menurunkan sekresi K+ begitu juga sebaliknya.11

1. Gagal GinjalGagal ginjal merupakan keadaan dimana ginjal kehilangan fungsinya. Keadaan ini akan menyebabkan retensi (tertahannya zat yang biasanya dikeluarkan dari tubuh) garam, air, zat buangan nitrogen (urea, keratinin, dll), dan menurunya produksi urine secara drastis. Hal ini bisa disebabkan oleh glomeronefritis dan bisa menuju ke kodisi akut ataupun kronis. Retensi inilah yang menyababkan terjadinya edema tibia dan asites.PENUTUPUntuk fungsi homeostasis dan ekskresi ginjal bekerja secara filtrasi, reabsorbsi, dan sekersi yang dilakukan oleh unit fungsional nefron dan duktus koligens. Fungsi lain ginjal juga turut berperan dalam pembentukan urin seperti renin dan vitamin D. Gagal ginjal menyebabkan terjadinya retensi air dan zat-zat limbah lain sehingga menimbulkan edema di beberap tempat dalam tubuh.11

DAFTAR PUSTAKA1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001.h. 462-98.1. Inggriani K. Buku ajar traktus system urogenitalia. Edisi 2. Jakarta: : Universitas Kristen Krida Wacana, 2010.h. 23-40.1. Snell RS; editor bahasa Indonesia: Huriawati Hartanto...(et al.). Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006.h.250-6, 344-9, 397-9.1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004.h. 318-26.1. Gambar 1. Diunduh dari http://4.bp.blogspot.com/1. Gambar 2. Diunduh dari http://www.umm.edu/1. Telser AG. Elseviers integrated histology. Philadephia: Mosby Inc, 2007.p.357-373.1. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC, 2002.h. 650-701. Gambar 3. Diunduh dari http://legacy.owensboro.kctcs.edu/1. Gambar 4. Diunduh dari http://legacy.owensboro.kctcs.edu/1. Guyton A.C, Hall J.E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008.h.307-347.