sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (smk3) di pt. pertamina (persero) unit pemasaran ii...
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : NUR HARYANITRANSCRIPT
-
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. PERTAMINA
(PERSERO) UNIT PEMASARAN II TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK (TBBM) JAMBI
Nur Haryani
S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA ([email protected])
Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP.
Abstrak
Tingginya angka kecelakaan kerja membuat pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur semua
perusahaan yang ada di Indonesia dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Dasar awal
peraturan SMK3, berupa Undang-undang No. 1 Tahun 1970, dan diperbaharui dengan Undang-undang No. 23 Tahun
2009, diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang sistem keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3). Penerapan SMK3 di Indonesia untuk mengurangi atau meminimalisir masalah angka kecelakaan kerja.
Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3). Penelitian ini menitik beratkan pada pelaksanaan SMK3 di Pertamina TBBM Jambi. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan SMK3 di Pertamina TBBM Jambi.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan data dilakukan melalui tiga
cara, yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara. Fokus penelitian ini menggunakan teori sistem David Easton yang
terdiri dari input, proses, output, feedback. Input sendiri terdiri dari sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana,
dan komitmen atau sikap. Proses itu sendiri didukung oleh komunikasi yang ada, sementara output yang merupakan
hasil, yang mana dari hasil yang ada akan di evaluasi oleh para pengambil keputusan. Feedback merupakan tahapan
akhir dari teori sistem yang digunakan, didukung informasi dari hasil yang ada, maka feedback kembali
menyampaikannya ke input sehingga dapat diproses kembali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertamina TBBM Jambi dapat dikategorikan baik dalam pelaksanaan
SMK3. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil SMK3 menggunakan teori sistem David Easton yang menunjukan
bahwa keseluruh indikator yang ada berjalan cukup baik. Input yang ada berupa sarana prasarana yang ada sangat
mendukung terlaksananya SMK3, dilakukan pelatihan-pelatihan SMK3 kepada karyawan untuk meningkatkan nilai
SDM yang ada. Proses yang didukung oleh komunikasi yang digunakan Pertamina yaitu, melalui internal email, rapat
rutin dan melalui media sosial berupa blackberry massenger group. Output yang berupa hasil yang dapat dilihat dari
angka kecelakaan yang zero accident dan pencapaian Pertamina TBBM Jambi dalam penilaian PROPER serta POSE
yang baik, sehingga evaluasi yang dilakukan hanya untuk meningkatkan pencapaian yang sudah ada. Feedback
merupakan proses akhir yaitu penyampaian informasi dari hasil yang ada.
Berjalan baiknya program diharapkan dapat selalu dijaga dan ditingkatkan. Adapun saran yang diberikan
peneliti adalah Media komunikasi yang terus berkembang saat ini diharapkan mampu dimanfaatkan oleh Pertamina
TBBM Jambi untuk semakin meningkatkan dan mengembangkan komunikasi yang digunakan dalam program SMK3
ini. Keberagaman komunikasi ini diharapkan dapat lebih mempermudah dan mempercepat proses berlangsungnya
program ini sendiri dan penyampaian program SMK3 pun lebih beragam, dan bervariasi, sehingga lebih efiensi bagi
karyawan dan perusahaan sendiri.
Kata Kunci : kecelakaan kerja, SMK3, Pertamina TBBM Jambi
-
SAFETY MANAGEMENT SYSTEMS AND OCCUPATIONAL HEALTH (SMK3) IN PT.
PERTAMINA(Persero) MARKETING OPERATIONAL REGION (MOR) II JAMBI
Nur Haryani
S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA ([email protected])
Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP.
Abstract
The high rate of employment accident make the government issued rules governing all companies in
indonesia with a system of management of health and safety work (SMK3). SMK3 initial basic rules, such as Law
No. 1 Year 1970, and amended by Law No. 23 Year 2009, strengthened by Government Regulation No. 50 Year 2012
on occupational health and safety system (SMK3). The application of smk3 in indonesia to reduce or minimize the
problem of employment accident rate. Pertamina is one of companies that carry out of smk3 , and Pertamina MOR II
Jambi be a research location. .This research roof be emphasized on SMK3.This research aims to describe of smk3 in
Pertamina MOR II Jambi.
Type of research is descriptive qualitative. The technique of data collection is done in three ways, there are
observation, documentation and interview. The focus of this study uses the theory of David Easton system consisting
of input, process, output, feedback. Input consists of human resources (HR), infrastructure, and commitment or
attitude. The process itself is supported by existing communications, while the output which is the result, which of
the existing results will be evaluated by the decision makers. Feedback is the final stage of the theory of the system
used, supported by information from existing results, then feedback sent back to the input, so it can be reprocessed
again.
The results showed that Pertamina MOR II Jambi can be categorized good in SMK3. It can be known from
the results of SMK3 by using systems theory David Easton who indicates that throughout indicator that there is going
pretty well. The input of infrastructure that is strongly supports smk3 program success, trainings smk3 done to an
employee to increase the value of existing human resources. A process that is supported by recent communication that
are used through internal emails, routine meeting and through social media such as the blackberry massenger group.
Output of the results can be seen from the number of accidents with the result that the achievement of zero accident
and Pertamina MOR II Jambi in the assessment PROPER POSE good as well, so the evaluation is done only to
improve the achievement of the existing ones. Feedback is the end of the processthat is the delivery of information of
the results.
The good running program is expected to be maintained and improved. The advice given researchers are
evolving communications media today is expected to be utilized by Pertamina MOR II Jambi to further improve and
develop communication used in this SMK3 program. The diversity of this communication is expected to further
facilitate and accelerate the ongoing process of the program itself and the delivery of programs SMK3 even more
diverse, and varied, so it is the efficiency of the employees and the company itself.
Keywords: employment accident, SMK3, Pertamina MOR Jambi
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Terjadi peningkatan penggunaan bahan
berbahaya. Hal ini disamping memberi peluang bagi
pengusaha untuk bersaing secara global tetapi dalam
proses produksi dapat pula menambah atau
meningkatkan ragam bahaya di tempat kerja. Selain itu
akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang
memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang
berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja
operasional tenaga kerja. Kesehatan menjadi faktor
penting sejajar dengan faktor ekonomi dan
pendidikan, sebagaimana yang tercakup dalam Human
Developing Index yang terdiri dari pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. (Tjipto Herijanto, P, dkk,
1994).
Keselamatan Kerja atau occupational Safety,
dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan safety
saja, oleh American Society of Safety Engineers
(ASSE) diartikan sebagai bidang kegiatan yang
ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan
yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi
kerja. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (jurnalk3.com).
Materi keselamatan kerja juga diatur dalam
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang terdiri dari 11 bab 18 pasal,
merupakan UU pokok yang memuat aturan-aturan
dasar dan ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik
-
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,
maupun di udara yang berada di wilayah Negara RI
(pasal 2) (jurnalk3.com). Didukung pula dengan
adanya Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993
tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 5/men/1996
pasal 3 tentang potensi bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan wajib
menerapkan sistem manajemen K3.
Pada tahun 2003, Undang-undang tentang
keselamatan kerja pun diperbaharui, dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 13 Tahun 2003.
Undang-undang ini terkait tentang perlindungan kerja,
yaitu upah, waktu kerja, kesejahteraan, jaminan sosial
tenaga kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja.
Kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No
23 Tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 23
dinyatakan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya pada kondisi kerja yang berpotensi
membahayakan kesehatan (Husni, 2003).
Pada tahun 2012 dikeluarkan pula Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia No. 609 yang mengatur tentang pedoman
penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Tahun yang sama, dikeluarkan pula
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan
yang mempunyai resiko tinggi dalam pengelolaannya
(kemenakertrans.com).
Budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
ini dapat dikembangkan dari lingkungan kerja yang
aman, nyaman, dan disiplin pekerja yang tinggi. Rasa
aman dan ketentraman akan dapat meningkatkan
kegairahan bekerja yang berdampak langsung
terhadap peningkatan mutu kerja, peningkatan
produksi dan produktivitas, sehingga bukan hanya
memberi keuntungan bagi perusahaan tetapi juga bagi
bangsa dan negara. (Sumamur, 1996: 311). Berdasarkan data International Labour
Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan
160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun
sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka kematian
dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sementara
itu, hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26
Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah kasus
penyakit umum pada pekerja ada sekitar
2.998.766 kasus, dan jumlah kasus penyakit yang
berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus
(depkes.go.id).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
mencatat bahwa sepanjang tahun 2013 jumlah
pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja
sebanyak 129.911 orang, 75,8% yang menjadi korban
adalah pekerja laki-laki, 69,59% dari kecelakaan
tersebut terjadi di dalam perusahaan, 10,26% terjadi di
luar perusahaan dan sisanya sekitar 20,15%
merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh
para pekerja. Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan
kerja dikarenakan posisi tidak aman (ergonomis) dan
sebanyak 32,12% pekerja tidak memakai peralatan
yang safety (infokatiga.com).
Tabel 1.1
Data Angka Kecelakaan Kerja
Sumber : bpjs-kesehatan.go.id
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (SMK3) merupakan suatu sistem pengaturan
kebijakan-kebijakan perusahaan, khususnya dalam
bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
ini berfungsi sebagai kontrol bagi pelaksanaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
diterapkan oleh perusahaan. Tujuan dari sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
ini adalah untuk menurunkan ataupun untuk
menghilangkan angka kecelakaan kerja.
Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) tidak bisa dilepaskan dari
kegiatan usaha. Apalagi di dunia usaha bidang energi
seperti yang dilakukan Pertamina. Penerapan
keselamatan kerja di Pertamina sudah menjadi invetasi
dasar dalam melakukan kegitan kerja. Penerapan
program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
Pertamina berlaku sejak berdirinya Pertamina itu
sendiri yaitu, tahun 1957. Berkembangnya zaman dan
peraturan yang ada mengenai K3 ikut mempengaruhi
perkembangan penerapan K3 di Pertamina
(www.pertamina.com/media: 2013)
Sejalan dengan tuntutan bisnis ke depan, PT.
Pertamina terus mengembangkan potensi bisnis yang
dimiliki. Cara yang digunakan melalui penerapan
teknologi baru, pemasaran produk-produk unggulan
yang ada dan produk inovasi baru, serta penerapan
standar internasional dalam sistem manajemen mutu
dengan tetap berbasis pada komitmen ramah
lingkungan. Proses-proses produksi tersebut banyak
menggunakan peralatan produksi yang mempunyai
risiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja, sehingga penerapan SMK3 sangat
diperlukan dalam sistem kerja perusahaan. Ha l ini
juga berlaku diseluruh terminal bahan bakar minyak
(TBBM) Pertamina yang ada di Indonesia, termasuk
TBBM Pertamina Jambi (pertamina.com).
Tahun Jumlah Kasus Kecelakaan
2014
8.900 Kasus (Januari-April
2014)
2013 129.911 Kasus
2012 103.074 Kasus
2011 99.491 Kasus
2010 98.711 Kasus
2009 96.314 Kasus
-
Sejak tahun 2006 Pertamina meningkatkan
sistem manajemen K3 setiap TBBM yang ada di
seluruh Indonesia dengan melakukan penilaian
berkala terhadap seluruh TBBM yang ada.
Pertamina Operation & Service Excellence (POSE)
merupakan program yang diterapkan Pertamina untuk
melakukan penilaian terhadap penerapa program
SMK3 yang ada disetiap TBBM Pertamina, dengan
tujuan seluruh TBBM yang ada di Indonesia dapat
menjalankan program SMK3 dengan baik dan
mengurangi angka kecelakaan atau zero accident.
PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran II
Jambi merupakan TBBM pemasaran kedua terbaik di
Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) sejak tahun
2012, dengan memperoleh Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) dan POSE
yang sudah di atas standar serta penerapan sistem K3
yang mendukung, sehingga menjadi salah satu TBBM
Pertamina andalan di wilayah Sumbagsel. TBBM
Jambi merupakan salah satu TBBM pemasaran
terbesar di daerah Sumbagsel yang berperan penting
dalam penyediaan dan penyumplaian persediaan
Bahan Bakar Minyak(BBM) bagi para distributor
yang akan langsung menyalurkan pada para
konsumen. TBBM Pertamina Jambi ini sangat strategis
bagi bisnis Pertamina maupun bagi kepentingan
provinsi, karena merupakan jalur utama penghubung
antar provinsi di Sumatera. Berdasarkan uraian dan
fenomena diatas, maka penulis mengadakan penelitian
dengan judul Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PERTAMINA
(Persero) Unit Pemasaran II Terminal Bahan Bakar
(TBBM) Jambi
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.PERTAMINA
(Persero) Unit Pemasaran II Terminal Bahan Bakar
(TBBM) Jambi?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran II
Terminal Bahan Bakar (TBBM) Jambi.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan, baik teoritis maupun praktis
terhadap permasalahan yang berkaitan dengan
penelitian. Adapun manfaat yang ingin dicapai antara
lain:
1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan kajian studi Ilmu Administrasi
Negara terutama dalam kajian Sistem
Manajemen K3.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Sebagai kajian ilmu pengetahuan,
menambah wawasan mahasiswa tentang
SMK3 dan untuk menambah pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja di suatu
perusahaan.
b. Bagi Pertamina TBBM Jambi Penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan bagi Pertamina TBBM Jambi
untuk lebih meningkatkan kinerja
penanganan keselamatan dan kesehatan
kerja, sehingga efisiensi dan efektifitas
perusahaan dapat ditingkatkan.
c. Bagi UNESA Diharapkan penelitian ini dapat menjadi
salah satu bahan bacaan dan informasi
untuk , menambah wawasan tentang SMK3
dan untuk menambah pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja di suatu
perusahaan.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu
Systema yang berarti penempatan atau mengatur.
Sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur
atau komponen yang selalu pengaruh-mempengaruhi
dan terkait satu sama lain. Sistem mempunyai input,
proses, output, dan feedback. Input yaitu, data yang
mengalir masuk ke sistem berasal dari luar sistem
kemudian ditransformasikan oleh sistem melalui
proses menjadi output. Output merupakan hasil yang
didapatkan dari rangkaian proses pada sistem. Proses
merupakan manipulasi input menjdi bentuk yang
sesuai dengan tujuan. Sementara Feedback merupakan
umpan balik sebagai evaluasi untuk mendapatkan
output yang lebih baik. Teori Sistem umum merupakan suatu konsep
atau kerangka yang terdiri dari beberapa sub sistem
yang saling berinteraksi dan berpengaruh.Teori sistem
umum merupakan teori yang telah mendapatkan
pendukung-pendukung hampir di semua cabang ilmu,
ilmu alam dan sosial. Salah satu tokoh sosiologi yang
mengembangkan teori sistem umum yakni Talcott
Parson. Ia mengembangkan teori sistem umum yang
di dalamnya mencakup dua sistem, yakni sistem
tindakan dan sistem sosial.
-
Gambar 2.1
Gambaran Sistem
Sumber : Peter Hamilton. 1990
Pengertian sistem menurut Mulyadi (2008 : 2)
adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu
dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Jogianto (2005: 2) mengemukakan pengertian
sistem adalah :
kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. sistem ini
menggambarkan suatu kejadian-
kejadian dan kesatuan yang nyata
adalah suatu objek nyata, seperti
tempat, benda, dan orang-orang
yang betul-betul ada dan terjadi.
Sementara, pengertian sistem menurut
Widjajanto (2008 : 2) yaitu,
sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi
untuk mencapai tujuan tertentu
melalui tiga tahapan yaitu input,
proses dan output.
Menurut David Easton (1984:395) sistem
adalah:
suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu
antara sub-sub sistem dengan
sistem sebagai suatu unit (yang
bisa saja berupa suatu masyarakat,
serikat buruh, organisasi
pemerintah).
Menurut Prof Sumantri (Tatang M. Amirin:
2010) mengemukakan pengertian sistem adalah
sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk
melakukan suatu tujuan, apabila
salah satu bagian rusak atau tidak
dapat menjalankan tugasnya,
maka tujuan yang hendak dicapai
tidak akan terpenuhi atau setidak-
tidaknya sistem yang telah
terwujud akan mendapat
gangguan.
Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler (Tatang
M. Amirin: 2010) mengatakan bahwa Pengertian
Sistem yaitu,
Sebuah rangkaian yang saling kait mengkait antar beberapa
bagian sampai kepada bagian yang
terkecil, jika suatu bagian atau sub
bagian terganggu maka bagian
yang lain juga ikut merasakan
ketergangguan tersebut.
Pengertian Sistem Menurut Prajudi (Tatang M. Amirin: 2010) adalah,
Suatu jaringan daripada prosedur-prosedur yang
berhubungan satu sama lain
menurut skema atau pola yang
bulat untuk menggerakkan suatu
fungsi yang utama dari suatu
usaha atau urusan.
Walter Buckley (1967) melalui karyanya yang
berjudul, Sociology and Modern Systems Theory,
mengemukakan ada beberapa manfaat menggunakan
teori sistem (Ritzer & Goodman, 2009:351), yakni:
1. Dapat diterapkan pada semua ilmu perilaku dan ilmu sosial
2. Memiliki beragam level yg dapat diterapkan pada semua skala terbesar sampai skala
terkecil atau yang paling objektif sampai
yang paling subjektif.
3. Membahas beragam hubungan antar aspek sosial, tidak parsial.
4. Keseluruhan aspek dipandang dalam konteks proses khususnya terkait dengan jaringan
informasi dan komunikasi.
5. Bersifat integratif.
Easton juga meringkas ciri-cirinya sebagai
berikut:
1. Sistem mempunyai batas yang didalamnya ada saling hubungan fungsional yang
terutama dilandasi oleh beberapa bentuk
komunikasi.
2. Sistem terbagi kedalam sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling melakukan
pertukaran (seperti antara desa dengan
pemerintah daerah atau antara pemerintah
daerah dengan pemerintah pusat).
-
3. Sistem bisa membuat kode, yaitu menerima informasi, mempelajari dan
menerjemahkan masukan (input) kedalam
beberapa jenis keluaran (output).
Dari pengertian sistem menurut para pakar di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pengertian
Sistem adalah suatu rangkaian yang saling terhubung
antara beberapa bagian sampai pada bagian yang
terkecil, bila suatu bagian atau sub bagian tersebut
terganggu, maka bagian-bagian yang lain juga akan
ikut terganggu. Bahwa suatu sistem itu terdiri dari
beberapa bahkan banyak kompenen atau part
(input,proses, output, feedback) yang saling
berhubungan. Meskipun setiap sistem mempunyai
fungsi komponen yang berbeda-beda, akan tetapi
semua part atau bagian dari suatu sistem tersebut
memiliki dan melakukan bagiannya masing-masing
dengan tujuan yang sama.
David Easton dalam Nugroho (2008: 383)
menjelaskan bahwa proses kebijakan program dapat
dianalogikan dengan sistem biologi. Pada dasarnya
sistem biologi merupakan proses interaksi antara
mahluk hidup dan lingkungannya, yang akhirnya
menciptakan kelangsungan perubahan hidup yang
relatif stabil. Dalam terminologi ini Easton
menganalogikannya dengan kehidupan sistem.
Kebijakan publik dengan model sistem mengandaikan
bahwa kebijakan merupakan hasil atau output dari
sistem, digambaran sebagai berikut :
Gambar 2.2
Model Teori Sistem ( David Easton)
Sumber : Nugroho, 2008: 383
Penelitian ini menggunakan teori sistem David
Easton dikarenakan model atau variabel yang ada
diteori ini dirasa akan mendukung penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
di PT. Pertamina Jambi. Model atau variabel-variabel
yang ada dalam teori ini, yang saling berkaitan
membuat program SMK3 ini diharapkan dapat
berjalan berkaitan sehingga membawa hasil yang
diharapkan. Teori sistem menurut David Easton
menjelaskan bahwa proses kebijakan dapat
dianalogikan dengan sistem biologi. Pada dasarnya
sistem biologi merupakan proses interaksi antara
mahluk hidup dan lingkunganya, yang akhirnya
menciptakan kelangsungan perubahan hidup yang
relatif stabil. Kebijakan publik dengan model sistem
mengandaikan bahwa kebijakan merupakan hasil atau
output dari sistem. Terdiri dari input, Policy System
(Proses), output dan feedback.
Input sendiri terdiri dari sarana prasarana,
komitmen atau sikap dan sumber daya manusia
(SDM). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dapat
dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan
tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu
proses (usaha, pembangunan, proyek). Antara sarana
dan prasarana tidak terlalu jauh berbeda, karena
keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Untuk membedakannya yaitu, sarana lebih ditujukan
kepada benda-benda yang bergerak, sedangkan
prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang
tidak bergerak.
Hasibuan (2003:244) pengertian sumber daya
manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir
dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan
sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya,
sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan
untuk memenuhi kepuasannya. Selain sarana
prasarana dan SDM dalam input juga dibutuhkan
dukunga berupa komitmen atau sikap para pelaku
SMK3. Menurut Robbins (dalam Sjabadhyni, dkk.,
2001:456), ia memandang komitmen organisasi
sebagai salah satu sikap kerja karena merefleksikan
perasaan seseorang terhadap organisasi tempat ia
bekerja. Komitmen adalah orientasi individu terhadap
organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi, dan
keterlibatan. Berdasarkan ungkapan tersebut dapat
diketahui bahwasannya input ini merupakan salah satu
faktor yang terdiri dari berbagai macam dukungan
yang berperan untuk program SMK3.
Menurut kamus besar bahasa indonesia
(KBBI), proses itu merupakan runtunan perubahan
(peristiwa) dalam perkembangan sesuatu
(kbbi.web.id). Proses sendiri terdiri dari komunikasi
yang menjadi pendukung berjalannya program SMK3
itu sendiri. Komunikasi sendiri sebagai perantara
program SMK3 yang di teruskan ke output.
Komunikasi merupakan salah satu bagian yang
mendukung saat berlangsungnya proses. Saat
berlangsungnya proses, dimana kebijakan sistem suatu
program diolah agar menghasilkan tujuan yang
diinginkan. Menurut Anwar arifin (1988:17)
komunikasi merupakan suatu konsep yang multi
makna. Makna komunikasi dapat dibedakan
berdasarkan komunikasi sebagai proses sosial.
Komunikasi pada makna ini ada dalam konteks ilmu
sosial. Dimana para ahli ilmu sosial melakukan
penelitian dengan menggunakan pendekatan
komunikasi yang secara umum menfokuskan pada
kegiatan manusia dan kaitan pesan dengan perilaku.
William I. Gordon (dalam Dedy Mulyana, 2005:69)
Komunikasi secara ringkas didefinisikan sebagai suatu
transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan
perasaan. Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan di
dalam sebuah proses, agar program itu berjalan sesuai
-
tujuan dan diterima baik pula oleh para karyawan, dan
pendukung lainnya yaitu output dan feedback.
B. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian
atau peristiwa yang jelas tidak dikehendaki dan sering
kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan
kerugian baik waktu, harta benda atau properti
maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses
kerja industri atau yang berkaitan dengan pekerjaan.
Berdasarkan selang waktu akibatnya, kecelakaan
terbagi menjadi dua yaitu kecelakaan langsung dan
kecelakaan tidak langsung. Kecelakaan langsung
merupakan kecelakaan yang akibatnya langsung
tampak atau terasa. Sedangkan kecelakaan tidak
langsung adalah kecelakaan yang akibatnya baru
tampak atau terasa setelah ada selang waktu dari saat
kejadiannya (Sumamur, 1989:189). Teori Domino Heinrich 1931 (Suardi, 2005: 4)
menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang
menimbulkan cedera terdapat lima faktor yang secara
berurutan digambarkan sebagai lima domino yang
berdiri sejajar, yaitu : kebiasaan, kesalahan seseorang,
perbuatan dan kondisi tak aman (hazard), kecelakaan
serta cedera. Heinrinch mengemukakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya adalah
dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat.
Misalnya, dengan membuang hazard, satu domino
diantaranya.
Gambar 2.3
Teori Domino Heinrich
Sumber : Suardi, 2005: 4
Berdasarkan teori domino effect penyebab
kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka terdapat
berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di
tempat kerja, antara lain :
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja:
a. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman
b. Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
a. Pelatihan dan Pendidikan b. Konseling dan Konsultasi c. Pengembangan Sumber Daya ataupun
Teknologi
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
a. Prosedur dan Aturan b. Penyediaan Sarana dan Prasarana c. Penghargaan dan Sanksi
Frank E. Bird Peterson 1967 (Suardi, 2005: 4-
5) memodifikasi teori Domino Heinrich dengan
mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima
faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu,
manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak
dan kerugian. Birds mengemukakan bahwa usaha
pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil
dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja. Setiap satu kecelakaan berat
disertai oleh 10 kejadian kecelakaan ringan, 30
kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan
harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan
kerja dengan membandingkan biaya langsung dan
biaya tak langsung adalah 1 : 5 50, dan digambarkan sebagai fenomena gunung es.
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan kerja merupakan segala sarana
dan upaya untuk mencegah terjadinya suatu
kecelakaan kerja (Silalahi, 1985:8). Dalam hal ini
keselamatan yang dimaksud bertalian erat dengan
mesin, alat kerja dalam proses landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah
melindungi keselamatan tenaga kerja di dalam
melaksanakan tugasnya, melindungi keselamatan
setiap orang yang berada di lokasi tempat kerja dan
melindungi keamanan peralatan serta sumber produksi
agar selalu dapat digunakan secara efisien.
Secara hukum, keselamatan dan kesehatan
kerja diartikan sebagai Suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan
selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat
dijalankan secara aman, efisien dan produktif. Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) merupakan skala prioritas,
karena dalam pelaksanaannya, selain dilandasi oleh
peraturan perundang-undangan tetapi juga dilandasi
-
oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu keteknikan dan
ilmu kedokteran.
Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) sangat
dibutuhkan dalam kegiatan industri, hal-hal yang
melatar belakangi yaitu, bahwa setiap aktifitas industri
selalu mengandung bahaya dan risiko keselamatan dan
kesehatan kerja, bahaya dan risiko tersebut akan
menimbulkan konsekuensi, apabila K3 tidak dikelola
dengan baik, maka akan menimbulkan kerugian.
Kerugian-kerugian tersebut berupa aset perusahaan
dari yang paling ringan sampai kepada kehancuran,
dari sisi pekerja dari cacat atau sakit yang teringan
sampai kepada korban jiwa, sedangkan dari segi
lingkungan dari tingkat pencemaran ringan sampai
bencana.
Menurut Sumamur 1989 : 213 tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatakan
produksi serta produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang
yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari dan untuk
setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga
masyarakat pada umumnya (Sumamur, 1981:98).
Gambar 2.4
Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
Sumber : katigaku.com
Bentuk dari alat-alat keselamatan kerja tersebut
antara lain adalah :
1) Safety Helmet (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.
2) Sepatu atau safety shoes (untuk tugas lapangan dan kantor), berfungsi sebagai alat pengaman
saat bekerja di tempat yang becek ataupun
berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia. Bentuknya
seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi
metal dengan sol dari karet tebal dan kuat.
Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang
menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
3) Sarung Tangan (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja
di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan
cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan
di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.
4) Penutup Telinga atau Ear Plug (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai pelindung telinga
pada saat bekerja di tempat yang bising.
5) Kaca Mata Pengaman atau Safety Glasses (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai pelindung
mata ketika bekerja (misalnya mengelas atau saat
berada dalam lapangan untuk waktu yang cukup
lama).
6) Masker atau Respirator (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup
saat bekerja di tempat dengan kualitas udara
buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
7) Baju safety (untuk tugas lapangan ataupun di kantor), berfungsi sebagai pelindung tubuh pada
saat bekerja, karena itu baju safety cenderung
dibuat lebih tebal dari baju biasa namun nyaman
saat dikenakan dan cenderung memiliki warna
yang mencolok agar terlihat walaupun saat
bekerja dimalam hari.
8) Rompi safety (untuk tugas lapangan), rompi ini dibuat dengan warna neon atau mencolok supaya
saat keadaan malam hari ataupun gelap, pegawai
dapat terlihat sehingga menghindari terjadinya
kecelakaan kerja.
9) Tabung Pemadam Api atau racun api, berfungsi sebagai tindakan awal yang dapat dilakukan
ketika terjadinya kebakaran. Terdapat disetiap
sudut ruangan, maupun di lapangan kawassan
kerja dengan mempunyai warna merah yang
mencolok agar mudah dikenali.
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja disebut SMK3 adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian ,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
-
tempat kerja yang aman (Permenaker No : PER.
05/MEN/1996).
Secara aspek teknis keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3
(Soemaryanto, 2002:64).
a. Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penerapan SMK3 menurut Suardi (2007)
mempunyai tujuan yaitu:
1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau
pekerja-pekerja bebas.
2) Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja, memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga
kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan
daya produktivitas tenaga manusia.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor PER.05/MEN/1996 disebutkan bahwa,
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah suatu pernyataan tertulis yang dibuat melalui
proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga
kerja yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan
program kerja perusahaan yang bersifat umum dan
operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh
pengusaha dan atau pengurus. Untuk pembuktian
penerapan SMK3 perusahaan dapat melakukan audit
melalui badan audit yang ditunjuk menteri (pasal 5
ayat 1 PER.05/MEN/1996).
Pada tahun 2003, Undang-undang tentang
keselamatan kerja pun diperbaharui, dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 13 Tahun 2003.
Undang-undang ini terkait tentang perlindungan kerja,
yaitu upah, waktu kerja, kesejahteraan, jaminan sosial
tenaga kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja.
Kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No
23 Tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 23
dinyatakan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya pada kondisi kerja yang berpotensi
membahayakan kesehatan (Husni, 2003).
Pada tahun 2012 dikeluarkan pula Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia No. 609 yang mengatur tentang pedoman
penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Tahun yang sama, dikeluarkan pula
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan
yang mempunyai resiko tinggi dalam pengelolaannya
(depnakertrans.go.id).
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Adnan
Agnesa (2009) dengan judul penelitian Studi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina UP VI
Balongan Indramayu. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui tujuan utama dari penelitian
tersebut yaitu untuk mengetahui penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
di PT.Pertamina Balongan. Oleh sebab itu, masalah
yang dikaji berkaitan dengan kebijakan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
di PT.Pertamina Balongan dan hal-hal yang berkaitan
lainnya.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah kualitatif. Tipe penelitian yang dipergunakan
adalah tipe penelitian deskriptif analisis. Tipe ini
dipilih dengan maksud untuk memberikan gambaran
yang jelas mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di
PT.Pertamina Balongan. Pengumpulan data
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
wawancara, observasi lapangan serta studi
kepustakaan.
Adapun yang menjadi fokus utama penelitian
ini yaitu prinsip dasar kebijakan, elemen-elemen dan
penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3). Prinsip dasar memuat
tentang 5 poin dasar kebijakan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang harus
dilaksanakan secara berkesinambungan. Penelitian ini
dibahas menggunakan analisis prinsip dasar sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
(Depnakertrans, 2006). Penelitian ini menyimpulkan
bahwa penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) di PT. Pertamina Balongan
dinilai baik, dengan dilihat dari tabel yang dijabarkan
dalam penelitian tersebut yang menyatakan penerapan
yang ada sudah sesuai standar yang ada.
-
D. Kerangka Berfikir
1. Bagan Kerangka Berfikir
Berhubungan dengan penelitian ini, maka
kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat disajikan
melalui gambar berikut :
Gambar 2.3
Kerangka Berfikir Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif ini terbatas pada usaha
untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan, dan
atau peristiwa yang ada untuk mengungkapkan fakta
yang ada.
Metode penelitian ini menitikberatkan pada
observasi dan suasana ilmiah. Hasil dari penelitian ini
ditekankan untuk mendeskripsikan secara objektif
tentang keadaaan sebenarnya dari objek yang diteliti.
Penelitian jenis ini tidak menguji hipotesa atau tidak
menggunakan hipotesa, melainkan hanya
mendeskripsikan informasi sesuai apa yang ada atau
faktanya. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif
ini, diharapkan dapat memperoleh gambaran secara
lengkap dan utuh tentang sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
PT.Pertamina Jambi dalam upaya meningkatkan
kualitas sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
dalam kerja sehingga dapat meminimalisir dan atau
menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini merupakan batasan dalam
penelitian yang muncul karena adanya masalah
penelitian, sehingga peneliti dapat dengan mudah
menentukan data yang terkait dengan tema penelitian
serta menjadi lebih terarah. Adapun yang menjadi
fokus dari penelitian ini adalah Sistem Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina
(Persero) Jambi, meliputi :
1. Input 2. Proses (Policy System) 3. Output 4. Feedback
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana
peneliti menggambarkan kejadian yang sebenarnya
dari objek dan fenomena yang diteliti. Lokasi
penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina (Persero)
Unit Pemasaran II TBBM Jambi, Sumatera bagian
selatan (Sumbagsel). Peneliti memilih lokasi ini
karena PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran II
Jambi merupakan TBBM pemasaran kedua terbaik
sesumbagsel, memiliki rangking ke-14 dari 114
TBBM dengan prestasi kerja yang baik seindonesia
sejak tahun 2012 dan merupakan salah satu TBBM
pemasaran besar di daerah sumbagsel yang berperan
penting dalam penyediaan serta penyumplaian
persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi para
distributor yang akan langsung disalurkan pada para
konsumen. TBBM Pertamina Jambi ini sangat
strategis bagi bisnis Pertamina maupun bagi
kepentingan provinsi, karena merupakan jalur utama
penghubung antar provinsi di Pulau Sumatera.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah sumber-sumber
penyediaan informasi yang mendukung peneliti.
Sebagaimana dikemukakan oleh Lofland and Lofland
(dalam Moleong 2005:157) adalah sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen-dokumen. Hal ini dikarenakan dalam
penelitian kualitatif cenderung mengutamakan
wawancara (interview) dan pengamatan langsung
(observasi) dalam memperoleh data yang bersifat
tambahan. Penelitian ini menggunakan jenis destriptif
kualitatif untuk memberikan gambaran secara objektif
tentang keadaaan sebenarnya dari objek yang diteliti
sehingga hanya mendeskripsikan informasi sesuai
yang ada di lapangan atau fakta.
E. Subjek atau Sumber Penelitian
Subjek penelitian ini merupakan orang-orang
yang dianggap mengetahui dan mempunyai
pengalaman dengan fokus penelitian ini dan
diharapkan dapat memperoleh informasi. Menurut
-
Patilima (2005:80) setiap pemberi informasi dalam
penelitian kualitatif adalah informan. Adapun subyek
penelitian ini terdiri dari:
1) Operation Head PT. Pertamina (Persero) Jambi.
2) Bagian Pengawas, Penimbunan dan Penyaluran (PPP)
3) Bagian Penimbunan dan Penyaluran (PP) 4) Staff K3LL dan MM (Keselamatan Kesehatan
Kerja, Lindungan Lingkungan dan Manajemen
Mutu)
5) Bagian Control Room Bertugas: 6) Bagian Quality and Quantity 7) Bagian Keuangan 8) Assistant Administrasi umum.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri. Ini sesuai dengan karakteristik
penelitian kualitatif yang diantaranya adalah manusia
merupakan instrument penelitian (Lincoln dan Guba,
1995). Penggunaan alat bantu instrumen dalam proses
pengumpulan data, menggunakan: voice recorder,
kamera, dan lembaran catatan data (pedoman
wawancara). Penggunaan perangkat tersebut
dimaksudkan untuk mempertahankan kelengkapan
dan keutuhan informasi yang diperoleh dari lapangan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang
dibutuhkan guna mendukung penelitian yang ada.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standart data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Teknik Wawancara 2) Teknik Observasi 3) Teknik Dokumentasi
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara otomatis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain (Sugiyono, 2008:244).
Miles dan Huberman (1992:20)
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian
sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.
Langkah-langkah analisis data ditunjukkan pada
bagan berikut ini.
Gambar 3.1
Analisis Data Model Interaktif
Sumber : Miles dan Huberman (1992:20)
Berdasarkan bagan di atas, langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Pengumpulan data 2) Reduksi data 3) Penyajian data 4) Penarikan kesimpulan atau Verifikasi
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Mendeskripsikan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) di PT. Pertamina (Persero)
TBBM Jambi, teknik analisis datanya yang digunakan
oleh penulis adalah teknik interaktif, dimana data-data
tersebut di interpretasi, dianalisis kemudian
dideskripsikan berdasarkan teknik pengumpulan data
untuk memperoleh jawaban yang telah dirumuskan.
Pengolahan data akan dilakukan dengan cara
mengkomparasikan atau dibandingkan antara data
yang diperoleh dilapangan dengan teori-teori yang
digunakan dalam sitem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Perusahaan a. Profile TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak) Jambi
TBBM Jambi berlokasi di Jalan Raden Pamuk
No. 2 Kasang Jambi. TBBM Jambi dibangun dan
mulai beroperasi pada tahun 1959. Kegiatan
operasionalnya meliputi proses penerimaan,
penimbunan serta penyaluran bahan bakar minyak
(BBM). TBBM Jambi memiliki luas tanah 49.995 m2
(5Ha).
-
Gambar 4.1
Pertamina TBBM Jambi
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Suplai BBM menggunakan tongkang dengan
Draft Max 4 M mempunyai kapasitas rata-rata 3.900
Kl (kiloliter) dari Loading Port Plaju atau sungai
Gerong, terminal bahan bakar minyak (TBBM)
Tanjung Uban dan pulau Sambu. Alternatif lain, suplai
dikirim menggunakan Mobil Tangki dari TBBM
Kertapati berjarak kurang lebih 297 Km (kilometer),
TBBM Lubuk Linggau dengan jarak kurang lebih
338 Km, dan TBBM Teluk Kabung berjarak kurang
lebih 500 Km.
Gambar 4.2
Pola Penyaluran Bahan Bakar Minyak
TBBM Jambi
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
TBBM Jambi dipersiapkan untuk melayani
distribusi BBM wilayah provinsi Jambi meliputi,
batanghari, tanjung jabung barat, tanjung jabung
timur, bungo, tebo, muaro jambi, merangin,
sarolangun, kerinci, kota jambi, dan indra giri riau.
TBBM Jambi memiliki 12 unit tangki penimbunan
yang mempunyai kapasitas sebagai berikut,
Tabel 4.1
Kapasitas Tangki TBBM Jambi
PRODUK NO. TANGKI SAFETY CAPASITY
CM KL
PERTAMAX 1 8930 1050
9 5990 538
10 5990 547
TOTAL 2135
PREMIUM 2 8938 1034
6 8830 1520
11 10700 3229
TOTAL 5783
FAME 3 8900 1036
7 8820 1483
TOTAL 2519
SOLAR 5 8860 1511
8 8850 2016
12 10700 5078
TOTAL 8604
Pertamina
Dex
4 7210 855
TOTAL 855
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Di TBBM Jambi mengoperasikan 164 unit
mobil tangki untuk operasional pengiriman untuk
pendistribusian BBM setiap harinya. TBBM Jambi
mampu menyalurkan kurang lebih 2.362 kiloliter.
Gambar 4.3
Letak Wilayah TBBM Jambi
Sumber : Google Maps
-
1) Visi dan Misi TBBM Jambi meliputi,
a) Visi
MENJADI PERUSAHAAN ENERGI NASIONAL KELAS DUNIA
b) Misi
1) Menjalankan usaha yang meliputi : penerimaan, penimbunan, dan
penyaluran bahan bakar minyak (BBM)
atau non bahan bakar minyak (NBBM).
2) Mempertahankan posisi sebagai market leader.
3) Memberikan layanan dan benefit terbaik kepada stakeholder.
2) Tugas Pokok Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Jambi.
TBBM Jambi mempunyai berbagai tugas
pokok meliputi,
a) Melaksanakan penerimaan bahan bakar minyak (BBM) dan non bahan bakar
minyak (NBBM) dari kilang (pabrik atau
fasilitas industri yang mengolah minyak
mentah menjadi produk siap konsumsi
seperti premium, solar dan sebagainya).,
terminal transit, instalasi atau terminal
bahan bakar minyak (TBBM) lain.
b) Melaksanakan penimbunan bahan bakar minyak (BBM) di tangki yang ada
dimasing-masing TBBM yang telah
diterima dari kapal pengangkut minyak
dengan tujuan agar kuantitas tetap terjamin.
c) Melaksanakan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan non bahan bakar
minyak (NBBM) kepada masyarakat atau
konsumen.
d) Melaksanakan pemeliharaan aset atau fasilitas agar tetap terjaga dan handal.
3) Pekerja Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Jambi
Jumlah pekerja yang ada di TBBM Jambi,
Organik atau pekerja tetap : 21 Orang
Outsourcing : 59 Orang
Driver mobil tangki : 200 Orang
b. Struktur Organisasi Pertamina TBBM Jambi
Gambar 4.4
Struktur Organisasi Pertamina TBBM Jambi
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
c. Tugas dan Wewenang Jabatan 1) Operation Head PT. Pertamina (Persero)
Jambi.
Sebagai pimpinan utama yang tertinggi
Pertamina TBBM Jambi. Bertugas mengambil
keputusan, mengkoordinasi segala kegiatan,
memberikan motivasi terhadap karyawan dan
menentukan kebijakan dalam rangka pengembangan
untuk kemajuan TBBM yang dipimpinnya dan
bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap
kelangsungan kegiatan TBBM baik internal maupun
eksternal.
2) Bagian Pengawas, Penimbunan dan Penyaluran (PPP)
Pengawas penimbunan dan penyaluran (PP)
membawahi control room dan transportasi agar stock
BBM (premium, solar, kerosine, avtur) mencukupi
dan penyaluran BBM (premium, solar, kerosine,
avtur) ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum
(SPBU) maupun Depot Pengisian Pesawat Udara
(DPPU) bisa berjalan dengan lancar dan tidak terjadi
kelangkaan di masyarakat. Memastikan pelaksanakan
kegiatan penerimaan, penimbunan dan penyaluran
BBM/BBK sesuai dengan prosedur, tepat mutu, tepat
jumlah, tepat waktu, tepat tempat, dengan didukung
tertib administrasi serta memperhatikan aspek K3LL.
3) Bagian Penimbunan dan Penyaluran (PP) Melaksanakan kegiatan penerimaan dan
penimbunan BBM sesuai dengan prosedur, tepat
mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, dengan
didukung tertib administrasi serta memperhatikan
aspek K3LL. Melaksanakan secara konsisten kegiatan
mutu dan program POSE. Menyiapkan laporan
administrasi Arus Minyak secara tertib sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
-
4) Staff K3LL dan MM (Keselamatan Kesehatan Kerja, Lindungan Lingkungan dan Manajemen
Mutu)
Mengawasi aspek keselamatan kesehatan kerja,
lindungan lingkungan dan manajemen mutu.
Melakukan perawatan dan pemeliharaan pompa
pemadam kebakaran dan drynase pada tangki timbun.
5) Bagian Control Room Bertugas:
1. Melaksanakan persiapan jalur pipa dan tangki timbun yang akan digunakan untuk penerimaan
BBM.
2. Mempersiapakan jalur tangki timbun sampai filling sheet untuk penyaluran BBM.
3. Mengukur tinggi cairan (air dan minyak) tangki timbun tiap awal dan akhir pergerakan BBM.
4. Melaporkan Stock bahan bakar minyak (BBM) ke unit pemasaran manajemen setempat
(UPMS).
5. Mengambil sampel guna pemeriksaan mutu. 6. Melaksanakan blending Feed Stock A dan Feed
Stock B ke tangki produk.
6) Bagian Quality and Quantity Melakukan pengontrolan dan memastikan
kualitas dan kuantitas bahan bakar minyak (BBM)
yang akan disalurkan sesudah memenuhi spesifikasi.
Mengambil sampel guna pemeriksaaan mutu sesuai
prosedur perusahaan.
7) Bagian Keuangan Melaksanakan kegiatan administrasi
operasional keuangan, meliputi kegiatan pengelolaan
cash on hand, transaksi penerimaan setoran
pelanggan, Account Payable (AP), perpajakan, Arus
Produk dan Account Receivable (AR) untuk
memastikan proses bisnis yang menjadi tanggung
jawab TBBM terselenggara sesuai pedoman
perusahaan.
8) Assistant Administrasi umum. Bertugas:
1. Korespondensi surat-menyurat 2. SDM :
a) Mengurus surat perjalanan dinas pekerja. b) Akomodasi hotel pekerja dinas atau untuk
pelaksanaan meeting.
c) Laporan payroll atau absensi pekerja d) Mengadakan kursus dan pelatihan/ training
pekerja.
3. Logistik : a) Pengadaan barang atau material yang bersifat
umum.
b) Pembuatan surat pembayaran tagihan-tagihan akomodasi, pengadaan barang atau material,
pengobatan pekerja, dan lain-lain.
d. Standart Operation Procedure (SOP) Pertamina TTBM Jambi
1) Bila Terjadi Kebakaran Bagi pekerja yang melihat bahaya kebakaran
segera :
a) Memadamkan Api kebakaran tersebut dengan APAR yang tersedia atau
terdekat.
b) Membunyikan Lonceng kebakaran secara terus menerus atau berteriak
KEBAKARAN-KABAKARAN-KEBAKARAN sambil memberi tahu lokasi terjadinya kebakaran.
c) Semua pekerja yang mendengar tanda bahaya kebakaran segera bertindak
sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab masing-masing.
2) Bila Terjadi Pencemaran Bagi pekerja yang melihat adanya pencemaran
segera:
a) Menutup sumber penyebab tumpahan minyak atau kebocoran.
b) Melaporkan kejadian yang diketahui kepada pimpinan umum
Penanggulangan Keadaan Darurat
(PKD).
c) Siap melaksanakan perintah dari pimpinan umum PKD.
d) Bila terjadi di dermaga (pada saat ada kapal) segera koordinasi dengan pihak
kapal untuk segera melaksanakan
penanggulangan.
3) Bila Terjadi Kecelakaan Kerja Bila pekerja yang pertama kali mengetahui
terjadinya kecelakaan kerja :
a) Segera memberikan pertolongan pertama kepada korban.
b) Meminta bantuan rekan terdekat untuk menolong korban dibawa ke tempat
yang aman.
c) Melaporkan kepada pengawas yang berwenang dan pimpinan umum PKD.
4) Bila Terjadi Gangguan keamanan, Kerusuhan atau Sabotage.
a) Pekerja yang mengetahui gangguan keamanan segera melaporkan kepada
kepala sekuriti atau komandan jaga.
b) Kepala sekuriti segera mengambil tindakan pengamanan sedini mungkin
sesuai tingkatannya.
c) Bila tidak memungkinkan dapat diatasi segera melaporkan kejadiannya
kepada pimpinan PKD.
d) Melaporkan kejadian tersebut ke instansi terkait.
i. Polda Jambi 0741 2552958 ii. Poltabes Jambi 0741 23025
iii. Polsek Jambi Timur 0741 7009732 iv. Koramil Jambi Timur 0741 22986
-
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Pertamina
TBBM Jambi.
Penerapan program SMK3 merupakan hal yang
penting dalam mensukseskan tujuan meminimalisir
kecelakaan kerja yang ada. Hal ini diwujudkan dengan
penerapan program sistem keselamatan dan kesehatan
kerja dalam bekerja sehari-hari. Perusahaan harus
memiliki sistem keselamatan dan kesehatan kerja
dimasing-masing organisasinya. Setiap perusahaan
memiliki kebutuhan akan safety yang berbeda-beda
sesuai dengan kondisi kerja dan lapangan yang ada di
perusahaan. Begitu juga dengan Pertamina TBBM
jambi, yang menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja di wilayah kerjanya.
Sebagai salah satu perusahaan professional
yang menerapkan K3, penggunaan simbol dalam
rambu-rambu K3 sangatlah penting untuk komunikasi
peraturan ataupun petunjuk di area tertentu. Oleh
karena itu, setiap professional K3 harus paham tentang
maksud dari warna dan bentuk yang digunakan dalam
pembuatan rambu K3. Pertamina TBBM Jambi turut
menjalankan dan mengaplikasikan rambu-rambu K3
dalam kawasan kerja.
a. Rambu-rambu K3 dan pendukungnya yang terdapat di dalam kantor diantaranya,
Gambar 4.5
Rambu K3 Dilarang Merokok
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Puntung rokok, serta merokok di kawasan yang
dilarang merokokdapt menjadi salah satu penyebab
kecelakaan kerja jika tidak ditangani sesuai dengan
aturan yang ada. Adanya rambu DILARANG MEROKOK menjadi salah satu langkap pencegahan terjadinya kecelakaan kerja yang ada di PT. Pertamina
TBBM Jambi.
Gambar 4.6
Rambu K3 Jagalah Kebersihan
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Kebersihan adalah sebagian dari iman.
Kebersihan pula dapat menjadi pendukung
keberhasilan keselamatan kerja. Rambu JAGALAH KEBERSIHAN menjadi salah satu pengingat agar karyawan dapat selalu menjaga kebersihan yang ada,
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan
kerja.
Gambar 4.7
Rambu K3 Petunjuk Tabung Pemadam Kebakaran
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Alat pemadam api ringan (APAR) merupakan
salah satu alat pendukung yang penting dalam K3.
Petunjuk atau rambu yang jelas serta tempat yang
mudah dijangkau menjadi fokus dalam penempatan
APAR itu sendiri. APAR sendiri mempunyai warna
yang mencolok seperti merah dan warna mencolok
lainnya, dengan tujuan dapat dengan mudah dilihat
dan dikenali. Petunjuk APAR yang biasanya terletak
diatas APAR menjadi pelengkap letak APAR itu
sendiri.
K3 menjadi investasi penting dalam kinerja
yang ada di PT. Pertamina TBBM Jambi. Pertamina
berkomitmen untuk ikut memerangi obat-obatan
terlarang. Pengaruh obat-obatan terlarang dapat
menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja, karena
obat-obatan terlarang dapat mempengaruhi kestabilan
emosi serta fisik karyawan. Menghindari dan
memerangi obat-obatan terlarang menjadi salah satu
cara yang meminimalisir kecelakaan kerja yang dapat
menimpa karyawan saat bekerja.
Gambar 4.8
Rambu K3 Say No To Drugs
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
-
Gambar 4.9
Rambu K3 Jalur Evakuasi
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Jalur evakuasi sangat berperan penting dalam
keadaan darurat saat terjadinya kecelakaan kerja
(kebakaran, gempa bumi, dan lainnya). Rambu atau
petunjuk K3 menjadi penting untuk mendukung
terlaksananya SMK3. Petunjuk jalur evakuasi yang
terletak disetiap dinding-dinding lorong yang mudah
dilihat ini bertujuan untuk dapat mempermudah
karyawan saat terjadinya kecelakaan kerja sehingga
dapat meminimalisir korban saat terjadinya
kecelakaan kerja.
b. Rambu-rambu K3 dan pendukungnya yang terdapat di lapangan atau di luar kantor
diantaranya,
Gambar 4.10
Rambu K3 Utamakan Keselamatan
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Rambu UTAMAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA menjadi pendukung serta pengingat karyawan untuk selalu
mengedepankan K3 di PT. Pertamina TBBM Jambi.
Spanduk besar disisi lapangan TBBM Jambi ini
dengan tujuan mudah terlihat dan menjadi petunjuk
lokasi berkumpul atau Assembly Point saat terjadinya
kecelakaan kerja.
Perlengkapan alat pelindung diri sangatlah
penting, karena merupakan modal utama dalam
melindungi diri saat bekerja. Alat pelindung diri
(APD) mempunyai peranan penting baik saat di dalam
kantor ataupun di lapangan. Rambu alat pelindungan
diri terdapat disetiap ruangan maupun di lapangan,
sebagai langkah pencegahan kecelakaan kerja.
Gambar 4.11
Rambu K3 Pemakaian Pelindung Telinga
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Keberlangsungan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri
memerlukan acuan indikator sebagai dasar
pertimbangan. Indikator sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di Pertamina TBBM Jambi terdiri
input, proses, output dan feedback. Beberapa indikator
K3 lainnya yang dapat digunakan yaitu,
1) Indikator Negatif a) Angka kecelakaan kerja b) Angka kasus penyakit akibat kerja c) Jumlah laporan pelanggaran K3 d) Jumlah ketidaksesuaian pelaksanaan
SMK3
2) Indikator Positif a) Penyelesaian suatu program kerja b) Jumlah pelatihan yang terlaksana c) Penyelesaian tindakan pengendalian risiko d) Angka hasil pengukuran lingkungan kerja e) Jumlah pemakaian alat pelindung diri f) Jumlah alat K3 yang tersedia g) Tingkat kepuasan karyawan akan
pelaksanaan K3
Sistem terdiri dari : Input, Proses, Output, dan
Feedback.
1) Input
Input merupakan subsistem yang akan
memberikan segala masukan dalam melaksanakan
suatu sistem atau kebijakan, salah satunya sistem
keselamatan dan kesehatan kerja. Input yang terdiri
dari tuntutan dan dukungan seperti sarana prasarana,
sumber daya manusia, dan komitmen karyawan dalam
melaksanakan sistem yang ada. Input sendiri berfungsi
sebagai sebuah sistem meliputi segala sesuatu yang
perlu dimasukkan ke dalam sistem sebagai bahan yang
akan diolah lebih lanjut, untuk menghasilkan
keluaran yang berguna. Keselamatan dan kesehatan ini
juga berfungsi untuk meminimalisir tingkat
kecelakaan yang ada. Hal ini seperti yang disampakan
oleh Bapak Suharto selaku Operation Head di
Pertamina TBBM Jambi sebagai berikut :
Input itu terdiri dari berbagai macam bagian pendukungnya,
berawal dari adanya tuntutan agar
setiap perusahaan termasuk
Pertamina supaya meminimalisir
angka kecelakaan kerja, dan
-
menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja. Selain adanya
tuntutan, ada pula dukungan
dalam input itu sendiri. Dukungan
itu bisa berupa sarana prasarana
keselamatan dan kesehatan kerja
(K3), sumber daya manusia yang
mumpuni dan berkualitas, serta
sikap atau komitmen dari para
karyawan (wawancara dilakukan tanggal 5 November 2014 pukul
10.15 WIB).
Berdasarkan pernyataan Operation Head
Pertamina TBBM jambi di atas dapat diketahui bahwa
input mempunyai peranan besar dalam sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
Selain sarana dan prasarana yang menunjang dalam
SMK3, sumber daya manusia sangatlah berpengaruh
dalam berjalannya program SMK3 ini. Komintmen
serta sikap karyawan dalam partisipasi program
SMK3 ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas lingkungan dan meminimalisir zero
accident. Gaya kepemimpinan Operation Head
Pertamina TBBM jambi ternyata juga menjadi acuan
dalam pelaksanaan SMK3.
Operation Head Pertamina TBBM jambi
tergolong pemimpin yang terjun langsung ke lapangan
dan selalu berusaha memantau program SMK3, dan
setiap minggunya beliau selalu mengadakan rapat
kerja untuk membahas serta menampung semua saran
dan keluhan dari para karyawan. Ketegasan dan
kedisplinan beliau dalam menerapkan program SMK3
ini di contohkan oleh beliau sendiri.
Selaku atasan, saya harus bisa menjadi role model bagi karyawan saya.
Jika ingin berhasil harus kita mulai dari
diri kita sendiri. Mendisiplinkan orang
lain itu mudah dari pada mendisiplinkan
diri kita sendiri, ketika kita sanggup
mendisiplikan diri kita, maka orang
disekitar kita pun akan ikut terpengaruh
dengan kedisplinan kita. Saya turun ke
lapangan karena menurut saya, masalah
yang sebenarnya akan terlihat ketika kita
terjun langsung ke area permasalahan itu.
Mencontohkan kedisiplinan saya mulai
dengan cara datang kerja tepat waktu,
bahkan saya selalu melakukan kontrol
lapangan setiap jam lima pagi, ini saya
lakukan untuk mengotrol kinerja
karyawan saya, serta mengotrol sistem
keselamatan dana kesehatan kerja yang
ada di lapang. (wawancara dilakukan tanggal 5 November 2014 pukul 10.20
WIB).
Terkait dengan pentingnya keberadaan input
dalam sistem manajemen K3, Pertamina TBBM Jambi
sebagai salah satu pelaksana program SMK3 berusaha
untuk mempersiapkan input-input yang dibutuhkan.
Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung
berlangsungnya program SMK3 tersebut. Penyediaan
prasarana safety yang sudah memiliki standar yang
ditentukan, seperti racun api, sepatu safety,
penampungan air atau bak PMK (Pemadam
Kebakaran) untuk pemadaman kebakaran, helmet,
rompi serta peralatan keselamatan lainnya yang
mendukung.
a. Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya yang terdapat di dalam kantor diantaranya,
Gambar 4.12
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Alat pemadam api ringan (APAR) merupakan
salah satu alat pendukung yang penting dalam K3.
Penempatan APAR disetiap sudut ruangan menjadi
salah satu langkah untuk mendukung K3 yang ada.
APAR sendiri mempunyai warna yang mencolok
seperti merah dan warna mencolok lainnya, dengan
tujuan dapat dengan mudah dilihat dan dikenali,
sehingga mudah dijangkau saat terjadinya kecelakaan
kerja (kebakaran khususnya)
Gambar 4.13
Kotak P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Kotak P3K menjadi salah satu fasilitas yang
diperlukan dalam SMK3. Kotak P3K yang berfungsi
sebagai pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan
kerja. Kotak K3 ini berisi persediaan berbagai macam
obat, seperti betadine, kapas, pembalut luka,
hansaplast, dan obat-obatan lainnya.
-
b. Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya yang terdapat di lapangan atau di luar kantor
diantaranya,
Gambar 4.14
Sirene Penandan Keadaan Darurat atau Bahaya
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Sirene adalat alat perlengkapan K3 yang
berguna sebagai tanda peringatan saat terjadinya
keadaan bahaya (kebakaran, gempa bumi atau
sebagainya). Sirene ini menjadi salah satu alat
perlengkapan safety yang dimiliki oleh PT. Pertamina
TBBM Jambi. Sirene ini akan berbunyi selama tiga
menit secara terus menerus saat dalam keadaan bahaya
atau darurat, sebagai petunjuk bagi karyawan untuk
segera berkumpul di tempat berkumpul atau Assembly
Point.
Gambar 4.15
Rumah Pompa Pemadam Kebakaran
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Rumah pompa pemadam kebakaran
merupakan fasilitas utama yang berfungsi mendukung
program SMK3. Rumah pompa itu sendiri terdiri dari,
pompa pemadam, racun api, pipa dan selang pemadam
kebakaran serta bak pemadam. Rumah pompa
pemadam ini berfungsi tidak hanya saat terjadinya
kecelakaan kerja saja, namun berguna juga saat
pelatihan-pelatihan kebakaran atau K3 lainnya bagi
karyawan PT. Pertamina TBBM Jambi. Pelatihan ini
difungsikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) dari para karyawan.
Pernyataan Assistant K3LL tersebut diperkuat
dengan keterangan dari Bapak Suharto selaku
Operation Head yang mengatakan :
....Sarana dan prasarana dibutuhkan sebagai penunjang utama pelaksaan
program SMK3. Safety adalah hal utama
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
program SMK3, sehingga penyediaan
alat safety menjadi kebutuhan pokok
utama yang harus dimiliki serta
dipersiapan oleh TBBM Pertamina
Jambi(wawancara dilakukan tanggal 5 November 2014 pukul 10.10 WIB).
Sarana dan fasilitas yang dimiliki Pertamina
TBBM Jambi dalam mendukung SMK3 dan produksi
kinerja perusahaan diantaranya sebagai berikut :
a) Tangki Timbun yang terdiri dari 12 unit dengan berbagai macam produk,
i. 3 Unit Tangki Premium ii. 3 Unit Tangki Pertamax iii. 3 Unit Tangki Solar iv. 2 Unit Tangki Fame v. 1 Unit Tangki Pertamina Dex
b) Dermaga terdiri dari 3 buah meliputi, i. 1 Unit Dermaga Terminal Bahan
Bakar Minyak (12X4X12 M).
ii. 1 Unit Dermaga Wilayah (40X25X16 M).
iii. 1 Unit Dermaga Backloading.
Tabel 4.2
Daftar Perlengkapan Safety K3 Pertamina
TBBM Jambi
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Nama Perlengkapan Safety Jumlah
Pompa PMK 2 x 1.500 Gpm 2 Unit
Rumah Pompa Pemadam 2 Unit
Rumah Racun Api 350 LBS 15 Unit
Gudang Limbah B3 1 Unit
Pipa PMK dan Selang PMK
(Pemadam Kebakaran) sesuai unit
Bak Pemadam 4 Buah
(1x450+1x320+2x128 )=1.026 M
Foam Chamber 1.200 l dan 4.200 L
Racun Api 350 LBS (pound) 20 Buah
Racun Api 150 LBS (pound) 4 Buah
Racun Api 20 LBS (pound) 46 Buah
Racun Api CO2 10 LBS (pound) 10 Buah
Grounding Tangki dan Kantor 24 Buah
-
Gambar 4.16
Tangki Timbun Pertamina TBBM Jambi
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Berdasarkan gambar dan tabel di atas, dapat
diketahui kelengkapan K3 dan sarana yang dimiliki
oleh Pertamina TBBM Jambi. Kelengkapan sarana
dan prasarana inilah yang mendukung kesiapan
Pertamina TBBM Jambi pelaksanaan sistem
keselamatan dan kesiapan kerja (SMK3).
Sesuai dengan hasil wawancara di atas, dapat
diambil keterangan bahwa peralatan safety merupakan
sarana utama yang mendukung berlangsungnya
program SMK3. Standarisasi perlengkapan safety pun
sudah diatur sesuai standar yang berlaku. Penyediaan
peralatan safety sudah mempunyai pos-pos pendanaan
tersendiri, seperti yang disampaikan oleh Bapak
Novan selaku Assistant keuangan sebagai berikut :
...Penyediaan peralatan safety itu sudah menjadi kebutuhan pokok, karena
Pertamina mengedepankan keselamatan
dan kesehatan karyawannya. Pendanaan
dalam pembelian dan pemeliharaan
peralatan safety sudah ada alokasi
dananya tersendiri, sehingga tidak
terusik oleh kebutuhan operasional
Pertamina TBBM Jambi
lainnya(wawancara dilakukan tanggal 7 April 2015 pukul 11.10 WIB).
Pernyataan ini diperjelas lagi dengan
keterangan yang diberikan oleh Bapak Suharto selaku
Operation Head yang mengatakan,
Pendanaan dalam pembelian serta pemeliharaan peralatan safety sudah ada
alokasi dananya tersendiri. Berhubung
safety merupakan salah satu faktor
utama, maka Pertamina tidak ingin
ceroboh dan gegabah dalam
pelaksanaanya. Pertamina melakukan
pelatihan-pelatiahan kepada karyawan
agar, SDM dari masing-masing
karyawan meningkat sehingga dapat
meningkat pula kinerja dan komitmen
karyawan. Pertamina selalu
menggembleng karyawan dalam
pelatihan-pelatihan keselamatan kerja
minimal 3 bulan sekali, seperti pelatihan
tanggap darurat kebakaran, pelatihan
pemadaman tangki, pelatihan
pencegahan kebakaran, pelatihan
kepemimpinan, serta pelatihan
kedisiplinan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja. Hal ini dimaksudkan
tercapainya tujuan dari program SMK3
yaitu, meminimalisir kecelakaan atau
zero accident. Pertamina juga
mengeluarkan penilaian tersendiri
terhadap intern nya, yaitu POSE
(Pertamina Operation and Service
Excellence)....... (wawancara dilakukan di ruang Operation Head, pada tanggal 5
November 2014 pukul 10.25 WIB).
Berdasarkan keterangan tersebut, yang
dimaksud input yaitu sistem yang terdiri dari berbagai
macam faktor pendukung yang saling berkaitan satu
sama lain, sehingga dapat membantu terlaksananya
sistem input itu sendiri. Perlengkapan safety yang
berperan sebagai sarana dan prasaran penunjang input,
serta SDM karywan yang selalu melakukan pelatihan
untuk meningkatnya kualitas SDM nya dan
komunikasi yang dilakukan dalam menyampaikan
program SMK3 ataupun saat melakukan program
tersebut.
2) Proses
Merupakan proses transformasi elemen-elemen
dari input menjadi output, di dalam proses sistem.
Proses ini merupakan kegiatan yang berfungsi untuk
mengubah suatu masukan menjadi sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut. Keselamatan dan
kesehatan kerja setelah masuk di input kemudian di
proses maka akan ada reaksi dari proses tersebut.
Penetapan program SMK3 apakah berlangsung
dengan baik, ataukah adanya hambatan saat proses
berjalannya program tersebut. Proses ini memerlukan
komunikasi dalam pelaksaan program SMK3 ini.
Komunikasi dibutuhkan dalam menyampaikan
informasi tentang SMK3 itu sendiri. Informasi yang
lengkap dan benar dalam proses penyampaiannya
dapat menghindarkan dari kesalahan saat pelaksanaan
program SMK3 dilapangan, sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan yaitu meminimalisir
kecelakaan kerja, serta menjaga kesehatan para
karyawan. Hal ini dikemukankan oleh Assistant K3LL
Bapak Santri Drafiko sebagai berikut :
Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam penyampaian
informasi, terlebih dalam pelaksanaan
program SMK3 ini. Penyampaian
informasi serta komunikasi yang salah
dapat membawa dapat penerapan yang
salah pula di lapangan. Ketika kesalahan
terjadi di lapangan kerja, kita tidak bisa
memprediksi seberapa besar dampaknya,
karena dari itu kita harus menyampaikan
-
informasi yang benar. Penyampaian
informasi yang benar itu tidak harus
berbelit-belit, justru harus singkat, padat,
jelas, mudah dimengerti serta fokus pada
pokok informasi. Komunikasi yang baik
pun tidak harus menggunakan bahasa
baku ataupun formal, cukup
menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dan dimengerti serta jelas saat
menyampaikannya(wawancara dilakukan tanggal 7 April 2015 pukul
09.15 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara di atas
didapatkan keterangan bahwa dalam proses yang
sangat dibutuhkan adalah informasi dan komunikasi
yang baik dan benar. Penyampaian informasi dan
komunikasi yang baik dan benar dapat meminimalisir
kecelakaan kerja sesuai tujuan dari SMK3 itu sendiri.
Jalur evakuasi sangat berperan penting dalam
keadaan darurat saat terjadinya kecelakaan kerja
(kebakaran, gempa bumi, dan lainnya). Rambu atau
petunjuk K3 menjadi penting untuk mendukung
terlaksananya SMK3. Petunjuk jalur evakuasi yang
terletak disetiap dinding-dinding lorong yang mudah
dilihat ini bertujuan untuk dapat mempermudah
karyawan saat terjadinya kecelakaan kerja sehingga
dapat meminimalisir korban saat terjadinya
kecelakaan kerja.
Gambar 4.17
Jalur Evakuasi PT. Pertamina TBBM Jambi
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
3) Output
Output adalah produk jadi atau hasil dari suatu
proses di sistem, yang merupakan hasil dari
pemprosesan. Output yang muncul dari proses SMK3
di Pertamina TBBM jambi dapat dilihat dari angka
kecelakaan kerjanya, atau dari hasil penilaian POSE,
Proper yang merupakan salah satu indikator penilaian
SMK3. Hasil dari proses yang keluar berupa output
inilah yang kemudian di evaluasi, apakah program
sudah berjalan dengan baik sesuai standar yang ada
ataukah perlunya peningkatan dan perbaikan agar
program dapat berjalan dengan baik kedepannya. Hal
ini seperti yang di sampaikan oleh Bapak Suharto
selaku Operation Head sebagai berikut :
Partisipasi dari semua karyawan sangat diharapkan untuk mencapai
tujuan dari program POSE itu sendiri
yaitu, meningkatkan kuantitas dan
kualitas lingkungan dan meminimalisir
zero accident. Yang mana tujuan dari
program ini juga untuk semua pihak,
tidak hanya pihak Pertamina saja, tetapi
juga distributor, konsumen serta
masyarakat sekitar. Karena keuntungan
dari program ini membawa manfaat
kepada kesemua pihak, diantaranya
masyarakat akan lebih nyaman karena
lingkungan jauh berkurang dari emisi
hasil produksi, ataupun sungai terhindar
dari pencemaran limbah sisa produksi,
pelayanan yang didapat distributor pun
lebih tepat, nyaman dan menguntungkan
antara kedua belah pihak. Pelaksanaan
SMK3 ini dapat membawa dampak dan
hasil yang positif. (wawancara dilakukan di ruangan Bapak Suharto,
tanggal 5 November 2014 Pukul 10.25
WIB).
Tabel 4.3
Hasil Penilaian POSE Pertamina TBBM Jambi
Tahun Penilaian Hasil Penilaian
2010 Silver
2011 Gold
2012 Gold
2013 Silver
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
-
Tabel 4.4
Hasil Penilaian PROPER Pertamina TBBM Jambi
Tahun Penilaian Hasil Penilaian
2010 Biru
2011 Biru
2012 Biru
2013 Biru
(Kandidat Hijau)
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Berdasarkan tabel-tabel yang ada di atas dapat
dilihat hasil penilaian yang didapat oleh Pertamina
TBBM Jambi terhadap sistem manajemen K3LL
(keselamatan dan kesehatan kerja lindung lingkungan)
yang ada. Terlihat peningkatan pada penilaian POSE
di tahun 2010 ke 2011 dan 2012, ternyata pada tahun
tersebut Pertamina TBBM Jambi dipimpin oleh Bapak
Suharto selaku Operation Head. Hal ini membuktikan
bahwa kinerja beliau membawa hasil atau dampak
perubahan yang meningkatkan penilaian sistem
manajemen K3 yang ada
Berdasarkan wawancara dengan Assistant
K3LL, Bapak Santri Drafiko menyatakan bahwa:
Suatu program dapat dilakukan kalau si penerima program dapat
menerima serta melaksanakannya
dengan penuh rasa tanggungjawab serta
dengan tetap mengutamakan
keselamatan kerja. Dalam hal ini
Penerima Program adalah karyawan
khususnya, sehingga apapun yang
dilakukan karyawan dalam setiap
pekerjaannya pasti berpengaruh dalam
program SMK3 tersebut, sehingga
output yang dihasilkan pun semua
tergantung dari input yang diberikan oleh
para karyawan.(wawancara tanggal 7 April 2015 pukul 09.20 WIB).
Berdasarkan keterangan di atas, didapati
keterangan bahwasannya output yang ada dihasilkan
dari input dan proses yang telah dilakukan. Input dan
proses yang baik maka akan menghasilkan output
yang baik pula. Kecelakaan kerja pun dapat
diminimalisir jika input dan proses yang dilakukan
dengan baik dan benar sehingga outputnya berupa zero
accident dan tujuan dari program SMK3 pun dapat
tercapai. Peningkatan SDM dapat dilakukan melalui
pelatihan-pelatihan.
Meningkatkan sumber daya manusia (SDM)
dengan sering melakukan pelatihan-pelatiahan
menyangkut SMK3, menjadi investasi jangka panjang
yang berguna bagi para karyawan. Hal ini di sebutkan
dalam wawancara dengan Assistant K3LL, Bapak
Santri Drafiko sebagai berikut :
Sarana dan prasaran yang sangat utama dalam pelaksanaan SMK3 yaitu
peralatan safety. Karyawan Pertamina
TBBM jambi mempunyai dua wilayah
kerja yaitu di kantor dan lapangan.
Perlengkapan safety menjadi kewajiban
utama bagi karyawan yang turun ke
lapangan atau kesehariannya berkutat di
lapangan. Perlengkapan safety itu
sendiri, selain sebagai perlindungan diri
juga berfungsi sebagai langkah preventif
atau pencegahan dari kecelakaan kerja (wawancara dilakukan tanggal 7 April
2015 pukul 09.10 WIB).
Gambar 4.18
Pelatihan Apabila Terjadi Gempa Bumi
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Berbagai pelatihan sangat dibutuhkan oleh para
karyawan, termasuk pelatihan saat terjadinya gempa
bumi. Pelatihan-pelatihan ini selain guna
meningkatkan kualitas SDM karyawan juga sebagai
langkah untuk meminimalisir korban saat terjadinya
kecelakaan kerja. Peneliti juga ikut dalam pelatihan
yang diadakan oleh PT. Pertamina TBBM Jambi, salah
satunya pelatihan apabila terjadi gempa bumi. Saat
gempa bumi, karyawan tidak boleh panik, terlebih
dahulu menenangkan diri agar dapat berfikir lebih
tenang. Berlindunglah di bawah meja atau pintu agar
dapat terlindung dari reruntuhan bangunan, atau
berjalanlah menuju jalan keluar dengan cara merapat
ke dinding, sehingga terhindar dari kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh gempa bumi.
-
Gambar 4.19
Pelatihan Apabila Terjadi Kebakaran
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Apabila terjadi kebakaran, karyawan
diharapkan tetap tenang dan jangan panik.
Bergeraklah menuju jalan keluar melalui pintu dengan
tertib. Bila ruangan berasap, maka berjalanlah
membungkuk atau merangkak untuk melindungi
hidung dan mulat agar tidak menghirup udara
kebakaran tersebut. Setelah keluar dari pintu atau area
kebakaran, berkumpullah di area Assembly Point atau
parkiran depan PT. Pertamina TBBM Jambi.
Gambar 4.20
Sosialisasi Pemisahan Sampah Organik dan
Non Organik
Sumber : Pertamina TBBM Jambi
Sosialisasi diharapkan agar pegawai lebih bisa
memilah saat membuang sampah. Tujuan
membedakan jenis sampah yaitu, agar memudahkan
dalam proses daur ulang atau pembakarannya. Dengan
pemisahan sampah membuat Pertamina dapat lebih
menjaga lingkungan.
4) Feedback
Feedback berfungsi sebagai umpan balik atau
aliran informasi dari komponen output ke
pengambilan keputusan yang memperhitungkan
output atau kinerja sistem. Dari informasi ini,
pengambilan keputusan, yang bertindak sebagai
pengontrol, bisa memutuskan untuk memodifikasi
input atau proses, atau malah keduanya. Dapat
dikatakan ini adalah proses akhir dalam pelaksanaan
SMK3, dimana dari hasil output yang ada feedback
memberikan informasi hasilnya yang kemudian akan
diputuskan apakah perlu ada perbaikan agar
kedepannya program ini dapat lebih baik atau
meneruskan hasil baik yang sudah ada. Feedback ini
dapat dilihat dari hasil respon masyarakat atau
karyawan dari hasil akhir atau output SMK3 yang di
lakukan Pertamina TBBM Jambi. Peneliti pun
melakukan sampling wawancara terhadap masyarakat
sekitar dan karyawan Pertamina TBBM Jambi
Ibu Nuriani, warga Raden Pamuk, menyatakan
bahwa:
Sejak Pertamina melakukan program tersebut banyak kita rasakan
sebagai penduduk sekitar sini. Karena
dengan program tersebut Pertamina juga
melakukan perbaikan-perbaikan pada
selokan atau got-got disekitar sini.
Sehingga ketika hujanpun saat ini sudah
tidak ada genangan air lagi, dan mobil-
mobil tangki sekarang asapnya pun tidak
seperti dulu, sekarang sudah jauh
berkurang sekali. Tapi, ya belum semua
sih karena masih ada supir mobil yang
kadang masih ngebut. (wawancara tanggal 7 April 2015 Pukul 15.15 WIB).
Bapak Deny, selaku komandan security
Pertamina TBBM Jambi menyatakan sebagai berikut :
...setelah program ini diberlakukan tegas oleh Pertamina, supir mobil tangki
yang awalnya suka melanggar tidak
mengenakan peralatan safety saat masuk
lapangan, sekarang tanpa disuruhpun
mereka sudah sadar akan keselamatan
kerjanya masing-masing. Saya pun
merasa lebih tenang dan nyaman ketika
bekerja di l