sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (smk3) di pt. pertamina (persero) unit pemasaran ii...

28
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN II TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK (TBBM) JAMBI Nur Haryani S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA ([email protected]) Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP. Abstrak Tingginya angka kecelakaan kerja membuat pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur semua perusahaan yang ada di Indonesia dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Dasar awal peraturan SMK3, berupa Undang-undang No. 1 Tahun 1970, dan diperbaharui dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2009, diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang sistem keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Penerapan SMK3 di Indonesia untuk mengurangi atau meminimalisir masalah angka kecelakaan kerja. Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Penelitian ini menitik beratkan pada pelaksanaan SMK3 di Pertamina TBBM Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan SMK3 di Pertamina TBBM Jambi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan data dilakukan melalui tiga cara, yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara. Fokus penelitian ini menggunakan teori sistem David Easton yang terdiri dari input, proses, output, feedback. Input sendiri terdiri dari sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana, dan komitmen atau sikap. Proses itu sendiri didukung oleh komunikasi yang ada, sementara output yang merupakan hasil, yang mana dari hasil yang ada akan di evaluasi oleh para pengambil keputusan. Feedback merupakan tahapan akhir dari teori sistem yang digunakan, didukung informasi dari hasil yang ada, maka feedback kembali menyampaikannya ke input sehingga dapat diproses kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertamina TBBM Jambi dapat dikategorikan baik dalam pelaksanaan SMK3. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil SMK3 menggunakan teori sistem David Easton yang menunjukan bahwa keseluruh indikator yang ada berjalan cukup baik. Input yang ada berupa sarana prasarana yang ada sangat mendukung terlaksananya SMK3, dilakukan pelatihan-pelatihan SMK3 kepada karyawan untuk meningkatkan nilai SDM yang ada. Proses yang didukung oleh komunikasi yang digunakan Pertamina yaitu, melalui internal email, rapat rutin dan melalui media sosial berupa blackberry massenger group. Output yang berupa hasil yang dapat dilihat dari angka kecelakaan yang zero accident dan pencapaian Pertamina TBBM Jambi dalam penilaian PROPER serta POSE yang baik, sehingga evaluasi yang dilakukan hanya untuk meningkatkan pencapaian yang sudah ada. Feedback merupakan proses akhir yaitu penyampaian informasi dari hasil yang ada. Berjalan baiknya program diharapkan dapat selalu dijaga dan ditingkatkan. Adapun saran yang diberikan peneliti adalah Media komunikasi yang terus berkembang saat ini diharapkan mampu dimanfaatkan oleh Pertamina TBBM Jambi untuk semakin meningkatkan dan mengembangkan komunikasi yang digunakan dalam program SMK3 ini. Keberagaman komunikasi ini diharapkan dapat lebih mempermudah dan mempercepat proses berlangsungnya program ini sendiri dan penyampaian program SMK3 pun lebih beragam, dan bervariasi, sehingga lebih efiensi bagi karyawan dan perusahaan sendiri. Kata Kunci : kecelakaan kerja, SMK3, Pertamina TBBM Jambi

Upload: alim-sumarno

Post on 17-Sep-2015

142 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : NUR HARYANI

TRANSCRIPT

  • SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. PERTAMINA

    (PERSERO) UNIT PEMASARAN II TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK (TBBM) JAMBI

    Nur Haryani

    S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA ([email protected])

    Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP.

    Abstrak

    Tingginya angka kecelakaan kerja membuat pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur semua

    perusahaan yang ada di Indonesia dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Dasar awal

    peraturan SMK3, berupa Undang-undang No. 1 Tahun 1970, dan diperbaharui dengan Undang-undang No. 23 Tahun

    2009, diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang sistem keselamatan dan kesehatan kerja

    (SMK3). Penerapan SMK3 di Indonesia untuk mengurangi atau meminimalisir masalah angka kecelakaan kerja.

    Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

    (SMK3). Penelitian ini menitik beratkan pada pelaksanaan SMK3 di Pertamina TBBM Jambi. Penelitian ini bertujuan

    untuk mendeskripsikan SMK3 di Pertamina TBBM Jambi.

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan data dilakukan melalui tiga

    cara, yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara. Fokus penelitian ini menggunakan teori sistem David Easton yang

    terdiri dari input, proses, output, feedback. Input sendiri terdiri dari sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana,

    dan komitmen atau sikap. Proses itu sendiri didukung oleh komunikasi yang ada, sementara output yang merupakan

    hasil, yang mana dari hasil yang ada akan di evaluasi oleh para pengambil keputusan. Feedback merupakan tahapan

    akhir dari teori sistem yang digunakan, didukung informasi dari hasil yang ada, maka feedback kembali

    menyampaikannya ke input sehingga dapat diproses kembali.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertamina TBBM Jambi dapat dikategorikan baik dalam pelaksanaan

    SMK3. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil SMK3 menggunakan teori sistem David Easton yang menunjukan

    bahwa keseluruh indikator yang ada berjalan cukup baik. Input yang ada berupa sarana prasarana yang ada sangat

    mendukung terlaksananya SMK3, dilakukan pelatihan-pelatihan SMK3 kepada karyawan untuk meningkatkan nilai

    SDM yang ada. Proses yang didukung oleh komunikasi yang digunakan Pertamina yaitu, melalui internal email, rapat

    rutin dan melalui media sosial berupa blackberry massenger group. Output yang berupa hasil yang dapat dilihat dari

    angka kecelakaan yang zero accident dan pencapaian Pertamina TBBM Jambi dalam penilaian PROPER serta POSE

    yang baik, sehingga evaluasi yang dilakukan hanya untuk meningkatkan pencapaian yang sudah ada. Feedback

    merupakan proses akhir yaitu penyampaian informasi dari hasil yang ada.

    Berjalan baiknya program diharapkan dapat selalu dijaga dan ditingkatkan. Adapun saran yang diberikan

    peneliti adalah Media komunikasi yang terus berkembang saat ini diharapkan mampu dimanfaatkan oleh Pertamina

    TBBM Jambi untuk semakin meningkatkan dan mengembangkan komunikasi yang digunakan dalam program SMK3

    ini. Keberagaman komunikasi ini diharapkan dapat lebih mempermudah dan mempercepat proses berlangsungnya

    program ini sendiri dan penyampaian program SMK3 pun lebih beragam, dan bervariasi, sehingga lebih efiensi bagi

    karyawan dan perusahaan sendiri.

    Kata Kunci : kecelakaan kerja, SMK3, Pertamina TBBM Jambi

  • SAFETY MANAGEMENT SYSTEMS AND OCCUPATIONAL HEALTH (SMK3) IN PT.

    PERTAMINA(Persero) MARKETING OPERATIONAL REGION (MOR) II JAMBI

    Nur Haryani

    S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA ([email protected])

    Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP.

    Abstract

    The high rate of employment accident make the government issued rules governing all companies in

    indonesia with a system of management of health and safety work (SMK3). SMK3 initial basic rules, such as Law

    No. 1 Year 1970, and amended by Law No. 23 Year 2009, strengthened by Government Regulation No. 50 Year 2012

    on occupational health and safety system (SMK3). The application of smk3 in indonesia to reduce or minimize the

    problem of employment accident rate. Pertamina is one of companies that carry out of smk3 , and Pertamina MOR II

    Jambi be a research location. .This research roof be emphasized on SMK3.This research aims to describe of smk3 in

    Pertamina MOR II Jambi.

    Type of research is descriptive qualitative. The technique of data collection is done in three ways, there are

    observation, documentation and interview. The focus of this study uses the theory of David Easton system consisting

    of input, process, output, feedback. Input consists of human resources (HR), infrastructure, and commitment or

    attitude. The process itself is supported by existing communications, while the output which is the result, which of

    the existing results will be evaluated by the decision makers. Feedback is the final stage of the theory of the system

    used, supported by information from existing results, then feedback sent back to the input, so it can be reprocessed

    again.

    The results showed that Pertamina MOR II Jambi can be categorized good in SMK3. It can be known from

    the results of SMK3 by using systems theory David Easton who indicates that throughout indicator that there is going

    pretty well. The input of infrastructure that is strongly supports smk3 program success, trainings smk3 done to an

    employee to increase the value of existing human resources. A process that is supported by recent communication that

    are used through internal emails, routine meeting and through social media such as the blackberry massenger group.

    Output of the results can be seen from the number of accidents with the result that the achievement of zero accident

    and Pertamina MOR II Jambi in the assessment PROPER POSE good as well, so the evaluation is done only to

    improve the achievement of the existing ones. Feedback is the end of the processthat is the delivery of information of

    the results.

    The good running program is expected to be maintained and improved. The advice given researchers are

    evolving communications media today is expected to be utilized by Pertamina MOR II Jambi to further improve and

    develop communication used in this SMK3 program. The diversity of this communication is expected to further

    facilitate and accelerate the ongoing process of the program itself and the delivery of programs SMK3 even more

    diverse, and varied, so it is the efficiency of the employees and the company itself.

    Keywords: employment accident, SMK3, Pertamina MOR Jambi

    I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Terjadi peningkatan penggunaan bahan

    berbahaya. Hal ini disamping memberi peluang bagi

    pengusaha untuk bersaing secara global tetapi dalam

    proses produksi dapat pula menambah atau

    meningkatkan ragam bahaya di tempat kerja. Selain itu

    akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang

    memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang

    berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja

    operasional tenaga kerja. Kesehatan menjadi faktor

    penting sejajar dengan faktor ekonomi dan

    pendidikan, sebagaimana yang tercakup dalam Human

    Developing Index yang terdiri dari pendidikan,

    kesehatan dan ekonomi. (Tjipto Herijanto, P, dkk,

    1994).

    Keselamatan Kerja atau occupational Safety,

    dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan safety

    saja, oleh American Society of Safety Engineers

    (ASSE) diartikan sebagai bidang kegiatan yang

    ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan

    yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi

    kerja. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu

    pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

    mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

    penyakit akibat kerja (jurnalk3.com).

    Materi keselamatan kerja juga diatur dalam

    Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang

    keselamatan kerja yang terdiri dari 11 bab 18 pasal,

    merupakan UU pokok yang memuat aturan-aturan

    dasar dan ketentuan-ketentuan umum tentang

    keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik

  • darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,

    maupun di udara yang berada di wilayah Negara RI

    (pasal 2) (jurnalk3.com). Didukung pula dengan

    adanya Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993

    tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

    Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 5/men/1996

    pasal 3 tentang potensi bahaya yang dapat ditimbulkan

    oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang

    dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan wajib

    menerapkan sistem manajemen K3.

    Pada tahun 2003, Undang-undang tentang

    keselamatan kerja pun diperbaharui, dengan

    dikeluarkannya Undang-undang No. 13 Tahun 2003.

    Undang-undang ini terkait tentang perlindungan kerja,

    yaitu upah, waktu kerja, kesejahteraan, jaminan sosial

    tenaga kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja.

    Kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja

    diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No

    23 Tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 23

    dinyatakan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan

    kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat

    kerja, khususnya pada kondisi kerja yang berpotensi

    membahayakan kesehatan (Husni, 2003).

    Pada tahun 2012 dikeluarkan pula Keputusan

    Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

    Indonesia No. 609 yang mengatur tentang pedoman

    penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit

    akibat kerja. Tahun yang sama, dikeluarkan pula

    Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang

    Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    (SMK3) yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan

    yang mempunyai resiko tinggi dalam pengelolaannya

    (kemenakertrans.com).

    Budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

    ini dapat dikembangkan dari lingkungan kerja yang

    aman, nyaman, dan disiplin pekerja yang tinggi. Rasa

    aman dan ketentraman akan dapat meningkatkan

    kegairahan bekerja yang berdampak langsung

    terhadap peningkatan mutu kerja, peningkatan

    produksi dan produktivitas, sehingga bukan hanya

    memberi keuntungan bagi perusahaan tetapi juga bagi

    bangsa dan negara. (Sumamur, 1996: 311). Berdasarkan data International Labour

    Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di dunia

    meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan

    160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun

    sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka kematian

    dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

    (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sementara

    itu, hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26

    Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah kasus

    penyakit umum pada pekerja ada sekitar

    2.998.766 kasus, dan jumlah kasus penyakit yang

    berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus

    (depkes.go.id).

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

    mencatat bahwa sepanjang tahun 2013 jumlah

    pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja

    sebanyak 129.911 orang, 75,8% yang menjadi korban

    adalah pekerja laki-laki, 69,59% dari kecelakaan

    tersebut terjadi di dalam perusahaan, 10,26% terjadi di

    luar perusahaan dan sisanya sekitar 20,15%

    merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh

    para pekerja. Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan

    kerja dikarenakan posisi tidak aman (ergonomis) dan

    sebanyak 32,12% pekerja tidak memakai peralatan

    yang safety (infokatiga.com).

    Tabel 1.1

    Data Angka Kecelakaan Kerja

    Sumber : bpjs-kesehatan.go.id

    Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

    kerja (SMK3) merupakan suatu sistem pengaturan

    kebijakan-kebijakan perusahaan, khususnya dalam

    bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Sistem

    manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

    ini berfungsi sebagai kontrol bagi pelaksanaan

    kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang

    diterapkan oleh perusahaan. Tujuan dari sistem

    manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

    ini adalah untuk menurunkan ataupun untuk

    menghilangkan angka kecelakaan kerja.

    Sistem Manajemen Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja (SMK3) tidak bisa dilepaskan dari

    kegiatan usaha. Apalagi di dunia usaha bidang energi

    seperti yang dilakukan Pertamina. Penerapan

    keselamatan kerja di Pertamina sudah menjadi invetasi

    dasar dalam melakukan kegitan kerja. Penerapan

    program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di

    Pertamina berlaku sejak berdirinya Pertamina itu

    sendiri yaitu, tahun 1957. Berkembangnya zaman dan

    peraturan yang ada mengenai K3 ikut mempengaruhi

    perkembangan penerapan K3 di Pertamina

    (www.pertamina.com/media: 2013)

    Sejalan dengan tuntutan bisnis ke depan, PT.

    Pertamina terus mengembangkan potensi bisnis yang

    dimiliki. Cara yang digunakan melalui penerapan

    teknologi baru, pemasaran produk-produk unggulan

    yang ada dan produk inovasi baru, serta penerapan

    standar internasional dalam sistem manajemen mutu

    dengan tetap berbasis pada komitmen ramah

    lingkungan. Proses-proses produksi tersebut banyak

    menggunakan peralatan produksi yang mempunyai

    risiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit

    akibat kerja, sehingga penerapan SMK3 sangat

    diperlukan dalam sistem kerja perusahaan. Ha l ini

    juga berlaku diseluruh terminal bahan bakar minyak

    (TBBM) Pertamina yang ada di Indonesia, termasuk

    TBBM Pertamina Jambi (pertamina.com).

    Tahun Jumlah Kasus Kecelakaan

    2014

    8.900 Kasus (Januari-April

    2014)

    2013 129.911 Kasus

    2012 103.074 Kasus

    2011 99.491 Kasus

    2010 98.711 Kasus

    2009 96.314 Kasus

  • Sejak tahun 2006 Pertamina meningkatkan

    sistem manajemen K3 setiap TBBM yang ada di

    seluruh Indonesia dengan melakukan penilaian

    berkala terhadap seluruh TBBM yang ada.

    Pertamina Operation & Service Excellence (POSE)

    merupakan program yang diterapkan Pertamina untuk

    melakukan penilaian terhadap penerapa program

    SMK3 yang ada disetiap TBBM Pertamina, dengan

    tujuan seluruh TBBM yang ada di Indonesia dapat

    menjalankan program SMK3 dengan baik dan

    mengurangi angka kecelakaan atau zero accident.

    PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran II

    Jambi merupakan TBBM pemasaran kedua terbaik di

    Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) sejak tahun

    2012, dengan memperoleh Program Penilaian

    Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) dan POSE

    yang sudah di atas standar serta penerapan sistem K3

    yang mendukung, sehingga menjadi salah satu TBBM

    Pertamina andalan di wilayah Sumbagsel. TBBM

    Jambi merupakan salah satu TBBM pemasaran

    terbesar di daerah Sumbagsel yang berperan penting

    dalam penyediaan dan penyumplaian persediaan

    Bahan Bakar Minyak(BBM) bagi para distributor

    yang akan langsung menyalurkan pada para

    konsumen. TBBM Pertamina Jambi ini sangat strategis

    bagi bisnis Pertamina maupun bagi kepentingan

    provinsi, karena merupakan jalur utama penghubung

    antar provinsi di Sumatera. Berdasarkan uraian dan

    fenomena diatas, maka penulis mengadakan penelitian

    dengan judul Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PERTAMINA

    (Persero) Unit Pemasaran II Terminal Bahan Bakar

    (TBBM) Jambi

    B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka

    dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

    Bagaimana Sistem Manajemen Keselamatan dan

    Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.PERTAMINA

    (Persero) Unit Pemasaran II Terminal Bahan Bakar

    (TBBM) Jambi?

    C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas,

    penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Sistem

    Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    (SMK3) di PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran II

    Terminal Bahan Bakar (TBBM) Jambi.

    D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan masukan, baik teoritis maupun praktis

    terhadap permasalahan yang berkaitan dengan

    penelitian. Adapun manfaat yang ingin dicapai antara

    lain:

    1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan kajian studi Ilmu Administrasi

    Negara terutama dalam kajian Sistem

    Manajemen K3.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Mahasiswa Sebagai kajian ilmu pengetahuan,

    menambah wawasan mahasiswa tentang

    SMK3 dan untuk menambah pengetahuan

    tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

    keselamatan dan kesehatan kerja di suatu

    perusahaan.

    b. Bagi Pertamina TBBM Jambi Penelitian ini diharapkan dapat memberi

    masukan bagi Pertamina TBBM Jambi

    untuk lebih meningkatkan kinerja

    penanganan keselamatan dan kesehatan

    kerja, sehingga efisiensi dan efektifitas

    perusahaan dapat ditingkatkan.

    c. Bagi UNESA Diharapkan penelitian ini dapat menjadi

    salah satu bahan bacaan dan informasi

    untuk , menambah wawasan tentang SMK3

    dan untuk menambah pengetahuan tentang

    faktor-faktor yang mempengaruhi

    keselamatan dan kesehatan kerja di suatu

    perusahaan.

    II. KAJIAN PUSTAKA

    A. Pengertian Sistem

    Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu

    Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

    Sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur

    atau komponen yang selalu pengaruh-mempengaruhi

    dan terkait satu sama lain. Sistem mempunyai input,

    proses, output, dan feedback. Input yaitu, data yang

    mengalir masuk ke sistem berasal dari luar sistem

    kemudian ditransformasikan oleh sistem melalui

    proses menjadi output. Output merupakan hasil yang

    didapatkan dari rangkaian proses pada sistem. Proses

    merupakan manipulasi input menjdi bentuk yang

    sesuai dengan tujuan. Sementara Feedback merupakan

    umpan balik sebagai evaluasi untuk mendapatkan

    output yang lebih baik. Teori Sistem umum merupakan suatu konsep

    atau kerangka yang terdiri dari beberapa sub sistem

    yang saling berinteraksi dan berpengaruh.Teori sistem

    umum merupakan teori yang telah mendapatkan

    pendukung-pendukung hampir di semua cabang ilmu,

    ilmu alam dan sosial. Salah satu tokoh sosiologi yang

    mengembangkan teori sistem umum yakni Talcott

    Parson. Ia mengembangkan teori sistem umum yang

    di dalamnya mencakup dua sistem, yakni sistem

    tindakan dan sistem sosial.

  • Gambar 2.1

    Gambaran Sistem

    Sumber : Peter Hamilton. 1990

    Pengertian sistem menurut Mulyadi (2008 : 2)

    adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu

    dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk

    mencapai tujuan tertentu.

    Jogianto (2005: 2) mengemukakan pengertian

    sistem adalah :

    kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai

    suatu tujuan tertentu. sistem ini

    menggambarkan suatu kejadian-

    kejadian dan kesatuan yang nyata

    adalah suatu objek nyata, seperti

    tempat, benda, dan orang-orang

    yang betul-betul ada dan terjadi.

    Sementara, pengertian sistem menurut

    Widjajanto (2008 : 2) yaitu,

    sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi

    untuk mencapai tujuan tertentu

    melalui tiga tahapan yaitu input,

    proses dan output.

    Menurut David Easton (1984:395) sistem

    adalah:

    suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu

    antara sub-sub sistem dengan

    sistem sebagai suatu unit (yang

    bisa saja berupa suatu masyarakat,

    serikat buruh, organisasi

    pemerintah).

    Menurut Prof Sumantri (Tatang M. Amirin:

    2010) mengemukakan pengertian sistem adalah

    sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk

    melakukan suatu tujuan, apabila

    salah satu bagian rusak atau tidak

    dapat menjalankan tugasnya,

    maka tujuan yang hendak dicapai

    tidak akan terpenuhi atau setidak-

    tidaknya sistem yang telah

    terwujud akan mendapat

    gangguan.

    Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler (Tatang

    M. Amirin: 2010) mengatakan bahwa Pengertian

    Sistem yaitu,

    Sebuah rangkaian yang saling kait mengkait antar beberapa

    bagian sampai kepada bagian yang

    terkecil, jika suatu bagian atau sub

    bagian terganggu maka bagian

    yang lain juga ikut merasakan

    ketergangguan tersebut.

    Pengertian Sistem Menurut Prajudi (Tatang M. Amirin: 2010) adalah,

    Suatu jaringan daripada prosedur-prosedur yang

    berhubungan satu sama lain

    menurut skema atau pola yang

    bulat untuk menggerakkan suatu

    fungsi yang utama dari suatu

    usaha atau urusan.

    Walter Buckley (1967) melalui karyanya yang

    berjudul, Sociology and Modern Systems Theory,

    mengemukakan ada beberapa manfaat menggunakan

    teori sistem (Ritzer & Goodman, 2009:351), yakni:

    1. Dapat diterapkan pada semua ilmu perilaku dan ilmu sosial

    2. Memiliki beragam level yg dapat diterapkan pada semua skala terbesar sampai skala

    terkecil atau yang paling objektif sampai

    yang paling subjektif.

    3. Membahas beragam hubungan antar aspek sosial, tidak parsial.

    4. Keseluruhan aspek dipandang dalam konteks proses khususnya terkait dengan jaringan

    informasi dan komunikasi.

    5. Bersifat integratif.

    Easton juga meringkas ciri-cirinya sebagai

    berikut:

    1. Sistem mempunyai batas yang didalamnya ada saling hubungan fungsional yang

    terutama dilandasi oleh beberapa bentuk

    komunikasi.

    2. Sistem terbagi kedalam sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling melakukan

    pertukaran (seperti antara desa dengan

    pemerintah daerah atau antara pemerintah

    daerah dengan pemerintah pusat).

  • 3. Sistem bisa membuat kode, yaitu menerima informasi, mempelajari dan

    menerjemahkan masukan (input) kedalam

    beberapa jenis keluaran (output).

    Dari pengertian sistem menurut para pakar di

    atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pengertian

    Sistem adalah suatu rangkaian yang saling terhubung

    antara beberapa bagian sampai pada bagian yang

    terkecil, bila suatu bagian atau sub bagian tersebut

    terganggu, maka bagian-bagian yang lain juga akan

    ikut terganggu. Bahwa suatu sistem itu terdiri dari

    beberapa bahkan banyak kompenen atau part

    (input,proses, output, feedback) yang saling

    berhubungan. Meskipun setiap sistem mempunyai

    fungsi komponen yang berbeda-beda, akan tetapi

    semua part atau bagian dari suatu sistem tersebut

    memiliki dan melakukan bagiannya masing-masing

    dengan tujuan yang sama.

    David Easton dalam Nugroho (2008: 383)

    menjelaskan bahwa proses kebijakan program dapat

    dianalogikan dengan sistem biologi. Pada dasarnya

    sistem biologi merupakan proses interaksi antara

    mahluk hidup dan lingkungannya, yang akhirnya

    menciptakan kelangsungan perubahan hidup yang

    relatif stabil. Dalam terminologi ini Easton

    menganalogikannya dengan kehidupan sistem.

    Kebijakan publik dengan model sistem mengandaikan

    bahwa kebijakan merupakan hasil atau output dari

    sistem, digambaran sebagai berikut :

    Gambar 2.2

    Model Teori Sistem ( David Easton)

    Sumber : Nugroho, 2008: 383

    Penelitian ini menggunakan teori sistem David

    Easton dikarenakan model atau variabel yang ada

    diteori ini dirasa akan mendukung penerapan sistem

    manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

    di PT. Pertamina Jambi. Model atau variabel-variabel

    yang ada dalam teori ini, yang saling berkaitan

    membuat program SMK3 ini diharapkan dapat

    berjalan berkaitan sehingga membawa hasil yang

    diharapkan. Teori sistem menurut David Easton

    menjelaskan bahwa proses kebijakan dapat

    dianalogikan dengan sistem biologi. Pada dasarnya

    sistem biologi merupakan proses interaksi antara

    mahluk hidup dan lingkunganya, yang akhirnya

    menciptakan kelangsungan perubahan hidup yang

    relatif stabil. Kebijakan publik dengan model sistem

    mengandaikan bahwa kebijakan merupakan hasil atau

    output dari sistem. Terdiri dari input, Policy System

    (Proses), output dan feedback.

    Input sendiri terdiri dari sarana prasarana,

    komitmen atau sikap dan sumber daya manusia

    (SDM). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

    (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dapat

    dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan

    tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang

    merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu

    proses (usaha, pembangunan, proyek). Antara sarana

    dan prasarana tidak terlalu jauh berbeda, karena

    keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

    Untuk membedakannya yaitu, sarana lebih ditujukan

    kepada benda-benda yang bergerak, sedangkan

    prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang

    tidak bergerak.

    Hasibuan (2003:244) pengertian sumber daya

    manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir

    dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan

    sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya,

    sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan

    untuk memenuhi kepuasannya. Selain sarana

    prasarana dan SDM dalam input juga dibutuhkan

    dukunga berupa komitmen atau sikap para pelaku

    SMK3. Menurut Robbins (dalam Sjabadhyni, dkk.,

    2001:456), ia memandang komitmen organisasi

    sebagai salah satu sikap kerja karena merefleksikan

    perasaan seseorang terhadap organisasi tempat ia

    bekerja. Komitmen adalah orientasi individu terhadap

    organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi, dan

    keterlibatan. Berdasarkan ungkapan tersebut dapat

    diketahui bahwasannya input ini merupakan salah satu

    faktor yang terdiri dari berbagai macam dukungan

    yang berperan untuk program SMK3.

    Menurut kamus besar bahasa indonesia

    (KBBI), proses itu merupakan runtunan perubahan

    (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu

    (kbbi.web.id). Proses sendiri terdiri dari komunikasi

    yang menjadi pendukung berjalannya program SMK3

    itu sendiri. Komunikasi sendiri sebagai perantara

    program SMK3 yang di teruskan ke output.

    Komunikasi merupakan salah satu bagian yang

    mendukung saat berlangsungnya proses. Saat

    berlangsungnya proses, dimana kebijakan sistem suatu

    program diolah agar menghasilkan tujuan yang

    diinginkan. Menurut Anwar arifin (1988:17)

    komunikasi merupakan suatu konsep yang multi

    makna. Makna komunikasi dapat dibedakan

    berdasarkan komunikasi sebagai proses sosial.

    Komunikasi pada makna ini ada dalam konteks ilmu

    sosial. Dimana para ahli ilmu sosial melakukan

    penelitian dengan menggunakan pendekatan

    komunikasi yang secara umum menfokuskan pada

    kegiatan manusia dan kaitan pesan dengan perilaku.

    William I. Gordon (dalam Dedy Mulyana, 2005:69)

    Komunikasi secara ringkas didefinisikan sebagai suatu

    transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan

    perasaan. Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan di

    dalam sebuah proses, agar program itu berjalan sesuai

  • tujuan dan diterima baik pula oleh para karyawan, dan

    pendukung lainnya yaitu output dan feedback.

    B. Pengertian Kecelakaan Kerja

    Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian

    atau peristiwa yang jelas tidak dikehendaki dan sering

    kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan

    kerugian baik waktu, harta benda atau properti

    maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses

    kerja industri atau yang berkaitan dengan pekerjaan.

    Berdasarkan selang waktu akibatnya, kecelakaan

    terbagi menjadi dua yaitu kecelakaan langsung dan

    kecelakaan tidak langsung. Kecelakaan langsung

    merupakan kecelakaan yang akibatnya langsung

    tampak atau terasa. Sedangkan kecelakaan tidak

    langsung adalah kecelakaan yang akibatnya baru

    tampak atau terasa setelah ada selang waktu dari saat

    kejadiannya (Sumamur, 1989:189). Teori Domino Heinrich 1931 (Suardi, 2005: 4)

    menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang

    menimbulkan cedera terdapat lima faktor yang secara

    berurutan digambarkan sebagai lima domino yang

    berdiri sejajar, yaitu : kebiasaan, kesalahan seseorang,

    perbuatan dan kondisi tak aman (hazard), kecelakaan

    serta cedera. Heinrinch mengemukakan untuk

    mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya adalah

    dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat.

    Misalnya, dengan membuang hazard, satu domino

    diantaranya.

    Gambar 2.3

    Teori Domino Heinrich

    Sumber : Suardi, 2005: 4

    Berdasarkan teori domino effect penyebab

    kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka terdapat

    berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di

    tempat kerja, antara lain :

    1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja:

    a. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman

    b. Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman

    2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :

    a. Pelatihan dan Pendidikan b. Konseling dan Konsultasi c. Pengembangan Sumber Daya ataupun

    Teknologi

    3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :

    a. Prosedur dan Aturan b. Penyediaan Sarana dan Prasarana c. Penghargaan dan Sanksi

    Frank E. Bird Peterson 1967 (Suardi, 2005: 4-

    5) memodifikasi teori Domino Heinrich dengan

    mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima

    faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu,

    manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak

    dan kerugian. Birds mengemukakan bahwa usaha

    pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil

    dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan

    dan kesehatan kerja. Setiap satu kecelakaan berat

    disertai oleh 10 kejadian kecelakaan ringan, 30

    kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan

    harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.

    Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan

    kerja dengan membandingkan biaya langsung dan

    biaya tak langsung adalah 1 : 5 50, dan digambarkan sebagai fenomena gunung es.

    1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan kerja merupakan segala sarana

    dan upaya untuk mencegah terjadinya suatu

    kecelakaan kerja (Silalahi, 1985:8). Dalam hal ini

    keselamatan yang dimaksud bertalian erat dengan

    mesin, alat kerja dalam proses landasan tempat kerja

    dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

    pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah

    melindungi keselamatan tenaga kerja di dalam

    melaksanakan tugasnya, melindungi keselamatan

    setiap orang yang berada di lokasi tempat kerja dan

    melindungi keamanan peralatan serta sumber produksi

    agar selalu dapat digunakan secara efisien.

    Secara hukum, keselamatan dan kesehatan

    kerja diartikan sebagai Suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki

    tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan

    selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat

    dijalankan secara aman, efisien dan produktif. Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan penerapannya

    dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

    kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan

    dan kesehatan kerja (K3) merupakan skala prioritas,

    karena dalam pelaksanaannya, selain dilandasi oleh

    peraturan perundang-undangan tetapi juga dilandasi

  • oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu keteknikan dan

    ilmu kedokteran.

    Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) sangat

    dibutuhkan dalam kegiatan industri, hal-hal yang

    melatar belakangi yaitu, bahwa setiap aktifitas industri

    selalu mengandung bahaya dan risiko keselamatan dan

    kesehatan kerja, bahaya dan risiko tersebut akan

    menimbulkan konsekuensi, apabila K3 tidak dikelola

    dengan baik, maka akan menimbulkan kerugian.

    Kerugian-kerugian tersebut berupa aset perusahaan

    dari yang paling ringan sampai kepada kehancuran,

    dari sisi pekerja dari cacat atau sakit yang teringan

    sampai kepada korban jiwa, sedangkan dari segi

    lingkungan dari tingkat pencemaran ringan sampai

    bencana.

    Menurut Sumamur 1989 : 213 tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

    a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk

    kesejahteraan hidup dan meningkatakan

    produksi serta produktivitas nasional.

    b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

    c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman.

    Keselamatan kerja adalah tugas semua orang

    yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari dan untuk

    setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga

    masyarakat pada umumnya (Sumamur, 1981:98).

    Gambar 2.4

    Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan

    Kerja (K3)

    Sumber : katigaku.com

    Bentuk dari alat-alat keselamatan kerja tersebut

    antara lain adalah :

    1) Safety Helmet (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa

    mengenai kepala secara langsung.

    2) Sepatu atau safety shoes (untuk tugas lapangan dan kantor), berfungsi sebagai alat pengaman

    saat bekerja di tempat yang becek ataupun

    berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal

    untuk melindungi kaki dari benda tajam atau

    berat, benda panas, cairan kimia. Bentuknya

    seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi

    metal dengan sol dari karet tebal dan kuat.

    Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang

    menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau

    berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

    3) Sarung Tangan (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja

    di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan

    cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan

    di sesuaikan dengan fungsi masing-masing

    pekerjaan.

    4) Penutup Telinga atau Ear Plug (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai pelindung telinga

    pada saat bekerja di tempat yang bising.

    5) Kaca Mata Pengaman atau Safety Glasses (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai pelindung

    mata ketika bekerja (misalnya mengelas atau saat

    berada dalam lapangan untuk waktu yang cukup

    lama).

    6) Masker atau Respirator (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup

    saat bekerja di tempat dengan kualitas udara

    buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

    7) Baju safety (untuk tugas lapangan ataupun di kantor), berfungsi sebagai pelindung tubuh pada

    saat bekerja, karena itu baju safety cenderung

    dibuat lebih tebal dari baju biasa namun nyaman

    saat dikenakan dan cenderung memiliki warna

    yang mencolok agar terlihat walaupun saat

    bekerja dimalam hari.

    8) Rompi safety (untuk tugas lapangan), rompi ini dibuat dengan warna neon atau mencolok supaya

    saat keadaan malam hari ataupun gelap, pegawai

    dapat terlihat sehingga menghindari terjadinya

    kecelakaan kerja.

    9) Tabung Pemadam Api atau racun api, berfungsi sebagai tindakan awal yang dapat dilakukan

    ketika terjadinya kebakaran. Terdapat disetiap

    sudut ruangan, maupun di lapangan kawassan

    kerja dengan mempunyai warna merah yang

    mencolok agar mudah dikenali.

    2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

    Sistem Manajemen Keselamatan dan

    Kesehatan Kerja disebut SMK3 adalah bagian dari

    sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi

    struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab,

    pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang

    dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian ,

    pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

    dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko

    yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya

  • tempat kerja yang aman (Permenaker No : PER.

    05/MEN/1996).

    Secara aspek teknis keselamatan dan kesehatan

    kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan

    mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

    Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen

    keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3

    (Soemaryanto, 2002:64).

    a. Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Penerapan SMK3 menurut Suardi (2007)

    mempunyai tujuan yaitu:

    1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik

    buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau

    pekerja-pekerja bebas.

    2) Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-

    kecelakaan akibat kerja, memelihara dan

    meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga

    kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan

    daya produktivitas tenaga manusia.

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja

    Nomor PER.05/MEN/1996 disebutkan bahwa,

    kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

    adalah suatu pernyataan tertulis yang dibuat melalui

    proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga

    kerja yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan,

    komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan

    program kerja perusahaan yang bersifat umum dan

    operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh

    pengusaha dan atau pengurus. Untuk pembuktian

    penerapan SMK3 perusahaan dapat melakukan audit

    melalui badan audit yang ditunjuk menteri (pasal 5

    ayat 1 PER.05/MEN/1996).

    Pada tahun 2003, Undang-undang tentang

    keselamatan kerja pun diperbaharui, dengan

    dikeluarkannya Undang-undang No. 13 Tahun 2003.

    Undang-undang ini terkait tentang perlindungan kerja,

    yaitu upah, waktu kerja, kesejahteraan, jaminan sosial

    tenaga kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja.

    Kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja

    diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No

    23 Tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 23

    dinyatakan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan

    kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat

    kerja, khususnya pada kondisi kerja yang berpotensi

    membahayakan kesehatan (Husni, 2003).

    Pada tahun 2012 dikeluarkan pula Keputusan

    Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

    Indonesia No. 609 yang mengatur tentang pedoman

    penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit

    akibat kerja. Tahun yang sama, dikeluarkan pula

    Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang

    Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    (SMK3) yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan

    yang mempunyai resiko tinggi dalam pengelolaannya

    (depnakertrans.go.id).

    C. Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu dilakukan oleh Adnan

    Agnesa (2009) dengan judul penelitian Studi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

    Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina UP VI

    Balongan Indramayu. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui tujuan utama dari penelitian

    tersebut yaitu untuk mengetahui penerapan sistem

    manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

    di PT.Pertamina Balongan. Oleh sebab itu, masalah

    yang dikaji berkaitan dengan kebijakan sistem

    manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

    di PT.Pertamina Balongan dan hal-hal yang berkaitan

    lainnya.

    Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti

    adalah kualitatif. Tipe penelitian yang dipergunakan

    adalah tipe penelitian deskriptif analisis. Tipe ini

    dipilih dengan maksud untuk memberikan gambaran

    yang jelas mengenai penerapan sistem manajemen

    keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di

    PT.Pertamina Balongan. Pengumpulan data

    dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya

    wawancara, observasi lapangan serta studi

    kepustakaan.

    Adapun yang menjadi fokus utama penelitian

    ini yaitu prinsip dasar kebijakan, elemen-elemen dan

    penerapan sistem manajemen keselamatan dan

    kesehatan kerja (SMK3). Prinsip dasar memuat

    tentang 5 poin dasar kebijakan sistem manajemen

    keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang harus

    dilaksanakan secara berkesinambungan. Penelitian ini

    dibahas menggunakan analisis prinsip dasar sistem

    manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

    (Depnakertrans, 2006). Penelitian ini menyimpulkan

    bahwa penerapan sistem manajemen keselamatan dan

    kesehatan kerja (SMK3) di PT. Pertamina Balongan

    dinilai baik, dengan dilihat dari tabel yang dijabarkan

    dalam penelitian tersebut yang menyatakan penerapan

    yang ada sudah sesuai standar yang ada.

  • D. Kerangka Berfikir

    1. Bagan Kerangka Berfikir

    Berhubungan dengan penelitian ini, maka

    kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat disajikan

    melalui gambar berikut :

    Gambar 2.3

    Kerangka Berfikir Sistem Manajemen

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

    III. METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis

    penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

    kualitatif. Penelitian kualitatif ini terbatas pada usaha

    untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan, dan

    atau peristiwa yang ada untuk mengungkapkan fakta

    yang ada.

    Metode penelitian ini menitikberatkan pada

    observasi dan suasana ilmiah. Hasil dari penelitian ini

    ditekankan untuk mendeskripsikan secara objektif

    tentang keadaaan sebenarnya dari objek yang diteliti.

    Penelitian jenis ini tidak menguji hipotesa atau tidak

    menggunakan hipotesa, melainkan hanya

    mendeskripsikan informasi sesuai apa yang ada atau

    faktanya. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif

    ini, diharapkan dapat memperoleh gambaran secara

    lengkap dan utuh tentang sistem manajemen

    keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

    PT.Pertamina Jambi dalam upaya meningkatkan

    kualitas sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

    dalam kerja sehingga dapat meminimalisir dan atau

    menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

    B. Fokus Penelitian

    Fokus penelitian ini merupakan batasan dalam

    penelitian yang muncul karena adanya masalah

    penelitian, sehingga peneliti dapat dengan mudah

    menentukan data yang terkait dengan tema penelitian

    serta menjadi lebih terarah. Adapun yang menjadi

    fokus dari penelitian ini adalah Sistem Keselamatan

    dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina

    (Persero) Jambi, meliputi :

    1. Input 2. Proses (Policy System) 3. Output 4. Feedback

    C. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian merupakan tempat dimana

    peneliti menggambarkan kejadian yang sebenarnya

    dari objek dan fenomena yang diteliti. Lokasi

    penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina (Persero)

    Unit Pemasaran II TBBM Jambi, Sumatera bagian

    selatan (Sumbagsel). Peneliti memilih lokasi ini

    karena PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran II

    Jambi merupakan TBBM pemasaran kedua terbaik

    sesumbagsel, memiliki rangking ke-14 dari 114

    TBBM dengan prestasi kerja yang baik seindonesia

    sejak tahun 2012 dan merupakan salah satu TBBM

    pemasaran besar di daerah sumbagsel yang berperan

    penting dalam penyediaan serta penyumplaian

    persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi para

    distributor yang akan langsung disalurkan pada para

    konsumen. TBBM Pertamina Jambi ini sangat

    strategis bagi bisnis Pertamina maupun bagi

    kepentingan provinsi, karena merupakan jalur utama

    penghubung antar provinsi di Pulau Sumatera.

    D. Sumber Data Penelitian

    Sumber data adalah sumber-sumber

    penyediaan informasi yang mendukung peneliti.

    Sebagaimana dikemukakan oleh Lofland and Lofland

    (dalam Moleong 2005:157) adalah sumber data utama

    dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau

    tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

    dokumen-dokumen. Hal ini dikarenakan dalam

    penelitian kualitatif cenderung mengutamakan

    wawancara (interview) dan pengamatan langsung

    (observasi) dalam memperoleh data yang bersifat

    tambahan. Penelitian ini menggunakan jenis destriptif

    kualitatif untuk memberikan gambaran secara objektif

    tentang keadaaan sebenarnya dari objek yang diteliti

    sehingga hanya mendeskripsikan informasi sesuai

    yang ada di lapangan atau fakta.

    E. Subjek atau Sumber Penelitian

    Subjek penelitian ini merupakan orang-orang

    yang dianggap mengetahui dan mempunyai

    pengalaman dengan fokus penelitian ini dan

    diharapkan dapat memperoleh informasi. Menurut

  • Patilima (2005:80) setiap pemberi informasi dalam

    penelitian kualitatif adalah informan. Adapun subyek

    penelitian ini terdiri dari:

    1) Operation Head PT. Pertamina (Persero) Jambi.

    2) Bagian Pengawas, Penimbunan dan Penyaluran (PPP)

    3) Bagian Penimbunan dan Penyaluran (PP) 4) Staff K3LL dan MM (Keselamatan Kesehatan

    Kerja, Lindungan Lingkungan dan Manajemen

    Mutu)

    5) Bagian Control Room Bertugas: 6) Bagian Quality and Quantity 7) Bagian Keuangan 8) Assistant Administrasi umum.

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah peneliti sendiri. Ini sesuai dengan karakteristik

    penelitian kualitatif yang diantaranya adalah manusia

    merupakan instrument penelitian (Lincoln dan Guba,

    1995). Penggunaan alat bantu instrumen dalam proses

    pengumpulan data, menggunakan: voice recorder,

    kamera, dan lembaran catatan data (pedoman

    wawancara). Penggunaan perangkat tersebut

    dimaksudkan untuk mempertahankan kelengkapan

    dan keutuhan informasi yang diperoleh dari lapangan.

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan langkah

    yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

    utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang

    dibutuhkan guna mendukung penelitian yang ada.

    Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka

    peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi

    standart data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan

    data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1) Teknik Wawancara 2) Teknik Observasi 3) Teknik Dokumentasi

    H. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data adalah proses mencari dan

    menyusun secara otomatis data yang diperoleh dari

    hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi

    dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

    kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan

    sintesa, menyusun ke dalam pola, mana yang penting

    dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

    sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

    orang lain (Sugiyono, 2008:244).

    Miles dan Huberman (1992:20)

    mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

    kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

    secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian

    sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.

    Langkah-langkah analisis data ditunjukkan pada

    bagan berikut ini.

    Gambar 3.1

    Analisis Data Model Interaktif

    Sumber : Miles dan Huberman (1992:20)

    Berdasarkan bagan di atas, langkah-

    langkahnya adalah sebagai berikut :

    1) Pengumpulan data 2) Reduksi data 3) Penyajian data 4) Penarikan kesimpulan atau Verifikasi

    Jenis penelitian ini menggunakan penelitian

    deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

    Mendeskripsikan sistem manajemen keselamatan dan

    kesehatan kerja (SMK3) di PT. Pertamina (Persero)

    TBBM Jambi, teknik analisis datanya yang digunakan

    oleh penulis adalah teknik interaktif, dimana data-data

    tersebut di interpretasi, dianalisis kemudian

    dideskripsikan berdasarkan teknik pengumpulan data

    untuk memperoleh jawaban yang telah dirumuskan.

    Pengolahan data akan dilakukan dengan cara

    mengkomparasikan atau dibandingkan antara data

    yang diperoleh dilapangan dengan teori-teori yang

    digunakan dalam sitem manajemen keselamatan dan

    kesehatan kerja tersebut.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Perusahaan a. Profile TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak) Jambi

    TBBM Jambi berlokasi di Jalan Raden Pamuk

    No. 2 Kasang Jambi. TBBM Jambi dibangun dan

    mulai beroperasi pada tahun 1959. Kegiatan

    operasionalnya meliputi proses penerimaan,

    penimbunan serta penyaluran bahan bakar minyak

    (BBM). TBBM Jambi memiliki luas tanah 49.995 m2

    (5Ha).

  • Gambar 4.1

    Pertamina TBBM Jambi

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Suplai BBM menggunakan tongkang dengan

    Draft Max 4 M mempunyai kapasitas rata-rata 3.900

    Kl (kiloliter) dari Loading Port Plaju atau sungai

    Gerong, terminal bahan bakar minyak (TBBM)

    Tanjung Uban dan pulau Sambu. Alternatif lain, suplai

    dikirim menggunakan Mobil Tangki dari TBBM

    Kertapati berjarak kurang lebih 297 Km (kilometer),

    TBBM Lubuk Linggau dengan jarak kurang lebih

    338 Km, dan TBBM Teluk Kabung berjarak kurang

    lebih 500 Km.

    Gambar 4.2

    Pola Penyaluran Bahan Bakar Minyak

    TBBM Jambi

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    TBBM Jambi dipersiapkan untuk melayani

    distribusi BBM wilayah provinsi Jambi meliputi,

    batanghari, tanjung jabung barat, tanjung jabung

    timur, bungo, tebo, muaro jambi, merangin,

    sarolangun, kerinci, kota jambi, dan indra giri riau.

    TBBM Jambi memiliki 12 unit tangki penimbunan

    yang mempunyai kapasitas sebagai berikut,

    Tabel 4.1

    Kapasitas Tangki TBBM Jambi

    PRODUK NO. TANGKI SAFETY CAPASITY

    CM KL

    PERTAMAX 1 8930 1050

    9 5990 538

    10 5990 547

    TOTAL 2135

    PREMIUM 2 8938 1034

    6 8830 1520

    11 10700 3229

    TOTAL 5783

    FAME 3 8900 1036

    7 8820 1483

    TOTAL 2519

    SOLAR 5 8860 1511

    8 8850 2016

    12 10700 5078

    TOTAL 8604

    Pertamina

    Dex

    4 7210 855

    TOTAL 855

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Di TBBM Jambi mengoperasikan 164 unit

    mobil tangki untuk operasional pengiriman untuk

    pendistribusian BBM setiap harinya. TBBM Jambi

    mampu menyalurkan kurang lebih 2.362 kiloliter.

    Gambar 4.3

    Letak Wilayah TBBM Jambi

    Sumber : Google Maps

  • 1) Visi dan Misi TBBM Jambi meliputi,

    a) Visi

    MENJADI PERUSAHAAN ENERGI NASIONAL KELAS DUNIA

    b) Misi

    1) Menjalankan usaha yang meliputi : penerimaan, penimbunan, dan

    penyaluran bahan bakar minyak (BBM)

    atau non bahan bakar minyak (NBBM).

    2) Mempertahankan posisi sebagai market leader.

    3) Memberikan layanan dan benefit terbaik kepada stakeholder.

    2) Tugas Pokok Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Jambi.

    TBBM Jambi mempunyai berbagai tugas

    pokok meliputi,

    a) Melaksanakan penerimaan bahan bakar minyak (BBM) dan non bahan bakar

    minyak (NBBM) dari kilang (pabrik atau

    fasilitas industri yang mengolah minyak

    mentah menjadi produk siap konsumsi

    seperti premium, solar dan sebagainya).,

    terminal transit, instalasi atau terminal

    bahan bakar minyak (TBBM) lain.

    b) Melaksanakan penimbunan bahan bakar minyak (BBM) di tangki yang ada

    dimasing-masing TBBM yang telah

    diterima dari kapal pengangkut minyak

    dengan tujuan agar kuantitas tetap terjamin.

    c) Melaksanakan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan non bahan bakar

    minyak (NBBM) kepada masyarakat atau

    konsumen.

    d) Melaksanakan pemeliharaan aset atau fasilitas agar tetap terjaga dan handal.

    3) Pekerja Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Jambi

    Jumlah pekerja yang ada di TBBM Jambi,

    Organik atau pekerja tetap : 21 Orang

    Outsourcing : 59 Orang

    Driver mobil tangki : 200 Orang

    b. Struktur Organisasi Pertamina TBBM Jambi

    Gambar 4.4

    Struktur Organisasi Pertamina TBBM Jambi

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    c. Tugas dan Wewenang Jabatan 1) Operation Head PT. Pertamina (Persero)

    Jambi.

    Sebagai pimpinan utama yang tertinggi

    Pertamina TBBM Jambi. Bertugas mengambil

    keputusan, mengkoordinasi segala kegiatan,

    memberikan motivasi terhadap karyawan dan

    menentukan kebijakan dalam rangka pengembangan

    untuk kemajuan TBBM yang dipimpinnya dan

    bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap

    kelangsungan kegiatan TBBM baik internal maupun

    eksternal.

    2) Bagian Pengawas, Penimbunan dan Penyaluran (PPP)

    Pengawas penimbunan dan penyaluran (PP)

    membawahi control room dan transportasi agar stock

    BBM (premium, solar, kerosine, avtur) mencukupi

    dan penyaluran BBM (premium, solar, kerosine,

    avtur) ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum

    (SPBU) maupun Depot Pengisian Pesawat Udara

    (DPPU) bisa berjalan dengan lancar dan tidak terjadi

    kelangkaan di masyarakat. Memastikan pelaksanakan

    kegiatan penerimaan, penimbunan dan penyaluran

    BBM/BBK sesuai dengan prosedur, tepat mutu, tepat

    jumlah, tepat waktu, tepat tempat, dengan didukung

    tertib administrasi serta memperhatikan aspek K3LL.

    3) Bagian Penimbunan dan Penyaluran (PP) Melaksanakan kegiatan penerimaan dan

    penimbunan BBM sesuai dengan prosedur, tepat

    mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, dengan

    didukung tertib administrasi serta memperhatikan

    aspek K3LL. Melaksanakan secara konsisten kegiatan

    mutu dan program POSE. Menyiapkan laporan

    administrasi Arus Minyak secara tertib sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

  • 4) Staff K3LL dan MM (Keselamatan Kesehatan Kerja, Lindungan Lingkungan dan Manajemen

    Mutu)

    Mengawasi aspek keselamatan kesehatan kerja,

    lindungan lingkungan dan manajemen mutu.

    Melakukan perawatan dan pemeliharaan pompa

    pemadam kebakaran dan drynase pada tangki timbun.

    5) Bagian Control Room Bertugas:

    1. Melaksanakan persiapan jalur pipa dan tangki timbun yang akan digunakan untuk penerimaan

    BBM.

    2. Mempersiapakan jalur tangki timbun sampai filling sheet untuk penyaluran BBM.

    3. Mengukur tinggi cairan (air dan minyak) tangki timbun tiap awal dan akhir pergerakan BBM.

    4. Melaporkan Stock bahan bakar minyak (BBM) ke unit pemasaran manajemen setempat

    (UPMS).

    5. Mengambil sampel guna pemeriksaan mutu. 6. Melaksanakan blending Feed Stock A dan Feed

    Stock B ke tangki produk.

    6) Bagian Quality and Quantity Melakukan pengontrolan dan memastikan

    kualitas dan kuantitas bahan bakar minyak (BBM)

    yang akan disalurkan sesudah memenuhi spesifikasi.

    Mengambil sampel guna pemeriksaaan mutu sesuai

    prosedur perusahaan.

    7) Bagian Keuangan Melaksanakan kegiatan administrasi

    operasional keuangan, meliputi kegiatan pengelolaan

    cash on hand, transaksi penerimaan setoran

    pelanggan, Account Payable (AP), perpajakan, Arus

    Produk dan Account Receivable (AR) untuk

    memastikan proses bisnis yang menjadi tanggung

    jawab TBBM terselenggara sesuai pedoman

    perusahaan.

    8) Assistant Administrasi umum. Bertugas:

    1. Korespondensi surat-menyurat 2. SDM :

    a) Mengurus surat perjalanan dinas pekerja. b) Akomodasi hotel pekerja dinas atau untuk

    pelaksanaan meeting.

    c) Laporan payroll atau absensi pekerja d) Mengadakan kursus dan pelatihan/ training

    pekerja.

    3. Logistik : a) Pengadaan barang atau material yang bersifat

    umum.

    b) Pembuatan surat pembayaran tagihan-tagihan akomodasi, pengadaan barang atau material,

    pengobatan pekerja, dan lain-lain.

    d. Standart Operation Procedure (SOP) Pertamina TTBM Jambi

    1) Bila Terjadi Kebakaran Bagi pekerja yang melihat bahaya kebakaran

    segera :

    a) Memadamkan Api kebakaran tersebut dengan APAR yang tersedia atau

    terdekat.

    b) Membunyikan Lonceng kebakaran secara terus menerus atau berteriak

    KEBAKARAN-KABAKARAN-KEBAKARAN sambil memberi tahu lokasi terjadinya kebakaran.

    c) Semua pekerja yang mendengar tanda bahaya kebakaran segera bertindak

    sesuai dengan tugas dan tanggung

    jawab masing-masing.

    2) Bila Terjadi Pencemaran Bagi pekerja yang melihat adanya pencemaran

    segera:

    a) Menutup sumber penyebab tumpahan minyak atau kebocoran.

    b) Melaporkan kejadian yang diketahui kepada pimpinan umum

    Penanggulangan Keadaan Darurat

    (PKD).

    c) Siap melaksanakan perintah dari pimpinan umum PKD.

    d) Bila terjadi di dermaga (pada saat ada kapal) segera koordinasi dengan pihak

    kapal untuk segera melaksanakan

    penanggulangan.

    3) Bila Terjadi Kecelakaan Kerja Bila pekerja yang pertama kali mengetahui

    terjadinya kecelakaan kerja :

    a) Segera memberikan pertolongan pertama kepada korban.

    b) Meminta bantuan rekan terdekat untuk menolong korban dibawa ke tempat

    yang aman.

    c) Melaporkan kepada pengawas yang berwenang dan pimpinan umum PKD.

    4) Bila Terjadi Gangguan keamanan, Kerusuhan atau Sabotage.

    a) Pekerja yang mengetahui gangguan keamanan segera melaporkan kepada

    kepala sekuriti atau komandan jaga.

    b) Kepala sekuriti segera mengambil tindakan pengamanan sedini mungkin

    sesuai tingkatannya.

    c) Bila tidak memungkinkan dapat diatasi segera melaporkan kejadiannya

    kepada pimpinan PKD.

    d) Melaporkan kejadian tersebut ke instansi terkait.

    i. Polda Jambi 0741 2552958 ii. Poltabes Jambi 0741 23025

    iii. Polsek Jambi Timur 0741 7009732 iv. Koramil Jambi Timur 0741 22986

  • 2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Pertamina

    TBBM Jambi.

    Penerapan program SMK3 merupakan hal yang

    penting dalam mensukseskan tujuan meminimalisir

    kecelakaan kerja yang ada. Hal ini diwujudkan dengan

    penerapan program sistem keselamatan dan kesehatan

    kerja dalam bekerja sehari-hari. Perusahaan harus

    memiliki sistem keselamatan dan kesehatan kerja

    dimasing-masing organisasinya. Setiap perusahaan

    memiliki kebutuhan akan safety yang berbeda-beda

    sesuai dengan kondisi kerja dan lapangan yang ada di

    perusahaan. Begitu juga dengan Pertamina TBBM

    jambi, yang menerapkan sistem manajemen

    keselamatan dan kesehatan kerja di wilayah kerjanya.

    Sebagai salah satu perusahaan professional

    yang menerapkan K3, penggunaan simbol dalam

    rambu-rambu K3 sangatlah penting untuk komunikasi

    peraturan ataupun petunjuk di area tertentu. Oleh

    karena itu, setiap professional K3 harus paham tentang

    maksud dari warna dan bentuk yang digunakan dalam

    pembuatan rambu K3. Pertamina TBBM Jambi turut

    menjalankan dan mengaplikasikan rambu-rambu K3

    dalam kawasan kerja.

    a. Rambu-rambu K3 dan pendukungnya yang terdapat di dalam kantor diantaranya,

    Gambar 4.5

    Rambu K3 Dilarang Merokok

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Puntung rokok, serta merokok di kawasan yang

    dilarang merokokdapt menjadi salah satu penyebab

    kecelakaan kerja jika tidak ditangani sesuai dengan

    aturan yang ada. Adanya rambu DILARANG MEROKOK menjadi salah satu langkap pencegahan terjadinya kecelakaan kerja yang ada di PT. Pertamina

    TBBM Jambi.

    Gambar 4.6

    Rambu K3 Jagalah Kebersihan

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Kebersihan adalah sebagian dari iman.

    Kebersihan pula dapat menjadi pendukung

    keberhasilan keselamatan kerja. Rambu JAGALAH KEBERSIHAN menjadi salah satu pengingat agar karyawan dapat selalu menjaga kebersihan yang ada,

    sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan

    kerja.

    Gambar 4.7

    Rambu K3 Petunjuk Tabung Pemadam Kebakaran

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Alat pemadam api ringan (APAR) merupakan

    salah satu alat pendukung yang penting dalam K3.

    Petunjuk atau rambu yang jelas serta tempat yang

    mudah dijangkau menjadi fokus dalam penempatan

    APAR itu sendiri. APAR sendiri mempunyai warna

    yang mencolok seperti merah dan warna mencolok

    lainnya, dengan tujuan dapat dengan mudah dilihat

    dan dikenali. Petunjuk APAR yang biasanya terletak

    diatas APAR menjadi pelengkap letak APAR itu

    sendiri.

    K3 menjadi investasi penting dalam kinerja

    yang ada di PT. Pertamina TBBM Jambi. Pertamina

    berkomitmen untuk ikut memerangi obat-obatan

    terlarang. Pengaruh obat-obatan terlarang dapat

    menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja, karena

    obat-obatan terlarang dapat mempengaruhi kestabilan

    emosi serta fisik karyawan. Menghindari dan

    memerangi obat-obatan terlarang menjadi salah satu

    cara yang meminimalisir kecelakaan kerja yang dapat

    menimpa karyawan saat bekerja.

    Gambar 4.8

    Rambu K3 Say No To Drugs

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

  • Gambar 4.9

    Rambu K3 Jalur Evakuasi

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Jalur evakuasi sangat berperan penting dalam

    keadaan darurat saat terjadinya kecelakaan kerja

    (kebakaran, gempa bumi, dan lainnya). Rambu atau

    petunjuk K3 menjadi penting untuk mendukung

    terlaksananya SMK3. Petunjuk jalur evakuasi yang

    terletak disetiap dinding-dinding lorong yang mudah

    dilihat ini bertujuan untuk dapat mempermudah

    karyawan saat terjadinya kecelakaan kerja sehingga

    dapat meminimalisir korban saat terjadinya

    kecelakaan kerja.

    b. Rambu-rambu K3 dan pendukungnya yang terdapat di lapangan atau di luar kantor

    diantaranya,

    Gambar 4.10

    Rambu K3 Utamakan Keselamatan

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Rambu UTAMAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA menjadi pendukung serta pengingat karyawan untuk selalu

    mengedepankan K3 di PT. Pertamina TBBM Jambi.

    Spanduk besar disisi lapangan TBBM Jambi ini

    dengan tujuan mudah terlihat dan menjadi petunjuk

    lokasi berkumpul atau Assembly Point saat terjadinya

    kecelakaan kerja.

    Perlengkapan alat pelindung diri sangatlah

    penting, karena merupakan modal utama dalam

    melindungi diri saat bekerja. Alat pelindung diri

    (APD) mempunyai peranan penting baik saat di dalam

    kantor ataupun di lapangan. Rambu alat pelindungan

    diri terdapat disetiap ruangan maupun di lapangan,

    sebagai langkah pencegahan kecelakaan kerja.

    Gambar 4.11

    Rambu K3 Pemakaian Pelindung Telinga

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Keberlangsungan sistem manajemen

    keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri

    memerlukan acuan indikator sebagai dasar

    pertimbangan. Indikator sistem keselamatan dan

    kesehatan kerja di Pertamina TBBM Jambi terdiri

    input, proses, output dan feedback. Beberapa indikator

    K3 lainnya yang dapat digunakan yaitu,

    1) Indikator Negatif a) Angka kecelakaan kerja b) Angka kasus penyakit akibat kerja c) Jumlah laporan pelanggaran K3 d) Jumlah ketidaksesuaian pelaksanaan

    SMK3

    2) Indikator Positif a) Penyelesaian suatu program kerja b) Jumlah pelatihan yang terlaksana c) Penyelesaian tindakan pengendalian risiko d) Angka hasil pengukuran lingkungan kerja e) Jumlah pemakaian alat pelindung diri f) Jumlah alat K3 yang tersedia g) Tingkat kepuasan karyawan akan

    pelaksanaan K3

    Sistem terdiri dari : Input, Proses, Output, dan

    Feedback.

    1) Input

    Input merupakan subsistem yang akan

    memberikan segala masukan dalam melaksanakan

    suatu sistem atau kebijakan, salah satunya sistem

    keselamatan dan kesehatan kerja. Input yang terdiri

    dari tuntutan dan dukungan seperti sarana prasarana,

    sumber daya manusia, dan komitmen karyawan dalam

    melaksanakan sistem yang ada. Input sendiri berfungsi

    sebagai sebuah sistem meliputi segala sesuatu yang

    perlu dimasukkan ke dalam sistem sebagai bahan yang

    akan diolah lebih lanjut, untuk menghasilkan

    keluaran yang berguna. Keselamatan dan kesehatan ini

    juga berfungsi untuk meminimalisir tingkat

    kecelakaan yang ada. Hal ini seperti yang disampakan

    oleh Bapak Suharto selaku Operation Head di

    Pertamina TBBM Jambi sebagai berikut :

    Input itu terdiri dari berbagai macam bagian pendukungnya,

    berawal dari adanya tuntutan agar

    setiap perusahaan termasuk

    Pertamina supaya meminimalisir

    angka kecelakaan kerja, dan

  • menjaga keselamatan dan

    kesehatan kerja. Selain adanya

    tuntutan, ada pula dukungan

    dalam input itu sendiri. Dukungan

    itu bisa berupa sarana prasarana

    keselamatan dan kesehatan kerja

    (K3), sumber daya manusia yang

    mumpuni dan berkualitas, serta

    sikap atau komitmen dari para

    karyawan (wawancara dilakukan tanggal 5 November 2014 pukul

    10.15 WIB).

    Berdasarkan pernyataan Operation Head

    Pertamina TBBM jambi di atas dapat diketahui bahwa

    input mempunyai peranan besar dalam sistem

    manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

    Selain sarana dan prasarana yang menunjang dalam

    SMK3, sumber daya manusia sangatlah berpengaruh

    dalam berjalannya program SMK3 ini. Komintmen

    serta sikap karyawan dalam partisipasi program

    SMK3 ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas

    dan kualitas lingkungan dan meminimalisir zero

    accident. Gaya kepemimpinan Operation Head

    Pertamina TBBM jambi ternyata juga menjadi acuan

    dalam pelaksanaan SMK3.

    Operation Head Pertamina TBBM jambi

    tergolong pemimpin yang terjun langsung ke lapangan

    dan selalu berusaha memantau program SMK3, dan

    setiap minggunya beliau selalu mengadakan rapat

    kerja untuk membahas serta menampung semua saran

    dan keluhan dari para karyawan. Ketegasan dan

    kedisplinan beliau dalam menerapkan program SMK3

    ini di contohkan oleh beliau sendiri.

    Selaku atasan, saya harus bisa menjadi role model bagi karyawan saya.

    Jika ingin berhasil harus kita mulai dari

    diri kita sendiri. Mendisiplinkan orang

    lain itu mudah dari pada mendisiplinkan

    diri kita sendiri, ketika kita sanggup

    mendisiplikan diri kita, maka orang

    disekitar kita pun akan ikut terpengaruh

    dengan kedisplinan kita. Saya turun ke

    lapangan karena menurut saya, masalah

    yang sebenarnya akan terlihat ketika kita

    terjun langsung ke area permasalahan itu.

    Mencontohkan kedisiplinan saya mulai

    dengan cara datang kerja tepat waktu,

    bahkan saya selalu melakukan kontrol

    lapangan setiap jam lima pagi, ini saya

    lakukan untuk mengotrol kinerja

    karyawan saya, serta mengotrol sistem

    keselamatan dana kesehatan kerja yang

    ada di lapang. (wawancara dilakukan tanggal 5 November 2014 pukul 10.20

    WIB).

    Terkait dengan pentingnya keberadaan input

    dalam sistem manajemen K3, Pertamina TBBM Jambi

    sebagai salah satu pelaksana program SMK3 berusaha

    untuk mempersiapkan input-input yang dibutuhkan.

    Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung

    berlangsungnya program SMK3 tersebut. Penyediaan

    prasarana safety yang sudah memiliki standar yang

    ditentukan, seperti racun api, sepatu safety,

    penampungan air atau bak PMK (Pemadam

    Kebakaran) untuk pemadaman kebakaran, helmet,

    rompi serta peralatan keselamatan lainnya yang

    mendukung.

    a. Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya yang terdapat di dalam kantor diantaranya,

    Gambar 4.12

    Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Alat pemadam api ringan (APAR) merupakan

    salah satu alat pendukung yang penting dalam K3.

    Penempatan APAR disetiap sudut ruangan menjadi

    salah satu langkah untuk mendukung K3 yang ada.

    APAR sendiri mempunyai warna yang mencolok

    seperti merah dan warna mencolok lainnya, dengan

    tujuan dapat dengan mudah dilihat dan dikenali,

    sehingga mudah dijangkau saat terjadinya kecelakaan

    kerja (kebakaran khususnya)

    Gambar 4.13

    Kotak P3K

    (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Kotak P3K menjadi salah satu fasilitas yang

    diperlukan dalam SMK3. Kotak P3K yang berfungsi

    sebagai pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan

    kerja. Kotak K3 ini berisi persediaan berbagai macam

    obat, seperti betadine, kapas, pembalut luka,

    hansaplast, dan obat-obatan lainnya.

  • b. Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya yang terdapat di lapangan atau di luar kantor

    diantaranya,

    Gambar 4.14

    Sirene Penandan Keadaan Darurat atau Bahaya

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Sirene adalat alat perlengkapan K3 yang

    berguna sebagai tanda peringatan saat terjadinya

    keadaan bahaya (kebakaran, gempa bumi atau

    sebagainya). Sirene ini menjadi salah satu alat

    perlengkapan safety yang dimiliki oleh PT. Pertamina

    TBBM Jambi. Sirene ini akan berbunyi selama tiga

    menit secara terus menerus saat dalam keadaan bahaya

    atau darurat, sebagai petunjuk bagi karyawan untuk

    segera berkumpul di tempat berkumpul atau Assembly

    Point.

    Gambar 4.15

    Rumah Pompa Pemadam Kebakaran

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Rumah pompa pemadam kebakaran

    merupakan fasilitas utama yang berfungsi mendukung

    program SMK3. Rumah pompa itu sendiri terdiri dari,

    pompa pemadam, racun api, pipa dan selang pemadam

    kebakaran serta bak pemadam. Rumah pompa

    pemadam ini berfungsi tidak hanya saat terjadinya

    kecelakaan kerja saja, namun berguna juga saat

    pelatihan-pelatihan kebakaran atau K3 lainnya bagi

    karyawan PT. Pertamina TBBM Jambi. Pelatihan ini

    difungsikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

    manusia (SDM) dari para karyawan.

    Pernyataan Assistant K3LL tersebut diperkuat

    dengan keterangan dari Bapak Suharto selaku

    Operation Head yang mengatakan :

    ....Sarana dan prasarana dibutuhkan sebagai penunjang utama pelaksaan

    program SMK3. Safety adalah hal utama

    yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

    program SMK3, sehingga penyediaan

    alat safety menjadi kebutuhan pokok

    utama yang harus dimiliki serta

    dipersiapan oleh TBBM Pertamina

    Jambi(wawancara dilakukan tanggal 5 November 2014 pukul 10.10 WIB).

    Sarana dan fasilitas yang dimiliki Pertamina

    TBBM Jambi dalam mendukung SMK3 dan produksi

    kinerja perusahaan diantaranya sebagai berikut :

    a) Tangki Timbun yang terdiri dari 12 unit dengan berbagai macam produk,

    i. 3 Unit Tangki Premium ii. 3 Unit Tangki Pertamax iii. 3 Unit Tangki Solar iv. 2 Unit Tangki Fame v. 1 Unit Tangki Pertamina Dex

    b) Dermaga terdiri dari 3 buah meliputi, i. 1 Unit Dermaga Terminal Bahan

    Bakar Minyak (12X4X12 M).

    ii. 1 Unit Dermaga Wilayah (40X25X16 M).

    iii. 1 Unit Dermaga Backloading.

    Tabel 4.2

    Daftar Perlengkapan Safety K3 Pertamina

    TBBM Jambi

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Nama Perlengkapan Safety Jumlah

    Pompa PMK 2 x 1.500 Gpm 2 Unit

    Rumah Pompa Pemadam 2 Unit

    Rumah Racun Api 350 LBS 15 Unit

    Gudang Limbah B3 1 Unit

    Pipa PMK dan Selang PMK

    (Pemadam Kebakaran) sesuai unit

    Bak Pemadam 4 Buah

    (1x450+1x320+2x128 )=1.026 M

    Foam Chamber 1.200 l dan 4.200 L

    Racun Api 350 LBS (pound) 20 Buah

    Racun Api 150 LBS (pound) 4 Buah

    Racun Api 20 LBS (pound) 46 Buah

    Racun Api CO2 10 LBS (pound) 10 Buah

    Grounding Tangki dan Kantor 24 Buah

  • Gambar 4.16

    Tangki Timbun Pertamina TBBM Jambi

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Berdasarkan gambar dan tabel di atas, dapat

    diketahui kelengkapan K3 dan sarana yang dimiliki

    oleh Pertamina TBBM Jambi. Kelengkapan sarana

    dan prasarana inilah yang mendukung kesiapan

    Pertamina TBBM Jambi pelaksanaan sistem

    keselamatan dan kesiapan kerja (SMK3).

    Sesuai dengan hasil wawancara di atas, dapat

    diambil keterangan bahwa peralatan safety merupakan

    sarana utama yang mendukung berlangsungnya

    program SMK3. Standarisasi perlengkapan safety pun

    sudah diatur sesuai standar yang berlaku. Penyediaan

    peralatan safety sudah mempunyai pos-pos pendanaan

    tersendiri, seperti yang disampaikan oleh Bapak

    Novan selaku Assistant keuangan sebagai berikut :

    ...Penyediaan peralatan safety itu sudah menjadi kebutuhan pokok, karena

    Pertamina mengedepankan keselamatan

    dan kesehatan karyawannya. Pendanaan

    dalam pembelian dan pemeliharaan

    peralatan safety sudah ada alokasi

    dananya tersendiri, sehingga tidak

    terusik oleh kebutuhan operasional

    Pertamina TBBM Jambi

    lainnya(wawancara dilakukan tanggal 7 April 2015 pukul 11.10 WIB).

    Pernyataan ini diperjelas lagi dengan

    keterangan yang diberikan oleh Bapak Suharto selaku

    Operation Head yang mengatakan,

    Pendanaan dalam pembelian serta pemeliharaan peralatan safety sudah ada

    alokasi dananya tersendiri. Berhubung

    safety merupakan salah satu faktor

    utama, maka Pertamina tidak ingin

    ceroboh dan gegabah dalam

    pelaksanaanya. Pertamina melakukan

    pelatihan-pelatiahan kepada karyawan

    agar, SDM dari masing-masing

    karyawan meningkat sehingga dapat

    meningkat pula kinerja dan komitmen

    karyawan. Pertamina selalu

    menggembleng karyawan dalam

    pelatihan-pelatihan keselamatan kerja

    minimal 3 bulan sekali, seperti pelatihan

    tanggap darurat kebakaran, pelatihan

    pemadaman tangki, pelatihan

    pencegahan kebakaran, pelatihan

    kepemimpinan, serta pelatihan

    kedisiplinan penerapan keselamatan dan

    kesehatan kerja. Hal ini dimaksudkan

    tercapainya tujuan dari program SMK3

    yaitu, meminimalisir kecelakaan atau

    zero accident. Pertamina juga

    mengeluarkan penilaian tersendiri

    terhadap intern nya, yaitu POSE

    (Pertamina Operation and Service

    Excellence)....... (wawancara dilakukan di ruang Operation Head, pada tanggal 5

    November 2014 pukul 10.25 WIB).

    Berdasarkan keterangan tersebut, yang

    dimaksud input yaitu sistem yang terdiri dari berbagai

    macam faktor pendukung yang saling berkaitan satu

    sama lain, sehingga dapat membantu terlaksananya

    sistem input itu sendiri. Perlengkapan safety yang

    berperan sebagai sarana dan prasaran penunjang input,

    serta SDM karywan yang selalu melakukan pelatihan

    untuk meningkatnya kualitas SDM nya dan

    komunikasi yang dilakukan dalam menyampaikan

    program SMK3 ataupun saat melakukan program

    tersebut.

    2) Proses

    Merupakan proses transformasi elemen-elemen

    dari input menjadi output, di dalam proses sistem.

    Proses ini merupakan kegiatan yang berfungsi untuk

    mengubah suatu masukan menjadi sebuah hasil yang

    diharapkan dari sistem tersebut. Keselamatan dan

    kesehatan kerja setelah masuk di input kemudian di

    proses maka akan ada reaksi dari proses tersebut.

    Penetapan program SMK3 apakah berlangsung

    dengan baik, ataukah adanya hambatan saat proses

    berjalannya program tersebut. Proses ini memerlukan

    komunikasi dalam pelaksaan program SMK3 ini.

    Komunikasi dibutuhkan dalam menyampaikan

    informasi tentang SMK3 itu sendiri. Informasi yang

    lengkap dan benar dalam proses penyampaiannya

    dapat menghindarkan dari kesalahan saat pelaksanaan

    program SMK3 dilapangan, sehingga dapat mencapai

    tujuan yang diinginkan yaitu meminimalisir

    kecelakaan kerja, serta menjaga kesehatan para

    karyawan. Hal ini dikemukankan oleh Assistant K3LL

    Bapak Santri Drafiko sebagai berikut :

    Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam penyampaian

    informasi, terlebih dalam pelaksanaan

    program SMK3 ini. Penyampaian

    informasi serta komunikasi yang salah

    dapat membawa dapat penerapan yang

    salah pula di lapangan. Ketika kesalahan

    terjadi di lapangan kerja, kita tidak bisa

    memprediksi seberapa besar dampaknya,

    karena dari itu kita harus menyampaikan

  • informasi yang benar. Penyampaian

    informasi yang benar itu tidak harus

    berbelit-belit, justru harus singkat, padat,

    jelas, mudah dimengerti serta fokus pada

    pokok informasi. Komunikasi yang baik

    pun tidak harus menggunakan bahasa

    baku ataupun formal, cukup

    menggunakan bahasa yang mudah

    dipahami dan dimengerti serta jelas saat

    menyampaikannya(wawancara dilakukan tanggal 7 April 2015 pukul

    09.15 WIB)

    Berdasarkan hasil wawancara di atas

    didapatkan keterangan bahwa dalam proses yang

    sangat dibutuhkan adalah informasi dan komunikasi

    yang baik dan benar. Penyampaian informasi dan

    komunikasi yang baik dan benar dapat meminimalisir

    kecelakaan kerja sesuai tujuan dari SMK3 itu sendiri.

    Jalur evakuasi sangat berperan penting dalam

    keadaan darurat saat terjadinya kecelakaan kerja

    (kebakaran, gempa bumi, dan lainnya). Rambu atau

    petunjuk K3 menjadi penting untuk mendukung

    terlaksananya SMK3. Petunjuk jalur evakuasi yang

    terletak disetiap dinding-dinding lorong yang mudah

    dilihat ini bertujuan untuk dapat mempermudah

    karyawan saat terjadinya kecelakaan kerja sehingga

    dapat meminimalisir korban saat terjadinya

    kecelakaan kerja.

    Gambar 4.17

    Jalur Evakuasi PT. Pertamina TBBM Jambi

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    3) Output

    Output adalah produk jadi atau hasil dari suatu

    proses di sistem, yang merupakan hasil dari

    pemprosesan. Output yang muncul dari proses SMK3

    di Pertamina TBBM jambi dapat dilihat dari angka

    kecelakaan kerjanya, atau dari hasil penilaian POSE,

    Proper yang merupakan salah satu indikator penilaian

    SMK3. Hasil dari proses yang keluar berupa output

    inilah yang kemudian di evaluasi, apakah program

    sudah berjalan dengan baik sesuai standar yang ada

    ataukah perlunya peningkatan dan perbaikan agar

    program dapat berjalan dengan baik kedepannya. Hal

    ini seperti yang di sampaikan oleh Bapak Suharto

    selaku Operation Head sebagai berikut :

    Partisipasi dari semua karyawan sangat diharapkan untuk mencapai

    tujuan dari program POSE itu sendiri

    yaitu, meningkatkan kuantitas dan

    kualitas lingkungan dan meminimalisir

    zero accident. Yang mana tujuan dari

    program ini juga untuk semua pihak,

    tidak hanya pihak Pertamina saja, tetapi

    juga distributor, konsumen serta

    masyarakat sekitar. Karena keuntungan

    dari program ini membawa manfaat

    kepada kesemua pihak, diantaranya

    masyarakat akan lebih nyaman karena

    lingkungan jauh berkurang dari emisi

    hasil produksi, ataupun sungai terhindar

    dari pencemaran limbah sisa produksi,

    pelayanan yang didapat distributor pun

    lebih tepat, nyaman dan menguntungkan

    antara kedua belah pihak. Pelaksanaan

    SMK3 ini dapat membawa dampak dan

    hasil yang positif. (wawancara dilakukan di ruangan Bapak Suharto,

    tanggal 5 November 2014 Pukul 10.25

    WIB).

    Tabel 4.3

    Hasil Penilaian POSE Pertamina TBBM Jambi

    Tahun Penilaian Hasil Penilaian

    2010 Silver

    2011 Gold

    2012 Gold

    2013 Silver

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

  • Tabel 4.4

    Hasil Penilaian PROPER Pertamina TBBM Jambi

    Tahun Penilaian Hasil Penilaian

    2010 Biru

    2011 Biru

    2012 Biru

    2013 Biru

    (Kandidat Hijau)

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Berdasarkan tabel-tabel yang ada di atas dapat

    dilihat hasil penilaian yang didapat oleh Pertamina

    TBBM Jambi terhadap sistem manajemen K3LL

    (keselamatan dan kesehatan kerja lindung lingkungan)

    yang ada. Terlihat peningkatan pada penilaian POSE

    di tahun 2010 ke 2011 dan 2012, ternyata pada tahun

    tersebut Pertamina TBBM Jambi dipimpin oleh Bapak

    Suharto selaku Operation Head. Hal ini membuktikan

    bahwa kinerja beliau membawa hasil atau dampak

    perubahan yang meningkatkan penilaian sistem

    manajemen K3 yang ada

    Berdasarkan wawancara dengan Assistant

    K3LL, Bapak Santri Drafiko menyatakan bahwa:

    Suatu program dapat dilakukan kalau si penerima program dapat

    menerima serta melaksanakannya

    dengan penuh rasa tanggungjawab serta

    dengan tetap mengutamakan

    keselamatan kerja. Dalam hal ini

    Penerima Program adalah karyawan

    khususnya, sehingga apapun yang

    dilakukan karyawan dalam setiap

    pekerjaannya pasti berpengaruh dalam

    program SMK3 tersebut, sehingga

    output yang dihasilkan pun semua

    tergantung dari input yang diberikan oleh

    para karyawan.(wawancara tanggal 7 April 2015 pukul 09.20 WIB).

    Berdasarkan keterangan di atas, didapati

    keterangan bahwasannya output yang ada dihasilkan

    dari input dan proses yang telah dilakukan. Input dan

    proses yang baik maka akan menghasilkan output

    yang baik pula. Kecelakaan kerja pun dapat

    diminimalisir jika input dan proses yang dilakukan

    dengan baik dan benar sehingga outputnya berupa zero

    accident dan tujuan dari program SMK3 pun dapat

    tercapai. Peningkatan SDM dapat dilakukan melalui

    pelatihan-pelatihan.

    Meningkatkan sumber daya manusia (SDM)

    dengan sering melakukan pelatihan-pelatiahan

    menyangkut SMK3, menjadi investasi jangka panjang

    yang berguna bagi para karyawan. Hal ini di sebutkan

    dalam wawancara dengan Assistant K3LL, Bapak

    Santri Drafiko sebagai berikut :

    Sarana dan prasaran yang sangat utama dalam pelaksanaan SMK3 yaitu

    peralatan safety. Karyawan Pertamina

    TBBM jambi mempunyai dua wilayah

    kerja yaitu di kantor dan lapangan.

    Perlengkapan safety menjadi kewajiban

    utama bagi karyawan yang turun ke

    lapangan atau kesehariannya berkutat di

    lapangan. Perlengkapan safety itu

    sendiri, selain sebagai perlindungan diri

    juga berfungsi sebagai langkah preventif

    atau pencegahan dari kecelakaan kerja (wawancara dilakukan tanggal 7 April

    2015 pukul 09.10 WIB).

    Gambar 4.18

    Pelatihan Apabila Terjadi Gempa Bumi

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Berbagai pelatihan sangat dibutuhkan oleh para

    karyawan, termasuk pelatihan saat terjadinya gempa

    bumi. Pelatihan-pelatihan ini selain guna

    meningkatkan kualitas SDM karyawan juga sebagai

    langkah untuk meminimalisir korban saat terjadinya

    kecelakaan kerja. Peneliti juga ikut dalam pelatihan

    yang diadakan oleh PT. Pertamina TBBM Jambi, salah

    satunya pelatihan apabila terjadi gempa bumi. Saat

    gempa bumi, karyawan tidak boleh panik, terlebih

    dahulu menenangkan diri agar dapat berfikir lebih

    tenang. Berlindunglah di bawah meja atau pintu agar

    dapat terlindung dari reruntuhan bangunan, atau

    berjalanlah menuju jalan keluar dengan cara merapat

    ke dinding, sehingga terhindar dari kecelakaan kerja

    yang disebabkan oleh gempa bumi.

  • Gambar 4.19

    Pelatihan Apabila Terjadi Kebakaran

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Apabila terjadi kebakaran, karyawan

    diharapkan tetap tenang dan jangan panik.

    Bergeraklah menuju jalan keluar melalui pintu dengan

    tertib. Bila ruangan berasap, maka berjalanlah

    membungkuk atau merangkak untuk melindungi

    hidung dan mulat agar tidak menghirup udara

    kebakaran tersebut. Setelah keluar dari pintu atau area

    kebakaran, berkumpullah di area Assembly Point atau

    parkiran depan PT. Pertamina TBBM Jambi.

    Gambar 4.20

    Sosialisasi Pemisahan Sampah Organik dan

    Non Organik

    Sumber : Pertamina TBBM Jambi

    Sosialisasi diharapkan agar pegawai lebih bisa

    memilah saat membuang sampah. Tujuan

    membedakan jenis sampah yaitu, agar memudahkan

    dalam proses daur ulang atau pembakarannya. Dengan

    pemisahan sampah membuat Pertamina dapat lebih

    menjaga lingkungan.

    4) Feedback

    Feedback berfungsi sebagai umpan balik atau

    aliran informasi dari komponen output ke

    pengambilan keputusan yang memperhitungkan

    output atau kinerja sistem. Dari informasi ini,

    pengambilan keputusan, yang bertindak sebagai

    pengontrol, bisa memutuskan untuk memodifikasi

    input atau proses, atau malah keduanya. Dapat

    dikatakan ini adalah proses akhir dalam pelaksanaan

    SMK3, dimana dari hasil output yang ada feedback

    memberikan informasi hasilnya yang kemudian akan

    diputuskan apakah perlu ada perbaikan agar

    kedepannya program ini dapat lebih baik atau

    meneruskan hasil baik yang sudah ada. Feedback ini

    dapat dilihat dari hasil respon masyarakat atau

    karyawan dari hasil akhir atau output SMK3 yang di

    lakukan Pertamina TBBM Jambi. Peneliti pun

    melakukan sampling wawancara terhadap masyarakat

    sekitar dan karyawan Pertamina TBBM Jambi

    Ibu Nuriani, warga Raden Pamuk, menyatakan

    bahwa:

    Sejak Pertamina melakukan program tersebut banyak kita rasakan

    sebagai penduduk sekitar sini. Karena

    dengan program tersebut Pertamina juga

    melakukan perbaikan-perbaikan pada

    selokan atau got-got disekitar sini.

    Sehingga ketika hujanpun saat ini sudah

    tidak ada genangan air lagi, dan mobil-

    mobil tangki sekarang asapnya pun tidak

    seperti dulu, sekarang sudah jauh

    berkurang sekali. Tapi, ya belum semua

    sih karena masih ada supir mobil yang

    kadang masih ngebut. (wawancara tanggal 7 April 2015 Pukul 15.15 WIB).

    Bapak Deny, selaku komandan security

    Pertamina TBBM Jambi menyatakan sebagai berikut :

    ...setelah program ini diberlakukan tegas oleh Pertamina, supir mobil tangki

    yang awalnya suka melanggar tidak

    mengenakan peralatan safety saat masuk

    lapangan, sekarang tanpa disuruhpun

    mereka sudah sadar akan keselamatan

    kerjanya masing-masing. Saya pun

    merasa lebih tenang dan nyaman ketika

    bekerja di l