sifat koligatif
DESCRIPTION
by anwar asyariTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMASI FISIK I“SIFAT KOLIGATIF”
OLEH :
Nama : ANWAR ASYARI
NIM : 16102861 A
Kelompok : 6
20 Oktober 2010
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2010
I. JUDUL
“SIFAT KOLIGATIF SUATU LARUTAN”
II. TUJUAN
1. Memahami sifat koligatif larutan
2. Menentukan kenaikan titik didih suatu pelarut sebagai salah satu sifat koligatif
III. DASAR TEORI
Apabila zat terlarut yang tidak menguap dicampurkan dengan pelarut yang mudah
menguap , uap di atas larutan hanya dibrikan oleh pelarut saja. Zat terlarut mengurangi
kecenderungan melepaskan diri dari pelarut dan berdasarkan hokum Raoult , tekanan uap
larutan terisi zat terlarut tidak menguap akan mengalami penurunan sebanding dengan
bilangan relative dari molekul zat terlarut.
Sifat-sifat Koligatif Larutan :
1. Penurunan tekanan uap
2. Penurunan titik beku
3. Tekanan Osmosis
4. Kenaikan titik didih
Semua sifat tersebut hanya tergantung pada jumlah molekul zat terlarut yang ada dan tidak
bergantung pada ukuran ataupun berat molekul zat terlarut. Kata Koligatif berarti
dikumpulkan bersama-sama dan menunjukan pada sekumpulan sifat-sifat umum yang
dimiliki larutan encer. Sifat Koligatif adalah sifat larutan yang hanya ditentukan oleh
jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya.
Titik didih adalah temperature dimana tekanan uap cairan menjadi sama dengan
tekanan luar yaitu 760 mm Hg. Titik didih larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak
menguap adalah lebih tinggi daripada pelarut murninya , dengan melihat kenyataan bahwa
zat terlarut menurunkan tekanan uap pelarut.
Seperti terlihat dalam kurva di bawah ini :
Kurva tekanan uap larutan terletak di bawah pelarut murni dan temperature larutan
harus dinaikkan pada temperature di atas temperature pelarut murni dengan maksud untuk
mencapai titik didih normal.
Kenaikan titik didih : ∆Tb = T-To
Penurunan tekanan uap : ∆p = po-p
Perbandingan kenaikan titik didih ∆Tb terhadap penurunan tekanan uap pada 100 ºC kira-
kira konstan pada temperature ini dan ditulis persamaan :
∆Tb
= k atau ∆Tb = k . ∆p……………….(1) ∆p
Karena po konstan kenaikan titik didih data dianggap sebanding dengan ∆p/po ,yaitu
penurunan tekanan uap relative. Menurut hokum Raoult penurunan tekanan uap relatif
sama dengan fraksi mol zat terlarut sehingga
∆Tb = k . X2 ………………(2)
Karena kenaikan titik didih hanya bergantung pada fraksi mol zat terlarut maka ini
adalah sifat koligatif. Dalam kondisi encer X2 kira-kira sama dengan m / (1000 / M1 )
sehingga persamaan (2) dapat ditulis :
k M1
∆Tb = m …………(3) atau ∆Tb = Kb m ……………….(4) 1000
BMBWA∆Tb
Kb = ……………..(5) 1000 WB
Keterangan :
∆Tb = Kenaikan titik didih
Kb = Tetapan kenaikan titik didih molal ( tetepan ebulioskopi )
m = Molalitas zat terlarut
WA = Massa pelarut ( gram )
WB = Massa zat terlarut ( gram )
BMB = Berat molekul zat terlarut
Kalau dibuat grafik titik didih sebagai fungsi dari berat zat yang dilarutkan akan
didapatkan suatu garis lurus dan gradien sehingga ∆T / WB dapat diketahui
BMBWA
Kb = x gradien ……………..(6) 1000 WB
Harga Kb dapat diketahui jika massa molar dari zat terlarut diktahui. Jadi dari
penetuan titik didih pelarut murni dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui
konsentrasinya, dapatlah ditentukan berat molekul dari zat terlarut dengan menggunakan
persamaan :
1000 Kb
BMB = …………………(7) WA x ( gradien)
IV. ALAT
1. Labu alas bulat berleher dua
2. Kondensor Liebigh
3. Termometer
4. Erlenmeyer (100 ml)
5. Neraca elektrik
6. Gelas ukur 100 ml
7. Batu didih
8. Corong gelas
9. Klem dan statif
10. Waterbath
11. Alumunium foil
12. Alat pres pellet
13. Kaki tiga
14. Wadah
V. BAHAN
1. Kloroform
2. Naftalena atau asam borat
Keterangan :
1. Tiang penyangga (kleff)
2. Labu alas bulat berleher dua
3. Kondensor Liebigh
4. Termometer
5. Corong gelas
6. Wadah
7. Kaki tiga
8. Pemanas spirtus
9. Sumbat karet
10. Selang masuk
11. Selang keluar
12. Kapas basah
Gambar alat :
2
3
4
6
7
8
10
9
11
12
VI. CARA KERJA
1. Rangkailah alat terdiri labu alas bulat berleher dua, kondensor dan termometer.
2. Masukkan kloroform sebanyak kira-kira 50 ml ke dalam Erlenmeyer bertutup
alumunium foil kemudian timbang dengan teliti.
3. Tuang kloroform ke dalam labu alas dan masukkan 2-3 butir batu didih.
4. Timbang kembali Erlenmeyer beserta tutupnya sehingga diketahui berat kloroform.
5. Didihkan pelarut dengan hati-hati hingga tercapai titik didihnya ( pelarut akan stabil
mendidih setelah ± 10 menit ).
6. Kalau titik didih sudah tercapai baca suhunya pada termometer setiap 2 menit.
7. Timbang 8 buah naftalena dengan berat masing-masing ± 0,5 gram, buat pelet
dengan alat pres lalu timbang dengan seksama berat tiap pelet ( ± 0,002 gram ).
8. Lepaskan hubungan labu alas bulat dengan kondensor secara cepat, masukan satu
pelet naftalena ke dalam labu dan tutup kembali kondensor, teruskan pembacaan
suhu, catat suhu setelah 2 kali pembacaan nilainya tetap setiap 1 menit.
9. Ulangi angkah 7 sampai kedelapan pelet terlarutkan
10. Catat pembacaan nilai sampai kenaikan angka pada termometer konstan / tetap
11. Buat grafik hubungan antara titik didih dengan berat naftalena yang ditambahkan
12. Kalau yang dicari adalah berat molekul suatu zat X , ulangi langkah 1 sampai 10
dengan pelarut murni dan zat yang tidak diketahui berat molekulnya.
VII. HASIL PRAKTIKUM
Data percobaan :
Nama sampel Suhu
( ºC)
Suhu rata-rata
( ºC)
Suhu ( K )
+ 273
Berat naftalena
( gram )
Kloroform 1. 62,5 º 62,5º 335,5
2. 62,5º
Pelet 1 1. 62,7º 62,8º 335,8 0,461
2. 62,9º
Pelet 2 1. 63º 63,05º 336,05 0,573
2. 63,1º
Pelet 3 1. 63º 63,05º 336,05 0,530
2. 63,1º
Pelet 4 1. 62,9º 62,95º 335,95 0,614
2. 63º
Pelet 5 1. 63º 63,05º 336,05 0,565
2. 63,1º
Pelet 6 1. 63º 63,05º 336,05 0,516
2. 63,1º
Pelet 7 1. 63º 63,1º 336,1 0,567
2. 63,2º
Pelet 8 1. 63º 63,5º 336,5 0,563
2. 64º
Perhitungan :
Berat Erlenmeyer + kloroform + tutup = 129,478 gram
Berat Erlenmeyer + tutup = 59,215 gram
Berat kloroform = 70,263 gram
- Mencari ∆Tb dan Kb beberapa sampel :
Rumus umum ~ ∆Tb = To- T
BMBWA∆Tb
~ Kb = 1000 WB
a) Pelet 1
∆Tb = 335,8 – 335,5
= 0,3 ºK
128,17 x 70,263 x 0,3 2701,68Kb = = = 5,861 ºK.gram/mol
1000 x 0,461 gram 461
b) Pelet 2
∆Tb = 336,05 – 335,5
= 0,55 ºK
128,17 x 70,263 x 0,55 4953,08Kb = = = 8,644 ºK.gram/mol
1000 x 0,573 gram 573
c) Pelet 3
∆Tb = 336,05 – 335,5
= 0,55 ºK
128,17 x 70,263 x 0,55 4953,08Kb = = = 9,345 ºK.gram/mol
1000 x 0,530 gram 530
d) Pelet 4
∆Tb = 335,95 – 335,5
= 0,45 ºK
128,17 x 70,263 x 0,45 4052,52Kb = = = 6,600 ºK.gram/mol
1000 x 0,614 gram 614
e) Pelet 5
∆Tb = 336,05 – 335,5
= 0,55 ºK
128,17 x 70,263 x 0,55 4953,08Kb = = = 8,767 ºK.gram/mol
1000 x 0,565 gram 565
f) Pelet 6
∆Tb = 336,05 – 335,5
= 0,55 ºK
128,17 x 70,263 x 0,55 4953,08Kb = = = 9,599 ºK.gram/mol
1000 x 0, 516 gram 516
g) Pelet 7
∆Tb = 336,1 – 335,5
= 0,6 ºK
128,17 x 70,263 x 0,6 5403,36Kb = = = 9,530 ºK.gram/mol
1000 x 0,567 gram 567
h) Pelet 8
∆Tb = 336,5 – 335,5
= 1,0 ºK
128,17 x 70,263 x 1,0 9005,60Kb = = = 15,996 ºK.gram/mol
1000 x 0,563 gram 563
- Mencari Kb rata-rata
Rumus umum :
(Kb Pelet 1+ Kb Pelet 2+ Kb Pelet 3+ ……+ Kb Pelet 8) Kb rata-rata =
Jumlah pelet
5,861 + 8,644 + 9,345+ 6,600 + 8,767+9,599 +9,530+15,996 Kb rata-rata =
8
74,333 =
8
= 9,292 ºK.gram/mol
Grafik hubungan antara titik didih dengan berat naftalena yang ditambahkan
VIII. PEMBAHASAN
Pada proses penentuan titik didih memerlukan waktu stabil ( ± 10 menit) agar
mendapatkan suhu kontan
Suhu yang diperoleh konstan karena titik didihnya stabil ( ± 2 menit ) setiap ± 2
menit suhu dicatat untuk mengetahui suhu titik didih
Dalam memasukkan naftalen ke dalam kondensor , tutup kondensor harus dengan
segera karena kloroform yang ada di dalamnya mudah menguap
Kurva tekanan uap larutan terletak di bawah pelarut murni dan temperatur larutan
harus dinaikkan pada temperature di atas temperatur pelarut murni dengan maksud
untuk mencapai titik didih normal.
IX. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan ini didapati bahwa :
- Berat kloroform adalah 70,263 gram
- Berat molekul naftalena adalah 128,17 gram
- Tetapan kenaikan titik didih rata-rata adalah 9,292 ºK.gram/mol
- Sifat koligatif larutan hanya tergantung pada jumlah molekul zat terlarut yang
ada dan tidak tergantung pada ukuran atau berat molekul terlarut.
- Kenaikan titik didih dan tetapan kenaikan titik didih kloroform pada :
Terdapat penyimpangan dalam
percobaan ini. Namun hal
tersebut tidak menjadi masalah
karena penyimpangannya itu
sendiri masih relatif kecil
sehingga dapat diabaikan.
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kesalahan pembacaan skala pada alat termometer
Nama sampel ∆Tb (ºK) Kb
Pelet 1 0,3 5,861
Pelet 2 0,55 8,644
Pelet 3 0,55 9,345
Pelet 4 0,45 6,600
Pelet 5 0,55 8,767
Pelet 6 0,55 9,598
Pelet 7 0,6 9,529
Pelet 8 1,0 15,995
2. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja membuka sumbat
terlalu lama sehingga uap kloroform dapat keluar yang dapat mengubah
volume pada awal percobaan.
X. DAFTAR PUSTAKA
Dzakwan , Muhammad. 2010 . Petunjuk praktikum farmasi fisik I .
Universitas Setia Budi , 9-11
Martin A. N ,Suargick , J. , dan cammarata , J. 1990 . Farmasi Fisika:
Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh
Yoshita , edisi III , jilid I , penerbit UI ,Jakarta
Situswebsite: http://www.google.com & www.gurumuda.com
XI. DISKUSI
o
Surakarta, 20 Oktober 2010
Mengetahui
Dosen/Asisten dosen Praktikan
Muhammad Dzakwan, S.Si., Apt Anwar Asyari