short case hiperemis gravidarum

Upload: rianariana

Post on 02-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    1/39

    BAB I

    STATUS PASIEN

    A. Identitas

    Nama : Ny D

    Umur : 27 tahun

    Alamat : Pengadegan Utara, Pancoran

    Pekerjaan :Ibu rumah tangga

    Agama : Islam

    Status :Menikah

    Pendidikan : SMA

    Tanggal masuk RS : 22 Juni 2014

    B. Anamnesis

    Anamenesis dilakukan berdasarkan autoanamnesis tanggal 25 Juni 2014, di lantai 6

    Barat, Rumah Sakit Budi Asih, Cawang, Jakarta Timur.

    I.

    Keluhan Utama

    Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Budi Asih dengan BAB hitam sebanyak

    satu kali.

    II. Keluhan tambahan

    Pasien juga muntah darah berwarna merah sebanyak dua kali keesokan hari,

    pusing , batuk kering, mual, nafsu makan menurun dan badan terasa lemas.

    III.

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Budi Asih hari Sabtu dengan keluhan

    BAB hitam sebanyak 1 kali. Lalu diberi pengobatan, pasien membaik dan

    diperbolehkan pulang. Keesokkan harinya, hari Minggu, pasien mengeluh

    muntah darah berwarna merah segar sebanyak dua kali. Selama di IGD, pasien

    muntah satu kali dan BAB hitam satu kali. Pasien dipasang NGT dan keluar

    cairan hitam. Pasien juga mengeluh pusing berputar, batuk kering, nafsu

    makan menurun dan badan terasa lemas. Saat ini pasien sedang hamil anak

    kedua dengan usia kehamilan 26 minggu. Pasien tidak mengeluh keluhan yang

    serupa pada kehamilan anak pertama.

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    2/39

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    3/39

    Saluran reproduksi : Tidak ada keluhan pada saluran reproduksi

    Ekstremitas : Tidak terdapat keluhan pada ekstremitas

    C. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum :Tampak sakit ringan dan lemas

    Kesadaran : Compos mentis

    Tanda Vital

    Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 90 kali/menit

    Repirasi : 24 kali/menit Suhu : 36,50C

    BB : 75 kg

    TB : 155 cm

    Status Generalis

    Kepala

    Mata

    Hidung

    Telinga

    Mulut

    Leher

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    bentuk mesochepal, warna rambut hitam, uban (+), lurus (+), distribusi merata

    (+), rontok (-), alopesia (-), mudah dicabut (-).

    alis rata (+/+), oedem palpebra superior (-/-), hordeolum (-/-), kalazion (-/-),

    entropion (-/-), ektropion (-/-), ptosis (-/-), trikiasis (-/-), sclera ikterik (-/-),

    konjungtiva pucat (-/-), hiperemis (-/-), pupil isokor (+/+), diameter pupil (2/2)mm , reflek cahaya (+/+), lensa jernih (+), gerak bola mata (N), strabismus (-),

    nistagmus (-).

    nafas cuping hidung (-), deviasi septum (-), secret (-/-), perdarahan (-/-),

    mukosa hidung hiperemis/pucat (-/-), sianosis (-/-).

    deformitas daun telinga (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),

    sekret (-/-), tuli (-/-).

    bibir kering (-), pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tepi hiperemis(-), tremor

    (-), karies gigi (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), faring hiperemis (-), tonsil

    (T1/T1).

    JVP 5+2 cmH2O, deviasi trachea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),

    pembesaran kelenjar limfonodi (-)

    Thoraks : Inspeksi : Dinding dada kanan kiri simetris , sela iga tidak melebar

    Paru : Anterior

    dextra sinistra

    Inspeksi simetris , sela iga tidak melebar = simetris

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    4/39

    Palpasi vocal fremitus kanan (N) = vocal fremitus kiri (N)

    Perkusi sonor seluruh lapangan paru = sonor seluruh lapangan paru

    Auskultasi

    Suara Dasar vesikuler = vesikuler

    Suara tambahan ronkhi (-) ronkhi (-)

    Wheezing (-) = Wheezing (-)

    Paru : Posterior

    dextra sinistra

    Inspeksi simetris = simetris

    Palpasi vocal fremitus kanan (N) = vocal fremitus kiri (N)

    Perkusi sonor seluruh lapangan paru = sonor seluruh lapangan paru

    Auskultasi

    Suara Dasar vesikuler = vesikuler

    Suara tambahan ronkhi (-) ronkhi (-)

    Wheezing (-) = Wheezing (-)

    Gbr. Paru Bag. Depan Gbr. Paru Bag. Belakang

    Cor :

    Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS V, 1 cm medial dari garis midklavikularis kiri.

    Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial linea midklavikularis sinistra,

    diameter ictus trill(-).

    Perkusi :

    - Batas kanan : ICS V, linea parasternal dextra

    - Batas kiri : ICSV, garis midklavikularis dengan bunyi redup

    -

    Batas atas : ICS III, linea sternalis sinistra

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    5/39

    - Pinggang jantung: Cekung

    Auskultasi : Suara dasar : S1-S2 murni, regular, nadi 90 x/menit.

    Suara tambahan : murmur (-), gallop (-).

    Mitral : M1>M2, regular (+)

    Trikuspid :T1>T2, regular (+)

    Aorta : A1

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    6/39

    D. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan darah dilakukan tanggal 22 Juni 2014

    1.

    Hematologi rutin

    Leukosit (WBC) : 19,9ribu / L (3,6-11)

    Eritrosit (RBC) : 4,3 juta / L (3.8-5.2)

    Hemaglobin : 12,5 g/dL (11,7-15,5)

    Hematokrit : 37% (35-47)

    Trombosit : 449 ribu/ L (150-440)

    MCV : 85,0 fL (80-100)

    MCH : 28,8 pg (26-34)

    MCHC : 34,1 g/dL (32-36)

    RDW : 13,9 %(

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    7/39

    Pasien juga mengeluh pusing berputar, batuk, mual, tidak nafsu makan dan badan

    lemas. Pasien sedang hamil anak ke dua. Pada kehamilan pertama,pasien tidak

    mengeluh keluhan yang serupa. Pada kehamilan pertama, pasien dioperasi caesar

    karena letak kepala janin belum masuk panggul sedangkan sudah cukup bulan.

    Pada tahun 2008, pasien memakai KB suntik dan tahun 2010 pasien didiagnosa

    Diabetes Melitus sehingga harus dihentikan KBnya. Setelah melepas KB, pasien

    minum obat herbal dan jamu penyubur sampai akhirnya pasien hamil anak kedua.

    Selama ini pasien suka makan sembarang dan tidak tepat waktu. Pada pemeriksaan

    tanda vital, semua hasil dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium

    didapatkan leukosit yang meningkat, trombosit yang meningkat dan gula darah pasien

    naikm sehingga diberikan insulin

    G. Rencana pemecahan masalah

    1. Hiperemis Gravidarum

    Assesment : Mual, muntah , hematemesis, melena, nyeri

    epigastrium dan nafsu makan menurun

    Rencana Diagnostik : Hematologi rutin, Urinalisis, Elektrolit, USG, AGD

    Rencana Terapi : Asering : Panamisin G/ 6 jam, Inj Panzo 1x1, Inj

    Cendantron 1x1, Inj Ranitidin 2x1,Inj Ceftriaxone 1 x

    2gr, Propepsa sirup 3x1

    2.

    Diabetes Melitus

    Assesment : Riwayat Diabetes Melitus tipe 2, Gula Darah = 143

    mg/dL

    Rencana diagnostik : Hematologi rutin, Gula darah

    Rencana terapi : Sleeding scale, Insulin

    H. Prognosis

    Ad vitam : Ad bonam

    Ad fungtionam : Dubia ad bonam

    Ad sanationam : Dubia Ad bonam

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    8/39

    I. Follow Up

    Tanggal 23 Juni 2014, hari ke 1

    Subjektif Objektif Analisa Perencanaan

    - Hamil anak

    ke duadengan usia

    kandungan 26

    minggu

    - Mual dan

    muntah darah

    berwarna

    hitam 3 kali

    - Badan lemas

    dan tidak

    nafsu makan

    -

    Lemes,pusing dan

    batuk kering

    TSS, CM

    TD=120/90, S=36,60CRR=20x/m N=60x/m

    CA-/- SI-/-

    KGB tiroid TTM

    C/ S1S2 reg m(-) g(-)

    P/ Sn ves wh(-/-) rh(-/-

    )

    Abdomen : buncit,

    nyeri ulu hati

    Status obstetri :

    L1 : TFU 1 jari diatas

    pusatL2 : Kepala

    L3 : Punggung kiri

    L4 : Bokong

    DJJ : 114-155 x/menit

    Extremitas : dbn

    GD 00.00 = 168 mg/dL

    GD 06.00 = 130 mg/dL

    GD12.00 =168 mg/dL

    GD 16.00 = 136 mg/dL

    -Hematemesis

    melena-hiperemis

    gravidarum

    -Dispepsia

    -DM tipe 2

    -G2P1A0, letak

    janin sungsang

    Asering:PanamisinG/6jam

    Inj Panzo1x1Inj Cendantron1x1

    Inj ceftriaxon1x2gr

    Inj rantin2x1

    Novorapid 3x6 unit

    Propepsa syr 3x1

    Tanggal 24 Juni 2014, hari ke 2

    Subjektif Objektif Analisa Perencanaan

    - Pusing

    - Belum BAB

    dari kemarin

    - BAK lancar

    TSS, CM

    TD=120/80, S=36,60C

    RR=17x/m N=80x/m

    CA-/- SI-/-

    KGB tiroid TTM

    Cor dan pulmonal

    dalam batas normal

    Abdomen : dbn Status

    obstetri :

    L1 : TFU 1 jari diatas

    pusat

    L2 : Kepala

    L3 : Punggung kiri

    L4 : Bokong

    DJJ : 152-154 x/menit

    GD 00.00 = 175 mg/dL

    GD 06.00 = 147mg/dL

    -Hematemesis

    melena

    -hiperemis

    gravidarum

    perbaikan

    -Dispepsia

    perbaikan

    -DM tipe 2

    -G2P1A0, letak

    janin sungsang

    Asering:PanamisinG/6jam

    Inj Panzo1x1

    Inj Cendantron1x1

    Inj ceftriaxon1x2gr

    Inj rantin2x1

    Novorapid 3x6 unit

    Propepsa syr 3x1

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    9/39

    Tanggal 25 Juni2014,hari ke 3

    Subjektif Objektif Analisa Perencanaan

    - Pusing

    - Batuk

    - Belum

    BAB

    CM,TSR

    TD=130/90,S=36,70C

    RR=17x/m N=80x/m

    CA-/- SI-/-

    KGB tiroid TTM

    Cor dan pulmonal

    dalam batas normal

    Abdomen : dbn Status

    obstetri :

    L1 : TFU 1 jari diatas

    pusat

    L2 : Kepala

    L3 : Punggung kiri

    L4 : BokongDJJ : 161-165

    x/menit

    GD 06.00 =108mg/dL

    GD 12.00 =108mg/dL

    GD 16.00=113mg/dL

    Leukosit =17,5

    ribu/L

    Hiperemis gravidarum

    perbaikan

    -Dispepsia perbaikan

    -DM tipe 2

    - G2P1A0, letak janin

    sungsang

    Asering:PanamisinG/6jam

    Inj Panzo1x1

    Inj Cendantron1x1

    Inj ceftriaxon1x2gr

    Inj rantin2x1

    Novorapid 3x6 unit

    Propepsa syr 3x1

    Tanggal 26 Juni 2014,hari ke 4

    Subjektif Objektif Analisa Perencanaan

    - Mual

    - Belum

    BAB

    - Nafsu

    makan

    menurun

    CM,TSR

    TD=130/90,S=36,70C

    RR=20x/m N=80x/m

    CA-/- SI-/-

    KGB tiroid TTM

    Cor dan pulmonal

    dalam batas normalAbdomen : dbn Status

    obstetri :

    L1 : TFU 1 jari diataspusat

    L2 : Kepala

    L3 : Punggung kiri

    L4 : Bokong

    DJJ : 165-167

    x/menit

    GD 06.00 = 153

    mg/dL

    Hiperemis gravidarum

    perbaikan

    -Dispepsia perbaikan

    -DM tipe 2

    - G2P1A0, letak janin

    sungsang

    Asering:PanamisinG/6ja

    m

    Inj Panzo1x1

    Inj Cendantron1x1

    Inj rantin2x1

    Novorapid 3x6 unit

    Propepsa syr 3x1

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    10/39

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    HIPEREMESIS GRAVIDARUM

    A. Definisi

    Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan muntah

    selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut

    hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan

    muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan

    muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan (1).

    Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat selama

    kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20 pasien per

    1000 kehamilan. (2,3)

    Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit, asam-

    basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada

    hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis

    akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria,

    sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.(4,5)

    B.

    Epidemiologi

    Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-

    90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-

    60% multigravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2%

    diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000

    kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai

    pada usia kehamilan 9- 10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu,

    dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-

    10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.

    Beberapa faktor resiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia

    ibu, usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan

    mola, kodisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor

    resiko dari hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu

    hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih

    dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia

    kehamilan juga merupakan faktor resiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    11/39

    berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron

    di dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu

    etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon

    gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya

    sekitar mingu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada

    trimester pertama. Faktor resiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan

    dengan kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil

    akan mengalami stres yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan

    dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu

    beradaptasi terhadap perubahan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu

    yang baru pertama kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum.

    Pekerjaan juga merupakan faktor resiko penyakit hiperemesis gravidarum. Pekerjaan

    berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan,

    aktifitas dan stres pada ibu hamil

    C. Etiologi

    Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil

    penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada

    diketahui beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidaru

    diantaranya komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainanm

    gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini

    disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.

    Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah sebagai

    berikut :

    1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.

    Pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan

    dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan

    2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat

    hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut.

    3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.

    4. Faktor psikologis

    Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,

    kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap

    tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    12/39

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    13/39

    sampai 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis

    ditemukan mata cekung, lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit berkurang.

    Tingkat II

    Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan segala yang dimakan

    dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi

    100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat

    apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.

    Tingkat III

    Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya muntah atau

    bahkan berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium sampai koma). Pasien mengalami

    ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, dan dalam urin ditemukan bilirubin dan

    protein.

    E. Patofisiologi

    Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari

    meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan

    ini muncul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid

    terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis hormon ini korionik

    gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih belum jelas, mungkin berasal dari

    sistem saraf pusat akibat berkurangnya sistem pengosongan lambung. Penyesuaian

    terjadi pada kebanyakan ibu hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat

    berlangsung berbulan-bulan.Selain teori hormon korionik gonadotropin, estrogen dan

    progesteron ini masih ada beberapa teori lain yang dapat menyebabkan hiperemesis

    gravidarum seperti infeksi H.Pylori. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa infeksi

    H.pylori dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Selain itu masih ada teori

    penyebab hiperemesis gravidarum akibat psikologis.

    Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi

    mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga

    apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar elektrolit

    dalam darah, dengan alkalosis hipokloremik. Selain itu hiperemesis gravidarum

    mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan

    energi karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi

    lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-

    asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    14/39

    Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan

    berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang

    dan juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam

    darah. Kemudian, hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan

    kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi

    muntah yang lebih banyak, dan membuat lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan.

    Patofisiologi hiperemesis gravidarum ditunjukkan dalam skema dibawah.

    F. Diagnosis

    Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

    serta pemeriksaan penunjang.1-4

    a. Anamnesis

    Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.

    Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang

    oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari- hari. Selain itu

    dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan

    dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien,

    asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati,

    diabetes mellitus, dan tumor serebri).

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    15/39

    b. Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda

    dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid

    dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

    c. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan

    menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,

    urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas

    darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai

    menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter

    TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50- 60% terjadi

    penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan

    pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya

    menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria,

    peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting

    dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

    Gambar 2. 3 Algoritma Penegakan Diagnosa Hiperemesis Gravidarum

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    16/39

    Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan dengan

    menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang disertai dengan tanda-tanda

    kehamilan). Lebih lanjut pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat

    yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis diijumpai tanda-tanda

    vital abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan

    darah, dan dengan semakin beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan

    penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisis lengkap dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi,

    kulit tampak pucat dan sianosis, penurunan berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan

    usia kehamilan dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan inspeksi

    dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh peningkatan relatif

    hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan hipokalema, benda keton dalam darah, dan

    proteinuria.

    Tabel 2.1 Diagnosa banding mual dan muntah pada kehamilan

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    17/39

    G. Terapi

    Penatalaksanaan awal mual dan muntah pada kehamilan dapat mencegah hiperemesis

    gravidarum. Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat dan penghindaran dari

    rangsangan yang berperan sebagai pemicu. Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam

    kondisi kegawatdaruratan:

    Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit

    dan membatasi pegunjung.

    Penghentian pemberian makanan per oral 2448 jam.

    Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Larutan normal saline

    atau ringer laktat dapat digunakan dalam kondisi itu.

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    18/39

    Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan atau tiamin dapat

    dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg dapat

    diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.

    Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dansampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau sedikit.

    Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan vitamin B6 atau vitamin

    B6 ditambah doxylamine sangat aman dan efektif serta dapat digunakan sebagai terapi

    farmakologis lini pertama. Pemberian multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga

    menurunkan derajat keparahan gejala.6

    Penatalaksanaan Konvensional

    Sampai saat ini belum ada penatalaksanaan farmakologi yang terbukti. Modalitas

    terapi dan obat-obatan yang telah diteliti efektivitasnya dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2.

    Pasien yang mengalami mual dan muntah yang berat pada kehamilan sebelumnya dapat

    mengkonsumsi antiemetik sebagai profilaksis atau segera setelah mengalami gejala pada

    kehamilan berikutnya, yang dikenal sebagaipre-emptive therapy.7

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    19/39

    Gambar 2.4 Algoritma Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

    Farmakoterapi dengan antiemetik dan piridoksin telah terbukti efektif. Piridoksin

    dijual dalam bentuk formulasi kombinasi dengan doxylamine. Walaupun dalam bentuk

    kombinasi, Benedektin dihetikan dari pasaran di USA pada tahun 1980 karena isu

    ketidakpastian, ACOG 2004 merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah setengah dari 25

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    20/39

    mg doxylamine (antihistamin) yang dikonsumsi per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi

    lini pertama. Piridoksin merupakan obat kelas A dan aman diberikan pada kehamilan.

    Antiemetik konvensional, seperti penyekat reseptor H1, fenotiazin dan benzamin,

    telah terbukti efektif dan aman. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin

    dapat menyembuhkan mual dan muntah dengan menghambat postsynaptic mesolimbic

    dopamine receptorsmelalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system.

    Terapi kombinasi dengan pyridoxine dan metoklopramid terbuti lebih baik dibandingkan

    monoterapi lain.8Jika terapi itu gagal, cairan kristaloid dapat diberikan untuk memperbaiki

    dehidrasi, ketonemia, defisit elektrolit, dan gangguan asam basa. Tiamin 100 mg dapat

    ditambahkan dalam 1 liter pertama dan pemberian cairan dilakukan sampai muntah

    terkontrol.10

    Tabel 2.2 Terapi Farmakologi Hiperemesis Gravidarum

    Penatalaksanaan Diet

    Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan yang diberikan

    berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2

    jam setelah makan. Diet itu kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga

    diberikan hanya selama beberapa hari.

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    21/39

    Diet hiperemesis II diberikan jika rasa mual dan muntah berkurang. Pemberian

    dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan

    bersama makanan. Diet itu rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.

    Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.

    Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua zat gizi,

    kecuali kalsium.

    H. Komplikasi

    Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan

    dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan

    cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini

    menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan

    dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

    menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke

    jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah

    menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai

    tingkatan tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang.

    Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi

    syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap

    kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin.

    Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.

    Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan

    elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan

    plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang

    sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari

    keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan

    akan muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah

    bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko

    dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari

    hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum

    ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi

    pertumbuhan dan perkembangan janin.

    Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi

    (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    22/39

    lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi

    jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi

    lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam

    aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan

    jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang

    toksik. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber

    energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan,

    berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya

    bagi ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini

    terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi

    janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.

    Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan

    pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan

    perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil

    dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri.

    Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi.

    I. Prognosis

    Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan

    merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut

    menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu,

    dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan

    muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia kehamilan

    minggu. Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat

    memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia

    kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini

    dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    23/39

    DIABETES MELITUS PADA KEHAMILAN

    A. Definisi

    Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Mellitus

    merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia

    yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

    B. Epidemiologi

    Insidens Diabetes Mellitus dalam kehamilan sekitar 2% - 3%. Dari

    kepustakaan lain dikatakan bahwa diabetes mellitus terdapat pada 1-2%

    wanita hamil, dan hanya 10% dari wanita tersebut yang diketahui menderita

    diabetes mellitus sebelum hamil, dengan demikian dapat disimpulkan

    sebagian besar yang terjadi pada kehamilan adalah diabetes mellitus

    gestational. Penelitian Prof. John M.F Adam di Ujung Pandang dalam dua

    periode yang berbeda, memperoleh insidens Diabetes Mell itus Gestational

    yang jauh lebih tinggi pada mereka dengan resiko tinggi (4,35%) dan 1,67%

    dari seluruh populasi wanita hamil. Sedangkan, pada penelitian kedua beliau

    ditemukan 3% pada kelompok resiko tinggi dan 1,2% dari seluruh wanita

    hamil.

    Rumah Sakit DR. Kariadi Semarang oleh Praptohardjo U dan Suparto P,

    tahun 1975, meneliti diabetes meliitus dalam kehamilan didapatkan angka

    kejadian berkisar 2-3%. Mengingat bahaya komplikasi kehamilan dengan

    Diabetes Mellitus, maka perlu sekiranya dibuat diagnosis sedini mungkin.

    Beberapa kelompok wanita hamil telah diketahui mempunyai resiko tinggi

    untuk terjadinya diabetes mellitus selama kehamilannya. Dan faktor resiko

    merupakan kriteria yang berguna dalam penyaringan klinis selama

    pemeriksaan antenatal.

    C. Klasifikasi

    American Diabetes Association (ADA) tahun 1997 secara garis besar

    membuat klasifikasi diabetes melitus pada umumnya berdasarkan etiologinya.

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    24/39

    I.DM tipe 1 : kerusakan sel pancreas yang menjurus ke defisiensi insulin

    yang absolut. Mekanisme terjadinya melibatkan:

    Immune-mediated

    Idiopatik

    II.DM tipe 2 : terjadi resistensi insulin dengan defisiensi insulin yang relatif

    sampai dengan suatu gangguan pada sekresi insulin yang disertai resistensi

    insulin.

    III. DM Tipe Lain

    1)Kelainan genetik sel Beta

    2)Kelainan genetik kerja insulin

    3)Kelainan eksokrin pancreas

    4) Endokrinopati

    5) Drug/Chemical Induced

    6) Infeksi

    7) Bentuk lain dari Immune Mediated Diabetes Mell itus yang jarang

    8)Kelainan-kelainan genetik yang menyertai DM.

    IV. Diabetes Gestational : untuk kepentingan diagnosis, terapi dan

    prognosis, baik bagi ibu maupun bagi anak, berbagai klasif ikasi diusulkan

    oleh beberapa penulis, diantaranya yang sering digunakan ialah klasifikasi

    menurut White(1965) yang berdasarkan umur waktu penyakitnya timbul,

    lamanya, beratnya dan komplikasinya:

    Klasifikasi menurut White(1965):

    1.Kelas A diabetes gestasional ( tanpa vaskulopati)

    a. A1 maintenancehanya diet saja

    b. A2 yang tergantung insulin

    2. Kelas B, memerlukan insulin, onset usia 20 tahun durasi

    penyakit kurang dari 10 tahun dan tidak ada komplikasi

    vaskuler

    3. Kelas C, memerlukan insulin, onset usia 10-19 tahun, durasi

    penyakit 10-19 tahun tidak ada komplikasi vaskuler.

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    25/39

    4.Kelas D, memerlukan insulin, onset usia kurang dari 10 tahun,

    durasi penyakit 20 tahun, ada benigna diabetic retinopati

    5.Kelas F, memerlukan insulin dengan nefropati

    6.Kelas H, memerlukan insulin dengan penyakit jantung iskemik

    7.Kelas R, memerlukan insulin dengan proliferasi nefropati

    8.Kelas T, memerlukan insulin dengan tranplantasi ginjal

    Klasifikasi menurut Pykeuntuk DMG :

    1.Diabetes gestasional, dimana DM terjadi hanya pada waktu hamil

    2.Diabetes pregestasional, dimana DM sudah ada sebelum hamil dan

    berlanjut sesudah kehamilan

    3.Diabetes pregestasional yang disertai dengan komplikasi misalnya

    angiopati, retinopati dan nefropati

    D. Faktor resiko

    Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi

    karbohidrat (TGT,GDPT,DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat

    kehamilan sedang berlangsung. Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional

    adalah sebagai berikut:

    Resiko rendah:

    o Usia 30 tahun

    o Obesitas

    o Polycystic ovary sindrom

    o Kehamilan yang lalu ada intoleransi glukosa

    o Kehamilan yang lalu dengan bayi besar (>4000gr)

    o

    Riwayat kematian janin dalam rahim yang tidak dketahui sebabnya

    o Keluarga dengan DM tipe 2

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    26/39

    Dari kelompok etnis dengan prevalesi tinggi untuk DM, antara lain: Hispanic,

    African, Native American, dan South East Asian.

    E. Pengaruh kehamilan terhadap diabetes

    Dari segi klinis, gambaran sentral dari metabolisme karbohidrat dapat

    disimpulkan dalam istilah sederhana. Jika seorang wanita menjadi hamil maka

    ia membutuhkan lebih banyak insulin untuk mempertahankan metabolisme

    karbohidrat yang normal. Jika ia tidak mampu untuk menghasilkan lebih

    banyak insulin untuk memenuhi tuntutan itu, ia dapat mengalami diabetes yang

    mengakibatkan perubahan pada metabolisme karbohidrat. Kadar glukosa dalam

    darah wanita hamil merupakan ukuran kemampuanya untuk memberikan

    respon terhadap tantangan kehamilan itu. Kadar glukosa darah maternal

    dicerminkan dalam kadar glukosa janin, karena glukosa melintasi plasenta

    dengan mudah. Insulin tidak melintasi barier plasenta, sehingga kelebihan

    produksi insulin oleh ibu atau janin tetap tinggal bersama yang akhirnya

    menghasilkan keadaan glukosuria.

    Perubahan hormonal yang luas terjadi pada kehamilan dalam usaha

    mempertahankan keadaan metabolisme ibu yang sejalan dengan bertambahnyausia kehamilan. Hormon-hormon ini mungkin yang bertanggung jawab secara

    langsung maupun tidak langsung, menginduksi resistensi insulin perifer dan

    mengkontribusi terhadap perubahan sel pancreas. Ovarium, kortek adrenal

    janin, plasenta, kortek adrenal ibu dan pancreas terlibat dalam timbulnya

    perubahan-perubahan hormonal in i, yang mempunyai pengaruh terhadap

    metabolisme karbohidrat. Terutama yang penting adalah peningkatan

    progresif dari sirkulasi estrogen yang pertama kali dihasilkan oleh ovarium

    hingga minggu ke-9 dari kehidupan intra uterine dan setelah itu oleh plasenta.

    Sebagian besar estrogen yang dibentuk oleh placenta adalah dalam

    bentuk estriol bebas, yang terkonjugasi dalam hepar menjadi glukoronida dan

    sulfat yang lebih larut, yang dieskresikan dalam urine. Estrogen tidak

    mempunyai efek dalam transport glukosa, tetapi mempengaruhi peningkatan

    insulin (insulin binding). Progesteron yang dihasilkan korpus luteum sepanjang

    kehamilan khususnya selama 6 minggu pertama. Trofoblas mensintesis

    progesterone dan kolesterol ibu dan merupakan penyumbang utama terhadap

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    27/39

    kadar progesterone plasma yang meningkat secara menetap selama kehamilan.

    Progesterone juga mengurangi kemampuan dari insulin untuk menekan

    produksi glukosa endogen.

    Lactogen plasenta manusia (HPL) merupakan hormon plasenta penting

    lain yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Kadarnya dalam darah ibu

    meningkat secara berlahan- lahan sepanjang kehamilan, mencapai puncaknya

    saat aterm. HPL adalah salah satu dari hormon-hormon utama yang

    bertanggung jawab menurunkan sensit ivitas insulin sejalan dengan

    bertambahnya usia kehamilan. Kadar HPL meningkat pada keadaan

    hipoglikemia dan menurun pada keadaan hiperglikemia. Dengan kata lain

    HPL merupakan antagonis terhadap insulin. HPL menekan transport glukosa

    maksimum tetapi tidak mengubah pengikatan insulin. Setelah melahirkan dan

    pengeluaran plasenta, kadar HPL ibu cepat menghilang, pengaturan hormonal

    kembali normal.

    Kortek adrenal terlibat dalam peningkatan kortisol bebas secara

    progresif selama kehamilan. Pada kehamilan lanjut, konsentrasi kortisol ibu

    diperkirakan 2,5 kali lebih tinggi dari keadaan tidak hamil. Beberapa peneliti

    melaporkan bahwa laju produksi glukosa hepar meningkat dan sensitivitas

    insulin menurun pada pemberian sejumlah besar kortisol. Perubahan pada

    metabolisme karbohidrat selama kehamilan sebagai akibat dari perubahan

    hormonal diatas. Pada beberapa uji toleransi glukosa didapatkan keadaan

    antara lain; hipoglikemia ringan pada saat puasa, hiperglikemia postprandial

    dan hiperinsulinemia.

    Konsentrasi glukosa plasma selama puasa yang menurun mungkin terjadi

    akibat peningkatan dari kadar plasma insulin. Tetapi hal ini tidak dapat

    dijelaskan dengan perubahan metabolisme insulin karena waktu paruh insulin

    selama hamil tidak berubah. Peningkatan kadar plasma insulin pada kehamilan

    normal berhubungan dengan perubahan respon unik terhadap ingestion

    glukosa. Sebagai contoh, setelah makan pada wanita hamil didapatkan

    perpanjangan hiperglikemia, hiperinsulinemia, dan supresi glukagon.

    Mekanisme ini sepertinya bertujuan untuk mempertahankan suplai glukosa

    postprandial ke fetus. Respon ini konsisten dengan pernyataan bahwa

    kehamilan menginduksi resistensi perifer terhadap insulin, yang diperkuat

    dengan tiga hasil pengamatan:

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    28/39

    1. Peningkatan respon insulin terhadap glukosa

    2. Pengurangan ambilan perifer terhadap glukosa

    3. Penekanan respon dari glikogen

    Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap resistensi insulin belum

    lengkap dimengerti. Beberapa peneliti telah melaporkan sensitifitas insulin

    menurun secara signifikan (40-80 %) dengan bertambahnya usia kehamilan.

    Fetus normal mempunyai sistem yang belum matang dalam pengaturan kadar

    glukosa darah. Fetus normal adalah penerima pasif glukosa dari ibu. Glukosa

    melintasi barier plasenta melalui proses difusi, dan kadar glukosa janin sangat

    mendekati kadar glukosa ibu. Mekanisme transport glukosa melindungi janin

    terhadap kadar maternal yang tinggi, mengalami kejenuhan oleh kadar glukosa

    maternal sebesar 10 mmol/l atau lebih sehingga kadar glukosa janin mencapai

    puncak pada 8-9 mmol/l . Hal in i menjamin bahwa pada kehamilan normal

    pankreas janin tidak dirangsang secara berlebihan oleh puncak postprandial

    kadar glukosa darah ibu. Bila kadar glukosa ibu tinggi melebihi batas normal

    atau tidak terkontrol akan menyebabkan dalam jumlah besar glukosa dari ibu

    menembus plasenta menuju fetus dan terjadi hiperglikemia pada fetus. Tetapi

    kadar insulin ibu tidak dapat mencapai fetus, sehingga kadar glukosa ibulah

    yang mempengaruhi kadar glukosa fetus. Sel beta pankreas fetus kemudian

    akan menyesuaikan diri terhadap tingginya kadar glukosa darah. Hal ini akan

    menimbulkan fetal hiperinsulinemia yang sebanding dengan kadar glukosa

    darah ibu dan fetus. Hiperinsulinemia yang bertanggungjawab terhadap

    terjadinya makrosomia oleh karena meningkatnya lemak tubuh.

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    29/39

    F. Pengaruh diabetes terhadap kehamilan

    Pengaruh meternal bisa dibagi lagi selama kehamilan, selama

    persalinan dan selama nifas.

    Selama kehamilan :

    -Abortus. Resiko meningkat pada diabetes tak terkontrol.

    -Preeklampsia, kontrol preeklampsia berhubungan dengan

    rendahnya mortalitas perinatal.

    -Hidramnion. Insidens meningkat pada diabetes tak terkontrol.

    Hal ini disebabkan plasenta yang besar, adanya malformasi

    kongenital dan poliuria janin akibat hiperglikemia

    -Persalinan prematur. Insidens meningkat bersamaan dengan

    meningkat disproporsi kepala panggul, malpresentasi.

    Selama persalinan :

    -Persalinan memanjang akibat bayi yang besar

    -Distosia bahu

    -Meningkatnya tindakan operatif

    -Ruptura jalan lahir

    -Perdarahan postpartum

    Selama nifas :

    - Sepsis puerperalis

    - Berkurang laktasi

    -Meningkatnya morbiditas maternal

    Pengaruh terhadap janin:

    - Janin mati dalam rahim

    - Makrosomia

    - Maturasi paru terlambat

    - Trauma kelahiran

    - Retardasi pertumbuhan

    - Malfromasi kongenital

    -Meningkatnya kematian neonatal

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    30/39

    G. Diagnosis

    Hiperglikemia pada wanita hamil dapat disebabkan karena

    sebelumnya penderita sudah menderita diabetes mellitus atau disebut diabetes

    melitus pregestational, atau dapat juga disebabkan karena gangguan toleransi

    glukosa yang terjadi pertama kali saat kehamilan disebut diabetes melitus

    gestational. Diabetes melitus yang telah diketahui sebelum kehamilan tidak

    ada masalah dalam diagnosis. Lain halnya pada diabetes mellitus gestational,

    banyak kriteria diagnost ik yang dipakai dan belum ada kesepakatan dari

    semua ahli tentang kriteria diagnostik mana yang terbaik.

    Karena prevalensi dari diabetes dalam kehamilan tinggi, maka

    perawatan antepartum yang optimum memerluk an uji diagnost ik yang

    sensitif pada semua wanita hamil. Metode diagnostik harus cepat dan

    praktis. OSullivan dan Mahan malaporkan bahwa pemeriksaan yang

    sederhana pada semua wanita hamil lebih berguna dalam mengidentifikasi

    pasien-pasien yang beresiko te rkena diabetes daripada indikator-indikator lain

    seperti riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat obstetrik sebelumnya atau

    obesitas.

    Semua ahli sependapat bahwa skrining sebaiknya dilakukan pada semua

    wanita hamil, walaupun hal ini sangat sulit dilaksanakan. Bila skrining hanya

    dilakukan pada kelompok resiko tinggi saja maka 50% diabetes melitus

    gestational tidak terdiagnosis.

    Skrining dilakukan hanya pada wanita hamil denga resiko tinggi untuk DM.

    dengan alasan orang Indonesia termasuk kelompok etnis Asia Tenggara (South East

    Asian) maka kita menganut skrining universal yakni dilakukan setiap pada ibu hamil

    dimulai sejak kunjungan pertama (trimester 1) untuk menapis DM PraGestasi

    (DMpG), bila negatif, diulangi pada kehamilan 24-28 minggu untuk menapis DM

    gestasi (DMG).

    Cara Skrining dan Kriteria Diagnostik

    1. Cara OSullivan & Mahan.

    Skrining dan criteria diagnosis DMG menurut OSullivan Mahan terdiri

    atas dua tahap, yaitu: tahap pertama: disebut tes tantangan glukosa yang

    merupakan tes skrining dan tahap kedua: tes toleransi glukosa oral. Tes

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    31/39

    toleransi glukosa dilakukan 3 jam. Tes toleransi glukosa hanya dilakukan

    pada mereka yang tes tantangan glukosa posi tif.

    Bagan 1: Cara skrining menurut Cara OSullivan Mahan

    Tes ini dilakukan pada saat wanita hamil tersebut berkunjung ke klinik

    tanpa harus berpuasa. Kepada mereka diberikan beban dengan 50 gram

    glukosa dilarutkan dalam air segelas. Dikatakan positif bila gula darah vena

    lebih besar 140 mg/dL, setelah satu jam pemberian. Bila didapatkan hasil

    yang positif, dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral. Dengan beban 100

    gram glukosa setelah berpuasa 12 jam, diambil glukosa darah puasa, glukosa

    darah 1 jam, 2 jam, 3 jam postprandial. Normal bila kadar glukosa darah

    puasa

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    32/39

    atau 2 jam setelah pembebanan >200 mg/dL. Bila hasil negatif diulangi

    dengan cara pemeriksaan yang sama pada usia hamil 24-28 minggu. Mereka

    yang mempunyai kadar glukosa darah diantara kadar normal dan diabetes

    mellitus disebut kelompok toleransi glukosa terganggu. Khusus untuk wanita

    hamil dengan toleransi glukosa terganggu harus diobati sebagai penderita

    diabetes mellitus.

    3. Cara American Collage of Obstetricians and Gynecologists

    American Collage of Obstetricians And Gynecologists (1986)

    merekomendasikan bahwa penapisan hanya perlu untuk wanita-wanita resiko

    tinggi yaitu yang berumur lebih dari 30 tahun, ada riwayat keluarga dengan

    diabetes, pernah melahirkan bayi makrosomia, bayi dengan malformasi atau

    bayi lahir mati, wanita hamil yang gemuk, hipertensi atau glukosuria.

    Diagnosis DMG berdasarkan hasil pemeriksaan toleransi glukosa oral

    dengan 100 g glukosa. Kemudian dilihat kadar glukosa puasa, 1 jam ,2 jam

    dan 3 jam setelah pembebanan.

    \

    4. Cara ASEAN Study Group of Diabetes in Pregnancy (ASGOIP)

    Cara ini menggunakan tes tantangan glukosa 50 gram, skrining positif

    bila kadar glukosa vena setelah 1 jam pembebanan >130 mg/dL. Jika

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    33/39

    skrining positif dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral 75 gram. Kadar

    glukosa darah hanya diambil 2 jam setelah pembebanan. Dinyatakan

    diabetes mellitus gestational apabila kadar glukosa vena plasma 2 jam

    setelah pembebanan >140 mg/dL.

    5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

    Pada pasien dengan resiko DMG yang jelas perlu segera dilakukan

    pemeriksaan glukosa darah. Bila didapat hasil glukosa darah sewaktu 200 mg/dL

    atau glukosa darah puasa 126 mg/dL yang sesuai dengan batas diagnosis untuk

    diabetes, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu yang lain untuk konfirmasi.

    Pasien hamil dengan TGT dan GDPT dikelola sebagai DMG.

    Diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan TTGO dilakukan dengan

    memberikan beban 75 gram glukosa setelah berpuasa 8-14 jam. Kemudian dilakukan

    pemeriksaan glukosa darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah beban.

    DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa 95

    mg/dL, 1 jam setelah beban >180 mg/dL dan 2 jam setelah beban 155 mg/dl. Apabila

    hanya dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan pemeriksaan

    glukosa darah 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah 155

    mg/dL sudah dapat didiagnosis sebagai DMG.

    J. Penatalaksanaan

    A. Perawatan Antenatal

    1) Program perawatan kasus DMG dilaksanakan secara

    multidisiplin yang terdiri dari Bagian Kebidanan, Internis,

    Gizi, Anak dan Anestesi

    2) Perawatan antenatal, kunjungan setiap 2 minggu sampai

    dengan usia kehamilan 36 minggu kemudian 1 minggu

    sekali sampai dengan aterm (bila kadar gula darah terkendali

    dengan baik)

    3) Target glukosa darah senormal mungkin dengan kadar

    glukosa puasa=100 mg/dL dan 2 jam PP=140 mg/dL yang

    dicapai dengan diet, olahraga dan insulin

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    34/39

    4) Obat Anti Diabetik (OAD) tidak dianjurkan oleh karena

    dapat menembus barier plasenta, dikhawatirkan efek

    teratogenik dan lebih merangsang sel beta langerhans pada

    janin.

    5) Terapi insulin

    1)Multiple insulin injection

    Prandial insulin (regular/insulin lispro)

    diberikan bersama saat makan

    Basal insulin (Neutral Protamine

    Hagedorn/NPH) diberikan sebelum makan

    pagi (2/3 dosis) dan sebelum tidur (1/3

    dosis)

    2) Continuous subcutaneous Insulin Infusion (Insulin

    pump)

    Insulin lispro diberikan secara continuous basal

    rate dan bolus pada pasien dengan kepatuhan

    tinggi

    6) Diet yang dianjurkan

    Rencana: 3 kali makan dan 3 kali snack

    Kalori: 30-35 kcal/kg normal body weight

    Total 2000-2400 kcal/hari

    Komposisi: Karbohidrat 40-50%, kompleks dan

    tinggi serat

    Protein 20%, Lemak 30-40% (asam lemak

    jenuh/saturated

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    35/39

    8) Pemantauan Janin

    Pemantauan kesejahteraan janin antenatal untuk

    mencegah kematian janin.

    1)Profil biofisik janin

    Pemantauan gerakan janin sejak usia

    kehamilan 28 minggu

    Non Stress Test (NST) setiap minggu pada

    usia hamil 28-30 minggu

    Non Stress Test (NST) dua kali seminggu

    pada usia hamil 32 minggu/lebih

    Profil biofisik janin setiap saat bila

    diperlukan

    2)USG untuk memantau pertumbuhan janin

    3)Amniosentesis bila diperlukan, untuk memperkirakan

    maturasi paru janin bila direncanakan untuk seksio

    elektif sebelum 39 minggu

    B. Perawatan Selama Persalinan

    a) Pasien dengan kadar glukosa darah terkendali dengan diet

    saja diperbolehkan melahirkan sampai dengan aterm. Bila

    sampai dengan 40 minggu belum terjadi persalinan maka

    mulai dilakukan pemantauan kesejahteraan janin 2 kali

    seminggu.

    b) Pasien dengan hipertensi dalam kehamilan sebelumnya

    harus dilakukan pemantauan kesejahteraan janin 2 kali

    seminggu mulai usia hamil 32 minggu.

    c) Perkiraan berat lahir secara klinis dan pemeriksaan USG

    dilakukan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda

    makrosomia. Untuk mengurangi kelainan janin akibat

    trauma kelahiran dianjurkan untuk mempertimbangkan

    Seksio Cesar elektif.

    d) Pasien dengan Diabetes Mellitus Gestational yang dalam

    terapi insulin disertai diet untuk mengendalikan kadar

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    36/39

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    37/39

    b. Pada kasus resiko tinggi dianjurkan terminasi pada usia

    kehamilan 38 minggu dengan pemberian kortikosteroid

    untuk pematangan paru janin. Cara persalinan tergantung

    indikasi obstetrik

    c. Pada kasus makrosomia dengan perkiraan berat janin

    4500 gram diperkirakan untuk Seksio Cesar elektif

    h) Regulasi Glukosa Intrapartum:

    a. Periksa kadar glukosa darah (kapiler) setiap jam dan

    pertahankan selalu dibawah 110 mg/dL

    b. Kontrol glukosa selama proses persalinan

    C. Perawatan Pasca Persalinan

    1. Evaluasi untuk mengantisipasi intoleransi karbohidrat yang

    menetap terdiri dari:

    1)

    Self monitoring untuk mengevaluasi profil glukosa darah

    2) Pada 6 minggu pasca persalinan, dilakukan TTGO dengan

    loading 75 gram glukosa kemudian diukur kadar glukosa

    plasma saat puasa dan 2 jam

    3)

    Bila TTGO diatas menunjukkan kadar yang normal,

    evaluasi lagi setelah 3 tahun dengan kadar glukosa puasa,

    olahraga teratur dan menurunkan berat badan pada yang

    obesitas

    1. Kontrasepsi oral dosis rendah dikatakan tidak pernah dilaporkan

    berpengaruh terhadap kejadian intoleransi karbohidrat

    2. Recurrence riskuntuk DMG sekitar 60%

    Tabel 2. Kadar glukosa plasma 6 minggu pasca persalinan pada DMG

    Puasa (mg/dL) 2 jam (mg/dL)

    Normal

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    38/39

    K. Komplikasi

    Komplikasi penderita Diabetes Mellitus dalam kehamilan hampir

    sama dengan komplikasi diabetes mellitus tanpa kehamilan, namun dapat

    terjadi lebih berat keadaannya bagi penderita yang sedang hamil. Beberapa

    komplikasi yang dapat terjadi, diantaranya:

    I.Komplikasi Pada Ibu

    A.Komplikasi Akut

    1) Ketoasidosis diabetik (KAD)

    2)Hiperosmolar non ketotik (HONK)

    3) Hipoglikemia

    B.Komplikasi Kronik

    1) Makroangiopati:

    Penyakit Jantung Koroner

    Stroke

    Penyakit pembuluh darah tepi

    2) Mikroangiopati

    Retinopati diabetic

    Nefropat i diabetic

    3) Neuropati

    4)Rentan infeksi, misalnya TB Paru, Ginggivitis dan ISK

    5) Kaki diabetik

    II.Komplikasi Pada Janin

    1) Respiratory Distress Syndrome

    2) Neonatal Hypoglycemia

    3) Neonatal hypocalcemia

    4) Neonatal hypomagnesia

    5)

    Polycitemia

    6) Neonatal hyperbilirubinemia

    7)

    Kelainan kongenital

    DM 125 200

  • 8/11/2019 Short Case Hiperemis Gravidarum

    39/39

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Siddik D. Kelainan gastrointestinal. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro

    GH, ed. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo,`ed. 4. Jakarta: PT Bina Pustaka

    Sarwono Prawirohardjo; 2008: 814-28.

    2.

    Ogunyemi DA, Fong A. Hyperemesis Gravidarum [halaman di Internet]. Diperbarui 19

    Juni 2009. Dikutip 7 November 2010. Medscape; 2010. Diunduh dari:

    http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview

    3. Miller AWF, Hanretty KP. Vomiting in pregnancy. Dalam: Miller AWF, Hanretty KP,

    eds. Obstetrics Illustrated, 5th ed. London: Churchill Livingstone; 1998: 102-3.

    4. Gestational diabetes mellitus. Diabetes Care 2004; 27 Suppl 1:S88.

    5.

    Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Gestasional DM. Edisi kedua, Jakarta: Yayasan Bina

    Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1997. 260 -264.

    6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di

    Indonesia, PB. PERKENI. Jakarta 2011

    7. Himpunan Kedokteran Feto Maternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

    Penatalaksanaan Kehamilan dengan Diabetes Mellitus. 2007