sgd 3 epid

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1 Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian epidemiologis 1.2.2 Untuk mengetahui Keuntungan dari masing-masing jenis penelitian epidemiologi 1.2.3 Untuk mengetahui kerugian dari masing-masing jenis penelitian epidemiologi 1.2.4 Untuk dapat menghitung jumlah insidensi, prevalensi, RR dan OR dari suatu kasus SISTEM KULIT Page 1

Upload: miftahul-husnah

Post on 13-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

kjm

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Penulisan1.2.1 Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian epidemiologis1.2.2 Untuk mengetahui Keuntungan dari masing-masing jenis penelitian epidemiologi1.2.3 Untuk mengetahui kerugian dari masing-masing jenis penelitian epidemiologi1.2.4 Untuk dapat menghitung jumlah insidensi, prevalensi, RR dan OR dari suatu kasus

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. SkenarioPenelitian EpidemiologiFleiss tahun 1981 melakukan penelitian tentang hubungan usia ibu hamil dan Berat Bayi yang dilahirkan dengan melakukan wawancara terhadap ibu hamil yang telah melahirkan. Hasil penelitian sebagai berikut :USIA IBU HAMILBerat Bayi < 2500 gramBerat Bayi > 2500 gram

< 20 tahun>20 tahun101540135

TOTAL25175

2.2. Pertanyaan 1. Jelaskan jenis-jenis penelitian epidemiologis2. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis penelitian epidemiologi3. Pada kasus diatas, termasuk jenis yang mana?4. Hitunglah insidensi, prevalensi, RR dan OR.2.3. Brainstorming1. Jenis-jenis penelitian epidemiologisA. Penelitian observasionalPenelitian observasi ini didasarkan pada kejadian/peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti. Secara garis besarnya penelitian ini dapat dibagi dalam dua bentuk utama, yakni penelitian deskriptif dan penelitian analitis.a. Penelitian deskriptifBentuk ini sering disebut analisis deskriptif untuk mengetahui keadaan prevalensi kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya dan untuk mengetahui sifat kejadian tersebut dalam masyarakat serta kecenderungannya untuk masa mendatang. Tergolong juga di dalamnya penelitian prevalensi atau cross sectional studies. Namun, kelemahan dari penelitian ini adalah tidak dapat memberikan jawaban pasti tentang faktor penyebab dan hubungan sebab akibat yang jelas.b. Penelitian analisisPenelitian analisis (epidemiologi analitik) merupakan bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari faktor penyebab dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Bentuk penelitian ini pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bentuk utama, yakni penelitian retrospektif dan penelitian prospektif.Penelitian retrospektif didasarkan pada kejadian kasus yang sudah ada pada saat penelitian dan dibandingkan dengan merekan yang tidak menderita sehingga sering juga disebut penelitian case control.Penelitian prospektif adalah penelitian yang didasarkan pada pengamatan terhadap kelompok terpapar dengan yang tidak terpapar pada awal penelitian kemudian diamati sampai timbul penyakit, dan juga sering disebut penelitian kohort. Di samping itu juga dapat dikembangkan gabungan keduanya yakni retrospektif kohort.

Penelitian analitik dibagi menjadi :a) Cross-SectionalSurvey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi.b) Case ControlRancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Mempelajari seberapa jauh factor risiko mempengaruhi terjadinya efek. Factor risiko dipelajari melalui pendekatan retrospektif. Efek diidentifikasi saat ini, faktor risk diidentifikasi masa lalu.Langkah-langkah Case Control : Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai Menetapkan variabel penelitian Menetapkan subjek penelitian Melakukan pengukuran variabel Analisis hasil

Ciri-ciri Penelitian Case Control

Pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol.Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup.

Karakteristik Penelitian Case Control Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik

c) CohortPenelitian cohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Artinya, faktor risiko yang akan dipelajari diidentifikasi dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.

B. Penelitian eksperimental Penelitian eksperimentalPenelitian eksperimental merupakan penelitian dimana peneliti melakukan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti. Secara garis besar, dikenal dua macam penelitian eksperimental, yaitu penelitian eksperimental murni (dengan randomisasi) dan penelitian ekperimental semu (tanpa randomisasi).a. Eksperimental murniPenelitian eksperimental murni merupakan penelitian eksperimental yang sering dilakukan di laboratorium maupun klinik dengan menggunakan randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau kontrol.b. Eksperimental semuEksperimental semu (quase eksperimental) merupakan penelitian eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian eksperimental murni kita lebih banyak menggunakan binatang percobaan maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok populasi tertentu yang tidak dapat dipisahkan.2. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis penelitian epidemiologiA. Cross sectionalKeuntungannyaa. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasab. Mudah dilaksanakan karena pengukuran variabel-variabel hanya dilakuakn satu kali, pada satu saat (tidak ada follow-up)c. Menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian anlitisd. Dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit dan masalah kesehatan lainnya pada masyarakat.Kerugiannya a. Subyek penelitian bsar bila variabelnya banyakb. Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek lemahc. Hubungan waktu tidak bisa ditentukan sehingga peran logika dan teori pentingd. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurate. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (nilai prognostiknya lemah)f. Tidak tepat untuk meneliti penyakit yang durasinya pendekB. Case controlKeuntungannyaa. Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukanb. Hasil cepat, ekonomisc. Subjek penelitian bisa lebih sedikitd. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakite. Kesimpulan korelasi lebih baik, karena ada pembatasan dan pengendalian faktor risikof. Tidak mengalami kendala etikKerugiannya a. Biasb. Tdk diketh pengaruh variabel luar yg tak terkendali dgn teknik matchingc. Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yang di matchingkan banyakd. Kelompok kasus dan kontrol tidak random

C. KohortKeuntungannyaa. Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang ditelitib. Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko dan penyakitc. Dapat memberi keterangan yang lebih lengkap mengenai faktor risiko yang dialami oleh indvidu dan riwayat alamiah perjalanan penyakitd. Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall atau memorie. Masalah etika lebih sedikit dibandingkan dengan study eksperimentalf. Dapat dipakai langsung untuk menghitung insidens rate dari penyakit dan risiko relatif dari faktor risiko yang sedang ditelitig. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang bukan ahli epidemiologih. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang semakin meningkatKerugiannyaa. Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit yang sedikit dijumpai dimasyarakat. Hendaklah dihindari dengan memilih kasus yang sering terjadi, atau penyakit yang tidak kompleksb. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama. Untuk itu perlu dipilih penyakit - penyakit yang mempunyai masa inkubasi yang singkatc. Biaya yang diperlukan selama studi cukup besar dan mahald. Follow up kadang-kadang sulit dilaksanakan dan loss follow up dapat mempengaruhi hasil penelitiane. Studi kohort seringkali rumit. Untuk menghindarinya pilihlah populasi yang stabil, dan tidak berpindah-pindah tempatf. Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang jarang terjadig. Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas paparan atau faktor risiko akan dapat mengganggu analisish. Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti membiarkan subyek tekena paparan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek. Hendaknya memilih faktor risiko atau exposure yang tidak berbahaya3. Pada kasus diatas, ini termasuk jenis penelitian Cross Sectional karena penelitian factor resiko dan efeknya dilakukan pada satu waktu.4. Jumlah insidensi, prevalensi, RR dan ORA. InsidensiRumus insidensi ibu hamil kurang dari 20 tahuna / a+b 10 / 10 + 40 = 1/5 1/5 X 100% = 20 % ibu hamil lebih dari 20 tahunc / c+d 15 / 15+135 = 1/10 1/10 X 100% = 10%Jadi bagi wanita jangan menikah dibawah usia 19 tahun.B. PrevalensiRumus prevalensiJumlah kasus lama + jumlah kasus baru X 100%Jumlah penduduk pertengahan tahunJumlah prevalensi tidak dapat dihitung karena dalam kasus ini tidak dijelaskan berapa jumlah penduduknya.C. Resiko relative ( RR )Rumus RRIncidence exposed C1 Incidence non exposed C0A/(A ditambah B)C/(C ditambah D)10 / 50 15/150 = 2 Relative Risknilai = 1: tdk ada asosiasi antara paparan dan penyakit nilai > 1: paparan merupakan faktor risiko penyakit nilai < 1: paparan memiliki efek protektif terhadap penyakit D. Odds Ratio ( OR )Rumus ORa.d / b.c10.135 / 40.15 2,25Rasio odds menunjukan besarnya peran faktor risiko yang diteliti terhadap terjadinya penyaklit (efek).OR = 1 : menunjukkan bahwa faktor yang diteliti ternyata tidak merupakan risiko untuk terjadinya efekOR > 1 : menunjukkan bahwa benar faktor tersebut menyebabkan efekOR