sgd 18 skenario 3 tropmed liza & rika.ppt
DESCRIPTION
fnjzvakwubfvu4d hvshbwesvdchbnfnjzvakwubfvu4d hvshbwesvdchbnfnjzvakwubfvu4d hvshbwesvdchbnfnjzvakwubfvu4d hvshbwesvdchbnfnjzvakwubfvu4d hvshbwesvdchbnfnjzvakwubfvu4d hvshbwesvdchbnfnjzvakwubfvu4d hvshbwesvdchbnfnjzvakwubfvu4d hvshbwesvdchbnTRANSCRIPT
Skenario 3 tropmed
• Seorang laki laki berumur 23 tahun bekerja sebagai petani dikampungnya di siabu
Terminologi
Identifikasi masalah
1. Mengapa dia demam didahului dengan mengigil,keringat dingin, sakit kepala ?
2. Mengapa demam diikuti dengan rasa ngantuk, dan tengkuk terasa tegang ?
3. Mengapa os bisa sampai meninggal?4. Mengapa os tak sadar dan kejang-kejang?5. Jenis nyamuk apa yang dimaksud dalam
skenario ?6. Apa diagnosa ?
Mengapa dia demam didahului dengan mengigil,keringat dingin, sakit kepala ?
Jawab : Menggigil : peningkatan tonus otot sebagai akibat
dari upaya hipotalamus sebagai respon terhadap peningkatan suhu tubuh.
Demam : eritrosit yg terifeksi merozoitpecahmerozoit keluar ke pembuluh darah respon imunlepasnya mediator-mediator inflamasi demam.
Sakit kepalaoleh karena adanya obstruksi hypoksia
Mengapa demam diikuti dengan rasa ngantuk, dan tengkuk terasa tegang ?
JAWAB :
Mengapa os bisa sampai meninggal?
Jawab :Karena ada penyumbatan di pembuluh darah di
otak akibat sitoadheren sel darah merah yang terinfeksi merozoit dari plasmodium, yang mana Blood brain barrier sudah mengalami kerusakan sehingga mudah terinfeksi.
Mengapa os tak sadar dan kejang-kejang?
Jawab : Toksin palcifarum merangsang makrofag
mengeluarkan interleukin 1 mempengaruhi produksi oksigen nitrat masuk ke otak melalui BBB konsentrasi etanol meningkat kesadaran menurun
Kejang-kejang ?
Jenis nyamuk apa yang dimaksud dalam skenario ?
• jawab : anopheles betina
Apa dd nya ?
Jawab : 1.malaria falciparum2.Meningitis bakterial3.DHF
Apa diagnosa ?
Jawab : MALARIA CEREBRAL
Pohon topik MALARIA CEREBRAL
DD : MALARIA FALCIPARUM, MENINGITIS
BAKTERIAL, DHFGEJALA:
MENGIGIL,DEMAM,BERKERINGAT, SAKIT KEPALA,
KAKU KUDUK, KESADARN MENURUN, KEJANG-
KEJANG
RIWAYAT TEMPAT TINGGAL PENDERITA
BANYAK NYAMUK DAN GIGITANNYA AMIT PERIH
OS , 23 TAHUN
ANAMNESE
PEMERIKSAAN DARAH : TAK
ETIOLOGI - PENATALAKSANA
AN
Learning objectif
• Mahasiswa/I mampu memahami menjelaskan:
- Malaria serebral - Etiologi – penatalaksanan - Macam-macam vektor
MALARIA CEREBRALDEFINISI :1. menurut WHO :malaria serebral memenuhi 3
kriteria yaitu koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap >30 menit setelah kejang disertai adanya P. Falsiparum yang dapat ditunjukkan dan penyebab lain dari akut ensefalopati telah disingkirkan.
2. komplikasi berat dari infeksi Plasmodium falciparum yang ditandai demam yang sangat tinggi, gangguan kesadaran, kejang, hemiplegi dan berakhir pada kematian jika tidak ditangani dengan tepat
EPIDEMIOLOGI MALARIA CEREBRAL
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang tersebar di seluruh dunia. Kira-kira lebih dua milyar atau lebih 40 % penduduk dunia hidup di daerah bayang-bayang malaria. Jumlah kasus malaria di Indonesia kira-kira 30 juta/tahun, angka kematian 100.000/ tahun.
ETIOLOGI MALARIA CEREBRALbeberapa faktor penyebab kejadian malaria palcifarum :1. Faktor manusia2. Faktor vektor (nyamuk Anopheles).Di Indonesia terdapat beberapa vektor yang penting
(spesies Anopheles) yaitu : A. aeonitus, A. maeulatus, A, subpictus, yang terdapat di Jawa dan Bali; A. sundaicus dan A. aconitus diSumatera; A. sundaicus, A. subpictus di Sulawesi; A. balabacensis di Kalimantan; A. farauti dan A. punctulatus di Irian Jaya.
3. Parasit Umumnya adalah Plasmodium falciparum.4. Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus biologi
nyamuk
SIKLUS HIDUP PLASMODIUMReseptor glycophorins
ERITROSI YANG TERINFEKSI PARASIT
(EP)
ERITROSI YANG TERINFEKSI PARASIT
(EP)
(EP) MUDA (BENTUK CINCIN) BERSIRKULASI
DALAM DARAH PERIFER
(EP) MUDA (BENTUK CINCIN) BERSIRKULASI
DALAM DARAH PERIFER
EP MATANG MENGHILANG DALAM SIRKULASI DAN TERLOKALISASI
PADA PEMBULUH DARAH ORGAN DISEBUT SEKUESTER TROSI YANG
TERINFEKSI PARASIT
EP MATANG MENGHILANG DALAM SIRKULASI DAN TERLOKALISASI
PADA PEMBULUH DARAH ORGAN DISEBUT SEKUESTER TROSI YANG
TERINFEKSI PARASIT
ERITROSIT MATANG LENGKET PADA SEL
ENDOTEL VASKULAR MELALUI KNOB YANG
TERDAPAT PADA PERMUKAAN ERITROSIT
ERITROSIT MATANG LENGKET PADA SEL
ENDOTEL VASKULAR MELALUI KNOB YANG
TERDAPAT PADA PERMUKAAN ERITROSIT
SITOADHERENSSITOADHERENS
SEPULUH ATAU LEBIH ERITROSIT YANG TIDAK
TERINFEKSI MENYELUBUNGI 1 EP
MATANG MEMBENTUK ROSET
SEPULUH ATAU LEBIH ERITROSIT YANG TIDAK
TERINFEKSI MENYELUBUNGI 1 EP
MATANG MEMBENTUK ROSET
ADANYA SITOADHERENS, ROSET, SEKUESTER DALAM
ORGAN OTAK DAN MENURUNNYA
DEFORMABILITAS EP
ADANYA SITOADHERENS, ROSET, SEKUESTER DALAM
ORGAN OTAK DAN MENURUNNYA
DEFORMABILITAS EP
OBSTRUKSI MIKROSIRKULASI
AKIBATNYA HIPOLSIA JARINGAN.
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS MALARIA CEREBRAL1. Fase prodromal
Gejala yang timbul tidak spesifik, penderita mengeluh sakit pinggang, mialgia, demam yang hilang timbul serta kadang-kadang menggigil, dan sakit kepala.
2. Fase akut Gejala yang timbul menjadi bertambah berat dengan timbulnya komplikasi seperti sakit kepala yang sangat hebat, mual, muntah, diare, batuk berdarah, gangguan kesadaran, pingsan, kejang, hemiplegi dan dapat berakhir dengan kematian. Pada fase akut ini dalam pemeriksaan fisik akan ditemukan cornea mata divergen, anemia, ikterik, purpura, akan tetapi tidak ditemukan adanya tanda rangsang meningeal.
PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan MikroskopiK Pemeriksaan sediaan darah tebal dan
hapusan darah tipis dapat ditemukan parasit plasmodium. Bila hasil Θ, diulangi tiap 6-12 jam.
b. QBC ( semi quantitative buffy coat) Prinsip dasar: tes fluoresensi yaitu adanya protein plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasikan eritrosit terinfeksi plasmodium.
c. Rapid Manual Tes RMT adalah cara mendeteksi antigen P. Falsiparum dengan menggunakan dipstick. Hasilnya segera diketahui dalam 10 menit. Sensitifitasnya 73,3 % dan spesifutasnya 82,5 %.
d. PCR (Polymerase Chain Reaction) Adalah pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit plasmodium dalam darah. Amat efektif untuk mendeteksi jenis plasmodium penderita walaupun parasitemia rendah
Malaria Berat adalah Malaria dengan 1 atau lebih komplikasi
ATAU dengan satu atau lebih :
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15)2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik3. Hiperparasitemia > 5 %.4. lkterus (kadàr bilirubin darah > 3 mg%)5. Hiperpireksia (temperatur rektal > 40° C pada orang dewasa, >41° C pada anak)
STANDARDPENGOBATAN MALARIA
Pf Malaria tanpa komplikasi:
1. AMO3+ASU3+PQ12. QN7+DX7 +PQ1
Pf Malaria berat:1. ATM im-AMO3+ASU3+PQ1
(lap)ASU iv -AMO3+ASU3+PQ1(RS)
2. QN infus -QN7+Dx7+PQ1
CQ3 = Klorokuin 600 mg hari ke - 1, 600 mg hari Ke - 2 dan 300 mg hari ke – 3.
AMO3 = Amodiaquin 10 mg/kgBB/hr =1 x 4 tab selama 3 hariASU3 = Artesunat 4 mg/kgBB/hr
= 1 x 4 tab selama 3 hariPQ1 = Primakuin 45 mg dosis tunggal.QN7 = Kina sulfat 3 x 10 mg/kgBB selama 7 hari.T7/D7 = Tetrasiklin 4 x 250 @ 500 mg atau Doksisiklin 1 @ 2 x 100 mg selama 7 hari.PQ14 = Primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari.
STANDARDPENGOBATAN MALARIA
IBU HAMIL:Pf Malaria tanpa komplikasi: Trimester 1 : QN7. Trimester 2,3: AMO3+ASU3 Pf Malaria dgn komplikasi: Trimester 1 : QN inj-QN7 Trimester 2,3: ATM im atau ASU
iv – AMO3+ASU3. BUMIL TAK DIBERI PQ dan DOXY
ANAK BALITA:Pf Malaria tanpa komplikasi:1. ASU3 + AMO3 + PQ1.2. QN7 + PQ.
Pf Malaria dgn komplikasi:1. ATM atau ASU inj – AMO3+ASU2+PQ1 2. QN inj- QN7 +PQ1
BAI TAK DIBERI PQ.BALITA TAK DIBERIKAN DOXYCICLINE.
CQ3 = Klorokuin 600 mg hari ke - 1, 600 mg hari Ke - 2 dan 300 mg hari ke – 3.
AMO3 = Amodiaquin 10 mg/kgBB/hr =1 x 4 tab selama 3 hariASU3 = Artesunat 4 mg/kgBB/hr
= 1 x 4 tab selama 3 hariPQ1 = Primakuin 45 mg dosis tunggal.QN7 = Kina sulfat 3 x 10 mg/kgBB selama 7 hari.T7/D7 = Tetrasiklin 4 x 250 @ 500 mg atau Doksisiklin 1 @ 2 x 100 mg selama 7 hari.PQ14 = Primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari.
PROGNOSIS
Diagnosis dini dan pengobatan tepat prognosis sangat baik. Pada koma dalam, tanda-tanda herniasi, kejang berulang, hipoglikemi berulang dan hiperparasitemia risiko kematian tinggi. Juga prognosis tergantung dari jumlah dan berat kegagalan fungsi organ. Pada anak-anak dapat mengalami kecacatan.