seminar rs git u

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penderita Stroke saat ini semakin meningkat dan ini merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif. Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke. Melihat angka penderita Stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itulah kami mengambil kasus mengenai Stroke yang saat ini masih menjadi masalah penting bagi kesehatan. B. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan pada pasien dengan stroke, melakukan injeksi intra vena, serta memberi pelayanan yang nyata pada pasien dengan hemiparesis atau stroke non hemoragik. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa dapat mengkaji dan mengidentifikasi data yang telah diperoleh. b. Mahasiswa dapat mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam pemberian injeksi intra vena. c. Mahasiswa dapat melakukan injeksi intara vena.

Upload: fajarking12345

Post on 21-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

RS

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Rs Git u

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penderita Stroke saat ini semakin meningkat dan ini merupakan masalah utama di

bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah ini

diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi

rehabilitasi, dan promotif. Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada

semua jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke.

Melihat angka penderita Stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Untuk itulah kami mengambil kasus mengenai Stroke yang saat ini masih

menjadi masalah penting bagi kesehatan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan pada pasien dengan stroke, melakukan

injeksi intra vena, serta memberi pelayanan yang nyata pada pasien dengan

hemiparesis atau stroke non hemoragik.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat mengkaji dan mengidentifikasi data yang telah diperoleh.

b. Mahasiswa dapat mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam pemberian

injeksi intra vena.

c. Mahasiswa dapat melakukan injeksi intara vena.

d. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pasca tindakan injeksi intra vena

C. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Menambah informasi tentang penyakit Hemiparase Stroke non Hemoragik

2. Bagi klien

Agar klien bisa mengetahui tentang Hemiparase Stroke non Hemoragik,

gejala, pencegahan, serta pengobatannya

3. Bagi mahasiswa

Kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui mulai dari definisi, penyebab,

tanda dan gejala, penatalaksanaan dari Hemiparase Stroke non Hemoragik.

Page 2: Seminar Rs Git u

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi penyakit

Menurut WHO Stroke adalah suatu gangguan fungsi syaraf akut yang

disebabkan oleh gangguan peredaran darah diotak, dimana secara mendadak (dalam

beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang

sesuai dengan daerah fokal diotak yang terganggu.

Stroke terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu.

Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-

kimia, yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat

menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.

Stroke merupakan gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat

pembatasan atau terhentinya aliran darah yang timbul secara mendadak dengan gejala

atau tanda – tanda klinik sesuai daerah yang terkena menurut fungsi syaraf tersebut.

Sedangkan Hemiparesis berarti kelemahan pada satu sisi tubuh. Contohnya, pasien

dapat mengeluhkan kelemahan pada satu sisi tubuh yang mengarah pada lesi hemisfer

serebri kontralateral.

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli

dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur

atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130).

Dengan demikian stroke non hemoragik didefinisikan adanya tanda-tanda

klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak lokal (atau global) dengan

gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih disebabkan oleh perdarahan

primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis.

Patologis ini menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding

pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen

pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.

B. Klasifikasi

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu Stroke hemoragik dan Stroke non

hemorragik. Pada Stroke non hemoragik, aliran darah ke otak terhenti karena

aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan

Page 3: Seminar Rs Git u

darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Pada Stroke ini,

penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke

otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis.

Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung. Stroke non hemoragik

terbagi lagi menjadi 3 yaitu:

1. Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.

2. Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

3. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh

karena adanya gangguan denyut jantung.

Pada Stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran

darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan

merusaknya. Hampir 70 persen kasus Stroke hemorrhagik terjadi pada penderita

hipertensi.

C. Gejala dan Penyebab Stroke Non Hemoragik

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di

otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat

gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:

1. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna: Buta mendadak (amaurosis

fugaks), Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia)

bila gangguan terletak pada sisi dominan, Kelumpuhan pada sisi tubuh yang

berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada

sisi sumbatan.

2. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior : Hemiparesis kontralateral

dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol, Gangguan mental, dan

Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.

3. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media: Bila sumbatan di pangkal arteri,

terjadi kelumpuhan yang lebih ringan, Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh,

Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia), Kelumpuhan di satu sampai

keempat ekstremitas, Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia), Gangguan

motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit bicara

Page 4: Seminar Rs Git u

(disatria), Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara

lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan ingatan

terhadap lingkungan (disorientasi), Gangguan penglihatan, seperti penglihatan

ganda (diplopia), gerakan bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus),

penurunan kelopak (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah

lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim),

Gangguan pendengaran, Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.

4. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior :Koma (Hemiparesis kontra

lateral), Ketidakmampuan membaca (aleksia), Kelumpuhan saraf kranialis ketiga,

Gejala akibat gangguan fungsi luhur Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam

berbahasa.

D. Faktor resiko

Faktor risiko stroke terdiri dari dua kategori, yaitu:

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

a. Usia

Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap

penambahan usia tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%.

Dari semua stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko

paling tinggi yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45

tahun, dan 4% terjadi pada orang berusia <45 tahun. Menurut penelitian

Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain case

control, umur berpengaruh terhadap terjadinya stroke dimana pada kelompok

umur ≥45 tahun risiko terkena stroke dengan OR: 9,451 kali dibandingkan

kelompok umur < 45 tahun.

b. Jenis Kelamin

Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata laki-laki

banyak menderita stroke dibandingkan perempuan. Insiden stroke 1,25 kali

lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan.

Page 5: Seminar Rs Git u

c. Ras/bangsa

Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit

putih. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup.3 Pada

tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit

putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada

wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar

58,7%.

d. Hereditas

Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya

hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke

dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah

mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena

stroke. Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001

riwayat stroke pada keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar

29,3%.

2. Faktor risiko yang dapat dirubah:

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi

meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Makin tinggi

tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan

pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya

penyumbatan/perdarahan otak. Sebanyak 70% dari orang yang terserang

stroke mempunyai tekanan darah tinggi.

b. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak

sekuat hipertensi. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya

aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga

berpengaruh terhadap terjadinya stroke. Menurut penelitian Siregar F (2002)

Page 6: Seminar Rs Git u

di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita

diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke dengan OR: 3,39. Artinya

risiko terjadinya stroke pada penderita diabetes mellitus 3,39 kali

dibandingkan dengan yang tidak menderita diabetes mellitus.

c. Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah

fibrilasi atrium/atrial fibrillation (AF), karena memudahkan terjadinya

penggumpalan darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh

darah di otak. Di samping itu juga penyakit jantung koroner, kelainan katup

jantung, infeksi otot jantung, pasca operasi jantung juga memperbesar risiko

stroke. Fibrilasi atrium yang tidak diobati meningkatkan risiko stroke 4-7 kali.

d. Obesitas

Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan

diabetes melitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas

dapat meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang

semuanya akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke.

e. Hiperkolesterolemia

Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor

risiko, tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga

menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi terutama Low

Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam pembuluh darah

dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar

kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.

f. Merokok

Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik

Medan dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko

terkena stroke sebesar 4 kali. Merokok menyebabkan penyempitan dan

pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung),

Page 7: Seminar Rs Git u

sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran

darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal.

g. Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme

tubuh, sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat

badan dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan

lainlain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi alkohol

berlebihan meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.

h. Stres

Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat

menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain

(misalnya, aterosklerosis berat, penyakit jantung atau hipertensi) dapat

memicu terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko terkena stroke sebesar

2 kali.

i. Penyalahgunaan Obat

Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan

akan mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan

dinding pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan

mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil

pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani

narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba dengan suntikan

berisiko terkena stroke.

E. Pencegahan

Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang

dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:

1. Pencegahan Primordial.

Page 8: Seminar Rs Git u

Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke

bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat

dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye

tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang

dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat

dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan

informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media elektronik

dan billboard.

2. Pencegahan Primer.

Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke

bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya

hidup sehat bebas stroke, antara lain:

a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,

obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.

b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.

c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium,

infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular

aterosklerotik lainnya.

d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran,

buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan

beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan

susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.

3. Pencegahan Sekunder.

Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke.

Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke

tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:

a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan

sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar

antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan

Page 9: Seminar Rs Git u

faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan

katup) dan kondisi koagulopati yang lain.

b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi

trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra

indikasi terhadap asetosal (aspirin).

c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat

antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat

hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi

obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti

mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.

4. Pencegahan Tertier

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke

agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi

ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan

sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli

fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan

peran serta keluarga.

a. Rehabilitasi Fisik

Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat

membantu proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu

yang pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan

dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan,

koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang

kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT), diberikan

untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari

seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah

terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita

dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat

berkomunikasi dengan orang lain.

Page 10: Seminar Rs Git u

b. Rehabilitasi Mental

Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang

dapat mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah

tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang

mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk

menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan

terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki

psikologi klinis.

c. Rehabilitasi Sosial

Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu

penderita stroke menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan

gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain

itu, petugas sosial akan memberikan informasi mengenai layanan komunitas

lokal dan badan-badan bantuan sosial.

F. Pengertian Injeksi Intra Vena melalui selang infus

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah

vena melalui selang infus. Sedangkan pembuluh darah adalah pembuluh yang

menghantarkan darah ke jantung.

Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat

koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung

dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan

timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga

kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap

injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

G. Tujuan diberikan injeksi intra vena

Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18

detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan.

Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai

penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat.

Page 11: Seminar Rs Git u

Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein

atau butiran darah.

1. Persiapan Alat

a. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.

b. Obat dalam tempatnya.

c. Wadah cairan ( kantong atau botol ).

d. Kapas alkohol.

2. Prosedur tindakan

a. Cuci tangan

b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

c. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke dalam spuit.

Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong. Lakukan desinfeksi

dengan kapas alkohol dan stop aliran.

d. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus

bagian tengah dan masukkan obat berlahan – lahan ke dalam kantong atau

wadah cairan. Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan

membalikan kantong cairan secara perlahan – lahan dari satu ujung ke ujung

lain. Perikasa kecepatan infus dan observasi reaksi obat

e. Cuci tangan

f. Catat obat yang telah di berikan dan dosisnya.

g. catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis Pemberian obat melalui

selang intravena .

BAB III

LAPORAN KASUS

ASUHAN PADA BP. H UMUR 77 TAHUN

Page 12: Seminar Rs Git u

DENGAN HEMIPARASE STROKE NON HEMORAGIK

Di RS. NUR HIDAYAH

Tempat : RS Nurhidayah Bantul

Tanggal Pasien Masuk : 25 Desember 2013

Tanggal Pengkajian : 25 Desember 2013

1. Anamnesa

a. Identitas

Nama : Bp.H

No. RM : 07.65.77

Umur : 61 Tahun

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Pekerjaan : Pengrajin

Pendidikan : -

Alamat : Karang asem

Diagnosa : Hemiparase Stroke Non Hemoragik

b. Keluhan : Pasien mengatakan tiba-tiba cedal dan tangan kanan sulit digerakkan

c. Perasat

Tanggal, jam WIB “ Pemberian Injeksi IV Melalui Selang Infus “

a. Pengertian : tindakan menyuntikkan obat injeksi IV melalui selang infus

b. Tujuan : untuk memberikan reaksi cepat obat terhadap tubuh pasien dan melihat

perkembangan penyakitnya.

c. Persiapan :

Alat:

1. Buku catatan injeksi

2. Spuit 10 cc dan 3 cc

3. Obat Piracetan 3 gr (3x1),Citicolin 500 gr (2x1), Ketorolac

(3x1)

Page 13: Seminar Rs Git u

4. Kapas alkohol

5. Bak instrumen

6. Needle ukuran 25 ml

Tempat : bangsal Pringgondani 1u ruangan bersih dan nyaman.

Pasien : Bp. “ H “

Petugas : menyiapkan alat dan mencuci tangan

Pelaksanaan :

1. Mencuci tangan dan membuka buku catatan

2. Menyiapkan obat Piracetan 3 gr (3x1),Citicolin 500 gr (2x1),

Ketorolac (3x1)

Diberikan secara injeksi intravena

Kepada Bp “H “

Jam 24.00

3. Menyapa pasien dan menjelaskan prosedure tindakan

4. Mengatur posisi pasien dan mengunci selang infus

5. Desinfektan bagian penyuntikan

6. Menyuntikan dan memasukkan obat secara perlahan

7. Mengkaji adanya tanda – tanda alergi pada pasien

8. Mengatur posisi pasien dan mempersilahkan pasien istirahat

kembali

9. Mencuci tangan

10. Dokumentasi

4.Evaluasi : Obat Piracetan 3 gr (3x1),Citicolin 500 gr (2x1), Ketorolac (3x1) sudah

masuk melalui injeksi intravena, pasien nampak menahan rasa nyeri dan tidak

ditemukan tanda-tanda alergi

BAB IV

Page 14: Seminar Rs Git u

PEMBAHASAN

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan

menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke

menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya

jaringan otak yang mati (stroke in evolution). Perkembangan penyakit biasanya (tetapi

tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti

sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari

bagian otak yang terkena. Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan

penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan

lokasi kerusakan pada otak.

Berdasarkan apa yang sudah kami lakukan selama 3 minggu terakhir di RS

Nurhidayah, khususnya injeksi intravena, kami menemukan tidak ada kesenjangan apapun

antara teori yang kami pelajari dan apa yang kami temukan dilahan praktik. dalam

melaksanakan asuhan pada Bp.H ketika memberikan obat injeksi intravena melalui selang

infus, tindakan yang kami lakukan sudah sesuai dengan teori yang kami pelajari.

Page 15: Seminar Rs Git u

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Stroke merupakan gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat

pembatasan atau terhentinya aliran darah yang timbul secara mendadak dengan gejala atau

tanda – tanda klinik sesuai daerah yang terkena menurut fungsi syaraf tersebut. Sedangkan

Hemiparesis adalah suatu penyakit sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak

progesif cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih langsung

menimbulkan kematiandan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic.

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli yang

biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak

terjadi perdarahan. Hasil yang kami peroleh yaitu:1. Sudah mengumpulkan data dan

menginterpretasi data 2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial 3.

Merencanakan asuhan yang menyeluruh. Tindakan yang kami lakukan yaitu memberikan

injeksi intravena Piracetan,Citicolin,Ketorolac melalui selang infus dan sudah sesuai

dengan prosedur dan tidak ada kesenjangan.

B. SARAN

1. Untuk mahasiswa :

a. Untuk mahasiswa yang baru mengenal tentang penyakit hemiparasis atau stroke,

sebaiknya melakukan pencegahan sejak dini yaitu dengan pola hidup sehat.

b. Jika tidak mengerti atau tidak memahami tindakan-tindakan pada kasus tersebut

hendaklah bertanya, agar tidak ada kesalahpahaman dalam melakukan tindakan

karena ini menyangkut keselamatan pasien.

2. Untuk Rumah Sakit:

a. Diharapkan untuk tetap dan selalu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,

karena pasien butuh kenyamanan dirumah sakit dengan pelayanan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan dirumah sakit.

b. Lingkungan rumah sakit haruslah tetap bersih dan rapi, karena ini salah satu

faktor menentukan kenyamanan pasien dirumah sakit

3. Untuk pasien

Page 16: Seminar Rs Git u

Diharapkan pada pasien yang menderita penyakit untuk tetap meningkatkan

pola nutrisi yang bergizi dan pola hidup sehat dan tetap berusaha untuk melakukan

terapi-terapi penyembuhan.