tm sk3 git

48
Tugas Mandiri Redhafini Azizah 1102012233 LO.1 Memahami & Menjelaskan Anatomi Saluran Pencernaan Bawah 1.1 Makroskopik Intestinum Tenue (usus halus) Asal kata: intestinum = usus; Tenue = halus. Terdiri dari: 1. Doudenum (usus duabelas jari; doudenos = duabelas kali) Panjang duodenum 12 jari atau 25cm, melengkung seperti huruf C sehingga dapat dibedakan Pars superior duodeni Pars descendens duodeni Pars inferior duodeni, dapat dibedakan : o Pars horizontalis o Pars ascendens Lengkung antara pars superior duodeni dan pars descendens duodeni disebut flexura duodeni superior. Lengkungan antara pars descendens duodeni dengan pars inferior duodeni disebut flexura duodeni inferior. Permulaan duodenum yang melebar disebut bulbus duodeni dan berakhir pada lengkungan disebut flexura duodenojejunalis. Pada Duodenum bermuara : Ductus pacreaticus accessories / minor (Sartorini, tidak selalu ada) REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 1

Upload: syafira-kusuma-wardhanie

Post on 12-Dec-2015

345 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

git

TRANSCRIPT

Page 1: TM SK3 GIT

Tugas Mandiri

Redhafini Azizah

1102012233

LO.1 Memahami & Menjelaskan Anatomi Saluran Pencernaan Bawah

1.1 Makroskopik

Intestinum Tenue (usus halus)

Asal kata: intestinum = usus; Tenue = halus.

Terdiri dari:

1. Doudenum (usus duabelas jari; doudenos = duabelas kali)

Panjang duodenum 12 jari atau 25cm, melengkung seperti huruf C sehingga dapat dibedakan

Pars superior duodeni Pars descendens duodeni Pars inferior duodeni, dapat dibedakan :

o Pars horizontaliso Pars ascendens

Lengkung antara pars superior duodeni dan pars descendens duodeni disebut flexura duodeni superior. Lengkungan antara pars descendens duodeni dengan pars inferior duodeni disebut flexura duodeni inferior. Permulaan duodenum yang melebar disebut bulbus duodeni dan berakhir pada lengkungan disebut flexura duodenojejunalis.

Pada Duodenum bermuara : Ductus pacreaticus accessories / minor (Sartorini, tidak selalu ada) Ductus pancreaticus major (Wirsungi), serta ductus choledochus.

Didalam dinding papilla doudeni major terdapat suatu rongga disebut ampulla yang dindingnya terdapat suatu otot yaitu m.spinchter Oddi, yang melingkar. Bila berkonstraksi dapat menutup muara bersama ductus tersebut

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 1

Page 2: TM SK3 GIT

Intestinum jejunum & Intestinum ileum

Intestinum jejunum : usus kosong; jejunus = kosong Terletak pada regio umbilicalis Intestinum ileum : usus berkelok-kelok; ilien = memutar Panjangnya sekitar 6 meter Selain duodenum, 2/5 proximal usus intestinum tenue merupakan bagian jejunum, 3/5 distal

sisanya merupakan ileum Dalam intestinum ileum terdapat kumpulan noduli solitarii sehingga terbentuk laminae disebut

noduli agregat atau plaques peyeri, disini tidak ada villi dan letaknya berhadapan dengan alat penggantung ileum.

Kadang-kadang satu meter dari akhir ileum terdapat suatu tonjolan sisa ductus omphaloenterius disebut diverticulum ilie, yaitu saluran yang menghubungkan umbilicus dengan ileum. Bila setelah lahir masih ada disebut fistula umbilicalis.

Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum Mesentrium jejunum cenderung lebih tebal dari pada ileum Arteriae : berasal dari A.mesentrica superior, cabang –cabangnya membentuk anyaman

yaitu arcade jejunalis da ilei A.ileocolica menuju bagian bawah ileum Vena : senama dengan arteri Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N. Vagus dari plexus mesentricus

superior.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 2

Page 3: TM SK3 GIT

Intestinum Crassum (Usus Besar)

Intestinum Crassum (crasum = tebal) , dibagi dalam colon dan intestinum rextumColon dapat dibagi dalam :

Colon ascendens, terletak disebelah kanan, pada region lumbalis dextra naik dari caudal ke cranial, dimulai dari caecum (usus buntu). Pada ujung caecum bermuara bagunan kecil berupa pipa menyerupai cacing disebut prosessus (appendix) vermiformis.

Colon transversum Colon descendens Colon sigmoideuim

Caecum

Seperti kantong dengan ujung buntu menonjol kebwah Terletak pada region ileaca dextra Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica tempat bermuaranya ileum Panjangnya sekitar 6cm Pada sisi media bawah caecum terdapat appendix vermiformis:

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 3

Page 4: TM SK3 GIT

o Bentuk seperti cacing dengan panjang 8-13 cmo Pada orang mati dapat ditemukan beberapa tipe:

Post caecalis (65%), terletak dibelakang caecum Diescending = pelvic type (31%), terletak dibawah ileum Subcaecalis (2,6%), terletak dibawah caecum Ante ilei (1,0%), terletak didepan ileum Post ilei (0,4%) terletak di belakang ileum

o Letak diregio iliacao Pada orang hidup dapat ditemukan semua type, karena caecum selalu berkontraksi

sehingga ujung appendix berubah-ubah, sedangkan pada orang mati tetapo Pada orang hidup dapat ditemukan 2 type:

Mobile type, bias berubah-ubah dapat ditemukan pada semua type Fixed type, tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada peritoneum

dan type retrocaecalo Appendix punya penutp peritoneum yang lengkap pada bagian bawah usus halus

disebut mesoappendixo Cara pemeriksaan appendix vermiformis, yaitu dengan cara menarik garis antara

umbilicus dengan SIAS dextra kemudian dibagi tiga. Titik sepertiga lateral adalah letak appendix disebut titick MC. Burney.

o Intestinum crassum berbentuk seperti pipa, panjangnya sekitar 1,5 meter, terdiri dari 3 lapisan dari luar kedalam:

Tunica serosa Tunica muscularis Tunica mucosa

o Tuncia serosa, terdiri atas mesothelium dan jaringan pengikat tipiso Tunica muscularis terdiri dari atas 2 lapisan:

Stratum longitudinale Stratum circulare

o Stratum longitudinale tidak lagi berupa satu lapisan tetapi terbgai dalam 3 berkas, sehingga satu berkas kelihatan sebagai satu pita disebut taenia.

o Letak taenia pada colon transversum : Perlekatan alat penggantung

dibelakang disebut taenia mesocolica

Perletakatan omentum majus dimuka disebut taenia omentalis

Diding caudal tidak ada alat yang melekat disebut taenia libera

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 4

Page 5: TM SK3 GIT

o Taenia ini, berkas longitudinale, karena lebih pendek dari stratum circulare, mengakibatkan stratum circulare melipat-lipat. Lipatan keluar disebut haustra dan lipatan kedalam disebut plica semilunaris.

o Lekuk diantara haustra disebut incisurao Gerakan yang dilakukan oleh tunica muscularis adalah peristaltico Colon sigmoideum berbentuk seperti huruf So Intestinum rectum terletak di dalam pelvis minor. Intestinum ini sebenernya tidak

lurus (rectus=lurus), berjalan dari cranial ke caudal. Pada akhir rectum , stratum circulare menebal dan membentuk m.sphincter ani internus. Di sekeliling dan di anal m.sphincter ani internus terdapat m.sphincter ani externus yang terdiri atas otot serat lintang.

o Pada akhir rectum tunica mucosa membentuk lipatan yang berjalan longitudinal disebut colon rectalis. Diantaranya terdapat sinus rectalis. Didekat anus, muara rectum, columna dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh haemorrhoidalis. Di dekat anus, epitelium berubah menjadi epitelium squamosum complex, lamina propria mengandung banyak venae. Di sinus rectalis gl. Intestinalis menjadi pendek dan lebih ke anal kelenjar tersebut tidak ada lagi. Setinggi m.sphincter ani externus , tunica mucosa menjadi kulit dengan gl.circumnales yang bersifat apokrin.

o Pada caecum dilengkapi valvula ileocolica (valvula ileocaecalis) yang terdiri dari labium superios dan labium inferior. Labium ini dibentuk oleng lipatan stratum circular eke ventral dan dorsal membentuk frenulum

1.2 Mikroskopik

Intestinum Tenue

• Panjang: ± 23 kaki (± 7 m)• Terdiri dari : duodenum, jejunum dan ileum• Dinding terdiri dari 4 lapisan, sesuai pola saluran cerna• Susunan intestinum tenue dibuat khusus untuk

mencerna absorbsi• Untuk memperluas permukaan absorbsi terdapat

struktur :1. Plica semicircularis Kerkringi

Lipatan tunica mucosa dan submucosa berbentuk bulan sabit mengelilingi ½ - ⅔ lingkaran lumen

2. Villi intestinalisPenonjolan pada mukosa, ½ - 1½ mm yang terdiri dari l. propria dan dibatasi epithel pada permukaannya epithel pada permukaannya• Pada duodenum, lebar spt daun• Pada jejunum, lbh halus mirip jari

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 5

Page 6: TM SK3 GIT

• Di dasar villi terdapat muara-muara kelenjar berbentuk sumur-sumur disebut Crypti Lieberkuhn

• Kelenjar ini merupakan tubulosa simplex, terbentang sampai mencapai muscularis mucosa

Lamina propria villi :

Jar reticular halus, dgn sedikit serat elastin & collagen

Terdapat sel-sel lymphosit, netrophyl, plasmocyte & macrophag

Di tengah villi tdpt pembuluh lymph, besar, tunggal, ujung buntu, disebut pembuluh lacteal

Juga terdapat jala kapiler darah plexus saraf dan serat-serat mus cular polos berasal dari permukaan dalam muscularis mucosa

3. MicrovilliTonjolan-tonjolan dinding sel ke permukaan lumen merupakan brushborder

Tunica mucosa

Epithel usus halus à epithel selapis, silindris terdiri dari :

- Sel absorbtifBentuk silindris. Pada permukaan terdapat microvilli (brushborder)

- Sel Goblet

Tersebar diantara sel-sel absorbtif, makin ke distal usus halus makin banyak. Kelenjar Unicellular. Mensekresikan mucus. Memberikan reaksi PAS +

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 6

Page 7: TM SK3 GIT

- Sel enteroendocrineMengeluarkan peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan sekresi lambung, motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kandung empedu.

Tersebar diantara sel-sel absortif dan sel goblet:

Sel gastrinintestinal Þpada vili dan kriptus Sel penghasil somastatin (sel D) Þ sepanjang usus halus Sel penghasil cholecystokinine (sel I) Þ crypti duodenum dan jejunum Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L) Þ pada mucosa jejunum dan ileum Sel enterochromaffin sel EC1) Þ sepanjang mukosa usus halus , penghasil serotonin dan

substan P Sel KÞ paling sering terlihat pada crypti duodenum dan jejunum, mengahsilkan gastric

inhibitory peptide.

- Sel PanethTerdapat pada dasar crypti Lieberkuhn. Berbentuk piramid, inti di basal dengan granula sekretorik sangat eosinophyl yang terdapat supranuclear. Fungsi dan mekanisme pelepasan granula belum diketahui

Lamina propria

• Jaringan ikat reticular jarang• Terdapat sel limphocyte kecil, lymphonodulus soliter, dengan atau tanpa sentrum germinativum• Makin kedistal nodulus bertambah besar dan bertambah banyak. Membentuk agregat besar

terdiri dari 20/lebih lymphonodulus disebut plaques Peyeri

Tunica muscularis mucosa

• Dua lapis tipis, sebelah dalam sirkular, sebelah luar longitudinal• Diterobos pembuluh darah dan limf, duktus, saraf otonom, plexus Meissneri

Tunica submucosa

• Jaringan ikat jarang, pembuluh darah, pembuluh lymph• Plexus Meissneri• Kelenjar Brunner :

- Kelenjar tubulosa bercabang complex

- Berkembang paling baik pada duodenum

- Sel-sel mukosa, mensekresi lendir

Tunica muscularis externa

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 7

Page 8: TM SK3 GIT

Ada 2 lapisan :

• Lapisan dalam, circular• Lapisan luar, longitudinalDiantara keduanya sering terdapat ganglion parasimpatis, plexus myentericus Auerbach à motor inervasi peristaltik

Tunica serosa

Terdiri dari any peny jarang yang dilapisi oleh mesothelium, kecuali bagian retroperitoneal duodenum ditutupi tunica adventitia

Duodenum

• Usus 12 jari, panjang ± 25 cm• Tidak mempunyai mesenterium• Tempat muara ductus empedu dan pancreas• Villus berbentuk daun, Σ ± 40/mm2

• Bagian depan diliputi serosa dan bagian belakang diliputi adnventitia• Submucosa mgd kel Brunner, Tubulosa bercabang-cabang berkelok-kelok. Tersusun dalam

lobuli. Ductus menembus m. mucosa bermuara ke dalam cryptus Lieberkuhn

Jejunum

• Paling panjang, 2,5 – 3 mm• Mesenterium menggantung pada bgn posterior rongga abdomen • Di proximal villi, bentuk spt lidah, makin ke distal bentuk seperti jari dan lebih panjang • Tidak ada kel Brunner dan plaque Peyeri• Plica semicircularis tinggi mudah dikenal

Ileum

• Panjang 4 – 4,5 m• Villi intestinalis kurus-kurus• Sel Goblet amat banyak

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 8

Page 9: TM SK3 GIT

• Plica semicircularis pendek• Seperti jejunum juga digantung kan pada mesenterium

Ciri : banyak mgd lymphonoduli agregati (plaque Peyeri) di dalam l. propria menembus sampai submucosa. Letaknya pada arah berlawanan dgn mesenterium. Lymphonoduli berbentuk buah pir, kubah menonjol ke arah

Lumen. Bila nodulus mencapai lumen, biasanya tidak diliputi villi, tetapi oleh epithel selapis yang disebut epithel kubah. Epitel kubah terdiri dari sel khusus yang berfungsi untuk transport antigen dari lumen usus ke lapisan bawah lymphonodulus, disebut Associated Follicle epithelium (M cell), berbentuk cuboid.

Colon (Usus besar)

Tunica mucosa

Tidak mempunyai villi, permukaan relatif rata

Sel epithel :

- Sel absorbtif, silindris, brushborder lbh pendek dari usus halus

- Sel Goblet jauh lbh banyak, makin ke distal makin banyak

Lamina propria

Nodulus soliter, lbh besar, lbh banyak sering menonjol kedalam submucosa. Crypti Lieberkuhn lebih panjang dan lebih lurus. Muscularis mucosa 2 lapis : Lap dalam sirc, lap luar long

Tunica submucosa

• Terdiri dari any peny jarang tanpa kelenjar• Pada lapisan lebih dalam terdapat plexus Meisner

Tunica muscularis

• Lap dalam circular• Lap luar longitudinal, membentuk penebalan berbentuk pita di 3 tempat (Taenia coli) selebar

1 cm• Taenia lbh pendek dari lapisan lapisan sebelah dalamnya à terbentuk lipatan – lipatan kearah

lumen dan kantong-kantong.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 9

Page 10: TM SK3 GIT

1.3 Vaskularisasi & Inervasi

LO.2 Memahami & Menjelaskan Fisiologi Saluran Cerna bawah

Usus Halus

Pergerakan usus halus dibagi menjadi 2 yaitu kontraksi pencampuran, dan kontraksi pendorongan.

Pada kontraksi pencampuran panjang longitudinal setiap kontraksi kira2 hanya sekitar 1 cm, sehingga setiap rangkaian kontraksi menimbulkan “segmentasi” pada usus halus.Kontraksi segmentasi ini biasanya memotong kimus sekitar 2-3 kali per menit, dengan cara ini membantu pencampuran partikel-partikel makanan padat dengan sekresi usus halus. Kontraksi segmentasi menjadi sangat lemah bila aktivitas perangsangan system saraf enteric khususnya plexus mienterikus dihambat oleh atropine.

Pada gerakan mendorong,kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltic. Gelombang peristaltic terjadi di bagian usus halus manapun dan bergerak menuju anus dengan kecepatan 0,5-2 cm/detik, lebih cepat di usus bagian proksimal dan lebih lambat di bagian terminal. Dibutuhkan waktu 3-5 jam untuk perjalanan kimus dari pylorus sampai katup ileosekal. Kontrol peristaltic dipengaruhi oleh saraf, yaitu saat terjadi peregangan lambung, p;exus menterikus dari lambung terangsang dan turun di sepanjang dinding usus halus. Kontrol peristaltic juga dipengaruhi oleh hormone-hormon, yaitu Gastrin, CCK, Insulin, Serotonin yang mengakibatkan peningkatan motilitas usus dan disekresi selama berbagai fase pencernaan makanan. Pada waktu mencapai ileosekal,kimus kadang-kadang dihambat beberapa jam sampai orang tersebut makan makanan lain, ketika reflex gastroenterik yang baru meningkatkan peristaltic ileum sehingga terdorong.

Katup Ileosekal

Fungsi katup ileosekal adalah untuk mencegah aliran balik isi fekal dari kolon ke dalam usus halus. Beberapa sentimeter dinding ileum sebelum katup ileosekal mempunyai penebalan selubung otot yang disebut sfingter ileosekal.

Usus Besar

Usus besar terdiri dari colon, sekum, appendix vermiformis, dan rectum. Fungsi utama dari usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi.Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya selulosa),komponen empedu yang tidak diserap dan sisa cairan.

Umumnya gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak propulsive,sesuai dengan fungsi kolon sebagai tempat absorpsi dan penyimpanan. Metode motilitas utama yang digunakan kolon adalah

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 10

Page 11: TM SK3 GIT

kontraksi haustra yang dimulai oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi antara 2 kontraksi haustra mungkin mencapai 30 menit. Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks-refleks local yang melibatkan pleksus intrinsic.

Saat terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon ascenden dan transversum, sehingga dalam beberapa detik feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksi-kontraksi massif itu diberi nama gerakan massa (mass movement).

Defekasi

Sewaktu makan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang terutama disebabkan oleh refleks gastrokolon, yang diperantarai oleh gastrin dari lambung ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Pada banyak orang, refleks ini paling jelas setelah makanan pertama pagi hari (sarapan) dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk segera buang air besar.

Sewaktu gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding rectum dan memicu refleks defekasi. Pada saat terjadi refleks defekasi, sfingter anus internus dan sfingter anus externus berelaksasi,dan rectum serta kolon sigmoid berkontraksi.

(Sherwood, 2001. Guyton, 1997 )

Intestinum tenue

Pada usus halus terdapat metode motiitas utama yaitu mencampur dan mendorong perlahan kimus dari lambung yang disebut Segmentasi dan metode penyapu bersih yang disebut Kompeks Motilitas Migratif

1. Proses SegmentasiKimus mulai memasuki intestineàhormon gastrin (refleks gastroileum) & aktifitas saraf ekstrinsik (parasimpatis)à menghasilkan irama listrik dasar (BER) à Kontraksi berbentuk cincin di sepanjang usus halus àsegmen yang berkontraksi melemas dalam jeda singkat à daerah yang sebelumnya melemas sekarang berkontraksi à memicu kontraksi dua arah kedepan dan belakang (propulsif)à terjadi proses pencampuran (kimus + getah pencernaan) dan memajankan kimus ke permukaan absorbtif usus

Kontraksi Segmentasi makin ke distal semakin menurun hal ini disebabkan untuk mencegah kembalinnya sejumlah besar kimus ke belakang . Contoh : duodenum kontraksi segmentasinya 12xmenit sedangkan di ileum terminal 9x/menit.

2. Proses Kompleks Motilitas Migratif Terjadi diantara waktu makan yang merupakan geombang-gelombang peristaltik repetitif

lambat yang berjalan ke arah distal usus. Berfungsi untuk menyapu sisa makanan+debris mukosa +bakteri ke arah kolon Memerlukan waktu 100-150 menit

Isi usus membutuhkan waktu 3-5 jam untuk melintasi seluruh panjang usus halus Metode propulsi pada usus halus yang lama meningkatkan penyerapan dan pencernaan

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 11

Page 12: TM SK3 GIT

Intestinum Crassum Dalam normal colon menerima sekitar 500 mL kimus dari usus halus per hari Gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak propulsif Kontraksi Haustra : metode motilitas utama di colon

o Prinsipnya sama dengan proses segmentasi usus halus tetapi jauh lebih jarang dan bersifat nonpropulsif

o Refleks gastroileum à Kimus dari usus halus (mengandung residu yang tidak dicerna eg: selulosa,sisa cairan) à kolon mengekstraksi H2O dan garam di isi lumen à Refleks gastrokolon (gastrin lambung + saraf otonom ekstrinsik)à kontraksi haustra (mengaduk kolon dengan gerakan maju mundur) à feses terdorong sampai 1/3 – 3/4 panjang kolon

Refleks defekasifeses di rektum àperegangan rektum à reseptor regang à refleks defekasi à sfingter ani internus melemas (involunter) à colon dan sigmoid berkontraksi àrasa ingin buang air àsfingter ani eksternus melemas (volunter) à disertai dengan gerakan mengejan (kontraksi otot abdomen + ekspirasi paksa à peningkatan tekanan intra abdomen à feses keluar

o Karena gerakannya lambat memungkinkan bakteri menumpuk dan tumbuh di colon

LO.3 Memahami & Menjelaskan Obstruksi Ileus

3.1 Definisi

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara.

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.

Ileus terbagi dua :

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus

(Sabara, 2007).

Ileus Paralitik adalah suatu keadaan akut abdomen berupa kembung (distensi abdomen) karena usus tidak berkontraksi akibat adanya gangguan motilitas,karena peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin ataupun trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus sehingga usus tidak dapat mendorong kebawah.

3.2 Etiologi

1. Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen

2. Intusepsi (invaginasi):

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 12

Page 13: TM SK3 GIT

Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.

Gbr Intusepsi intestinal

3. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya

Gbr Menunjukan bentuk normal intestin (atas warna pink) dan intestin yang mengalami volvulus (bawah warna ungu)Tindakan bedah, infeksi dan bahkan endometriosis sering menyebabkan peradangan peritoneum loka atau generalisata (peritonitis). Pada penyembuhan dapat terjadi perlekatan antara segmen usus atau dinding abdomen dan tempat operasi.

4. Hernia :Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen atau defek di dinding rongga peritoneum yang memungkinkan terbentukkan tonjolan peritoneum mirip kantong yang dilapisi serosa

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 13

Page 14: TM SK3 GIT

Gbr. Kantung Hernia

5. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.

6. Inkarserasi (terperangkap) à massa visera yang meningkat di dalam hernia sehingga massa tersebut terperangkap akibat adanya stasis dan edema secara permanen.

7. Strangulasi à gangguan lebih lanjut dimana pasokan darah dan drainase menyebabkan infark segmen yang terperangkap

Fa k tor Predisposisi

Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang disebabakan disfungsi umum kelenjar eksokrin pancreas. Keadaan ini menyebabakan berkurangnya enzim pancreas yang mengalir ke lumen usus halus sehingga issi usus halus menjadi kental dan menyumbat lumen usus. Gambaran radiologist yang ditemukan ialah pelebaran usus dan tampak bayangan udra yang granular diantara mekonium yang kental tersebut.

Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi : 1. Obstruksi mekanik rendahObstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini paling banyak disebabkan oleh tumor ganas, penyebab lainnya adalah :

- Volvulus- Scibala- Paralise colon distal (pseudoparalise)

2. Obstruksi mekanik tinggiMenurut letaknya dapat dibedakan menjadi :

a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :- Stenosis pylorus- Strictur- Obstruksi oleh karena keganasan- Bezoar

Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana muntahannya dapat dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi abdomen agak kurang.

b. Obstruksi dibawah pylorus. Obstruksi terjadi mulai dari pylorus sampai ileocaecal junction, obstruksi ini sering ditemukan pada :

- Adhesion (perlengketan)

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 14

Page 15: TM SK3 GIT

- Hernia interna- Volvulus- Gumpalan Ascaris

Pada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna kuning seperti tinja. Serangan nyeri perut agak jarang, tetapi perut lebih distensi.

3.3 Klasifikasi

Ada dua tipe obstruksi yaitu :1. Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.

2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok (Bailey,2002):

a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.

b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.

c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005; Sabiston,1995) :

1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.

2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.

3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.

Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua (Stone, 2004):

1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum

2. Ileus obstruktif usus besar

3.4 Patofisiologi & Patogenesis

Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 15

Page 16: TM SK3 GIT

tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman. Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.

Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.

Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi. Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal.

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.

Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus dapat dilihat pada Gambar-2.1.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 16

Page 17: TM SK3 GIT

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari 10, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.

Gambar-2.1. Patofisiologi Obstruksi Usus

Obstruksi Mekanik Simple.Pada obstruksi simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi udema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian.

Obstruksi Strangulata.Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan dengan hernia inkarserata, volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemia yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udema dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi.

1. Etiologi 2. Pengumpulan isi lumen usus oleh gas dan cairan

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 17

Page 18: TM SK3 GIT

3. Hanya di bagian proksimal karena ingesti makanan, cairan, akumulasi gas yang menumpuk pada bagian proksimal

4. Bagian proksimal dinding dari lumen usus yang mengalammi distensi, sementara yang distal kolaps, fungsi normal sekresi dan absorpsi terganggu fungsinya dan dinding usus menjadi edema

3.5 Manifestasi Klinis

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :

1. Nyeri abdomen

2. Muntah

3. Distensi

4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).

Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:

1. Lokasi obstruksi

2. Lamanya obstruksi

3. Penyebabnya

4. Ada atau tidaknya iskemia usus (Ullah et al., 2009)

Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan obstipasi. Adanya flatus

atau feses selama 6-12 jam setelah gejala merupakan ciri khas dari obstruksi parsial. Nyeri kram

abdomen bisa merupakan gejala penyerta yang berhubungan dengan hipermotilitas intestinal

proksimal daerah obstruksi. Nyerinya menyebar dan jarang terlokalisir, namun sering dikeluhkan

nyeri pada bagian tengah abdomen. Saat peristaltik menjadi intermiten, nyeri kolik juga menyertai.

Saat nyeri menetap dan terus menerus kita harus mencurigai telah terjadi strangulasi dan infark.

(Whang et al., 2005)

Tanda-tanda obstruksi usus halus juga termasuk distensi abdomen yang akan sangat

terlihat pada obstruksi usus halus bagian distal ileum, atau distensi bisa tak terjadi bila obstruksi

terjadi di bagian proksimal usus halus, dan peningkatan bising usus. Hasil laboratorium terlihat

penurunan volume intravaskuler, adanya hemokonsentrasi dan abnormalitas elektrolit. Mungkin

didapatkan leukositosis ringan.

Muntah terjadi setelah terjadi obstruksi lumen intestinal dan menjadi lebih sering saat

telah terjadi akumulasi cairan di lumen intestinal. Derajat muntah linear dengan tingkat obstruksi,

menjadi tanda yang lebih sering ditemukan pada obstruksi letak tinggi. Obstruksi letak tinggi juga

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 18

Page 19: TM SK3 GIT

ditandai dengan bilios vomiting dan letak rendah muntah lebih bersifat malodorus. (Thompson,

2005).

Kegagalan untuk defekasi dan flatus merupakan tanda yang penting untuk membedakan

terjadinya obstruksi komplit atau parsial. Defekasi masih terjadi pada obstruksi letak tinggi karena

perjalan isi lumen di bawah daerah obstruksi. Diare yang terus menerus dapat juga menjadi tanda

adanya obstruksi partial.

Tanda-tanda pada pemeriksaan fisik dapat saja normal pada awalnya, namun distensi akan

segera terjadi, terutama pada obstruksi letak rendah. Tanda awal yang muncul ialah penderita

segera mengalami dehidrasi. Massa yang teraba dapat di diagnosis banding dengan keganasan,

abses, ataupun strangulasi. Auskultasi digunakan untuk membedakan pasien menjadi tiga kategori :

loud, high pitch dengan burst ataupun rushes yang merupakan tanda awal terjadinya obstruksi

mekanik. Saat bising usus tak terdengar dapat diartikan bahwa obstruksi telah berlangsung lama,

ileus paralitik atau terjadinya infark. Seiring waktu, dehidrasi menjadi lebih berat dan tanda-tanda

strangulasi mulai tampak. Pemeriksaan lipat paha untuk mengetahui adanya hernia serta rectal

toucher untuk mengetahui adanya darah atau massa di rectum harus selalu dilakukan.

Tanda-tanda terjadinya strangulasi seperi nyeri terus menerus, demam, takikardia, dan nyeri tekan bisa tak terdeteksi pada 10-15% pasien sehingga menyebabkan diagnosis strangulasi menjadi sulit untuk ditegakkan. Pada obstruksi karena strangulasi bisa terdapat takikardia, nyeri tekan lokal, demam, leukositosis dan asidosis. Level serum dari amylase, lipase, lactate dehidrogenase, fosfat, dan potassium mungkin meningkat. Penting dicatat bahwa parameter ini tak dapat digunakan untuk membedakan antara obstruksi sederhana dan strangulasi sebelum terjadinya iskemia irreversible

3.6 Diagnosis & Diagnosis banding

Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus ditegakkan atas

dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan

pemeriksaan laboraorium harus dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi

yang segera. Diagnosa ileus obstruktif diperoleh dari:

1. Anamnesis

Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan

penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau

terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004). Pada ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 19

Page 20: TM SK3 GIT

sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar

suprapubik. Muntah pada ileus obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus

obstruktif usus besar onset muntah lama. Gejala Utama:

- Nyeri-Kolik:

o Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus

o Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.

- Muntaho Stenosis Pilorus : Encer dan asamo Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauano Obstruksi kolon : onset muntah lama.

- Perut Kembung (distensi)- Konstipasi : Tidak ada defekasi, Tidak ada flatus.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor

kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut

abdomen, hernia dan massa abdomen. Inspeksi pada penderita yang kurus/sedang juga

dapat ditemukan “darm contour” (gambaran kontur usus) maupun “darm steifung”

(gambaran gerakan usus), biasanya nampak jelas pada saat penderita mendapat serangan

kolik yang disertai mual dan muntah dan juga pada ileus obstruksi yang berat. Penderita

tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik.

b. Palpasi dan perkusi

Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang menandakan adanya

obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri

tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan pembengkakan

atau massa yang abnormal.

c. Auskultasi

Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam

bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam

perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 20

Page 21: TM SK3 GIT

juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga

ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif strangulata.

Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum dan pelvis.

Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan tonus sfingter ani biasanya cukup namun

ampula recti sering ditemukan kolaps terutama apabila telah terjadi perforasi akibat obstruksi.

Mukosa rectum dapat ditemukan licin dan apabila penyebab obstruksi merupakan massa atau

tumor pada bagian anorectum maka akan teraba benjolan yang harus kita nilai ukuran, jumlah,

permukaan, konsistensi, serta jaraknya dari anus dan perkiraan diameter lumen yang dapat

dilewati oleh jari. Nyeri tekan dapat ditemukan pada lokal maupun general misalnya pada

keadaan peritonitis. Kita juga menilai ada tidaknya feses di dalam kubah rektum. Pada ileus

obstruktif usus feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak dapat ditemukan pada sarung

tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan darah apabila penyebab ileus obstruktif adalah

lesi intrinsik di dalam usus (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).

Diagnosis harus terfokus pada membedakan antara obtruksi mekanik dengan ileus;

menentukan etiologi dari obstruksi; membedakan antara obstruksi parsial atau komplit dan

membedakan obstruksi sederhana dengan strangulasi. Hal penting yang harus diketahui saat

anamnesis adalah riwayat operasi abdomen (curiga akan adanya adhesi) dan adanya kelainan

abdomen lainnya (karsinoma intraabdomen atau sindroma iritasi usus) yang dapat membantu

kita menentukan etiologi terjadinya obstruksi. Pemeriksaan yang teliti untuk hernia harus

dilakukan. Feses juga harus diperiksa untuk melihat adanya darah atau tidak, kehadiran darah

menuntun kita ke arah strangulasi.

Pemeriksaan Colok Dubur (RECTAL TOUCHER)

PROSEDUR

Memakai hand schoen secara baik dan benar.

Posisi tergantung kondisi dan yang akan dinilai, standart dilakukan Sims posisi.

Lihat keadaan lokal sekeliling anus.

Hand schoen yang sudah tersedia diolesi dengan jelly secukupnya lalu dimasukan kedalam anus.

Pelan-pelan telunjuk yang telah pakai hand schoen didorong masuk, nilai spincter anus

ekterna.,dorong kedalam sampai ampula recti.lalu rotasikan telunjuk.

Nilai mukosa rektum dan keadaan sekelilingnya.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 21

Page 22: TM SK3 GIT

Kemudian nilai kondisi prostat.

Setelah selesai dan dirasa sudah cukup, kemudian keluarkan telunjuk dan lihat apakah ada

berlendir atau berdarah hand schoennya.

Pemeriksaan ini sangat penting untuk dapat kita peroleh informasi penting untuk menegakan

diagnosa. Tetapi pemeriksaan ini sering terabaikan. Begitu pentingnya hingga pernah dicetuskan bahwa

tidak ada telunjuk untuk colok dubur, boleh digunakan jari kaki untuk colok dubur. Ada beberapa posisi

untuk colok dubur :

1. Left lateral (Sims ) position. Rutin digunakan untuk wanita atau prosedue standar laki-laki.

Pasien miring kekiri, dengan tungkai atas kanan fleksi, sedangkan tungkai bawah kiri semi

ekstensi. Panggul harus menungging dan sejajar dengan pinggir tempat tidur.

2. Knee-elbow position. Baik untuk perabaan prostat dan vesikula seminalis.

3. Dorsal position. Pasien tidur dengan posisi setengah duduk posisi lutut ditekukkan(fleksi).

Telunjuk tangan kanan pasien masuk kedubur dengan melintasi dibawah paha kanan pasien.

Untuk bimanual palpasi tangan kiri diatas supra pubis.

Struktur anatomi yang dapat dinilai dengan colok dubur:

1. Lekukan anus. Juga dapat diraba antara spinkter otot interna dan eksterna. Biasanya dalam

keadaan neurogenik bladder spincter akan teraba melemah.

2. Anorektal ring, pertemuan antara anus dan rectum (dewasa panjangnya 2-3cm) Daerah ini

sangat penting karena lokasi abses anorektal atau fistula ani.

3. Katup Houston terbawah. Makin naik telunjuk nantinya akan teraba lipatan mukous membran.

4. Promotorium

5. Prostat atau cervix uteri.

PROSEDUR KERJA MELAKUKAN COLOK DUBUR:

Waktu melakukan colok dubur ini kurang menyenangkan bagi pasien, tidak jarang terasa nyeri.

Gunakan sarung tangan yang telah diberi pelicin. Untuk itu sebelum melakukan pemeriksaan harus

diberikan pesan bahwa : “Saya akan melakukan pemeriksaan dalam melalui dubur anda bila terasa tidak

nyaman tolong buka mulut nafas dalam dan perlahan keluarkan melalui mulut anda”. Baru telunjuk

masuk melalui anus, setelah melewati spinkter telunjuk dirotasikan kesekeliling mukosa anus.

a. Pemeriksaan Anus

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 22

Page 23: TM SK3 GIT

Keadaan yang akan ditemukan:

- Bila ada feses yang keras akan menyusahkan kita untuk merotasikan telunjuk kita.

- Bila teraba massa tumor ,apakah lesi tersebut lunak atau keras, dimana posisi tumor tersebut

dan apakah telah memenuhi seluruh permukaan mukosa usus. Coba terus telusuri apakah

telunjuk masih bisa melalui celah tumor dan masih dapat meraba pool atas tumor. Ukur jarak

pool bawah tumor dari anus. Coba gerakan ke sekitarnya apakah tumornya telah terfiksir pada

tulang sakrum atau masih mobil (bisa digerakkan).

- Kemudian bila kita keluarkan sarung tangan tersebut lihat apakah ada darahnya atau lendir.

- Untuk kasus haemorhoid interna kita tidak bisa nilai dengan colok dubur karena lunak sekali.

- Pada protusio rekti biasanya teraba ujung dari protusio tersebut.

- Dalam keadaan obstruksi teraba kita merasakan ampula rekti menyempit sedangkan dalam

keadaan paralisis dilatasi (balooning).

Pada Pemeriksaan Colok Dubur

- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma- Feses yang mengeras : skibala- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami obstruksi intestinal

terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen, kreatinin dan serum amylase.

Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan menyebabkan perubahan pada hasil

laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan banyak membantu untuk diagnosis obsruksi

intestinal yang sederhana. Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal dapat mendeteksi adanya

hipokalemia, hipokhloremia dan azotemia pada 50% pasien.

4. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus

obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat. Adanya

gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film tegak sangat

menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 23

Page 24: TM SK3 GIT

dengan katup ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya

gambaran penting (Sabiston, 1995). Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya

perforasi-peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi

disarankan pada kecurigaan volvulus (Anoym, 2007).

Foto Polos Abdomen

Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus obstruktif

serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat. Adanya gelung usus terdistensi

dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi

sebagai diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis kompeten, maka distensi

gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran penting.

Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan posisi

tegak thoraks

Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid

level pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto

abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun spesifisitasnya

rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:

1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi

2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi

3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels

4) Posisi supine dapat ditemukan :

a) distensi usus

b) step-ladder sign

5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet

6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus yang

berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem.

7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)

Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa dengan obstruksi usus

halus. Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada

di proksimal usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak ada udara. Dengan

demikian menghalangi tampaknya air-fluid level atau distensi usus. Keadaan selanjutnya berhubungan

dengan obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat kekurangan tersebut, foto abdomen tetap

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 24

Page 25: TM SK3 GIT

merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien dengan obstruksi usus halus karena kegunaannya

yang luas namun memakan biaya yang sedikit.

BNO 3 Posisi

Foto abdomen dengan 3 posisi.

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto polos

abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat

sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.

Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level” terutama

pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis,

maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus.

Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak

dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.

Foto setelah pemberian barium enema memperlihatkan gangguan pengisian atau pembentukan

cekungan pada ujung barium ketika bergerak maju dan dihalangi oleh intususepsi tersebut. Plat datar

dari abdomen menunjukkan pola yang bertingkat (invaginasi tampak seperti anak tangga). Barium

enema di bawah fluoroskopi menunjukkan tampilan coiled spring pada usus.

Diagnosis banding

Pada ileus paralitik nyari yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi distensi abdomen. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut (misalnya aperndisitis), akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer ileus tersebut.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 25

Page 26: TM SK3 GIT

Obstruksi usus besar ditandai dengan obstipasi dan distensi abdomen, kolik lebih jarang terjadi, dan muntah juga tidak selalu terjadi. Dengan foto akan tampak kolon yang dilatasi sampai ke letak sumbatan.

Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana. Strangulasi dapat dikacaukan oleh pankreatitis hemoragik atau oklusi vascular mesenteric.

Ileus obstruksi harus dibedakan dengan:

Carcinoid gastrointestinal. Penyakit Crohn. Intussuscepsi pada anak. Divertikulum Meckel. Ileus meconium. Volvulus. Infark Myocardial Akut. Malignansi, Tumor Ovarium. TBC Usus.

3.7 Tatalaksana

Persiapan Operatif

Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta tergantung

atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan

memperhatikan keadaan keseluruhan pasien.

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk

mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab ileus

obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa

pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan Dekompresi pipa bagi traktus gastrointestinal

diindikasikan untuk dua alasan yaitu :

1. Untuk dekompres lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus.

2. Membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan,sehingga mengurangi

distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan

ancaman vaskular.

Pipa yang digunakan untuk tujuan demikian dibagi dalam dua kelompok :

1. Pendek, hanya untuk lambung.

2. Panjang, untuk intubasi keseluruhan usus halus.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 26

Page 27: TM SK3 GIT

Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan

umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.

Pemberian antibiotika spektrum lebar di dalam gelung usus yang terkena obstruksi strangulasi terbukti

meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi, karena tidak selalu mudah membedakan antara ileus

obstruksi strangulata dan sederhana, maka antibiotika harus diberikan pada semua pasien ileus

obstruksi. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara

memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan

bedah dilakukan bila :

1. Strangulasi

2. Obstruksi lengkap

3. Hernia inkarserata

4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen

dan kateter)

Tindakan yang terlibat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa kategori mencakup

1. Lisis pita lekat atau reposisi hernia

2. Pintas usus

3. Reseksi dengan anastomosis

4. Diversi stoma dengan atau tanap resksi.

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah

terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus

pasien masih dalam keadaan paralitik.

Tindakan Operatif Tergantung dari etiologi masing-masing :

1. Adhesi Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.

2. Hernia inkarserata Dapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.

3. Neoplasma Operasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus dipulihkan

kembali, sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi radikal.

4. Askariasis Jika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil dapat

dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila usus sudah

robek, atau mengalami ganggren dilakukan reseksi bagian usus yang bersangkutan.

5. Carsinoma Colon Operasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya. Apabila

obstruksi mekanik jelas terjadi, maka diperlukan persiapan Colostomi atau Sekostomi.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 27

Page 28: TM SK3 GIT

6. Divertikel Reseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif

setelah divertikulitis menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan colostomy serendah

mungkin, lebih disukai dalam colon desendens, atau colon sigmoideum. Untuk memungkinkan

evaluasi melalui colostomy dan mencegah peradangan lebih lanjut pada tempat abses.

7. Volvulus Pada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang

terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga berefek fiksasi

terhadap sekum dengan cara adhesi. Jika sekum dapat hidup dan tidak terdistensi tegang, maka

detorsi dan fiksasi sekum di qudran bawah bisa dicapai.

8. Intusussepsi Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi

barium enema, jika tidak ada tanda obstruksi lanjut atau perforasi usus halus. Bila reduksi

dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi berupa eksplorai abdomen

melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan bawah. Intusussepsi tersebut kemudian

direduksi dengan kompressi retrograde dari intusussepsi secara hati-hati. Reseksi usus

diindikasikan bila usus tersebut tidak dapat direduksi atau usus tersebut ganggren.

Terapi Ileus

Dasar pengobatan obstruksi usus:

a. Keseimbangan elektrolit dan cairan

b. Menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan intubasi dn dekompresi

c. Memperbaiki peritonitis dan syok ( bila ada)

d. Menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi usus kembali normal.

Penatalaksanaan Ileus Obstruksi:

Konservatif

1. Penderita dirawat di rumah sakit.

2. Penderita dipuasakan

a. Untuk mengurangi distensi

b. Mengurangi resiko aspirasi

c. Untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah

d. Persiapan operasi bila diperlukan

3. Kontrol status airway, breathing and circulation.

4. Pasang nasogastric tube.

a. Tujuannya untuk dekompresi jadi ukuranya harus cukup besar: untuk bayi baru lahir no 8 atau

10

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 28

Page 29: TM SK3 GIT

b. Bila untuk diagnosa atresia esofagus nomor lebih kecil

5. Pasang IVFD, Intravenous fluids and electrolyte

Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda vital, dehidrasi dan syok.

Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit

sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat

dengan memonitor tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar.

a. Kadang sulit untuk menentukan derajat dehidrasi

b. Ringer dextrose / NaCl 0,9%/ RL = 20cc/kg BB

c. Monitor tanda-tanda telah tercapai rehidrasi

6. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

7. Mencegah hipotermia

Hipotermi à memperberat keadaan umum pasien à bradikardi

Cara :

a. Mengatur suhu ruangan :Mematikan AC, kipas angin , dll

b. Menjaga suhu tubuh penderita : Selimut, bungkus plastik, Inkubator

c. Jangan membasahi badan dg air/ nacl 0,9% walaupun dg yang hangat

Farmakologis

a. Antibiotik broadspectrum untuk gram +, gram -, dan anaerob

b. Analgesik apabila nyeri.

c. Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat

diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.

Operatif

1. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder

atau rupture usus. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang

disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.

2. Lisis pita untuk band

3. Herniorepair untuk hernia inkarserata

4. Pintas usus : ileostomi, kolostomi.

5. Reseksi usus dengan anastomosis

6. Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 29

Page 30: TM SK3 GIT

7. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi.

Pasca operasi

a. Hindari dehidrasi

b. Pertahankan stabilitas elektrolit

c. Pengawasan akan inflamasi dan infeksi

d. Pemberian analgetik yang tidak mempunyai efek mengganggu motilitas usus

Medikamentosa

Obat pertama :

1. Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus

2. Antibiotik

Obat Antiemetik

1. Antagonis Reseptor H1

2. Antagonis Reseptor Muskarinik

3. Antagonis Reseptor Dopamin

4. Antagonis Reseptor Serotonin

5. Cannabinoid

6. Steroid

Antagonis Reseptor H1

a. Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine

b. Tidak dapat digunakan utk mual-muntah krn rangsangan pada ctz

c. Efektif untuk mabuk kendaraan dan mual-muntah krn rangsangan pada lambung

d. Diberikan sebelum timbul gejala mual-muntah

e. Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam

f. Kontra indikasi : wanita hamil trimester i (kec. Promethazine)

Antagonis reseptor muskarinik

a. hyoscine

b. untuk mual-muntah krn gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung

c. tidak dapat digunakan utk mual muntah krn rangsangan pada ctz

d. puncak antiemetik : 1-2 jam

e. es : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin

Antagonis reseptor dopamin

a. metoklopramid

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 30

Page 31: TM SK3 GIT

b. domperidone

c. phenothiazine

Metoklopramid

a. bekerja di ctz

b. p.o., t1/2 4 jam, ekskresi via urine

c. es : krn blokade reseptor dopamin di ssp →gangguan pergerakan pada anak2 dan dewasa muda,

mengantuk, fatigue/lemah

d. stimulasi release prolaktin → galaktore dan gangguan menstruasi

e. efek pada motilitas usus → diare

Domperidone

a. antagonis reseptor d2

b. antiemetik untuk vomitting postoperatif dan akibat kemoterapi kanker

c. es : diare

Phenothiazine

a. neuroleptik : chlorpromazine, prochlorperazine, trifluoperazine → dpt sebagai antiemetik

b. triethylperazine → hny sbg antiemetik

c. dapat digunakan utk vomitting krn rangsangan pada ctz

d. tidak efektif utk muntah krn rangsangan di lambung

e. cara kerja → antagonis reseptor d2 di ctz, menghambat reseptor histamin dan muskarinik

f. pemberian p.o., rektal, atau parenteral

Antagonis serotonin

a. serotonin (5-hidroksitriptamin) a direlease oleh cns atau lambung a transmitter emesis

b. antagonis serotonin : ondansetron, granisetron

c. sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik

d. pemberian p.o, injeksi iv pelan, infus

e. t1/2 5 jam

f. es : sakit kepala, gangguan git

Cannabinoid

a. nabilone → derivat cannabinol sintetik →menurunkan muntah krn rangsangan pada ctz

b. pemberian : p.o, absorpsi baik

c. t1/2 120 menit, ekskresi via urine dan feses

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 31

Page 32: TM SK3 GIT

d. es : jarang, a. L. Drowsiness, dizziness, mulut kering, perubahanmood, hipotensi postural,

halusinasi, dan reaksi psikotik

Steroid

a. dosis tinggi, dpt digunakan sendiri atau kombinasi dgn obat lain

b. glukokortikoid → deksametason dan metilprednisolon

c. mekanisme kerja → blm diketahui

d. sinergisme dg ondansetron

Motilitas git

Pencahar

a. bulk laxative → meningkatkan volume residu padat yg tidak diabsorpsi

b. osmotic laxative → meningkatkan jumlah air

c. faecal softener →mengubah konsistensi faeces

d. stimulant purgative →meningkatkan motilitas dan sekresi

Bulk laxative

a. metilselulose, sterculia, agar, bran, ispaghula husk

b. polimer polisakarida a tidak dapat dipecah

c. mekanisme kerja a menahan air di lumen usus merangsang peristaltis a beberapa hari

d. es : ringan

Osmotic laxative

a. pencahar salin dan laktulosa → cairan yg absorpsinya jelek → meningkatkan volume cairan di

lumen bowel→ mempercepat transfer makanan ke usus halus →massa yg sangat besar masuk

kolon → distensi →ekspulsi faeces

b. pencahar salin → garam mgso4 dan mg(oh)2

c. laktulosa → disakarida semisintetik fruktosa dan galaktosa → bakteri di kolon → fermentasi →

asam laktat dan asam asetat → osmotik laksatif

d. efek baru timbul 1 – 2 hari

Faecal softener

a. docusate sodium

b. menghasilkan feses yg lebih lumak

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 32

Page 33: TM SK3 GIT

c. efek stimulan laksatif lemah

Stimulant purgative

a. bisacodyl, sodium picosulfat, preparat senna

b. meningkatkan peristaltis dengan cara stimulasi mukosa usus

c. es : kram abdomen, jangka panjang → atonia colon

d. bisacodyl → p.o. atau suppositoria → efek laksan 15-30 menit

e. sodium picosulfat → p.o.

f. preparat senna → dosis tunggal → efek laksan dalam 8 jam

Obat yg meningkatkan motilitas git

Domperidone

a. antagonis reseptor d2 a antiemetik

b. memblok adrenoreseptor a-1 dan menurunkan efek relaksannya a menurunkan tekanan sfingter

esofagus bawah a meningkatkan motilitas git

c. tidak menstimulasi sekresi asam lambung

d. digunakan untuk gangguan pengosongan lambung dan refluks esofagitis kronis

e. es : hiperprolaktinemia

Metoklopramid

a. efek sentral → antiemetik

b. efek lokal → percepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi asam lambung

c. efeknya kecil pada motilitas usus bag. Bawah

d. digunakan untuk refluks gastroesofagus dan gangguan pengosongan lambung

e. tidak dapat digunakan untuk ileus paralitik

Cisapride

a. menstimulasi release ach pada pleksus myenterik di git bag. Atas

b. digunakan utk refluks esofagitis dan gangguan pengosongan lambung

c. tidak mempunyai efek antiemetik

es : diare, kram abdomen, takikardi (jarang)

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi

ileus.

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 33

Page 34: TM SK3 GIT

1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk

membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh

streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang

tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca

stadium lanjut.

4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk

mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi

strangulata, dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik

oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid

obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan

anastomosis. (Ullah et al., 2009).

3.8 Pencegahan

Upaya pencegahan terhadap penyakit harus dilakukan sedini mungkin baik pencegahan primordial, primer, sekunder dan tersier untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas. Demikian juga pada penyakit ileus obstruktif, tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah terjadinya ileus obstruktif dan menghindari akibat fatal yang disebabkan ileus obstruktif.

Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial merupakan upaya pencegahan pada orang-orang yang belum memiliki faktor risiko terhadap ileus obstruktif. Biasa dilakukan dengan promosi kesehatan atau memberikan pendidikan kesehatan yang berkaitan ileus obstruktif atau dengan melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menjaga kesehatannya oleh kemampuan masyarakat.

Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya mempertahankan orang yang agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer berarti mencegah terjadinya ileus obstruktif. Upaya pencegahan ini dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan pada masyarakat. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain :

a. Bergaya hidup sehat dengan cara menjaga diri dan lingkungannya b. Dengan meningkatkan asupan makanan bergizi yang meningkatkan daya tahan tubuh

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 34

Page 35: TM SK3 GIT

c. Diet Serat. Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.

d. Untuk membantu mencegah kanker kolorektal, makan diet seimbang rendah lemak dengan banyak sayur dan buah, tidak merokok, dan segera untuk skrining kanker kolorektal setahun sekali setelah usia 50 tahun.

e. Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat, yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan mungkin memaksa satu bagian dari usus untuk menonjol melalui daerah rentan dinding perut Anda.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan terhadap ileus obstruktif adalah dengan cara mendeteksi secara dini, dan mengadakan penatalaksanaan medik untuk mengatasi akibat fatal ileus obstruktif.

3.9 Komplikasi

Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan, serta iskemia dan perforasi usus yang dapat menyebabkan peritonitis, sepsis, dan kematian.

Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami strangulasi mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat melintasi usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan shock septik.

1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen

2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen

1. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat

2. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma

3.10 Prognosis

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinyaterhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehinggameningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkanobstruksi usus halus.

3.11 Epidemiologi

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 35

Page 36: TM SK3 GIT

Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Mc Iver mencatat 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi. Di RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta melaporkan 58% kasus obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh hernia.7

Sutjipto (1990) dalam penelitiannya mengungkapkan indikasi relaparatomi karena obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang seperti di Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, khususnya di RSUPNCM, adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).8

Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.8

LO.4 Memahami & Menjelaskan Operasi Menurut Pandangan Islam

Perlakuan operasi menurut syariat hukumnya mubah yang bertujuan untuk kemaslatan hidup disamping memberikan dorongan hidup dan lepas dari najis,dampak negatif pada tubuh dan ancaman kematian serta merubah sunnatullah.

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pernah mengutarakan masalah berobat, sebagaimana dalam beberapa hadits. Di antaranya,:

1. Dari Jabir Bin Abdullah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat tepat dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Muslim)

2. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

3. Dari Usamah bin Syarik radhiallahu’anhu, bahwa beliau berkata, “Aku pernah di sisi Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam lalu datanglah serombongan orang arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? .” Beliau menjawab, “Iya, wahai para hamba Allah berobatlah. Sebab Allah ‘azza wa jalla tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya, “ Penyakit apa itu? .” Beliau menjawab, “Penyakit ketuaan.” (HR. Ahmad, Al Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’us Shahih mimma Laisa fish Shahihain 4/486)

4. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Juga Al-Bushiri menshahihkannya dalam kitab Zawaidnya. Lihat Takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad 4/12-13).

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 36

Page 37: TM SK3 GIT

REDHAZIZAH/233/SK3/GIT | 37