seminar keuangan publik-pertumbuhan ekonomi solow theory

Upload: adin-dian-ratnawati

Post on 10-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Seminar Keuangan Publik-Pertumbuhan Ekonomi Solow TheoryPertumbuhan ekonomi dilihat dari berbagai pendapat dan teori.

TRANSCRIPT

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARADIPLOMA IV AKUNTANSI9D REGULER2014SEMINAR KEUANGAN PUBLIKTEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

KELOMPOK III SKP :1. AKHMAD KHOERURIZAL (3)2. AMELA ERLIANA CRHISTINE (5)3. IWAN YUSTIADIANTO (11)4. MONIKA YULANDO PUTRI (14)5. RIKKI OKTO SAPUTRA (23)6. RUTH JELITA SILABAN (25)PERTUMBUHAN EKONOMIA. PENDAHULUANSeiring dengan peningkatan pendapatan, maka taraf hidup masyarakat juga akan mengalami kenaikan. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi barang dan jasa yang lebih banyak dan beragam. Untuk memenuhi kenaikan permintaan atas barang dan jasa, produsen akan meningkatkan volume produksinya sehingga barang dan jasa yang beredar di masyarakat akan bertambah. Kondisi inilah yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu yang ditunjukkan dengan peningkatan kapasitas produksi. Berikut ini beberapa definisi pertumbuhan ekonomi menurut para ahli ekonomi:

Prof. Simon Kuznets

Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.

Sadono Sukirno

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat

Lincolin Arsyad

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan pendudukatau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

Boediono

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang.

Asfia Murni

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kondisi dimana terjadinya perkembangan GNP yang mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup masyarakat

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang konsep pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai berikut:

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

Berbeda dengan mahzab klasik, mahzab historis cenderung mengkaji pertumbuhan ekonomi dari sisi sejarahnya. Para penganut aliran historis menganggap pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap.

1) Frederich List

Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut Frederich List adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga). Friedrich List membagi tahap-tahap pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dari segi perkembangan teknik produksi. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya dan sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri

Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam

Masa Bertani dan kerajinan. Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha sampingan.

Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar.2) Bruno Hildebrand

Bruno mengkritik List bahwa perkembangan ekonomi bukan didasarkan pada cara produksi/ cara konsumsi tetapi lebih kepada cara distribusi yang digunakan. Bruno membagi pertumbuhan ekonomi menjadi tiga tahap, yaitu:

Masa tukar-menukar secara barter. Pada masa ini, masyarakat melakukan transaksi dengan tukar-menukar barang. Transaksi yang terjadi biasanya bersifat kekeluargaan dan dalam lingkup yang sempit. Masa tukar-menukar dengan uang. Pada masa ini, uang telah dijadikan sebagai alat tukar. Dibandingkan dengan perekonomian barter, perekonomian uang jauh lebih efisien. Masa tukar-menukar dengan kredit. Pada masa ini, perjanjian kredit telah umum terjadi. Penyerahan barang atau jasa tidak bersamaan dengan pembayaran. Pembayaran biasanya dilakukan dalam waktu yang telah disepakati kedua pihak.3) Karl Bucher

Karl Bucher menggabungkan teori-teori yang dikemukakan List dan Hildebrand. Ia membagi tahap-tahap pertumbuhan ekonomi baik dari segi produksi maupun distribusi. Tahap-tahap tersebut adalah:

Perekonomian domestik. Pada tahap ini kegiatan produksi dilakukan hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Perekonomian kota. Pemenuhan kebutuhan tidak lagi sebatas dengan hasil produksi sendiri, kegiatan perdagangan telah mulai dilakukan walaupun masih dalam skala kecil.

Perekonomian nasional. Kegiatan produksi sudah berorientasi ke pasar (market oriented) yaitu barang diproduksi untuk dijual ke pasar. Dengan demikian peranan pedagang semakin penting.

4) W.W. Rostow

Menurut Rostow pembangunan ekonomi merupakan suaru proses yang dapat menyebabkan perubahan orientasi sosial, politik dan ekonomi; perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga; perubahan kegiatan investasi; serta perubahan sikap hidup dan adat istiadat.

Rostow membedakan pembangunan ekonomi kedalam 5 tahap, yaitu:

Tahap masyarakat tradisional

Sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan cara-cara bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini dicirikan oleh struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah.

Tahap prasyarat tinggal landas

Selama tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan hal itu memulai sebuah pembangunan yang dinamis. Model perkembangan ini merupakan hasil revolusi industri. Konsekuensi perubahan ini, yang mencakup juga pada perkembangan pertanian, yaitu tekanan kerja pada sektor-sektor primer berlebihan. Sebuah prasyarat untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri yang berlangsung dalam satu abad terakhir.

Tahap tinggal landas

Tahapan ini dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakteristik utama dari pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan dari dalam yang berkelanjutan yang tidak membutuhkan dorongan dari luar. Seperti, industri tekstil di Inggris, beberapa industri dapat mendukung pembangunan. Secara umum tinggal landas terjadi dalam dua atau tiga dekade terakhir. Misalnya, di Inggris telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-17 atau di Jerman pada akhir abad ke-17.

Tahap menuju kedewasaan

Kedewasaan pembangunan ditandai oleh investasi yang terus-menerus antara 40 hingga 60 persen. Dalam tahap ini mulai bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya industri kimia atau industri listrik. Ini merupakan konsekuensi dari kemakmuran ekonomi dan sosial. Pada umumnya, tahapan ini dimulai sekitar 60 tahun setelah tinggal landas. Di Eropa, tahapan ini berlangsung sejak tahun 1900

Tahap konsumsi tinggi

Ini merupakan tahapan terakhir dari lima tahap model pembangunan Rostow. Pada tahap ini, sebagian besar masyarakat hidup makmur. Orang-orang yang hidup di masyarakat itu mendapat kemakmuran dan keserbaragaman sekaligus. Menurut Rostow, saat ini masyarakat yang sedang berada dalam tahapan ini adalah masyarakat Barat atau Utara.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori pertumbuhan klasik, diasumsikan bahwa luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Teori ini dipelopori oleh Adam Smith dan David Ricardo.1) Adam SmithTeori Pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu:

Pertumbuhan penduduk

Jumlah penduduk akan meningkatkan tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsistem yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. jika tingkat upah di atas tingkat subsistem, maka orang-orang akan kawin pada umur muda, tingkat kematian menurun, jumlah kelahiran meningkat. Laju permintaan akan tenaga kerja akan ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal dan laju pertumbuhan output.

Pertumbuhan output totalUnsur pokok dari sistem produksi suatu negarra menurut Smith ada tiga yaitu ; SDA, SDM, barang modal yang ada. Semakin besar stok modal, menurut Smith, semakin besar kemungkinan dilakukannya Spesialisasi dan Pembagian kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas per kapita.

2) David Ricardo

Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk akan besar hingga menjadi dua kali lipat dan suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah sementara faktor produksi lain (SDA dan tanah) tidak bertambah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (stationary state)

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

Berbeda dengan mahzab klasik, mahzab historis cenderung mengkaji pertumbuhan ekonomi dari sisi sejarahnya. Para penganut aliran historis menganggap pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap.

1) Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod.

Menurut Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi yang seimbang tidak dapat terjadi secara alami. Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh tabungan (saving) dan investasi. Oleh karena itu, jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh.2) Robert SolowModel petumbuhan Solow menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam suatu perekonomian, dan bagaimana pengaruhnya terhadap output total barang dan jasa suatu negara

B. MODEL PERTUMBUHAN MASLOW1. Akumulasi Modal

Pertumbuhan persediaan modal memegang peranan dalam pertumbuhan ekonomi. Penambahan modal akan mendorong peningkatan output barang dan jasa yang dihasilkan. Untuk memahami seberapa besar pengaruh akumulasi modal terhadap pertumbuhan ekonomi, kita asumsikan tidak ada perubahan pada angkatan kerja dan teknologi. Berdasarkan asumsi tersebut akan kita kaji pengaruh penawaran dan permintaan barang terhadap akumulasi modal.a. Penawaran Barang dan Fungsi ProduksiModel Solow menggunakan fungsi produksi yang telah umum digunakan di mana output produksi (Y) bergantung pada persediaan modal (K) dan angkatan kerja (L). Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan sehingga dapat dirumuskan:zY = F(zK, zL)

dengan z bernilai positif. Maka dari itu, apabila kita mencari nilai output per pekerja, kita dapat menggunakan nilai z= 1/L. Jika kita menyatakan nilai output per pekerja adalah y dan modal per pekerja adalah k maka kita dapat menurunkan rumus sebagai berikut:

Y/L F(K/L, 1) (

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, maka fungsi produksi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Kemiringan fungsi produksi menunjukkan nilai Produk Marjinal Modal (MPK), yaitu jumlah output tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika memperoleh satu unit tambahan modal. Ketika jumlah modal meningkat, kurva fungsi produksi menjadi lebih datar. Hal ini mencerminkan produk marjinal modal yang kian menurun.b. Permintaan Barang dan Fungsi Konsumsi

Dalam model Solow, permintaan terhadap barang berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain, output per pekerja (y) merupakan konsumsi per pekerja (c) dan investasi per pekerja (i).y = c + i

Dalam persamaan ini kita menghilangkan belanja pemerintah dan ekspor neto.

Solow mengasumsikan bahwa setiap tahun seseorang menabung sebagian dari pendapatan mereka sebesar s, serta mengkonsumsi sisanya (1-s). Secara sederhana fungsi tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut:c = (1 s) y

s merupakan tingkat tabungan dengan nilai antara nol dan satu. Pada kenyataannya, kebijakan pemerintah secara potensial dapat mempengaruhi tingkat tabungan nasional. Namun, untuk keperluan perhitungan, saat ini kita mengasumsikan bahwa tingkat bunga s telah baku.

Berdasarkan fungsi-fungsi sebelumnya kita dapat mengsubtitusi nilai konsumsi (c) dengan (1 s)y, sehingga kita peroleh rumus:

y = (1 s)y + i (

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa investasi sama dengan tabungan, tingkat tabungan (s) merupakan bagian dari output (y) yang menunjukkan investasi (i). Jika digambarkan, fungsi tersebut akan membentuk grafik berikut:

Model tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap nilai k, jumlah output ditentukan oleh fungsi produksi f(k), dan alokasi output di antara konsumsi dan tabungan di tentukan oleh tingkat tabungan s.c. Pertumbuhan Persediaan Modal dan Kondisi Mapan

Persediaan modal sangat dipengaruhi oleh investasi dan depresiasi. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan baru, dalam hal ini menyebabkan persediaan modal bertambah. Sementara depresiasi mengacu pada penggunaan modal yang menyebabkan persediaan modal berkurang.

Pada bagian sebelumnya telah kita ketahui bahwa investasi per pekerja merupakan fungsi dari persediaan modal per pekerja. Untuk memasukkan fungsi depresiasi ke model, perlu diasumsikan bahwa sebagian tertentu dari persediaangan modal menyusut setiap tahunnya dengan tingkat depresiasi sebesar . Jumlah modal yang terdepresiasi adalah sebesar k. Kita dapat menyatakan dampak investasi dan depresiasi terhadap persediaan modal dengan persamaan:

Perubahan Persediaan Modal=Investasi - Depresiasi

k=i - k

Karena investasi i sama dengan sf(k), kita dapat menuliskan rumusnya menjadi:

k = sf(k) k

Solow menggambarkan bahwa akan ada suatu masa ketika jumlah investasi sama dengan jumlah depresiasi. Jika perekonomian telah sampai pada tingkat tersebut, maka persediaan modal tidak akan berubah karena investasi dan depresiasi beraksi secara seimbang. Kondisi ini disebut sebagai kondisi mapan (steady-state level of capital).

Kondisi mapan signifikan karena dua penyebab. Pertama, perekonomian yang mencapai kondisi mapan akan tetap stabil. Kedua, perekonomian yang tidak beradap pada kondisi mapan akan berusaha menuju ke sana. Tanpa memperhatikan tingkat modal pada awal perekonomian, perekonomian akan berakhir dengan tingkat modal dengan kondisi mapan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, kondisi mapan menunjukkan ekuilbrium perekonomian jangka panjang. Fenomena ini dapat digambarkan pada grafik berikut:

k* berada pada kondisi mapan di mana investasi sama dengan depresiasi dan tingkat modal tidak akan berubah sepanjang waktu (k=0). Apabila perekonomian diawali dengan tingkat modal k1,tingkat investasi lebih besar dari tingkat depresiasi sehingga modal akan naik terus hingga mencapai kondisi mapan. Sementara itu, jika perekonomian diawali dengan tingkat modal k2,tingkat investasi lebih kecil dari tingkat investasi sehingga modal lebih cepat habis, persediaan modal akan turun mendekati kondisi mapan. Ketika mencapai kondisi mapan, tidak ada tekanan terhadap persediaan modal untuk naik atau turun.d. Bagaimana Tabungan Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada kondisi mapan. Jika tingkat tabungan tinggi, perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi. Sebaliknya, jika tingkat tabungan rendah, perekonomian akan memiliki persediaan modal yang kecil dan tingkat output yang rendah.

Grafik di bawah ini menggambarkan apa yang terjadi pada perekonomian ketika tingkat tabungannya meningkat:

Perekonomian diasumsikan dimulai pada kondisi mapan dengan tingkat tabungan s1 dan persediaan modal k1*. Ketika tingkat tabungan meningkat dari s1 ke s2, kurva sf(k) akan bergeser ke atas. Setelah tingkat tabungan meningkat, secara otomatis investasi menjadi lebih tinggi, tetapi persediaan modal dan depresiasi tidak berubah. Karena itu, investasi melebihi depresiasi dan membuat persediaan moda, akan berangsur-angsur naik sampai perekonomian mencapai kondisi mapan yang baru k2*di mana persediaan modal dan tingkat outputnya lebih tinggi dari kondisi mapan sebelumnya.

Dalam model Solow, tabungan yang lebih tinggi mengarah pada pertumbuhan yang lebih cepat, tapi hanya sementara. Keniakan tingkat tabungan hanya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sampai perekonomian mencapai kondisi mapan baru. Jika perekonomian mempertahankan tingkat tabungan yang tinggi, maka hal itu akan mempertahankan persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi, tapi tidak mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi untuk selamanya.Kebijakan yang mengubah tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita pada kondisi mapan disebut sebagai Efek Pertumbuhan. Sebaliknya, tingkat tabungan yang lebih tinggi dikatakan memiliki efek tingkat, karena hanya tingkatan pendapatan perkapita saja yang dipengaruhi oleh tingkat tabungan pada kondisi mapan.C. TINGKAT MODAL KAIDAH EMAS

Sejauh ini, kita telah menggunakan model Solow untuk mengkaji bagaimana tingkat tabungan dan invetasi dalam perekonomian menentukan tingkat modal serta pendapatan pada kondisi mapan. Analisis ini mungkin membuat kita berpikir bahwa tabungan yang lebih tinggi selalu baik, selama mengarah pada pendapatan yang lebih tinggi. Tetapi, anggaplah suatu negara memiliki tingkat tabungan 100 persen. Hal itu memungkinkan persediaan modal dan pendapatan menjadi yang terbesar. Namun seluruh pendapatan ditabung dan tidak pernah dikonsumsi, apakah hal ini baik?

Bagian ini menggunakan model Solow untuk membahas apakah jumlah akumulasi modal adalah optimal dari sudut pandang kesejahteraan ekonomi. Pada bagian berikutnya akan dibahas bagaimana kebijakan pemerintah mempengaruhi tingkat tabungan suatu negara. Namun, pertama-tama pada bagian ini, kita akan menyajikan teori yang melandasi pengambilan keputusan dalam kebijakan tersebut.

Menbandingkan Kondisi Mapan

Untuk menyederhanakan analisis kita, asumsikanlah bahwa pembuat kebijakan bisa menetapkan besarnya tingkat tabungan perekonomian. Dengan menetapkan tingkat tabungan ini, pembuat kebijakan menentukan kondisi mapan perekonomian. Kondisi mapan mana yang seharusnya dipilih oleh pembuat kebijakan?

Ketika memilih kondisi mapan, tujuan pembuat kebijakan adalah memaksimalkan kesejahteraan individu yang membentuk masyarakat. Individu itu sendiri tidak peduli pada jumlah modal dalam perekonomian, atau bahkan jumlah output. Mereka hanya peduli pada jumlah barang dan jasa yang dapat mereka konsumsi. Jadi seorang pembuat kebijakan yang jeli akan memilih kondisi mapan dengan tingkat konsumsi tertinggi. Nilai kondisi mapan k yang memaksimalkan konsumsi disebut tingkat modal Kaidah Emas (Golden Rule level of capital) dan dinyatakan dengan k*emas.

Bagaimana kita bisa menyatakan bahwa suatu perekonomian berada pada tingkat Kaidah Emas? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama kita harus menentukan konsumsi per pekerja pada kondisi mapan. Lalu kita bisa menentukan kondisi mapan mana yang memberikan konsumsi paling besar.

Untuk mencari konsumsi per pekerja pada kondisi mapan, kita mulai dengan identitas perhitungan pendapatan nasional

y = c + idan mengubahnya menjadi

c = y i

Konsumsi adalah output dikurangi dengan investasi. Karena kita ingin mencari konsumsi pada kondisi mapan, maka kita ganti nilai kondisi mapan untuk output dan investasi. Output per pekerja pada kondisi mapan adalah f(k*), di mana k* adalah persediaan modal per pekerja pada kondisi mapan. Selanjutnya, karena persediaan modal tidak berubah dalam kondisi mapan, maka investasi sama dengan penyusutan k*. Dengan mengganti f(k*) untuk y dan k* untuk i. Kita bisa menulis konsumsi per pekerja pada kondsi mapan sebagai berikut.

c* = f(k*) - k*

Menurut persamaan ini, konsumsi kondisi mapan adalah sisa dari output kondisi mapan setelah dikurangi depresiasi pada kondisi mapan. Persamaan ini menunjukkan bahwa kenaikan modal pada kondisi mapan memiliki dua dampak yang berlawanan terhadap konsumsi pada kondisi mapan. Di satu sisi lebih banyak modal berarti lebih banyak output. Di sisi lain, lebih banyak modal juga berarti lebih banyak output yang harus digunakan untuk mengganti modal yang habis dipakai.

Gambar di atas menunjukkan output pada kondisi mapan dan depresiasi pada kondisi mapan sebagai fungsi dari persediaan modal kondisi mapan. Konsumsi kondisi mapan adalah perbedaan antara output dan depresiasi. Gambar ini menunjukkan bahwa ada suatu tingkat persediaan modal tingkat kaidah emas k* - yang memaksimalkan konsumsi.

Ketika membandingkan kondisi mapan, kita harus ingat bahwa tingkat modal yang lebih tinggi mempengaruhi output dan depresiasi. Jika tingkat modal berada di bawah tingkat Kaidah Emas, maka kenaikan persediaan modal akan meningkatkan output lebih banyak ketimbang depresiasi. Sehingga konsumsi meningkat. Dalam hal ini fungsi produksi lebih curam daripada garis k*, sehingga perbedaan di antara kedua kurva ini yang sama dengan konsumsi tumbuh ketika k* naik. Sebaliknya, jika persediaan modal di atas tingkat Kaidah Emas, maka kenaikan persediaan modal mengurangi konsumsi, karena kenaikan output lebih kecil ketimbang kenaikan depresiasi. Dalam hal ini fungsi produksi lebih datar ketimbang garis k*, sehingga perbedaan diantara kurva konsumsi mengecil ketika k* naik. Pada tingkat modal kaidah emas, fungsi produksi dan garis k* memiliki kemiringan (slope) yang sama, dan konsumsi berada tingkat terbesarnya.

Sekarang kita bisa mencirikan kondisi sederhana yang mencirikan tingkat modal Kaidah Emas. Ingatlah bahwa kemiringan fungsi produksi adalah produk marjinal modal MPK. Kemiringan garis k* adalah . Karena kedua kemiringan ini sama pada k*emas, maka Kaidah Emas dijelaskan dengan persamaan

MPK = Pada tingkat kaidah emas, produk marjinal modal sama dengan tingkat depresiasi.

Sebagai contoh lain, anggaplah bahwa perekonomian dimulai dengan beberapa persediaan modal pada kondisi mapan k* dan pembuat kebijakan sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan persediaan modal menjadi k* + 1. Jumlah output tambahan dari kenaikan modal ini akan menjadi f(k*+1) f(k*), yang merupakan produk marjinal modal MPK. Jumlah depresiasi tambahan dari memiliki 1 unit modal tambahan adalah tingkat depresiasi .

Jadi pengaruh netto dari unit modal tambahan terhadap konsumsi adalah MPK - . Jika MPK - > 0, maka kenaikan modal akan meningkatkan konsumsi, sehingga k* ada di bawah tingkat Kaidah Emas. Jika MPK - < 0, maka kenaikan modal akan mengurangi konsumsi, sehingga k* pasti berada di atas tingkat Kaidah Emas. Karena itu, kondisi berikut ini menjelaskan Kaidah Emas:

MPK - = 0

Pada tingkat modal kaidah emas, produk marjinal modal setelah depresiasi (MPK - ) sama dengan nol. Sebagaimana yang akan kita lihat, pembuat kebijakan bisa menggunakan kondisi ini untuk mencari persediaan modal Kaidah Emas dalam perekonomian.

Ingatlah bahwa perekonomian tidak secara otomatis terdorong ke arah kondisi mapan Kaidah Emas. Jika kita menginginkan persediaan modal pada kondisi mapan tertentu, sebagaimana Kaidah Emas, kita membutuhkan tingkat tabungan tertentu untuk mendukungnya.

Transisi Menuju Kondisi Mapan Kaidah Emas

Marilah kita buat masalah pembuat kebijakan di atas lebih realistis. Sejauh ini, kita telah mengasumsikan bahwa pembuat kebijakan dapat dengan mudah memilih kondisi mapan perekonomian dan langsung melompat ke sana. Dalam kasus ini, pembuat kebijakan akan memilih kondisi mapan dengan konsumsi tertinggi kondisi mapan Kaidah Emas. Namun, anggaplah bahwa perekonomian telah mencapai kondisi mapan lain. Apa yang terjadi dengan konsumsi, investasi, dan modal etika perekonomian melakukan transisi diantara kedua kondisi mapan? Mungkinkah pengaruh dari transisi ini menyurutkan langkah si pembuat kebijakan untuk mencapai Kaidah Emas?

Kita harus memperhatikan dua kasus perekonomian mungkin dimulai dengan lebih banyak modal ketimbang dalam kondisi mapan Kaidah Emas, atau dengan lebih sedikit modal. Akan kita lihat bahwa kedua kasus itu memberikan masalah yang sangat berbeda bagi para pembuat kebijakan.

Memulai dengan Terlalu Banyak Modal

Pertama-tama mari kita telaah kasus dimana perekonomian dimulai pada kondisi mapan dengan lebih banyak modal ketimbang yang harus dimilikinya dalam kondisi mapan Kaidah Emas. Dalam kasus ini, pembuat kebijakan harus mengeluarkan kebijakan yang bertujuan mengurangi tingkat tabungan untuk menurunkan persediaan modal. Anggaplah kebijakan ini berhasil dan pada suatu titik sebut saja waktu t0 tingkat tabungan turun ke tingkat yang secara berangsur-angsur menuju kondisi mapan Kaidah Emas.

Gambar di atas menunjukkan apa yang terjadi dengan output, konsumsi, dan investasi ketika tingkat tabungan turun. Penurunan tingkat tabungan ini akan meningkatkan konsumsi dan menurunkan investasi. Karena investasi dan depresiasi adalah sama dalam kondisi mapan awal, maka investasi menjadi lebih kecil daripada depresiasi, yang berarti perekonomian tidak lagi berada dalam kondisi mapan. Secara berangsur-angsur, persediaan modal turun, yang menyebabkan penurunan output, konsumsi, dan investasi. Variabel-variabel ini terus turun sampai perekonomian mencapai kondisi mapan yang baru. Karena kita mengasumsikan bahwa kondisi mapan yang baru adalah kondisi mapan Kaidah Emas, maka konsumsi harus lebih tinggi dari pada sebelum terjadi perubahan tingkat tabungan, meskipun output dan investasi lebh rendah.

Ingatlah bahwa, dibandingkan dengan kondisi mapan yang baru, konsumsi lebih tinggi tidak hanya dalam kondisi mapan yang baru tetapi juga di sepanjang jalur menuju kondisi mapan itu. Ketika persediaan modal melebihi tingkat Kaidah Emas, mengurangi tabungan jelas merupakan kebijakan hang baik, karena meningkatkan konsumsi di setiap titik waktu.

Memulai dengan Terlalu Sedikit Modal

Ketika perekonomian dimulai dengan modal yang lebih kecil dari pada dalam kondisi mapan Kaidah Emas, pembuat kebijakan harus menaikkan tingkat tabungan untuk mencapai Kaidah Emas.

Gambar di atas menunjukkan apa yang terjadi. Kenaikan tingkat tabungan pada waktu t0 menyebabkan penurunan konsumsi dan kenaikan investasi. Memang, selamanya investasi yang tinggi akan menyebabkan persediaan modal naik. Ketika modal terakumulasi, output, konsumsi, dan investasi secara bertahap naik, dan akhirnya mendekati tingkat kondisi mapan yang baru. Karena kondisi mapan semula berada di bawah Kaidah Emas, maka kenaikan tabungan akhirnya menyebabkan tingkat konsumsi yang lebih tinggi ketimbang yang telah dicapai sebelumnya.

Apakah kenaikan tabungan yang mengarah ke kondisi mapan Kaidah Emas meningkatkan kesejahteraan ekonomi? Hal itu pada akhirnya memang terjadi, karena tingkat konsumsi pada kondisi mapan memang lebih tinggi. Tetapi untuk mencapai kondisi mapan yang baru itu membutuhkan periode awal dimana konsumsi harus dikurangi. Ingatlah kebalikan dari kasus ketika perekonomian dimulai di atas Kaidah Emas. Ketika perekonomian dimulai di atas Kaidah Emas, mencapai Kaidah Emas menghasilkan konsumsi yang lebih tinggi pada seluruh titik waktu. Ketika perekonomian dimulai di bawah Kaidah Emas, mencapai Kaidah Emas perlu menurunkan konsumsi lebih dahulu untuk meningkatkan konsumsi di masa depan.

Ketika menurunkan apakah akan berupaya mencapai kondisi mapan Kaidah Emas, para pembuat kebijakan harus memperhitungkan bahwa konsumen sekarang dan konsumen masa depan tidak selalu orang yang sama. Mencapai Kaidah Emas berarti mencapai tingkat konsumsi pada kondisi mapan tertinggi dan sekaligus menguntungkan generasi mendatang. Tetapi apabila perekonomian pada awalnya berada di bawah Kaidah Emas, mencapai Kaidah Emas perlu meningkatkan investasi dan dengan demikian mengurangi konsumsi dari generasi sekarang. Jadi ketika memilih apakah akan meningkatkan akumulasi modal, para pembuat kebijakan menghadapi dilema (trade off) di antara kesejahteraan generasi yang brbeda. Pembuat kebijakan yang lebih peduli pada generasi sekarang ketimbang generasi mendatang mungkin tidak akan memutuskan untuk mencapai kondisi mapan Kaidah Emas. Sebaliknya, pembuat kebijakan yang peduli terhadap seluruh generasi akan memilih mencapai Kaidah Emas. Meskipun generasi sekarang akan mengkonsumsi lebih sedikit, namun jumlah generasi mendatang yang tidak terbatas akan mendapatkan manfaat dengan bergerak menuju Kaidah Emas.

Jadi, akumulasi modal yang optimal sangat bergantung pada bagaimana kit memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Kaidah Emas ini menyatakan, berbuatlah untuk orang lain sebagaimana Anda ingin orang lain melakukan hal yang sam auntuk Anda, Jika kita memegang teguh nasehat ini, kita akan memberikan perhatian yang sama pada seluruh generasi. Dalam hal ini, adalah optimal untuk mencapai tingkat modal Kaidah Emas itulah mengapa kaidah ini disebut Kaidah Emas.

D. POPULATION GROWTHModel dasar teori Solow menunjukkan bahwa akumulasi capital tidak dapat menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi yang terus menerus. Suku bunga yang tinggi memang akan mendorong tumbuhnya ekonomi, tapi itu hanya untuk sementara, karena ekonomi akan kembali ke kondisi mapannya dimana capital dan outputnya adalah konstan. Untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang terjadi kita perlu memperluas model Solow dengan memasukkan dua sumber pertumbuhan ekonomi lainnya yaitu pertumbuhan populasi dan perkembangan teknologi. Pada bagian ini kami akan menambahkan faktor pertumbuhan ekonomi ke dalam model Solow.

1. Kondisi mapan dengan pertumbuhan populasi

Bagaimana pertumbuhan populasi mempengaruhi kondisi mapan? Untuk menjawab pertanyaan ini, harus diperhatikan bagaimana pertumbuhan populasi, bersama dengan investasi dan depresiasi, mempengaruhi akumulasi dari capital per pekerja. Seperti dijelaskan sebelumnya, investasi akan meningkatkan capital, sedangkan depresiasi akan menurunkannya. Tapi sekarang akan diterangkan mengenai faktor ketiga yang mempengaruhi yaitu pertumbuhan dari jumlah pekerja.

Perubahan capital stock per pekerja dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut:

k = i ( + n)k

Persamaan di atas menunjukkan bagaimana investasi, depresiasi dan populasi mempengaruhi capital stock per pekerja. Investasi meningkatkan k, sedangkan depresiasi dan pertumbuhan populasi akan menurunkan nilai k.

Persamaan ( + n)k dapat disebut juga sebagai break-even investment, yaitu jumlah investasi yang diperlukan untuk menjaga capital stock per pekerja tetap konstan. Persamaan itu juga menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi mengurangi akumulasi dari capital per pekerja sama seperti depresiasi. Jika depresiasi mengurangi k dengan memakai capital stock, pertumbuhan populasi mengurangi k dengan membagi capital stock menjadi lebih kecil diantara populasi pekerja yang lebih banyak

2. Dampak pertumbuhan populasi

Pertumbuhan populasi mempengaruhi model dasar solow pada tiga hal.

1. Pertumbuhan populasi membawa kita semakin dekat kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pada kondisi mapan dengan pertumbuhan populasi, capital per pekerja dan output per pekerja adalah konstan. Karena jumlah pekerja tumbuh pada n rate, maka total capital dan total output juga harus bertambah sebesar n rate. Walaupun pertumbuhan populasi tidak bisa menjelaskan pertumbuhan berkelanjutan pada hidup yang standar (karena output per pekerja adalah konstan dalam kondisi mapan), tapi ini bisa membantu menjelaskan pertumbuhan berkelanjutan dari total output.

2. Pertumbuhan populasi memberikan kita penjelasan lain, kenapa suatu negara kaya dan negara lain miskin. Dengan mempertimbangkan efek dari peningkatan pertumbuhan populasi. Grafik dibawah menunjukkan bagaimana peningkatan pertumbuhan populasi mempengaruhi capital per worker.

Dari grafik diatas dapat kita lihat, bahwapeningkatan jumlah populasi akan berdampak pada penurunan capital per pekerja dari k1 menjadi k2. Solow model memprediksikan bahwa negara dengan pertumbuhan populasi lebih tinggi akan memiliki tingkat level GDP per orang lebih rendah.

3. Pertumbuhan populasi mempengaruhi kriteria dalam menentukan tingkat golden rule dari capital. Untuk melihat bagaimana kriteria ini berubah, perhatikan persamaan dibawah

C = y i

Karena output keadaan mapan adalah f(k*) dan investasi pada keadaan mapan adalah ( + n)k*, maka tingkat konsumsi pada keadaan mapan dapat ditulis sebagai berikut

C* = f(k*) - ( + n)k*

Menggunakan argumen sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat k* yang akan memaksimalkan konsumsi adalah

MPK = + n

Dalam Golden Rule keadaan mapan, the marginal produk of capital net dari depresiasi setara dengan tingkat pertumbuhan populasi.

3. Perspektif alternatif dalam pertumbuhan populasi

Model pertumbuhan Solow menitikberatkan pada interaksi antara pertumbuhan populasi dengan akumulasi kapital. Pertumbuhan populasi yang tinggi mengurangi output per pekerja karena pertumbuhan pekerja yang cepat memaksa capital stock tersebar lebih kecil, sehingga setiap pekerja mendapat capital yang lebih sedikit. Berikut merupakan dua model lain yang membahas mengenai pertumbuhan populasi.

a. The Malthusian Model

Dalam bukunya, An Essay on the Principle of Population as It Affects the Future Improvement of Society, seorang ekonom bernama Thomas Robert Malthus, membuat suatu prediksi yang mengerikan tentang pertumbuhan populasi. Malthus mengungkapkan bahwa setiap peningkatan populasi akan secara berkelanjutan membatasi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia memprediksikan bahwa umat manusia akan selamanya hidup dalam kemiskinan.Thomas Roberts Malthus menyimpulkan bahwa kekuatan dari suatu populasi itu jauh lebih besar dibandingkan kemampuan bumi untuk memproduksi kebutuhan manusia. Model Malthusianmungkin saja menggambarkan dunia saat dia hidup. Tapi prediksinya bahwa manusia akan selamanya hidup dalam kesengsaraan telah terbukti salah. Saat ini populasi dunia telah meningkat hampir 6 kali lipat dari 2 abad yang lalu, tapi standar hidup rata-rata masyarakat sekarang jauh lebih tinggi. Selain itu dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat kelaparan, gizi buruk jauh lebih rendah dibanding zaman Malthus hidup. Malthus gagal memprediksi bahwa meningkatnya kecerdasan manusia akan mengalahkan efek dari semakin bertambahnya populasi.

b. Kremerian Model

Berbeda dengan maltus, yang memandang pertumbuhan populasi sebagai ancaman untuk meningkatkan standar hidup, ekonom Michael Kemer telah mengajukan teori bahwa pertumbuhan populasi adalah kunci penggerak dalam meningkatnya kemakmuran ekonomi. Kremer berpendapat, dengan semakin banyaknya orang, maka akan semakin banyak pula munculnya scientists, inventors, dan engineers untuk berkontribusi pada kemajuan inovasi dan teknologi.

Sebagai bukti dari hipotesisnya, Kremer mengambil contoh tingkat pertumbuhan dunia telah meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dunia. Fakta ini konsisten dengan hipotesis bahwa, semakin banyak orang, maka akan semakin maju teknologinya.

E. KEMAJUAN TEKONOLOGI DALAM MODEL SOLOWKemajuan Teknologi merupakan variabel eksogen yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu.

Efisiensi Tenaga KerjaUntuk mengetahui pengaruh teknologi dalam fungsi produksi, fungsi produksi harus dikaitkan juga dengan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y. Jadi fungsi produksinya adalah:

Y = F(K,L)

Dengan adanya kemajuan teknologi, fungsi tersebut menjadi:

Y = F(K, L x E)

E adalah variabel yang disebut variabel efisiensi tenaga kerja. Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-metode produksi, yaitu ketika teknologi mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja meningkat. Sebagai contoh, efisiensi tenaga kerja meningkat ketika produksi lini perakitan mentransformasi sistem manufaktur pada awal abad kedua puluh, dan meningkat lagi ketika komputerisasi diperkenalkan paa abad kedua puluh. Efisiensi tenaga kerja juga meningkat ketika ada pengembangan dalam bidang kesehatan, pendidikan, atau keahlian tenaga kerja.

L x E mengukur jumlah para pekerja efektif. Perkalian ini memperhitungkan n yaitu jumlah tenaga kerja dan E yaitu efisiensi masing-masing pekerja. Dari perkalian tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi produksi Y bergantung pada modal total K dan jumlah pekerja efektif L x E .

Inti dari pendekatan terhadap mode kemajuan teknologi ini adalah bahwa peningkatan efisiensi tenaa kerja E sejalan dengan peningkatan angkatan kerja L. sebagai contoh, anggaplah bahwa kemajuan teknologi telah melipatgandakan efisiensi tenaga kerja E antara tahun 1980 dan 2010. Hal ini berarti bahwa dua orang pekerja di tahun 1980, sama produktifnya dengan satu orang di tahun 2010. Artinya, meskipun jumlah pekerja actual (L) antara tahun 1980 dan 2010 adalah sama, jumlah pekerja efektif (L x E) meningkat dua kali lipat dan perekonomian mendapat keuntungan dari peningkatan produksi barang dan jasa.

Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g. Misalkan g=0,02, maka setiap unit tenaga kerja menjadi lebih efisien 2% setiap tahunnya, output meningkat jika angkatan kerja meningkat sampai 2% tambahan tersebut (tambahan efisiensi).

Bentuk kemajuan teknologi ini disebut pengoptimalan tenaga kerja, dan g disebut tingkat kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (labor-augmenting technological progress). Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n, dan efisiensi dari tiap unit tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g, maka jumlah pekerja efektif L x E tumbuh pada tingkat n + g.

Kondisi Mapan dengan Kemajuan TeknologiKarena kemajuan teknologi pada model Solow menambah efisiensi tenaga kerja E, maka hal ini memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi. Meskipun jumlah pekerja tidak meningkat akibat kemajuan teknologi ini. Namun sebenarnya, setiap pekerja mampu menghasilkan unit yang lebih banyak sepanjang waktu sehingga kemajuan teknologi menyebabkan jumlah pekerja efektif meningkat. Pengertian pekerja dikatakan efektif disini adalah:

Menurut Richard M. Steers (1980 : 1), efektivitas yang berasal dari kata efektif, yaitu suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit keluaran (output). Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh Richard M. Steers (1980:9), yaitu:

1. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan tehnologi organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara.

2. Karakteristik Lingkungan

Karakteristik ini menyangkut bagaimana pandangan organisasi terhadap lingkungannya sehingga lingkungan mampu mendukung proses produksinya.

3. Karakteristik Pekerja

Karakteristik ini merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun tehnologi yang digunakan merupakan teknologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.

4. Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen

Dengan makin rumitnya proses teknologi dan perkembangannya lingkungan maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit. Hal ini disebabkan karena manajer harus secara continue melatih para pekerja untuk beradaptasi dengan mesin-mesin baru dan sistem yang baru juga.

Jika sebelumnya kita menganalisis perekonomian dalam kuantitas per pekerja, sekarang kita menganalisis perekonomian dalam hal kuantitas pekerja yang efektif.

k= K/ (L+E) , k= modal per pekerja yang efektif

y=Y/ (L+E), y= output per pekerja yang efektif

y= f(k)

k mengalami evolusi menjadi:

k =sf(k) ( +n +g)k

Perubahan persediaan modal k sama dengan investasi sf(k) dikurangi investasi pulang-pokok (+n +g)k. Namun demikian, karena k= K/ (L x E), maka investasi pulang pokok memiliki tiga kaidah, yaitu: untuk mejaga k tetap konstan:

k dibutuhkan untuk mengganti modal yang terdepresiasi nk dibutuhkan untuk memberi modal kepada para pekerja baru gk dibutuhkan untuk memberi modal bagi para pekerja efektif baru yang diciptakan kemajuan teknologiPenjelasan tentang kemajuan teknologi tidak secara mencolok membedakan analisis kita tentang kondisi mapan. Ada satu tingkat k yang dinyatakan dengan k*, dimana modal pekerja efektif dan output per pekerja adalah efektif adalah konstan. Seperti sebelumnya, kondisi mapan ini menunjuka=kan ekuilibrum perekonomian jangka-panjang. Hal ini ditunjukkan pada grafik di bawah ini:

Gambar: Kemajuan teknologi dan Model Perutmbuhan Solow

Kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja pada tingkat g mempengaruhi model pertumnuhan Solow dalam cara yang sama dengan pertumbuhan populasi n. Dengan k didefinisikan sebagai jumlah modal per pekerja efektif, yang meningkatkan jumlah pekerja efektif karena kemajuan teknologi cenderung mengurangi k. Dalam kondisi mapan, investasi sf(k) secara tepat mengimbangi penurunan k yang terkait dengan depresiasi, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi.

Dampak Kemajuan TeknologiDampak kemajuan teknologi dapat ditunjukkan dengan kinerja empat variabel kunci dalam kondisi mapan dengan kamjuan teknologi. Hal ini ditunjukkan lewat tabel di bawah ini:VariabelSimbolTingkat Pertumbuhan Kondisi Mapan

Modal per pekerja efektifk=K/(L x E)0

Output per pekerja efektify= Y/(L x E)= f(k)0

Output per pekerjaY/L= y x Eg

Output totalY=y x (L x E)n+g

Modal per pekerja fektif k adalah konstan dalam kondisi mapan. Karena y=f(k), maka outpu per pekerja efektif juga konstan. Variabel inilah yang menunjukkan kuantitas per pekerja efektif yang stabil pada kondisi mapan.

Berdasarkan informasi tersebut, kita dapat menduga apa yang terjadi dengan variabel lainnya yang tidak dinyatakan per pekerja efektif. Sebagai contoh, perhatikan output per pekerja actual Y/L =y x E. Karena y konstan pada keadaan stabil dan E tumbuh sebesar g, output per pekerja juga harus tumbuh sebesar g pada keadaan yang stabil. Demikian pula total output perekonomian adalah . Demikian pula total output perekonomian adalah Y=y x (L x E). Karena y adalah konstan pada keadaan stabil, E tumbuh pada tingkat g, dan L tumbuh pada tingkat n, maka output total tumbuh sebesar n + g pada keadaan stabil.

Dengan adanya kemajuan teknologi, model akhirnya bisa menjelaskan kenaikan yang berkelanjutan dalam stanar kehidupan yang kita amati. Yaitu, menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah pada pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi mengarah ke tingkat pertumbuhan yang tinggi hanya jika kondisi mapa terapai. Sekali perekonomian berada apda kondisi mapan, tingkat pertumbuhan output per pekerja hanya bergantung pada tingkat kemajuan teknologi.

Mengacu pada Model Solow, hanya kemajuan teknologi yang bisa menjelaskan peningkatan standar kehidupan yang berkelanjutan.Kemajuan teknologi ini dibedakan menjadi empat, yaitu:

Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress), seperti penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenios mesin serta peralatan modern lainnya

Kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving technological progress), semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan menghemat modal.

Kemajaun teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-augmenting technological progress) terjadi apabila penerapan teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau ketrampilan angkatan kerja secara umum.

Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital-augmenting technological progress), jenis kemajuan ini terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif. Misalnya, penggunaan bajak kayu dengan bajak baja dalam produksi pertanian.

Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidah Emas. Tingkat modal Kaidah Emas kini didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan konsumsi per pekerja efektif. Dengan mengikuti argument yang sama yang kita gunakan sebelumnya, kita bisa menunjukkan bahwa konsumsi per pekerja efektif pada kondisi mapan adalah:

c* = f(k*)-( + n + g)*

konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika:

MPK = + n + g

Atau

MPK - = n + g

Pada tingkat modal kaidah Emas, produk marginal modal neto, MPK - sama dengan tingkat pertumbuhan output total, n + g. Karena perekonomian actual mengalami pertumbuhan n populasi dan kemajuan teknologi, maka kita harus menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi apakah hal itu memiliki modal yang lebih besar atau lebih kecil daro kondisi mapan Kaidah Emas.

Data Empiris Pertumbuhan Ekonomi

1. Pertumbuhan yang Seimbang

Menurut model Solow, kemajuan teknologi menyebabkan nilai banyak variabel untuk naik bersama-sama pada kondisi mapan. Sifat ini disebut pertumbuhan berimbang (balanced growth).

Pada kondisi mapan, output per pekerja, Y/L, dan persediaan modal per pekerja, K/L, keduanya tumbuh pada tingkat g, yang adalah tingkat kemajuan teknologi. Ini konsisten dengan data AS di mana g bernilai sekitar 2 persen secara konsisten sejak 50 tahun lalu.

Kemajuan teknologi juga mempengaruhi harga-harga faktor. Pertumbuhan upah riil pada tingkat kemajuan teknologi, tapi harga sewa modal riil tetap konstan setiap saat. Lagi, selama 50 tahun terakhir, upah riil telah meningkat 2 persen dan telah meningkat hampir sama dengan GDP riil. Namun, harga sewa modal riil (pendapatan modal riil dibagi persediaan modal) telah sekitar sama.

2. Konvergensi

Konvergensi pertumbuhan ekonomi adalah sebuah konsep yang menjelaskan bahwa suatu saat tingkat pendapatan negara-negara kaya dan miskin akan bertemu pada satu titik. Artinya negara-negara miskin akan berkembang lebih cepat dibanding negara yang sudah mapan. Jika tidak ada konvergensi, maka negara yang miskin tidak akan mampu mengejar negara kaya dan akan selamanya miskin.

Model Solow meramalkan kapan convergence terjadi. Menurut model tersebut kapan pertemuan (convergence) perekenomian terjadi bergantung pada perbedaan saat mereka memulai. Di satu sisi, jika dua perekonomian dengan kondisi mapan yang sama seperti yang ditentukan oleh tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan efisiensi tenaga kerja, karena kesalahan sejarah memulai dengan tingkat persediaan modal yang berbeda. Contoh adalah negara Jepang dan Jerman setelah PD II. Negara dengan tingkat persediaan modal yang lebih kecil diharapkan secara alami akan tumbuh lebih cepat untuk menyusul negara yang sudah kaya.

Dalam contoh perekonomian dengan budaya dan kebijakan yang sama, studi yang dilakukan membuktikan bahwa perekonomian negara kaya dengan negara miskin akan berkonvergensi sebesar 2% tiap tahun. Angka ini salah satunya terbukti di AS. Setelah perang sipil tahun 1860-an, tingkat pendapatan antara negara bagian mempunyai variasi yang cukup besar. Namun, dengan berlalunya waktu tingkat perbedaan pendapatan ini semakin berkurang.

Pada tingkat internasional, keadaannya lebih rumit. Ketika kita hanya melihat tingkat pendapatan perkapita, kita kurang mendapatkan bukti mengenai terjadinya konvergensi. Negara-negara miskin tidak berkembang lebih cepat daripada negara kaya. Penemuan ini mengindikasikan bahwa negara yang berbeda mempunyai kondisi mapan yang berbeda pula. Namun, jika teknik statistik digunakan untuk mengendalikan beberapa kondisi determinan seperti tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan tingkat pendidikan, maka data menunjukkan tingkat konvergensi sebesar 2% pertahun. Dengan kata lain, perekonomian internasional memperlihatkan konvergensi kondisonal. Perekonomian itu akan berkonvergen dengan kondisi mapannya sendiri-sendiri, yang akhirnya ditentukan oleh tabungan, pertumbuhan populasi, dan pendidikan.

3. Akumulasi Faktor Produksi versus Efisiensi Produksi

Dilihat dari sisi akuntansi, perbedaan tingkat pendapatan antar negara bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu perbedaan faktor produksi seperti kuantitas modal fisik dan modal manusia, serta perbedaan efisiensi dalam penggunaan faktor produksi. Suatu negara miskin bisa disebabkan karena memang kekurangan faktor produksi seperti SDA dan SDM atau karena SDA dan SDM tadi tidak digunakan secara optimal.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk memperkirakan kepentingan relatif dari dua sumber perbedaan pendapatan. Jawabannya bervariasi dari satu studi ke studi lainnya, tetapi keduanya bak faktor akumulasi maupun efisiensi produksi tampak penting.

Sebuah penemuan menyatakan bahwa kedua hal tadi berkorelasi positif. Negara yang mempunyai tingkat modal fisik dan sumber daya manusia yang besar cenderung menggunakan faktor produksi secara efisien. Ada tiga hipotesis yang berusaha menjelaskan fenomena tersebut.

Hipotesis pertama adalah bahwa perekonomian yang efisien dapat mendorong akumulasi modal. Sebagai contoh, seseorang dalam perekonomian yang berfungsi dengan baik mungkin mempunyai sumber daya dan insentif untuk tetap bersekolah serta mengakumulasi modal manusia yang lebih besar.

Hipotesis kedua adalah sebaliknya, bahwa akumulasi modal dapat mendorong efisiensi yang lebih baik. Jika ada eksternalitas yang positif terhadap modal fisik dan modal manusia, maka negara yang menabung dan menginvestasikan lebih banyak tampaknya mempunyai faktor produksi lebih baik.

Hipetesis terakhir adalah bahwa faktor akumulasi dan efisiensi produksi digerakkan oleh variabel ketiga. Variabel ketiga ini dapat berupa kualitas institusi suatu negara, termasuk pembuatan kebijakan pemerintah. Misalnya pemerintah yang korup akan membuat perekonomian mengakumulasi modal lebih sedikit dan gagal menggunakan modal tersebut dengan efisien.

4. Pengaruh Perdagangan Bebas terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Adam Smith menjelaskan dalam bukunya bahwa penjahit tidak akan membuat sepatunya sendiri dan tukang sepatu tidak akan membuat pakaiannya sendiri. Keduanya harus berdagang untuk mencapai efisiensi. Hal ini karena bagi tukang sepatu, lebih murah membeli pakaian daripada menjahitnya sendiri, begitu juga sebaliknya.

Pandangan Adam Smith tadi diperkuat oleh pendapat David Ricardo dalam teori keunggulan komparatifnya dan teori perdagangan internasional lainnya yang lebih modern. Menurut teori keunggulan komparatif, sebuah negara yang membuka diri untuk melakukan perdagangan akan memperoleh tingkat efisiensi produksi dan standar hidup yang lebih tinggi dengan melakukan spesialisasi pada barang-barang di mana negara tersebut memiliki keunggulan komparatif.

Dat riil menegaskan teori di atas. Ekonom Andrew Warner dan Jeffrey Sachs meneliti selama periode 1970-1989. Hasil penelitian menunjukkan, pada negara maju, negara yang perekonomiannya terbuka tumbuh sebesar 2,3% pertahun. Sedangkan negara yang perekonomiannya tertutup hanya tumbuh 0,7% pertahun. Sedangkan pada level negara berkembang, negara terbuka tumbuh 4,5% pertahun dan negara tertutup hanya tumbuh 0,7% pertahun.

Penelitian juga dilakukan untuk meneliti apa yang terjadi jika perekonomian tertutup membuka hambatan perdagangan. Sekali lagi, hipotesis Adam Smith benar. Berdasarkan sejarah, negara yang membuka perekonomiannya, biasanya akan mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi. Contohnya adalah Jepang pada tahun 1850-an, Korsel tahun 1960-an dan Vietnam tahun 1990-an. Namun, korelasi bukan berarti penyebab. Perdagangan bebas biasanya disertai degnan reformasi lainnya, sehingga kita kesulitan membedakan dampak dari perdagangan atau dampak dari reformasi lainnya.

Frankel dan Romer melakukan penelitian mengenai dampak dari perdagangan pada pertumbuhan dan dilakukan dengan melihat dampak dari wilayah. Perbedaan wilayah harus diperhitungkan. Misalnya, negara Selandia Baru ketika memulai melakukan perdagangan bebas tentu efeknya berbeda dengan negara Belgia yang berada di tengah-tengah negara berpenduduk padat.

Setelah menganalisis data yang diperoleh, Frankel dan Romer menyimplkan: kenaikan persentase sebesar satu poin pada rasio perdagangan terhadap GDP meningkatkan pendapatan perkapita sekurang-kurangnya dalam persentase 1,5 poin. Perdagangan meningkatkan pendapatan dan memacu akumulasi modal manusia dan modal fisik serta dengan meningkatkan output untuk setiap tingkatan modal.

F. KEBIJAKAN UNTUK MENDORONG PERTUMBUHANSetelah menggunakan model Sollow untuk menyingkap hubungan di antara sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang berbeda, maka bisa digunakan teori tersebut untuk membantu menuntun pemikiran tentang kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan yaitu:

1. Mengevaluasi Tingkat TabunganMengacu pada model Sollow, seberapa banyak Negara menabung dan berinvestasi adalah determinan penting dari standar kehidupan penduduknya. Tingkat tabungan menentukan tingkat modal dan output pada kondisi mapan (steady state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan kondisi mapan Kaidah Emas, yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja sekaligus kesejahteraan ekonomi. Kaidah Emas memberikan tolok ukur yang bisa dibandingkan dengan perekonomian AS.

Untuk memutuskan apakah perekonomian AS berada pada, diatas, atau di bawah Kaidah Emas, maka perlu dibandingkan produk marjinal modal setelah depresiasi (MPK - ) dengan tingkat pertumbuhan output total (n + g). Pada Kaidah Emas, MPK - = n + g. Jika perekonomian beroperasi dengan modal lebih kecil dari Kaidah Emas, maka produk marjinal yang kian menurun menyatakan bahwa MPK - > n + g. Dalam hal ini, kenaikan tingkat bunga secara bertahap akan mengarah ke kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi. Di sisi lain, jika perekonomiana beroperasi dengan terlalu banyak modal, maka MPK - < n + g, dan tingkat tabungan harus dikurangi.

Misal terdapat tiga fakta berikut di Amerika Serikat :

a. Persediaan modal kira-kira 2,5 kali GDP satu tahun

b. Depresiasi modal kira-kira 10 persen GDP

c. Pendapatan modal kira-kira 30 persen dari GDP

Sehingga dapat ditulis :

a. K = 2,5y

b. k = 0,1 y

c. MPK x k = 0,3 y

Maka akan didapatkan k/k = (0,1y)/(2,5y) dan = 0,04

Adapun MPK didapatkan dari :

(MPK x k)/k = (0,3y)/(2,5y) sehingga MPK = 0,12

Jadi, kira-kira 4 persen dari persediaan modal terdepresiasi setiap tahun dan produk marjinal modal kira-kira 12 persen per tahun. Adapun produk marjinal modal neto, MPK-, kira-kira 8 persen per tahun. (Pengembalian modal MPK- = 8 persen per tahun) melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata perekonomian (n + g = 3 persen per tahun).

Fakta tersebut mengindikasikan bahwa persediaan modal dalam perekonomian AS berada di bawah Kaidah Emas. Dengan kata lain, jika Amerika Serikat menabung dan menginvestasikan bagian yang lebih besar dari pendapatannya, maka perekonomian akan tumbuh jauh lebih cepat dan akhirnya mencapai kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi. Penemuan ini menyatakan bahwa para pembuat kebijakan sebenarnya ingin menaikkan tingkat tabungan dan investasi. Dalam kenyataannya, selama bertahun-tahun, peningkatan formasi modal menjadi prioritas tinggi dari kebijakan ekonomi.

2. Mengubah Tingkat TabunganCara yang paling tepat yang bisa dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi tabungan nasional adalah melalui tabungan masyarakat, perbedaan antara jumlah penerimaan pajak pemerintah dan pengeluarannya. Apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya, maka pemerintah dikatakan mengalami defisit anggaran, yang menunjukkan tabungan masyarakat negatif. Defisit anggaran meningkatkan tingkat bunga dan menyusutkan (crowding out) investasi. Penurunan persediaan modal yang diakibatkannya adalah bagian dari beban utang nasional pada generasi mendatang. Sebaliknya, jika pengeluaran pemerintah lebih kecil penerimaannya, dikatakan telah terjadi surplus anggaran. Pemerintah bisa membayar sebagian utang nasional dan mendorong investasi.

Pemerintah juga mempengaruhi tabungan nasional dengan mempengaruhi tabungan swasta, tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan. Sebaliknya, berapa banyak orang yang menabung tergantung pada insentif yang mereka terima, dan insentif ini dibedakan oleh berbagai kebijakan publik. Banyak ekonom berpendapat bahwa tarif pajak atas modal yang tinggi termasuk pajak pendapatan perusahaan, pajak pendapatan federal, dan berbagai jenis pajak pendapatan Negara bagian yang menghambat tabungan swasta dengan mengurangi tingkat pengembalian yang diterima oleh para penabung.

3. Mengalokasikan Investasi PerekonomianModel Solow menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu jenis modal. Di dunia, tentu saja ada banyak jenis modal. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan investasi dalam jenis-jenis modal tradisional, seperti pabrik buldoser dan baja, serta jenis-jenis modal baru, seperti computer dan robot. Pemerintah melakukan investasi dalam berbagai bentuk modal masyarakat, yang disebut infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan sistem pembuangan air.

Meskipun model dasar Solow hanya mencakup modal fisik dan tidak berusaha menjelaskan efisiensi tenaga kerja, dalam banyak hal modal manusia analog dengan modal fisik. Seperti modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Menaikkan tingkat modal manusia membutuhkan investasi dalam bentuk para pengajar, perpustakaan, dan waktu belajar.

Para pembuat kebijakan yang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi harus menghadapi isu tentang jenis-jenis modal apa yang paling dibutuhkan perekonomian. Para pembuat kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan tabungan ke jenis-jenis investasi alternatif. Industri-industri dengan produk marjinal modal tertinggi secara alami akan bersedia meminjam pada tingkat bunga pasar untuk mendanai investasi baru. Sebagian besar ekonom bersikap skeptis terhadap kebijakan industri, karena dua alasan. Pertama, mengukur eksternalitas dari sektor-sektor yang berbeda begitu sulit seperti menggantang asap. Jika kebijakan didasarkan pada pengukuran buruk, maka pengaruhnya akan mendekati acak dan dengan demikian, lebih buruk ketimbang tidak ada kebijakan sama sekali. Kedua, proses politis adalah jauh dari sempurna. Sekali pemerintah terlibat dalam bisnis yang memfasilitasi industri-industri tertentu dengan subsidi dan pengahapusan pajak, hal itu cenderung didasarkan pada kepentingan politis sebagai besaran eksternalitas.

Salah satu jenis modal yang perlu melibatkan pemerintah adalah modal masyarakat. Pemerintah daerah, Negara bagian, dan federal selalu memutuskan apakah akan meminjam untuk mendanai jalan raya, jembatan, dan sistem transit baru.

4. Membangun Institusi yang Tepat

Salah satu alasan mengapa setiap negara memiliki tingkat efisiensi produksi yang berbeda-beda adalah karena mereka memiliki institusi yang berbeda dalam memberikan petunjuk tentang pengalokasian sumber daya langka yang tersedia di negara tersebut. Menciptakan institusi yang tepat penting untuk memastikan sumber daya yang tersedia dialokasikan sebaik-baiknya. Tradisi hukum dari suatu negara merupakan salah satu contoh dari institusi tersebut.

Perbedaan institusi penting lainnya yang terjadi antar negara adalah kualitas dari pemerintahan negara itu sendiri. Suatu pemerintahan yang ideal harus berperilaku sebagai tangan yang menolong (helping hand) pada sistem pasar, perlindungan hak milik, pelaksanaan perjanjian yang telah disetujui, promosi kompetensi, penindakan pelaku kejahatan dan lain sebagainya.

5. Mendorong Kemajuan TeknologiModel Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan dalam pendapatan per pekerja harus berasal dari kemajuan teknologi. Namun, model Solow menganggap kemajuan teknologi sebagai variable eksogen, model Solow tidak dijelaskannya. Sayangnya, determinan kemajuan teknologi tidak dipahami dengan baik.

Di samping pemahaman yang terbatas ini, banyak kebijakan publik dirancang untuk mendorong kemajuan teknologi. Sebagian besar dari kebijakan ini mendorong sektor swasta untuk menyalurkan sumber daya ke inovasi teknologi. Misalnya, sistem paten memberikan monopoli sementara kepada investor produk-produk baur, prinsip perpajakan menawarkan penghapusan pajak untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan serta kantor-kantor pemerintah secara langsung mensubsidi penelitian dasar di universitas. Selain itu, sebagaimana telah dibahas, kebijakan industri juga menyarankan bahwa pemerintah seharusnya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan industri-industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang pesat.G. DI LUAR MODEL SOLOW: TEORI PERTUMBUHAN ENDOGENUmumnya para ekonom menggunakan asumsi untuk menyederhanakan dan kadang-kadang terlalu menyederhanakan masalah yang mereka hadapi. Hal ini terbukti ketka mengevaluasi teori pertumbuhan ekonomi. Salah satu tujuan dari teori pertumbuhan adalah menjelaskan kenaikan yang berkelanjutan dalan standar kehidupan yang kita amati di sebagian besar wilayah di dunia. Model pertumbuhan Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan berkelanjutan itu harus berasal dari kemajuan teknologi. Hal ini tentunya merupakan asumsi dari Solow sendir.

Untuk memahami sepenuhnya proses pertumbuhan ekonomi, kita perlu keluar dari model Solow dan mengembangkan model-model yang menjelaskan kemajuan teknologi yang berasal dari luar Solow. Model-model ini sering disebut teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) karena menolak asumsi model Solow tentang perubahan teknologi yang berasal dari luar (eksogen). Meskipun bidang teori pertumbuhan endogen sangat luas dan kadang-kadang kompleks. Berikut riset modern di luar model Solow:

Model Dasar

Dalam gagasan teori endogen, fungsi produksi adalah:

Y=AK

Dimana Y adalah output, K adalah persediaam modal, dan A adalah konstanta yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal. Fungsi produksi ini tidak menunjukkan muatan dari pengembalian modal yang kian menurun. Satu unit modal tambahan memproduksi unit output tambahan sebesar A, tanpa memperhitngkan berapa banyak modal yang ada, Ketiadaan pengembalian modal yang kian menurun ini merupakan perbedaan penting antara model pertumbuhan endogen dengan Model Solow.

Asumsikan semua pendapatan ditabung atau diinvestasikan, sehingga akumulasi modal dijelaskan dengan persamaan berikut:

K = sY - K

Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (K) sama dengan investasi (sY) dikurangi depresiasi (K). Dengan menggabungkan persamaan ini dengan fungsi produksi Y = AK, maka persamaan menjadi:

Y/Y = K/K = sA -

Persamaan ini menunjukkan apa yang menentukan tingkat pertumbuhan output Y/Y. Selama sA > , pendapatan perekonomian tumbuh selamanya, meskipun tanpa asumsi kemajuan teknologi eksogen.

Jadi, perubahan sederhana dalam fungsi produksi bisa mengubah secara dramatis prediksi tentang pertumbuhan ekonomi. Pada model Solow, tabungan akan mendorong pertumbuhan untuk sementara, tetapi pengembalian modal yang kian menurun pada akhirnya akan mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan dimana pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya, dalam model pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan.

Teori endogen tidak serta merta menolak teori pengembalian modal yang kian menurun, tergantung pada bagaimana kita mengimpretasikan variabel K dalam fungsi produksi Y = AK. Jika kita gunakan pandangan lama bahwa K hanya mencakup persediaan pabrik dan peralatan perekonomian, maka wajar untuk mengasumsikan pengembalian yang kian menurun.

Namun, pengamat teori pertumbuhan endogen berpendapat bahwa asumsi pengembalian modal konstan (bukan kian menurun) lebih bermanfaat jika K diasumsikan secara lebih luas. Kasus terbaik untuk odel endogen adalah memandang ilmu pengetahuan sebagai sejenis modal. Ilmu Pengetahuan adalah input penting dalam produksi perekonomian, baik produksi barang maupun produksi jasa bahkan produksi ilmu pengetahuan terbaru. Jika dibandingkan dengan jenis modal lain, kurang wajar untuk mengasumsikan bahwa ilmu pengetahuan memiliki muatan pengembalian yang kian menurun. (bahkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat selama beberapa abad terakhir membuat sebagian ekonom erpendapat bahwa ada pengembalian ilmu yang meningkat. Jik kita menerima pandangan bahwa ilmu pengetahuan adalah sejenis modal, maka model pertumbuhan endogen dengan asumsi pengembalian modal konstan menjadi deskripsi yang lebih mengesankan tentang pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Model Dua-SektorPerekonomian memiiki dua sektor yang bisa kita sebut perusahaan manufaktur dan unversitas riset. Perusahaan memproduksi barang dan jasa, yang digunakan untuk konsumsi serta investasi dalam modal fisik. Universitas memproduksi factor-faktor produksi yang disebut ilmu pengetahuan yang kemudian digunakan secar bebas oleh kedua sektor. Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi untuk perusahaan, fungsi produksi untuk universitas, dan persamaan akumulasi-modal.

Y = F[K, (1-u)LE](fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur)

E = g(u)E

(fungsi produksi dalam universitas riset)

K = sY - K

(akumulasi modal)

Dimana u adalah bagian dari angkatan kerja di universitas ( 1 u adalah bagian dalam perusahaan manufaktur). E adalah persediaan ilmu pengetahuan (yang pada gilirannya menentukan efisiensi tenaga kerja), dan g adalah fungsi yang menunjukkan bagaimana pertumbuhan ilmu pengetahuan bergantung pada bagian angkatan kerja yang ebrada di universitas. Seluruh notasi ini bersifat standar. Fungsi produksi untuk perusahaan manufaktur diasumsikan memiliki skala pengembalian konstan yaitu jika kita melipatgandakan kedua modal fisik (K) dan jumlah pekerja efektif dalam perusahaan manufaktur [(1-u)LE], maka kita melipatgandakan output barang dan jasa (Y).

Model ini adalah sepupu model Y=AK. Yang terpenting, perekonomian model ini memiliki pengembalian yang konstan (bukan kian menurun), selama modal secara luas didefinisikan meliputi ilmu pengetahuan. Biasanya, jika kita melipatgandakan modal fisik K dan ilmu pengetahuan E, maka kita melipatgandakan output kedua sektor dalam perekonomian. Akibatnya, seperti model Y=AK, model ini mampu menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan tanpa pergeseran eksogen alam fungsi produksi. Disini pertumbuhan yang berkelanjutan itu meningkat secara endogen karena penciptaan ilmu pengetahuan di universitas tidak pernah surut.

Pada saat yang bersamaan model ini juga menrupakan sepupu model Solow. Jika u bagian dari angkatan kerja yang berada di universitas dinyatakan konstan, maka efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkan konstan g(u). hasil pertumbuhan konstan dalam efisiensi tenaga kerja pada tingkat g ini adalah sama dengan asumsi yang idbuat dalam model Solow dengan kemajuan teknologi. Keseluruhan model fungsi produksi perusahaan manufaktur dan persamaan akumulasi modaljuga merakit kembali seluruh model Solow. Akibatnya, untuk setiap niai tertentu dari u, model pertumbuhan endogen bekerja seperti model Solow.

Ada dua variabel keputusan penting dalam model ini. Seperti dalam model Solow, bagian output yang digunakan untuk tabungan dan investasi, s, menentukan persediaan modal fisik paa kondisi mapan. Bagian tenaga kerja u pada universitas menentukan pertumbuhan ilmu pengetahuan. s dan u mempengaruhi tingkat pertumbuhan pendapatan dalam kondisi mapan.

Mikroekonomi dari Penelitian dan PengembanganBerbicara tenang proses penelitian dan pengembangan, terdapat tiga fakta yang muncul, yaitu:

Meskipun ilmu pengetahuan merupakan barang public, namun banyak penelitian yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan untuk mencapai profit.

Penelitian menjadi menguntungkan karena inovasi yang memberikan kekuatan kepada perusahaan monopoli temporer, hal ini karena paten dan keunggulan yang dimiliki perusahaan tersebut untuk produk terbaru.

Ketika perusahaan berinovasi, perusahaan lain secara alamiah akan ikut mengembangkan inovasi tersebut dan menciptakan produk yang lebih unggul.

Model endogen memberikan penjelasan yang lebih lengkap tentang inovasi teknologi.

Terdapat beberapa pandangan bagaimana pengaruh inovasi teknologi (penelitian dan pengembangan) dapat memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan. Ketika satu perusahaan menciptakan suatu inovasi baru terhadap produknya, maka hal ini akan menjadi dasar penelitian dan pengembangan inovasi bagi perusahaan lain yang sejenis untuk menciptakan produk yang bahkan lebih baik dari sebelumnya.

Teori ini keliahatan seperti mendua terhadap pengoptimalan penelitian dan pengembangan, naun hasil empiris di bidang ini biasanya lebih sedikit. Banyak studi yang menyatakan eksternalitas berdiri di atas bahu adalah penting, dan akibatnya imbalan atau pengembaian atas penelitian dan pengembangan cukup besar (lebih dari 40% per tahun).

Daftar PustakaBadan, Awax. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Para Ahli. http://mbegedut.blogspot.com/2010/11/teori-pertumbuhan-ekonomi-menurut-para.html (diakses pada 17 Mei 2014)

Firmansyah, Herlan. Pertumbuhan ekonomi. http://erlan-abuhanifa.blogspot.com/2009/04/bahan-kuliah-pertumbuhan-ekonomi.html (diakses pada 17 Mei 2014)

Mankiw, Gregory. 2007. Makroekonomi. Erlangga: Jakarta.

Priboemi, Putra. Pertumbuhan Ekonomi. http://poetrapriboemiindonesia.blogspot.com/ (diakses pada 17 Mei 2014)

Putra, Yogi Syah. Teori Pertumbuhan Ekonomi : Mahzab Historis http://speunand.blogspot.com/2012/03/teori-pertumbuhan-ekonomi-mahzab.html (diakses pada 17 Mei 2014)

Rustiono, Deddy. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah. http://eprints.undip.ac.id/16937/1/Deddy_Rustiono.pdf (diunduh pada 17 Mei 2014)Sukirno, Sadono, 2000. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Untsa, Naima. Teori Lima Tahapan Pembangunan - W.W Rostow. http://naimashare.blogspot.com/2013/01/teori-lima-tahapan-pembangunan-ww-rostow.html (diakses pada 17 Mei 2014)

y = f(k)

i =sy atau i = sf(k)