measurement theory

17
1 Measurement Theory (Tugas ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Teori Akuntansi) KELAS : A KELOMPOK 5 : Resky Dhaifullah R. (110810301098) Dimas Noviyanto (110810301136) Kresna Teta Wijaya (110810301138) Erlinda Putri A. (110810301147) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER 2014

Upload: erlinda-putri

Post on 20-Jul-2015

877 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

1

Measurement Theory

(Tugas ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Teori Akuntansi)

KELAS : A

KELOMPOK 5 :

Resky Dhaifullah R. (110810301098)

Dimas Noviyanto (110810301136)

Kresna Teta Wijaya (110810301138)

Erlinda Putri A. (110810301147)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan akuntansi yang dipraktekan dalam suatu negara maupun

entitas memiliki tujuan yang mengarah kepada suatu pemeliharaan hubungan

antar entitas bisnis maupun individual, berdasarkan interpretasi informasi

keuangan yang disajikan oleh akuntansi. Penekanan pengakuntansian lebih kepada

satuan kuantitatif (postulat unit moneter) yang dapat dinyatakan secara moneter

daripada unsur kualitatif yang sulit diukur seperti informasi terkait kemampuan

pegawai, produktivitas penyelesaian tugas, pengetahuannya, dan lain-lain. Oleh

karena itu suatu sistem pengukuran akuntansi harus dibuat dan diimplementasikan

agar informasi akuntansi benar-benar menunjukkan aturan semantiknya dan

meminimalisir kelemahannya.

Pengukuran (measurement) merupakan bagian yang sangat penting dalam

suatu penyelidikan ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut adalah untuk menjadikan

data yang dihasilkan lebih informative dan menjadi lebih bermanfaat. Pengukuran

dipakai dalam berbagai disiplin pengetahuan ataupun bidang pekerjaan dan

profesi termasuk bidang akuntansi. Sebagai penyedia informasi akuntansi

memerlukan pengukuran karena data kuantitatif merupakan bagian dominan dari

informasi akuntansi. Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan

dengan satuan pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran

tersebut menunjukkan makna ekonomik dan karenanya pengukuran yang

demikian disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah prses penentuan jumlah

rupiah suatu obyek untuk menentukan makna ekonomik objek tersebut di masa

lalu, sekarang atau yang akan datang.

Suwardjono (2010:3) menekankan pentingnya pemahaman akan suatu teori,

khususnya teori akuntansi, beliau berpendapat bahwa teori akuntansi merupakan

obor yang menerangi praktik akuntansi dengan prinsip-prinsip yang masuk akal.

Penulis berpendapat berdasarkan pernyataan Suwardjono, bahwa salah satu

praktek akuntansi tersebut yaitu terkait aspek pengukuran terhadap struktur

3

laporan keuangan, aset, kewajiban maupun unsur pembentuk ekuitasnya. Maka

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan urgensi operasi pengukuran

dalam akuntansi serta sebagai persyaratan penyelesaian tugas matakuliah teori

akuntansi, penulis menyusun makalah dengan judul ‘’Measurement Theory’’.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa arti penting dari pengukuran?

1.2.2. Apa yang dimaksud dengan skala?

1.2.3. Ada berapa macam dari tipe pengukuran?

1.2.4. Apa yang dimaksud dengan keandalan dan keakuratan?

1.2.5. Pelaksanaan pengukuran dalam akuntansi?

1.2.6. Apa saja isu pengukuran terhadap auditor?

1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang penulisan makalah yang telah dijelaskan, maka

tujuan penulisan makalah ini adalah:

1.3.1. Memberikan pemahaman mengenai arti penting dari pengukuran.

1.3.2. Menjelaskan mengenai tipe pengukuran dan skala yang digunakan dalam

pengukuran.

1.3.3. Menjelaskan tipe-tipe pengukuran untuk merepresentasikan suatu sifat.

1.3.4. Memberikan pemahaman atas keandalan dan keakuratan

1.3.5. Memberikan pemahaman terkait implementasi pengukuran dalam akuntansi

1.3.6. Menjelaskan mengenai pengukuran dalam akuntansi dan pengukuran

terhadap auditor.

4

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pentingnya PengukuranSkala Pengukuran

A. Campbell mendefiniskan pengukuran adalah : “the assignment of

numerals to represent properties of material systems other than numbers, in virtue

of the laws governing these properties” Sedangkan menurut Stevens: “assignment

of numerals to objects or events according to the rules” Dalam pengertian

Campbell, “The System” sama dengan “object or events” dalam pengertian

Steven. Dalam hal ini contohnya adalah : meja, manusia, aset, atau jarak

perjalanan. “Properties” yaitu spesifikasi atau karakteristik dari “The System”

dalam perngertian Campbell. Dalam hal ini maka Teori Pengukuran menurut

Campbell lebih tepat. Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara

matematika yang berkolerasi dengan hubungan dari objek atau kejadian, maka

pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi.

Dalam Akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu

menghitung atau menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai

pertukaran dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi

yang mempengaruhi perusahaan (Godfrey, dkk. 2010). Pengukuran adalah proses

pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan

atribut-atribut konsep Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang

menggambarkan sifat atau cirri yang dikandung objek tersebut (Suwardjono,

2010).

Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat

berupa penilaian subyektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain, yang

dapat menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat

pula berupa pengukuran yang lebih obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi

jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh tentang pengukuran.

Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu kilogram, atau setengah

kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari-hari. Sedangkan dalam akuntansi

contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita mengukur keuntungan

5

dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan kemudian

menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah

memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kekayaan

perusahaan.

Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan khusus

untuk menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan

karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu

objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang

berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita melakukan suatu

pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan

maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai

dengan karakteristik objek yang kita ukur.

Suwardjono (2010:260) menyatakan bahwa pengukuran lebih kepada

kriteria pengakuan aset daripada suatu kriteria untuk mendefinisi aset. Beliau juga

menambahkan bahwa aliran fisis suatu objek harus direpresentasikan dalam

jumlah rupiah sehingga hubungan antarobjek bermakna sebagai informasi dan kos

merupakan representasi kuantitatif suatu objek. Beliau menambahkan bahwa

sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi

sebagai berikut (Suwardjono,2010:260).

(1) Pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat

terjadinya. Selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut

sebagai pengukuran.

(2) Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa

alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan

internal/manajerial atau untuk kepentingan pengkosan produk. Seluruh

kegiatan dalam tahap ini disebut penelusuran.

(3) Pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda-perioda yang

akan dating. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan

tetap melekat pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya

seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan ke pendapatan.

6

Godfrey et al (2010:134) menjelaskan bahwa data kuantitatif dapat

memberikan informasi yang berdampak lebih besar daripada data kualitatif dalam

banyak hal karena pengukuran atribut yang dilaporkan dalam akuntansi adalah

fungi penting dalam akuntansi. Definisi atribut (makna) ini menurut Suwardjono

(2010:274) antara lain berupa nilai, luas, berat, volume, tinggi, umur, indeks

prestasi, dan sebagainya. Menurut Campbell dalam Godfrey et al (2010:134),

yaitu salah satu orang pertama yang mendalami masalah pengukuran, pengukuran

didefinisikan sebagai penetapan angka untuk merepresentasikan properti selain

angka,. Sistem dalam definisi campbell adalah mencakup rumah, meja, orang,aset

atau jarak tempuh. Properti adalah aspek-aspek tertentu atau karakteristik dari

sistem seperti berat, lebar, panjang, atau warna. Godfrey berpendapat lebih

memilih untuk mengukur sifat (properti) dan bukan sistem itu sendiri dan beliau

juga menyatakan bahwa definisi pengukuran menurut Campbell merupakan yang

paling tepat.

2.2. Skala Pengukuran

Godfrey et al (2010:134) menjelaskan bahwa setiap pengukuran dapat

dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran. Skala ini dibuat ketika aturan

semantik digunakan untuk menghubungkan peryataan matematik dengan obyek

atau peristiwa. Skala menunjukan informasi data yang diwakili dengan angka-

angka dan jenis-jenisnya adalah sebagai berikut (Godfrey et al,2010:134-135).

2.2.1. Skala Nominal

Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label.

Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak

sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan: “Dalam pengukuran,

nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari

suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam

skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek.”

(Godfrey, dkk. 2010).

Skala nominal secara sederhana menunjukan klasifikasi, dimana tidak ada

pengukuran yang diperhitungkan dalam penggunaan istilah. Sifat utama yang

7

dimiliki angka tesebut digunakan untuk mengidentifikasi pemain atau obyek.

Menurut Godfrey et al (2010:135) skala ini dapat dilihat dalam sistem akuntansi,

contoh yang mendekati adalah klasifikasi dari asset dan kewajiban. Menurut

penulis hal ini juga dapat kita lihat dari penomoran kelas aset tetap, dengan header

akun dan detail akun yang dirancang dalam sistem. Penomoran tersebut untuk

menunjukkan klasifikasi kelas aset tetap menurut masa manfaatnya (biasanya

dimulai dengan tanah karena non depreciable asset, lalu gedung dan aset tetap

lain yang berumur lebih pendek)

2.2.2. Skala Ordinal

Skala urutan dibuat ketika peringkat operasi dari obyek dipertanyakan

mengenai sifat yang dihasilkan (Godfrey et al,2010:135). Penulis member contoh,

misalnya terkait keputusan pengadaan aset tetap berupa mesin yang diurutkan

berdasarkan tingkat produktivitasnya, yaitu mesin I, II, dan III. Disini menurut

Godfrey telah menunjukan adanya skala urutan, yaitu dalam pengaturan

penomeran yang terkait dalam alternatif dalam pemilihan investasi modal. Nomer-

nomer tersebut mengindikasikan urutan dari ukuran produktivitas mesin-mesin

tersebut dari yang terproduktif ke yang tidak produktif (Godfrey et al,2010:135).

Kelemahan dari skala urutan adalah adanya selang antara nomer (1 ke 2, 2

ke 3, dan 1 ke 3) yang tidak dapat menginformasikan apa-apa mengenai

perbedaan kuantitas dari sifat yang ditampilkan (Godfrey, 2010:135). Penulis

memberi contoh terkait aset tetap, misal Mesin I, II, dan III masing-masing

ternyata memiliki tingkat produktivitas per tahunnya, 2000 ton, 1500 ton, dan 300

ton. Sebagai contoh, dalam tahap pengukuran aspek produktivitas, pilihan nomer

2 sangat dekat dengan pilihan pada nomer 1 (selisih 500 ton), dan pilhan pada

nomer 3 ternyata jauh lebih kecil daripada pilihan nomer 2 (selisih sampai 1200

ton). Kelemahan yang lainnya menurut Godfrey et al (2010:135) adalah nomer-

nomer tersebut tidak memperlihatkan seberapa besar proses yang disebabkan dari

obyek tersebut. Penulis dapat melihatnya dari urutan rangking mesin I, II, dan III

yang mana angka tersebut tida memperlihatkan seberapa besar proses yang

disebabkan dari mesin tersebut (karena hanya angka rangking)

8

Torgerson dalam Godfrey et al (2010:135) berpendapat bahwa beberapa

skala urutan memiliki sifat asal yakni nilai alami 0, Nilai alami 0 dapat menjadi

titik netral dimana dalam satu arahan telah mencakup alternatif prediksi

keuntungan dan dalam perintah lainnya telah diprediksikan kerugian yang

mungkin timbul. Nomer-nomer tersebut menjadi alternatif pilihan pada titik 0

yang nantinya akan menjadi pertanda posotif ataupun pertanda negatif.

2.2.3. Skala Interval

Skala interval menberikan informasi yang lebih daripada informasi yang

diberikan pada skala ordinal. Tidak hanya dalam penentuan peringkat obyek yang

telah diketahui mengenai sifat yang diberikan tapi juga rentangan jarak antara

interval pada skala yang sama. Pemilihan titik 0 juga ada dalam skala. Sebagai

contoh adalah skala Celcius dalam suhu. Kesamaan interval pada suhu dikenal

dari kesamaan volume pemuaian dengan kesepakatan keputusan dari titik 0 untuk

skala. Perbedaan suhu dibagi menjadi titik beku dan titik didih yaitu 100 ,

sedangkan titik beku sendiri berada pada suhu 0 . Jika suhu pada dua kamar yang

berbeda diukur dengan thermometer Cecius menunjukan 22 dan 30 , maka dapat

disimpulkan bahwa ruangan yang kedua lebih panas, karena suhu pada kamar

yang kedua 8 derajat lebih tinggi daripada di kamar yang pertama. Perbedaan

antara angka-angka tersebut dapat diterjemahkan secara langsung untuk

menunjukan perbedaan karakteristik dari obyek (Godfrey et al, 2010:135-136).

Kelemahan dari skala interval ini adalah titik 0 diputuskan secara pasti.

Sebagai contoh, bagaimana kalau kita mengukur tinggi badan sekelompok pria

pada skala interval dan digunakan angka untuk setiap berat badan guna

mengetahui berat badan rata-rata pada kelompok tersebut.Rata-rata tersebut

menunjukan titik 0 pada skala. Jika A 3cm lebih tinggi dari rata-rata kemudian

kita menandainya dengan +3 dan jika B 5cm lebih rendah dari rata-rata,maka kita

menandainya dengan -5. Pada skala ini, kita tidak tahu berapa tinggi A dan B

secara pasti. B mungkin orang terpendek dalam kelompok itu, tapi kelompok itu

bisa jadi terdiri dari para pemain basket yang tinggi-tinggi.

9

Penulis memberikan contoh skala interval ini terkait akuntansi piutang

dagang, seperti pengukuran beban kerugian piutang untuk perusahaan yang

menggunakan allowance method dengan jumlah cadangan ditentukan berdasarkan

analisis umur piutang. Kita bisa melihat interval waktu jatuh tempo (belum jatuh

tempo, 1-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, dan lain-lain) untuk mengukur beban

kerugian piutang dan cadangannya, Walaupun penetapan umur tersebut lebih

bersifat arbiter manajemen.

2.2.4. Skala Rasio

Skala rasio adalah skala yang:

Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian

Interval antar objek diketahui dan sama

Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek

terakhir diketahui.

Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan

panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih

panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjan dari A. Invarian dalam skala

berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem

pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang

digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga.

Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan

berbeda juga variable-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang

berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode

pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.

2.3. Tipe-Tipe Pengukuran

Menurut Godfrey et al (2010:138) Harus ada aturan untuk menetapkan

angka-angka sebelum pengukuran dapat dilakukan. Aturan ini biasanya berbentuk

seperangkat operasi yang harus diciptakan untuk suatu tugas yang diberikan.

Perumusan aturan menimbulkan skala. Pengukuran dapat dilakukan hanya pada

skala-skala (Godfrey et al, 2010:138)

10

Campbell dalam Godfrey et al (2010:138) telah menyebutkan dua jenis

pengukuran, yaitu: pengukuran dasar (fundamental) dan turunan (derived

measurement). Campbell menambahkan pernyataan bahwa angka tersebut

ditetapkan sesuai dengan 'hukum' yang mengatur terkait dengan properti (atribut,

bila mengacu pada definisi Suwardjono) dan pengukuran hanya dapat dilakukan

ketika terdapat teori empiris yang telah dikonfirmasi (hukum) untuk mendukung

pengukuran.

Torgerson dalam Godfrey et al (2010:138) menambah satu lagi jenis

pengukuran disamping fundamental dan turunan. Jenis selanjutnya, yaitu

pengukuran fiat, disebut-sebut beliau sebagai tambahan untuk pengukuran

fundamental dan turunan yang telah dibahas oleh Campbell. Penjelasan terkait

ketiga jenis pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.

2.3.1. Pengukuran-pengukuran Fundamental

Sebuah pengukuran mendasar adalah di mana angka ditetapkan ke properti

dengan mengacu pada hukum alam dan yang tidak tergantung pada pengukuran

atas variabel lain. Sifat seperti panjang, hambatan listrik, jumlah dan volume

secara fundamental terukur. Sebuah skala rasio dapat dirumuskan untuk masing-

masing properti berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan ukuran

yang berbeda (jumlah) dari harta yang diberikan. Penafsiran angka tergantung

pada teori empiris yang telah dikonfirmasi yang mengatur operasi pengukuran

(Godfrey et al,2010:138). Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat melihat

karakteristik pengukuran fundamental adalah:

1) Penetapan angka ke atribut berdasarkan pada hukum alam atas atribut

tersebut.

2) Penetapan angka tidak didasarkan pada pengukuran variable lain.

3) Penafsiran angka tergantung pada teori empiris yang telah dikonfirmasi

(confirmed empirical theory) yang mengatur operasi pengukuran.

Godfrey et al (2010:138) menyatakan bahwa ternyata sifat fundamental

adalah bersifat saling menambah dan operasi aritmatika dapat dilakukan secara

mudah dengan pemantauan secara fisik.

11

2.3.2. Pengukuran-pengukuran Turunan

Menurut Campbell dalam Godfrey et al (2010:139), pengukuran turunan

berasal dari salah satu yang tergantung pada pengukuran atas dua atau lebih

besaran lainnya. Pengukuran kepadatan adalah sebuah contoh. Hal ini tergantung

pada baik pengukuran massa dan volume. Operasi pengukuran terderivasi

tergantung pada hubungan yang diketahui atas sifat-sifat dasar suatu properti.

Mereka didasarkan pada teori empiris yang telah dikonfirmasi terkait properti

diberikan untuk memperoleh properti lainnya. Operasi matematika dapat

dilakukan pada angka-angka dari pengukuran terderivasi (Godfrey et al,

2010:139).

Berdasarkan definisi terkait pengukuran turunan diatas, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa jenis pengukuran ini merupakan pengukuran

kepada atribut secara tidak langsung. Sebagai contoh untuk pengukuran

kepadatan diatas. Kita tidak dapat mengukur tingkat kepadatan suatu benda secara

langsung, tetapi kesimpulan terkait kepadatan akan terbentuk bila kita mengukur

massa dan volume benda tersebut. Juga sama seperti akuntansi, kita dapat

mengetahui berapa ukuran profit perusahaan pada suatu periode hanya dengan

melakukan pengukuran terhadap atribut-atribut lain yang membentuknya, yaitu

melalui operasi penambahan pendapatan dan pengurangan beban (Godfrey et al,

2010:139). Disini menurut Godfrey et al, hubungan yang diketahui di antara sifat-

sifat fisik dapat mempermudah pengukuran malalui beberapa sifat-sifat dasar

atribut (Godfrey et al,2010:139).

2.3.3. Pengukuran Fiat

Godfrey et al (2010:139) berpendapat bahwa hal ini khas dalam ilmu-ilmu

sosial, dan dalam akuntansi, untuk menggunakan definisi yang dibangun secara

arbiter untuk menghubungkan properti-properti tertentu yang diamati (variabel) ke

suatu konsep tertentu, tanpa memiliki suatu teori yang telah dikonfirmasi untuk

mendukung hubungan ini. Godfrey et al (2010:139) memberi penjelasan terkait

jenis pengukuran ini.

………..dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana mengukur konsep profit secara langsung. Sebaliknya, kita mengasumsikan bahwa

12

variabel pendapatan, keuntungan, biaya, dan kerugian berkaitan

dengan konsep laba dan karena itu dapat digunakan untuk memberikan ukuran tidak langsung dari profit. Kita menggunakan definisi yang arbiter untuk menghubungkan variabel ke konsep

tersebut. Dalam hal ini, kita mempertimbangkan jumlah aljabar dari pengukuran variabel yang menjadi ukuran profit.

Torgerson dalam Godfrey et al (2010:139) berpendapat bahwa salah satu

kategori lain dari pengukuran harus ditambahkan ke daftar Campbell tentang

pengukuran dengan fiat. (Fiat berarti dekrit, dekrit) untuk membenarkan sebagian

besar pengukuran dalam ilmu sosial. Pengukuran tersebut akan mencakup yang

didasarkan pada definisi secara arbiter (misalnya pengukuran laba akuntansi).

Penulis melihat bahwa definisi secara arbiter ini merupakan definisi yang

ditetapkan dalam accounting regulation dan mungkin saja tidak berdasarkan suatu

teori empiris yang telah dikonfirmasi, karena ukuran laba adalah ukuran yang sulit

untuk dijelaskan secara tepat, karena laba akuntansi merupakan laba akrual

(secara riil laba sulit dijelaskan).

Torgerson dalam Godfrey et al (2010:139) menunjukkan bahwa masalah

utama dengan pengukuran dengan fiat adalah berbagai skala pengukuran dapat

dibangun akibat tidak didasarkan pada teori yang telah dikonfirmasi. Torgerson

menambahkan, dalam akuntansi, misalnya, berbagai dewan standar akuntansi

menentukan skala akuntansi dengan fiat, bukan dengan mengacu pada teori

pengukuran yang telah dikonfirmasi. Godfrey et al (2010:139) memberikan

penjelasan terkait keterbatasan pengukuran ini dengan pernyataan ‘’apakah kita

tahu, misalnya, bahwa cara tertentu yang kita gunakan untuk mengukur profit

adalah valid?, hal ini mungkin saja salah satu dari ratusan cara untuk mengukur

profit sepanjang cara tersebut berdasarkan teori yang telah dikonfirmasi, disini

juga tidak ada alasan yang baik untuk yakin dengan hasilnya’’.

2.4. Keandalan dan Keakuratan

Apa yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan

pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan

terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali

13

perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi di ruangan tertentu dan dengan

benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan atau eror.

Menurut Suwardjono (2010:171), Keterandalan adalah kemampuan

informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid.

Beliau juga menambahkan bahwa keterandalan sangat erat kaitannya dengan

sumber informasi dan cara merepresentasi, mendeskripsi atau menyimbolkannya.

Sedangkan Godfrey et al (2010:140) berpendapat terkait dengan apa yang

dimaksud keandalan dalam pengukuran atau ke akuratan pengukuran. Beliau juga

menambahkan bahwa semua pengukuran tidak bebas dari error, kecuali dalah hal

menghitung dan semua pengukuran melibatkan error.

Sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran menurut Godfrey et al

(2010:140) adalah sebagai berikut.

1) Operasi pengukuran dinyatakan secara tidak tepat.

Aturan untuk menetapkan angka atas atribut yang diberikan biasanya

terdiri dari serangkaian operasi. Sebuah aset operasi bisa saja dinyatakan secara

tidak tepat dan bisa diinterpretasikan dengan salah oleh pihak yang mengukur.

Sebagai contoh perhitungan keuntungan melibatkan beberapa operasi, seperti

klasifikasi biaya dan alokasi antara aset-aset dan biaya –biaya yang sering

diinterpretasikan secara berbeda oleh Akuntan yang berbeda (Godfrey et

al,2010:140).

2) Pengukur.

Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, bias, atau menerapkan atau

membaca instrumen secara tidak benar. Satu perhatian dalam akuntansi adalah

bahwa manajer memiliki bias tertentu untuk meningkatkan laba tercatat atau aset

dan kemudian manajer ini melakukan tekanan pada akuntan untuk membiaskan

akun-akun terkait (Godfrey et al,2010:140).

3) Instrumen

Banyak operasi pengukuran meminta penggunaan instrumen fisik, seperti

penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat. Ada potensi

14

untuk kesalahan bahkan ketika instrumen tersebut bukan alat fisik tetapi ,

misalnya, grafik, tabel, tabel angka atau indeks harga.misalnya (Godfrey et

al,2010:140)

4) Lingkungan.

Keadaan di mana pengukuran dilakukan dapat mempengaruhi

hasil.Sebagai contoh kondisi cuaca dapat mempengaruhi instrumen atau

pengukuran, kebisingan dapat mengalihkan perhatian pengukuran atau, dalam

akuntansi ,tekanan dari manajemen dapat mempengaruhi keputusan akuntan,

tekanan (misalnya dari beban kerja yang berat) menyebabkan penyimpangan

konsentrasi dan gangguan, sumber kesalahan dapat diberi label’

lingkungan’.Kesalahan acak biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor

lain adalah lingkungan dimana manajemen perusahaan beroperasi (Godfrey et

al,2010:140).

5) Atribut tidak jelas.

Apa yang diukur mungkin tidak jelas khususnya jika pengukuran

melibatkan sebuah konsep yang tidak dapat diukur secara langsung..Masalah

ketidak jelasan atribut tidak jarang di akuntansi. Berapa nilai dari aktiva tidak

lancar? Apakah nilai sekarang, biaya akuisisi, biaya saat ini atau harga jual?

mengingat bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk mencerminkan nilai,

penting untuk secara jelas mendefinisikan nilai Apakah nilai pakai, nilai tukar,

atau beberapa atribut lain yang akuntan harus mengukur? Masalahnya terletak

dalam menetukan atribut yang akan diukur (Godfrey et al,2010:140-141).

6) Risiko dan ketidakpastian.

Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Misalya,

keuntungan masa mendatang pada aset berwujud seperti gedung adalah beresiko

tetapi mereka homogen(lebih kurang) dan harganya dapat diamati. Yaitu ketika

harga satu aset mungkin dibawah atau overestimate jumlah pengembalian yang

belum pasti (Godfrey et al,2010:141).

15

2.5. Pengukuran dalam Akuntansi

Rerangka pengukuran dan pengakuan sebagaimana telah dimuat dalam

SFAC No.5 telah dikembangkan dan dilengkapi dengan SFAC No. 7 tentang

penggunaan informasi aliran kas dan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi.

Sebagai komponen rerangka konseptual, SFAC No. 7 memberi pedoman yang

berisi: (Suwardjono,2010:196)

a) Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi

b) Prinsip-prinsip umum yang melandasi pengggunaan niai sekarang,

terutama bila jumlah rupiah aliran kas masa datang, saat terjadinya

(timing), atau keduanya tidak pasti.

Saat pengukuran akuntansi terdiri dari pengukuran saat pengakuan mula-

mula, dan pengukuran baru mulai (Suwardjono,2010:196). Pengukuran saat

pengakuan mula-mula adalah pengukuran pada suatu elemen atau pos timbul dan

dicatat pertama kali akibat transasksi, kejadian, atau keadaan

(Suwardjono,2010:196). Penulis memberi contoh yaitu saat pengakuan awal aset

tetap pada kos-nya saat terjadinya transaksi (accrual basis). Sedangkan

pengukuran baru mulai merupakan pengukuran dalam periode-periode setelah

pengakuan mula-mula untuk menentukan jumlah rupiah bawaan baru yang tidak

berkaitan dengan jumlah-jumlah rupiah sebelumnya (Suwardjono,2010:196),

contohnya seperti pengukuran nilai buku aset dan beban depresiasi yang

dibebankan pada perioda pelaporan.

Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi adalah untuk

menangkap/merefleksikan sedapat mungkin perbedaan ekonomik antara

sehimpunan aliran kas masa datang dan untuk mengestimasi nilai wajar

(Suwardjono,2010:199). Menurut SFAC No.7, paragraph 23 dalam Suwardjono

(2010:200), nilai sekarang dapat menamngkap perbedaan ekonomik antaraliran

kas jika unsur-unsur berikut dipertimbangkan.

1. Suatu estimasi aliran kas masa dating atau, dalam beberapa kasus yang

kompleks, serangkaian kas masa dating yang tiba pada saat berbeda

2. Harapan-harapan tentang variasi yang mungkin terjadi dalam jumlah

dan saat tibanya aliran kas tersebut.

16

3. Nilai waktu uang yang ditunjukkan dengan oleh bunga bebas resiko

4. Harga atau nilai penanggungan resiko atau ketidakpastian yang melekat

pada aset dan kewajiban.

5. Faktor-faktor lain termasuk ilikuiditas dan ketaksempurnaan pasar

Godfrey et al (2010:145) menjelaskan terkait pengukuran bahwa

pengukuran dalam akuntansi termasuk dalam kategori pengukuran yang

didasarkan pada modal dan keuntungan. Laba akuntansi, sesuai dengan standar

akuntansi Internasional, merupakan perubahan modal selama periode dari semua

kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan nilai wajar aktiva bersih, tidak

termasuk transaksi dengan pemilik. Modal berasal dari pengukuran 'nilai wajar'

antara aktiva dan kewajiban. Hal itu berarti harus dilakukan pengukuran nilai

modal awal, jumlah penghasilan yang diterima, jumlah pemakaian modal, dan

perubahan nilai wajar aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode kemudian

akan mengukur jumlah laba dari berbagai sumber termasuk operasi dan

pengukuran kembali (setelah disesuaikan dengan suntikan modal baru atau

pembayaran dividen). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali dan kemudian

akan menjadi modal pembukuan pada periode berikutnya (Godfrey et

al,2010:145)

2.6. Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor

Beberapa isu untuk auditor terkait pergeseran fokus pengukuran

keuntungan dari pendapatan dan beban untuk menilai perubahan atas nilai wajar

aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan dengan cara mencocokan

pendapatan dan beban selama satu periode, auditor dapat berkonsentrasi pada

pengumpulan bukti bahwaterkait apakah transaksi tersebut telah ditangani dengan

tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun ketika keuntungan berasal dari

perubahan nilai waja, pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk auditor terkait

bukti pada perkiraan manajemen.Sebagai contoh, salah satu aspek untuk

mengukur keuntungan dengan menentukan status perubahan nilai wajar aktiva

bersih yang ditangani oleh akuntansi standar IAS 36/AASB 136. Standart ini

membutuhkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan

17

nilai. Manajemen diperlukan untuk menilai pada tanggal laporan apakah ada

indikasi bahwa aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi, manajemen

akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat

dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus

diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan ini

merupakan kerugian penurunan (Godfrey, et al, 2010:150)

Pedoman standar audit internasional untuk kerugian penurunan nilai audit

dan perkiraan nilai wajar terkandung adalah ISA 540. Auditor diharuskan untuk

mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar

akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan

nilai wajar. Untuk melakukan hal ini, auditor harus menentukan apakah

manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan masuk akal dan

asumsi. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian untuk aset dan

kewajiban tertentu yang dipertimbangkan, auditor dapat menerima metode

penilaian yang wajar. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode ini

diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak memilih dan memilih metode

dari tahun ke tahun tergantung pada hasil keuntungan yang diinginkan

mereka. Auditor juga harus menilai apakah nilai aktiva atau kewajiban dengan

benar ditentukan dari asumsi signifikan manajemen, model penilaian dan data

yang mendasari relevan. Data tersebut akan mencakup suku bunga yang

digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh perusahaan

perbandingan, data royalti, dan sebagainya (Godfrey, et al, 2010:150)

Selain masalah yang berkaitan dengan penggunan nilai wajar dan masalah

terkait, auditor juga menghadapi masalah yang disebabkan oleh variabilitas dalam

tingkat keandalan dan keakuratan pengukuran kos historis. Misalnya standar biaya

manufaktur yang didasarkan pada kos historis. Dari berbagai asumsi tentang

pengolahan volume, metode serta pengalokasian biaya overhead produk. Semua

faktor tersebut mempengaruhi persediaan yang ada pada akhir periode dan juga

mempengaruhi biaya pokok penjualan selama periode tersebut.