seminar akuntansi

25
CRITICAL REVIEW The Strategy and Management Control Systems Relationship as Emerging Dynamic Process Spinger Science+Business Media, LLC.(2011) Oleh: M. Laura Frigotto, Graziano Coller, and Paolo Collini Dosen pengampu: Drs. Subekti Djamaluddin, Msi., Ak., CA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Disusun oleh Kelompok 3: Ardyna Rahmita Dewi F0312020 AuliaMiftahurrohmah F F0312022 Mona Wuryani F0312081 Oktafiani F0312091 Rukya Rakhmawati F0312110

Upload: yaya

Post on 20-Feb-2016

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: seminar akuntansi

CRITICAL REVIEW

The Strategy and Management Control Systems Relationship as Emerging

Dynamic Process

Spinger Science+Business Media, LLC.(2011)

Oleh: M. Laura Frigotto, Graziano Coller, and Paolo Collini

Dosen pengampu:

Drs. Subekti Djamaluddin, Msi., Ak., CA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar AkuntansiDisusun oleh Kelompok 3:

Ardyna Rahmita Dewi F0312020

AuliaMiftahurrohmah F F0312022

Mona Wuryani F0312081

Oktafiani F0312091

Rukya Rakhmawati F0312110

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SEMESTER GENAP (FEBRUARI – JULI) TA 2014/2015

Page 2: seminar akuntansi

A. DESKRIPSI ARTIKEL

1. Judul Artikel

The Strategy and Management Control Systems Relationship as Emerging Dynamic

Process

2. Penulis

Oleh: M. Laura Frigotto, Graziano Coller, and Paolo Collini

3. Publikasi

Spinger Science+Business Media, LLC.(2011)

4. Masalah Pokok

Hubungan strategi dan Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) dalam terang

analisis empiris.

5. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan strategi dan Sistem Pengendalian Manajemen (SPM)

secara studi empiris.

B. RINGKASAN ARTIKEL ILMIAH

1. Introduction

Penelitian yang dilakukan M. Laura Frigotto, Graziano Coller, dan Paolo

Collini, menguji evolusi Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) dalam analisis

empiris. Hubungan antara SPM dan strategi sudah menjadi pembicaraan manajerial

yang mencerminkan perbedaan konsepsi pada SPM dari waktu ke waktu. Akan tetapi,

meskipun banyak menjadi pembicaraan, kontribusi pada pembangunan kontingensi

menciptakan gambaran yang saling bertolak belakang dan tidak konsisten pada

berbagai temuan (Cadez dan Guilding 2008).

Kontribusi dapat dikelompokkan menjadi arus kontingensi dan arus alternatif

yang membangun kategori yang bersisa dan amat beraneka ragam. Sehingga bisa

dikatakan sulit untuk menciptakan literatur yang homogen (Gerdin dan Greeve 2004).

Dalam sudut pandang kontingensi, ada hubungan yang mengebawahkan antara

strategi dan SPM yang mencerminkan pengabdian tradisional pada implementasi

strategi pada penciptaan strategi. Sementara pada sudut pandang alternatif, dalam

hubungannya dengan ilmu yang biasa, sudut pandang alternatif memiliki

pertimbangan pada hubungan antara SPM dan strategi yang lebih kompleks.

Tradisi kontingensi biasanya adalah perspektif yang statis. Seiring dengan

penelitian cross-sectional yang mempelajari struktur dan kontingensi, penelitian

Page 3: seminar akuntansi

alternatif telah memperkenalkan sebuah ide terhadap hubungan antara akuntansi dan

strategi dari waktu ke waktu. Selain itu penelitian lain juga telah memperluas

kerangka waktu observasi untuk memperkaya gambaran elemen proses struktur dan

kontingensi. Akan tetapi hal-hal tersebut mengakibatkan dinamika yang

dikembangkan secara horizontal sebagai sudut pandang antar elemen yang masih

kurang dalam sudut pandang vertikal sebagai cerminan evolusi dari waktu ke waktu.

Penelitian yang dilakukan Frigotto, dkk bertujuan untuk menutup gap tersebut

dengan memberikan analisis diakronik yang melibatkan dinamika perspektif secara

vertikal dan horizontal.

Penelitian yang dilakukan Frigotto, dkk berdasarkan pada studi kasus secara

mendalam pada sejarah pemain utama di pasar distribusi Information Technology (IT)

Italia yang disebut Alpha. Peneliti menganalisis strategi perusahaan dan SPM, dari

sejak awal perusahaan berdiri sampai tahun 2009, dan menguji evolusinya dengan

mengadopsi teori praktek perspektif (Ahrens dan Chapman, 2007, 2005; Jargensen

dan Messner, 2010).

2. Literature review

2.1 Dinamika dalam hubungan strategi SPM

Konsep fit merupakan pusat teori kontingensi: ''esensi teori kontingensi adalah

bahwa organisasi harus beradaptasi untuk struktur kontinjensi mereka seperti

lingkungan, ukuran organisasi, dan strategi bisnis jika organisasi ini memiliki

performa yang baik '' (Gerdin dan Greve 2008, hal. 996). Namun, definisi yang

'cocok' di literatur kontingensi sehubungan dengan pengendalian akuntansi cukup

bermasalah karena banyak bentuk fit yang telah diadopsi (Gerdin dan Greve

2004), dan banyak teknik statistik telah digunakan untuk mengoperasionalkan dan

mengukur konsep (Gerdin dan Greve 2008).

Gerdin dan Greve (2004) memberikan kerangka klasifikasi untuk berbagai

bentuk fit yang digunakan dalam sepuluh studi kontingensi di daerah

pengendalian akuntansi. Mereka mengidentifikasi dua paradigma yang saling

bertentangan dalam konseptualisasi dari fit kontingensi. Paradigma pertama

adalah pendekatan Cartesian, di mana kesesuaian antara konteks dan struktur.

Paradigma kedua adalah pendekatan yang konfigurasi, di mana hanya beberapa

negara memiliki kesesuaian antara konteks dan struktur yang diperbolehkan.

Dalam setiap paradigma, mereka mengidentifikasi dua tingkat divisi antara

Page 4: seminar akuntansi

kesesuaian dan menyesuaikan pendekatan kontingensi. Pendekatan kesesuaian

berasumsi bahwa hanya organisasi yang berkinerja terbaik dapat bertahan hidup

dan karena itu dapat diamati. Terlepas dari bagaimana konsep fit didefinisikan

atau ditentukan oleh berbagai paradigma dan pendekatan, gagasan fit didasarkan

pada gagasan struktur yang harus beradaptasi dengan kontinjensi. Dalam

pendekatan Cartesian, struktur terus menyesuaikan dengan konteks, adaptasi

melibatkan perubahan kecil dalam proses yang berkesinambungan, dan ada

banyak titik fit (Gerdin dan Greve 2004). Dalam pendekatan Konfigurasi,

perubahan kecil struktur dihindari, hanya lompatan kuantum antara seperangkat

terbatas poin dari fit yang mungkin, dan perubahan episodik dan terjadi dalam

transformasi cepat dari satu negara yang relatif stabil fit lain negara yang relatif

stabil fit (Meyer et al. 1993).

Studi kuantitatif sering dibatasi untuk mengidentifikasi SPM yang sesuai

untuk pola dasar strategis yang berbeda (Chenhall 2003). Secara umum, studi

kontingensi telah difokuskan pada membandingkan organisasi yang berbeda,

pengujian fit menggunakan cross-sectional data yang dikumpulkan melalui survei

pada satu titik dalam waktu.

Terlepas dari definisi strategi yang digunakan dan bagaimana telah

dioperasionalkan, studi kuantitatif gagal mengakui strategi yang dapat menjadi

proses perkembangan yang sedang berlangsung. Strategi dan, khususnya,

membuat strategi merupakan proses yang berkesinambungan, dan kemampuan

strategis didasarkan pada tindakan organisasi sehari-hari.

Strategi dan SPM menyebar dari waktu ke waktu dan membangun interaksi

timbal balik, di mana definisi dikotomi strategi dan SPM serta identifikasi

temporal dan urutan kausal antara mereka adalah buatan dan sangat sempit untuk

kami melakukan pemahaman dari fenomena tersebut. Namun, interaksi dinaSIM

perlu diselidiki secara lebih rinci untuk memahami evolusi dari waktu ke waktu.

2.2 Kerangka kerja analitis: SPM sebagai paket dan strategi evolusi

''SPM sebagai paket'' kerangka kerja konseptual (Malmi dan Brown 2008) luas

mendefinisikan SPM sebagai sistem yang diletakkan lengkap di tempat untuk

perilaku karyawan langsung seperti aturan, praktik, nilai-nilai, dan kegiatan

manajemen lainnya. Kontrol manajemen meliputi “semua perangkat dan sistem

penggunaan manajer untuk memastikan bahwa perilaku dan keputusan karyawan

Page 5: seminar akuntansi

mereka konsisten dengan tujuan dan strategi organisasi, tetapi mengecualikan

sistem murni pendukung keputusan'' (hal. 290). Ketika kontrol manajemen

dirancang dan dikoordinasikan dengan sengaja, mereka merupakan suatu SPM.

Dengan kontrol perencanaan, organisasi menetapkan tujuan dan tindakan,

memberikan standar yang harus dicapai dan menentukan tingkat yang diharapkan

usaha dan perilaku. Perencanaan mungkin memiliki fokus praktis (rencana aksi),

menunjukkan tujuan dan tindakan untuk waktu dekat (kurang dari 12 bulan), atau

mungkin memiliki fokus yang lebih strategis (jarak jauh perencanaan),

menunjukkan tujuan dan tindakan untuk jangka panjang.

Menggunakan kontrol cybernetic, organisasi mengukur kinerja dengan suatu

sistem, membandingkan kinerja dengan standar, sinyal variasi yang tidak

diinginkan dalam sistem dan akhirnya mengubah perilaku sistem (umpan balik).

Malmi dan Brown (2008) mengidentifikasi empat sistem dasar cybernetic:

anggaran, ukuran finansial, langkah-langkah non-keuangan dan sistem hybrid

(termasuk ukuran finansial dan non-finansial).

Dengan imbalan dan kompensasi, organisasi memotivasi individu dan

kelompok; Upaya arah, durasi dan intensitas dikendalikan dengan melampirkan

imbalan kepada pencapaian tujuan.

Dengan kontrol administrasi, perilaku individu organisasi langsung melalui

desain organisasi dan struktur, struktur pemerintahan (akuntabilitas) dan prosedur

dan kebijakan (bagaimana tugas-tugas yang harus dilakukan atau tidak dilakukan).

Sistem informasi manajemen (SIM) dianggap sebagai kontrol administratif ketika,

melalui sistem, karyawan dipaksa untuk mengikuti prosedur yang tepat.

Sebaliknya, SIM harus dianggap sebagai kontrol cybernetic ketika perannya

adalah untuk mengumpulkan dan melaporkan data dan varians untuk manajer.

Dalam analisis kami, kami mengidentifikasi ciri komponen ini paket Alpha

SPM. Untuk menganalisis strategi Alpha dan mengidentifikasi tahapan dalam

strategi evolusi, kita mengadopsi kerangka kerja Sigglekow (2002), yang

memungkinkan untuk representasi kompak evolusi elemen inti organisasi. Sebuah

elemen didefinisikan sebagai unsur inti ketika telah ''sebuah interdependensi yang

tinggi dengan arus organisasi lainnya unsur'' dan ''pengaruh besar pada elemen

organisasi di masa depan'' (hal. 127). Jelas, jumlah elemen inti dapat berubah dari

waktu ke waktu, dan setiap elemen inti didukung dan diperkuat oleh satu set

lainnya elemen (non-core), yang disebut mengelaborasi elemen.

Page 6: seminar akuntansi

Sigglekow (2002) mendefinisikan lima jenis pengembangan kerangka yang

diamati untuk proses unsur-unsur inti: patch, penebalan, meluncur, pemangkasan

dan menipis. Patch adalah proses mengadopsi elemen inti baru dan yang

berikutnya penguatan. Penebalan adalah proses memperkuat unsur inti yang ada

melalui elemen dan berikutnys mengelaborasi yang jaringan interaksi yang

melibatkan unsur inti. Meluncur didefinisikan sebagai situasi di yang jaringan

interaksi antara elemen inti dan mengelaborasi terkait unsur tidak berubah selama

periode waktu tertentu. Pemangkasan terdiri dari penghapusan elemen inti yang

sudah ada dan sebagian besar mengelaborasi yang terkait elemen. Penipisan

didefinisikan sebagai mitra untuk penebalan (yaitu, proses bertahap desentralisasi

elemen inti dengan meninggalkan terkait mengelaborasi elemen). Dalam kerangka

analisis ini, evolusi elemen inti organisasi dapat dianalisis melalui perubahan di

set elemen inti dan melalui perubahan proses perkembangan yang terkait dengan

setiap elemen inti.

3. Research Strategy

Sehubungan dengan tujuan dari penelitian, yaitu eksploratif, maka pendekatan

yang digunakan adalah studi kasus. Karena dengan studi kasus berbagai sisi dari SPM

dapat ditelaah secara lebih mendalam. Kemudian untuk dapat menjelaskan evolusi

dari SPM yang diterapkan oleh perusahaan data yang dikumpulkan berasal dari

sumber primer (arsip perusahaan, interview, dan observasi langsung) dan sekunder

(berita koran, publikasi, dll). Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap

analisa dokumen perusahaan (dokumen-dokumen dari 1995 sampai 2008 atau 13

tahun), interview mendalam dengan tim manajemen Alpha, dan tahap observasi.

Tahap pertama berlangsung selama 1-2 bulan dan dokumen yang menjadi sumber

data tidak terbatas pada memo, laporan, tetapi juga press review, bahan presentasi

untuk komunikasi eksternal dan laporan keuangan. Dokumen-dokumen tersebut dapat

memberikan gambaran mengenai evolusi atau perkembangan SPM di perusahaan.

Tahap kedua adalah tahap yang paling lama karena melibatkan interview mendalam

dengan anggota manajemen tingkat atas dari Alpha. Interview ini bertujuan untu

mengetahui perspektif dari kantor pusat mengenai strategi. Tahap ketiga adalah

merupakan tahap observasi pada berbagai level dari penggunaan teknologi SPM

dalam proses pengarahan dan controlling.

Dalam studi kasus ini dipilih perusahan Alpha yang merupakan perusahaan

utama di bidang IT di Italia. Hingga tahun 2007 perusahaan ini memiliki 78 toko.

Page 7: seminar akuntansi

Total staf di kantor pusat adalah sekitar 100 orang, sementara pegawai di toko adalah

sebanyak 20 orang. Turnover sumberdaya manusia di Alpha mendekati 0 dengan rata-

rata usia karyawan adalah 37 tahun. Perusahaan ini bergerak di bidang distribusi

komputer desktop serta peralatan elektronik.

Pasar IT di Italia cenderung kompetitif, dengan banyak perusahaan Italia dan

Eropa yang berkompetisi di bidang yang sama melalui jalur penjualan tertentu. Setiap

jalur penjualan ini telah dimiliki oleh Alpha. Terlebih lagi Alpha tidak hanya berfokus

pada penyediaan perangkat keras tetapi juga jasa. Meskipun begitu struktur organisasi

yang dimiliki oleh Alpha cenderung ramping sehingga memungkinkan untuk

mempelajari SPM yang diterapkan di kantor pusat dan saluran distribusinya. Alasan

mengapa Alpha dipilih sebagai kasus yang diteliti adalah karena Alpha menyediakan

data selama 20 tahun, hampir semua pemeran utama (pendiri) masih bekerja di Alpha,

dan perusahaan ini telah menarik perhatian media massa selama perusahaan berdiri.

4. Strategy and SPM emergent dynamics

4.1 Case Overview

Dalam penelitian ini kerangka analitis dari Sigglekow akan digunakan,

sehingga agar dapat menerapkan kerangka analitis tersebut, peneliti berfokus pada

pengembangan strategi yang telah tercapai di Alpha. Strategi yang telah direalisasi

dapat didefinisikan sebagai “sebuah pola dalam arus keputusan” (Mintzberg,

1978), sehingga pola yang teridentifikasi dalam sejarah Alpha terdiri dari elemen

dasar dari model. Proses pengembangan yang diaplikasikan pada elemen dasar

statejik menjelaskan usaha Alpha dalam memperkenalkan pola baru atau

memelihara yang sudah ada.

4.2 Stage 1: the origins

Awalmula Alpha, diawali ketika pendiri Alpha, tuan Alpha, masih bekerja

sebagai konsultan IT di Italia. Pada awalnya hanya terdapat beberapa perusahaan

konsultan IT di Italia dan jasa konsultan IT sangat dibutuhkan saat itu. Tetapi

karena ingin meraup untung yang besar, seperti ketika jumlah konsultan yang ada

masih sedikit, banyak pihak yang kemudian ikut mendirikan kantor konsultan. Hal

ini menurunkan profit dari konsultan IT yang ada. Dengan kondisi semacam itu,

tuan Alpha mengambil inisiatif untuk melakukan wirausaha di bidang IT. Dengan

memanfaatkan koneksi yang ia dapatkan ketika bekerja di konsultan IT, tuan

Page 8: seminar akuntansi

Alpha mendirikan sebuah usaha produksi komputer yang sesuai kebutuhkan

pelanggan (customized desktop). Berdasarkan ide tersebut, tuan Alpha akan

memproduksi komputer desktop berdasarkan pada pesanan pelanggan. Karena ide

usahanya yang unik tersebut, bisnisnya berkembang dengan cepat.

4.3 Stage 2: growth

Pada tahun 1994 terdapat dua orang pelanggan dari Alpha yang

menginvestasikan dananya utnuk membeli franchise dari Alpha dan membuka

toko. Dengan dibukanya toko cabang franchise ini, Alpha membutuhkan sebuah

sistem informasi yang dapat mendukung proses pesanan dari pelanggan ke kantor

pusat. Sistem informasi yang dibutuhkan ini dikembangkan sendiri oleh tuan

Alpha karena beberapa alasan, yang salah satunya adalah dana. Dengan sistem

informasi ini pesanan dari pelanggan dapat langsung disampaikan ke kantor pusat

untuk diproduksi. Pada tahun 1995 Alpha membuka sebuah company-owned shop

di kota yang sama dengan kantor pusatnya berada. Sistem baru yang dimiliki oleh

Alpha selain mempercepat proses produksi juga memberikan keuntungan bagi

tuan Alpha untuk dapat memantau bisnisnya tanpa harus hadir langsung di toko

yang letaknya jauh.

4.4 Stage 3: Rapid Growth

Perkembangan secara cepat mengenai kepemilikan perusahaan dan franchise

toko Alpha diperlihatkan dalam tahun 1995 sampai 2005 pada tabel 4. Adanya

kepemilikan perusahaan dan franchise baru dari tahun ke tahun dikarenakan

pemilihan karyawan dan enterpreneur oleh Alpha. Menurutnya dia akan membuka

franchise dan kepemilikan perusahaan yang baru jika dapat menemukan orang

yang benar karena model bisnisnya bekerja dengan baik. Yang dimaksud dengan

orang benar disini adalah karyawan dan enterpreneur yang memiliki passion

dalam bidang teknologi dan mau berinovasi dalam teknologi serta mempunyai

dasar dalam mengatasi pembukuan.

Namun faktanya, tidak mudah menemukan karyawan yang memiliki

kemampuan teknis yang baik serta kecepatan bekerja yang baik sesuai dengan

kecepatan pertumbuhan pasar. Pilihan franchise dan kepemilikan usaha tokonya

berdasarkan sikap wirausahanya dan kesediaannya. Kesuksesan diambil dari

kebenarannya yaitu ingin cepat membuka toko baru dan memiliki antrian

Page 9: seminar akuntansi

pelanggan yang banyak. Salah satu insentif yang dilakukan Alpha agar dapat

mendorong distribusi jaringan dengan cepat adalah dengan bergabung dalam

program pemerintah. Program tersebut berupa pemberian dana gratis pada

pengangguran sebesar 50000 euro.

Pertumbuhan penjualan dan jaringan ditunjukkan pada tabel 5, Mr.Alpha ingin

memberhentikan pengembangan usaha menggunakan SIM dan beralih ke ERP.

Namun dalam pengembangannya membutuhkan waktu yang lama serta banyak

hal yang perlu diatur tetapi dia akhirnya mencoba waulupun tidak suka. Karena

ada banyak hal jika mengadopsi software tersebut oleh sebab itu dia kembali pada

pengembangan SIM.

Pada tahun 1996 selama enam bulan melakukan analisis ternyata ada

pengembangan ketika menggunakan SIM. Sehingga dia memutuskan untuk tidak

mengubah SIM. Semenjak itu Mr.Alpha mewajibkan seluruh tokonya untuk

mengikuti semua prosedur manajemen SIM. SIM sendiri mengatur aktivitas yang

berhubungan dengan pemesanan, pengiriman, penagihan, ketersedian barang di

toko lain dan sebagainya. Mr.Alpha juga berterima kasih kepada sistem ini karena

dapat mengumpulkan data pelanggan dalam skala besar serta volume penjualan

dan pelayanan. Walaupun begitu dia juga tetap mengawasi dan mendukung

aktivitas staff seluruh tokonya. Dia juga memperkenalkan dasar sistem

kompensasi pada kinerja penjualan toko dengan tujuan motivasi pemilik toko dan

karyawan agar meningkatkan volume penjualan dan pelayanan.

Mr.Alpha juga memperluas jaringan iklannya sampai dengan melakukan

kerjasama dengan toko lokal. Dengan adanya franchise memberikan keuntungan

mengenai skema pemasaran supaya menyetujui perluasan promosi pada semua

toko. Karena mereka membayar franchise dari brand Alpha dan berkomitmen

untuk membeli hardware penjualan dari Alpha. Penjualannya juga didukung pada

website perusahaan. Pelanggan dapat melihat produk secara detail, harga, serta

dapat memesan sesuai permintaan pelanggan.

SIM juga menjembatani dalam mengatur hubungan baik dengan pelanggan.

Selain itu toko-toko juga dapat berkomunikasi secara langsung dengan toko

lainnya. Presiden dan CEO juga membaca dan memasang pesan dalam forum

tersebut. Masalah yang didiskusikan dalam forum biasanya berupa dukungan

teknis untuk kebijakan iklan dari tingkat nasional sampai lokal. Walaupun semua

peningkatan sudah diatur oleh SIM, akan tetapi Mr.Alpha juga harus tetap

Page 10: seminar akuntansi

mengawasi sistem tersebut. Terlebih dalam membangun komunitas, pertemuan

tahunan dengan pemilik franchise, dan pelatihan yang dibuatnya.

4.5 Comoditisation

Upaya besar dalam pemberian struktur dan memformalkan kegiatan, terutama

diarahkan pada penentuan tingkat kerumitan. Mengubah Alpha menjadi satu

organisasi yang tepat yaitu formal, terstruktur, rasional. Penggunaan informasi

besar yang tersedia dari SIM tetap saja buruk. Terlebih lagi proses pengambilan

keputusan yang tetap tidak terstruktur. Saat-saat pengambilan keputusan masih

tetap tidak teratur. Wacana digerakkan oleh inisiatif manajer untuk memandu

perhatian pada masalah atau ide.

Namun jika tingkat pertumbuhan menurun, maka orang-orang akan

kehilangan tingkat kepercayaan diri untuk menyuarakan pemikiran mereka dan

mencari peluang serta lebih tepusat pada penurunan penjualan. Ketika Alpha

memasukkan karyawan baru dan siap melakukan inovasi mereka baru menyadari

setelah berumur tiga puluh tahunan tidak menemukan motivasi dan dukungan

eksplorasi.

Pada tahun 2001 sampai dengan 2007 penjualannya mencapai angka 70.000

euro, akan tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan

karena adanya kelesuan ekonomi yang dialami di seluruh dunia pada saat itu.

Selain itu karena adanya prubahan pilihan konsumen. Mr.Alpha mengungkapkan

karena adanya komoditas IT yang terjadi dan adanya pengecer berskala besar

yang menguasai pasar dengan mengurangi harga. Menurut visinya distribusi

berskala besar merupakan peluang bagi perusahaan tersebut. Karena tingginya

angka penjualan komputer pribadi pada pengecer besar peran dukungan teknis

Alpha disini juga masih dibutuhkan. Persaingan dengan retail berskala besar tidak

berdasarkan harga tetapi lebih kepada layanan kualitas pelanggan dan dukungan

teknis setelah penjualan (berupa software dan hardware).

Dari tahun 2005 sampai tahun 2008 membuat kepemilikan saham perusahaan

dari 18.24 % menjadi 9.43% yang berdampak pada ditutupnya empat toko milik

Alpha. Salah satu perubahan dikarenakan kecapakan manajerial karyawannya

menurun dan hal ini menyebabkan dibatasinya biaya tenaga kerja dan juga jumlah

karyawan pada masing-masing toko.

Page 11: seminar akuntansi

5. Diskusi

5.1 Munculnya Dinamika Evolusi

Sejarah Alpha menggambarkan karakter yang kuat baik SPM dan strategi.

Hambatan pada strategi atau SPM muncul sebagai perubahan adaptif dalam

evolusi alami. Toko pertama pada perusahaan yang memiliki jaringan dimulai

sebagai imitasi kompetitor dandari kesempatan yang diberikan oleh sutradara toko

potensial yang cocok. SPM memperlakukannya seperti waralaba, hal inilah yang

tersedia agar SIM bekerja. SIM mendukung pendekatan toko tambahan dengan

menyediakan laporan produk pada setiap toko, yang terurai sepanjang rantai nilai.

Mengingat sifat SPM dan strategi sangat kuat pada langkah-langkah dalam

rentang hidup perusahaan lebih sesuai dipahami sebagai langkah evolusi bertahap.

Pandangan terputus sejarah Alpha dalam tahap terpisah fit dan SIMsfit antara

paket dan strategi SPM tanpa mempertimbangkan evolusi kedua elemen adalah

menyesatkan.

5.2 Identitas: Menyusun Strategi dan Pengendalian / Akuntansi

Pada tahap awal (1 dan 2), seperti sejarah , difasilitasi oleh keterbukaan untuk

hal-hal baru, yaitu, dengan kesiapan untuk melihatpeluang strategis. Kesiapan ini

berasal dari formalisasi rendah dari SPM dan strategi serta keterlibatan tinggi

orang-orang pada projek bisnis yang dibangun menembus budaya dan

kepercayaan. Beberapa studi menunjukkan budaya dan nilai bukan preSIM yang

tidak sederhana dalam mengoperasikan strategi dan SPM. Sebaliknya mereka

membangun bentuk pengendalian manajemen satu sama lain sebagai nilai,

kepercayaan, norma sosial mempengaruhi perilaku pekerja. Pada teori perspektif

praktik pengendalian manajemen, budaya dan kepercayaan adalah bagian dari

SPM dan strategi. Praktik dibangun atas peraturan, pemahaman atas pekerjaan,

struktur teleoaffective ditampilkan oleh orientasi emosional dan mental tindakan,

pemahaman umum, dan budaya.

Penelitian konsep budaya diadopsi SPM dan strategi dapat diperluas

menggunakan Alpha. Strategi dan SPM digantikan oleh difusi identitas yang

serupa dalam organisasi melalui seleksi. Studi empiris menggambarkan identitas

dapat digantikan strategi dan pengendalian formal lainnya. Identitas merespon

dengan cara tertentu, sebagaimana dia berperilaku. Ketika identitas anggota

organisasi disebarkan, tidak dibutuhkan prosedur karena sudah tertanam dan

Page 12: seminar akuntansi

dikonsolidasi serta ditegakkan melalui interaksi. Gagasan penulis mengenai

mengembangkan identitas adalah sumber daya aksi, yang tidak hanya yang tidak

hanya jauh lebih terbuka tetapi juga kurang meyakinkan, karena tidak selalu

berarti seperangkat aturan dan prosedur. Sebagai hasilnya eksplorasi dan

keterbukaan terhadap hal-hal baru yang lebih kuat dan dapat didistribusikan.

Alpha, identitas umum serta partisipasiantusias oleh anggota organisasi dalam

inisiatif, yang berperilaku seperti pengusaha dari manajer, memainkan peran

penting dalam membangun strategi bersama dan diakui, dan dalam mengubah

strategi ke dalam eksplorasi arah strategis baru.

5.3 Substitusi untuk Identitas

Identitas sangat sulit dikelola ketika perusahaan berkembang cepat.

Berkembangnya Alpha mengakibatkan kesulitan untuk merekrut ahli yang benar-

benar bergairah dan dengan demikian untuk mengarahkan dan mengendalikan

organisasi melalui praktek dan identitas bersama. Standar perekrutan untuk

keahlian teknis tidak menjamin kepatuhan nilai dan kepercayaan perusahaan. Hal

ini menjadi bukti pada saat Alpha merekrut pengangguran yang tidak

berpengalaman untuk mendapatkan keuntungan dari insetif publik. Akibatnya

anggota organisasi kehilangan identitasnya dan sistem kebudayaan kehilangan

keefektifannya untuk mempengaruhi perilaku individu dan tidak menetapkan

konteks pengendalian.

5.4 Eksplorasi? Pandangan sekilas kinerja

Konteks awal di mana Alpha mulai bertindak adalah bahwa dari konsumen

pasar elektronik meningkat. Ini adalah saat yang menguntungkan untuk

eksplorasi, dan memperoleh umpan balik positif semakin kuat. Alpha bisa

mengandalkan anak muda kreatif dengan keinginan personal untuk sukses.

Motivasi untuk beraksi sangat mudah dicari, dan eksplorasi seringkali sukses.

Model Alpha terbukti bekerja dengan baik, dan perusahaan mulai '' strategi

ekspansi lambat '', melalui pertumbuhan internal dan secara bertahap memilih

lebih cepat dan konsisten '' Strategi pengembangan jaringan '', yang diperkuat dan

diperkaya dengan pengenalan perhatian yang lebih besar terhadap pelayanan yang

diberikan kepada konsumen.

Page 13: seminar akuntansi

Konteks awal di mana Alpha mulai bertindak adalah bahwa dari konsumen

pasar elektronik meningkat. Ini adalah saat yang menguntungkan untuk

eksplorasi, dan memperoleh umpan balik positif semakin kuat. Alpha bisa

mengandalkan anak muda kreatif dengan keinginan personal untuk sukses.

Motivasi untuk beraksi sangat mudah dicari, dan eksplorasi seringkali sukses.

Model Alpha terbukti bekerja dengan baik, dan perusahaan mulai '' strategi

ekspansi lambat '', melalui pertumbuhan internal dan secara bertahap memilih

lebih cepat dan konsisten '' Strategi pengembangan jaringan '', yang diperkuat dan

diperkaya dengan pengenalan perhatian yang lebih besar terhadap pelayanan yang

diberikan kepada konsumen.

5.5. Hasil Akhir

Penelitian ini diteliti secara empiris mengenai dinamika hubungan antara

strategi dan SPM. Penulis dikerahkan analisis diakronis yang melibatkan konsep

vertikal dan horisontal dinamika sehingga memperpanjang fokus kedua

kontingensi dan studi empiris alternatif. Penerapan perspektif teori praktek

mendorong penulis untuk menantang konsep fit, yang merupakan pusat literatur

kontingensi utama.

Penulis menekankan bahwa sejak awal sejarah Alpha, keberhasilan berakar

pada kemampuan untuk melihat dan menangkap peluang bisnis. Penulis

menunjukkan kesesuaian seketika antara SPM formal dan strategi yang disengaja

tidak membantu dalam menggambarkan evolusi, atau menjelaskan kesuksesan.

Sebaliknya analisis penulis pada praktik memperbolehkan untuk memperluas

perspektif praktik pada bentuk lain dari dukungan reaksi. Identitas mewujudkan

strategi dan SPM karena mereka mewakili lokus mengatur strategi dan

pengendalian. Identitas bermain sebagai pengganti serta sistem formal,

memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk organisasi dan otonomi individu

untuk menangkap peluang serta menghadapi ancaman baru. Identitas mencegah

organisasi untuk menstabilkan sementara mereka mendukung strategi eksplorasi

terus menerus. Penulis menekankan peran stabilisasi dan destabilisasi hubungan

SPM dan strategi. Hal ini menunjukkan potensi besar ketidakcocokan dalam

pembukaan tingkat kebebasan antara sistem yang inkonsisten. Kecuali dibangun

untuk destabilisasi, SPM tidak terstruktur digabungkan dengan strategi implisit, fit

cenderung memiliki stabilitas yang lebih tingi. Peneliti menyimpulkan bahwa

Page 14: seminar akuntansi

dalam desain SPM atau strategi, perhatian tidak harus difokuskan pada fit

resiprokal, tetapi lebih pada kemampuan SPM dan strategi untuk mendukung

eksplorasi arah baru evolusi.

C. CRITICAL REVIEW

Artikel dari Frigotto, Coller dan Collini ini sangat menarik dan bisa dikatakan

unik. Hal ini karena dalam artikel mereka mengungkapkan hubungan dari strategi dan

SPM dari sudut pandang dan teori yang berbeda. Jika dalam artikel yang berjudul

‘Strategy, Interactive Control System and National Culture: A Case Study of Batik

Industry in Indonesia’ penulisnya menyatakan bahwa dalam penelitian dalam bidang

strategi dan SPM dapat dibedakan menjadi dua, maka artikel Frigotto ini berada di

luar ketegori tersebut.

Artikel milik Frigotto dkk., ini cukup menarik untuk dibaca karena Figotto

memberikan sebuah perspektif baru dalam mengkaji hubungan antara strategi dan

SPM. Dengan metode studi kasus, pembahasan yang disajikan dalam artikel ini

sangatlah komprehensif dan mendalam. Sayangnya, karena menggunakan pendekatan

studi kasus, kesimpulan yang diambil tidak dapat digeneralisasi. Hal ini karena

kondisi di setiap organisasi bisa saja berbeda dengan kondisi organisasi yang dibahas

dalam artikel ini. Namun, begitu artikel ini baik sebagai bahan bacaan bagi mereka

yang ingin mengetahui secara komprehensif mengenai proses perkembangan

pelaksanaan strategi di sebuah perusahaan dan hubungannya dengan SPM.

Kelebihan dalam penulisan menggunakan studi kasus adalah, penulis dapat

mendalami penelitan terkait hubungan MCS dan strategy yang diterapkan pada

perusahaan Alpha. Penelitian ini menyajikan gambaran yang lengkap mengenai

penerapan MCS dan strategi serta hubungan-hubungan yang terdapat dalam

penelitian. Studi kasus yang diterapkan pada perusahaan Alpha juga lebih spesifik

dibanding jenis penelitian lainnya. Namun hasil penelitian dari studi kasus tidak dapat

digeneralisasi hanya terbatas pada kasus yang serupa. Penelitian ini juga hanya fokus

pada hubungan antar MCS dan strategi perusahaan Alpha, hasil dari penelitian ini

dapat berbeda jika studi kasus diterapkan pada jenis perusahaan lainnya.  Dalam

melaksanakan penelitiannya penulis menggunakan metode wawancara untuk

memperoleh data, namun tidak dijelaskan bagaimana penulis mengolah data tersebut.

Metode wawancara memiliki kelemahan tersendiri yaitu jika penelitian dilakukan

Page 15: seminar akuntansi

menggunakan metode kuantitatif, maka harus diuji reabilitas dan validitas data

tersebut.

Dari segi bahasa yang digunakan dalam jurnal Frigotto ini juga sudah cukup

bagus dan mudah untuk dimengerti. Penjelasan mengenai tabel 4 dan tabel 5 sudah

cukup jelas. Selain itu peneliti juga berusaha menjelaskan pengaruh angka-angka

dalam tabel tersebut.

Dari segi isi penelitian Frigotto sudah sangat lengkap dan bagus jika

dibandingkan dengan jurnal dari Alim. Namun kekurangan dari jurnal Figrotto adalah

dia kurang begitu rinci dalam menjelaskan penelitian ini dilakukan dimana dan apa

dampak dari penelitian ini.

REFERENSI

Alim, Mohammad N. (2008). Meta Analisis Kontijensi Sistem Pengendalian Bukti Empiris di

Indonesia. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis, dan Sektor Publik, 5 (1), 17-33.

Finn, Adam, McFadyen, Stuart, Hoskins, Colin. (1994). Marketing, Management and

Competitive Strategy in The Cultural Industries. Canadian Journal of Communication,

19 (3/4), 523-550.

Ismail, Tubagus, Lili Sugeng Wiyantoro, Meutia, & Munawar Muchlish. 2012. Procedia–

Social and Behavioral Sciences, 65, 33-38.

Tallaki, M., & Bracci, E. (2015). The Importance of National Culture in the Design of

Management Control Systems: Evidence from Morocco and Italy. The IUP Journal of

Management Research, 14(1), 7-31.