seminar

Upload: andy-sulistio

Post on 06-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

seminar

TRANSCRIPT

Latar Belakang

Permukiman Masyarakat Cina di Bengkulu Abad XX

Kajian Arkeologi Ruang Skala Semi Makro

Oleh : Siti Yuliana

Latar Belakang

Permukiman secara luas mempunyai arti perihal tempat tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan denagn tempat tinggal, dan secara sempit berarti daerah tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, permukiman adalah daerah tempat bermukim atau hal yang bertalian dengan bermukim (Hadi Sabari Yunus, 1987: 1-2). Studi permukiman mengkhususkan atau memusatkan perhatian pada persebaran okupsi dan kegaitan manusia dan hubungan-hubungan di dalam satuan-satuan ruang dengan tujuan memahami sistem teknologi, sistem sosial, dan sistem ideologi dari masyarakat masa lalu. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang merupakan ciri pokok studi permukiman, yaitu : persebaran, hubungan-hubungan, dan satuan ruang serta asumsi-asumsi dasar yang melatarinya (Mundardjito, 1990 : 21).

Berdasarkan aspek keruangannya, Bruce G Trigger membedakan studi pola permukiman menjadi individual building, community lay-out, dan zonal pattern. Sementara itu Mundardjito menyebut ketiga pola tersebut sebagai pola permukiman mikro, meso dan makro. Studi pola permukiman mikro atau individual building adalah studi yang mempelajari persebaran ruangan dan hubungan antar ruang dalam satu bangunan. Pada umumnya studi ini ditujukan untuk mengetahui struktur sosial suatu keluarga yang didasari oleh hierarki ruang, fungsi ruang dan gaya bangunan. Dalam tingkat mikro ini pula akan diketahui strategi adaptasi manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam dan penyesuaian diri terhadap lingkungan alam (Mundardjito, 1983 : 25). Community lay-out atau permukiman semi makro adalah studi permukiman yang mempelajari persebaran dan hubungan bangunan-bangunan di dalam situs, untuk mengetahui antara lain struktur sosial, ekonomi, politik, dan agama. Permukiman makro atau zonal pattern adalah pola sebaran dan hubungan antar suatu komunitas yang berada pada suatu wilayah untuk mengetahui antara lain struktur sosial, politik, ekonomi, dan kemampuan teknologi. Permukiman makro dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi lingkungan, organisasi politik, peperangan, dan religi (Mundarjito, 1983: 25).

Permukiman Cina di kota Bengkulu terletak di sebelah selatan dan berhadapan dengan benteng Marlborough dengan letak astronomis berada di 03 47 15 9 LS dan 102 15 02 6 BT tepatnya sekarang terletak di Jl. DI. Panjaitan masuk dalam wilayah administrasi Kotamadya Bengkulu. Kawasan permukiman Cina ini juga dekat dengan pasar ikan Tapak Paderi yang dulunya merupakan pelabuhan Sillebar yang dibangun oleh Inggris. Kawasan pecinan ini merupakan kawasan permukiman Cina sejak masa Inggris (Aryandini Novita, 1998: 30)

Pada masa periode awal (1689) ketika bangsa Cina untuk pertama kalinya diijinkan bermukim di Bengkulu hanya memiliki mata pencaharian sebagai kuli kontrak, sedangkan yang lainnya hadir sebagai kuli pekerja bebas dan kebanyakan sebagai buruh kontrak di perkebunan. Kebanyakan orang-orang Cina ini tergolong miskin, sebagian besar mereka menempati rumah -rumah yang sudah tua dan buruk karena kondisi ekonomi mereka. Seiring dengan perkembangan zaman maka orang-orang Cina ini beralih profesi yaitu rata-rata sebagai pedagang dan sebagian mereka bergerak dalam bidang pertanian yang memasok pasaran dengan sayur-sayuran segar. Hal ini berdampak buruk bagi sebagian masyarakat Bengkulu yang melibatkan dirinya di sektor perdagangan sabagai mata pencahariannya. Pada mulanya perdagangan mereka tidak begitu mengalami persaingan yang hebat dari para pedangan Cina, namun kemudian kedudukan para pribumi semakin memudar sehingga masyarakat pribumi tergeser ke daerah pinggiran menjadi pedagang yang lebih kecil lagi, yaitu hanya sebagi pedagang kecil yang menyalurkan hasil pertanian yang ada di sekitar lingkungannya (Yanto, 2004 : 43). Sedangkan bagi orang-orang Cina peranan dan pengaruhnya telah masuk ke dalam jaringan perekonomian kota dan wilayah di sekitarnya.

Menurut data sejarah bahwa pada tanggal 15 Mei 1714 telah banyak bangsa Cina menetap di Ujung Karang kota Bengkulu sekarang. Kemudian tempat bermukimnya orang-orang Cina ini disebut dengan kampung Cina atau pecinan. Wakil Gubernur Joseph Collet memberikan kedudukan yang istimewa kepada orang-oraNG Cina ini. Mereka mempunyai pemimpin sendiri yang disebut denangan Kapitan Cina (John Bastin, 1965 : 39 dalam Siddik, 1996 : 42). Pada umumnya yang menjadi pemimpin komunitas Cina dipilih karena mempunyai pengaruh yang besar, kaya, dan dihormati oleh orang-orang Cina lainnya serta mempunyai hubungan dengan birokrat.

Peran komunitas Cina dalam perekonomian pada waktu itu adalah sebagai pedagang perantara atau yang dikenal dengan sebutan tauke. Penunjukan orang Cina sebagai pedagang perantara merupakan salah satu bentuk fasilitas yang diberikan oleh pihak pemerintah inggris. Fasilitas yang lain yaitu berupa pemberian modal kepada pedagang Cina. Pemberian fasilitas-fasilitas tersebut berdampak buruk bagi pedagang-padagang pribumi yaitu melemahnya posisi pedagang pribumi karena sulitnya mereka bersaing dengan pedagang Cina yang disisplin dan kompak. Hal tersebut menyebabkan kesenjangan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat Cina. Daerah perdagangan orang-orang Cina ini terletak di kawasan pelabuhan yang Bengkulu atau sering juga disebut dengan pelabuhan Sillebar. Pelabuhan ini berada ndi sebelah barat dengan jarak 270 M dari Benteng Malborough. Keletakan geografis pelabuhan ini adalah 03 47 08,2 LS dan 102 15 06,4 BT. Berdasarkan lukisan Joseph C Stadler dalam buku Prints of South East in The India Office Library diketahui pelabuhan tersebut adalah milik Inggris (EIC). Berdasarkan lukisan tersebut terlihat di Pelabuhan Bengkulu EIC mendirikan bangunan sebagai gudang penyimpanan. Keterangan pada lukisan tersebut juga menyebutkan di pelabuhan ini dangkal dan terdapat dataran batu karang sehingga kapal-kapal yang datang ke Bengkulu tidak dapat merapat sihingga harus membongkar muatannya 0,5 mil dari dermaga (aryandini Novita, 1998 : 30.

Pada saat ini rumah yang berarsitektur Cina sudah jarang ditemukan terhitung ada sekitar dua puluh rumah tinggal yang berarsitektur Cina di kawasan ini. Rumah-rumah tersebut umumnya memanjang ke belakang, bertingkat dua dan mempunyai atap melengkung. Rumah-rumah tersebut memakai hiasan terawangan yang terdapat di atas jendela berfungsi sebagai ventilasi yang umumnya terdapat pada arsitektur Cina (Aryandini, 1998 : 30). Kelenteng yang merupakan salah satu tempat peribadatan orang Cina tidak terdapat dalam permukiman ini, tetapi saat ini yang ada hanyalah sebuah bangunan peribadatan yaitu sebuah Wihara.

Dari pengamatan tentang bentuk permukiman yang ada sekarang, gambaran bentuk bangunan yang berciri khas Cina sudah jarang ditemui. Hal ini dapat di maklumi mengingat bahwa daerah yang tumbuh akibat proses perdagangan akan mengalami perubahan yang sangat cepat. Untuk memberikan gambaran tentang permukiman komunitas Cina pada saat sekarang adalah berupa bangunan-bangunan yang berbentuk "ruko" (rumah toko) atau "shophouses" yang memiliki ciri-ciri terdiri dari dua lantai atau lebih. Biasanya mereka tinggal di lantai ke dua karena lantai pertama dijadikan toko atau tempat berjualan. Oleh karena itu rumah-rumah mereka berada di pusat pertokoan atau pusat perdagangan. Pada masa pemerintahan Inggris, pusat pertokoan orang Cina lebih teratur dan menikmati sarana lalu lintas yang baik dan fasilitas listrik, air ledeng, dan sambungan listrik. Sementara fasilitas-fasilitas tersebut tidak dinikmati oleh derah-daerah tempat tinggal pribumi. Namun, bila dibandingkan dengan permukiman orang-orang Eropa, daerah pertokoan ini sangat sempit dan tidak mempunyai halaman (Yanto, 2004 : 69)

Bangunan-bangunan tempat tinggal orang-orang Cina saat ini dibuat lebih modern dengan menggunakan bahan dasar semen. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa factor antara lain, kondisi iklim tropis, curah hujan yang tidak menentu, kelembaban yang tinggi, dan dua musim yang berbeda menyebabkan bahan kayu akan mengalami pelapukan dan menjadi rusak. Kawasan permukiman Cina Bengkulu saat ini tidak hanya didominasi oleh orang-orang Cina semata, melainkan bercampur dengan etnis padang dan orang-orang melayu Bengkulu.

Permasalahan dan Tujuan

Permukiman Cina di Bengkulu tidak terlepas dari beberapa komponen bangunan pendukung keberadaan permukiman tersebut. Komponen-komponen tersebut memiliki kaitan atau hubungan dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini permasalahan ynag dapat diajukan adalah1. Apa saja komponen-komponen permukiman Cina

2. Bagaimana distribusi komponen-komponen permukiman Kampung Cina

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk merekonstruksikan hubungan relasional antara masing-masing komponen dalam permukiman Kampung Cina.

Metode Penelitian

Untuk pemecahan masalah dalam penelitian ini digunakan penalaran induktif, sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis. Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai suatu fakta atau gejala yang disertai dengan analisis sesuai tujuan yang hendak dicapai (Tanudirjo, 1988-1989, 34). Beberapa tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : Observasi atau pengumpulan data, deskripsi data, analisia data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian dengan menggunakan penalaran induktif diawali dengan tahap pengumpulan data yang diperoleh melalui survie dan observasi terhadap keadaan lingkungan, pola keruangan permukiman, distribusi komponen bangunan, dan kegiatan masyarakat Cina di Bengkulu. Di samping itu, penelitian ini juga ditunjang oleh kajian kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk memperoleh pemecehan masalah yang diajukan. Dalam penelitian kualitatif, deskripsi data adalah berupa kata-kata yang tertulis dan bukan berupa angka. Selanjutnya adalah tahap analisis terhadap komponen-komponen permukiman Cina dan distribusi komponen tersebut. Tahap terakhir yaitu pengambilan kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari semua analisis dan interpretasi terhadap data-data yang telah dideskripsikan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan. Studi arkeologi ruang tidak memberikan titik berat perhatian kepada benda arkeologi sebagai satu entitas (entity), melainkan kepada sebaran (distribution) dari benda-benda dan situs-situs arkeologi, kemudian hubungan (relationship) antara benda dengan benda dan situs dengan situs, serta hubungan antara benda atau situs dengan lingkungan fisiknya sebagai sumber daya. Arkeologi ruang tidak hanya mengkaji hubungan relasional atau keruangan antara artefak (artifact) tetapi juga dengan dan antara bentuk-bentuk data arkeologi lain sebagai unsure-unsur (element) yang terdiri dari struktur atau fitur (feature), situs (site), dan lingkungan fisik yang dimanfaatkan sebagai sumber daya (Mundardjito, 2002 : 3).Kerangka Skripsi

Bab I.Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Permasalahan dan Tujuan Penelitian

C. Metode Penelitian

Bab IILetak Geografis dan Latar Belakang Sejarah

A. Kondisi Geografis Kota Bengkulu

B. Sejarah Kota Bengkulu

C. Sejarah Masuknya Etnis Cins di Bengkulu

Bab III Komponen-komponen Permukiman Cina A. Rumah Tinggal Masyarakat Cina

a. Tradisional

b. Semi Tradisional

c. Modern

B. Bangunan Peribadatan

C. Jaringan Jalan

Bab IV Analisis Permukiman Masyarakat Cina di Bengkulu

A. Distribusi Komponen-Komponen Permukiman Cina B. Hubungan Relasional antara komponen-komponen permukiman CinaBAB V Kesimpulan

Daftar Pustaka

Aris, Daud. T. 1998. " Ragam Metode Penelitian Arkeologi Dalam Skripsi Karya Mahasiswa Arkeologi UGM". Laporan Penelitian Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Manurung, Yanto, H.M. 2004. "Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Bengkulu . Masa Inggris. Skripsi Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM. Mundardjito, 1983. Metode Penelitian Permukiman Arkeologi, Dalam Rapat Evaluasi Metode Penelitian Arkeologi III, Jakarta : Puslitarkenas

----------

1990. Metode Penelitian Permukiman Arkeologis, Monumen. Depok : Lembaran Sastra Seri Penerbitan Ilmiah No. 11. Fakultas sastra UI----------

1993. Pertimbangan Ekologi Dalam Penempatan Situs Masa Hindu Budha Di Daerah Jogjakarta. Jakarta : Wedatama Widya Sastra

Novita, Aryandini. 1998. Tata Kota Bengkulu Abad XVII. Balai Arkeologi Palembang : Palembang

Siddik, A. H. 1996. Sejarah Bengkulu 1500-1900. Balai Pustaka : Jakarta

Yunus, Hadi Sabari.1987.Geografi permukiman dan Beberapa permasalahan Permukiman di Indonesia, Makalh untuk Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala dalam Geografi Permukiman pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

PERMUKIMAN MASYARAKAT CINA

DI BENGKULU ABAD XXKajian Arkeologi Ruang Skala Semi Makro

Oleh :Siti Yuliana

01/14547/SA/119971JURUSAN ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2005PAGE 5