seminar bronkopneumonia.docx

31
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGANBRONCHOPNEUMONIA DI RUANG CEMPAKA III RSUD KUDUS DI SUSUN OLEH : 1. ANINDYA M. Kh 2. ANISA LAELA MEGASARI 3. ANNISA NUR AINI 4. MEGAWATI 5. NESTITI AMBAR PUSPITA PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

Upload: anindya-emkaha

Post on 28-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGANBRONCHOPNEUMONIA

DI RUANG CEMPAKA III

RSUD KUDUS

DI SUSUN OLEH :

1. ANINDYA M. Kh

2. ANISA LAELA MEGASARI

3. ANNISA NUR AINI

4. MEGAWATI

5. NESTITI AMBAR PUSPITA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2013

Page 2: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

A. DEFINISI

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai

pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di

dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.

(Smeltzer & Suzanne C,)

Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak

dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan

bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W)

Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus

terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang

terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga

pneumonia lobaris.

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya

menyerang di bronkeoli terminal.Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat

mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang

berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran

pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan

daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi,)

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang

disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar

alveoli.

Page 3: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

B. PATOFISIOLAOGI

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau

karena aspirasi makanan dan minuman. Biasanya bakteri ini menyerang di

saluran nafas atas. Dari saluran pernafasan atas sebagian kuman tersebut menuju

ke bronkus dan memperbanyak diri , hal ini menyebabkan tubuh melakukan

kompensasi dengan melalui proses peradangan. Lama kelamaan maka akan

mengakibatkan akumulasi sekret dibronkus, hal ini dapat menyebabkan resiko

bersihan jalan nafas tidak efektif. Selain itu apabila akumulasi sekret di bronkus

terjadi secara terus menerus, maka akan menyebabkan mukus bronkus

meningkat. Hal ini dapat mentebabkan bau mulut tidak sedap. Bau mulut yang

tidak sedap tersebut dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Hal ini bisa

mengakibatkan intake yang kurang. Masalah keperawatan yang bisanya muncul

adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Selain itu bakteri juga masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan

menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk

ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran

sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi

pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan

alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam

saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya

peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus

mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko

terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

3. (Soeparman)

Page 4: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

C. PENYEBAB

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan

oleh adanya penurunanmekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi

organisme patogen.Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme

pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan

batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar

dari organ, dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,

protozoa,mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 :

682) antara lain:

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae,

Klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumoniae

3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada

pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang

terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma.

(Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)

Page 5: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di bronkus

Proses peradangan

Akumulasi sekret di bronkus

Bersihan jalan nafas tidak

efektif

Mukus bronkus meningkat

Bau mulut tidak sedap

Anoreksia

Intake kurang

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kuman terbawa di saluran pencernaan

Infeksi saluran pencernaan

Peningkatan flora normal dalam usus

Peningkatan peristaltik usus

Malabsorbrsi

Diare

Gangguan keseimbangan

cairan dan eletrolit

Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

Dilatasi pembuluh darah

Eksudat plasma masuk alveoli

Gangguan difusi dalam plasma

Gangguan pertukaran gas

Peningkatan suhu

Septikimia

Peningkatan metabolisme

Evaporasi meningkat

Edema antara kaplier dan

alveoli

Iritasi PMN eritrosit pecah

Edema paru

Pengerasan dinding paru

Penurunan compliance paru

Suplai O2 menurun

Hipoksia

Metabolisme anaeraob meningkat

Akumulasi asam laktat

Fatigue

Hiperventilasi

Dispneu

Retraksi dada / nafas cuping

hidung

Gangguan pola nafas

D. PATHWAY

Bakteri Stafilokokus aureusBakteri Haemofilus influezae

Penderita akit berat yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi

sistem pertahanan tubuh Kontaminasi peralatan RS

Page 6: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

1. MANIFESTASI KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di

saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari.Pada tahap awal,

penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas

seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung

kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul

sianosis.

(Barbara C. long, :435)

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar

ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)

2. PENTALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat diberikan pada klien

bronkopneumonia adalah

a. Menjaga kelancaran pernapasan.

b. Kebutuhan istirahat.

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan.

d. Mengontrol suhu tubuh.

e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman.

Sementara pelaksanaan medis yang dapat diberikan adalah :

a. Oksigen 2 liter/menit (sesuai dengan kebutuhan klien).

Page 7: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

b. Jika sesak tidak terlalu hebat , dapat dimulai makan eksternal terhadap

melalui selang nasogastric dengan feeding drip.

c. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk transport muskusilier.

d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit

( Arief Mansjoer,2000)

3. KOMPLIKASI

Komplikasi dari bronkopneumonia adalah :

a. Atelektasis adalah pengenbangan paru-paru yang tidak sempurna atau

kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek

batuk hilang. Apabila penumpukan secret akibat berkurangnya daya

kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukkan secret ini

menyebabkan obtruksi bronkus intrinsik.

b. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga

pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura. Terjadi

dimulai dengan adanya gangguan pembersihan jalan napas akibat

penutupan sputum, peradangan yang menjalar ke bronkhiolus

menyebabkan dinding bronkhiolus mulai melubang dan membesar.

c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

Di dalam paru-paru berdinding tebal, nanah mengisi rongga yang dibentuk

ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru.

d. Endokarditis adalah peradangan pada setiap katup endokardial.

Page 8: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

e. Meninginitis adalah infeksi yang menyerang selaput otak. Penyebaran virus

haemofillus influenza melalui hai saat terjadi infeksi ematogen ke system

saraf sentral .penyebarannya juga bias di mulai saat terjadi infeksi saluran

pernapasan atau dimana manifestasi klinik meningitis menyerupai

pneumonia.

(Whaley Wong, 2000)

E. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a.wawancara

- apakah ada batuk atau tidak

- apakah adanya penurunan nafsu makan

- apakah sering mengalami demam

b. riwayat kesehatan

- adanya riwayat mual dan muntah

- adanya riwyat penyakit infeksi saluran nafas sebelumnya , batuk, pilek

dan demam.

- anoreksia, sukar menelan yang berhubungan dengan imunitas seperti

mal nutrisi.

- anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan.

Batuk produktif, pernapasan cuping hidung,pernapasan cepat dan

dangkal , gelisah, sianosis.

c. Pemeriksaan fisik

Page 9: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

- Inpeksi : dispneu, takipneu, napas cuping hidung, gerak dada naik

turun pada daerah yang sakit.

- Palpasi : fremitus suara normal sampai dengan meningkat.

- Perkusi : redup, batas tegas.

- Auskultasi : ronchi basah halus atau vesikuler.

d. Data focus

- pernapasan

1. gejala : takipneu, dispneu, progesif, pernapasan dangkal,

penggunaan obat aksesoris, pelebaran nasal.

2. tanda : bunyi napas ronchi, halus dan melemah, wajah pucat atau

sianosis bibir atau kulit.

- aktivitas atau istirahat

1. gejala : kelemahan, kelelahan, dan insomnia

2. tanda : penurunan aktivitas letangi

- integritas ego : banyaknya stressor

- makanan atau cairan

1. gejala : kehilangan nafsu makan , mual dan muntah.

2. tanda : distensi abdomen , hiperperistaltik usus,kulit kering

dengan turgor kulit buruk, penampilan kokeksia (mal nutrisi)

- nyeri atau kenyamanan

1. gejala :sakit kepala, nyeri dada (pleritis), meningkat oleh batuk,

nyeri dada subternal (influenza), mialgea, antraglia.

Page 10: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

2. tanda : melindungi area yang sakit ( pasien umummnya tidur

pada posisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

e. data penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan

cara:

- Pemeriksaan Laboratorium

•Pemeriksaan darah

Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M.

Nettina, 2001 : 684)

• Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang

spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan

mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk

mendeteksi agen infeksius•

Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi

dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

• Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

• Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

Page 11: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

- Pemeriksaan Radiologi

• Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai

pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.Infiltrat multiple

seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.

• Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan

nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)

2. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret di bronkus.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan

pengiriman oksigen.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan retraksi dada/ nafas

cuping hidung.

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan

dengan diare.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

kurang.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan fatigue.

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan (NCP)

1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret dibronkus.

Page 12: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

Tujuan :

b. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

c. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan

sekret

Hasil yang diharapkan :

d. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas

bersih/ jelas

e. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan

nafas

Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya:

mengi, krekels dan ronki.

Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat

dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius

b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi

Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya

proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan

frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi

fowler

Page 13: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

Rasional: Posisi semi fowlerakan mempermudah pasien untuk

bernafas

d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara

e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki

keefektifan upaya batuk.

Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling

efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah

setelah perkusi dada.

f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.

Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan

mempermudah pengeluaran.

2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan

pengiriman oksigen ( gangguan difusi dalam plasma).

Tujuan :

f. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA

dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.

Hasil yang diharapkan :

g. Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi

jaringan

h. Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan

oksigenasi

Page 14: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

Intervensi :

i. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan

Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum

ii. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya

sianosis

Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh

terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.

iii. Kaji status mental

Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan

hipoksemia.

iv. Awsi frekuensi jantung/ irama

Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/

dehidrasi.

v. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi

demam dan menggigil

Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan

metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu

oksigenasi seluler.

vi. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas

dalam, dan batuk efektif

Page 15: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki

ventilasi.

vii. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan

indikasi

Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan retaraksi dada /

nafas cuping hidung.

Tujuan:

i. Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam

rentang normal dan paru jelas/ bersih

Intervensi :

i. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi

peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada

terbatas.

ii. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.

Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat

obstruksi kecil.

iii. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.

Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan

memudahkan pernafasan.

iv. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Page 16: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan

mengindikasikan adanya kelainan.

v. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.

Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum

vi. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

Vii.Berikan humidifikasi tambahan

Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan

membantu pengenceran sekret untuk memudahkan

pembersihan.

viii. Bantu fisioterapi dada, postural drainage

Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan

drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.

4. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan

dengan diare.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,,

hipotensi.

Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik

b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan

c. Catat lapporan mual/ muntah.

Page 17: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral

d. Pantau masukan dan haluaran urine.

Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan penggantian

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan

5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

kurang.

Tujuan :

j. Menunjukkan peningkatan nafsu makan

k. Mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi :

i. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.

Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

ii. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering

mungkin, bantu kebersihan mulut.

Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien

dan dapat menurunkan mual

iii. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum

makan.

Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan

pengobatan ini

iv. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.

Page 18: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat,

distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara

dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran

gastro intestinal

v. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering

atau makanan yang menarik untuk pasien.

Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun

nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

vi. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,

rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya

responterhadap terapi

6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan fatigue.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi :

a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.

Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi

b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama

fase akut.

Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat

Page 19: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.

Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan

kebutuhan metabolik

d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

4. Evaluasi

Evaluasi proses keperawatan adalah proses membandingkan efek

atau hasil suatu tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria

hasil yang sudah di buat merupakan tahap akhir dari proses

keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari :

a. Evaluasi formatif

Hasil observasi dan anamnesa atau analisa perawat terhadap

respon segera pada saat evaluasi dan setelah selesai tindakan.

b. Evalausi sumatif

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status

kesehatan sesuai waktu pada catatan perkembangan.

Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkan oleh pasien

bronkopneumonia adalah

1. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

Page 20: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

2. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA

dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.

3. Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam

rentang normal dan paru jelas/ bersih

4. Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

5. Menunjukkan peningkatan nafsu makan

6.Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Page 21: SEMINAR BRONKOPNEUMONIA.docx

F. REFERENSI

Doenges, Marilyn E. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC

Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit.Jakarta :EGC