seminar peserta
DESCRIPTION
Seminar PesertaTRANSCRIPT
MOTIF ARABESQUE : SEBUAH PELARIAN DEKORASI ISLAM
Panji Anggara Jati
2401411024
1. Pendahuluan
Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama (QS Al-Alaq Ayat 1-5)
diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira,
Arab Saudi. Islam dalam perkembangannya sebagai agama, tentu saja sangat
berkaitan erat dengan kehidupan berkebudayaan di dunia. Dari awal diturunkan
hingga sangat ini, agama Islam masuk secara damai dan halus dengan kebudayaan
masyarakat sebelum peradaban Islam itu muncul. Bagi Islam, beribadah itu tidak
hanya sekedar menghadap Allah SWT tetapi saat berinteraksi dengan sesama
makhluk-Nya juga merupakan ibadah. Pendekatan yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW dalam menyebarkan agama Islam diketahui dengan cara berkominukasi yang
sangat baik. Oleh karena itu Islam berkembang secara cepat membaur dengan
budaya yang sudah menjadi pegangan di masyarakat. Proses akulturasi budaya
yang sudah ada sebelumnya dengan Islam yang baru masuk inilah yang menjadikan
Islam memiliki begitu banyak nilai – nilai yang berkembang di masyarakat tersebut
tanpa mengurangi rasa berpegang teguh pemeluknya terhadap sumber nilai Islam
yakni Al-Quran dan Al-Hadist.
Sejalan dengan proses perkembangan kebudayaan Islam, hal ini pun
mempengaruhi budaya Islam dengan masalah keindahan. Walaupun Islam tidak
mengatur secara langsung di dalam Al-Quran atau pun Al-Hadist perihal keindahan
ini, secara tidak langsung ketika kita mengenal diri kita, dimana kita hidup, dunia
yang indah ini, yang merupakan ciptaan-Nya, hal ini seolah sudah menunjukkan
bahwa Allah SWT memiliki sifat keindahan. Secara tidak langsung pula Islam
mengajarkan kita untuk mencintai keindahan ini sekaligus menjaganya (lihat
Tryanto, 2011)
Keindahan yang dimiliki Islam sangat beragam, salah satunya keindahan
arsitektur. Seni arsitektur yang berkembang dengan Islam dari setiap wilayah tentu
berbeda. Akan tetapi poros utamanya adalah tanah dimana Islam diturunkan, yakni
di tanah Arab. Seiring penyebarannya, seni arsitektur dari Arab ini pun berpadu
dengan seni arsitektur yang sudah ada pada suatu wilayah tertentu. Arabesque
merupakan salah satu seni arsitektur Islam yang paling mendunia. Ciri motif
arsitektur ini adalah penggunaan corak – corak geometris yang diaplikasikan pada
ornamen bangunan yang kental dengan Islam. Motif geometris merupakan motif
yang paling banyak digunakan dalam arsitektur Islam, hal ini sejalan dengan ajaran
Islam yang melarang penggunaan objek makhluk bernyawa untuk digambar ataupun
dilukiskan. Oleh karena itu perkembangannya motif geometris sangat berkembang
dalam seni arsitektur Islam di dunia.
Corak dari arabesque ini mengambil bentuk – bentuk persegi dan ada pula
yang ditambah bentuk sulur-sulur daun dalam perkembangannya. Dari sedikit
penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa proses berkesenian oleh pemeluk
islam tetap berjalan dengan memperhatikan kaidah – kaidah Islam yang melarang
objek manusia dan hewan digunakan sebagai objek berkesenian dengan
memalingkan pada bentuk – bentuk geometris dan tumbuhan. Namun sekarang
permasalahannya adalah apakah benar seniman saat itu menentukan corak
geometris sebagai objek karyanya karena ketentuan agama ataukah ada makna lain
dibalik motif tersebut dan berkembang dengan cara seperti apa? Dengan makalah
ini penulis ingin mencoba mengumpulkan referensi dari berbagai sumber tentang
seni arsitektur motif arabesque tersebut.
2. Pembahasan
2.1. Penyebaran Budaya Islam
Nilai – nilai budaya dalam keyakinan umat Islam sumber utamanya adalah Al-
Quran dan Al-Hadist. Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada
Muhammad sebagai petunjuk bagi manusia untuk kebahagiaan hidupnya dunia dan
akhirat. Al-Quran mensinyalir tentang corak hidup dan kehidupan manusia didunia.
Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat (ayat 13) yang berbunyi: (artinya): “Hai
manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal (teliti)”. (QS.Al-Hujarat:13).
2
Dalam ayat di atas Allah menyerukan kepada manusia supaya saling kenal
mengenal baik laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku saling
mencintai dan menyayangi dalam kehidupan duniawi. Hidup bermasyarakat dan
berbudaya dengan mengisi pergaulan yang baik sesamanya banyak keuntungan
yang dapat diperoleh. Karena melalui bergaul inilah dapat mengembangkan diri,
dalam berbagai segi kehidupan dan sebagai jalan berbakti pada sesama manusia
yang sekaligus sebagai upaya pembangunan negara dan bangsa. Tidak mungkin
seseorang dapat hidup secara sempurna tanpa adanya hubungan dengan manusia
lain, sebab manusia adalah makhluk yang saling bergantungan dalam memenuhi
segala kebutuhan. Hal ini lah yang dapat dikatakan sebagi alasan mengapa Islam
dengan ajarannya berkembang dan menyebar dengan pesat. Peradaban masa
Islam tumbuh hingga seluruh belahan dunia, sekaligus menyebarkan nilai – nilai
estetika dalam perkembangannya.
2.2 Estetika Islam Menurut Pandangan Al-Ghazali
Islam mengutus Nabi Muhammad untuk membentuk budi pekerti manusia
agar memiliki akhlak yang mulia. Ketika berbicara mengenai akhlak yang mulia,
tentu akhlak yang mulia tersebut akan membuat dunia ini menjadi semakin indah.
Jelas, secara tidak langsung Islam mengajarkan pada umat manusia untuk
mencintai keindahan. Dalam konsep keindahan Islam ini, Islam mengajarkan bahwa
nilai dan sifat keindahan yang dibuat oleh manusia harus memiliki kandungan nilai-
nilai ibadah kepada Allah SWT. Islam mempersilahkan manusia untuk menciptakan
sesuatu yang indah, namun hal ini harus memperhatikan ketersesuaian dengan
ajaran-ajaran Islam, harus berpedoman pada Al-Quran, Al-Hadist dan pendapat para
ahli, agar nantinya konsep yang terdapat dalam karya ciptaan manusia tersebut
tidak berdampak negatif bagi umat.
Al-Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumiddin (dalam Nahrawi; 2008) beliau
berkata: “Nash nash syara' telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, memukul
rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata-senjata perang pada hari raya
adalah mubah sebab hari seperti itu adalah hari untuk bergembira. Oleh karena itu
hari bergembira dikiaskan untuk hari-hari lain, seperti khitanan dan semua hari
kegembiraan yang memang dibolehkan syara”.
3
Al-Ghazali mengutip perkataan Imam Syafi'i (dalam Nahrawi; 2008) yang
mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para
ulama Hijaz yang benci mendengarkan nyanyian, suara alat-alat musik, kecuali bila
di dalamnya mengandung hal-hal yang tidak baik. Maksud ucapan tersebut adalah
bahwa macam-macam nyanyian tersebut tidak lain nyanyian yang bercampur
dengan hal-hal yang telah dilarang oleh ajaran Islam. Baik dan buruknya pengaruh
sebuah kesenian terhadap moral bangsa atau masyarakat sangat tergantung dari
mana kesenian itu berasal. Kalau kesenian itu tumbuh dari nilai-nilai keislaman dan
keimanan, maka ia akan tumbuh menjadi pilar keimanan. Akan tetapi sebaliknya
kalau seni itu tumbuh dari bibit nafsu dan kekufuran, maka iapun akan tumbuh
menjadi sumber kekufuran dan pengobar api kemaksiatan. Singkatnya, Islam
mengajarkan sebuah seni harus dikembalikan pada pesan-pesan moral yang bisa
disampaikan.
Allah berfirman dalam surat As-Syu’ara ayat 224-227: Artinya: “Dan penyair-penyair
itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka
mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa
yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya). Kecuali orang-orang (penyair-penyair)
yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat
kemenangan sesudah menderita kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak
akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali”.
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada sebagian seniman-seniman
yang hidupnya tidak teratur dan tidak mau diatur, penyair-penyair itu suka
mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai tujuan yang baik dan tidak punya
pendirian. Mereka suka mengatakan tetapi tidak pernah mereka kerjakan. Tetapi
Allah juga menjelaskan bahwa tidak semua seniman sama. Masih ada seniman
yang baik, beriman dan beramal saleh. Tidak semua seniman buruk, tetapi tidak
banyak seniman yang baik.
Imam Al-Ghazali mengatakan (dalam http://blog.uin-malang.ac.id) ”untaian
syair sama kedudukannya dengan kata-kata maupun ucapan biasa, yang baik
darinya dianggap baik dan yang buruk juga dianggap buruk,” karena itu bisa saja
kegiatan seni budaya suatu bangsa menjadi bagian dari ibadah , kalau diniatkan
karena Allah.”
4
Imam Al-Ghazali menjelaskan (dalam http://blog.uin-malang.ac.id) bahwa ada
lima faktor yang dapat mengalihkan dengan mendengarkan musik atau lagu dari
yang mubah menjadi haram yakni:
- Faktor yang ada pada penyanyi, yaitu seorang wanita yang tidak halal untuk
dipandang dan dikhawatirkan menjadi fitnah apabila mendengarkannya. Jadi titik
tekannya adalah pengharam takut kalau terjadi fitnah.
- Faktor yang ada pada alat musik tersebut, yaitu apabila menunjukkan lambang
para banci alat tersebut yakni seruling, guitar dan gendang kecil.
- Faktor yang ada pada isi lagu, bila di dalamnya terkandung kata-kata mencaci
maki dan kata-kata kotor, dusta.
- Faktor yang ada pada pendengar, yakni ketika mendengarkan lagu atau
nyanyian tersebut dapat mendatangkan syahwat.
- Apabila orang yang mendengar lagu tersebut mengalahkan cintanya pada Allah.
Pandangan Imam Al-Ghazali yang berhubungan dengan seni musik yaitu:
- tidak terdapat keterangan yang jelas dari sunnah Rasulullah yang melarang
penggunaan alat-alat musik.
- sebahagian instrumen musik yang mempunyai bunyi yang baik tidak dilarang.
- seni musik yang dilarang ialah seni musik yang berada di dalam keadaan yang
bersekongkol dengan kumpulan pemabuk, perzinaan dan perbuatan dosa yang
lain.
- mendengar lagu itu ada 5 hukum yaitu harus, sunat, wajib, makruh dan haram.
- Imam al-Ghazali mengklasifikasikan lagu-lagu kepada 7 jenis yaitu :
Lagu-lagu yang membangkitkan kerinduan untuk menziarahi tempat-
tempat suci seperti Mekah dan Madinah.
Lagu yang mengobarkan semangat untuk berjuang mempertahankan
aqidah dan negara
Lagu yang memperihalkan pertarungan dan sikap kelelakian yang
pantang mengalah di saat-saat genting.
Lagu yang mengenang peristiwa lampau yang menimbulkan kesedihan
yang positif. Mengingatkan diri terhadap hakikat hidup yang sebenarnya.
5
Lagu yang menunjukkan keadaan ketika rela dan sukacita untuk
menghargai suasana tersebut dan menikmati kenangannya selama yang
mungkin.
Lagu bercorak yang sopan : memperihalkan kisah cinta dan
membayangkan harapan untuk bertemu dan pertautan yang lebih erat di
masa yang akan datang.
Lagu yang memperihalkan keagungan sifat-sifat Tuhan, memuji serta
mentahmidkan kebesaran-Nya.
Dari pandangan Al-Ghazali mengenai konsep karya seni musik bagi agama
Islam tersebut, apabila kita mengaitkannya dengan bidang kesenirupaan maka,
secara konsep dasar hal itu juga dapat kita terapkan pada karya-karya seni rupa.
Selain konsep – konsep di atas, Al- Ghazali menilai keindahan (dalam Triyanto;
2011) adalah sesuatu yang dapat membangkitkan atau mengekspresikan rasa cinta,
yakni cinta kepada Allah, yang merupakan sesuatu yang amat penting untuk
mencapai kebahagiaan.
2.3 Hukum Islam Tentang Gambar dan Patung
Menurut Yusuf Qardhawi (dalam http://media.isnet.org) : “lukisan seni itu
berbentuk sesuatu yang disembah selain Allah, seperti gambar al-Masih bagi orang-
orang Kristen atau sapi bagi orang-orang Hindu dan sebagainya, maka bagi si
pelukisnya untuk tujuan-tujuan di atas, tidak lain dia adalah menyiarkan kekufuran
dan kesesatan”. Dalam hal ini berlakulah baginya ancaman Nabi yang begitu keras:
“Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya nanti di hari kiamat ialah orang-
orang yang menggambar.” (HR Muslim).
Imam Thabari berkata (dalam http://media.isnet.org) : "Yang dimaksud dalam
hadis ini, yaitu orang-orang yang menggambar sesuatu yang disembah selain Allah,
sedangkan dia mengetahui dan sengaja. Orang yang berbuat demikian adalah kufur.
Tetapi kalau tidak ada maksud seperti di atas, maka dia tergolong orang yang
berdosa sebab menggambar saja." Yang seperti ini ialah orang yang
menggantungkan gambar-gambar tersebut untuk dikuduskan. Perbuatan seperti ini
tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim, kecuali kalau agama Islam itu dibuang
di belakang punggungnya. Dan yang lebih mendekati persoalan ini ialah orang yang
melukis sesuatu yang tidak biasa disembah, tetapi dengan maksud untuk
6
menandingi ciptaan Allah. Yakni dia beranggapan, bahwa dia dapat membuat dan
menciptakan jenis terbaru seperti ciptaan Allah. Orang yang melukis dengan tujuan
seperti itu jelas telah keluar dari agama Tauhid.
Terhadap orang ini berlakulah hadis Nabi yang mengatakan: “Sesungguhnya
orang yang paling berat siksaannya ialah orang-orang yang menandingi ciptaan
Allah.” (HR Muslim)
Allah mengungkapkan firman-Nya di sini dengan kata-kata “Dzahaba
Yakhluqu Kakhalqi” (dia bekerja untuk membuat seperti pembuatanku), ini
menunjukkan adanya suatu kesengajaan untuk menandingi dan menentang
kekhususan Allah dalam ciptaannya dan keindahannya. Oleh karena itu Allah
menentang mereka supaya membuat sebutir zarrah. Ia memberikan isyarat, bahwa
mereka itu benar-benar bersengaja untuk maksud tersebut. Justru itu Allah akan
membalas mereka itu nanti dan mengatakan kepada mereka: “Hidupkan apa yang
kamu cipta itu!” Mereka dipaksa untuk meniupkan roh ke dalam lukisannya itu,
padahal dia tidak akan mampu.
Dari konsep tentang estetika Islam di atas, kesenian yang berkembang pada
masa itu sebagian besar memang meninggalkan bentuk makhluk yang bernyawa.
Seniman pada saat itu mulai mengembangkan corak-corak karya seni tanpa objek
makhluk bernyawa. Corak-corak geometris dijadikan sebagai objek karya seni untuk
menghindari perbuatan yang keluar dari kaidah Islam. Perkembangannya hingga
masa kini dapat kita lihat pada ornamen masjid – masjid di seluruh penjuru dunia.
Apabila kita bandingkan dengan ornamen yang ada pada tempat ibadah agama lain
tentu sangat bertolak belakang. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang melarang
gambar mahluk bernyawa untuk dijadikan sebagai objek berkarya seni untuk
menghindari perbuatan syirik.
2.4. Motif Geometris Arabesque
Motif geometris arabesque terdiri dari bentuk-bentuk sederhana seperti
bulatan dan persegi, corak-corak geometri yang digabungkan, diulang, dihubungkan,
dan disusun dalam kombinasi yang lengkap, sehingga menjadi salah satu ciri khas
keseniaan dalam Islam. Corak-corak yang kompleks ini terlihat seperti bertolak
belakang dengan aturan geometri. Corak geometri dalam seni arsitektur Islam
menunjukkan kualitas dan kuantitas yang luar biasa terutama dalam pengulangan
7
yang sangat kompleks. Motif arabesque ini tidak selalu menggunakan motif-motif
geometris, tetapi ada beberapa yang dikombinasikan dengan motif-motif lain.
Berikut merupakan contoh-contoh dari motif arabesque:
Sumber foto: google.com
8
Gaya arsitektur arabesque sejatinya merupakan motif yang berkembang dari
perpaduan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, dan Persia. Persia merupakan
kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama kalinya.
Dalam konteks kebudayaan, banyak kebudayaan Persia yang diadopsi Islam salah
satunya seni arsitektur ini yang kemudian berevolusi. Gaya arsitektur arabesque
juga dipengaruhi gaya arsitektur Byzantium. Arsitektur Bizantium adalah arsitektur
dari kekaisaran Bizantium, juga dikenal sebagai kekaisaran Romawi atau Romawi
Timur. Kekaisaran ini bertahan selama lebih dari satu milenium, secara dramatis
mempengaruhi Medieval arsitektur di seluruh Eropa dan menjadi cikal bakal dari
gaya renaissance dan tradisi arsitektur ottoman yang diikuti keruntuhannya.
Arabesque dikatakan mempunyai maksud tersendiri yang dikaitkan dengan Islam
dari segi falsafah bentuknya. Sulur melambangkan daun baru yang akan tumbuh
dan proses ini akan berterus - menerusan dan bentuk sulur arabesque ini selalu
tidak memiliki puncak atau ujung yang melambangkan sebagai perlambangan
kepada sifat Allah SWT yang tiada awal dan akhir. Kemudian, seniman Islam turut
menggabungkan motif arabesque bersama dengan kaligrafi. Kebanyakan motif
kaligrafi yang digabungkan dengan latar arabesque adalah seperti puisi, kata-kata
hikmah dan ayat al-Quran.
3. Simpulan
Seni arsitektur Islam dengan seni arsitektur agama lainnya dapat dibedakan
dengan melihat dari corak dan motif yang digunakan dalam ornamennya. Arsitektur
Islam dalam perkembangannya sangat menghindari objek ornamen berupa makhluk
yang bernyawa, bagian dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang
mengingatkan kepada Allah SWT, bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan
kesombongan, menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti
warna-warna alam. Hal ini dapat kita lihat ketika kita membandingkan ornamen
arsitektur arabesque yang ada pada masjid dengan ornamen-ornamen yang ada
pada bangunan keagamaan lain. Arsitektur arabesque kental dengan corak
geometris, tumbuhan, sulur, sejalan dengan konsep ajaran Islam tentang larangan
dalam berkarya seni. Pada bangunan-bangunan Islam juga tidak terdapat adanya
ornamen berupa patung makhluk hidup. Dengan mengacu pada ajaran Islam yang
melarang umatnya untuk berkarya dengan objek makhluk hidup merupakan sesuatu
yang berdampak sangat besar dalam perkembangan seni Islam. Dapat dikatakan,
9
seni arsitektur Islam dengan coraknya merupakan pelarian serta respon yang cerdas
dari pembatasan tentang ajaran Islam mengenai konsep berkesenian tersebut. Motif
Islami yang berkembang bukan hanya sekedar bentuk motif namun tetap memiliki
nilai – nilai ajaran Islam, yang berusaha tetap mendekatkan diri kepada-Nya. Tetapi,
jika pada saat itu konsep yang dipegang seperti konsep yang dipegang umat pada
masa sekarang, yang mulai mengesampingkan ajaran yang melarang berkarya seni
dengan objek makhluk bernyawa mungkin kita dapat melihat perkebangan seni yang
berbeda dalam seni arsitektur Islam yang ada saat ini tetapi dengan tidak
bermaksud menduakan-Nya.
10