seminar peserta

13
MOTIF ARABESQUE : SEBUAH PELARIAN DEKORASI ISLAM Panji Anggara Jati 2401411024 1. Pendahuluan Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama (QS Al- Alaq Ayat 1-5) diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, Arab Saudi. Islam dalam perkembangannya sebagai agama, tentu saja sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkebudayaan di dunia. Dari awal diturunkan hingga sangat ini, agama Islam masuk secara damai dan halus dengan kebudayaan masyarakat sebelum peradaban Islam itu muncul. Bagi Islam, beribadah itu tidak hanya sekedar menghadap Allah SWT tetapi saat berinteraksi dengan sesama makhluk-Nya juga merupakan ibadah. Pendekatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diketahui dengan cara berkominukasi yang sangat baik. Oleh karena itu Islam berkembang secara cepat membaur dengan budaya yang sudah menjadi pegangan di masyarakat. Proses akulturasi budaya yang sudah ada sebelumnya dengan Islam yang baru masuk inilah yang menjadikan Islam memiliki begitu banyak nilai – nilai yang berkembang di masyarakat tersebut tanpa mengurangi rasa berpegang teguh pemeluknya terhadap sumber nilai Islam yakni Al-Quran dan Al-Hadist. Sejalan dengan proses perkembangan kebudayaan Islam, hal ini pun mempengaruhi budaya Islam dengan masalah keindahan. Walaupun Islam tidak mengatur secara langsung di dalam Al-

Upload: panji1708

Post on 23-Dec-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Seminar Peserta

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Peserta

MOTIF ARABESQUE : SEBUAH PELARIAN DEKORASI ISLAM

Panji Anggara Jati

2401411024

1. Pendahuluan

Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama (QS Al-Alaq Ayat 1-5)

diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira,

Arab Saudi. Islam dalam perkembangannya sebagai agama, tentu saja sangat

berkaitan erat dengan kehidupan berkebudayaan di dunia. Dari awal diturunkan

hingga sangat ini, agama Islam masuk secara damai dan halus dengan kebudayaan

masyarakat sebelum peradaban Islam itu muncul. Bagi Islam, beribadah itu tidak

hanya sekedar menghadap Allah SWT tetapi saat berinteraksi dengan sesama

makhluk-Nya juga merupakan ibadah. Pendekatan yang dilakukan Nabi Muhammad

SAW dalam menyebarkan agama Islam diketahui dengan cara berkominukasi yang

sangat baik. Oleh karena itu Islam berkembang secara cepat membaur dengan

budaya yang sudah menjadi pegangan di masyarakat. Proses akulturasi budaya

yang sudah ada sebelumnya dengan Islam yang baru masuk inilah yang menjadikan

Islam memiliki begitu banyak nilai – nilai yang berkembang di masyarakat tersebut

tanpa mengurangi rasa berpegang teguh pemeluknya terhadap sumber nilai Islam

yakni Al-Quran dan Al-Hadist.

Sejalan dengan proses perkembangan kebudayaan Islam, hal ini pun

mempengaruhi budaya Islam dengan masalah keindahan. Walaupun Islam tidak

mengatur secara langsung di dalam Al-Quran atau pun Al-Hadist perihal keindahan

ini, secara tidak langsung ketika kita mengenal diri kita, dimana kita hidup, dunia

yang indah ini, yang merupakan ciptaan-Nya, hal ini seolah sudah menunjukkan

bahwa Allah SWT memiliki sifat keindahan. Secara tidak langsung pula Islam

mengajarkan kita untuk mencintai keindahan ini sekaligus menjaganya (lihat

Tryanto, 2011)

Keindahan yang dimiliki Islam sangat beragam, salah satunya keindahan

arsitektur. Seni arsitektur yang berkembang dengan Islam dari setiap wilayah tentu

berbeda. Akan tetapi poros utamanya adalah tanah dimana Islam diturunkan, yakni

di tanah Arab. Seiring penyebarannya, seni arsitektur dari Arab ini pun berpadu

Page 2: Seminar Peserta

dengan seni arsitektur yang sudah ada pada suatu wilayah tertentu. Arabesque

merupakan salah satu seni arsitektur Islam yang paling mendunia. Ciri motif

arsitektur ini adalah penggunaan corak – corak geometris yang diaplikasikan pada

ornamen bangunan yang kental dengan Islam. Motif geometris merupakan motif

yang paling banyak digunakan dalam arsitektur Islam, hal ini sejalan dengan ajaran

Islam yang melarang penggunaan objek makhluk bernyawa untuk digambar ataupun

dilukiskan. Oleh karena itu perkembangannya motif geometris sangat berkembang

dalam seni arsitektur Islam di dunia.

Corak dari arabesque ini mengambil bentuk – bentuk persegi dan ada pula

yang ditambah bentuk sulur-sulur daun dalam perkembangannya. Dari sedikit

penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa proses berkesenian oleh pemeluk

islam tetap berjalan dengan memperhatikan kaidah – kaidah Islam yang melarang

objek manusia dan hewan digunakan sebagai objek berkesenian dengan

memalingkan pada bentuk – bentuk geometris dan tumbuhan. Namun sekarang

permasalahannya adalah apakah benar seniman saat itu menentukan corak

geometris sebagai objek karyanya karena ketentuan agama ataukah ada makna lain

dibalik motif tersebut dan berkembang dengan cara seperti apa? Dengan makalah

ini penulis ingin mencoba mengumpulkan referensi dari berbagai sumber tentang

seni arsitektur motif arabesque tersebut.

2. Pembahasan

2.1. Penyebaran Budaya Islam

Nilai – nilai budaya dalam keyakinan umat Islam sumber utamanya adalah Al-

Quran dan Al-Hadist. Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada

Muhammad sebagai petunjuk bagi manusia untuk kebahagiaan hidupnya dunia dan

akhirat. Al-Quran mensinyalir tentang corak hidup dan kehidupan manusia didunia.

Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat (ayat 13) yang berbunyi: (artinya): “Hai

manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya

kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu

disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal (teliti)”. (QS.Al-Hujarat:13).

2

Page 3: Seminar Peserta

Dalam ayat di atas Allah menyerukan kepada manusia supaya saling kenal

mengenal baik laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku saling

mencintai dan menyayangi dalam kehidupan duniawi. Hidup bermasyarakat dan

berbudaya dengan mengisi pergaulan yang baik sesamanya banyak keuntungan

yang dapat diperoleh. Karena melalui bergaul inilah dapat mengembangkan diri,

dalam berbagai segi kehidupan dan sebagai jalan berbakti pada sesama manusia

yang sekaligus sebagai upaya pembangunan negara dan bangsa. Tidak mungkin

seseorang dapat hidup secara sempurna tanpa adanya hubungan dengan manusia

lain, sebab manusia adalah makhluk yang saling bergantungan dalam memenuhi

segala kebutuhan. Hal ini lah yang dapat dikatakan sebagi alasan mengapa Islam

dengan ajarannya berkembang dan menyebar dengan pesat. Peradaban masa

Islam tumbuh hingga seluruh belahan dunia, sekaligus menyebarkan nilai – nilai

estetika dalam perkembangannya.

2.2 Estetika Islam Menurut Pandangan Al-Ghazali

Islam mengutus Nabi Muhammad untuk membentuk budi pekerti manusia

agar memiliki akhlak yang mulia. Ketika berbicara mengenai akhlak yang mulia,

tentu akhlak yang mulia tersebut akan membuat dunia ini menjadi semakin indah.

Jelas, secara tidak langsung Islam mengajarkan pada umat manusia untuk

mencintai keindahan. Dalam konsep keindahan Islam ini, Islam mengajarkan bahwa

nilai dan sifat keindahan yang dibuat oleh manusia harus memiliki kandungan nilai-

nilai ibadah kepada Allah SWT. Islam mempersilahkan manusia untuk menciptakan

sesuatu yang indah, namun hal ini harus memperhatikan ketersesuaian dengan

ajaran-ajaran Islam, harus berpedoman pada Al-Quran, Al-Hadist dan pendapat para

ahli, agar nantinya konsep yang terdapat dalam karya ciptaan manusia tersebut

tidak berdampak negatif bagi umat.

Al-Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumiddin (dalam Nahrawi; 2008) beliau

berkata: “Nash nash syara' telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, memukul

rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata-senjata perang pada hari raya

adalah mubah sebab hari seperti itu adalah hari untuk bergembira. Oleh karena itu

hari bergembira dikiaskan untuk hari-hari lain, seperti khitanan dan semua hari

kegembiraan yang memang dibolehkan syara”.

3

Page 4: Seminar Peserta

Al-Ghazali mengutip perkataan Imam Syafi'i (dalam Nahrawi; 2008) yang

mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para

ulama Hijaz yang benci mendengarkan nyanyian, suara alat-alat musik, kecuali bila

di dalamnya mengandung hal-hal yang tidak baik. Maksud ucapan tersebut adalah

bahwa macam-macam nyanyian tersebut tidak lain nyanyian yang bercampur

dengan hal-hal yang telah dilarang oleh ajaran Islam. Baik dan buruknya pengaruh

sebuah kesenian terhadap moral bangsa atau masyarakat sangat tergantung dari

mana kesenian itu berasal. Kalau kesenian itu tumbuh dari nilai-nilai keislaman dan

keimanan, maka ia akan tumbuh menjadi pilar keimanan. Akan tetapi sebaliknya

kalau seni itu tumbuh dari bibit nafsu dan kekufuran, maka iapun akan tumbuh

menjadi sumber kekufuran dan pengobar api kemaksiatan. Singkatnya, Islam

mengajarkan sebuah seni harus dikembalikan pada pesan-pesan moral yang bisa

disampaikan.

Allah berfirman dalam surat As-Syu’ara ayat 224-227: Artinya: “Dan penyair-penyair

itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka

mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa

yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya). Kecuali orang-orang (penyair-penyair)

yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat

kemenangan sesudah menderita kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak

akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali”.

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada sebagian seniman-seniman

yang hidupnya tidak teratur dan tidak mau diatur, penyair-penyair itu suka

mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai tujuan yang baik dan tidak punya

pendirian. Mereka suka mengatakan tetapi tidak pernah mereka kerjakan. Tetapi

Allah juga menjelaskan bahwa tidak semua seniman sama. Masih ada seniman

yang baik, beriman dan beramal saleh. Tidak semua seniman buruk, tetapi tidak

banyak seniman yang baik.

Imam Al-Ghazali mengatakan (dalam http://blog.uin-malang.ac.id) ”untaian

syair sama kedudukannya dengan kata-kata maupun ucapan biasa, yang baik

darinya dianggap baik dan yang buruk juga dianggap buruk,” karena itu bisa saja

kegiatan seni budaya suatu bangsa menjadi bagian dari ibadah , kalau diniatkan

karena Allah.”

4

Page 5: Seminar Peserta

Imam Al-Ghazali menjelaskan (dalam http://blog.uin-malang.ac.id) bahwa ada

lima faktor yang dapat mengalihkan dengan mendengarkan musik atau lagu dari

yang mubah menjadi haram yakni:

- Faktor yang ada pada penyanyi, yaitu seorang wanita yang tidak halal untuk

dipandang dan dikhawatirkan menjadi fitnah apabila mendengarkannya. Jadi titik

tekannya adalah pengharam takut kalau terjadi fitnah.

- Faktor yang ada pada alat musik tersebut, yaitu apabila menunjukkan lambang

para banci alat tersebut yakni seruling, guitar dan gendang kecil.

- Faktor yang ada pada isi lagu, bila di dalamnya terkandung kata-kata mencaci

maki dan kata-kata kotor, dusta.

- Faktor yang ada pada pendengar, yakni ketika mendengarkan lagu atau

nyanyian tersebut dapat mendatangkan syahwat.

- Apabila orang yang mendengar lagu tersebut mengalahkan cintanya pada Allah.

Pandangan Imam Al-Ghazali yang berhubungan dengan seni musik yaitu:

- tidak terdapat keterangan yang jelas dari sunnah Rasulullah yang melarang

penggunaan alat-alat musik.

- sebahagian instrumen musik yang mempunyai bunyi yang baik tidak dilarang.

- seni musik yang dilarang ialah seni musik yang berada di dalam keadaan yang

bersekongkol dengan kumpulan pemabuk, perzinaan dan perbuatan dosa yang

lain.

- mendengar lagu itu ada 5 hukum yaitu harus, sunat, wajib, makruh dan haram.

- Imam al-Ghazali mengklasifikasikan lagu-lagu kepada 7 jenis yaitu :

Lagu-lagu yang membangkitkan kerinduan untuk menziarahi tempat-

tempat suci seperti Mekah dan Madinah.

Lagu yang mengobarkan semangat untuk berjuang mempertahankan

aqidah dan negara

Lagu yang memperihalkan pertarungan dan sikap kelelakian yang

pantang mengalah di saat-saat genting.

Lagu yang mengenang peristiwa lampau yang menimbulkan kesedihan

yang positif. Mengingatkan diri terhadap hakikat hidup yang sebenarnya.

5

Page 6: Seminar Peserta

Lagu yang menunjukkan keadaan ketika rela dan sukacita untuk

menghargai suasana tersebut dan menikmati kenangannya selama yang

mungkin.

Lagu bercorak yang sopan : memperihalkan kisah cinta dan

membayangkan harapan untuk bertemu dan pertautan yang lebih erat di

masa yang akan datang.

Lagu yang memperihalkan keagungan sifat-sifat Tuhan, memuji serta

mentahmidkan kebesaran-Nya.

Dari pandangan Al-Ghazali mengenai konsep karya seni musik bagi agama

Islam tersebut, apabila kita mengaitkannya dengan bidang kesenirupaan maka,

secara konsep dasar hal itu juga dapat kita terapkan pada karya-karya seni rupa.

Selain konsep – konsep di atas, Al- Ghazali menilai keindahan (dalam Triyanto;

2011) adalah sesuatu yang dapat membangkitkan atau mengekspresikan rasa cinta,

yakni cinta kepada Allah, yang merupakan sesuatu yang amat penting untuk

mencapai kebahagiaan.

2.3 Hukum Islam Tentang Gambar dan Patung

Menurut Yusuf Qardhawi (dalam http://media.isnet.org) : “lukisan seni itu

berbentuk sesuatu yang disembah selain Allah, seperti gambar al-Masih bagi orang-

orang Kristen atau sapi bagi orang-orang Hindu dan sebagainya, maka bagi si

pelukisnya untuk tujuan-tujuan di atas, tidak lain dia adalah menyiarkan kekufuran

dan kesesatan”. Dalam hal ini berlakulah baginya ancaman Nabi yang begitu keras:

“Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya nanti di hari kiamat ialah orang-

orang yang menggambar.” (HR Muslim).

Imam Thabari berkata (dalam http://media.isnet.org) : "Yang dimaksud dalam

hadis ini, yaitu orang-orang yang menggambar sesuatu yang disembah selain Allah,

sedangkan dia mengetahui dan sengaja. Orang yang berbuat demikian adalah kufur.

Tetapi kalau tidak ada maksud seperti di atas, maka dia tergolong orang yang

berdosa sebab menggambar saja." Yang seperti ini ialah orang yang

menggantungkan gambar-gambar tersebut untuk dikuduskan. Perbuatan seperti ini

tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim, kecuali kalau agama Islam itu dibuang

di belakang punggungnya. Dan yang lebih mendekati persoalan ini ialah orang yang

melukis sesuatu yang tidak biasa disembah, tetapi dengan maksud untuk

6

Page 7: Seminar Peserta

menandingi ciptaan Allah. Yakni dia beranggapan, bahwa dia dapat membuat dan

menciptakan jenis terbaru seperti ciptaan Allah. Orang yang melukis dengan tujuan

seperti itu jelas telah keluar dari agama Tauhid.

Terhadap orang ini berlakulah hadis Nabi yang mengatakan: “Sesungguhnya

orang yang paling berat siksaannya ialah orang-orang yang menandingi ciptaan

Allah.” (HR Muslim)

Allah mengungkapkan firman-Nya di sini dengan kata-kata “Dzahaba

Yakhluqu Kakhalqi” (dia bekerja untuk membuat seperti pembuatanku), ini

menunjukkan adanya suatu kesengajaan untuk menandingi dan menentang

kekhususan Allah dalam ciptaannya dan keindahannya. Oleh karena itu Allah

menentang mereka supaya membuat sebutir zarrah. Ia memberikan isyarat, bahwa

mereka itu benar-benar bersengaja untuk maksud tersebut. Justru itu Allah akan

membalas mereka itu nanti dan mengatakan kepada mereka: “Hidupkan apa yang

kamu cipta itu!” Mereka dipaksa untuk meniupkan roh ke dalam lukisannya itu,

padahal dia tidak akan mampu.

Dari konsep tentang estetika Islam di atas, kesenian yang berkembang pada

masa itu sebagian besar memang meninggalkan bentuk makhluk yang bernyawa.

Seniman pada saat itu mulai mengembangkan corak-corak karya seni tanpa objek

makhluk bernyawa. Corak-corak geometris dijadikan sebagai objek karya seni untuk

menghindari perbuatan yang keluar dari kaidah Islam. Perkembangannya hingga

masa kini dapat kita lihat pada ornamen masjid – masjid di seluruh penjuru dunia.

Apabila kita bandingkan dengan ornamen yang ada pada tempat ibadah agama lain

tentu sangat bertolak belakang. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang melarang

gambar mahluk bernyawa untuk dijadikan sebagai objek berkarya seni untuk

menghindari perbuatan syirik.

2.4. Motif Geometris Arabesque

Motif geometris arabesque terdiri dari bentuk-bentuk sederhana seperti

bulatan dan persegi, corak-corak geometri yang digabungkan, diulang, dihubungkan,

dan disusun dalam kombinasi yang lengkap, sehingga menjadi salah satu ciri khas

keseniaan dalam Islam. Corak-corak yang kompleks ini terlihat seperti bertolak

belakang dengan aturan geometri. Corak geometri dalam seni arsitektur Islam

menunjukkan kualitas dan kuantitas yang luar biasa terutama dalam pengulangan

7

Page 8: Seminar Peserta

yang sangat kompleks. Motif arabesque ini tidak selalu menggunakan motif-motif

geometris, tetapi ada beberapa yang dikombinasikan dengan motif-motif lain.

Berikut merupakan contoh-contoh dari motif arabesque:

Sumber foto: google.com

8

Page 9: Seminar Peserta

Gaya arsitektur arabesque sejatinya merupakan motif yang berkembang dari

perpaduan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, dan Persia. Persia merupakan

kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama kalinya.

Dalam konteks kebudayaan, banyak kebudayaan Persia yang diadopsi Islam salah

satunya seni arsitektur ini yang kemudian berevolusi. Gaya arsitektur arabesque

juga dipengaruhi gaya arsitektur Byzantium. Arsitektur Bizantium adalah arsitektur

dari kekaisaran Bizantium, juga dikenal sebagai kekaisaran Romawi atau Romawi

Timur. Kekaisaran ini bertahan selama lebih dari satu milenium, secara dramatis

mempengaruhi Medieval arsitektur di seluruh Eropa dan menjadi cikal bakal dari

gaya renaissance dan tradisi arsitektur ottoman yang diikuti keruntuhannya.

Arabesque dikatakan mempunyai maksud tersendiri yang dikaitkan dengan Islam

dari segi falsafah bentuknya. Sulur melambangkan daun baru yang akan tumbuh

dan proses ini akan berterus - menerusan dan bentuk sulur arabesque ini selalu

tidak memiliki puncak atau ujung yang melambangkan sebagai perlambangan

kepada sifat Allah SWT yang tiada awal dan akhir. Kemudian, seniman Islam turut

menggabungkan motif arabesque bersama dengan kaligrafi. Kebanyakan motif

kaligrafi yang digabungkan dengan latar arabesque adalah seperti puisi, kata-kata

hikmah dan ayat al-Quran.

3. Simpulan

Seni arsitektur Islam dengan seni arsitektur agama lainnya dapat dibedakan

dengan melihat dari corak dan motif yang digunakan dalam ornamennya. Arsitektur

Islam dalam perkembangannya sangat menghindari objek ornamen berupa makhluk

yang bernyawa, bagian dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang

mengingatkan kepada Allah SWT, bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan

kesombongan, menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti

warna-warna alam. Hal ini dapat kita lihat ketika kita membandingkan ornamen

arsitektur arabesque yang ada pada masjid dengan ornamen-ornamen yang ada

pada bangunan keagamaan lain. Arsitektur arabesque kental dengan corak

geometris, tumbuhan, sulur, sejalan dengan konsep ajaran Islam tentang larangan

dalam berkarya seni. Pada bangunan-bangunan Islam juga tidak terdapat adanya

ornamen berupa patung makhluk hidup. Dengan mengacu pada ajaran Islam yang

melarang umatnya untuk berkarya dengan objek makhluk hidup merupakan sesuatu

yang berdampak sangat besar dalam perkembangan seni Islam. Dapat dikatakan,

9

Page 10: Seminar Peserta

seni arsitektur Islam dengan coraknya merupakan pelarian serta respon yang cerdas

dari pembatasan tentang ajaran Islam mengenai konsep berkesenian tersebut. Motif

Islami yang berkembang bukan hanya sekedar bentuk motif namun tetap memiliki

nilai – nilai ajaran Islam, yang berusaha tetap mendekatkan diri kepada-Nya. Tetapi,

jika pada saat itu konsep yang dipegang seperti konsep yang dipegang umat pada

masa sekarang, yang mulai mengesampingkan ajaran yang melarang berkarya seni

dengan objek makhluk bernyawa mungkin kita dapat melihat perkebangan seni yang

berbeda dalam seni arsitektur Islam yang ada saat ini tetapi dengan tidak

bermaksud menduakan-Nya.

10