seminar

59
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nikel merupakan salah satu barang tambang yang penting, manfaatnya begitu besar bagi kehidupan sehari – hari, seperti pembuatan logam anti karat, campuran pada pembuatan stainless steel, baterai nickel – metal hybride, dan berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata – rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan deperkirakan sepuluh tahun mendatang terus mengalami peningkatan. Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0,2 – 0,4 % (Golightly, 1981). Jenis – jenis batuan tersebut antara lain batuan yang banyak mengandung mineral olivin, piroksen, dan amphibole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya ditemukan pada 1

Upload: geostj

Post on 05-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

geo

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nikel merupakan salah satu barang tambang yang penting, manfaatnya

begitu besar bagi kehidupan sehari – hari, seperti pembuatan logam anti karat,

campuran pada pembuatan stainless steel, baterai nickel – metal hybride, dan

berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel

sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak

1950 permintaan akan nikel rata – rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan

deperkirakan sepuluh tahun mendatang terus mengalami peningkatan.

Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat

pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0,2 – 0,4 % (Golightly,

1981). Jenis – jenis batuan tersebut antara lain batuan yang banyak mengandung

mineral olivin, piroksen, dan amphibole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya

ditemukan pada daerah tropis, dikarenakan iklim yang mendukung terjadinya

pelapukan, selain topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk, dan struktur

geologi (Elias, 2001).

Endapan nikel terbentuk melalui suatu proses yang panjang dan memakan

waktu lama. Proses pembentukan endapan laterit nikel dimulai ketika batuan

mengalami pengangkatan sehingga tersingkap di permukaan bumi, batuan tersebut

akan terurai. Adanya pelapukan kimiawi dan fisika menghancurkan batuan

tersebut hingga menjadi tanah (soil). Apabila batuan tersebut mengandung nikel

maka pelapukan akan menyebabkan kandungan nikel semakin tinggi. Proses

1

Page 2: Seminar

pembentukan bijih laterit nikel dimulai dari proses pelapukan batuan ultrabasa

(Dunit atau Peridotit).

Batuan ultrabasa tersusun atas atas mineral olivine, piroksen, amfibol, dan

mika. Olivin pada batuan ini mempunyai kandungan nikel sekitar 0,3 %. Batuan

ultrabasa yang mengandung nikel ini mengalami proses serpentinisasi, yaitu

proses terisinya retakan atau kekar oleh mineral serpentin yang kemudian

mengalami proses kimiawi yang disebabkan karena adanya pengaruh dari tanah.

Selanjutnya oleh pengaruh iklim setempat batuan induk mengalami pelapukan

fisika dan kimiawi. Proses tersebut mengakibatkan terbentuknya endapan laterit

nikel (Prasetiawati, 2004). Oleh karena itu, karena prosesnya yang panjang dan

memakan waktu yang tidak sebentar serta proses pembentukannya, hal inilah yang

menjadi dasar faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembentukan endapan

nikel laterit tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah Untuk menerapkan dan

mengembangkan teori yang didapatkan pada bangku kuliah khususnya mata

kuliah yang mempelajari tentang Pengantar  Teknologi Mineral.

Menambah pengetahuan tentang Nikel Laterit, sehingga bisa tahu baik

proses terbentuknya.

2

Page 3: Seminar

1.3. Rumusan masalah

Apa Pengertian nikel laterit ?

Bagaimana Sifat-sifat nikel laterit ?

Bagaimana genesa endapan nikel laterit ?

Apa saja faktor-faktor utama dalam pembentukan nikel laterit ?

1.4. Batasan masalah.

Tulisan ini akan membatasi pembahasan berdasarkan aspek genesa dan

pembentukan endapan nikel laterit.

3

Page 4: Seminar

BAB II

DASAR TEORI

Batuan beku yang terdapat di daerah penelitian pada awalnya terbentuknya

jauh di kerak samudera serta pada kondisi tekanan dan temperatur yang tinggi.

Dengan terjadinya tektonik pada kerak samudera, maka batuan tersebut terangkat

dan tersingkap di permukaan bumi.

          Batuan dasar yang tersingkap di permukaan bumi, hampir semua telah

berubah. Disebabkan oleh tekanan dan temperatur pada awal terbentuknya. Maka

secara perlahan lahan batuan ini akan mengalami perubahan untuk mencapai

kesetimbangan yang baru. Pelapukan pada batuan merupakan proses perubahan

fisik maupun kimia batuan, proses ini terjadi karena perubahan lingkungan.

Proses pelapukan pada batuan dapat di bedakan menjadi dua yaitu

pelapukan kimia dan pelapukan mekanik.

2.1. Pelapukan mekanik

Pelapukan mekanik terjadi karena perubahan fisik, dimana tidak ada

perubahan kimia pada batuan tersebut. Disebabkan karena perbedaan temperatur

yang besar pada waktu siang dan malam, maka batuan tersebut akan mengalami

ketegangan ketegangan yang menyebabkan batuan tersebut pecah.

4

Page 5: Seminar

2.2. Pelapukan kimia

pelapukan kimia merupakan proses yang mengubah struktur dalam mineral

dengan pengurangan ataupun penambahan unsur pada mineral tersebut. Batuan

yang mengalami pelapukan kimia akan mengalami proses perubahan komposisi

mineral pada batuan mineral.

Proses pelapukan yang terjadi pada daerah penelitian didominasi oleh

proses pelapukan secara kimia. Pelapukan tersebut telah mengubah komposisi

mineral pada awal pembentukan menjadi mineral baru. Dalam proses pelapukan

air menjadi media yang sangat penting dalam mengubah komposisi mineral. Air

akan mengoksidasi mineral dalam batuan yang dilaluinya.

Batuan dasar di daerah penelitian adalah peridotit, merupakan batuan

ultrabasa yang mengandung mineral olivin. Pada daerah tropis, mineral olivin

sangat tidak stabil sehingga lapuk dan mengalami perubahan komposisi mineral.

Mineral olivin terdekomposisi membentuk mineral lain yang kaya akan mineral

ekonomis seperti nikel, besi, dan kobalt.

2.3. Klasifikasi nikel laterit

Klasifikasi nikel laterit berdasarkan perubahan kandungan mineral, dapat di

bedakan menjadi 3 tipe ( Brand et al, 1998 )

2.3.1. Endapan silikat hydrous ( Hydrous silicate deposits)

Endapan silikat hydrous ini adalah endapan nikel laterit yang mempunyai

kadar Ni paling tinggi berkisar 1,8 – 2,5%, saprolit bagian bawah permukaan

horison bijih sedangkan mineral biji adalah silikst Mg-Ni hydrous. Tipe ini

dibentuk oleh alterasi primer batuan seperti perpentinit dan granerit.

5

Page 6: Seminar

2.3.2. Endapan silikat lempung ( Clay silicate deposits)

Dalam endapan ini, terjadi pelapukan oleh air tanah Si akan terurai

sebahagian, sebahagian lagi bergabung dengan Fe, Ni, Al akan membentuk

mineral lempung seperti nontronite dan saponite, biasanya terdapat di bagian atas

saprolit dan protolith. Serpentin yang kaya akan Ni juga dapat di gantikan oleh

smektit atau kuarsa jika di pengaruhi oleh air tanah yang cukup lama. Kandungan

Ni rata-rata 1.0-1.5%

2.3.3. Endapan oksida

Endapan laterit oksida, atau dikenal juga dengan endapan limonit. Ni

banyak mengandung oksida Fe, terutama geothite. Terdapat juga oksida Mn yang

di perkaya dengan Co, dimana kandungan Ni, rata-rata 1,0-1,6%

2.4. Faktor Genesa Pembentukan Nikel Laterit

2.4.1. Komposisi protolith

Protolith untuk endapan Ni laterit didominasi oleh batuan ultramefik yang

mengandung kadar olivin forsteritik yang tinggi dengan kandungan Ni antara 0,2

dan 0,4% berat. Beberapa endapan kecil terbentuk dari batuan sedimen, yang

berasal dari pelapukan batuan ultramefik. Jarang sekali, regolith pada tipe batuan

lain memiliki kandungan yang kaya nikel.

Protolith yang paling banyak di jumpai adalah peridotit harzburgitik yang

sebagian atau seluruhnya telah mengalami serpentinisassi. Secara alami protolith

memiliki kendali mendasar terhadap genesis (pembentukan) endapan. Pada

umumnya, batuan ini secara mineralogi dan kimiawi memiliki komposisi terbatas,

6

Page 7: Seminar

dan mineral utamanya olivin, serpentin, dan piroksen sangat rentan terhadap

pelapukan dalam lingkungan tropis.

Jenis endapan Ni laterit hanya sebagian di kontrol oleh litologi.tiap jenis

dari ketiga endapan laterit dapat terbentuk pada peridotit, namun pada protolith

dunit, endapan oksida mendominasi. Nikel laterit pada batuan kaya olivin yang

tidak mengalami serpentinisasi tidak terdokumentasi cukup baik, namun

cenderung membentuk endapan oksida dengan unit saprolitik yang tipis dan

berbatu.

Protolith yang mengalami serpentinisasi sebagian atau keseluruhan

biasanya menghasilkan endapan saprolit yang lebih tebal, namun kadarnya

cenderung lebih rendah dengan meningkatnya alterasi. Endapan silikat lempung

dikatakan hanya ditemukan dari peridotit terserpentinisasi yang memiliki potensi

ekonomis. Serpentinisasi juga berperan terhadap karakteristik muka air tanah yang

kurang bagus, yang memiliki efek signifikan dalam genesa smectite. Nikel laterit

sangat jarang terhadao batuan karbonat talk.

2.4.2. Setting tektonik

Nikel larerit terbentuk pada kompleks ophiolit phanerozik, banyak

endapan terdapat di area cretaceous hingga Miocene yang makin melebar.

Kompleks tersebut biasanya berupa patahan dan kekar, dan dipengaruhi oleh

pengangkatan tektonik yang menaikkan topografi dan menurunkan permukaan

aliran air dan intensitas pelapukan. Di kedua daerah tersebut zona pengkayaan

terdapat dengan kadar tertinggi umumnya berasosiasi dengan patahan curam.

Sebaliknya patahan trust besar yang berasosiasi dengan pengisian kompleks

7

Page 8: Seminar

ophiolit dan olivin yang stabil cenderung membentuk zona serpentin atau batuan

ultramefik yang kurang bersifat permeable (dapat ditemibus) dan dapat

membentuk penghalang hidromorfik yang mencegah konsentrasi Ni di dalam

regolith.

2.5. Geomorfologi dan topograpi

Topograpi memiliki peranan penting dalam pembentukan nikel laterit

terutama kaitannya dengan struktur, pengaliran, dan posisi permukaan air tanah.

Di area dengan relief tinggi banyak endapan dengan zona pengkayaan kadar yang

tinggi. Terletak di kemiringan bukit. Secara propil permukaan air tanah pada

posisi posisi topograpi yang rendah dan di tambah struktur seperti patahan dan

kekar, memberikan laju dan proses yang maksimum dan pengaliran larutan

sehingga meningkatkan konsentrasi residu dan akumulasi di dalam saprolit.

Keadaan topograpi yang demikian umumnya endapan silikat hydrolus yang

memiliki kadar tertinggi yang terbentuk dalam batuan peridotit.

2.6. Air bawah permukaan dan material organik

Proses kimia air yang berinteraksi dengan propil nikel laterit merupakan

hal yang agak khusus. Di dasar propil hal ini ditandai oleh konsentrasi Mg tinggi

dan Si terlarut serta ph yang tinggi. Analisis air dari New Caledonia dan

Colombia membuktikan bahwa bikarbonat bukan sulfat dan klorida merupakan

anion dominan. Pengamatan ini menunjukkan aktivitas biogenik serta nyawa

organik di dalam tanah tropis kemungkinan memiliki peranan penting dalam

pembentukan propil lapisan atas dari nikel tersebut.

8

Page 9: Seminar

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Nikel

Nikel adalah komponen yang banyak ditemukan dalam meteorit dan

menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit

besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel

diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury

Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan nikel dunia.

Gambar1.1 Nikel laterit

Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel ditemukan

dalam mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan butiran kecil

bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam tanah yang

terletak di atas batuan basa. Di indonesia, tempat ditemukan nikel adalah Sulawesi

9

Page 10: Seminar

tengah dan Sulawesi Tenggara. Nikel yang dijumpai berhubungan erat dengan

batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit itu sendiri,

melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah

garnerit.

Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam

berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam

logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi

dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim. 

Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti:

pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik,

aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik

bertenaga gas, pembuat magnet kuat, pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom),

kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian dan berbagai fungsi lain.

3.2. Sifat-sifat Nikel

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki

simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan

murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan logam

lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa, sedikit

ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan

listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan

alloy yang sangat berharga.

Sifat fisik nikel laterit:

Putih mengkilat

10

Page 11: Seminar

Sangat keras

Tidak berkarat

tahan terhadap asam encer

3.3. Manfaat Penggunaan Nikel

Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti:

pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik,

aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik

bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom),

kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi lain.

3.4. Genesa Endapan Nikel laterit

3.4.1.Endapan Nikel Laterit

Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses

pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit

sendiri diambil dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah, yang

dikemukakan oleh M.F.Buchanan (1807), yang digunakan sebagai bahan banguna

n. Di Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan wilayah India bagian selatan.

Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama

terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.

Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh

batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami

pelapukan, termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang

masih tampak batuan asalnya.Sebagian besar endapan laterit mempunyai

11

Page 12: Seminar

kandungan logam yang tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh

endapan besi, nikel, mangan dan bauksit.

Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan

suatu material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil

proses pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan

tinggi. Di dalam industri pertambangan nikel laterit atau proses yang diakibatkan

oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel sekunder.

3.4.2. Ganesa Pembentukan Endapan Nikel Laterit

Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan

ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak

mengandung olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral

tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.

Tabel 1.1 Unsur yang terkandung dalam batuan beku

Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air

tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan

mengurai mineral-mineral yang terkandung dalam batuan harzburgit tersebut.

Kandungan olivin, piroksen,magnesium silikat, besi, nikel dan silika akan terurai

12

Page 13: Seminar

dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang telah terbentuk tersebut, besi

akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida.

Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga

kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi

mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)),hematit (Fe2O3) dan cobalt. Mineral-

mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”.

Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah,

sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan

bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung.

Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri

merupakan unsur tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan

berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari

kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan

unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atauMn atau dapat juga merupakan

kombinasinya.

  Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar,

maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di

zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat

menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO

dan H akan membentuk mineral garnieritdengan rumus kimia

(Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang

akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona

pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang

13

Page 14: Seminar

vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu,

hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah,

terutama dari perubahan musim.

Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer

yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering

disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu

batuan Harzburgit.

3.4.3.Proses Kimia Pembentukan Endapan Nikel Laterit.

Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex;olivin).

Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung.

Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabric

dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar, saprolite dan

wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional.Endapan nikel

laterite dicirikan dengan adanya speroidal weathering sepanjang joints dan

fractures ( boulder saprolite).

Selama pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama

groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change.

Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal

diatas saprolite yang sekarang kita kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel

berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite Rata-rata nikel

berjumlah 1.2 %.

14

Page 15: Seminar

3.4.3. Faktor-faktor Utama Pembentukan Endapan Nikel Laterit

Faktor-faktor utama pembentukan bijih nikel laterit adalah :

Batuan asal 

Merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, macam

batuan asalnya adalah batuan ultrabasa. Dalam hal ini pada batuan ultrabasa

tersebut terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya,

mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil,

seperti olivin dan piroksin, mempunyai komponen-komponen yang mudah larut

dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

Iklim.

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi

ke naikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya

proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup

besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-

rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada

batuan.

Reagen-reagen kimia dan vegetasi.

          Reagen-reagen kimia dan vegetasi adalah unsur-unsur dan senyawa-

senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang

mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia.

Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH

larutan dan erat kaitannya dengan vegetasi daerah.

15

Page 16: Seminar

Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan : penetrasi air dapat lebih

dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan, akumulasi

air hujan akan lebih banyak, humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu

petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat

endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi

dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

Struktur

Struktur kekar (joint) sangat dominan dibandingkan terhadap struktur

patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan

permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan

adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan

berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

Topografi.

Tempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain.

Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan

mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui

rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat

pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan

bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam,

secara teoritis, jumlah air yang meluncur lebih banyak daripada air yang meresap

ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensi.

16

Page 17: Seminar

Waktu 

Waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pelapukan,

transportasi, dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk terbentuknya

endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin ribuan atau jutaan

tahun. Bila waktu pelapukan terlalu muda maka terbentuk endapan yang tipis.

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif

karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor tersebut yang

saling berhubungan dan karakteristik profil di satu tempat dapat digambarkan

sebagai efek gabungan dari semua faktor terpisah yang terjadi melewati waktu,

ketimbang didominasi oleh satu faktor saja.

Ketebalan profil laterit ditentukan oleh keseimbangan kadar pelapukan

kimia di dasar profil dan pemindahan fisik ujung profil karena erosi. Tingkat

pelapukan kimia bervariasi antara 10 – 50 m per juta tahun, biasanya sesuai

dengan jumlah air yang melalui profil, dan 2 – 3 kali lebih cepat dalam batuan

ultrabasa daripada batuan asam. Disamping jenis batuan asal, intensitas

pelapukan, dan struktur batuan yang sangat mempengaruhi potensi endapan nikel

lateritik, maka informasi perilaku mobilitas unsur selama pelapukan akan sangat

membantu dalam menentukan zonasi bijih di lapangan (Totok Darijanto, 1986).

17

Page 18: Seminar

3.5. Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi berikut :

Iron Capping 

Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.

Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik

lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar

nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan

lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan

kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang

tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite,

chromiferous.

Limonite Layer 

Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.

Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit.

Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar

tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-

bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak

ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah

menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. fine grained,

merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh

area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi.

Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide,

lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz,

gibsite, maghemite.

18

Page 19: Seminar

Silika Boxwork 

Putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian

menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian

mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral

opal, magnesite, Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin

berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada

bedrock yang serpentinized.

Saprolite 

Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa

oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang

masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-

bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit,

serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada

umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang

rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims,

vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa

kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke

bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-

mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya

diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous

serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

19

Page 20: Seminar

Bedrock 

Bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih

besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak

mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan

batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang

umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada

rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%.

Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas

serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral

garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root

zone yaitu zona high Grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Berikut skema profil zona laterit.

20

Page 21: Seminar

Gambar 1.2 : Skema profil laterit, komposisi kimia dan jalur proses

ekstraksi.

3.6. Studi Kasus

3.6.1. Keterdapatan Nikel pada Suatu Daerah Eksplorasi Di Halmahera

Timur,Pulau Gee dan Pulau Pakal

Endapan nikel laterit merupakan produk dan proses pelapukan lanjut pada

batuan ultramafik pembawa Ni-Silikat, umumnya terdapat pada daerah dengan

iklim tropis sampai dengan subtropis. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara

utama penghasil bahan galian di dunia, termasuk nikel. Berdasarkan karakteristik

geologi dan tatanan tektoniknya, beberapa lokasi endapan nikel laterit yang

potensial diIndonesia umumnya tersebar di wilayah Indonesia bagian timur, antara

lain:Pomalaa (Sulawesi Tenggara), Sorowako (Sulawesi Selatan), Gebe

(Halmahera), Tanjung Buli (Halmahera), dan Tapunopaka (Sulawesi Tenggara).

21

Page 22: Seminar

Sedangkan beberapa lokasi yang diperkirakan juga memiliki potensi

endapan nikel laterit dan hingga saat ini sedang dilaksanakan kegiatan eksplorasi

terdapat di pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Halmahera, antara lain Pulau Obi,

Pulau Gee, dan Pulau Pakal. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data-data

eksplorasi dan data-data pengamatan lapangan yang diperoleh dari Pulau Gee dan

Pulau Pakal, Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara (Gambar 1). Daerah

penelitian ini merupakan bagian dari Kuasa Pertambangan (KP) Eksplorasi PT.

Aneka Tambang. Tbk.

Pada saat ini, aktivitas penambangan di Pulau Gee masih terus

berlangsung, dimana kegiatan eksplorasi telah selesai dilakukan sejak beberapa

tahun yang lalu. Sementara itu, kegiatan eksplorasi di Pulau Pakal masih terus

dilaksanakan secara intensif dengan aktivitas utama berupa pemboran eksplorasi

dengan spasi 25 x 25 meter. Fokus utama dalam penelitian ini adalah identifikasi

keberadaan profil umum (zona) endapan laterit, yaitu zona top soil, zona limonit,

zona low saprolit ore zone (LSOZ), zona high saprolit ore zone (HSOZ) dan zona

bedrock. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui pola hubungan antar

parameter utama yang mempengaruhi pembentuka endapan nikel laterit

khususnya morfologi (pola topografi), struktur lokal (dalam hal ini rekahan),

iklim, vegetasi dan yang tidak kalah pentingnya adalah pola hubungan kadar.

Masing-masing parameter tersebut diperkirakan berkaitan erat satu sama

lain dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, sehingga dengan

mempelajari pola hubungan antar elemen ini diharapkan dapat diketahui kontrol

utama pembentukan nikel laterit sehingga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan

eksplorasi.

22

Page 23: Seminar

Gambar 1.3 Lokasi Penelitian

3.6.2 Kondisi Geologi

Sebagian Halmahera Timur merupakan batuan ultrabasa yang merupakan

batuan asal (bedrock) yang kemudian mengalami pelapukan dan terakumulasi

menjadi endapan nikel laterit. Komplek batuan ultrabasa ini terdiridari serpentinit,

piroksen, dan dunit (Apandi & Sudana, 1980).

Mendala geologi Halmahera Timur terutama dibentuk oleh satuan batuan

ultrabasa (Ub). Batuan sedimen berumur Kapur (Kd) danPaleosen-Eosen (Tped,

Tpec, dan Tpel) diendapkan tidak selaras di atas batuan ultrabasa. Sejak Eosen

Akhir hingga Oligosen Awal terjadi aktivitas gunung api dan membentuk

material-material vulkanik sebagai Formasi Bacan (Tomb). Bersamaan dengan

itu terbentuk batugamping Formasi Tutuli (Tomt). Setelah itu terbentuk cekungan

yang luas yang berkembang sejak Miosen Atas sampai Pliosen. Di dalam

cekungan tersebut, diendapkan batupasir berselingan dengan napal, tufa,

konglomerat sebagai Formasi Weda (Tmpw), batuan konglomerat (Tmpc), dan

batugamping Formasi Tingteng (Tmpt).

23

Page 24: Seminar

Pada bagian barat Halmahera, terendapkan batuan gunungapi Oligo-

Miosen Formasi Bacan (Tomb). Batuan sedimen dan karbonat berumur Miosen-

Pliosen tersebar luas, dimana kebanyakan batuan sedimen tersebut bersifat tufaan.

Selain itu, pada bagian utaranya ditemukan batuan gunung api Kuarter (Qpk dan

Qht). Menurut Apandi & Suandi (1980), struktur lipatan berupa sinklin dan

antiklin terlihat pada Formasi Weda (Tmpw) yang berumur Miosen Tengah-

Pliosen Awal. Struktur sesar yang terdiri dari sesar normal dan sesar naik,

umumnya berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara. Kegiatan tektonik

kemungkinan dimulai pada Kapur Akhir dan Tersier Awal, ditandai dengan

adanya komponen batulempung yang berumur Kapur,serta batuan ultrabasa di

dalam konglomerat yang membentuk Formasi Dorosagu (Tped).

3.6.3. Penentuan Horizon Laterit

Pada penelitian ini, penentuan zona laterit pada endapan nikel laterit

didasarkan atas komposisi kadar Ni dan Fe dengan asumsi sebagai berikut: top

soil (kadar Ni < 1% dan Fe < 30%), zona limonit (kadar 1,0% < Ni < 1,4% dan Fe

>40%), low saprolit ore zone (LSOZ, kadar 1,4% < Ni < 1,8% dan Fe < 40%)

serta high saprolit ore zone (HSOZ, kadar Ni >1,8% dan Fe < 30%).

Basis data yang digunakan dalam studi ini adalah data-data pemboran

eksplorasi yang telah diverifikasi dan diolah dengan menggunakan teknik

komposit. Distribusi data kadar Ni dan Fe pada masing-masing lokasi studi dapat

dilihat pada Gambar 2, 3, 4, dan 5. Histogram kadar Ni terhadap semua data assay

memperlihatkan distribusi data kadar pada Pulau Gee dan Pulau Pakal yang

mengumpul pada kadar kecil dari 4% Ni. Histogram kadar Fe secara umum

terlihat adanya 2 populasi, yaitu populasi kadar Fe rendah dan populasi kadar Fe

24

Page 25: Seminar

tinggi. Populasi Fe kadar tinggi diinterpretasikan merupakan zona limonit yang

didominasi oleh mineral-mineral yang kaya akan Fe, misalnya goethite, hematite,

dan magnetit. Berdasarkan karakteristik endapan nikel laterit tipe Mg- silicate,

kadar Fe akan semakin berkurang pada zona saprolit.

Pembuatan komposit kadar dilakukan terhadap data awal yang berupa data

individual dengan interval 1 meter, yang kemudian dilakukan konstruksi zona-

zona laterit berdasarkan optimasi komposit data secara sistematik. Ketebalan zona

top soil di Pulau Pakal mencapai hingga lebih dari 30 m dan terdistribusi baik

hingga ketebalan top soil mencapai 17 m. Zona top soil di Pulau Pakal lebih tebal

daripada zona top soil di Pulau Geeyang hanya mencapai ketebalan maksimum

9m.

Gambar 1.4. Distribusi kadar Ni pada keseluruhan data Pulau Ge.

25

Page 26: Seminar

Gambar 1.5 Distribusi kadar Ni pada keseluruhan data Pulau Pakal.

Gambar 1.6. Distribusi kadar Fe pada keseluruhan data Pulau Gee.

26

Page 27: Seminar

Gambar 1.7. Distribusi kadar fe pada keseluruhan data pulau pakal.

3.7. Hubungan Kemiringan Lereng dan Morfologi dalam Distribusi

Ketebalan Horizon Laterit pada Endapan Nikel Laterit.

Sedangkan pada zona limonit, zona LSOZ dan zona HSOZ secara umum

kedua pulau memiliki distribusi ketebalan yang mirip. Pada zona limonit dan

LSOZ tebalnya berkisar antara 1 m hingga 10 m dengan data mengelompok pada

ketebalan rendah. Sedangkan zona HSOZ data terdistribusi secara merata hingga

ketebalan 20m untuk Pulau Gee dan 25 m untuk Pulau Pakal.

Distribusi kadar Ni pada zona top soil menjadi sangat rendah akibat

mengalami mobilisasi dan berpindah pada zona dibawahnya. Distribusi kadar Ni

pada zona bedrock terkumpul pada kadar 0,6% - 1% untuk Pulau Gee dan 0,4% -

1% untuk Pulau Pakal. Sedangkan populasi kadar Ni yang tinggi (Ni > 1%) terjadi

akibat batas antara zona saprolit dengan zona bedrock yang eratik dan

perubahannya terjadi secara gradual. Distribusi kadar Fe pada masing-masing

zona akan mengalami pergeseran dimana pada zona top soil kadar Fe akan lebih

27

Page 28: Seminar

tinggi dari pada kadar Fe di zona limonit dan demikian seterusnya hingga pada

zona bedrock akan memiliki kadar Fe paling rendah dibandingkan dengan zona

lainnya.

3.8. Profil Horizon Laterit

Profil nikel laterit Pulau Pakal memiliki tebal zona top soil hampir 3 kali

lipat ketebalan zona top soil Pulau Gee, dan bedrock Pulau Pakal juga lebih dalam

dibandingkan dengan di Pulau Gee, hal ini disebabkan tingkat pelapukan yang

lebih tinggi di Pulau Pakal. Profil nikel laterit ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Selain itu kadar Fe pada endapan nikel laterit di Pulau Gee lebih tingggi daripada

kandungan Fe di Pulau Pakal. Model kadar nikel laterit untuk Pulau Gee

memperlihatkan bahwa Fe lebih banyak terakumulasi pada lapisan limonit.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena zona top soil yang tipis sehingga

iron cap terletak di daerah perbatasan zona top soil dengan limonit. Pada zona

limonit ini terakumulasi mineral-mineral yang kaya akan Fe, misalnya magnetit,

goethite, dan hematite, sehingga secara kuantitatif menyebabkan zona limonit

menjadi kaya akan Fe. Model distribusi kadar pada masing-masing horizon laterit

ini dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 1.8. Perbandingan profil laterit Pulau Gee

28

Page 29: Seminar

(kiri) dan Pulau Pakal (kanan).

Gambar 1.9. Model distribusi kadar Ni dan Fe pada masing-masing horizon

laterit di Pulau Gee.

Gambar 2.0. Model distribusi kadar Ni dan Fe pada masing-masing horizon

laterit di pulau pakal.

29

Page 30: Seminar

3.8.1   Hubungan Kemiringan Lereng Dengan Profil Horizon Laterit.

Pada kondisi kemiringan topografi berbeda akan terbentuk ketebalan

endapan yang berbeda-beda. Perilaku ini disebabkan oleh kondisi lingkungan

pembentukan yang berbeda akibat perbedaan kemiringan topografi. Hubungan

persen lereng dengan ketebalan zona endapan laterit memperlihatkan bahwa

ketebalan zona limonit akan berbanding terbalik dengan kondisi kemiringan

topografi. Hal ini dikarenakan oleh aktivitas utama yang terjadi pada daerah

dengan kemiringan topografi terjal adalah pengikisan (erosi) sehingga unsur-unsur

penyusun limonit tidak akan terakumulasi melainkan tererosi sehingga zona

limonit tidak akan terbentuk. Kondisi yang sama terjadi pada LSOZ dan HSOZ

dimana ketebalan zona ini akan berbandingterbalik dengan kondisi kemiringan

topografi.

Pembentukan masing-masing zona pada endapan nikel laterit berada pada

daerah dengan kemiringan lereng yang moderat. Histogram persen lereng

(Gambar 9 dan Gambar 10) memperlihatkan bahwa pada daerah dengan

kemiringan lereng yang sangat landai (0% - 35%) besar kemungkinan tidak akan

terbentuk zona yang umum terdapat pada endapan nikel laterit, walau tidak

menutup kemungkinan terbentuknya horizon ini. Artinya pada daerah dengan

kemiringan lereng yang berkisar antara 0% sampai 35% dapat terbentuk masing-

masing zona namun dapat pula tidak ditemukan adanya zona-zona umum yang

berada pada endapan nikel laterit. sementara untuk daerah dengan kemiringan

30

Page 31: Seminar

yang berkisar antara 18% sampai 52% maka sangat besar kemungkinan

terbentuknya zona-zona yang terdapat pada endapan nikel laterit

(Gambar 9 dan Gambar 10).

Gambar 2.1. Histogram yang memperlihatkan frekuensi

kemunculan horizon High Saprolit (HSOZ) di Pulau Gee.

31

Page 32: Seminar

Gambar 2.2. Histogram yang memperlihatkan frekuensi kemunculan

horizon High Saprolit (HSOZ) di Pulau Pakal.

Sehingga untuk dapat menentukan kemiringan topografi yang paling

prospek sebagai tempat pembentukan endapan nikel maka dilakukan dengan cara

mengiriskan batasan kemiringan dimana zona endapan nikel laterit tidak terbentuk

dan kemiringan dimana zona endapan nikel laterit akan terbentuk. Hal ini

dilakukan sebagai solusi yang diambil mengingat ditemukannya kenyataan bahwa

pada kemiringan yang berkisar antara 0% sampai 35% dapat terbentuk endapan

nikel laterit, namun dapat pula tidak ditemukan endapan nikel laterit. Sebagai

hasil dari irisan ini maka didapatkan suatu kemiringan topografi sebagai tempat

yang paling ideal untuk terbentuknya suatu endapan nikel laterit yakni pada

kemiringan antara 35% sampai 52%.

3.9. Kondisi Pembentukan Endapan Nikel Laterit Pada Topografi Landai

Endapan nikel laterit akan terbentuk pada daerah yang pada permukaan

tanahnya tidak mengalir air permukaan yang cukup kencang, karena bila hal ini

32

Page 33: Seminar

terjadi maka besar kemungkinan bahwa air tidak memiliki waktu yang cukup lama

untuk dapat melakukan penetrasi kearah bawah. Penetrasi inilah yang

menyebabkan unsur - unsur mobile akan terbawa bersama aliran air dan akhirnya

akan terakumulsi pada suatu tempat yang cukup ideal. Namun bila aliran air

permukaan cukup kecil, maka air permukaan yang dapat berasal dari air hujan

akan memiliki waktu yang cukup banyak untuk dapat melakukan penetarasi ke

arah bawah. Bersamaan dengan aktivitas penetrasi tersebut maka unsur – unsur

mobile yang cukup penting sebagai unsur pembentuk endapan nikel laterit dapat

terakumulsi pada suatu tempat yang cukup ideal.

Namun dari hasil analisis lainnya diperoleh suatu kesimpulan bahwa pada

daerah dengan kemiringan lereng yang cukup kecil/landai maka endapan nikel

laterit juga tidak terbentuk secara optimal. Pada kondisi topografi yang berkisar

antara 0% - 35 % endapan nikel laterit tidak dapat terbentuk. Penyebab utama

yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana kemampuan air untuk dapat

melakukan penetrasi kebagian bawahnya. Komposisi tanah penutup (top soil)

yang sebahagian besar didominasi oleh material berupa lempung mengindikasikan

bahwa proses laterisasi berlangsung intensif pada kuantitas air yang cukup,

sehingga menyebabkan terbentuk akumulasi lempung.

Hal ini didukung oleh sebaran titik bor dengan ketebalan top soil yang

beragam yang terdapat pada Pulau Pakal dan Pulau Gee. Dari sebaran titik bor ini

didapatkan kenyataan bahwa titik bor yang mengandung top soil sebahagian besar

tersebar pada daerah yang bertopografi landai sampai sedang di Pulau Gee dan

Pulau Pakal (Gambar 10 dan 11).

33

Page 34: Seminar

3.10. Perulangan Profil Laterit

Pada kegiatan eksplorasi di lapangan seringkali ditemukan profil endapan

nikel laterit yang tidak terbentuk secara ideal dan sempurna, artinya pada satu

lubang bor tidak ditemukan profil yang berurut dari top soil sampai bed rock.

Pada banyak lubang bor ditemukan suatu profil yang berulang, dimana

berdasarkan aktivitas pembentukan yang terjadi maka tidak mungkin terbentuk

profil yang berulang. Sebagai contoh: Pada bagian atas suatu log bor ditemukan

profil limonit, selanjutnya pada bagian bawah terbentuk profil low saprolit ore

zone. Namun setelah profil low saprolit ore zone ini ditemukan kembali profil

yang berupa limonit.

Berdasarkan proses pembentukannya maka kasus ini tidak mungkin terjadi,

karena profil yang terbentuk pada endapan nikel laterit seharusnya berurut dari

top soil sampai bedock. Sedangkan pada kenyataanya kondisi ideal seperti ini

tidak selalu ditemukan di lapangan. Besar kemungkinan bahwa daerah yang dibor

ini merupakan endapan hasil transportasi dari berbagai tempat. Setelah endapan

limonit diendapkan selanjutnya dari daerah lain diendapkan pula low saprolit ore

zone. Namun setelah endapan low saprolit ore zone ini diendapkan, limonit yang

merupakan hasil transportasi dari daerah lain kembali diendapkan. Hal inilah yang

sering membuat terjadinya kerancuan deskripsi profil pada endapan nikel laterit

dan kasus ini dapat terjadi pada semua profil/ zona yang terdapat pada endapan

nikel laterit.

Bila dilihat dari sebaran titik bor dimana terbentuk perulangan profil maka

sebagian besar sebarannya akan terakumulasi pada daerah dengan topografi landai

di Pulau Gee dan Pulau Pakal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12 dan 13.

34

Page 35: Seminar

Hal ini disebabkan pada daerah landai terakumulasi semua jenis horizon yang

berasal dari daerah lain melalui proses transportasi. Walaupun berada pada elevasi

yang cukup tinggi namun daerah tersebut merupakan daerah dengan kondisi

kemiringan topografi yang sangat landai. Kondisi ini akan berlaku sama baik pada

Pulau Gee maupun pada Pulau Pakal, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

lubang bor yang menunjukkan perulangan akan terletak pada daerah dengan

kondisi topografi yang sangat landai dan horizon yang terbentuk bukan

merupakan endapan insitu melainkan hasil akumulasi dan sedimentasi pada saat

proses pembentukannya.

3.11. Identifikasi Kontrol Struktur

Pada beberapa lubang bor ditemukan kadar Ni yang relatif sangat tinggi

dibandingkan dengan kadar Ni yang ada pada lubang bor di sekitarnya.

Keberadaan kadar Ni yang relatif sangat tinggi ini diperkirakan akibat intensitas

keberadaan mineral garnierit.

Rekahan yang terdapat pada Pulau Gee menunjukkan suatu pola kelurusan.

Pada zona rekahan kadar Ni yang terkandung sangat besar karena pada zona ini

banyak terdapat garnierit yang memiliki kandungan Ni yang sangat besar.

Rekahan yang terdapat pada Pulau Pakal lebih banyak dibandingkan pada Pulau

Gee. Tentu saja hal ini akan mengakibatkan kadar Ni yang cukup tinggi akan

lebih banyak tersebar pada Pulau Pakal.

Seperti telah diketahui bahwa batuan beku memiliki porositas dan

permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air akan sangat sulit. Oleh

karena itu dengan hadirnya rekahan-rekahan akan lebih memudahkan masuknya

air dan mengakibatkan proses pelapukan akan lebih intensif. Selain itu struktur

35

Page 36: Seminar

yang ada (terutama rekahan) akan menjadi tempat terakumulasinya unsur-unsur

Ni sehingga akan mengakibatkan terbentuknya mineral-mineral garnierit.

Unsur-unsur Ni yang mengalami pencucian (leaching) akan bergerak dari

atas menuju arah bawah sampai pada suatu kondisi yang paling ideal dimana

unsur-unsur Ni yang tertransport tadi akan terakumulasi membentuk mineral

garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)]. Selain garnierit, pada rekahan juga akan

terbentuk banyak mineral krisopras. Unsur-unsur Si yang mengalami sedikit

pencucian dari atas kebawah akan terendapkan berupa Si dengan ukuran yang

sangat halus dan membentuk mineral krisopras. Unsur-unsur Si yang mengalami

pelarutan akan kembali terakumulasi pada rekahan berupa material pengisi (filling

material) dan selanjutnya membentuk krisopras.

Secara umum, bila pada suatu daerah ditemukan mineral dengan kadar

unsur Ni yang sangat tinggi maka kemungkinan besar 6 mineral tersebut adalah

garnierit, karena kandungan unsur Ni yang terdapat pada mineral garnierit bisa

mencapai 10%. Sementara mineral-mineral pembawa unsur Ni yang berupa hasil

leaching dari mineral-mineral serpentin dan peridotit tidak akan memiliki

kandungan unsur Ni yang sangat besar seperti yang terdapat pada garnierit.

Dengan kata lain kehadiran mineral garnierit akan membuat rentang kadar Ni

yang terdapat pada daerah penelitian akan semakin besar, sehingga bila rekahan

ini terdapat pada suatu lubang bor maka akan mengakibatkan data yang

muncul/diperoleh akan menjadi sangat eratik.

36

Page 37: Seminar

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan dan Saran

37

Page 38: Seminar

Ada pun kesimpulan dari pembahasan ini adalah :

1. Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol

Ni dan nomor atom 28, dan banyak ditemukan dalam meteorit .

2. Sifat fisik nikel laterit:

Putih mengkilat

Sangat keras

Tidak berkarat

Tahan terhadap asam encer

3. Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan

ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan induk peridotit. Batuan ini banyak meng      

andung olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral- mineral tersebut

tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.

4.   faktor faktor utama dalam pembentukan nikel laterit.

Batuan asal

Iklim

Struktur

Topografi

Reagen-reagen

Waktu

5. Semakin besar persen lereng (kemiringan) suatu daerah

ketebalan endapan yang terbentuk akan semakin tipis, sebaliknya bila

besar persen lereng suatu daerah lebih kecil (landai) maka ketebalan

38

Page 39: Seminar

endapan yang terbentuk akan semakin besar (tebal). Sementara

kondisi kemiringan lereng yang paling ideal sebagai tempat

pembentukan endapan nikel laterit berada pada daerah dengan

kemiringan lereng yang sedang, artinya tidak terlalu landai dan juga

tidak terlalu terjal (antara 35% - 52%).

39

Page 40: Seminar

40