seminar kinerja

30
1. Latar Belakang Penelitian Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhiryaitu dari berorientasi proses menjadi berorientasi hasil telah ikut mereformasi sistem pengelolaan keuangan negara baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah membawa banyak perubahan mendasar dalam pengelolaan keuangan negara. Perubahan mendasar tersebut diantaranya adalah diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance- based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah. Sejalan dengan itu, dalam kerangka otonomi daerah, UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuka peluang bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing. Kedua UU ini membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang

Upload: ryzky-jamaludin

Post on 28-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

uji proposal

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Kinerja

1. Latar Belakang Penelitian

Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade

terakhiryaitu dari berorientasi proses menjadi berorientasi hasil telah ikut

mereformasi sistem pengelolaan keuangan negara baik di negara maju maupun

negara berkembang, termasuk Indonesia. Reformasi pengelolaan keuangan negara

di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara telah membawa banyak perubahan mendasar

dalam pengelolaan keuangan negara. Perubahan mendasar tersebut diantaranya

adalah diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis

kinerja (performance-based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah. 

Sejalan dengan itu, dalam kerangka otonomi daerah, UU No 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

membuka peluang bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun

daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing. Kedua UU ini

membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas

pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien.

Pengalokasian dana yang efektif mengandung arti bahwa setiap pengeluaran yang

dilakukan pemerintah mengarah pada pencapaian sasaran dan tujuan stratejik yang

dimuat dalam dokumen perencanaan stratejik daerah. Sedangkan, pengalokasian

dana yang efisien mengandung arti bahwa pencapaian sasaran dan tujuan stratejik

tersebut telah menggunakan sumber daya yang paling minimal dengan tetap

mempertahankan tingkat kualitas yang direncanakan. Pengalokasian pengeluaran

Page 2: Seminar Kinerja

yang efektif dan efisien tersebut dapat diwujudkan dengan penerapan anggaran

berbasis kinerja dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah.

Reformasi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah mengakibatkan

perubahan struktur anggaran dan perubahan proses penyusunan APBD untuk

menciptakan transparansi dan meningkatkan akuntabilitas publik. Bentuk

reformasi anggaran dalam upaya memperbaiki proses penganggaran adalah

penerapan anggaran berbasis kinerja. Penerapan anggaran berbasis kinerja diatur

dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan diubah lagi dengan Permendagri

Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Dalam

peraturan ini, disebutkan tentang penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). Adanya RKA-SKPD ini

berarti  telah terpenuhinya kebutuhan tentang anggaran berbasis kinerja dan

akuntabilitas. Dimana anggaran berbasis kinerja menuntut adanya output optimal

atau pengeluaran yang dialokasikan sehingga setiap pengeluaran harus

berorientasi atau bersifat ekonomi, efisien dan efektif.

Anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat

menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Pengukuran kinerja secara

berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara

terus-menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang. Penyusunan

anggaran berbasis kinerja bertujuan untuk dapat meningkatkan efisiensi

pengalokasian sumber daya dan efektivitas penggunaannya sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sehingga dengan

adanya anggaran berbasis kinerja tersebut diharapkan anggaran dapat digunakan

secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat

Page 3: Seminar Kinerja

mendukung peningkatan tranparansi dan akuntabilitas manajemen sektor publik.

Selain itu, anggaran berbasis kinerja memfokuskan pemanfaatan anggaran untuk

perbaikan kinerja organisasi yang berpedoman pada prinsip value for money.

Pentingnya dilakukan penelitian ini adalah melihat dari fenomena yang

terjadi di lingkungan pemerintah daerah, dimana kinerja pemerintah saat ini

banyak disoroti oleh masyarakat terutama kinerja instansi pemerintah yang

sebagian besar kegiatannya dibiayai oleh dana publik. Penyerapan dana APBD

Kota Bandung tahun 2012 sampai bulan Mei 2012 masih minim sehingga

dikhawatirkan mengganggu ke pelayanan publik. Rasa khawatir pelayanan

masyarakat terganggu disampaikan anggota badan anggaran Lia Noer Hambali di

Gedung DPRD. Selain penyerapannya masih minim, Pemkot Bandung belum bisa

memprosentasekan secara keseluruhan dana yang terserap. “Baru 10 SKPD yang

memberikan laporan penyerapan penggunaan dana APBD sehingga belum bisa

kita prosentasekan, berapa persen penyerapan secara keseluruhannya,”

(http://budhi.my.or.id/news/?p=545, diunduh 10 Oktober 2013).

Laporan yang sudah masuk diantaranya Dinas Binamarga dan Pengairan

(DBMP) Kota Bandung baru menggunakan dana Rp 4,8 miliar (2,16 persen) dari

anggaran Rp 220 miliar, Dinas Pendidikan baru terealisasi sebesar Rp 5 miliar,

BPPKB Rp100 juta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Rp 25 juta,

Dinas Kesehatan (Dinkes) 25 juta, Pemerintahan Umum (Penum) Rp 9 miliar,

Dinas Informasi dan Komunikasi Rp25 jutadan Kesejahteraan (kesra) Rp 8 miliar.

Sementara bantuan hibah baru terserap Rp 68 miliar dari Rp 430 miliar.

Keterlambatan penyerapan dana selain terlambat pembahasan, makanya

Pemkot harus bekerja keras untuk mengejar keterlambatan agar semua program

Page 4: Seminar Kinerja

berjalan sesuai target. Keterlambatan penggunaan anggaran sudah pasti

mengganggu pelayanan contohnya jalan rusak terlambat diperbaiki menimbulkan

gangguan kepada pengguna jalan. Berharap APDB tahun 2013 harus sudah siap

pada bulan Juli 2013, sehingga 30 November 2012 sudah ditetapkan agar

penyerapan anggaran tidak terlambat. Kebiasaan Pemkot Bandung selama ini

pengerjaan dan pembayaran di akhir tahun, sehingga selalu ada anggaran yang

tidak terserap dan kegiatan yang tidak selesai.

Fenomena tersebut menunjukkan buruknya kinerja pemerintah dalam

pengelolaan keuangan daerah. Buruknya pengelolaan keuangan daerah semakin

diperparah dengan adanya sikap buruk pemerintah daerah dalam implementasi

(realisasi) anggaran daerah (APBD). Tidak jarang pemerintah daerah

menghabiskan anggaran melalui kegiatan proyek tanpa memperhitungkan dampak

positif bagi pembangunan daerah. Mendekati akhir tahun anggaran, unit-unit

pemerintah gencar menghabiskan anggaran tanpa didasari tujuan yang jelas untuk

pembangunan daerah, sehingga banyak dijumpai penyimpangan pengelolaan

keuangan daerah.

Dalam rangka untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah dikeluarkan regulasi yang mengatur mengenai perubahan pengelolaan

keuangan daerah untuk  lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih

berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, pemerintah

mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 (Inpres 7/1999) tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam pengaruhnya terhadap

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, penerapan penganggaran berbasis

kinerja yang terukur melalui tahapan siklus anggaran sesuai dengan prinsip

Page 5: Seminar Kinerja

akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu, dimulai dari perencanaan

anggaran, pelaksanaan anggaran, pelaporan/pertanggungjawaban, dan evaluasinya

harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh penerapan

anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Dalam penelitian Herawati (2011) melakukan penelitian dengan judul Kejelasan

Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap

Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah Kota Jambi, hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara simultan pengaruh kejelasan sasaran anggaran,

pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja

instansi Pemerintah di Kota Jambi mempunyai pengaruh positif signifikan. Nina

(2009) meneliti Pengaruh Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja terhadap

Akuntabilitas Instansi Pemerintah Daerah, dengan variabel independen

Penganggaran Berbasis Kinerja dan variabel dependen Akuntabilitas Instansi

Pemerintah dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa implementasi

penganggaran berbasis kinerja berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap akuntabilitas instansi pemerintah daerah.

Melihat berbagai permasalahan yang diuraikan diatas, dan perbedaan dari

beberapa hasil penelitian, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian

mengenai “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota

Bandung)”

 

 

Page 6: Seminar Kinerja

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap

akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Kota Bandung?

  

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara

empiris :

1. Pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas

kinerja instansi Pemerintah Kota Bandung.

 

4. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

4.1 Kerangka Pemikiran

Terselenggaranya otonomi daerah dan desentraliasi membawa konsekuensi

dilakukanya reformasi penganggaran daerah. Sistem anggaran daerah berubah dari

anggaran tradisional menjadi anggaran berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja

merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil prestasi

kinerja atau kegiatan yang dibelanjai dengan pengeluaran yang dianggarkan.

Anggaran Berbasis kinerja mengharuskan pemerintah untuk mempunyai program

prioritas, pemerintah juga dituntut untuk mengalokasikan anggaran yang

senantiasa dapat diukur pemanfaatanya agar hemat, berdaya guna dan tepat guna.

Page 7: Seminar Kinerja

Dengan dikeluarkanya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 22 tahun 1999 dan

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-undang

No. 25 tahun 1999. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah didanai dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu

tahun anggaran serta Undang–undang ini menginginkan kesamaan penganggaran

Pemerintah dan penganggaran daerah, aturan ini menerapkan secara penuh

anggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting), agar penggunaan

anggaran tersebut bisa dinilai kemanfaatan dan kegunaannya bagi masyarakat.

Berbagai penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya atau penelitian

terdahulu mengenai pengaruh anggaran yang diantaranya dilakukan oleh Pahursip

Poltak Theoderus tahun 2007 dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan

Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik dan Transparasi di

Pemerintah Kota yang terjadi pemaparan yang mendapatkan hasil signifikan

terhadap akuntabilitas publik dan transparasi dipemerintahan daerah kota yang

terjadi pemaparan. Indraswari Kusumaningrum Tahun 2010 dengan judul

penelitian Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,Pengendalian Akuntansi dan

Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang

melakukan penelitian pada Provinsi Jawa Tengah mendapatkan hasil penelitian

bahwa menunjukan pengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kiki

Kurniawan Tahun 2011 dengan judul penelitian Pengaruh Anggaran Berbasis

Page 8: Seminar Kinerja

Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang melakukan

penelitian pada Wilayah Periangan mendapatkan hasil penelitian bahwa

menunjukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah.

Pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah yang terukur melalui tahapan siklus anggaran sesuai

dengan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu, dimulai

dari perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran,

pelaporan/pertanggungjawaban, dan evaluasi kinerja sehingga akan tercipta

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat digambarkan kerangka pemikiran

sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.1

Kerangka Pemikiran

Pemerintah Kota Bandung

Kebiasaan Pemkot Bandung selama ini pengerjaan dan pembayaran di akhir tahun, sehingga selalu ada anggaran yang tidak terserap dan kegiatan yang tidak selesai.

Anggaran Berbasis Kinerja Akuntabilitas Kinerja

Anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja

Page 9: Seminar Kinerja

4.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiono : 2011 : 64).

Dari pemaparan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

H1 :     Penerapan anggaran berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah kota Bandung.

 

5.         Metode Penelitian

5.1       Desain Penelitian

            Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Moh. Nazir, 2008 : 84). Dalam

melakukan penelitian ini pengujian dilakukan menggunakan data primer yang

bersumber dari jawaban responden atas pertanyaan yang berhubungan

denganpenerapan anggaran berbasis kinerja dan akuntabiitas kinerja instansi

pemerintah. Peneliti menyebar kuesioner dengan cara memberikan kuesioner

secara langsung kepada responden dan menjelaskan penelitian secara ringkas,

serta menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebutkepada responden. Responden

diberi kesempatanuntuk memahami dan mengisi kuesioner sesuai dengan janji

yang telah disepakati dengan responden, setelah itu peneliti mengambil kuesioner

tersebut.Perolehan data dilakukan selama 4 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah kota Bandung yang pada akhirnya menghasilakan

Page 10: Seminar Kinerja

suatu kesimpulan, hasil akhir penelitian merupakan verifikasi dari teori atau

hipotesis diterima atau ditolak.

 

5.2       Operasinalisasi Variabel

             Sehubungan dengan judul penelitian yang diambil adalah

pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah kota Bandung, maka variabel dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Variable bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perusahaan atau timbulnya

variabel terikat (Sugiono, 2008). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabelbebas adalah sebagai berikut : Variabel bebas dari penelitian

ini adalah penerapan anggaran berbasis kinerja (X).

2) Variable terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiono,2008). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah kota Bandung (Y).

 

 

Page 11: Seminar Kinerja

Tabel 5.1

Operasional Variable

 

Variable Konsep variable Indikator Skala

(X)

Penerapan

Anggaran

Berbasis

Kinerja

Anggaran berbasis

kinerja adalah

anggaran yang disusun

dengan

menghubungkan

pengeluaran dan hasil

yang akan dicapai,

mengidentifikasi

input, output dan

outcome yang

dihasilkan oleh suatu

program dan kegiatan.

Dalam penerapan

anggaran berbasis

kinerja ada beberapa

tahapan yang harus

dilakukan, yaitu

perencanaan anggaran,

implementasi

anggaran,

1. Perencanaan Anggaran.

Perencanaan anggaran adalah

tahap estimasi pengeluaran

untuk pelakasanaan kegiatan

yang harus sesuai dengan

visi, misi, tujuan, sasaran, dan

kebijakan yang telah

dirumuskan dalam renstra

organisasi.

2. Implementasi/Pelaksanaan

Anggaran.

Selama tahap implementasi,

pimpinan instansi

bertanggung-jawab untuk

memonitor pelaksanaan

kegiatan, dan bagian

akuntansi melakukan

pencatatan atas penggunaan

anggaran (input)

Ordinal

Ordinal

Page 12: Seminar Kinerja

pelaporan/pertanggun

gjawaban anggaran

dan evaluasi kinerja.

Sumber :

Abdul Halim

( 2007 : 177 )

dan outputnya dalam sistem

akuntansi keuangan.

3. Pelaporan/Pertanggung-

jawaban Anggaran.

Pelaporan dalam hal ini

mencakup besarnya alokasi

anggaran unit kerja, besarnya

anggaran yang telah

dikeluarkan beserta

pencapaian hasil kerja atau

kegiatan atau program yang

telah dilaksanakan.

4. Evaluasi Kinerja.

Evaluasi kinerja dilakukan

atas laporan kinerja,

pimpinan bisa ,melakukan

evalusi sehingga bisa

mengetahui dan menganalisis

upaya pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan,

manakala terjadi

penyimpangan atau hambatan

Page 13: Seminar Kinerja

dalam implementasi

anggaran, maka pimpinan

bisa mengambil langkah atau

kebijakan untuk mengatasi

penyimpangan atau hambatan

tersebut.

(Y)

Akuntabilitas

Kinerja

Instansi

Pemerintah

Akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah

adalah perwujudan

kewajiban suatu

instansi pemerintah

untuk

mempertanggungjawa

bkan keberhasilan dan

kegagalan

pelaksanaan misi

organisasi dalam

mencapai sasaran dan

tujuan yang telah

ditetapkan melalui

sistem

pertanggungjawaban

secara periodik.

Akurasi dan kelengkapan

informasi yang

berhubungan dengan cara-

cara mencapai sasaran

suatu program.

Kejelasan dari sasaran

kebijakan yang telah

diambil dan

dikomunikasikan

Kelayakan dan konsistensi

dari target operasional

maupun prioritas

Penyebarluasan informasi

mengenai suatu keputusan

melalui media massa

Akses publik pada

informasi atas suatu

keputusan setelah

Ordinal

Page 14: Seminar Kinerja

keputusan dibuat dan

mekanisme pengaduan

masyarakat

Sistem informasi

manajemen dan

monitoring hasil

5.3       Jenis dan Metode Pengumpulan data

5.3.1 Jenis Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

berupa jawaban  responden terhadap item-item pertanyaan yang terdapat dalam 5

(lima) instrumen penelitian, yaitu penerapan anggaran berbasis kinerja yang

diukur dengan empat variabel, yaitu (perencanaan anggaran, pelaksanaan

anggaran, pelaporan/pertanggungjawaban anggaran, evaluasi kinerja dan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah). Jenis data dalam penelitian ini berupa

jenis data subyek yang diperoleh berupa opini, sikap, pengalaman dan

karakteristik dari responden yang menjadi subyek penelitian.

 

5.3.2    Metode Pengumpulan Data

            Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

diantaranya adalah :

a. Studi Pustaka

Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini diperoleh dari literatur-

Page 15: Seminar Kinerja

literatur, majalah-majalah ilmiah, maupun tulisan-tulisan lainnya yang

berhubungan dengan penerapan anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah kota Bandung.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan langsung di instansi

pemerintah, dalam hal ini Pemerintah kota Bandung dengan melakukan

wawancara (interview) dengan pihak yang berkompeten terhadap data yang

diperlukan oleh penulis serta pengumpulan data yang dianggap relevan dengan

masalah penelitian.

 

5.4       Populasi dan Sampel

5.4.1    Populasi

            Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dn karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008). Populasi

dalam penelitian ini adalah subjek yang berhubungan dengan Anggaran Berbasis

Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Bandung dari jabatan

terendah sampai jabatan yang tertinggi.

5.4.2    Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiono, 2008). Teknik sampling merupakan teknik

pengambilan sampel.Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan

metode simple random Sampling. Menurut Sugiyono (2010:118) simple random

Page 16: Seminar Kinerja

Sampling adalah Cara acak sederhana sampel yang diambil sedemikian rupa

sehingga setiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama

untuk dipilih sebagai sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

tersebut. Pengambilan sampel dengan metode ini memungkinkan penulis

melakukan perhitungan statistik untuk menentukan hubungan kedua variabel yang

akan diteliti.

 

5.5.      Perancangan Hipotesis

5.5.1.   Analisis

Data Statistik

Penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner.

Penelitimenyebar kuesioner dengan cara memberikan kuesioner secara langsung

kepada responden dan menjelaskan penelitian secara ringkas, serta menjelaskan

cara pengisian kuesioner tersebut kepada responden.

 

5.5.2.   Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variable independent dan variabel dependent atau keduanya terdistribusikan

secara normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas

Page 17: Seminar Kinerja

adalah dengan melihat histogram maupun grafik. Dasar pengambilan keputusan

adalah:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

histograf  menuju pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis

diagonal atau garis histograf tidak menunjukkan alpha distribusi normal,

maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

  

5.5.3    Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi linear ada korelasi

antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem  autokorelasi. (Ghozali,2009). Penelitian ini menggunakan uji Durbin-

Watson untuk mendeteksi masalah autokorelasi.

 

5.5.4.   Analisis Regresi Linier Sederhana

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis  regresi linier sederhana. Analisa regresi dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel  dependen.

(Ghozali,2009). Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menguji

pengaruh variabel independen penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap

variable dependent akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Persamaan regresi

untuk menguji hipotesis adalah:

Page 18: Seminar Kinerja

Ŷ= a + bX 

(Prof. Dr. Sugiyono 2009)

Keterangan:

Ŷ = Subjek dalam variable dependen yang diprediksikan

a = Harga Y ketika harga X= 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

ataupun penurunan variable dependen yang didasarkan pada perubahan variabel

independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) arah garis turun.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

                                           

5.5.5    Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrumen. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Dalam uji

validitas digunakan rumus product moment person.

  Pengujianmenggunakantarafsignifikasi 0,05.kriteriasebagaiberikut :

· Jika r hitung>r table, maka instrument atau item pertanyaan berkolerasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

· Jika r hitung< r table, maka instrument atau item

pertanyaantidakberkolerasisignifikanterhadapskor total (dinyatakantidak

valid).

 

5.5.6 Uji Reliabilitas

Page 19: Seminar Kinerja

Pengujian terhadap tingkat reliabilitas / keandalan dimaksudkan untuk

mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak.

Instrument (kuesioner) yang reliable mampu mengungkapkan data yang dapat

dipercaya. Digunakan rumus Alpha Cronbach’s untuk pengujiannya. Hasil dari

perhitungan, suatu variabel dikatakan reliable jika nilai Alpha yang dihasilkan

memberi nilai Alpha > 0,60 (Ghozali, 2004 :42).

 

5.5.7 Uji Hipotesis

a. Uji f atau uji simultan

Tabel F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable bebas secara

bersama-sama terhadap variable terikat.Langkah–langkah untuk menguji hipotesa

dengan distribusi F :

1. Merumuskan hipotesa

Ho : ß1 = ß2 = 0, artinya secara bersama-bersama tidak ada pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 : ß1 ≠ ß2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

2. Menentukan taraf nyata / level of significance

Taraf nyata/derajat keyakinan yang digunakan sebesar   = 1%, 5%, 10%.

Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua , yaitu :

Df numerator = dfn = df1 = k – 1

Df numerator = dfn = df2 = n – k

Dimana :

Df = degree of freedom/ derajat kebebasan.

Page 20: Seminar Kinerja

n = jumlah sampel

k = banyaknya koefisien regresi

3. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah dimana hipotesa 0 diterima

atau tidak.

H0, diterima apabila F hitung   F tabel, artinya semua variable bebas

secara bersama-sama merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variable

terikat.

4. Menentukan uji statistik nilai F

Bentuk distribusi F selalu bernilai positif.

5. Mengambil keputusan

Keputusan bisa menolak H0 atau menerima H1. Nilai F tabel yang

diperoleh dibanding dengan nilai F hitung. Apabila F hitung lebih besar dari

F table, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.