seminar kinerja
DESCRIPTION
uji proposalTRANSCRIPT
1. Latar Belakang Penelitian
Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade
terakhiryaitu dari berorientasi proses menjadi berorientasi hasil telah ikut
mereformasi sistem pengelolaan keuangan negara baik di negara maju maupun
negara berkembang, termasuk Indonesia. Reformasi pengelolaan keuangan negara
di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara telah membawa banyak perubahan mendasar
dalam pengelolaan keuangan negara. Perubahan mendasar tersebut diantaranya
adalah diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis
kinerja (performance-based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.
Sejalan dengan itu, dalam kerangka otonomi daerah, UU No 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
membuka peluang bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun
daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing. Kedua UU ini
membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas
pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien.
Pengalokasian dana yang efektif mengandung arti bahwa setiap pengeluaran yang
dilakukan pemerintah mengarah pada pencapaian sasaran dan tujuan stratejik yang
dimuat dalam dokumen perencanaan stratejik daerah. Sedangkan, pengalokasian
dana yang efisien mengandung arti bahwa pencapaian sasaran dan tujuan stratejik
tersebut telah menggunakan sumber daya yang paling minimal dengan tetap
mempertahankan tingkat kualitas yang direncanakan. Pengalokasian pengeluaran
yang efektif dan efisien tersebut dapat diwujudkan dengan penerapan anggaran
berbasis kinerja dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah.
Reformasi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah mengakibatkan
perubahan struktur anggaran dan perubahan proses penyusunan APBD untuk
menciptakan transparansi dan meningkatkan akuntabilitas publik. Bentuk
reformasi anggaran dalam upaya memperbaiki proses penganggaran adalah
penerapan anggaran berbasis kinerja. Penerapan anggaran berbasis kinerja diatur
dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan diubah lagi dengan Permendagri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Dalam
peraturan ini, disebutkan tentang penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). Adanya RKA-SKPD ini
berarti telah terpenuhinya kebutuhan tentang anggaran berbasis kinerja dan
akuntabilitas. Dimana anggaran berbasis kinerja menuntut adanya output optimal
atau pengeluaran yang dialokasikan sehingga setiap pengeluaran harus
berorientasi atau bersifat ekonomi, efisien dan efektif.
Anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat
menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Pengukuran kinerja secara
berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara
terus-menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang. Penyusunan
anggaran berbasis kinerja bertujuan untuk dapat meningkatkan efisiensi
pengalokasian sumber daya dan efektivitas penggunaannya sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sehingga dengan
adanya anggaran berbasis kinerja tersebut diharapkan anggaran dapat digunakan
secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat
mendukung peningkatan tranparansi dan akuntabilitas manajemen sektor publik.
Selain itu, anggaran berbasis kinerja memfokuskan pemanfaatan anggaran untuk
perbaikan kinerja organisasi yang berpedoman pada prinsip value for money.
Pentingnya dilakukan penelitian ini adalah melihat dari fenomena yang
terjadi di lingkungan pemerintah daerah, dimana kinerja pemerintah saat ini
banyak disoroti oleh masyarakat terutama kinerja instansi pemerintah yang
sebagian besar kegiatannya dibiayai oleh dana publik. Penyerapan dana APBD
Kota Bandung tahun 2012 sampai bulan Mei 2012 masih minim sehingga
dikhawatirkan mengganggu ke pelayanan publik. Rasa khawatir pelayanan
masyarakat terganggu disampaikan anggota badan anggaran Lia Noer Hambali di
Gedung DPRD. Selain penyerapannya masih minim, Pemkot Bandung belum bisa
memprosentasekan secara keseluruhan dana yang terserap. “Baru 10 SKPD yang
memberikan laporan penyerapan penggunaan dana APBD sehingga belum bisa
kita prosentasekan, berapa persen penyerapan secara keseluruhannya,”
(http://budhi.my.or.id/news/?p=545, diunduh 10 Oktober 2013).
Laporan yang sudah masuk diantaranya Dinas Binamarga dan Pengairan
(DBMP) Kota Bandung baru menggunakan dana Rp 4,8 miliar (2,16 persen) dari
anggaran Rp 220 miliar, Dinas Pendidikan baru terealisasi sebesar Rp 5 miliar,
BPPKB Rp100 juta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Rp 25 juta,
Dinas Kesehatan (Dinkes) 25 juta, Pemerintahan Umum (Penum) Rp 9 miliar,
Dinas Informasi dan Komunikasi Rp25 jutadan Kesejahteraan (kesra) Rp 8 miliar.
Sementara bantuan hibah baru terserap Rp 68 miliar dari Rp 430 miliar.
Keterlambatan penyerapan dana selain terlambat pembahasan, makanya
Pemkot harus bekerja keras untuk mengejar keterlambatan agar semua program
berjalan sesuai target. Keterlambatan penggunaan anggaran sudah pasti
mengganggu pelayanan contohnya jalan rusak terlambat diperbaiki menimbulkan
gangguan kepada pengguna jalan. Berharap APDB tahun 2013 harus sudah siap
pada bulan Juli 2013, sehingga 30 November 2012 sudah ditetapkan agar
penyerapan anggaran tidak terlambat. Kebiasaan Pemkot Bandung selama ini
pengerjaan dan pembayaran di akhir tahun, sehingga selalu ada anggaran yang
tidak terserap dan kegiatan yang tidak selesai.
Fenomena tersebut menunjukkan buruknya kinerja pemerintah dalam
pengelolaan keuangan daerah. Buruknya pengelolaan keuangan daerah semakin
diperparah dengan adanya sikap buruk pemerintah daerah dalam implementasi
(realisasi) anggaran daerah (APBD). Tidak jarang pemerintah daerah
menghabiskan anggaran melalui kegiatan proyek tanpa memperhitungkan dampak
positif bagi pembangunan daerah. Mendekati akhir tahun anggaran, unit-unit
pemerintah gencar menghabiskan anggaran tanpa didasari tujuan yang jelas untuk
pembangunan daerah, sehingga banyak dijumpai penyimpangan pengelolaan
keuangan daerah.
Dalam rangka untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dikeluarkan regulasi yang mengatur mengenai perubahan pengelolaan
keuangan daerah untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih
berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, pemerintah
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 (Inpres 7/1999) tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam pengaruhnya terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, penerapan penganggaran berbasis
kinerja yang terukur melalui tahapan siklus anggaran sesuai dengan prinsip
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu, dimulai dari perencanaan
anggaran, pelaksanaan anggaran, pelaporan/pertanggungjawaban, dan evaluasinya
harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh penerapan
anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Dalam penelitian Herawati (2011) melakukan penelitian dengan judul Kejelasan
Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah Kota Jambi, hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan pengaruh kejelasan sasaran anggaran,
pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja
instansi Pemerintah di Kota Jambi mempunyai pengaruh positif signifikan. Nina
(2009) meneliti Pengaruh Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja terhadap
Akuntabilitas Instansi Pemerintah Daerah, dengan variabel independen
Penganggaran Berbasis Kinerja dan variabel dependen Akuntabilitas Instansi
Pemerintah dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa implementasi
penganggaran berbasis kinerja berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap akuntabilitas instansi pemerintah daerah.
Melihat berbagai permasalahan yang diuraikan diatas, dan perbedaan dari
beberapa hasil penelitian, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota
Bandung)”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Kota Bandung?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara
empiris :
1. Pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas
kinerja instansi Pemerintah Kota Bandung.
4. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
4.1 Kerangka Pemikiran
Terselenggaranya otonomi daerah dan desentraliasi membawa konsekuensi
dilakukanya reformasi penganggaran daerah. Sistem anggaran daerah berubah dari
anggaran tradisional menjadi anggaran berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja
merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil prestasi
kinerja atau kegiatan yang dibelanjai dengan pengeluaran yang dianggarkan.
Anggaran Berbasis kinerja mengharuskan pemerintah untuk mempunyai program
prioritas, pemerintah juga dituntut untuk mengalokasikan anggaran yang
senantiasa dapat diukur pemanfaatanya agar hemat, berdaya guna dan tepat guna.
Dengan dikeluarkanya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 22 tahun 1999 dan
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-undang
No. 25 tahun 1999. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah didanai dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu
tahun anggaran serta Undang–undang ini menginginkan kesamaan penganggaran
Pemerintah dan penganggaran daerah, aturan ini menerapkan secara penuh
anggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting), agar penggunaan
anggaran tersebut bisa dinilai kemanfaatan dan kegunaannya bagi masyarakat.
Berbagai penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya atau penelitian
terdahulu mengenai pengaruh anggaran yang diantaranya dilakukan oleh Pahursip
Poltak Theoderus tahun 2007 dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan
Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik dan Transparasi di
Pemerintah Kota yang terjadi pemaparan yang mendapatkan hasil signifikan
terhadap akuntabilitas publik dan transparasi dipemerintahan daerah kota yang
terjadi pemaparan. Indraswari Kusumaningrum Tahun 2010 dengan judul
penelitian Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,Pengendalian Akuntansi dan
Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang
melakukan penelitian pada Provinsi Jawa Tengah mendapatkan hasil penelitian
bahwa menunjukan pengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kiki
Kurniawan Tahun 2011 dengan judul penelitian Pengaruh Anggaran Berbasis
Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang melakukan
penelitian pada Wilayah Periangan mendapatkan hasil penelitian bahwa
menunjukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah yang terukur melalui tahapan siklus anggaran sesuai
dengan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu, dimulai
dari perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran,
pelaporan/pertanggungjawaban, dan evaluasi kinerja sehingga akan tercipta
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat digambarkan kerangka pemikiran
sebagai berikut :
Gambar 4.1
Kerangka Pemikiran
Pemerintah Kota Bandung
Kebiasaan Pemkot Bandung selama ini pengerjaan dan pembayaran di akhir tahun, sehingga selalu ada anggaran yang tidak terserap dan kegiatan yang tidak selesai.
Anggaran Berbasis Kinerja Akuntabilitas Kinerja
Anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja
4.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiono : 2011 : 64).
Dari pemaparan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
H1 : Penerapan anggaran berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah kota Bandung.
5. Metode Penelitian
5.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Moh. Nazir, 2008 : 84). Dalam
melakukan penelitian ini pengujian dilakukan menggunakan data primer yang
bersumber dari jawaban responden atas pertanyaan yang berhubungan
denganpenerapan anggaran berbasis kinerja dan akuntabiitas kinerja instansi
pemerintah. Peneliti menyebar kuesioner dengan cara memberikan kuesioner
secara langsung kepada responden dan menjelaskan penelitian secara ringkas,
serta menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebutkepada responden. Responden
diberi kesempatanuntuk memahami dan mengisi kuesioner sesuai dengan janji
yang telah disepakati dengan responden, setelah itu peneliti mengambil kuesioner
tersebut.Perolehan data dilakukan selama 4 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah kota Bandung yang pada akhirnya menghasilakan
suatu kesimpulan, hasil akhir penelitian merupakan verifikasi dari teori atau
hipotesis diterima atau ditolak.
5.2 Operasinalisasi Variabel
Sehubungan dengan judul penelitian yang diambil adalah
pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah kota Bandung, maka variabel dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Variable bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perusahaan atau timbulnya
variabel terikat (Sugiono, 2008). Dalam penelitian ini yang menjadi
variabelbebas adalah sebagai berikut : Variabel bebas dari penelitian
ini adalah penerapan anggaran berbasis kinerja (X).
2) Variable terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiono,2008). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah kota Bandung (Y).
Tabel 5.1
Operasional Variable
Variable Konsep variable Indikator Skala
(X)
Penerapan
Anggaran
Berbasis
Kinerja
Anggaran berbasis
kinerja adalah
anggaran yang disusun
dengan
menghubungkan
pengeluaran dan hasil
yang akan dicapai,
mengidentifikasi
input, output dan
outcome yang
dihasilkan oleh suatu
program dan kegiatan.
Dalam penerapan
anggaran berbasis
kinerja ada beberapa
tahapan yang harus
dilakukan, yaitu
perencanaan anggaran,
implementasi
anggaran,
1. Perencanaan Anggaran.
Perencanaan anggaran adalah
tahap estimasi pengeluaran
untuk pelakasanaan kegiatan
yang harus sesuai dengan
visi, misi, tujuan, sasaran, dan
kebijakan yang telah
dirumuskan dalam renstra
organisasi.
2. Implementasi/Pelaksanaan
Anggaran.
Selama tahap implementasi,
pimpinan instansi
bertanggung-jawab untuk
memonitor pelaksanaan
kegiatan, dan bagian
akuntansi melakukan
pencatatan atas penggunaan
anggaran (input)
Ordinal
Ordinal
pelaporan/pertanggun
gjawaban anggaran
dan evaluasi kinerja.
Sumber :
Abdul Halim
( 2007 : 177 )
dan outputnya dalam sistem
akuntansi keuangan.
3. Pelaporan/Pertanggung-
jawaban Anggaran.
Pelaporan dalam hal ini
mencakup besarnya alokasi
anggaran unit kerja, besarnya
anggaran yang telah
dikeluarkan beserta
pencapaian hasil kerja atau
kegiatan atau program yang
telah dilaksanakan.
4. Evaluasi Kinerja.
Evaluasi kinerja dilakukan
atas laporan kinerja,
pimpinan bisa ,melakukan
evalusi sehingga bisa
mengetahui dan menganalisis
upaya pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan,
manakala terjadi
penyimpangan atau hambatan
dalam implementasi
anggaran, maka pimpinan
bisa mengambil langkah atau
kebijakan untuk mengatasi
penyimpangan atau hambatan
tersebut.
(Y)
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
Akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah
adalah perwujudan
kewajiban suatu
instansi pemerintah
untuk
mempertanggungjawa
bkan keberhasilan dan
kegagalan
pelaksanaan misi
organisasi dalam
mencapai sasaran dan
tujuan yang telah
ditetapkan melalui
sistem
pertanggungjawaban
secara periodik.
Akurasi dan kelengkapan
informasi yang
berhubungan dengan cara-
cara mencapai sasaran
suatu program.
Kejelasan dari sasaran
kebijakan yang telah
diambil dan
dikomunikasikan
Kelayakan dan konsistensi
dari target operasional
maupun prioritas
Penyebarluasan informasi
mengenai suatu keputusan
melalui media massa
Akses publik pada
informasi atas suatu
keputusan setelah
Ordinal
keputusan dibuat dan
mekanisme pengaduan
masyarakat
Sistem informasi
manajemen dan
monitoring hasil
5.3 Jenis dan Metode Pengumpulan data
5.3.1 Jenis Data
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
berupa jawaban responden terhadap item-item pertanyaan yang terdapat dalam 5
(lima) instrumen penelitian, yaitu penerapan anggaran berbasis kinerja yang
diukur dengan empat variabel, yaitu (perencanaan anggaran, pelaksanaan
anggaran, pelaporan/pertanggungjawaban anggaran, evaluasi kinerja dan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah). Jenis data dalam penelitian ini berupa
jenis data subyek yang diperoleh berupa opini, sikap, pengalaman dan
karakteristik dari responden yang menjadi subyek penelitian.
5.3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya adalah :
a. Studi Pustaka
Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini diperoleh dari literatur-
literatur, majalah-majalah ilmiah, maupun tulisan-tulisan lainnya yang
berhubungan dengan penerapan anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah kota Bandung.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan langsung di instansi
pemerintah, dalam hal ini Pemerintah kota Bandung dengan melakukan
wawancara (interview) dengan pihak yang berkompeten terhadap data yang
diperlukan oleh penulis serta pengumpulan data yang dianggap relevan dengan
masalah penelitian.
5.4 Populasi dan Sampel
5.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dn karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008). Populasi
dalam penelitian ini adalah subjek yang berhubungan dengan Anggaran Berbasis
Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Bandung dari jabatan
terendah sampai jabatan yang tertinggi.
5.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2008). Teknik sampling merupakan teknik
pengambilan sampel.Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan
metode simple random Sampling. Menurut Sugiyono (2010:118) simple random
Sampling adalah Cara acak sederhana sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga setiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
tersebut. Pengambilan sampel dengan metode ini memungkinkan penulis
melakukan perhitungan statistik untuk menentukan hubungan kedua variabel yang
akan diteliti.
5.5. Perancangan Hipotesis
5.5.1. Analisis
Data Statistik
Penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner.
Penelitimenyebar kuesioner dengan cara memberikan kuesioner secara langsung
kepada responden dan menjelaskan penelitian secara ringkas, serta menjelaskan
cara pengisian kuesioner tersebut kepada responden.
5.5.2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variable independent dan variabel dependent atau keduanya terdistribusikan
secara normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas
adalah dengan melihat histogram maupun grafik. Dasar pengambilan keputusan
adalah:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
histograf menuju pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis
diagonal atau garis histograf tidak menunjukkan alpha distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
5.5.3 Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. (Ghozali,2009). Penelitian ini menggunakan uji Durbin-
Watson untuk mendeteksi masalah autokorelasi.
5.5.4. Analisis Regresi Linier Sederhana
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier sederhana. Analisa regresi dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
(Ghozali,2009). Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap
variable dependent akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Persamaan regresi
untuk menguji hipotesis adalah:
Ŷ= a + bX
(Prof. Dr. Sugiyono 2009)
Keterangan:
Ŷ = Subjek dalam variable dependen yang diprediksikan
a = Harga Y ketika harga X= 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variable dependen yang didasarkan pada perubahan variabel
independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) arah garis turun.
X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
5.5.5 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Dalam uji
validitas digunakan rumus product moment person.
Pengujianmenggunakantarafsignifikasi 0,05.kriteriasebagaiberikut :
· Jika r hitung>r table, maka instrument atau item pertanyaan berkolerasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
· Jika r hitung< r table, maka instrument atau item
pertanyaantidakberkolerasisignifikanterhadapskor total (dinyatakantidak
valid).
5.5.6 Uji Reliabilitas
Pengujian terhadap tingkat reliabilitas / keandalan dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak.
Instrument (kuesioner) yang reliable mampu mengungkapkan data yang dapat
dipercaya. Digunakan rumus Alpha Cronbach’s untuk pengujiannya. Hasil dari
perhitungan, suatu variabel dikatakan reliable jika nilai Alpha yang dihasilkan
memberi nilai Alpha > 0,60 (Ghozali, 2004 :42).
5.5.7 Uji Hipotesis
a. Uji f atau uji simultan
Tabel F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable bebas secara
bersama-sama terhadap variable terikat.Langkah–langkah untuk menguji hipotesa
dengan distribusi F :
1. Merumuskan hipotesa
Ho : ß1 = ß2 = 0, artinya secara bersama-bersama tidak ada pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : ß1 ≠ ß2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
2. Menentukan taraf nyata / level of significance
Taraf nyata/derajat keyakinan yang digunakan sebesar = 1%, 5%, 10%.
Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua , yaitu :
Df numerator = dfn = df1 = k – 1
Df numerator = dfn = df2 = n – k
Dimana :
Df = degree of freedom/ derajat kebebasan.
n = jumlah sampel
k = banyaknya koefisien regresi
3. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah dimana hipotesa 0 diterima
atau tidak.
H0, diterima apabila F hitung F tabel, artinya semua variable bebas
secara bersama-sama merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variable
terikat.
4. Menentukan uji statistik nilai F
Bentuk distribusi F selalu bernilai positif.
5. Mengambil keputusan
Keputusan bisa menolak H0 atau menerima H1. Nilai F tabel yang
diperoleh dibanding dengan nilai F hitung. Apabila F hitung lebih besar dari
F table, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.