sekularisasi ditinjau kembali digital ok layout 1 · studi-studi kasus agama dan politik 101 ... di...

93

Upload: hoangmien

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi
Page 2: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi
Page 3: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

BAGIAN II

Studi-studi Kasus Agama dan Politik

101

Democracy Project

Page 4: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

102

Democracy Project

Page 5: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

4

Teka-teki Sekularisasidi Amerika Serikat dan Eropa Barat

TERLEPAS DARI KEKAYAAN BUKTI-BUKTI TENTANG SEKULARISASI YANG TELAH

kami dokumentasikan dalam masyarakat-masyarakat pasca-industri,para kritikus dapat mengatakan bahwa kami masih tidak men -jelaskan berbagai anomali penting dalam pola-pola ini. Tantanganterkuat terhadap teori sekularisasi muncul dari para pengamatAmerika yang menyatakan bahwa klaim-klaim tentang jemaah-jemaah gereja yang terus terkikis di Eropa Barat sangat bertentangandengan kecenderungan-kecenderungan di Amerika Serikat (AS),paling tidak hingga awal 1990-an.1

Untuk mengkaji isu-isu ini, Bagian I menggambarkan bukti-buktisistematis dan konsisten yang menunjukkan berbagai variasi dalamreligiusitas di kalangan negara-negara pasca-industri, khususnyaperbedaan-perbedaan antara Amerika dan Eropa Barat. Bab iniberfokus pada negara-negara pasca-industri yang mirip, yaknisemua masyarakat yang makmur dan demokrasi-demokrasi mapan,yang sebagian besar (namun tidak semua) memiliki suatu warisanbudaya Kristen, meskipun jelas tetap terdapat kantong penting yangmembedakan Eropa Katolik dan Protestan. Semua negara inimerupakan perekonomian-perekonomian sektor-jasa pengetahuanyang secara umum memiliki tingkat pendidikan dan kemakmuranyang mirip, serta merupakan negara-negara demokratis yang stabildan mapan.2 Kerangka ini membantu mengontrol banyak faktor

103

Democracy Project

Page 6: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

104 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

yang mungkin dianggap membentuk pola-pola religiusitas, yangmemungkinkan kita untuk membandingkan mereka satu sama lain.Proses ini mempermudah kerangka komparatif “yang paling mirip”,dan dengan demikian membatasi, atau bahkan menghilangkan,sebagian dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan variasi-variasi dalam perilaku keagamaan. Bab ini mengkaji apakah AS—sebagaimana yang selama ini umum diyakini – memang merupakansuatu “pengecualian” di kalangan negara-negara kaya dalam halvitalitas kehidupan spiritualnya, atau apakah—seperti yang di -kemukakan Berger—Eropa Barat adalah “pengecualian” dalamsekularisasinya.3 Dengan dasar ini, Bagian II kemudian mengkajibukti-bukti untuk menguji teori-teori sekularisasi pasar keagamaan,fungsionalis, dan keamanan. Teori pasar keagamaan mempostulasi -kan bahwa kompetisi yang intens antara kelompok-kelompokkeagamaan yang saling bersaing menghasilkan gejolak aktivitas yangmenjelaskan vitalitas kehadiran para jemaah di gereja. Penjelasanfungsionalis berfokus pada merosotnya peran sosial dari institusi-institusi keagamaan, setelah berkembangnya negara kesejahteraandan sektor publik. Kami membandingkan bukti-bukti yang men -dukung penjelasan-penjelasan ini dengan teori sekularisasi ke -amanan, yang didasarkan atas modernisasi sosial, perkembanganmanusia, dan ketidaksetaraan ekonomi, yang menjadi inti buku ini.

Membandingkan Religiusitasdi Negara-negara Pasca-Industri

Kita dapat mulai dengan mengkaji bukti-bukti lintas-negara dalamkaitannya dengan bagaimana indikator-indikator religiusitas yangtelah kita bahas sebelumnya berlaku untuk negara-negara pasca-industri. Gambar 4.1 memperlihatkan pola dasar perilaku ke -agamaan, menunjukkan kontras-kontras penting antara kelompoknegara yang sejauh ini terbukti paling religius dalam perbandinganini, yang mencakup AS, Irlandia, dan Italia. Di ekstrem yang lain,negara-negara yang paling sekular mencakup Prancis, Denmark, danInggris. Terdapat suatu pola yang cukup serupa di antara keduaindikator perilaku keagamaan tersebut, yang menunjukkan bahwabaik bentuk partisipasi kolektif maupun individual cukup konsistendi tiap-tiap masyarakat. Oleh karena itu, meskipun agama di ASsangat khas di antara negara-negara kaya, tetap merupakan suatuhal yang menyesatkan untuk mengacu pada “eksepsionalisme”

Page 7: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Amerika – seperti yang ditegaskan banyak pihak – seolah-olah iamerupakan sebuah kasus yang menyimpang dari semua negarapasca-industri yang lain, karena kita bisa melihat berbagai ke -miripannya (AS) dengan Irlandia dan Italia.

Kontras-kontras yang menonjol di Eropa tersebut digambarkanlebih jauh dalam Gambar 4.2, yang memetakan Eropa Utara yangsekular dibandingkan dengan bertahannya kebiasaan-kebiasaankehadiran di gereja yang lebih reguler di Eropa Selatan, sertaperbedaan-perbedaan di Eropa Tengah dan Timur yang akan dikaji

Gambar 4.1.Perilaku Keagamaan di Negara-negara Pasca-Industri

CATATAN: Partisipasi keagamaan: P185: “Selain pernikahan, pemakaman, danpembabtisan, seberapa sering kira-kira anda menghadiri ibadah-ibadah keagamaanbelakangan ini? Lebih dari sekali seminggu, sekali seminggu, sekali sebulan, hanyapada hari raya-hari raya tertentu, sekali setahun, sangat jarang, tidak pernah atauhampir tidak pernah.” Rata-rata frekuensi kehadiran dalam ibadah-ibadah keaga-maan. Frekuensi berdoa? P199: “Seberapa sering anda berdoa kepada Tuhan di luaribadah-ibadah keagamaan? Apakah ... setiap hari (7), lebih dari sekali seminggu (6),sekali seminggu (5), setidaknya sekali sebulan (4), beberapa kali se tahun (3), sangatjarang (2), tidak pernah(1).” Rata-rata frekuensi per masyarakat.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia/Survei Nilai-nilai Eropa, gabungan 1981-2001.

Rend

ah —

Par

tisipa

si ke

agam

aan

— T

inggi

Rendah — Frekuensi berdoa — Tinggi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 105

Democracy Project

Kurang Religius

Budaya Keagamaan

∗ Timur

▲ Protestan

• Katolik Roma ______

Rsq = 0.8037

Sangat Religius

Page 8: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

dalam bab-bab berikutnya. Gap keagamaan “Utara-Selatan” di UniEropa tersebut jelas merupakan suatu teka-teki yang tidak bisadijelaskan hanya dengan proses perkembangan sosial, karena inisemua adalah negara-negara kaya. Penjelasan-penjelasan yang lebihmasuk akal mencakup kuatnya religiusitas dalam budaya-budayaProtestan dan Katolik sekarang ini, serta perbedaan-perbedaansosial dalam kesetaraan ekonomi. Kontras-kontras ini penting danjelas perlu diteliti dengan cermat.

Kecenderungan-kecenderungandalam Sekularisasi di Eropa Barat

Salah satu alasan bagi terdapatnya variasi-variasi lintas-negara inibisa jadi adalah bahwa sebagian besar masyarakat pasca-industri

Gambar 4.2. Partisipasi Keagamaan di Eropa

CATATAN: Partisipasi keagamaan: P185: “Selain pernikahan, pemakaman, danpembabtisan, seberapa sering kira-kira anda menghadiri ibadah-ibadah keagamaanbelakangan ini? Lebih dari sekali seminggu, sekali seminggu, sekali sebulan, hanyapada hari raya-hari raya tertentu, sekali setahun, sangat jarang, tidak pernah atauhampir tidak pernah.” Rata-rata frekuensi kehadiran dalam ibadah-ibadah ke aga-ma an. Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia/Survei Nilai-nilai Eropa, gabungan 1981-2001.

Partisipasi keagamaanRata-rata

106 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 9: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 107

Democracy Project

telah mengalami suatu pengikisan religiusitas yang kuat selama erapasca-perang, namun kecenderungan-kecenderungan ini terjadi darititik-titik tolak yang berbeda, dalam cara-cara yang berlainan,karena warisan historis dari institusi-institusi dan budaya-budayakeagamaan di tiap-tiap masyarakat. Bagaimana nasib akhir gerejasekarang ini pada umumnya sangat mungkin bergantung pada dimana mereka mulai.

Kami akan memperlihatkan bahwa bukti-bukti yang ada diEropa Barat secara konsisten dan jelas menunjukkan dua hal:keyakinan-keyakinan keagamaan tradisional dan keterlibatan dalamagama yang terlembagakan (i) sangat berbeda-beda dari satu negarake negara lain, dan (ii) terus-menerus mengalami kemerosotan diseluruh Eropa Barat, khususnya sejak 1960-an. Berbagai studi telahsering kali melaporkan bahwa banyak orang Eropa Barat sekarangini tidak lagi hadir di gereja secara reguler di luar waktu-waktukhusus seperti Natal dan Paskah, pernikahan dan pemakaman, suatupola yang terlihat terutama di kalangan kaum muda.4 Jagodzinskidan Dobbelaere, misalnya, membandingkan proporsi orang-orangyang hadir di gereja secara reguler (mingguan) di tujuh negaraEropa dari 1970 hingga 1991, yang didasarkan atas survei-surveiEurobarometer, dan menemukan suatu kemerosotan jemaah gerejayang dramatis selama periode ini di negara-negara Katolik yangdibandingkan (Belgia, Prancis, Belanda, Jerman Barat). Keseluruhantingkat ketidakterikatan dengan gereja mengalami peningkatan ter -besar di Prancis, Inggris, dan Belanda: “Meskipun saat dan rutenyaberbeda-beda dari satu negara ke negara lain,” ungkap kedua penulisitu, “kecenderungan umumnya cukup stabil: dalam jangka panjang,persentase mereka yang tidak-terikat [dengan gereja] meningkat.”5

Berbagai studi memberikan banyak bukti yang menegaskan pola-pola kemerosotan religiusitas yang mirip yang ditemukan di banyaknegara pasca-industri yang lain.6

Berbagai kecenderungan di beberapa dekade belakangan inimenggambarkan konsistensi proses sekularisasi tersebut terlepasdari indikator atau survei tertentu yang dipilih. Gambar 4.3 mem -perlihatkan merosotnya tingkat kehadiran reguler di gereja yangtelah terjadi di seluruh Eropa Barat sejak awal 1970-an.Kemerosotan tersebut paling kuat dan signifikan berlangsung dibanyak masyarakat Katolik, khususnya Belgia, Prancis, Irlandia,Luksemburg, Belanda, Portugis, dan Spanyol.7 Menyimpulkan,seperti yang dilakukan Greeley, bahwa agama “masih relatif tidakberubah” di negara-negara Katolik Eropa yang tradisional tampak

Page 10: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

merupakan suatu kemenangan harapan atas pengalaman, dan sangatbertentangan dengan bukti-bukti.8 Kontras-kontras yang menonjoldalam kuatnya kebiasaan-kebiasaan untuk hadir di gereja tetap jelas,katakanlah antara angka-angka partisipasi keagamaan sekarang inidi Irlandia dan Denmark. Namun, semua kecenderungan tersebutsecara konsisten menurun. Selain itu, kemerosotan religiusitastersebut tidak secara khusus terjadi di negara-negara Eropa Barat;kehadiran reguler di gereja juga menurun selama dua dekadeterakhir di negara-negara Anglo-Amerika yang makmur sepertiKanada dan Australia.9

Gambar 4.3. Partisipasi Keagamaan di Eropa Barat, 1970-1999

CATATAN: Persentase populasi yang mengatakan bahwa mereka menghadiri suatupelayanan keagamaan “setidaknya sekali seminggu” dan garis regresi dari kecen-derungan tersebut.

Sumber: The Mannheim Eurobarometer Trend File 1970-1999.

Belgia Denmark Prancis Inggris

gere

jage

reja

gere

jage

reja

Jerman Yunani Irlandia Itali

Luxemburg Belanda Norwegia Portugal

Spanyol

tahun

108 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 11: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 109

Democracy Project

Penafsiran lain atas pola-pola ini diberikan oleh mereka yangmenekankan bahwa kecenderungan-kecenderungan dalam kehadir -an di gereja menarik namun juga usang, karena religiusitas sekarangini telah berkembang dan menemukan kembali dirinya dalamberagam bentuk “spiritualitas” pribadi. Para pengamat seperti WadeClark Roof menyatakan bahwa keterlibatan kolektif dengan agamadalam kehidupan publik telah terkikis di Amerika di kalangangenerasi yang lebih muda. Alasan-alasan bagi hal ini antara lainadalah merosotnya status dan otoritas lembaga gereja dankependetaan tradisional, individualisasi pencarian akan spiritualitas,dan munculnya berbagai macam gerakan “New Age” yang berfokuspada “agama yang hidup”.10 Perkembangan-perkembangan ini di -contohkan oleh bangkitnya praktik-praktik spiritual alternatifseperti astrologi, meditasi, dan terapi-terapi alternatif, yang meliputiberagam brikolase keyakinan-keyakinan pribadi. Jika per kem bang -an-perkembangan yang serupa juga tampak di Eropa, akibatnyaketerlibatan publik dengan gereja bisa digantikan oleh suatupencarian “pribadi” atau “personal” akan spiritualitas dan maknahidup, yang menjadikan praktik-praktik, keyakinan-keyakinan dansimbol-simbol religiusitas kurang menonjol.11 Selain itu, di luarpola-pola kehadiran di gereja, berbagai kecenderungan dalamreligiusitas Eropa bisa dianggap sebagai sesuatu yang kompleks;Greeley, misalnya, menyatakan bahwa indikator-indikator keyakin -an subyektif di Eropa, yang dicontohkan oleh keyakinan padaTuhan atau hidup setelah mati, memperlihatkan suatu gambarancampuran selama dua dekade terakhir, dan bukan sekadar suatukemerosotan yang seragam: “Di beberapa negara, agama meningkat(terutama di bekas negara-negara komunis dan khususnya Rusia); dinegara-negara lain agama merosot (terutama di Inggris, Belanda,dan Prancis); dan di beberapa negara yang lain lagi agama relatiftidak berubah (negara-negara Katolik tradisional); dan di sebagiannegara yang lain lagi (beberapa negara sosial demokratik) agamamerosot sekaligus meningkat.”12 Melihat keberagaman itu, Greeleymenyarankan bahwa usaha sederhana untuk menemukan sekular -isasi hendaknya ditinggalkan, dan sebaliknya perhatian harus ber -fokus pada menjelaskan pola-pola lintas-negara tetap dan kuat,misalnya, mengapa orang-orang di Irlandia dan Italia secara kon -sisten lebih religius dibanding mereka yang hidup di Prancis danSwedia.

Namun kami menemukan bahwa, alih-alih dalam pola-pola yangberagam, satu alasan bagi merosotnya partisipasi keagamaan selama

Page 12: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

akhir abad ke-20 adalah kenyataan bahwa selama tahun-tahun inibanyak keyakinan spiritual umum memang mengalami pengikisanbesar di negara-negara pasca-industri. Dalam kenyataannya,terdapat suatu hubungan yang konsisten antara dimensi “publik”dan “privat” dari religiusitas. Hasil-hasil Greeley tersebut didasar -kan terutama pada analisa dari Program Survei Sosial Internasional,yang melakukan poling-poling opini tentang agama pada 1991 dan1998. Sayangnya, periode waktu survei ini terlalu terbatas untukmendeteksi perubahan longitudinal. Sebaliknya, di sini kami me -monitor kecenderungan-kecenderungan dalam keyakinan-keyakin -an keagamaan terhadap Tuhan dan hidup setelah mati selama 50tahun terakhir atau lebih dengan mencocokkan data survei dalampoling-poling Gallup mulai 1947 dengan data yang lebih baru dimana pertanyaan-pertanyaan yang sama diulangi lagi dalam SurveiNilai-nilai Dunia.

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pada 1947, delapan darisepuluh orang percaya pada Tuhan, di mana tingkat keyakinantertinggi terungkapkan di Australia, Kanada, AS, dan Brasil. Model-model regresi tersebut memperlihatkan suatu kemerosotan dalamkeyakinan pada Tuhan yang terjadi di semua negara kecuali duanegara (AS dan Brasil). Kemerosotan itu terlihat paling tajam dinegara-negara Skandinavia, Belanda, Australia, dan Inggris. Model-model regresi itu memperlihatkan suatu penurunan negatif diseluruh rangkaian tersebut, namun melihat rangkaian poin waktuyang terbatas (tujuh paling tinggi), tidak mengejutkan bahwakemerosotan tersebut hanya terbukti signifikan secara statistik dienam negara. Tabel 4.2 memperlihatkan pola-pola yang sangatmirip bagi keyakinan pada hidup setelah mati, di mana sekali lagipengikisan religiusitas subyektif terjadi di 13 dari 19 negara di manabukti-bukti tersedia. Kemerosotan terbesar selama periode 50 tahunyang dikaji tersebut tercatat di Eropa Utara, Kanada, dan Brasil, danpengecualian-pengecualian dari pola ini—di mana terjadi ke bang -kitan kembali keyakinan keagamaan—hanya di AS, serta Jepang danItalia.

Kecenderungan-Kecenderungandalam Religiusitas di AS

Berdasarkan pola-pola Eropa ini, banyak pengamat menganggap ASsebagai negara yang berada di luar pola-pola itu (outlier), meskipun

110 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 13: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Tabe

l 4.

1.K

eyak

inan

pad

a Tu

han

, 194

7-20

01

CA

TATA

N:

Prop

orsi

pub

lik y

ang

men

gung

kapk

an k

eyak

inan

pad

a Tu

han

(% “

Ya”)

dal

am 1

9 m

asya

raka

t. ”P

erub

ahan

” ad

alah

per

ubah

anda

lam

pro

pors

i dar

i pen

gam

atan

per

tam

a hi

ngga

tera

khir

dal

am r

angk

aian

ters

ebut

. Dal

am m

odel

reg

resi

ord

inar

y le

ast s

quar

es, t

ahun

sur

utda

lam

ran

gkai

an t

erse

but.

Beta

yan

g tid

ak-d

ista

ndar

kan

(b.)

mer

ingk

aska

n ke

mir

inga

n ga

ris

dan

sign

ifika

nsi s

tatis

tik (

Sig.

) da

ri p

erub

ahan

dala

m r

angk

aian

wak

tu (

P).

SEM

UA

-10

adal

ah m

ean

rata

-rat

a un

tuk

10 n

egar

a ya

ng d

iam

ati p

ada

1947

mau

pun

2001

. Su

mbe

r: I

ndek

s O

pini

Gal

lup

1947

“A

paka

h an

da s

ecar

a pr

ibad

i pe

rcay

a pa

da T

uhan

?” Y

a/T

idak

/Tid

ak T

ahu.

Ind

eks

Opi

ni G

allu

p19

68“A

paka

h an

da s

ecar

a pr

ibad

i per

caya

pad

a Tu

han?

” Ya

/Tid

ak/T

idak

Tah

u. I

ndek

s O

pini

Gal

lup

1975

“A

paka

h an

da s

ecar

a pr

ibad

i per

caya

pada

Tuh

an?”

Ya/

Tid

ak/T

idak

Tah

u. S

urve

i N

ilai-

Nila

i D

unia

/Sur

vei

Nila

i-N

ilai

Ero

pa19

81-2

001

“Apa

kah

anda

per

caya

pad

a Tu

han?

”Ya

/Tid

ak/T

idak

Tah

u. S

umbe

r ba

gi p

olin

g-po

ling

Gal

lup:

Lee

Sig

elm

an, 1

997,

“R

evie

w o

f th

e Po

lls:

Mul

tinat

ion

Surv

eys

of R

elig

ious

Be-

liefs

”, J

ourn

al f

or t

he S

cien

tific

Stu

dy o

f R

elig

ion

16(3

): 2

89-2

94.

111

Democracy Project

Page 14: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

dalam kenyataan bukti-buktinya tetap agak ambigu. Paling tidaksampai akhir 1980-an, analisa tentang kecenderungan-ke cen derung -an dalam kehadiran di gereja yang berasal dari catatan-catatansejarah dan dari survei-survei representatif umumnya melaporkanbahwa besarnya jemaah di AS tetap stabil selama berdekade-dekade.Sebagai contoh, studi-studi yang diterbitkan selama 1980-anmenunjukkan bahwa kehadiran di gereja Protestan tidak merosotsecara signifikan di AS; dan, meskipun kehadiran tersebut merosottajam di kalangan Katolik dari 1968 hingga 1975, hal itu tidakmerosot lebih jauh di tahun-tahun berikutnya.13 Rujukan standarpertama dari organisasi Gallup yang mengukur religiusitas menemu -kan bahwa pada Maret 1939, 40% dari orang Amerika dewasamelaporkan hadir di gereja minggu sebelumnya, suatu angka yangtepat sama yang diberikan Gallup lebih dari 60 tahun kemudian(pada Maret 2003).14

Namun berbagai kesulitan yang serius muncul dalam mendapat -kan perkiraan-perkiraan tentang kehadiran di gereja yang dapatdipercaya dari data survei. Woodberry dkk. membandingkan dataagregat tentang tingkat kehadiran di gereja di Amerika yang berasaldari penghitungan para partisipan dalam ibadah, dengan perkiraan-perkiraan yang ada tentang kehadiran di gereja yang dilaporkan-sendiri yang berasal dari survei-survei sosial. Mereka menyimpulkanbahwa angka-angka kehadiran di gereja yang dilaporkan sendiritersebut secara sistematik dan konsisten dilebih-lebihkan, yang di -sebabkan oleh bias desirabilitas sosial dalam hal kehadiran di gerejadalam budaya Amerika.15

Berbagai studi memperlihatkan bahwa prosedur-prosedur peng -organisasian opini oleh Gallup di atas bisa jadi telah secara sis -tematis melebih-lebihkan tingkat kehadiran di gereja karenakurangnya saringan terhadap aspek desirabilitas sosial dalampengukuran kehadiran di gereja (dan dengan demikian secara taksadar “memberi petunjuk” para responden). Hal itu juga terjadikarena tingkat penyelesaian sampel yang tidak representatif yangdidasarkan pada jumlah yang terbatas di dalam penilponan-kembalisecara acak dan penggantian responden.16 Data yang lain mem -perlihatkan bahwa perkiraan-perkiraan ini mungkin berlebihan;sebagai contoh, Survei Pemilihan Nasional Amerika (NES), yangdilakukan setiap 2 tahun sejak akhir 1950-an, memperlihatkanbahwa kehadiran mingguan di gereja tidak pernah naik melebihi25% di AS. Selain itu, ketika NES mengubah urutan pertanyaanuntuk memastikan desirabilitas sosial dari tidak hadir di gereja,

112 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 15: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

proporsi yang melaporkan bahwa mereka tidak pernah hadir digereja naik dari 12% menjadi 33% dan terus berada pada tingkat itudalam survei-survei berikutnya.17 Survei Sosial Umum AmerikaSerikat (GSS), yang dijalankan tiap tahun oleh NORC selama tigadekade terakhir, juga menunjukkan bahwa kehadiran di gerejamingguan di Amerika berkisar sekitar 25-30%, di mana ke -merosotan signifikan dalam kehadiran di gereja terjadi selamadekade terakhir. Menurut GSS tersebut, proporsi orang Amerikayang melaporkan bahwa mereka hadir di gereja paling tidak tiapminggu merosot menjadi seperempat dalam perkiraan terbaru,sementara pada saat yang sama proporsi yang mengatakan bahwamereka tidak pernah hadir di gereja berlipat menjadi seperlima darisemua warga Amerika (lihat Gambar 4.4).18

Tabel 4.2. Keyakinan pada Hidup Setelah Mati, 1947-2001

CATATAN: Proporsi publik yang mengungkapkan keyakinan pada hidup setelahmati (% “Ya”) dalam 19 masyarakat. “Perubahan” adalah perubahan dalam pro-porsi dari pengamatan pertama hingga terakhir dalam rangkaian tersebut. Rata-ratabagi delapan negara yang diamati baik pada 1941 dan pada 2001.Sumber: Data Sources: 1947-1975 Gallup Opinion Index. “Apakah anda percayapada hidup setelah mati?” Ya/Tidak/Tidak Tahu. S urvei Nilai-nilai Dunia/SurveiNilai-nilai Eropa 1981-2001 “Apakah anda percaya pada hidup setelah mati?”Ya/Tidak/Tidak Tahu. Sumber bagi poling-poling Gallup: Lee Sigelman, 1997, “Re-view of the Polls: Multination Surveys of Religious Beliefs,” Journal for the Scien-tific Study of Religion 16(3): 289-294.

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 113

Democracy Project

Page 16: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Gambar 4.4. Partisipasi Keagamaan di AS, 1972-2002

CATATAN: P: “Seberapa sering anda menghadiri ibadah keagamaan?” Tidakpernah/Paling tidak sekali seminggu atau lebih sering.Sumber: GSS Amerika Serikat 1972-2002 N. 43,204.

Berbagai indikator lain juga memperlihatkan bahwa partisipasikeagamaan tradisional mungkin telah merosot di AS, paralel dengankecenderungan-kecenderungan jangka panjang yang dialami diseluruh Eropa. Sebagai contoh, poling-poling Gallup mencatatsuatu kemerosotan sedang dalam proporsi warga Amerika yangmenjadi anggota sebuah gereja atau sinagog, menurun dari sekitartigaperempat (73%) populasi pada 1937 menjadi sekitar duapertiga(65%) pada 2001. GSS memonitor identitas-identitas keagamaandalam studi-studi tahunan selama tiga dekade terakhir. Merekamenemukan bahwa proporsi warga Amerika yang adalah orangsekular, yang melaporkan bahwa mereka tidak memiliki preferensiatau identitas keagamaan, terus menaik selama 1990-an (lihatGambar 4.5). Selama dekade ini, kemerosotan terbesar terjadi dikalangan orang-orang Protestan Amerika, sementara proporsi umatKatolik dalam populasi itu tetap cukup stabil, sebagian karenamasuknya gelombang imigran Hispanik dengan keluarga-keluarga

Paling tidak seminggu sekali atau lebih

Tidak pernah

▬ ▬ ▬ Tidak pernah ▬▬ Seminggu sekali atau lebih

114 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 17: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 115

Democracy Project

besar. Pada saat yang sama, perubahan-perubahan terjadi dikalangan kelompok-kelompok keagamaan dalam populasi ke agama -an di AS; sebagai contoh, banyak studi melaporkan bahwa jemaah-jemaah gereja evangelis baru telah memperluas keanggotaan merekadengan mengorbankan kelompok-kelompok keagamaan Protestan“garis-utama” seperti Gereja Metodis Bersatu, kalangan Presbi -terian, dan kalangan Episkopalian, sebagian karena perubahan-per -ubahan dalam populasi Amerika tersebut dan juga karena pola-polaimigrasi dari Amerika Latin dan Asia.19 Selain itu, bahkan ketika kitamemiliki perkiraan-perkiraan yang terpercaya tentang kehadiran digereja, Brian Wilson menegaskan bahwa sedikit hubungan yangmungkin ada antara praktik-praktik ini dan spiritualitas, misalnyaapakah kehadiran di gereja di Amerika memenuhi suatu kebutuhan

Gambar 4.5. Identitas Keagamaan di AS, 1972-2002

CATATAN: P: “Apa preferensi keagamaan anda? Apakah Protestan, Katolik, Yahudi,atau agama lain, atau tidak beragama?” Grafik di atas tidak menyertakan identitas-identitas keagamaan yang dianut oleh kurang dari tiga persen penduduk Amerika.Sumber: GSS Amerika Serikat 1972-2002 N. 43,532.

▬▬ Protestan ▬ ▬ ▬ Katolik ▬▬ Tidak beragama

Page 18: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

akan jaringan sosial dalam komunitas-komunitas lokal, dan apakahgereja-gerja AS telah berorientasi lebih sekular.20

Terlepas dari keseluruhan popularitas agama di AS tersebut, jugamerupakan suatu pernyataan yang berlebihan untuk mengatakanbahwa semua orang Amerika merasakan hal yang sama, karenaterdapat perbedaan-perbedaan sosial dan regional yang penting.Kalangan sekularis, misalnya, jauh lebih mungkin untuk hidup didaerah-daerah kota di Pantai Pasifik atau di Timurlaut, sertamengenyam pendidikan tinggi, lajang dan laki-laki. Sebaliknya,kalangan evangelis yang taat sangat mungkin hidup di kota-kotakecil atau daerah-daerah pedesaan, khususnya di Selatan dan Barattengah, serta berjenis kelamin perempuan dan menikah. Perbedaan-perbedaan regional ini terbukti penting bagi politik: pada pemilihanpresiden AS tahun 2000, misalnya, agama jelas merupakan alatprediksi paling kuat tentang siapa yang akan memilih George Bushdan siapa yang akan memilih Al Gore.21 Hasil pemilihan itu dengankuat mencerminkan perbedaan-perbedaan yang berakar kuat dalamopini dan nilai-nilai publik antara kalangan konservatif dan liberalmenyangkut isu-isu seperti persetujuan penggunaan hukuman mati,hak-hak reproduksi, dan homoseksualitas. Pola-pola regionaltersebut penting dan mungkin bahkan memunculkan dua budayayang berbeda di AS; sebagai contoh, Himmelfarb menyatakanbahwa satu budaya di Amerika adalah religius, puritan, berpusatpada keluarga, patriotik, dan konformis. Sementara yang satunyalagi sekular, toleran, hedonistik, dan multikultural. Menurutnya,budaya-budaya ini hadir besama dan saling menoleransi, sebagiankarena mereka menempati dunia yang berbeda.22

Kita dapat menyimpulkan bahwa AS tetap merupakan salah satunegara paling religius dalam kelompok negara-negara kaya, besertaIrlandia dan Italia, dan seperti yang terlihat sebelumnya hal inimenjadikan Amerika salah satu negara paling religius di dunia.Pentingnya nilai-nilai ini tampak jelas dalam praktik-praktik wargaAmerika, khususnya dalam kehidupan publik (bahkan sebelumpemerintahan Bush dan 9/11), terlepas dari pemisahan tegas antaragereja dan negara. Demikian juga, nilai-nilai budaya Amerika lebihindividualistik, lebih pratriotik, lebih moralistik, dan secara kulturallebih konservatif dibanding nilai-nilai di Eropa. Meskipun demi -kian, terdapat beberapa indikator bahwa kecenderungan-kecen -derungan sekular mungkin menguat di Amerika, paling tidak selamadekade terakhir, yang mungkin membawa AS sedikit lebih dekat keopini publik di Eropa Barat.

116 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 19: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Menjelaskan Variasi dalam Religiusitas: Model Pasar Keagamaan

Melihat adanya berbagai varaiasi penting dan konsisten dalamreligiusitas lintas-negara tersebut, apa yang menjelaskan hal inidengan paling baik? Teori pasar keagamaan menawarkan tantanganpaling penting dan kuat terhadap tesis sekularisasi tradisional.Penjelasan ini menyatakan bahwa faktor-faktor sisi-penawaran, ter -utama persaingan kelompok keagamaan dan peraturan negara ten -tang lembaga keagamaan, memengaruhi tingkat partisipasi keagama -an di AS dan Eropa. Seperti dibahas sebelumnya dalam pendahuluan,selama dekade terakhir banyak komentator Amerika secara antusiasmengajukan penjelasan ini, dan para pendukung utamanya termasukRoger Finke, Rodney Stark, Lawrence R. Iannaccone, William SimsBainbridge, dan R. Stephen Warner, meskipun penjelasan ini jugamendapatkan kritikan kuat.23 Teori-teori berbasis-pasar dalamsosiologi agama mengandaikan bahwa permintaan akan produk-produk keagamaan relatif konstan, yang didasarkan pada pahala-pahala akhirat yang dijanjikan oleh sebagian besar (meski tidaksemua) keyakinan.24 Tingkat-tingkat perilaku spiritual yang berbedayang tampak di berbagai negara dianggap disebabkan kurang olehpermintaan “bawah ke atas” melainkan lebih disebabkan oleh variasidalam tawaran keagamaan dari “atas ke bawah”. Kelompok-kelompok keagamaan bersaing untuk mendapatkan jemaah dengantingkat kekuatan yang berbeda. Gereja-gereja resmi dianggap sebagaimonopoli-monopoli kuat yang dengan mudah mendapatkan jemaahmereka, dan memiliki jatah pasar yang pasti karena peraturan dansubsidi negara bagi satu keyakinan tertentu yang memiliki status dankeistimewaan khusus. Sebaliknya, di mana terdapat pasar keagamaanyang bebas, persaingan yang bersemangat di antara gereja-gerejamemperluas pasokan “produk-produk” keagamaan, dan karena itumemobilisasi aktivisme keagamaan di kalangan publik.

Teori tersebut mengklaim sebagai suatu generalisasi universalyang dapat diterapkan pada semua keyakinan, meskipun bukti-buktiuntuk mendukung argumen ini didapat terutama dari AS dan EropaBarat. Persemaian berbagai macam gereja di AS, seperti Metodis,Lutheran, Presbiterian, dan gereja garis-utama Episcopalian, sertaSouthern Baptist Convention, Assemblies of God, Patecostal danHoliness di kalangan kelompok-kelompok keagamaan konservatif,dianggap telah memaksimalkan pilihan dan persaingan di antaraberbagai keyakinan, dan dengan demikian memobilisasi publik

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 117

Democracy Project

Page 20: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Amerika. Gereja-gereja Amerika dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan pasar, bergantung pada kemampuan mereka untukmenarik para pendeta dan sukarelawan, serta sumber daya finansialyang bersumber dari keanggotaan mereka. Persaingan dianggapmenghasilkan keuntungan-keuntungan tertentu, memunculkankeberagaman, merangsang inovasi, dan mendorong gereja untuksecara aktif merekrut jemaah dengan merespons permintaan-permintaan publik. Sebagai contoh, Studi Kongregasi Nasionalmenemukan bahwa gereja-gereja Amerika biasanya berusahamenarik jemaah baru dengan menawarkan beragam aktivitas sosial(atau “produk”) di luar layanan ibadah, termasuk pendidikan ke -agamaan, kelompok budaya dan seni, keterlibatan dalam komunitaspolitik, dan layanan-layanan kesejahteraan seperti dapur sop dankerjasama penjagaan bayi.25 Sebaliknya, seperti ditegaskan Starkedan Finke, sebagian besar negara Eropa menopang apa yang merekasebut “ekonomi religius sosial”, dengan subsidi negara bagi gereja-gereja resmi. Monopoli-monopoli keagamaan dianggap kuranginovatif, responsif dan efisien. Di mana kependetaan menikmatipenghasilan dan kedudukan yang pasti terlepas dari kinerja mereka,seperti di Jerman dan Swedia, hal itu dianggap akan menjadikanpara pendeta berpuas diri, malas dan lemah: “ketika orang kurangmemiliki kebutuhan atau motif untuk bekerja, mereka cenderungtidak bekerja, dan ... gereja-gereja yang disubsidi dengan demikianakan menjadi malas.”26 Finke dan Stark yakin bahwa jika “tawaran”gereja diperluas di Eropa melalui deregulasi (atau pencabutansubsidi), dan jika gereja-gereja lebih berusaha keras, maka hal inibisa jadi akan memunculkan kebangkitan kembali perilaku ke -agamaan publik (“Berhadapan dengan gereja gaya-Amerika, orang-orang Eropa akan merespon seperti yang dilakukan wargaAmerika”).27 Pendek kata, mereka menyimpulkan, “Sepanjangoraganisasi-organisasi bekerja lebih keras, mereka lebih berhasil.Apa lagi yang lebih jelas dari itu?”28

Memang, apa lagi? Namun, setelah perdebatan sengit ber -langsung pada dekade terakhir, bukti-bukti bahwa persaingan ke -agamaan memberikan suatu penjelasan yang masuk akal tentangpartisipasi keagamaan tetap kontroversial.29 Ada berbagai kritikyang bersifat teoretis dan empiris. Secara konseptual, Bryant mem-pertanyakan ketepatan model biaya-keuntungan tersebut, danpenggunaan metafor seperti “pasar,” “produk”, “komoditas”, dan“modal”, dalam analisa tentang agama.30 Dalam hal bukti-bukti,para komentator melihat berbagai kelemahan serius menyangkut

118 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 21: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

ukuran-ukuran yang umumnya digunakan untuk menakar tingkatpersaingan keagamaan. Sebagian besar studi menggunakan IndeksHerfindahl. Ukuran ini berasal dari ilmu ekonomi di mana IndeksHerfindahl adalah suatu ukuran tentang besarnya perusahaan dalamkaitannya dengan industri dan suatu indikator tentang besarnyapersaingan di antara mereka. Ukuran itu didefinisikan sebagaijumlah hasil perkalian penguasaan pasar (market share) dari masing-masing perusahaan. Ukuran itu bisa berkisar dari 0 sampai 1,bergerak dari berbagai macam perusahaan yang sangat kecil hinggasatu produsen tunggal yang monopolistik. Dalam ilmu ekonomi,penurunan dalam Indeks Herfindahl tersebut umumnya menunjuk -kan hilangnya kemampuan perusahaan untuk mengontrol harga danmeningkatnya persaingan, sedangkan peningkatan dalam Indekstersebut mengandaikan hal yang sebaliknya. Untuk mengukurfraksionalisasi atau pluralisme keagamaan, Indeks Herfindahldihitung menurut cara yang sama sebagai satu dikurangi jumlahperkalian persentase share populasi yang hadir di gereja yangdimiliki oleh masing-masing kelompok keagamaan di dalam suatuwilayah tertentu (apakah unit analisa itu adalah komunitas lokal,kota, wilayah, atau negara).31 Indeks pluralisme keagamaan tersebutmenggambarkan kemungkinan bahwa dua individu yang dipilihsecara acak dari suatu populasi masuk ke dalam kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda.32 Ia analog dengan IndeksPedersen tentang persaingan partai.33 Stark dan Finke menekankandua poin tentang ciri-ciri indeks ini: (1) efek “plafon” (ceiling effect)biasanya jelas terlihat, (2) dampak pluralisme pada partisipasi padadasarnya berbentuk kurva yang linear, sehingga pergeseran pertamadari monopoli keagamaan satu gereja ke persaingan yang lebih besardengan dua gereja atau lebih memunyai dampak penting padakehadiran di gereja, sementara efek-efek tersebut menjadi penuhpada tingkat-tingkat pluralisme berikutnya. Berbagai studi yangmenggunakan kumpulan data dan spesifikasi berbeda telahmembandingkan korelasi antara indeks pluralisme keagamaan itudan partisipasi keagamaan dalam wilayah geografis tertentu(biasanya komunitas-komunitas di AS), dan suatu koefisien regresipositif terlihat mendukung teori pasar keagamaan tersebut.

Namun meskipun umum digunakan dalam kepustakaan,terdapat banyak kesulitan dalam hal operasionalisasi konseppersaingan keagamaan tersebut, dan persoalan ini menjadi lebihparah dalam penelitian lintas-negara. Chaves dan Gorski melakukansuatu tinjauan mendalam dan menyeluruh atas kepustakaan tersebut

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 119

Democracy Project

Page 22: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

dengan mengkaji hasil-hasil dari 193 pengujian bukti-bukti, yangdiambil dari latar geografis dan historis yang berbeda, dari suatukumpulan 26 artikel yang diterbitkan tentang pokok-persoalan ini.Mereka menyimpulkan bahwa teori tersebut kurang memilikidukungan yang konsisten, karena sebagian studi menemukankorelasi yang sigifikan antara pluralisme keagamaan dan partisipasikeagamaan, sementara sebagian yang lain gagal memunculkanhubungan apa pun.34 Studi yang paling penting oleh Voas, Olson,dan Crockett menyimpulkan bahwa hubungan-hubungan apa punyang terlihat adalah palsu, dan bahwa asosiasi yang murnimatematis antara indeks pluralisme dan angka partisipasi keagama -an tersebut dapat menjelaskan baik korelasi yang positif maupunyang negatif. Studi itu menyimpulkan bahwa tidak ada bukti-buktiyang meyakinkan dari semua studi yang ada bahwa pluralismekeagamaan, yang diukur dengan Indeks Herfindahl tersebut, me -mengaruhi angka partisipasi di gereja.35

Unit analisa geografis yang tepat dalam literatur ini jugaproblematis. Teori sisi-penawaran awal tersebut memahami per -saingan keagamaan sebagai persaingan antara gereja-gereja yangberbeda dalam sebuah komunitas lokal tertentu, yang tergambarkanoleh peran gereja Baptis, Episcopal, dan Katolik di AS. Namun,begitu kita memperluas jangkaun perbandingan tersebut danmenjadikannya lintas-nasional, menjadi tidak jelas bagaimanapersaingan harus diukur. Sebagai contoh, apakah perbandinganutama hendaknya adalah persaingan di antara kelompok keagamaandan sekte-sekte yang berbeda, atau apakah kita harus berfokus padapersaingan di antara dan di kalangan beragam gereja, kuil, masjid,sinagog, dan pura yang mewakili semua agama besar dunia.

Bukti-bukti apa yang mendukung argumen bahwa persaingankeagamaan yang lebih besar memunculkan kehadiran di gereja yanglebih besar di AS dibanding di Eropa Barat? Finke dan Starkememberikan banyak contoh tentang berbagai keterbatasan tertentuyang dialami oleh banyak kelompok keagamaan dan keyakinan dinegara-negara Eropa Barat. Hal ini mencakup kasus-kasuskebebasan keagamaan yang terbatas, seperti gangguan yang dialamioleh Jehovah’s Witnesses di Portugis, Jerman, dan Prancis, danperaturan-peraturan hukum seperti status bebas-pajak yangmemberikan keuntungan fiskal positif bagi gereja-gereja resmi.36

Namun pendekatan ini tidak sistematis, dan suatu bias sistematismungkin muncul dari pemilihan kasus tertentu. Benar bahwa ASmemperlihatkan berbagai macam gereja dan kuil dalam banyak

120 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 23: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

komunitas, dan angka kehadiran di gereja dan religiusitas subyektifyang relatif tinggi, yang sesuai dengan teori tersebut. Namunanomali-anomali nyata dalam hubungan ini juga terlihat, khususnyatingkat kehadiran di gereja yang tinggi yang terlihat di Irlandia,Italia, Polandia, Kolombia, dan Venezuela, terlepas dari kenyataanbahwa Gereja Katolik mendominasi sebagai sebuah monopoli dinegara-negara ini.37

Bukti-bukti lintas-negara yang lebih sistematis tersedia dalamsebuah studi oleh Iannaccone, yang membandingkan kehadiran digereja di delapan negara Eropa Barat (tidak termasuk enam budayaKatolik yang dominan) dan empat demokrasi Anglo-Amerika.Analisa regresi menemukan hubungan yang signifikan dan sangatkuat antara tingkat pluralisme keagamaan di negara-negara ini (yangdiukur dengan Indeks Herfindahl) dan tingkat partisipasi ke -agamaan (angka kehadiran di gereja mingguan).38 Namun, tetaptidak jelas mengapa keenam budaya Katolik yang dominan di EropaSelatan dan Barat tidak dimasukkan dalam perbandingan ini. Smith,Sawkins, dan Seaman membandingkan 18 masyarakat dengan ber -dasar pada survei agama dalam Program Survei Sosial Internasional(1991) dan melaporkan bahwa pluralisme keagamaan terkait secarasignifikan dengan partisipasi keagamaan reguler.39 Namun ke -pustakaan tersebut tetap terbelah menyakut isu ini karena studi-studi lintas-negara yang lain melaporkan hasil-hasil yang tidakkonsisten dengan tesis sisi-penawaran tersebut. Sebagai contoh,Verweij, Ester, dan Nauta melakukan suatu perbandingan lintas-negara dengan menggunakan Survei Nilai-nilai Eropa 1990 di 16negara. Mereka menemukan bahwa terlepas dari spesifikasi modeltersebut, pluralisme keagamaan di suatu negara tertentu, yangdiukur dengan Indeks Herfindahl itu, merupakan alat prediksi yangtidak signifikan mengenai tingkat partisipasi keagamaan, apakah halitu diukur berdasarkan angka kehadiran di gereja atau keanggotaandi gereja. Sebaliknya, tingkat regulasi negara sangat penting,demikian juga budaya keagamaan yang dominan dan tingkatmodernisasi sosial.40 Penelitian oleh Bruce, yang membandingkanreligiusitas di negara-negara Nordik dan Baltik, juga menyimpulkanbahwa kecenderungan-kecenderungan dalam ketaatan keagamaanbertentangan dengan sejumlah proposisi utama teori sisi-penawar -an.41 Bukti-bukti empiris yang mendukung tesis sisi-penawarantersebut mengalami serangan serius, karena kesimpulan-kesimpulandari sebagian besar studi oleh Stark dan Finke mengandungkesalahan pengkodean; terdapat sebuah negatif 1 dalam formula

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 121

Democracy Project

Page 24: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

tersebut dan bukan positif 1 Penggunaan Indeks Herfindahl dalamsituasi khusus ini menghasilkan artifak metodologis yang mengarahkepada pemerian dukungan atas semua kesimpulan (teori) sisi-penawaran dalam data AS.42 Meskipun demikian, terlepas darikelemahan-kelemahan penting dalam bukti-bukti empiris ini, teorisisi-penawaran memberikan suatu perspektif alternatif yang terbukabagi pengujian dengan indikator-indikator yang menghindariproblem-problem di atas.

Dengan mengabaikan dorongan normatif yang kuat dariargumen dan konsep teori sisi-penawaran, yang berasal dari ilmuekonomi pasar bebas, proposisi-proposisi apa yang muncul daripenjelasan ini yang terbuka bagi pengujian lintas-negara yangsistematis dengan bukti-bukti empiris? Kita dapat membandingkan

Tabel 4.3. Keamanan Manusia, Pasar Keagamaan dan Religiusitasdalam Masyarakat-masyarakat Pasca-Industri

CATATAN: Korelasi-korelasi sederhana Pearson (R) tanpa kontrol sebelumnya dansignifikansi mereka (Sig.): *P = 0,05 level; **P = 0,01 level (2-tailed). PluralismeKeagaman: Indeks Herfindahl (lihat teks untuk pembuatan dan data tersebut)(Alesina 2000). Peraturan negara tentang agama: Skala diukur oleh Mark Chavesdan David E. Cann (1992). Indeks Kebebasan Keagamaan: Lihat Lampiran C untukdetail-detail pembuatan skala ini. Skala kebebasan keagamaan Freedom House,2001; tersedia online di: www.freedomhouse.org. Indeks Perkembangan Manusia,2001: United National Development Program, 2003, World Development Report,New York: UNDP/Oxford University Press; tersedia online di: www.undp.org.Koefisien GINI ketidaksetaraan ekonomi: WDI: Bank Dunia, World DevelopmentIndicators, 2002, Washington DC; tersedia online di: www.worldbank.org.

122 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 25: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 123

Democracy Project

empat indikator yang berlainan untuk menguji model pasar ke -agamaan itu, dengan hasil-hasil yang diringkaskan dalam Tabel 4.3.Sekali lagi, salah satu indikator mungkin mengandung kelemahan,karena keterbatasan-keterbatasan data atau kesalahan pengukuran,namun jika semua hasil dari ukuran-ukuran independen tersebutmenunjuk pada arah yang umumnya konsisten, maka hal ini mem -berikan kepercayaan yang lebih besar pada hasil-hasil itu.

Pluralisme Keagamaan

Jika teori sisi-penawaran di atas benar, maka pluralisme keagamaandan regulasi negara tentang agama dapat dipastikan penting dalammemprediksi angka kehadiran di gereja di masyarakat-masyarakatpasca-industri: negara-negara dengan persaingan tinggi di antaraberagam gereja keagamaan pluralis, kelompok-kelompok keagama -an, dan keyakinan-keyakinan seharusnya memunyai partisipasikeagamaan tertinggi.43 Pluralisme keagamaan di sini diukurberdasarkan Indeks Herfindahl dengan menggunakan data tentangpopulasi keagamaan besar yang berasal dari EncyclopaediaBritannica Book of the Year 2001, yang telah dibahas sebelumnya,yang disusun oleh Alesina dkk.44 Indeks pluralisme keagamaantersebut dianggap sebagai indikator Herfindahl standar bagi masing-masing negara, yang memonitor fraksionalisasi dalam tiap-tiapmasyarakat, dan berkisar dari nol hingga satu. Ini adalah ukuranstandar yang digunakan oleh teoretisi-teoretisi sisi-penawaran, dandengan demikian tepat untuk menguji klaim-klaim mereka. Namun,satu kualifikasi penting harus dinyatakan berkenaan dengan unitperbandingan, karena studi ini mengukur pluralisme keagamaandalam keyakinan-keyakinan besar dunia pada level sosial, yangdiperlukan bagi penelitian lintas-negara. Meskipun demikian, hal iniberarti bahwa kita tidak bisa mengukur persaingan di antaraorganisasi-organisasi keagamaan yang mewakili beragam kelompokkeagamaan dan sekte-sekte di tingkat lokal atau regional, dan dalamkonteks AS, persaingan dipahami sebagai sesuatu yang mencermin -kan kecenderungan berbagai gereja yang bersaing dalam sebuahkomunitas—apakah Baptis, Episkopal, Lutheran, atau Methodis—untuk menarik jemaah.

Berlawanan dengan prediksi-prediksi teori sisi-penawaran,korelasi-korelasi antara pluralisme keagamaan dan perilakukeagamaan semuanya terbukti tidak signifikan dalam masyarakat-masyarakat pasca-industri, dengan distribusi yang digambarkan

Page 26: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

dalam Gambar 4.6. Hasil-hasilnya tidak memberikan dukungan bagiklaim tentang suatu hubungan signifikan antara pluralismekeagamaan dan partisipasi keagamaan, dan hal ini benar terlepasdari apakah perbandingan tersebut berfokus pada frekuensikehadiran dalam layanan-layanan ibadah atau frekuensi berdoa.45

Di kalangan masyarakat-masyarakat industri, AS adalah suatupengecualian dalam hal kombinasinya antara angka pluralismekeagamaan yang tinggi dan partisipasi keagamaan: teori tersebutmemang cocok dengan kasus AS, namun persoalannya adalahbahwa teori itu gagal bekerja di tempat lain. Diagram di bawah inimemperlihatkan bahwa negara-negara berbahasa Inggris yang lainmemiliki tingkat pluralisme keagamaan yang mirip, namun dinegara-negara ini jauh lebih sedikit orang yang secara teratur hadirdi gereja. Selain itu, dalam masyarakat-masyarakat Katolik pasca-industri, hubungan tersebut malah terbalik, dengan partisipasitertinggi yang ada di Irlandia dan Italia, di mana gereja menikmatimonopoli keagamaan, dibandingkan dengan Belanda dan Prancisyang lebih pluralis, di mana kebiasaan-kebiasaan hadir di gereja jauhlebih lemah. Hal ini juga bukan hanya karena perbandinganmasyarakat-masyarakat pasca-industri tersebut: perbandinganglobal di semua negara menegaskan bahwa tidak terdapat hubunganyang signifikan antara partisipasi dan pluralisme keagamaan dikalangan masyarakat-masyarakat yang lebih luas di seluruh dunia.

Tentu saja penjelasan itu selalu dapat diperbaiki denganmenyatakan bahwa apa yang perlu diperhatikan bukannya per -saingan di antara keyakinan-keyakinan besar, karena orang-orangjarang berpindah agama secara langsung, melainkan persaingan dikalangan atau di dalam kelompok-kelompok agama tertentu, karenaorang lebih mungkin berpindah ke gereja-gereja tertentu dalamrumpun yang sangat terkait. Proposisi ini akan memerlukanpengujian pada level komunitas dengan bentuk-bentuk data yanglain, pada tingkat detail kelompok keagamaan yang lebih baikdibanding yang ada dalam sebagian besar survei sosial dan bahkandalam sebagian besar data sensus. Meskipun demikian, jika klaim-klaim teori awal itu diperbaiki, hal ini akan sangat membatasipenerapannya pada penelitian lintas-negara. Terlepas dari ke -pustakaan yang begitu luas yang mendukung teori sisi-penawaranitu, yang didasarkan pada ukuran pluralisme keyakinan danpartisipasi keagamaan yang digunakan dalam studi ini, tidak adadukungan empiris yang ditemukan di sini bagi penjelasan ini.

124 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 27: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Regulasi Negara dan Kebebasan Beragama

Sebuah versi alternatif dari teori pasar keagamaan memprediksibahwa partisipasi juga akan termaksimalkan ketika terdapat suatupemisahan konstitusional yang kuat antara negara dan gereja, yangmelindungi kebebasan beragama dan beribadah serta toleransikelompok-kelompok keagamaan yang berbeda, tanpa kekanganterhadap sekte-sekte dan keyakinan-keyakinan tertentu. Ini adalahsalah satu penjelasan bagi eksepsionalisme Amerika yang di -kemukakan oleh Lipset, yang menyatakan bahwa pemisahan gerejadan negara yang telah sangat lama terjadi di AS memberi otonomiyang lebih besar bagi gereja dan memungkinkan beragamkesempatan bagi orang-orang untuk berpartisipasi dalam agama.46

Gambar 4.6. Religiusitas dan Pluralisme

CATATAN: Indeks Pluralisme Keagamaan (Alesina 2002). Partisipasi keagamaan:P185: “Selain pernikahan, pemakaman, dan pembabtisan, seberapa sering kira-kiraanda menghadiri ibadah-ibadah keagamaan belakangan ini? Lebih dari sekali semi-nggu, sekali seminggu, sekali sebulan, hanya pada hari raya-hari raya tertentu,sekali setahun, sangat jarang, tidak pernah atau hampir tidak pernah.” Rata-ratafrekuensi kehadiran dalam ibadah-ibadah keagamaan.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1981-2001.

Rend

ah —

Par

tisipa

si ke

agam

aan

— T

inggi

Rendah — Pluralisme Keagamaan — Tinggi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 125

Democracy Project

Budaya Keagamaan

∗ Timur

■ Islam

▼ Ortodoks

▲ Protestan

• Katolik Roma

Page 28: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Terdapat tiga indikator untuk menganalisa hubungan ini: (i) Regulasi negara menyangkut agama diukur oleh Mark Chaves

dan David E. Cann di 18 negara pasca-industri. Skala enam-pointersebut dikelompokkan dengan menggunakan data yang ada padaWorld Christian Encyclopedia (1982) dengan berdasar pada apakahtiap-tiap negara memiliki karakteristik-karakteristik berikut atautidak:

• Terdapat satu gereja negara yang secara resmi ditunjuk;• Terdapat pengakuan resmi negara terhadap beberapa kelompok

keagamaan, namun tidak yang lain;• Negara mengangkat atau menyetujui pengangkatan para

pemimpin gereja; • Negara secara langsung membayar gaji personil gereja; • Terdapat sistem pengumpulan pajak gereja; • Negara secara langsung mensubsidi—di luar keringanan pajak

semata—operasi, pemeliharaan, atau biaya-biaya gereja.47

(ii) Hasil-hasil ini dapat dicek-silang dengan Indeks KebebasanAgama, yang dibahas dalam Bab 2. Indeks ini disusun denganmengkoding 20 item yang terdapat dalam Lampiran C, yang men -cakup indikator-indikator seperti peran negara dalam mensubsidigereja, kepemilikan negara atas properti gereja, syarat-syaratpendaftaran bagi organisasi-organisasi keagamaan, pengakuankonstitusional terhadap kebebasan beragama, dan pembatasanterhadap kelompok-kelompok keagamaan, kultus-kultus, atausekte-sekte tertentu. Skala 20-item tersebut distandarkan hingga100 poin, demi kemudahan penafsiran, dan kemudian dikodekansehingga skor yang lebih tinggi menggambarkan kebebasan ke -agamaan yang lebih besar.

(iii) Terakhir, kita juga dapat membandingkan hasil-hasil darianalisa singkat tentang kebebasan keagamaan yang dihasilkan setiaptahun oleh Freedom House.48 Kriteria survei yang digunakan olehorganisasi ini mengembangkan sebuah skala tujuh-poin yangdidasarkan pada Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil danPolitik, Deklarasi PBB tentang Penghapusan Semua BentukKetidaktoleranan dan Diskriminasi Berdasarkan Agama atauKeyakinan, Konvensi Eropa tentang Hak-Hak Asasi Manusia.Survei tahunan tersebut mendefinisikan kebebasan keagamaanberdasarkan tiga komponen utama. Pertama, hal itu merujuk padakebebasan badan-badan tertentu, majelis-majelis peribadatan,

126 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 29: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

organisasi-organisasi kemanusiaan, lembaga-lembaga pendidikan,dan sebagainya. Kedua, kebebasan keagamaan merujuk padakebebasan bagi praktik-praktik keagamaan individu tertentu, sepertiberdoa, beribadah, berpakaian, pernyataan keyakinan, dan diet.Terakhir, hal itu merujuk pada hak-hak asasi manusia secara umum,sejauh semua itu mencakup badan-badan keagamaan, individu-individu dan aktivitas-aktivitas tertentu.

Namun, bertentangan dengan teori sisi-penawaran, hasil-hasildari korelasi-korelasi sederhana dalam Tabel 4.3 memperlihatkanbahwa tidak ada hubungan signifikan antara indikator-indikatorkebebasan keagamaan ini dan tingkat perilaku keagamaan. Selainitu, pola ini ditemukan baik dalam perbandingan negara-negarapasca-industri maupun dalam perbandingan global semua negara dimana data tersedia. Kita akan kembali mengkaji isu ini secara lebihmendetail dalam bab berikutnya, saat membandingkan religiusitasdi Eropa Tengah dan Timur, karena warisan historis dari perannegara Komunis dalam mendukung atheisme negara dan menindasgereja memberikan suatu pengujian kasus yang lebih kuat dibandingdemokrasi-demokrasi Barat. Terdapat banyak alasan mengapa orangberpikir bahwa meluasnya toleransi dan kebebasan beribadah yanglebih besar, yang mempermudah persaingan di antara lembaga-lembaga keagamaan, mungkin sangat kondusif bagi aktivitaskeagamaan yang lebih besar di kalangan publik. Namun sejauh inikumpulan bukti-bukti yang menggunakan beragam indikator gagalmendukung klaim-klaim sisi-penawaran.

Teori-teori Fungsional dan Peran SosialInstitusi-institusi Keagamaan

Seperti dibahas sebelumnya, penjelasan fungsionalis klasik alternatifpada awalnya berasal dari sosiologi agama Émile Durkheim yangsangat berpengaruh. Bagi kaum fungsionalis, publik perlahanmeninggalkan gereja ketika masyarakat terindustrialisasi karenaproses diferensiasi dan spesialisasi fungsional, di mana peranmenyeluruh gereja dalam hal pendidikan, kesehatan, dankesejahteraan secara bertahap digantikan oleh institusi-institusi lainyang menawarkan berbagai macam layanan publik. Selama masapertengahan, misalnya, seminari-seminari melatih para pendeta,balai pengobatan, dan para ahli obat untuk merawat orang sakit,dan rumah-rumah bantuan memberikan tempat berlindung bagi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 127

Democracy Project

Page 30: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

orang-orang miskin. Melalui pencabutan subsidi dan berkembang -nya sekolah-sekolah yang didanai negara, gereja kehilanganmonopoli pendidikan mereka dan dengan demikian juga kemampu -an mereka untuk membentuk, menanamkan, dan membiasakankaum muda pada kebiasaan-kebiasaan dan keyakinan-keyakinankeagamaan. Gereja masih tetap menjalankan sekolah dan pantiasuhan, namun karyawan mereka menjadi terdidik, bersertifikat,dan bertanggungjawab pada badan-badan profesional dan parapejabat negara yang berada di luar kontrol gereja. Universitasmenjadi tempat pengetahuan ilmiah, ketrampilan teknis, danpendidikan profesional. Dalam hal kesehatan, keyakinan-keyakinanabad pertengahan pada pengobatan magis, penyembuhan homeo -patik, dan pengobatan-pengobatan spiritual secara bertahap di -gantikan oleh kepercayaan pada rumah sakit modern, pembedahan,dan penyembuhan berdasar obat-obatan yang telah mengalamipengujian dengan berbagai eksperimen dan pengesahan oleh paraahli profesional, serta staf medis yang terdidik. Bahkan fungsi-fungsipenting lain gereja untuk menyediakan jaringan sosial dan komuni -kasi dalam komunitas-komunitas lokal, menerapkan hukumansosial, dan memelihara lembaga perkawinan dan keluarga, terkikisoleh berkembangnya saluran-saluran komunikasi massa, serta olehperubahan adat-istiadat yang mengatur hubungan tradisional dalamkeluarga, perkawinan dan pendidikan anak. Pemisahan yangsemakin kuat antara gereja dan negara di seluruh Eropa berartibahwa legitimasi dan kekuasaan otoritas-otoritas spiritual di zamanpertengahan digerogoti oleh munculnya negara legal-birokratisdalam masyarakat industri, dan kemudian oleh pemerintahan-pemerintahan yang terpilih secara demokratis.49 Sebagai akibatdiferensiasi kelembagaan – di mana organisasi-organisasi alternatifmenjalankan berbagai macam fungsi dalam hal pendidikan dankesehatan—maka meskipun masih ada beberapa peran moral atauspiritual bagi gereja, peran sosial lembaga-lembaga keagamaandianggap telah sangat berkurang dalam kehidupan masyarakat.

Jika argumen ini benar, maka partisipasi keagamaan seharusnyapaling melemah dalam masyarakat-masyarakat pasca-industri dimana peran kesejahteraan sosial lembaga-lembaga keagamaanhampir sepenuhnya digantikan oleh layanan-layanan publik bagikesehatan, pendidikan, dan keamanan sosial yang disediakan olehsektor negara, dan memang terdapat beberapa bukti yang men -dukung argumen ini.50 Untuk mengkaji bukti-bukti di sini kita bisamembandingkan persepsi publik tentang berbagai fungsi dan

128 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 31: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

kompetensi otoritas keagamaan. Survei Nilai-nilai tersebutmenanyai orang-orang apakah setuju atau tidak setuju denganpernyataan-pernyataan berikut ini: “Secara umum, apakah menurutanda otoritas keagamaan di negara anda memberikan jawaban yangmemadai terhadap...

• Persoalan dan kebutuhan moral individu. • Persoalan kehidupan keluarga.• Kebutuhan-kebutuhan spiritual orang-orang.• Persoalan-persoalan sosial yang dihadapi negara kita sekarang

ini.”

Ini ukuran yang tidak sempurna dari pandangan tentang perangereja, karena respons-responsnya mungkin lebih terkait dengankinerja dan kompetensi kependetaan, dan tidak mencerminkansikap terhadap peran nyata lembaga-lembaga keagamaan itu sendiri.Kompetensi dan legitimasi bisa tetap berbeda; sebagai contoh,terdapat pola-pola yang mapan menyangkut seberapa jauh publikAmerika tidak menyukai Kongres sebagai sebuah lembaga, danseberapa jauh mereka sering kali menyetujui wakil terpilih tertentudari distrik mereka sendiri. Namun jika, seperti yang diandaikanoleh kaum fungsionalis, peran kelembagaan gereja dalam masya -rakat industri maju digantikan oleh proses diferensiasi kelembagaandan munculnya negara kesejahteraan, maka kami berharap bahwapersepsi tentang peran sosial dari otoritas keagamaan akan terkikisdengan paling kuat oleh proses ini, sedangkan peran spiritual danmoralnya tetap tak tersentuh. Kita dapat menganalisa bukti-buktiitu dengan membandingkan seberapa jauh masyarakat agraris,industri, dan pasca-industri berbeda dalam hal persepsi tentangperan moral, spiritual, keluarga, dan sosial dari otoritas-otoritaskeagamaan.

Tabel 4.4 menegaskan bahwa persepsi tentang peran otoritaskeagamaan memang paling kuat, seperti diperkirakan, dalammasyarakat-masyarakat agraris, di mana sekitar tiga perempat ataulebih publik menganggap bahwa otoritas-otoritas keagamaanmemainkan suatu peran moral, spiritual, keluarga dan sosial yangpenting. Sebaliknya, dalam masyarakat pasca-industri, antarasepertiga dan setengah dari publik setuju dengan peran moral,spiritual, dan keluarga yang penting dari gereja. Namun pada saatyang sama dukungan yang lebih kuat terungkapkan dalammasyarakat pasca-industri bagi peran otoritas-otoritas keagamaan

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 129

Democracy Project

Page 32: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

dalam menangani “persoalan-persoalan sosial yang dihadapi negarakita sekarang ini” (didukung oleh 58% responden) ketimbang dalamkemampuan mereka untuk menangani “kebutuhan-kebutuhanspiritual masyarakat” (didukung hanya oleh 34% responden). Inikebalikan dari apa yang diharapkan jika peran gereja dalam filan -tropi, pendidikan, dan kesehatan terkikis dengan paling kuat olehmodernisasi sosial, sebagaimana diklaim oleh argumen-argumenkaum fungsionalis. Ukuran-ukuran yang lebih langsung diperlukan– yang mengkaji pandangan tentang legitimasi peran otoritas-otoritas keagamaan dibandingkan dengan jenis-jenis pemimpin yanglain – untuk menganalisa isu ini secara lebih men dalam. Namundata yang tersedia yang digunakan di sini tampak tidak memberikandukungan langsung bagi argumen fungsionalis tersebut.

Peran Keamanan dan Ketidaksetaraan Ekonomi

Penjelasan-penjelasan yang telah kita ulas, baik teori pasar ke agama -an sisi-penawaran maupun argumen-argumen fungsional tradisi -onal, dengan demikian hanya memberikan wawasan yang terbatasmenyangkut keberagaman partisipasi keagamaan yang ditemukan dinegara-negara kaya. Ringkasnya, di negara-negara pasca-industritidak ada dukungan empiris yang kita kaji yang bisa menjelaskan

Tabel 4.4. Pandangan tentang Fungsi Otoritas-otoritas Keagamaan

CATATAN: “Secara umum, apakah anda menganggap bahwa otoritas keagamaandi negara anda memberikan jawaban yang memadai terhadap.. • Persoalan dan kebutuhan moral individu. • Persoalan kehidupan keluarga.• Kebutuhan-kebutuhan spiritual orang-orang.• Persoalan-persoalan sosial yang dihadapi negara kita sekarang ini.”(Ya/Tidak) Persentase yang setuju. Sumber: Data Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1981-2001.

130 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 33: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 131

Democracy Project

mengapa beberapa negara kaya jauh lebih religius dibanding yanglainnya, dan studi itu gagal menentukan hubungan signifikan antarapola-pola perilaku keagamaan dan indikator-indikator pluralismekeagamaan, kebebasan keagamaan, dan pandangan tentang fungsigereja. Namun, tentu saja, hal ini masih menyisakan pertanyaan bagikita yang telah kita kemukakan pada awal bab ini: mengapabeberapa masyarakat seperti AS dan Irlandia lebih religius dalamkebiasaan dan keyakinan mereka dibanding negara-negara Baratlain yang sama-sama memiliki warisan budaya Kristen?

Jawaban kita bersandar pada argumen-argumen yang sama yangtelah kita kembangkan secara mendetail untuk menjelaskan variasi-variasi lintas-negara di seluruh dunia, yakni pola-pola keamananmanusia dan, khususnya, kondisi-kondisi ketidaksetaraan sosio-ekonomi. Apa yang penting bagi kerentanan, ketidakamanan danrisiko sosial yang kita percaya mendorong religiusitas bukan hanyatingkat sumber daya ekonomi nasional, melainkan juga distribusimereka. Berkembangnya negara kesejahteraan di negara-negaraindustri memberikan jaminan berbagai sektor publik terhadapberbagai risiko terburuk penyakit dan usia tua, kemiskinan dankemelaratan, sementara skema-skema asuransi pribadi, kerjayayasan-yayasan derma nirlaba, dan akses ke sumber-sumber dayafinansial telah membawa keamanan di negara-negara pasca-industri,dan juga mengurangi peran vital agama dalam kehidupan orang-orang. Bahkan negara-negara yang relatif makmur memilikiberbagai kantong kemiskinan lama, apakah itu para pengangguranAfrika-Amerika yang hidup di kota-kota Los Angeles dan Detroit,para pekerja kebun di Sisilia, atau Bangladesh, atau Pakistan, sertapara imigran India di Leicester dan Birmingham. Populasi-populasiyang paling berisiko di negara-negara industri antara lain kaummanula dan anak-anak, perempuan orangtua tunggal kepala rumahtangga, orang-orang cacat, tunawisma, dan para pengangguran,serta kaum minoritas etnik. Jika kita benar bahwa perasaan rentanmendorong religiusitas, bahkan di negara-negara kaya, maka hal iniseharusnya jelas dengan membandingkan tingkat-tingkat ketidak -setaraan ekonomi di seluruh masyarakat, serta dengan melihat padaseberapa jauh religiusitas paling kuat di kalangan sektor-sektormasyarakat yang lebih miskin.

Kita dapat menganalisa distribusi sumber daya ekonomi dimasyarakat-masyarakat pasca-industri dengan membandingkankoefisien GINI, diukur oleh Bank Dunia dalam tahun terakhir yangtersedia, yang mengukur tingkat di mana distribusi pendapatan di

Page 34: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

antara rumah tangga-rumah tangga dalam suatu masyarakatmenyimpang dari distribusi yang sepenuhnya setara. Koefisien GINItersebut berkisar dari kesetaraan sempurna (0) sampai ketidak -setaraan sempurna (100). Tabel 4.3 menunjukkan bahwa IndeksPerkembangan Manusia gagal memprediksikan berbagai variasidalam tingkat perilaku keagamaan di negara-negara pasca-industri.Hal ini tidak mengejutkan karena semua negara ini sangat maju.Namun tingkat ketidaksetaraan ekonomi yang diukur oleh koefisienGINI tersebut terbukti secara kuat dan signifikan terkait dengankedua bentuk perilaku keagamaan, khususnya dengan kecen derung -an untuk terlibat dalam religiusitas individual melalui berdoa.Gambar 4.7 menggambarkan hubungan ini; menurut kami,religiusitas sebagian besar warga AS sangat tinggi, karena negara inijuga merupakan salah satu masyarakat pasca-industri yang palingtidak setara, dalam perbandingan. Tingkat ketidakamanan ekonomiyang relatif tinggi dialami oleh banyak sektor dari masyarakat AS,terlepas dari kemakmuran Amerika, yang disebabkan oleh pe ne kan -an budaya pada nilai-nilai tanggung jawab pribadi, pencapaianindividu, dan kecurigaan pada pemerintahan yang gemuk, yangmembatasi peran pelayanan-pelayanan publik dan negara ke-sejahteraan untuk hal-hal dasar seperti jaminan kesehatan yangmencakup semua populasi pekerja. Banyak keluarga Amerika,bahkan di kalangan kelas menengah yang profesional, menghadapirisiko pengangguran, bahaya sakit tiba-tiba tanpa asuransi medispribadi yang memadai, kerentanan menjadi korban kejahatan, danpersoalan pembiayaan untuk perawatan jangka-panjang paramanula. Warga Amerika menghadapi kekhawatiran yang lebih besardibanding warga negara di negara-negara industri maju yang laindalam hal apakah mereka akan tercakup dalam asuransi medis,apakah mereka akan dipecat begitu saja, atau apakah mereka akandipaksa untuk memilih antara kehilangan pekerjaan mereka danmencurahkan diri mereka bagi anak baru mereka.51 Budaya ke -pengusahaan dan penekanan pada tanggung jawab pribadi telahmembawa kemakmuran besar, namun salah satu akibatnya adalahbahwa AS memiliki ketidaksetaraan pendapatan yang lebih besardibanding negara-negara industri maju yang lain.52 Berdasarkanperbandingan, terlepas dari perubahan belakangan ini, negara-negara Skandinavia dan Eropa Barat tetap merupakan sebagian darimasyarakat-masyarakat yang paling egaliter, dengan suatukumpulan layanan kesejahteraan yang sangat luas, termasukjaminan kesehatan yang menyeluruh, layanan-layanan sosial, dan

132 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 35: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

pensiun.53 Seperti yang ditunjukkan oleh Gill dan Lundgaarde (akanterbit), tingkat pengeluaran kesejahteraan yang tinggi memper -lihatkan suatu hubungan yang sangat negatif dengan kehadiran digereja—bahkan dengan mengontrol urbanisasi, kemelekhurufan,pluralisme keagamaan, dan indikator-indikator modernisasi yanglain.

Jika argumen ini hanya bersandar pada perbandingan-perbandingan lintas-negara, maka tentu saja ini akan terlalu ter -batas, karena beragam ciri lain membedakan Eropa Barat dan AS.Namun bukti-bukti tersebut juga dapat dikaji pada tingkat individudengan melihat pada seberapa jauh distribusi pendapatan terkaitdengan perilaku keagamaan. Pola-pola dalam Gambar 4.8 mem per -lihatkan bahwa religiusitas pada tingkat individu secara sistematis

Gambar 4.7. Religiusitas dan Ketidaksetaraan Ekonomi

CATATAN: Seberapa sering berdoa? p199: “Seberapa sering anda berdoa kepadaTuhan di luar ibadah-ibadah keagamaan? Apakah ... setiap hari (7), lebih dari sekaliseminggu (6), sekali seminggu (5), setidaknya sekali sebulan (4), beberapa kali se-tahun (3), sangat jarang (2), tidak pernah (1). Rata-rata frekuensi per masyarakat.Ketidaksetaraan ekonomi diukur dengan koefisien GINI, tahun terbaru, BankDunia 2002.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1981-2001.

Rend

ah —

Seb

erap

a se

ring

berd

oa?

— T

inggi

Rendah — Ketidaksetaraan ekonomi – Tinggi

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 133

Democracy Project

Budaya Keagamaan

∗ Timur

▲ Protestan

• Katolik Roma ______

Rsq = 0.3765

Page 36: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

terkait dengan distribusi kelompok-kelompok pendapat an dalammasyarakat-masyarakat pasca-industri: si miskin hampir dua kalilebih religius dibanding si kaya. Pola-pola yang mirip dapatditemukan di AS (lihat Gambar 4.9); sebagai contoh, 2/3 (66%) darikelompok pendapatan yang paling kurang mampu berdoa setiaphari, dibandingkan dengan 47% kelompok pendapatan tertinggi.

Tidak ada satu pun indikator yang memadai pada dirinya sendiri

Gambar 4.8. Religiusitas berdasarkan Pendapatan di Masyarakat-masyarakat Pasca-Industri

CATATAN: Persentase publik yang berdoa setiap hari dan yang menganggap agamasangat penting berdasarkan desile kelompok pendapatan rumahtangga (meng hit-ung semua gaji, upah, pensiun, dan pendapatan-pendapatan lain, sebelum pajakdan pengurangan-pengurangan lain) dalam masyarakat-masyarakat pasca-industri.Sumber: Studi Nilai-Nilai Dunia, gabungan 1981-2001.

134 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Agama sangat penting

Berdoa setiap hari

▬▬ Berdoa setiap hari ▬ ▬ ▬ Agama sangat penting

RendahTinggi

Page 37: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

untuk menegaskan atau meyangkal tesis sekularisasi tersebut. Dankarena pilihan ukuran-ukuran dan konsep-konsep tertentu tetapterbuka untuk dipertanyakan, berbagai studi menggunakan periode-periode waktu dan kerangka perbandingan lintas-negara alternatif,dan kita sering kali kekurangan bukti-bukti jangka panjang yangakan lebih meyakinkan. Namun kumpulan bukti-bukti dalammasyarakat pasca-industri yang disajikan di sini berfungsi untuk

Gambar 4.9. Religiusitas berdasarkan Pendapatan di AS

CATATAN: Kecenderungan-kecenderungan linear dalam persentase publikAmerika yang berdoa setiap hari dan yang menganggap agama sangat pentingmenurut desile kelompok pendapatan rumah tangga (menghitung semua gaji, upah,pensiun, dan pendapatan-pendapatan lain, sebelum pajak dan pengurangan-pengu-rangan lain).Sumber: Studi Nilai-nilai Dunia, gabungan 1981-2001.

TEKA-TEKI SEKULARISASI DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA BARAT 135

Democracy Project

Agama sangat penting

Berdoa setiap hari

▬▬ Berdoa setiap hari ▬ ▬ ▬ Agama sangat penting

RendahTinggi

Page 38: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

memperkuat pola-pola lebih luas yang diberikan dalam bab-babsebelumnya. Sekularisasi bukanlah suatu proses yang deterministik,namun ia masih merupakan salah satu proses yang secara umumdapat diramalkan, dengan berdasarkan pengetahuan tentangbeberapa fakta tentang tingkat perkembangan manusia dankesetaraan sosio-ekonomi di tiap-tiap negara. Terlepas dari berbagaimacam kemungkinan faktor penjelas yang dapat dimasukkan dalamgambaran tersebut—mulai dari struktur kelembagaan, pembatasan-pembatasan negara terhadap kebebasan beribadah, peran historisdari hubungan negara-gereja, hingga pola-pola persaingankelompok keagamaan dan gereja—tingkat keamanan individu dansosial dalam suatu masyarakat tampak memberikan penjelasan yangpaling meyakinkan dan sederhana. Namun apakah penjelasan inimasih tetap berlaku di tempat lain, pun di dunia Muslim? Kita akanmenguji tesis ini.***

136 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 39: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

5

Kebangkitan Agama di Eropa Pasca-Komunis?

APAKAH PROSES MEROSOTNYA PERAN AGAMA YANG TERJADI DI NEGARA-negara pasca-Komunis mirip dengan proses sekularisasi yangdialami di Eropa Barat? Atau, seperti yang diandaikan teori sisi-penawaran, apakah pada dekade terakhir terjadi suatu kebangkitankembali religiusitas di wilayah ini, setelah runtuhnya komunisme?Kepustakaan yang ada terbelah menyangkut isu-isu ini, sebagiankarena berbagai keterbatasan bukti-bukti yang ada menjadikan sulituntuk memecahkan perdebatan ini. Seperti yang dikatakan seorangkomentator, negara-negara bekas Komunis tersebut tidak tertarikmengumpulkan statistik-statistik resmi menyangkut afiliasikeagamaan dan kehadiran di gereja selain keterangan-keteranganyang akan digunakan untuk menghancurkannya.1 Survei yangsekali-kali dijalankan selama masa Soviet tidak didasarkan padasampel-sampel nasional yang representatif. Selama periode ini,respons-respons terhadap pertanyaan-pertanyaan survei tentangreligiusitas bisa jadi juga telah tercemari oleh ketakutan akanhukuman pemerintah. Sebagai akibatnya, sebelum awal 1990-an,kita kurang memiliki survei-survei lintas-negara yang dapatdipercaya, yang memungkinkan kita untuk membandingkankecenderungan-kecenderungan jangka panjang dalam sikap danperilaku keagamaan. Di antara 27 negara Eropa pasca-Komunisyang ada sekarang ini, Hungaria merupakan satu-satunya negara

137

Democracy Project

Page 40: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

yang dimasukkan dalam Survei Nilai-nilai Dunia 1981, meskipunGelombang kedua yang dilakukan selama awal 1990-an mencakupselusin negara pasca-Komunis; Gelombang ketiga selama per tengah -an 1990-an mencakup 22 negara, dan Gelombang keempat selama1999-2001 mencakup 14 negara. Dengan tidak adanya survei-survei representatif yang dapat dipercaya selama era Komunis yangakan memungkinkan kita untuk mengkaji kecenderungan dariwaktu ke waktu, kami berpikir bahwa cara alternatif terbaik untukmeneliti berbagai kecenderungan jangka panjang adalah mengkajisurvei-survei yang dijalankan selama 1990-an dengan menggunakanperbandingan-perbandingan generasi, yang didasarkan pada asumsibahwa sikap-sikap terhadap agama yang ditanamkan selama tahun-tahun pertumbuhan suatu generasi tertentu akan meninggalkanjejak yang mendalam pada tahun-tahun berikutnya. Jika kita me -nemukan perbedaan-perbedaan antar-generasi yang substansial dinegara-negara tertentu, semua itu mengandaikan (meskipun tidakmembuktikan) arah di mana kecenderungan-kecenderungan yangada bergerak. Di mana perbedaan-perbedaan lintas-negara yangpenting tampak, seperti perbedaan-perbedaan antara Rumania yangrelatif religius dan Estonia yang relatif sekular, maka kita perlumeneliti sebab-sebabnya pada tingkat sosial, serta mengkaji peranfaktor-faktor seperti peraturan negara tentang lembaga-lembaga ke -agamaan, dan dampak indikator-indikator perkembangan manusia.

Perdebatan Sekularisasi versus Sisi-Penawaran

Teori-teori sekularisasi (sisi-permintaan) dan pasar keagamaan (sisi-penawaran) telah digunakan untuk menjelaskan berbagai per kem -bangan di wilayah itu, namun studi-studi sebelumnya tidak mampumemecahkan mana yang paling didukung bukti-bukti empiris. Disatu sisi, tesis sekularisasi tradisional mengandaikan bahwareligiusitas perlahan terkikis di Eropa Tengah dan Timur dari satudekade ke dekade berikutnya, karena alasan-alasan yang sama yangberlaku dalam masyarakat-masyarakat industri yang lain. Secarakhusus, keutamaan Nilai-nilai keagamaan dan kebiasaan hadir digereja diharapkan akan terkikis saat sebuah masyarakat mengalamitransisi jangka panjang dari masyarakat agraris yang lebih miskin kenegara industri yang lebih makmur. Kebijakan-kebijakan sosial diUni Soviet menekankan perluasan negara kesejahteraan, keamanankerja, dan akses yang tersebar luas terhadap layanan-layanan publik

138 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 41: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

dalam hal kesehatan, perumahan, bantuan bagi pengangguran,pengasuhan anak, dan pensiun. Negara menanamkam investasi yangbesar untuk memperluas akses ke sekolah-sekolah dan universitas-universitas, sehingga pada awal 1980-an tingkat partisipasi dalampendidikan tinggi di negara-negara blok Soviet hanya sedikit dibelakang negara-negara Barat.2 Represi resmi terhadap agamadiharapkan memperkuat faktor-faktor ini, meskipun dampaknyasangat berbeda dari satu negara ke negara yang lain: di Polandia,misalnya, usaha-usaha yang dipimpin Soviet untuk menindas agamabersifat kontra-produktif, yang menjadikan masyarakat Polandiauntuk memperkuat keterikatan mereka pada agama sebagai suatucara untuk memelihara identitas Polandia mereka. Setelah runtuh -nya komunisme, kecenderungan ke arah sekularisasi yang terkaitdengan pembangunan seharusnya terus berkembang di negara-negara yang mengalami transisi demokrasi yang berhasil, sepertiPolandia, Hungaria, dan Republik Ceko, dan hubungan-hubunganeksternal yang lebih aman di mana negara-negara tersebut menjaditerintegrasi ke dalam Uni Eropa dan NATO. Dalam masyarakat-masyarakat pasca-Komunis tersebut, di mana kehidupan orang-orang secara bertahap menjadi lebih aman selama akhir abad ke-20,sebuah versi sederhana dari tesis modernisasi akan menjadikan kitamengharapkan suatu hubungan yang linear antara usia dan Nilai-nilai keagamaan (seperti arti penting yang dilekatkan pada agama),serta antara usia dan partisipasi keagamaan (seperti kehadirandalam ibadah-ibadah keagamaan dan doa harian): dalam keduakasus tersebut, kami berharap menemukan bahwa kaum mudakurang religius dibanding kaum tua. Sebaliknya, agama diharapkanakan tetap kuat di kalangan kaum muda maupun tua di masyarakat-masyarakat agraris pasca-Komunis yang masih miskin dan kurangmaju (seperti Albania, Moldova, dan Azerbaijan), karena alasan-alasan yang sama yang berlaku pada masyarakat-masyarakatberpenghasilan rendah lain di seluruh dunia. Negara-negara sepertiTurkmenistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan di Asia Tengah meng -alami kemunduran selama 1990-an, dengan perekonomian yangdicirikan oleh sejumlah besar petani, industri manufaktur berat yangrapuh, pertumbuhan negatif, kesehatan dasar yang buruk, rata-rataharapan hidup yang menurun, ketidaksetaraan sosial, dan kemiskin -an yang tersebar luas (dengan Pendapatan Kotor Nasional per kapitadi bawah $5.000 pada tahun 2000).

Dukungan bagi tesis sekularisasi tradisional dapat ditemukandalam kepustakaan tersebut. Sebagai contoh, Need dan Evans

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 139

Democracy Project

Page 42: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

membandingkan pola-pola religiusitas pada 1993-1994 di sepuluhmasyarakat pasca-Komunis yang mereka kelompokkan sebagaiKatolik (Republik Ceko, Hungaria, Polandia, Lithuania, Slovakia)dan Ortodoks (Belarus, Bulgaria, Rumania, Rusia, dan Ukraina).Diuji dengan model-model regresi usia linear dan logged (kurvalinear), studi tersebut melaporkan bahwa angka partisipasi gerejabiasanya menunjukkan suatu pola penurunan linear ketika sese -orang berpindah dari generasi yang lebih tua ke yang lebih muda,tepat sebagaimana diandaikan oleh teori sekularisasi.3 Studi-studikasus kualitatif juga mendukung temuan-temuan ini; Borowikmenyatakan bahwa runtuhnya Uni Soviet membawa suatupergeseran radikal di Eropa Tengah dan Timur ketika posisi legalgereja berubah secara dramatis, di mana rezim-rezim yang barumengakui kebebasan beragama sebagai hak-hak asasi manusiadasar.4 Di Rusia, Belarus, dan Ukraina, jumlah orang-orang yangmenyatakan keyakinan mereka pada Tuhan dan kesetiaan merekapada tradisi Ortodoks naik dalam jangka pendek, segera setelahruntuhnya komunisme, namun studi tersebut menemukan bahwakomitmen terhadap Gereja, dan tingkat praktik keagamaan, di sanasekarang ini sama rendahnya seperti di sebagian besar masyarakatsekular Eropa Barat. Borowik menyimpulkan bahwa gambaranreligiusitas sekarang ini di negara-negara ini, di mana atheismeditanamkan selama bertahun-tahun, tetap cukup mirip dengangambaran di Eropa Barat, di mana sekularisasi berkembang secaraspontan. Kaariainen juga menyimpulkan bahwa suatu kebangkitankeagamaan yang singkat terjadi di Rusia pada awal 1990-an, namunsetelah itu situasi menjadi stabil. Pada akhir 1990-an, ia menemukanbahwa hanya satu per tiga dari populasi Rusia menganggap dirimereka sebagai orang-orang beriman, sementara mayoritas populasitetap acuh tak acuh terhadap agama. Lebih jauh, karena warisanatheis mereka, sebagian besar orang hanya memiliki pengetahuansepintas lalu tentang keyakinan-keyakinan Ortodoks umum, danbanyak orang juga percaya pada astrologi, ilmu magis, reinkarnasi,dan sebagainya. Gereja Ortodoks Rusia tersebut tetap dihormati,namun hanya minoritas orang yang menggambarkan diri merekasebagai Ortodoks. Terlepas dari jumlah gereja dan paroki yangsemakin besar di negara tersebut, Kaariainen menemukan bahwawarga Rusia pergi ke gereja kurang sering dibanding warga Eropayang lain.5 Sebagian komentator juga menegaskan bahwa bentuk-bentuk baru spiritualitas “individual” di luar gereja mulai tumbuh diEropa Tengah dan Timur.6

140 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 43: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Jika proses sekularisasi tersebut terkait dengan perkembanganmanusia dan keamanan eksistensial, seperti yang diperlihatkanbukti-bukti yang disajikan sebelumnya dalam buku ini, maka kitamungkin mengharapkan pengikisan religiusitas jangka panjang disebagian besar masyarakat pasca-Komunis lebih kompleks di -bandingkan yang diandaikan oleh versi sederhana dari teorimodernisasi. Ketika standar-standar kehidupan secara bertahap naikdi wilayah ini, hal ini akan cenderung mengikis religiusitas secarabertahap di masing-masing kelompok kelahiran, seperti yangdiandaikan oleh teori sekularisasi tradisional. Di sisi lain, merosot -nya standar-standar hidup dan hilangnya negara kesejahteraan yangterjadi selama dekade terakhir akan membuat kita mengharapkansuatu kebangkitan religiusitas jangka pendek di masyarakat-masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya disegmen-segmen populasi yang lebih rentan seperti para manulayang hidup dengan bersandar pada uang pensiun yang semakinberkurang, sementara terjadi hiperinflasi pada makanan dan hargabahan bakar. Perasaan ketidakamanan eksistensial yang tersebar luasjuga didorong oleh pengenalan mendadak pasar bebas neo-liberal,yang menghasilkan resesi besar, yang membuat jutaan pekerja sektorpublik kehilangan pekerjaan; dan di mana tabungan-tabunganrumah tangga terancam oleh hiperinflasi (seperti di Azerbaijan danBelarus); serta di mana stabilitas politik dan kepemimpinanpemerintah dicemari oleh berbagai skandal korupsi atau krisisperbankan; dan di mana konflik etnik semakin memburuk atau dimana keamanan dalam negeri terancam oleh gerakan-gerakan pe -misahan diri, seperti yang terjadi dalam konflik Chechnya.7 Dalamkasus yang paling dramatis, pecahnya bekas republik Yugoslaviamengakibatkan pecahnya perang saudara berdarah di Bosnia-Herzegovina, memperkuat identitas-identitas etno-religius danmenonjolnya religiusitas di kalangan-kalangan Katolik, Ortodoks,dan Muslim yang hidup bersama di wilayah Balkan. Teorisekularisasi yang didasarkan pada keamanan eksistensial dengandemikian memprediksikan bahwa proses modernisasi sosial diEropa pasca-Komunis akan cenderung menghasilkan suatu ke -merosotan linear religiusitas jangka panjang dalam masing-masingkelompok kelahiran, dan bahwa transformasi bertahap ini akancenderung diimbangi oleh faktor-faktor jangka pendek yang terkaitdengan runtuhnya komunisme. Dengan demikian (1) sekularisasihanya terjadi di negara-negara Eropa Tengah dan Timur yang telahmengalami suatu proses jangka panjang perkembangan manusia dan

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 141

Democracy Project

Page 44: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

kesetaraan ekonomi, (2) sekularisasi paling jelas terlihat di sektor-sektor sosial yang paling aman dan makmur, dan juga (3) negara-negara tertentu di wilayah itu sangat mungkin mengalami suatukebangkitan kembali religiusitas jangka pendek jika keadaan-ke -adaan setelah runtuhnya komunisme menghasilkan suatu perasaanterkikisnya keamanan eksistensial.

Bertentangan dengan penafsiran ini, suatu rangkaian perkiraanyang sangat berbeda dihasilkan oleh teori-teori sisi-penawaran pasarkeagamaan. Bukti-bukti yang dikaji sebelumnya menghamparkansuatu keraguan serius pada kemampuan teori ini untuk menjelaskanberbagai variasi di Eropa Barat, namun sangat mungkin bahwapenjelasan ini memberikan suatu kasus yang lebih meyakinkandalam keadaan-keadaan yang berlaku di negara-negara pasca-Komunis. Teori sisi-penawaran menegaskan bahwa pola-polareligiusitas di negara-negara pasca-Komunis ditentukan oleh peranorganisasi-organisasi keagamaan yang secara aktif bersaing mem -perebutkan “keyakinan dan perasaan”, dan khususnya tingkatregulasi negara terhadap gereja. Selama masa Soviet, organisasi-organisasi keagamaan dikekang atau dibatasi secara kuat di sebagianbesar negara Eropa Tengah dan Timur, di mana partai Komunis“Tak-Bertuhan” secara aktif mempromosikan keyakinan-keyakinandan praktik-praktik atheis.8 Agama tidak dihancurkan, namunsangat dibatasi di sebagian besar masyarakat ini.9 Bubarnya UniSoviet dan runtuhnya komunisme membawa suatu perubahan besardalam hubungan antara negara dan gereja, di mana kebebasanberagama mulai secara resmi diakui sebagai hak dasar manusia danberbagai macam kelompok keagamaan menjadi bebas untukbersaing memperebutkan pengikut. Jika kebijakan atheisme dibawah negara Soviet tersebut membatasi religiusitas, maka kitamungkin meng harapkan suatu pola kurva linear dari perbedaan-perbedaan usia dalam religiusitas. Kita mungkin mengharapkanuntuk menemukan suatu kurva berbentuk-U, di mana religiusitasrelatif kuat di kalangan generasi yang lebih tua yang tumbuh dalammasyarakat-masyarakat pra-Komunis, dan juga kelompok termudayang tumbuh dalam keadaan-keadaan yang lebih liberal, sementaragenerasi usia menengah akan terbukti paling kurang religius. Hal inidapat diuji dengan melihat apakah usia paling kuat terkait denganindikator-indikator religiusitas dalam bentuk linear (monoton) ataulogged (kurva linear).

Beberapa studi telah mendeteksi dukungan bagi tesis ini; sebagaicontoh, Greeley membandingkan opini publik terhadap agama di

142 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 45: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

sembilan negara bekas Komunis, yang sebagian besar berada diwilayah Baltik dan Eropa Tengah (Rusia, Hungaria, Slovenia,Slovakia, Jerman Timur, Polandia, Latvia, Bulgaria, dan RepublikCeko), yang berasal dari analisa Program Survei Sosial Internasional1991 dan 1998.10 Greeley menemukan bahwa keyakinan-keyakinanKristen umum, sepeti kepercayaan pada Tuhan dan pada rein kar -nasi, sangat tersebar luas di wilayah ini. Ia menyatakan bahwaperbandingan-perbandingan generasi dalam hal keyakinan-keyakinan ini memperlihatkan suatu kurva linear berbentuk-U, dimana kalangan yang paling tua dan generasi pasca-1960-an lebihmungkin mengungkapkan keyakinan pada Tuhan dibandingkalangan usia menengah. Greeley menyimpulkan bahwa suatukebangkitan dalam keyakinan-keyakinan keagamaan terjadi dikalangan generasi yang lebih muda di wilayah itu, khususnya diRusia, meskipun ia mengakui bahwa hal ini, sejauh ini, tidak disertaidengan naiknya kehadiran di gereja. Dimensi-dimensi perilakureligius yang lain, termasuk afiliasi pada Gereja Ortodoks danketerlibatan dalam ibadah, tetap relatif rendah dan memperlihatkansuatu pengikisan yang jelas pada masing-masing kelompokkelahiran.11 Studi lain oleh Froese juga menyimpulkan bahwa teorisisi-penawaran tersebut sesuai dengan kasus-kasus Hungaria,Polandia, dan Jerman Timur, di mana kebangkitan keagamaan ter -jadi setelah kemerdekaan, yang menurutnya didorong oleh bangkit -nya organisasi-organisasi gereja.12

Faktor-faktor lain yang Relevan

Perdebatan antara para teoretisi sekularisasi (sisi-permintaan) danpara pembela teori pasar keagamaan (sisi-penawaran) sulit untukdipecahkan, sebagian karena terbatasnya data survei dari waktu kewaktu yang tersedia, namun juga karena studi-studi sebelumnyamemfokuskan diri pada periode-periode dan kerangka-kerangkaperbandingan yang berbeda. Salah satu bahaya klasik dalampendekatan studi kasus, yang berfokus pada studi-studi historistentang peran gereja dalam suatu negara tertentu seperti Polandiaatau AS adalah bahwa negara-negara tertentu dapat dipilih untukdiselaraskan dengan hampir semua teori apa pun. Studi komparatifsepuluh negara oleh Need dan Evans lebih menyeluruh, namun iadidasarkan pada survei-survei yang dilakukan selama awal 1990-an,hanya beberapa tahun setelah kemerdekaan, ketika banyak

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 143

Democracy Project

Page 46: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

masyarakat masih berada di tengah-tengah transisi demokrasi danekonomi pasar neo-liberal. Perubahan-perubahan generasi munculterlalu lambat untuk bisa ditangkap dengan cepat. Perubahan-perubahan dalam hal Nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan keagama -an dari generasi ke generasi yang benar-benar terjadi setelahkemerdekaan akan memerlukan beberapa tahun untuk menjadijelas. Sebagian besar survei komparatif juga menganalisa religiusitasdi negara-negara Katolik Eropa Tengah, dan kurang memberikanperhatian pada perkembangan-perkembangan di Eropa Timur yangOrtodoks dan di masyarakat-masyrakat Muslim.

Hal ini membatasi generalisasi-generalisasi yang bisa ditarikmenyangkut Eropa pasca-Komunis, karena perbedaan-perbedaantajam tampak di wilayah yang luas ini, yang secara longitudinalterentang dari Baltik hingga Selat Bering dan secara latitudinalterentang dari Artik hingga Kaukasus. Masyarakat-masyarakat diEropa Tengah dan Timur berbeda secara signifikan menyangkutberagam faktor yang mungkin dapat berlaku sebagai variabel-variabel sementara yang mengkondisikan hubungan antara usia danagama. Faktor-faktor ini mencakup pengalaman sebuah masyarakatselama transisi dan konsolidasi demokrasi, serta dalam budayareligius historisnya, lamanya kekuasaan Soviet, hubungan antaragereja dan negara di bawah Komunisme, keberhasilan penyesuaianekonominya dengan pasar bebas selama dekade terakhir, integrasi -nya ke dalam organisasi-organisasi internasional seperti NATO danUni Eropa, serta dalam tingkat homogenitas dan fraksionalisasietno-religiusnya. Setiap studi sistematis dengan demikian akan perlumenggunakan analisa multivariat untuk mengontrol berbagai faktorsementara tersebut yang dapat memengaruhi hubungan antara usiadan religiusitas.

Masyarakat-masyarakat pasca-Komunis yang paling berhasil,seperti Polandia, Hungaria, Slovakia, Slovenia, dan Republik Ceko,telah mengembangkan demokrasi perwakilan yang stabil denganpersaingan multipartai, pemilu bebas, dan masyarakat sipil yangsedang tumbuh. Dengan perekonomian-perekonomian yang relatifberhasil menyesuaikan diri dengan pasar bebas, dan angkapertumbuhan ekonomi yang positif, pada akhir tahun 2000 negara-negara ini mencapai pendapatan per kapita yang berkisar dari$8000 hingga $16000. Sekitar satu dekade setelah mencapaikemerdekaan, negara-negara ini masuk dalam Uni Eropa danNATO. Negara-negara Baltik, Latvia, Lithuania dan Estonia jugamenjalankan suatu transisi yang cukup cepat dari perekonomian

144 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 47: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

komando gaya-Soviet ke pasar bebas dan integrasi dengan EropaBarat. Sebaliknya, di banyak negara bekas Komunis yang lain,pertumbuhan ekonomi dan kemajuan dalam hal hak-hak asasimanusia dan kebebasan politik berjalan lamban, atau bahkan gagalsama sekali. GDP per kapita Rusia menurun 6% per tahun selama1990-an, sementara ketidaksetaraan ekonomi (diukur dengankoefisien GINI) meningkat sampai tingkat tertinggi di wilayah itu,dan rata-rata harapan hidup merosot tajam. Belarus di bawahPresiden Lukashenko mengalami kemandekan dan kemerosotanekonomi, mengalami penurunan 3% GDP per kapita dari 1990-1999, serta hiperinflasi harga-harga konsumen, dan pemilu yangcurang. Negara-negara Kaukasus Selatan dan Asia Tengah dicirikanoleh perekonomian yang gagal, rezim-rezim menindas tanpa transisimenuju pemilu yang kompetitif, serta kemiskinan dan penderitaanyang endemik. Azerbaijan memiliki cadangan minyak dan gas yangsangat besar, namun GDP-nya turun 9,6% per tahun selama 1990-an, dan rezim yang berkuasa sering kali dikritik karena korupsi yangbesar dan pengaturan suara. Kirgistan mengalami pemilu parlemendan presiden yang cacat, penganiayaan dan pemenjaraan para pe -mimpin oposisi, dan pemberangusan koran-koran yang membelot,serta pertumbuhan ekonomi tahunan yang negatif selama dekadeterakhir. Di negara ini, di mana rata-rata pendapatan per kapita se -kitar $2.420, perekonomian gagal: pabrik-pabrik tutup, pengang -guran melonjak, dan kekurangan gizi tersebar luas. Setelah ambruk -nya kontrol Soviet, masyarakat-masyarakat Balkan di wilayah bekasYugoslavia mengalami kekacauan dan perang Bosnia, yang disertaidengan konflik etnis yang mendalam.

Pendek kata, masyarakat-masyarakat pasca-Komunis memper -lihatkan tingkat kemajuan demokratisasi dan perkembanganekonomi yang sangat beragam, dan hubungan historis antara gerejadan negara juga sangat berbeda-beda. Johnston menyatakan bahwareligiusitas publik tetap relatif tinggi di negara-negara di managereja terlibat secara aktif dalam perlawanan terhadap rezim Sovietdan perjuangan demi kemerdekaan.13 Di Polandia dan RepublikCeko, misalnya, peran Gereja Katolik dalam melawan negaraKomunis itu, dan orientasi Barat serta hubungan-hubunganorganisasi dengan agama Katolik Roma, berarti bahwa Gerejatersebut menjaga atau bahkan memperkuat perannya setelahkemerdekaan. Strassberg menyatakan bahwa Gereja Katoliktersebut telah terlibat dalam politik sepanjang sejarah Polandia, dansetelah 1945 ia berfungsi sebagai oposisi utama bagi partai

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 145

Democracy Project

Page 48: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Komunis.14 Dalam hal ini, agama Katolik Polandia menjadidikaitkan dengan nasionalisme, kebebasan, hak asasi manusia, dandemokrasi.15 Sebaliknya, di Hungaria, negara menetapkan sebuahkebijakan “gereja di dalam sosialisme”, di mana kredibilitas GerejaKatolik terkikis karena kerjasama dengan pemerintahan Komunis.Kebebasan beragama meluas setelah kemerdekaan Hungaria, namunmeskipun demikian masyarakat tidak datang lagi ke Gereja.16 DiKroasia, sebaliknya, selama perang Bosnia agama memainkan suatuperan simbolis utama dalam memperkuat suatu perasaan identitasnasional yang khas, yang membedakan antara warga KroasiaKatolik, Serbia yang Ortodoks, dan kelompok-kelompok Islam diBosnia dan di tempat-tempat lain.17

Perbandingan-perbandingan juga perlu mempertimbangkanbudaya keagamaan yang secara historis dominan di tiap-tiap negara,karena Uni Soviet mencakup masyarakat-masyarakat Katolik,Protestan, Ortodoks, dan Muslim. Dalam bab-bab sebelumnya kitamenemukan bahwa keyakinan-keyakinan dan Nilai-nilai berbeda diEropa Barat berdasarkan jenis kepercayaan yang dominan, danNeed dan Evans juga menemukan bahwa kaum Katolik di EropaTengah dan Timur umumnya hadir di gereja secara lebih regulerdibanding kaum Kristen Ortodoks.18 Negara-negara pasca-Komunisdalam Survei Nilai-nilai Dunia mencakup tujuh masyarakat Katolik—Kroasia, Republik Ceko, Hungaria, Lithuania, Polandia, Slovakia,dan Slovenia. Dari 70% hingga 95% populasi di negara-negara iniadalah Katolik, dengan minoritas Protestan yang substansial diHungaria. Survei tersebut juga mencakup 11 masyarakat OrtodoksTimur, termasuk Armenia, Belarus, Bulgaria, Georgia, Macedonia,Moldova, Montenegro, Rumania, Rusia, Ukraina, dan Serbia.Beberapa dari negara-negara ini memuat populasi yang lebihhomogen dibanding yang lain, dengan minoritas keagamaan yangsubstansial (10% atau lebih) hadir di Belarus (kaum Katolik),Bulgaria (kaum Muslim), Macedonia (kaum Muslim), danMontenegro (kaum Muslim dan Katolik), serta populasi Muslimdan Katolik yang lebih kecil yang hidup di tempat lain. Masyarakat-masyarakat Protestan bekas-Komunis dalam survei tersebutmencakup Estonia, Jerman Timur, dan Latvia, dan terdapat tiganegara Muslim bekas-Komunis, Albania, Azerbaijan, dan Bosnia-Herzegovina, meskipun Albania dan Bosnia-Herzegovina memuatminoritas Katolik dan Ortodoks yang substansial.

146 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 49: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Perubahan Generasional dalam Religiusitas

Karena data dari waktu ke waktu yang melingkupi suatu periodewaktu yang cukup panjang (seperti lima dekade yang kami gunakanuntuk menguji sekularisasi di negara-negara Eropa Barat) tidaktersedia dari negara-negara bekas Komunis, kami akan meng guna -kan perbandingan-perbandingan generasi dari 22 masyarakat pasca-Komunis yang tercakup dalam Survei Nilai-nilai Dunia (WVS)sebagai indikator kira-kira dari perubahan jangka panjang. Kitaakan membandingkan model regresi linear dan logged untukmelihat mana yang memberikan kesesuaian yang lebih baik dengandata tersebut. Versi teori sekularisasi kami yang telah diperbaruimengandaikan bahwa kami akan menemukan suatu hubunganlinear antara usia dan partisipasi keagamaan, di mana religiusitasmengalami kegagalan di masing-masing kelompok kelahiran, dalammasyarakat-masyarakat yang secara ekonomi lebih maju. Namun,jika kami tidak menemukan perbedaan-perbedaan signifikan yangterkait dengan usia, atau kaum muda lebih religius dibanding kaumtua, atau suatu hubungan kurva linear antara usia dan religiusitas,hal ini akan cenderung menyangkal teori kami (dan kami akan perlumeneliti lebih jauh sebab-sebab kebangkitan keagamaan yangtampak di kalangan generasi yang lebih muda). Kita juga akanmembandingkan pola-pola religiusitas di masyarakat-masyarakattertentu, untuk melihat apakah negara-negara pasca-Komunis ber -beda-beda secara sistematis menurut tingkat perkembangan manusiadan kesetaraan ekonomi mereka, sebagaimana diprediksikan olehteori sekularisasi dan keamanan eksistensial—atau apakah regulasinegara terhadap lembaga-lembaga keagamaan dan pluralismekeagamaan memberikan suatu penjelasan yang lebih meyakinkan,seperti yang dinyatakan oleh tesis sisi-penawaran. Sebagaimanadalam bab-bab sebelumnya, variabel-variabel dependen utama kamiadalah Nilai-nilai keagamaan, yang diukur berdasarkan pentingnyaagama, dan partisipasi keagamaan, sebagaimana yang diindikasikanoleh frekuensi kehadiran dalam layanan-layanan ibadah, dan olehfrekuensi berdoa. Untuk perbandingan dengan karya Greeley diatas, kami juga akan menentukan apakah terdapat perbedaan-perbedaan generasi dalam lingkup keyakinan-keyakinan keagamaanumum. Secara umum kami mengharapkan bahwa perbedaan-per -bedaan generasi akan paling kuat dalam hal Nilai-nilai ke agamaan,meskipun jika semua itu ada, hal ini juga akan cenderung terkaitdengan pola-pola perilaku keagamaan seseorang.

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 147

Democracy Project

Page 50: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Tabel 5.1 menyajikan hasil-hasil dari model-model regresi yangdisesuaikan untuk usia dalam tahun, dengan menggunakan semuasurvei di Eropa pasca-Komunis dari 1995 hingga 2001. Hasil-hasil

Tabel 5.1. Usia dan Religiusitas di Eropa Pasca-Komunis, Tanpa Kontrol

CATATAN: Model-model di atas menggambarkan hasil-hasil dari model analisa re-gresi tingkat-individu di mana usia (dalam tahun) dirunut sebagai suatu variabel lin-ear atau logged berdasarkan indikator-indikator religiusitas, tanpa kontrol se-belumnya, dengan menggunakan curvefit. Koefisien-koefisien tersebut meng gam-barkan jumlah varian (R2) dalam religiusitas, dan signifikansi hubungan tersebut,dijelaskan berdasarkan usia. N = 18,595; N/s = Tidak Signifikan; Sig. = Sig-nifikansi. Nilai-nilai keagamaan: “Seberapa penting agama dalam kehidupananda?” Sangat penting (4), agak penting (3), tidak begitu penting (2), atau samasekali tidak penting (1). Partisipasi keagamaan: “Apakah anda menghadiri ibadah-ibadah keagamaan beberapa kali seminggu, sekali seminggu, beberapa kali dalam se-tahun, sekali setahun atau kurang, atau tidak pernah?” Persentase yang melaporkanmenghadiri ibadah-ibadah keagamaan “beberapa kali seminggu” atau “sekali semi-nggu.” Frekuensi berdoa: P199: “Seberapa sering anda berdoa kepada Tuhan di luaribadah-ibadah keagamaan? Apakah .. setiap hari (7), lebih dari sekali seminggu (6),sekali seminggu (5), setidaknya sekali sebulan (4), beberapa kali setahun (3), sangatjarang (2), tidak pernah (1).” Rata-rata frekuensi per jenis masyarakat. Skala pent-ingnya Tuhan: “Seberapa penting Tuhan dalam kehidupan anda? Silahkan gunakanskala ini untuk menunjukkan—10 berarti sangat penting dan 1 berarti sama sekalitidak penting.” Rata-rata per negara. Keyakinan-keyakinan keagamaan: Apakahpara responden mengungkapkan keyakinan pada Tuhan, surga, neraka, kehidupansetelah mati, dan apakah orang memiliki jiwa.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1981-2001.

148 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 51: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

dari model-model tersebut memperlihatkan bahwa bagi semuavariable dependen, kecuali satu (keyakinan pada kehidupan setelahmati), model-model linear tersebut memberikan suatu kesesuaianyang sedikit lebih baik dibanding model-model logged. Dari semuamasyarakat pasca-Komunis, di hampir semua indikator, kamimenemukan bahwa (1) religiusitas lebih kuat di kalangan generasiyang lebih tua dibanding yang lebih muda; dan (2) perbedaan-perbedaan yang terkait dengan usia cenderung linear, ketimbangkurva linear.19 Tepat inilah pola yang diprediksikan oleh teorisekularisasi dan keamanan eksistensial di atas.

Gambar 5.1. Nilai-nilai Keagamaan menurut Kelompok Kelahiran

CATATAN: Proporsi yang mengatakan bahwa agama “sangat penting” bagi ke-hidupan mereka, dengan garis regresi kecenderungan tersebut.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1990-2001.

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 149

Democracy Project

Kelompok kelahiran Kelompok kelahiran

Page 52: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Untuk menggambarkan pola-pola ini dalam gambar, dan untukmembantu mengkaji berbagai variasi di negara-negara ini, berbagaikecenderungan berdasarkan kelompok kelahiran diperlihatkan bagiNilai-nilai keagamaan (dalam Gambar 5.1) dan bagi partisipasikeagamaan (Gambar 5.2). Model-model regresi linear dan loggedbagi dampak-dampak usia pada Nilai-nilai dan partisipasi ke agama -an juga berlaku bagi tiap-tiap negara. Terlepas dari apakah kitaberfokus pada Nilai-nilai keagamaan atau partisipasi keagamaan,hasil-hasilnya memperlihatkan dua pola yang jelas. Pertama,terdapat suatu kemerosotan menyeluruh yang jelas terlihat di semua

Gambar 5.2. Partisipasi Keagamaan menurut Kelompok Kelahiran

CATATAN: Partisipasi keagamaan (proporsi yang menghadiri gereja paling tidakseminggu sekali) menurut kelompok kelahiran, dengan garis regresi kecenderungantersebut.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1990-2001.

Kelompok kelahiran Kelompok kelahiran

150 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 53: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

indikator religiusitas dalam masing-masing kelompok kelahiran;generasi-generasi yang lebih tua hampir selalu lebih religiusdibanding generasi muda. Kedua, terdapat perbedaan-perbedaanpenting dalam tingkat religiusitas di masyarakat-masyarakat pasca-Komunis sekarang ini, yang mirip dengan yang telah kita teliti diEropa Barat. Polandia, Rumania, dan Bosnia-Herzegovina, misal -nya, cenderung secara konsisten lebih religius dibanding JermanTimur, Estonia, dan Montenegro. Untuk sekarang ini, kita abaikandulu sebab-sebab perbedaan-perbedaan lintas-negara ini (yang bisadisebabkan oleh faktor-faktor seperti hubungan historis antaragereja dan negara, atau perbedaan-perbedaan dalam tingkat per -kembangan manusia). Perbedaan-perbedaan lintas-negara ini me -narik: negara-negara di mana generasi yang lebih tua paling sekularbiasanya memperlihatkan pola-pola yang relatif datar di masing-masing kelompok kelahiran—sementara di negara-negara di managenerasi yang lebih tua relatif religius, kita menemukan suatupenurunan yang lebih dramatis dalam hal religiusitas di antarakelompok-kelompok yang lebih muda. Dengan kata lain, kitamenemukan indikasi-indikasi perubahan historis yang jauh lebihkuat di beberapa negara di banding di negara-negara yang lain. Per -bedaan-perbedaan generasi tersebut paling menonjol di Hungaria,Moldova, dan Rumania, dan kurang menonjol di beberapa negaralain dengan generasi tua yang lebih sekular, seperti di Jerman Timur,Estonia, dan Latvia. Kecenderungan-ke cenderung an ini sangatmirip, apakah perbandingan-perbandingan tersebut didasarkanpada pentingnya Nilai-nilai keagamaan, kehadiran dalam layanan-layanan ibadah, atau frekuensi berdoa, yang mem perkuat ke -percayaan kami bahwa kami menghadapi suatu fenomena yang kuatdan menarik.

Untuk mengontrol banyak faktor lain yang bisa memengaruhihubungan antara usia dan religiusitas, kita akan menggunakananalisa multivariat untuk menegaskan apakah pola-pola ini bertahan—atau tampak mencerminkan pengaruh variabel-variabel tertentu.Model-model regresi dalam Tabel 5.2 mengontrol tingkat per -kembangan manusia dari masyarakat tersebut serta standar variabel-variabel sosial dan sikap yang dalam Bab 3 diperlihatkan cenderungmemengaruhi pola-pola kehadiran di gereja, seperti jenis kelamin,pendidikan, dan pendapatan, selain dampak nilai-nilai dankeyakinan-keyakinan keagamaan, serta menjadi bagian dari agama-agama dunia yang berbeda Survei Nilai-nilai Dunia gabungan 1990-2001 digunakan untuk menganalisa pola-pola di 22 masyarakat

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 151

Democracy Project

Page 54: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

pasca-Komunis. Hasil-hasilnya memperlihatkan bahwa efek-efeklinear dari usia tetap signifikan bahkan dengan berbagai kontroltersebut, di mana religiusitas tetap lebih kuat di kalangan generasiyang lebih tua. Suatu model regresi yang serupa diulangi lagi denganmenggunakan logged age dan koefisien-koefisien beta untuk usiaterbukti sedikit lebih lemah dan tidak signifikan secara statistik

Tabel 5.2. Menjelaskan Partisipasi Keagamaan Individual di Eropa pasca-Komunis

CATATAN: Model-model itu menggunakan analisa regresi least square yang lazimdengan partisipasi keagamaan (skala tujuh-poin yang mengukur frekuensi kehadi-ran dalam ibadah keagamaan) sebagai variabel dependen yang diukur pada level in-dividual di 22 masyarakat pasca-Komunis. Tabel itu memuat koefisien regresi yangtidak distandarkan (B), standar kesalahan (s.e.), koefisien regresi yang distandarkan(beta), dan signifikansi (Sig.) dari koefisien-koefisien tersebut. N = 32,348. Par-tisipasi keagamaan: “Apakah anda menghadiri ibadah-ibadah keagamaan beberapakali seminggu, sekali seminggu, beberapa kali dalam setahun, sekali setahun ataukurang, atau tidak pernah?” Persentase yang melaporkan menghadiri ibadah-ibadahkeagamaan “beberapa kali seminggu” atau “sekali seminggu” Skala pentingnyaagama: “Seberapa penting agama dalam kehidupan anda?” Skala empat-poin.Keyakinan-keyakinan keagamaan: Apakah para responden mengungkapkan keyak-inan pada Tuhan, surga, neraka, hidup setelah mati, dan pada apakah orang memi-liki jiwa. Jenis kepercayaan keagamaan: variabel-variabel dummi (0/1) menyangkutapakah responden tersebut menjadi bagian dari tiap-tiap jenis agama besar dunia.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1990-2001.

Islam

152 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 55: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

(pada tingkat konvensional 0,05). Faktor-faktor sosial dan sikapyang lain berjalan seperti yang diharapkan, di mana kehadiran digereja dalam masyarakat-masyarakat pasca-Komunis relatif kuat dikalangan perempuan, mereka yang kurang terdidik, dan merekayang kurang mampu, serta (tentu saja) di kalangan orang-orang yangmeyakini nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan keagamaan. UmatKatolik adalah umat yang paling reguler hadir di gereja, sementaraumat Protestan dan Ortodoks memiliki kehadiran yang moderat,dan umat Islam di wilayah ini paling kurang menghadiri ibadah-ibadah keagamaan. Analisa religiusitas individu di Eropa pasca-Komunis tersebut dengan demikian umumnya menegaskan pola-pola yang ditemukan sebelumnya di Eropa Barat. Ini berarti bahwakita tidak perlu beralih ke penjelasan-penjelasan partikularistik yangdidasarkan atas faktor-faktor yang khas bagi sejarah gereja di bawahnegara Soviet, apakah itu keyakinan-keyakinan dan praktik-praktiktradisional dari gereja Ortodoks Timur, penindasan atau peng -aniayaan para pemimpin Katolik, atau warisan budaya PartaiKomunis. Meskipun demikian, tetap terdapat perbedaan-perbedaanantar-negara yang penting di wilayah itu, seperti antara Polandiayang religius dan Rusia yang sekular, yang perlu dijelaskan lebihjauh.

Dampak Pasar Keagamaan versusDampak Perkembangan Manusia

Untuk mengkaji faktor-faktor tingkat-sosial yang bisa menyebabkanperbedaan-perbedaan lintas-nasional, kita dapat membandingkanseberapa jauh religiusitas secara sistematis terkait dengan pasar ke -agamaan dan perkembangan sosial. Empat indikator dibandingkanuntuk melihat seberapa kuat hal ini terkait dengan indikator-indikator nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan partisipasi keagama -an yang telah kita gunakan di seluruh buku ini.

Pluralisme Keagamaan

Teori sisi-penawaran dari Stark dan Finke menyatakan bahwa ting -kat persaingan di antara lembaga-lembaga keagamaan memainkanperan penting dalam menciptakan vitalitas keagamaan; dan bahwapluralisme keagamaan meningkatkan partisipasi keagamaan.20

Pluralisme keagamaan di sini diukur dengan Indeks Herfindahl yangdigunakan dalam bab-bab sebelumnya, sebagaimana dihitung oleh

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 153

Democracy Project

Page 56: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Alesina dan kawan-kawan dengan menggunakan data tentangpopulasi-populasi keagamaan besar yang berasal dari EncyclopaediaBritannica Book of the Year 2001.21 Indeks pluralisme keagamaantersebut dihitung sebagai indikator Herfindahl standar bagi tiap-tiapnegara, yang berkisar dari nol hingga satu.

Peraturan Negara tentang Agama

Sebuah hipotesis lain yang dikembangkan oleh Greeley menyatakanbahwa peraturan negara tentang agama di Uni Soviet mengekanggereja, dan bahwa suatu kebangkitan keagamaan terjadi setelahruntuhnya komunisme di negara-negara di mana terdapat pemisah -an konstitusional yang kuat antara gereja dan negara, yang me -lindungi kebebasan beribadah dan toleransi di antara kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda, tanpa pembatasan-pembatasanterhadap sekte-sekte atau kepercayaan-kepercayaan tertentu (yang,tentu saja, akan cenderung memperkuat tingkat pluralisme ke agama -an). Di negara Komunis Cina, misalnya, para pengamat me nyatakanbahwa negara secara aktif terus menindas, melarang, atau menge -kang praktik-praktik keagamaan, yang terlihat melalui berbagaipenuntutan, pembunuhan, penyiksaan, dan penangkapan yang di -jalankan sejak 1999 terhadap para anggota kelompok Falun Gong.22

Untuk mengkaji argumen ini, kita perlu membuat suatu per -bandingan sistematis tentang hubungan negara-gereja, dan tingkattoleransi keagamaan yang ada sekarang ini. Untuk menghasilkanperbandingan seperti itu, tingkat kebebasan keagamaan di 27 negaradi Eropa pasca-Komunis diklasifikasikan berdasarkan informasiuntuk tiap-tiap negara yang tercakup dalam laporan DepartemenLuar Negeri AS tentang Kebebasan Keagamaan Internasional, 2002,suatu perbandingan menyeluruh atas peraturan dan pembatasannegara terhadap semua keyakinan dunia.23 Seperti dibahas dalamBab 2, Indeks Kebebasan Keagamaan yang kami kembangkanberfokus pada hubungan negara dan gereja, yang mencakup isu-isuseperti apakah konstitusi membatasi kebebasan agama, apakahpemerintah mengekang beberapa kelompok keagamaan, kultus-kultus, atau sekte-sekte, dan apakah terdapat suatu gereja resmi.Indeks tersebut dikelompokkan menurut 20 kriteria yang terdapatdalam Lampiran C, di mana tiap-tiap item dikodekan 0/1. Skala 20-poin itu kemudian dibalikkan sehingga skor yang lebih tinggimenggambarkan kebebasan keagamaan yang lebih besar.

154 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 57: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 155

Perkembangan Masyarakat

Untuk perbandingan, kita juga mengkaji seberapa jauh indikator-indikator religiusitas tersebut terkait dengan Indeks PerkembanganManusia dan juga dengan perubahan dalam GDP per kapita dari1999 hingga 2000 (diukur dalam tingkat daya beli dalam dolar AS),yang keduanya dianggap sebagai indikator-indikator utama darimodernisasi sosial dan keamanan manusia.

Korelasi-korelasi sederhana dalam Tabel 5.3, tanpa kontrol-kon -trol sebelumnya, memperlihatkan bahwa, terlepas dari pengalamantujuh dekade represi Soviet terhadap gereja, Indeks KebebasanKeagamaan tidak secara signifikan terkait (pada tingkat 0,05)dengan indikator-indikator religiusitas apa pun yang digunakandalam studi ini, apakah itu partisipasi, nilai-nilai, atau keyakinan-keyakinan keagamaan. Tentu saja hal ini sebagian dapat disebabkanoleh jumlah kasus yang terbatas, namun bahkan jika ujian kon -vensional ini dikurangi, koefisien-koefisien korelasi yang munculbiasanya negatif, yang bertentangan dengan apa yang diandaikanoleh teori pasar keagamaan. Hasil-hasil tersebut memperlihatkanbahwa kebebasan keagamaan yang lebih besar di negara-negarapasca-Komunis terkait dengan tingkat religiusitas yang lebih rendah,bukan lebih tinggi. Pluralisme keagamaan secara kuat dan signifikanterkait dengan partisipasi keagamaan dan frekuensi berdoa, namunsekali lagi – bertentangan dengan teori pasar keagamaan – dalambentuk negatif Negara-negara pasca-Komunis dengan budaya daninstitusi keagamaan yang lebih heterogen terbukti lebih sekular,tidak lebih religius, dibanding negara-negara yang memiliki agamayang lebih homogen. Indikator-indikator religiusitas yang laintersebut memperlihatkan korelasi-korelasi yang tidak signifikan,namun hampir semuanya terkait secara negatif dengan pluralisme.Temuan-temuan kami tidak hanya gagal mendukung teori pasarkeagamaan sisi-penawaran; temuan-temuan itu memperlihatkan halyang bertentangan dari apa yang diprediksikan oleh teori pasarkeagamaan tersebut: di Eropa pasca-Komunis, pluralisme keagama -an terkait dengan tingkat religiusitas yang relatif rendah.

Sebaliknya, indikator-indikator keamanan sosial memperlihatkanbahwa nilai-nilai keagamaan terkait secara negatif dengan per -kembangan manusia maupun tingkat kemakmuran, seperti diandai -kan oleh teori sekularisasi dan keamanan eksistensial. Orang-orangyang hidup di negara-negara pasca-Komunis yang telah mencapaitransisi yang paling berhasil, dengan standar hidup, harapan hidup,

Democracy Project

Page 58: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

156 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

dan pendidikan yang lebih tinggi juga menganggap agama sebagaikurang penting bagi kehidupan mereka dibanding publik yanghidup di negara-negara yang lebih miskin dan kurang aman diwilayah itu. Pola-pola yang serupa juga terlihat pada keyakinanpada Tuhan. Koefisien-koefisien yang lain terbukti tidak signifikansecara statistik, melihat jumlah kasus yang terbatas, meskipun sekalilagi arah mereka biasanya menunjuk pada arah yang diharapkan.

Democracy Project

Tabel 5.3. Menjelaskan Religiusitas Tingkat-Sosial di Eropa Pasca-Komunis

CATATAN: Model-model regresi tingkat-makro dari dampak pasar keagamaandan indikator-indikator perkembangan sosial pada variabel-variabel dependen di22 masyarakat pasca-Komunis, tanpa kontrol sebelumnya. *Korelasi signifikan(Sig.) pada level 0,05 (2-tailed). **Korelasi signifikan pada level 0,01 (2-tailed). In-deks Kebebasan Keagamaan, 2002: lihat Lampiran Teknis pada akhir Bab 6, TabelA6.1, dan teks untuk detailnya. Ini versi yang diperluas dan diperbarui dari skalaChaves dan Cann (1992). Pluralisme keagamaan: Indeks Herfindahl dari pluralismeatau fraksionalisasi keagamaan, dari Alesina dkk. 2003. Lihat Bab 4 catatan 32untuk detail pembuatannya. Indeks Perkembangan Manusia, 1998: Indeks di-dasarkan pada harapan hidup, literasi, dan pendidikan, dan GDP per kapita (dalamPPP), Laporan Perkembangan Manusia UNDP 2002, New York: UNDP/OxfordUniversity Press. Perubahan dalam GDP Per Kapita, 1990-2000: Bank Dunia,World Development Indicators, 2002.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1990-2001.

Page 59: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Untuk meneliti hal ini lebih jauh, hasil-hasil tersebut dikaji dalammodel-model multivariat (dalam Tabel 5.4) yang memonitor efek-efek gabungan dari perkembangan manusia dan pasar keagamaanpada rata-rata tingkat nilai-nilai keagamaan (skala pentingnyaTuhan) yang diukur pada level-sosial, dan beberapa gambar yangmenggambarkan hubungan-hubungan yang dibandingkan. Gambar5.3 menguji tingkat di mana nilai-nilai keagamaan (skala sepuluh-poin tentang pentingnya Tuhan) bisa diprediksikan di Eropa pasca-Komunis dengan menggunakan indikator-indikator standar ke -amanan manusia, termasuk Indeks Perkembangan Manusia dan

Tabel 5.4. Menjelaskan Nilai-nilai Keagamaan Sosial di Eropa Pasca-Komunis

CATATAN: Model-model di atas menggunakan analisa regresi least square yanglazim dengan rata-rata nilai-nilai keagamaan (skala sepuluh-poin yang mengukurpentingnya Tuhan) sebagai variabel dependen yang diukur pada level sosial di 19masyarakat pasca-Komunis. Tabel itu memuat koefisien regresi yang tidak distan-darkan (B), standar kesalahan (s.e.), koefisien regresi yang distandarkan (beta), dansignifikansi koefisien-koefisien tersebut (Sig.). Jumlah kasus yang kecil tersebut(19) menimbulkan persoalan multi-kolinearitas dan ketidakstabilan ketika jenis bu-daya keagamaan diperkenalkan (karena hubungan dekat antara Agama Katolik danmasyarakat-masyarakat yang memiliki perkembangan manusia dan religiusitas tert-inggi), sehingga variabel ini dikeluarkan dari model final tersebut. Lihat Gambar5.3. Pertumbuhan GDP per kapita juga sangat terkait dengan Indeks Perkemban-gan Manusia, sehingga hal ini juga dikeluarkan untuk menghindari persoalan-per-soalan multi-kolinearitas. Skala pentingnya agama: “Seberapa penting Tuhan dalamkehidupan anda? Skala sepuluh-poin. Indeks Perkembangan Manusia, 1998: Indeksitu didasarkan pada harapan hidup, literasi, dan pendidikan, dan GDP per kapita(dalam PPP); UNDP Human Development Report 2002, New York: UNDP/OxfordUniversity Press. Indeks Kebebasan Keagamaan: ukuran 20-poin dijelaskan dalamteks dan dalam Lampiran Teknis, pada akhir Bab 6, Tabel A6.1. Pluralisme keaga-maan: Indeks Herfindahl tentang pluralisme atau fraksionalisasi keagamaan, dariAlesina dkk. 2003. Lihat Bab 4 catatan 32 untuk detail-detail konstruksinya.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1990-2001.

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 157

Democracy Project

Page 60: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Gambar 5.3. Nilai-nilai Keagamaan dan Indikator-indikator Sosial Perkembangan Manusia

158 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Budaya Keagamaan

■ Islam

▼ Ortodoks

▲ Protestan

• Katolik Roma ______

Rsq = 0.4264

Budaya Keagamaan

■ Islam

▼ Ortodoks

▲ Protestan

• Katolik Roma ______

Rsq = 0.4040

Sklal

a Pe

nting

nya T

uhan

Indek Pembangunan Manusia 1998

Sklal

a Pe

nting

nya T

uhan

Pertumbuhan ekonomi 1990 - 2000(Perubahan GDP per Kapita dalam USD)

Page 61: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Gambar 5.4. Nilai-nilai Keagamaan, Pluralisme Keagamaan, dan Indeks Kebebasan Keagamaan

CATATAN: Lihat teks untuk detail Indeks Kebebasan Keagaman 20-poin.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia, gabungan 1981-2001.

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 159

Democracy Project

Budaya Keagamaan

■ Islam

▼ Ortodoks

▲ Protestan

• Katolik Roma ______

Rsq = 0.1261

Budaya Keagamaan

■ Islam

▼ Ortodoks

▲ Protestan

• Katolik Roma ______

Rsq = 0.0133

Sklal

a Pe

nting

nya T

uhan

Rendah -- Indek Kebebasan Keagamaan -- Tinggi

Sklal

a Pe

nting

nya T

uhan

Rendah -- Pluralisme Keagamaan -- Tinggi

Page 62: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

angka pertumbuhan ekonomi selama dekade terakhir. Faktor-faktorini memprediksikan vitalitas agama dalam kehidupan orang-orangdi wilayah ini dengan sangat berhasil sehingga kita tidak perlu ber -alih ke penjelasan-penjelasan kelembagaan yang didasarkan padasejarah hubungan negara dan gereja, penindasan terhadap otoritas-otoritas keagamaan, tingkat persaingan di antara organisasi-organisasi keagamaan, atau apakah sebuah budaya tertentu secaraumum Katolik atau Protestan, Ortodoks atau Muslim. Perbedaantajam yang bisa dilihat di dalam gambar antara nilai-nilai sekularyang terlihat di Republik Ceko dan Estonia, dan nilai-nilai spiritualyang terlihat di Rumania dan Albania, secara umum dapat dikaitkandengan tingkat-tingkat perkembangan manusia yang berbeda dandengan demikian juga kondisi-kondisi sosial dari keamanan yanglebih besar.

Untuk menegaskan temuan tentang hubungan-hubungan negatifantara religiusitas dan teori pasar keagamaan, kita juga bisa meng -kaji diagram berikut untuk melihat apa yang mendasari hubunganini. Bertentangan dengan teori pasar keagamaan, Gambar 5.4 me -nunjukkan bagaimana keutamaan nilai-nilai keagamaan terkait de -ngan ukuran Herfindahl tentang pluralisme keagamaan dan IndeksKebebasan Keagamaan. Negara-negara yang paling sekular (sepertiRepublik Ceko dan Estonia) memiliki pluralisme keagamaan yangpaling besar dan kebebasan gereja dari regulasi negara. Hal ini bu -kan kebetulan; menurut kami, alasannya adalah bahwa per kem -bangan manusia menghasilkan nilai-nilai yang lebih sekular dalampopulasi pada umumnya—dan juga kebebasan keagamaan, toleransisosial, dan demokrasi yang lebih besar. Agama bukan hanya menjadikurang penting bagi kehidupan orang-orang dalam masyarakat yangaman, namun kebebasan beribadah juga diperluas sebagai bagiandari hak-hak asasi manusia dan liberalisasi demokratis. Sebaliknya,dalam masyarakat-masyarakat pasca-Komunis yang lebih miskindan kurang berkembang, agama tetap merupakan kekuatan vitaldalam kehidupan orang-orang, dan negara-negara otoriter diwilayah itu membatasi kebebasan keagamaan, sebagaimana merekajuga terus mengekang hak-hak asasi manusia di bidang-bidang lain.

Beberapa Kesimpulan

Terdapat banyak alasan mengapa pola-pola sekularisasi di Eropapasca-Komunis mungkin bisa diharapkan berbeda dari pola-polayang telah kita temukan di Barat. Peran negara dalam mengekang

160 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 63: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

agama di bawah Komunisme sangat kuat dan kita tidak perlumendokumentasikan sejarahnya di sini.24 Namun pertanyaan utamabagi kita adalah apakah represi ini benar-benar mengikis spi ritual -itas massa di Soviet, atau apakah hal ini memperkuat, meski tidakniscaya menyebabkan, suatu pertumbuhan sekularisme jangkapanjang di wilayah ini yang pararel dengan berbagai perkembanganserupa di negara-negara lain. Kenyataan bahwa demokrasi-demokrasi Eropa Barat memiliki sejarah panjang toleransi keagama -an, hak asasi manusia dan kebebasan sipil selama abad ke-20 berartibahwa perbandingan wilayah-wilayah ini memberikan suatu“eksperimen alamiah” yang sangat terdesain dengan baik untukmenguji klaim-klaim “bawah ke atas” dan “atas ke bawah” dalamsosiologi agama.

Perbandingan-perbandingan generasional di atas memperlihat -kan bahwa terdapat kemerosotan religiusitas jangka panjang darigenerasi ke generasi di Eropa pasca-Komunis, dan kita tidakmenemukan bukti-bukti yang meyakinkan tentang suatu pola kurvalinear dari perbandingan-perbandingan generasi tersebut, yangmengandaikan bahwa generasi yang lebih muda tidak mengalamisuatu kebangkitan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, atau perilakukeagamaan yang signifikan. Selain itu, perbandingan-perbandinganlintas-negara tersebut menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaanantar-negara yang tetap penting sekarang ini dapat dijelaskandengan memuaskan berdasarkan tingkat-tingkat perkembanganmanusia di negara-negara pasca-Komunis, sebagaimana faktor-faktor ini menjelaskan pola-pola yang sama di tempat lain. Tesis sisi-penawaran bahwa pasar-pasar keagamaan penting – sehinggapartisipasi ditentukan oleh pluralisme keagamaan dan tidak-adanyaregulasi negara terhadap institusi-institusi gereja—tidak mendapat -kan dukungan positif dari bukti-bukti itu; sebaliknya, posisi yangberlawanan yang tampaknya berlaku Budaya keagamaan yang lebihhomogenlah yang memelihara kepercayaan kepada Tuhan dankebiasaan hadir di gereja dengan paling baik, bukan budaya yangpaling plural—dan ini dicontohkan oleh peran Agama Katolik diPolandia. Dan sekarang ini negara-negara pasca-Komunis denganregulasi yang paling besar terhadap gereja terbukti sebagai yangpaling religius. Menurut kami hal ini bukan kebetulan; hal inimencerminkan kenyataan bahwa keamanan manusia mendorongsekularisasi, beserta dengan hak-hak politik dan kebebasan sipilyang terkait dengan kebebasan keagamaan di negara-negara yangsedang mengalami transisi dan konsolidasi demokrasi. Namun

KEBANGKITAN AGAMA DI EROPA PASCA-KOMUNIS? 161

Democracy Project

Page 64: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

bagaimana dengan nilai-nilai di tempat lain di dunia yang memilikijenis budaya keagamaan yang berbeda, khususnya negara-negaraMuslim? Kita akan mengkaji isu-isu ini.***

162 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 65: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

6

Agama dan Politik di Dunia Muslim

UNTUK MEMAHAMI PERAN AGAMA DI DUNIA MUSLIM, BANYAK

komentator populer melirik pada tesis Samuel P. Huntington yangprovokatif dan kontroversial tentang “benturan peradaban”. Tesisini menegaskan bahwa akhir Perang Dingin membawa berbagaibahaya baru. Huntington menyatakan:

Di dunia baru itu, ... konflik-konflik yang paling luas, penting danberbahaya bukan antara kelas-kelas sosial, kaya dan miskin, ataukelompok-kelompok ekonomi, melainkan antara orang-orang yangmenjadi bagian dari entitas-entitas budaya yang berbeda. Perang-perang suku dan konflik-konflik etnik akan terjadi dalam berbagaiperadaban ... Dan konflik-konflik budaya yang paling berbahayaadalah konflik-konflik yang terjadi di garis-garis benturan antar-peradaban ... Selama 45 tahun Tirai Besi itu merupakan garispemisah utama di Eropa. Garis itu telah bergeser beberapa ratus milke timur. Sekarang ini garis itu adalah garis yang memisahkanmasyarakat Kristen Barat, di satu sisi, dari masyarakat Muslim danOrtodoks, di sisi lain.1

Bagi Huntington, perang kelas Marxis, dan bahkan perbedaan-perbedaan antara negara-negara kaya dan miskin, di abad ke-21terkalahkan oleh budaya Weberian.

Pandangan yang sangat berpengaruh ini tampak memberikan

163

Democracy Project

Page 66: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

wawasan-pengetahuan tentang sebab-sebab berbagai konflik etno-religius keras seperti yang terlihat di Bosnia, Kaukasus, TimurTengah, dan Kashmir. Ia tampak menjelaskan kegagalan reformasipolitik untuk mendapatkan tempat di banyak negara Islam, terlepasdari kebangkitan demokrasi elektoral di seluruh dunia. Kerangkatersebut tampak memberikan kacamata yang kuat yang dapatdigunakan media massa Amerika untuk menafsirkan sebab-sebabdasar bagi serangan teroris terhadap WTC dan perkembangan-perkembangan selanjutnya yang terjadi di Afganistan dan Irak. Parakomentator sering kali melihat 9/11 khususnya sebagai suatuserangan besar pada hegemoni global Amerika, dan secara umumsebagai suatu reaksi oleh kalangan fundamentalis Islam terhadapbudaya Barat. Meskipun demikian, tesis Huntington tersebut sangatkontroversial. Klaim tentang konflik etnik yang meningkat di erapasca-Perang Dingin itu telah mengalami serangan terus-menerus.2Banyak sarjana menentang adanya satu budaya Islam tunggal yangterentang mulai dari Jakarta hingga Lagos, apalagi satu budayatunggal yang memiliki nilai-nilai yang sangat bertentangan dengandemokrasi.3 Bagaimanapun, apa yang kurang diulas secara luasadalah bukti-bukti empiris yang sistematis tentang apakah publik diBarat dan masyarakat Islam memiliki nilai-nilai mirip atau sangatberbeda, dan terutama apakah perbedaan-perbedaan penting antarabudaya-budaya ini terletak pada nilai-nilai demokratis (sepertidiklaim Huntington) atau pada nilai-nilai sosial (seperti diandaikanoleh teori-teori modernisasi).

Bab ini berusaha untuk mengulas isu ini dengan mengkaji nilai-nilai budaya dari Survei Nilai-nilai Dunia (World Values Survey) dihampir 80 masyarakat di seluruh dunia, termasuk sembilan masya -rakat Islam. Pertama-tama, kita secara singkat akan menggambarkantesis Huntington itu dan tanggapan-tanggapan para kritikus. Kitakemudian menghamparkan dan menganalisa bukti-bukti. Datatersebut mendukung klaim pertama dalam tesis Huntington: budayapenting, dan sangat penting: warisan-warisan keagamaan mening -galkan jejak yang khas dan terus ada pada nilai-nilai sekarang ini.Namun Huntington salah dalam mengasumsikan bahwa “benturan”utama antara masyarakat Barat dan Islam berkenaan dengan nilai-nilai politik: sebaliknya, bukti-bukti menunjukkan bahwa berbagaisikap yang sangat mirip terhadap demokrasi ditemukan baik didunia Barat maupun Islam. Kita memang menemukan berbagaiperbedaan lintas-budaya yang signifikan menyangkut peran parapemimpin keagamaan dalam politik dan masyarakat, namun sikap-

164 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 67: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

sikap ini membedakan Barat dari banyak negara lain di seluruhdunia, bukan hanya negara-negara Islam. Tesis awal tersebut secarasalah mengandaikan bahwa garis pemisah budaya terpenting antaraBarat dan Islam berkenaan dengan pemerintahan demokratis, danmengabaikan perbedaan budaya yang lebih kuat menyangkut isu-sisu kesetaraan gender dan liberalisasi seksual. Analisa kelompok(cohort analysis) menunjukkan bahwa generasi yang lebih muda diBarat secara bertahap menjadi lebih liberal terhadap seksualitas, danhal ini memunculkan suatu gap budaya yang semakin besar, di mananegara-negara Islam tetap merupakan masyarakat-masyarakat yangpaling tradisional di dunia. Nilai-nilai utama yang membedakanIslam dan Barat berkisar terutama pada masalah Eros dan Demos.

Perdebatan “Benturan Peradaban”

Tesis benturan peradaban mengandung tiga klaim utama. Pertama,Huntington menyatakan bahwa “budaya penting”; lebih khusus,bahwa nilai-nilai di masyarakat-masyarakat yang berbeda sekarangini bersifat path-dependent (tergantung pada satu keputusan pentingdalam titik sejarah tertentu) yang mencerminkan warisan-warisanyang telah bertahan lama yang terkait dengan “peradaban-peradaban” utama. Konsep tentang peradaban dipahami olehHuntington sebagai “a culture writ large” (budaya dalam pengertianamat luas): “Ia didefinisikan baik berdasarkan elemen-elemenobyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, adat-istiadat,lembaga-lembaga, maupun berdasarkan identifikasi-diri subyektiforang-orang.”4 Dari faktor-faktor ini, Huntington melihat agamasebagai elemen yang paling utama (hal. 47), meskipun ia juga mem -bedakan berbagai sub-divisi regional dalam agama-agama besardunia, seperti peran khas agama Katolik di Eropa Barat danAmerika Latin, yang disebabkan oleh tradisi historis dan warisanpolitik mereka yang berbeda.

Kedua, tesis “benturan” tersebut mengklaim bahwa terdapatperbedaan-perbedaan budaya yang tajam antara nilai-nilai politikutama yang umum terdapat di masyarakat-masyarakat yang sama-sama memiliki warisan Kristen Barat—khususnya nilai-nilai yangberkenaan dengan demokrasi representatif—dan keyakinan-keyakinan yang umum di masyarakat-masyarakat yang lain di dunia,khususnya masyarakat Islam. Bagi Huntington, ciri-ciri penting dariperadaban Barat antara lain pemisahan otoritas keagamaan dan

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 165

Democracy Project

Page 68: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

sekular, supremasi hukum dan pluralisme sosial, lembaga-lembagaparlementer dari pemerintahan yang representatif, dan perlindung -an hak-hak individu dan kebebasan sipil sebagai penopang antarawarga negara dan kekuasaan negara: “Secara individual hampir taksatu pun dari faktor-faktor ini khas Barat. Namun yang pentingadalah gabungan dari itu semua, dan inilah yang menjadi ciri khasBarat.”5 Penjelasan-penjelasan lain umumnya menegaskan bahwafenomena kompleks “modernisasi” mencakup banyak nilai sosiallain yang menantang keyakinan-keyakinan tradisional, terutamakepercayaan pada kemajuan ilmiah dan teknologis, keyakinan padaperan persaingan ekonomi di pasar, dan penyebaran adat-kebiasaansosial modern, misalnya liberalisasi seksual dan kesetaraan bagiperempuan.6 Namun klaim Huntington adalah bahwa ciri khasterkuat dari budaya Barat—suatu aspek yang membedakanKekristenan Barat dari dunia Muslim dan Ortodoks—berkenaandengan nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi perwakilan. Klaimini mendapatkan pembenarannya dengan gagalnya demokrasielektoral untuk berakar di sebagian besar negara di Timur Tengahdan Afrika Utara.7 Menurut perkiraan tahunan yang dibuat olehFreedom House (2002), dari 192 negara di dunia, dua per tiga(121) negara adalah demokrasi elektoral. Dari 47 negara denganpenduduk mayoritas Islam, satu per empat (11) adalah demokrasielektoral. Lebih jauh, tidak satu pun dari masyarakat-masyarakatutama yang berbahasa Arab di Timur Tengah dan Afrika Utaramasuk dalam kategori ini. Melihat pola ini, dengan tidak adanyabukti-bukti survei menyangkut keyakinan-keyakinan nyata daripublik Islam, umum diasumsikan bahwa mereka kurang memilikikeyakinan pada prinsip-prinsip atau kinerja demokrasi, dan lebihmemilih kepemimpinan yang kuat dan pemerintahan oleh otoritas-otoritas keagamaan tradisional dibanding nilai-nilai demokratismengenai persaingan pluralistik, partisipasi politik, hak-hak politikdan kebebasan sipil.

Terakhir, Huntington menyatakan bahwa perbedaan-perbedaanpenting dan lama dalam nilai-nilai politik yang terkait denganbudaya keagamaan dominan akan menyebabkan munculnya konflikdi antara dan di dalam negara-negara, di mana persoalan palingutama dari politik global bersumber dari suatu “benturan” etno-religius.8 Tetap tidak jelas apakah Huntington mengklaim bahwaperpecahan utama tersebut berkenaan dengan nilai-nilai demokratisBarat versus dunia berkembang, atau apakah perbedaan utamatersebut terlihat sebagai perpecahan antara Barat dan Islam. Namun

166 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 69: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

yang terakhir merupakan penafsiran paling menonjol atas tesis itu,dan merupakan penafsiran yang memunculkan perdebatan yangsangat tajam.

Para spesialis studi wilayah Timur Tengah, para sarjana ahli Al-Quran, dan para pelajar hukum Islam telah memperdebatkanserangkaian isu yang berkenaan dengan tesis “benturan” tersebut.Para kritikus menentang gagasan tentang suatu budaya Islam yangtunggal, dan menunjuk pada berbagai perbedaan substansial yangditemukan di antara satu miliyar orang yang hidup di berbagainegara Islam, seperti Pakistan, Yordania, Azerbaijan, Indonesia,Bangladesh, dan Turki, dan berbagai perbedaan di antara umatIslam yang radikal atau moderat, tradisional atau modern,konservatif atau liberal, garis-keras atau revisionis.9 Para pengamatmenekankan berbagai macam perbedaan di dalam dunia Islam yangdisebabkan oleh tradisi sejarah dan warisan kolonial, perpecahanetnis, tingkat perkembangan ekonomi, dan peran dan kekuasaankaum fundamentalis keagamaan di negara-negara yang berbeda, danmengklaim bahwa tidak cukup masuk akal untuk begitu saja meng -gabungkan orang-orang yang hidup di Jakarta, Riyadh, dan Istanbuldalam satu kelompok budaya. Demikian juga, gagasan bahwa kitadapat mengetahui suatu budaya tunggal “Kekristenan Barat” berartiterlalu menyederhanakan berbagai perbedaan besar lintas-negara –bahkan di antara masyarakat pasca-industri yang makmur sepertiAmerika Serikat, Italia, dan Swedia—sebagai contoh perbedaan-perbedaan antara Eropa Mediterania yang Katolik dan Skandinaviayang Protestan, serta di antara sektor-sektor sosial dan berbagaikelompok keagamaan di dalam masing-masing negara.

Selain itu, bahkan jika kita menerima adanya suatu budaya“Islam” bersama, para sarjana juga berpendapat bahwa nilai-nilaidan ajaran Al-Quran bukannya bertentangan dengan nilai-nilaidemokrasi.10 Edward Said mengkritik tesis Huntington tersebutsebagai suatu usaha untuk menghidupkan kembali dikotomi “hitam-putih”, “kami-mereka”, atau “baik-buruk” yang pernah begitumenonjol selama masa Perang Dingin, dan mengganti ancaman“mata-mata Komunis” dengan ancaman dari “para teroris Islam.”11

Para pemimpin Barat, yang mencoba membangun koalisi globalmelawan para pengikut Osama bin Laden, berusaha untukmenjarakkan diri mereka dari tesis benturan peradaban tersebut,dan menegaskan berbagai perbedaan tajam di dalam dunia Islamantara kalangan fundamentalis ekstrem dan umat Islam moderat.Para pemimpin tersebut menegaskan bahwa peristiwa 11 September

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 167

Democracy Project

Page 70: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

itu disebabkan oleh keyakinan-keyakinan ideologis ekstrem yangdiyakini oleh kelompok-kelompok Al-Qaeda dan kalanganfundamentalis Taliban, bukan oleh opini publik Muslim padaumumnya. Seperti halnya merupakan kesalahan jika memahamipengeboman Kota Oklahoma 1995 sebagai serangan kolektifterhadap pemerintah federal oleh semua kalangan fundamentalisKristen, dan bukan merupakan ulah dari beberapa individu,demikian juga tidak tepat untuk melihat serangan oleh para terorisAl-Qaeda terhadap simbol-simbol kapitalisme dan kekuasaanfinansial Amerika sebagai suatu “benturan peradaban” baru antarabudaya Islam dan Barat.

Selain menentang premis-premis dasar dari tesis benturan per -adaban tersebut, penjelasan-penjelasan alternatif terhadap funda -mentalisme Islam radikal menyatakan bahwa sebab-sebab yangpaling mendasar terletak pada berbagai perbedaan tajam antarakaya dan miskin dalam masyarakat, yang diperkuat oleh berbagaiketidaksetaraan kekuasaan politik dalam rezim-rezim TimurTengah.12 Teori-teori struktural atau Neo-Marxis menyatakanbahwa alat-alat prediksi terbaik menyangkut ketidakpuasan radikalterletak pada pola-pola modernisasi yang tidak merata di seluruhdunia dan adanya berbagai macam ketidaksetaraan di dalammasyarakat-masyarakat Muslim. Perbedaan-perbedaan paling pen -ting tersebut mungkin adalah antara kelas menengah, sektor-sektorsosial yang lebih makmur, terdidik dan profesional di satu sisi—paraguru, dokter, dan pengacara di Kairo, Beirut dan Islamabad—dankelompok-kelompok yang lebih miskin, tidak terdidik dan anak-anak muda pengangguran yang hidup di Arab Saudi, Libya, danSyiria, yang jika merasa tidak puas mungkin bersedia untuk direkrutdemi perjuangan fundamentalis Islam. Huntington membedakankarakteristik-karakteristik demografis tertentu dari masyarakat-masyarakat Islam, terutama fenomena “ledakan anak muda”,namun tidak melihat konsekuensi-konsekuensi dari pola generasiini, khususnya apakah anak-anak muda dari sektor-sektor masya -rakat yang lebih miskin sangat cenderung mengalami ketidakpuasanpolitik.

Namun terdapat teori-teori alternatif yang masuk akal tentangperbedaan-perbedaan budaya besar yang mungkin bisa kita temukanantara Islam dan Barat. Dalam suatu karya yang disajikan di tempatlain, kami mencatat bagaimana proses modernisasi telah mengubahnilai-nilai dengan menghasilkan gelombang dukungan yang semakinmeningkat bagi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam

168 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 71: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

masyarakat-masyarakat pasca-industri, dan dukungan yang lebihbesar dalam masyarakat-masyarakat ini terhadap seksualitas yanglebih terbuka dan liberal, termasuk toleransi terhadap perceraian,aborsi, dan homoseksualitas.13 Versi teori modernisasi yang di -kembangkan oleh Inglehart menghipotesiskan bahwa per kem bang -an manusia menghasilkan sikap budaya yang berubah di hampirsemua masyarakat, meskipun nilai-nilai juga mencerminkan jejakwarisan keagamaan dan pengalaman historis masing-masing masya -rakat. Modernisasi menghasilkan berbagai perubahan sistematis dandapat diprediksikan dalam peran-peran gender. Dampak moderni -sasi tersebut berjalan dalam dua fase kunci:

i. Industrialisasi menjadikan kaum perempuan bisa melakukankerja upahan dan secara dramatis mengurangi angka kesuburan.Perempuan menjadi melek-huruf dan memperoleh kesempatanpendidikan. Perempuan diberi hak suara dan mulai berpartisipasidalam pemerintahan, namun masih memiliki kekuasaan yangjauh lebih sedikit dibanding laki-laki.

ii. Fase pasca-industri membawa perubahan ke arah kesetaraangender yang lebih besar ketika perempuan masuk ke dalam statusperan ekonomi yang lebih tinggi dalam manajemen dan profesi,dan mendapatkan pengaruh politik di lembaga-lembaga yangdipilih dan diangkat. Sekitar setengah masyarakat dunia belummemasuki fase ini; hanya masyarakat-masyarakat industri yanglebih maju yang sekarang ini mengalami perkembangan ke arahini.

Dua fase ini berhubungan dengan dua dimensi utama dari variasilintas-budaya: (i) Transisi dari nilai-nilai tradisional ke nilai-nilaisekular-rasional; dan (ii) transisi dari nilai-nilai bertahan-hidup kenilai-nilai pengungkapan-diri. Merosotnya keluarga tradisionalterkait dengan dimensi pertama tersebut. Munculnya kesetaraangender terkait dengan dimensi yang kedua. Perubahan-perubahanbudaya dalam masyarakat modern pada dirinya sendiri tidakmemadai untuk menjamin kesetaraan perempuan di semua dimensiutama kehidupan; meskipun demikian, melalui berbagai reformasistruktural dan hak-hak perempuan, semua itu sangat memper -mudah proses ini.14 Jika teori ini diterapkan pada perbedaan-perbedaan budaya antara masyarakat modern dan tradisional, iamengandaikan bahwa kita mengharapkan salah satu perbedaanutama antara dunia Barat dan Islam berfokus pada masalah

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 169

Democracy Project

Page 72: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

kesetaraan gender dan liberalisasi seksual, dan bukan pada nilai-nilai demokrasi yang menjadi inti teori Huntington.

Klasifikasi dan Ukuran

Singkatnya, banyak isu yang muncul dari tesis “benturan” tersebutdapat dikaji, namun di sini kita berfokus pada menguji dua proposisialternatif yang muncul dari perdebatan teoretis itu. Huntingtonmenegaskan bahwa nilai-nilai politik demokrasi di Barat bersumberdari pemisahan negara dan gereja, tumbuhnya lembaga-lembagaparlementer yang representatif, dan peluasan hak pilih. Dengandemikian, ia memperkirakan bahwa, terlepas dari muncul danmenguatnya demokrasi-demokrasi “Gelombang Ketiga” belakanganini di banyak negara di dunia, nilai-nilai demokrasi akan tertanamdengan paling mendalam dan kuat dalam masyarakat-masyarakatBarat. Jika benar, kita berharap untuk menemukan bahwa benturanbudaya paling kuat dalam hal nilai-nilai politik adalah antara duniaIslam dan Barat. Sebaliknya, teori modernisasi Inglehart menyata -kan bahwa gelombang dukungan yang menguat bagi kesetaraanperempuan dan liberalisasi seksual telah meninggalkan jejak yangkuat di negara-negara pasca-industri yang kaya, meskipun sikap-sikap tradisional terus bertahan dalam masyarakat-masyarakatberkembang yang lebih miskin. Karena itu, berdasarkan penafsiranini, kita juga menguji proposisi alternatif bahwa perbedaan-perbedaan budaya yang mendalam antara Islam dan Barat akanlebih berkisar pada nilai-nilai sosial ketimbang nilai-nilai politik,terutama yang berkenaan dengan isu-isu liberalisasi seksual dankesetaraan gender.

Isu-isu tentang konflik budaya dan perubahan nilai telahmemunculkan kontroversi yang begitu besar, namun hinggasekarang ini tidak banyak data survei sistematis yang tersedia untukmembandingkan opini publik tentang politik dan masyarakat dinegara-negara Timur Tengah dan Barat. Berbagai penafsiran olehpara ahli wilayah dan para antropolog bersandar pada sumber-sumber yang lebih kualitatif, termasuk wawancara pribadi, peng -amatan, dan pengalaman langsung, serta kajian teks dan ke pustaka -an, naskah-naskah keagamaan, dan dokumen-dokumen sejarah.15

Belakangan ini perusahaan-perusahaan komersial mulai melakukanpoling-poling opini yang mewakili publik di lingkup negara Muslimyang terbatas;16 survei Gallup meneliti sikap-sikap terhadap negara

170 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 73: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

lain di sembilan masyarakat Timur Tengah dan Amerika Serikat,17

sementara Roper Report Worldwide membandingkan nilai-nilaisosial di Amerika Serikat dan Arab Saudi.18 Selain itu, sebuah studioleh Mark Tessler meneliti orientasi-orientasi terhadap demokrasidi empat negara Arab (Mesir, Yordania, Maroko, dan Aljazair), danmelaporkan bahwa dukungan bagi Islam politik tidak menyebabkanmunculnya sikap-sikap yang memusuhi demokrasi.19 Richard Rosemembandingkan sikap di kalangan umat Islam di Kazakhstan danKirgistan, dan juga menyimpulkan bahwa menjadi seorang Muslimtidak menjadikan seseorang lebih cenderung menolak demokrasiatau mendukung kediktatoran.20 Berdasarkan studi-studi sebelum -nya, bab ini memfokuskan diri untuk menganalisa sikap-sikap dannilai-nilai di dua gelombang terakhir Survei Nilai-nilai Dunia, dari1995 hingga 2001. Untuk menguji bukti-bukti bagi tesis benturanperadaban, studi ini membandingkan nilai-nilai di tingkat sosial,berdasarkan asumsi bahwa budaya-budaya yang dominan meng -hamparkan suatu pengaruh yang luas dan tersebar pada orang-orang yang hidup di dalamnya.

Mengklasifikasikan Wilayah-wilayah Budaya

Dalam penjelasan Huntington, sembilan peradaban besar sekarangini dapat diidentifikasi, yang sebagian besar didasarkan pada budayakeagamaan dominan di tiap-tiap masyarakat:

• Kekristenan Barat (sebuah budaya Eropa yang kemudianmenyebar ke Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru),

• Muslim (mencakup Timur Tengah, Afrika Utara, dan sebagianAsia Tenggara),

• Ortodoks (Rusia dan Yunani),• Amerika Latin (umumnya Katolik namun dengan budaya

korporatis dan otoriter yang khas), • Sinik/Konfusian (China, Korea Selatan, Vietnam, dan Korea), • Jepang,• Hindu, • Budha (Sri Lanka, Birma, Thailand, Laos, dan Kamboja), dan

(mungkin) • Afrika Sub-Sahara.21

Huntington memperlakukan negara atau masyarakat sebagai aktorinti yang melambangkan peradaban-peradaban ini, meskipun

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 171

Democracy Project

Page 74: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

172 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

mengakui bahwa populasi-populasi dengan identitas keagamaandan budaya tertentu tersebar luas melampaui batas-batas negara-bangsa. Selain itu, beberapa masyarakat yang plural sangat beragam,sehingga jarang terdapat suatu pemetaan satu-satu yang jelas,terlepas dari kasus-kasus pengecualian seperti Jepang dan India.

Untuk menganalisa bukti-bukti survei bagi proposisi-proposisiini, masyarakat-masyarakat diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori (lihat Tabel 6.1) yang didasarkan pada budaya keagamaandominan dalam tiap-tiap negara. Perbandingan tersebut mencakup11 masyarakat dengan penduduk Islam mayoritas (berkisar dari71% hingga 96%), yang meliputi Aljazair, Yordania, Pakistan, Turki,Azerbaijan, Indonesia, Bangladesh, Albania, Maroko, Iran danMesir. Tabel ini membandingkan berbagai negara dalam duniaIslam, yang mencakup negara-negara semi-demokrasi yang memilikipemilu dan kebebasan, misalnya Albania, Turki dan Bangladesh,serta monarki-monarki konstitusional (Yordania), dan negara-negara semi-demokrasi dengan pemerintahan militer (Pakistan).Secara geografis negara-negara ini berlokasi di Eropa Timur, TimurTengah, dan Asia Selatan. Selain itu, kerangka perbandingan ter -sebut mencakup 22 negara, berdasarkan sebuah budaya “Kekristen -an Barat” (meminjam definisi Huntington yang mencakupmasyarakat-masyarakat pasca-industri Katolik maupun Protestan,serta negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru, yang secarageografis tidak berlokasi di “Barat” namun yang mewarisi suatutradisi demokratis dari Protestan Inggris). Negara-negara laindiklasifikasikan ke dalam tradisi budaya keagamaan yang khas,termasuk Amerika Latin (10), Rusia atau Yunani Ortodoks (12),Eropa Tengah (10 negara yang sama-sama memiliki warisan KristenBarat namun memiliki pengalaman khas hidup dalam kekuasaanKomunis), Afrika sub-Sahara (5), Asia Tenggara (4 masyarakat yangmenganut nilai-nilai Sinik/Konfusian), serta Jepang dan India. Selainitu, 10 masyarakat memiliki populasi minoritas Islam yangsignifikan (berkisar dari 4% hingga 27%), yang mencakup Bosnia,Macedonia, Nigeria, dan India, meskipun negara-negara ini me -miliki populasi mayoritas Ortodoks, Protestan, atau Hindu. Dalammodel-model regresi multivariat, tiap-tiap jenis masyarakat dikode -kan sebagai suatu variabel dummy dan kategori masyarakat “Barat”digunakan sebagai kategori rujukan (dihilangkan). Dengan demi -kian model-model itu mengukur dampak dari hidup dalam masing-masing jenis masyarakat ini, dengan kontrol-kontrol, di bandingkandengan hidup di Barat.

Page 75: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

CA

TATA

N: S

tudi

ini m

embe

daka

n ne

gara

-neg

ara

deng

an tr

adis

i sej

arah

, war

isan

kea

gam

aan

dan

inst

itusi

pol

itik

yang

kha

s, y

ang

men

caku

pU

K (

Irla

ndia

Uta

ra d

an I

nggr

is R

aya)

, Jer

man

(T

imur

dan

Bar

at),

dan

Rep

ublik

Fed

eral

Yug

osla

via

(Ser

bia

dan

Mon

tene

gro)

. Mas

yara

kat-

mas

yara

kat

Kat

olik

dan

Pro

test

an d

iana

lisa

bers

ama

seba

gai “

Kek

rist

enan

Bar

at”.

Sel

ain

itu, I

ndia

dan

Jep

ang

mas

ing-

mas

ing

dipe

rlak

ukan

seba

gai b

uday

a ke

agam

aan

yang

ter

send

iri.

Sum

ber:

Sur

vei N

ilai-n

ilai D

unia

/Sur

vei N

ilai-n

ilai E

ropa

, 199

5-20

01.

Tabe

l 6.

1.K

lasi

fika

si M

asya

raka

t be

rdas

arka

n B

uda

ya K

eaga

maa

n

173

Democracy Project

Page 76: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

174 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Dengan mengesampingkan variabel-variabel sementara, model-model regresi multivariat membandingkan pengaruh budaya-budaya keagamaan dominan di tiap-tiap jenis masyarakat denganmengontrol tingkat perkembangan manusia dan politik. Teori-teorimodernisasi menyatakan bahwa proses ini menghasilkan berbagaiperubahan tertentu dalam nilai-nilai budaya yang dapat diprediksi -kan, termasuk merosotnya keyakinan pada sumber-sumber otoritaskeagamaan tradisional dan meningkatnya tuntutan akan bentuk-bentuk keterlibatan sipil yang lebih partisipatif.22 Perbedaan-per -bedaan struktural di antara masyarakat-masyarakat diukur denganIndeks Perkembangan Manusia UNDP 2000 (yang memadukantingkat pendapatan per kapita, kemelekhurufan, pendidikan danharapan hidup), dan tingkat demokratisasi, yang diklasifikasikandengan berdasarkan pada analisa hak-hak politik dan kebebasansipil Freedom House 1999-2000.23 Perbedaan-perbedaan strukturaldi antara berbagai kelompok dalam masyarakat diukur dengan indi -kator-indikator sosial standar, yang meliputi penghasilan (sebagaiukuran lintas-budaya yang paling dapat dipercaya menyangkutstatus sosial-ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang berbeda),pendidikan, gender, usia dan nilai-nilai keagamaan. Yang terakhirini disertakan untuk melihat apakah kekuatan nilai-nilai keagamaanlebih signifikan dibanding jenis budaya keagamaan yang dominandalam suatu masyarakat. Nilai-nilai keagamaan diukur dengan (per -tanyaan) apakah orang-orang mengatakan bahwa agama “sangatpenting” dalam kehidupan mereka.

Mengukur Nilai-Nilai Politik dan Sosial

Sikap-sikap dibandingkan terhadap tiga dimensi nilai-nilai politikdan sosial: (i) dukungan bagi prinsip-prinsip dan kinerja demo -kratis, (ii) sikap terhadap kepemimpinan politik, dan (iii) dukunganterhadap kesetaraan gender dan liberalisasi seksual. Seperti di -kemuka kan di tempat lain, suatu pembedaan penting perlu ditegas -kan antara dukungan pada prinsip-prinsip demokrasi dan penilaianterhadap kinerja demokrasi sebenarnya.24 Bukti-bukti dari gelombang-gelombang sebelumnya Survei Nilai-nilai Dunia mem perlihatkanbahwa warga negara di banyak negara sangat men dukung prinsip-prinsip umum demokrasi, seperti yakin bahwa ia merupakan bentukpemerintahan terbaik dan menolak bentuk pemerintahan otoritarian,namun pada saat yang sama banyak warga negara tetap merasasangat tidak puas dengan bagaimana pemerintahan demokratis

Page 77: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

berjalan dalam praktiknya.25 Fenomena tentang “warga negara yanglebih kritis” atau “kaum demokrat yang merasa kecewa” telahumum terlihat.26 Untuk mengkaji dimensi-dimensi ini, sikap-sikapterhadap prinsip-prinsip dan kinerja demokrasi dalam studi inidiukur dengan menggunakan item-item yang didaftar dalam Tabel6.2, di mana para responden diminta untuk mengungkapkan per -setujuan atau ketidaksetujuan dengan pernyataan-pernyataan yangada di dalamnya. Perlu dicatat bahwa item-item kinerja tersebuttidak menanyai orang-orang tentang pengalaman demokrasi merekadi negara mereka sendiri, seperti seberapa bagus kinerja pemerintahmereka, melainkan meneliti harapan-harapan mereka tentangseberapa bagus pemerintahan demokratis berfungsi secara umumdalam mengambil keputusan dan memelihara ketertiban.

Tabel 6.2. Analisa Faktor terhadap Nilai-nilai Politik

CATATAN: Analisa faktor komponen utama digunakan dengan rotasi varimaksdan normalisasi Kaiser. Model total tersebut memprediksi 72,6% dari variasi ku-mulatif. Skala kinerja demokratis tersebut dibalikkan sehingga respons positif men-gungkapkan kepuasan yang lebih besar terhadap demokrasi.Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia/Survei Nilai-nilai Eropa, Gelombang III dan IV(1995-2001).

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 175

Democracy Project

Page 78: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Selain itu, umum diandaikan bahwa salah satu perbedaan utamaantara budaya Muslim dan Barat terkait dengan sikap terhadapperan para pemimpin keagamaan, yang memegang kekuasaankarena otoritas spiritual mereka, atau para pemimpin sekular yangmemegang otoritas melalui pemilihan, yang mencerminkankeyakinan-keyakinan yang lebih mendalam tentang pemisahangereja dan negara. Karena itu, kita juga memonitor dukungan bagiperan para pemimpin keagamaan dalam kehidupan publik, denganitem-item yang didaftar dalam Tabel 6.2. Tak satu pun itemkepemimpinan memberi petunjuk responden pada rujukan eksplisitke arah “demokrasi”, dan pada dasarnya memang tidak adaketidakkonsistenan untuk yakin baik pada peran penting otoritasspiritual maupun pada prinsip-prinsip demokrasi, jika parapemimpin keagamaan tersebut menjalankan kekuasaan karenadipilih, sebagaimana terlihat pada Partai Demokrat Kristen diJerman atau para politisi Kristen Kanan di Amerika Serikat. Kitajuga berusaha membandingkan sikap-sikap terhadap preferensi ataskepemimpinan yang kuat, yang diukur dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengkaji dukungan bagi bentuk-bentuk peme -rintahan non-demokratis oleh para ahli atau para pemimpin yangtidak bertanggungjawab pada parlemen atau pemilu. Analisa faktormenegaskan bahwa item-item politik ini memang terbagi ke dalamempat dimensi yang khas. Oleh karena itu, skala-skala ringkas di -susun, masing-masing distandarkan pada 100 poin demi ke mudahanpenafsiran dan perbandingan yang konsisten di semua ukuran.

Namun proposisi alternatifnya adalah bahwa transformasi nilai-nilai sosial ke arah (liberalisasi) seksualitas dan kesetaraaanperempuan, yang sangat memengaruhi generasi yang lebih mudadalam masyarakat-masyarakat pasca-industri, mungkin merupakaninti dari suatu benturan budaya antara masyarakat modern dantradisional secara umum, dan khususnya antara Barat dan Islam.Dalam hal ini, Huntington mungkin dengan benar mengidentifikasipentingnya nilai-nilai peradaban, namun mungkin telah salahmendiagnosa sebab-sebab utama berbagai perbedaan budaya. Untukmeneliti proposisi ini kita dapat membandingkan dukungan bagikesetaraan gender, dengan menggunakan skala yang distandarkanyang dikembangkan di tempat lain, yang juga didasarkan padaanalisa faktor, untuk memonitor sikap terhadap peran perempuandan laki-laki dalam pekerjaan, pendidikan, politik dan keluarga.27

Item-item Kesetaraan Gender tersebut mirip dengan item-item yangumumnya tercakup dalam skala-skala psikologis yang lebih

176 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 79: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

komprehensif dari peran seksual. Skala kesetaraan gender tersebutdijumlahkan di seluruh item dan distandarkan pada 100 poin demikemudahan penafsiran. Kita juga membandingkan sikap-sikapdengan menggunakan skala 10-poin untuk memonitor persetujuanatau ketidaksetujuan terhadap tiga dimensi yang saling terkait darikebiasaan seksual yang berubah, yang berkenaan denganhomoseksualitas, aborsi dan perceraian.

Sikap-sikap terhadap Demokrasi

Model-model regresi least squares multivariat biasa yang disajikandalam Tabel 6.3 membandingkan dampak dari hidup di dalam tiap-tiap jenis budaya keagamaan setelah memasukkan kontrol bagiperkembangan manusia dan politik tingkat-sosial, dan ukuran-ukuran tingkat individu bagi usia, gender, pendidikan, penghasilan,dan kuatnya religiusitas. Dalam model-model ini, tiap-tiap jenismasyarakat dikodekan sebagai suatu variabel dummy (0/1). KategoriBarat tersebut dikeluarkan dari analisa, sehingga koefisien-koefisiendummy itu dapat ditafsirkan sebagai dampak dari hidup dalammasyarakat-masyarakat ini, setelah menerapkan kontrol-kontrolsebelumnya, dibandingkan dengan dampak dari hidup di Barat.Data tersebut dimasukkan ke dalam blok-blok, yang mencakupkontrol-kontrol perkembangan dan sosial dalam blok pertama,kemudian efek-efek tambahan dari keseluruhan model tersebutdalam blok kedua, dan juga mencakup jenis masyarakat.

Hasil-hasilnya memperlihatkan bahwa setelah mengontrol semuafaktor, bertentangan dengan tesis Huntington, dibandingkandengan masyarakat-masyarakat Barat, tidak terdapat perbedaan-perbedaan yang signifikan antara publik yang hidup di Barat dandalam budaya keagamaan Muslim dalam hal persetujuan tentangbagaimana demokrasi berjalan dalam praktiknya, dalam haldukungan bagi prinsip-prinsip demokrasi, dan dalam persetujuanterhadap pemimpin yang kuat. Sebaliknya, dukungan yang kurangkuat terhadap nilai-nilai demokrasi terlihat jelas di banyak jenismasyarakat non-Barat yang lain, khususnya negara-negara di EropaTimur dan Tengah, dan Amerika Latin, sementara negara-negaraSinik/Konfusian memperlihatkan persetujuan terbesar terhadappemerintahan yang kuat. Pada saat yang sama, setelah memasukkansemua kontrol, publik Muslim memperlihatkan dukungan yang lebihbesar bagi peran sosial otoritas-otoritas keagamaan yang kuat

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 177

Democracy Project

Page 80: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Democracy Project

CA

TATA

N:

Mod

el-m

odel

reg

resi

OLS

, de

ngan

blo

ckw

ise

entr

y, d

enga

n sk

ala-

skal

a ni

lai

polit

ik s

ebag

ai v

aria

bel

depe

nden

. M

odel

len

gkap

dig

amba

raka

nda

lam

Lam

pira

n Te

knis

di a

khir

bab

ini,

Tabe

l A6.

1. B

lok

1 da

lam

sem

ua m

odel

ter

sebu

t m

engo

ntro

l tin

gkat

per

kem

bang

an m

anus

ia (

Inde

ks P

erke

mba

ngan

Man

usia

199

8), t

ingk

at p

erke

mba

ngan

pol

itik

(Ind

eks

tuju

h-po

in F

reed

om H

ouse

[di

balik

kan]

ten

tang

hak

-hak

pol

itik

dan

kebe

basa

n si

pil 1

999-

2000

), us

ia(t

ahun

), ge

nder

(la

ki-la

ki =

1),

pend

idik

an (

3 ka

tego

ri r

enda

h ke

tin

ggi),

pen

ghas

ilan

(10

kate

gori

ren

dah

ke t

ingg

i), d

an n

ilai-n

ilai k

eaga

maa

n (p

entin

gnya

agam

a) B

lok

2 ke

mud

ian

mem

asuk

kan

jeni

s bu

daya

, ber

dasa

rkan

aga

ma

yang

dom

inan

, dik

odek

an s

ebag

ai v

aria

bel d

umm

y. B

uday

a Ba

rat

mer

upak

an k

ate-

gori

ruj

ukan

(di

hila

ngka

n). K

oefis

ien-

koef

isie

n te

rseb

ut d

apat

dip

aham

i seb

agai

men

ggam

bark

an e

fek-

efek

dar

i hid

up d

alam

tia

p-tia

p je

nis

buda

ya d

iban

d-in

gkan

den

gan

hidu

p da

lam

bud

aya

Bara

t, se

tela

h ko

ntro

l-kon

trol

seb

elum

nya.

Ska

la-s

kala

nila

i pol

itik

: unt

ukde

tail

lihat

Tab

el 6

.2 Je

nis

buda

ya: l

ihat

Tab

el6.

1. B

= k

oefis

ien

regr

esi y

ang

tidak

dis

tand

arka

n. s

.e. =

kes

alah

an s

tand

ar. B

eta

= k

oefis

ien

regr

esi y

ang

dist

anda

rkan

. Sig

nifik

ansi

(Si

g.):

***

P =

0,0

01;

**P

= 0

,01;

*P

= 0

,05.

N/s

= T

idak

sig

nifik

an.

Sum

ber:

Sur

vei N

ilai-n

ilai D

unia

/Sur

vei N

ilai-n

ilai E

ropa

, gab

unga

n sa

mpe

l 199

5-20

01.

Tabe

l 6.

3N

ilai

-nil

ai P

olit

ik b

erda

sark

an J

enis

Bu

daya

Kea

gam

aan

, den

gan

Kon

trol

Isla

m

178

Page 81: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 179

Democracy Project

dibanding publik Barat. Pola ini terus bertahan terlepas dari kontrolterhadap kuatnya religiusitas dan faktor-faktor sosial yang lain, yangmemperlihatkan bahwa hal ini tidak hanya dapat direduksi padakarakteristik-karakteristik orang-orang yang hidup dalam masya -rakat-masyarakat Muslim. Namun pilihan terhadap otoritas ke -agamaan ini kurang merupakan perbedaan budaya antara Barat danIslam dibanding gap antara Barat dan banyak jenis masyarakat lainyang kurang sekular di seluruh dunia, khususnya di Afrika sub-Sahara dan, sampai tingkat yang lebih rendah, di Amerika Latin.

Untuk mengkaji hasil-hasil ini secara lebih mendetail, Gambar6.1 dan 6.2 membandingkan lokasi tiap-tiap negara pada skala-skalatersebut. Dari semua negara yang dibandingkan, Rusia terbuktimerupakan suatu kekhasan yang sangat menonjol, yang memper -lihatkan kekecewaan luas terhadap jalannya proses demokratis,serta antusiasme yang tidak begitu besar terhadap prinsip-prinsipdemokrasi. Masyarakat-masyarakat Ortodoks yang lain juga mem -perlihatkan keyakinan yang sangat kecil pada demokrasi, termasukUkraina, Moldova, Belarus, Georgia dan Macedonia. Beberapanegara berkembang lain dari budaya yang berbeda terbukti sangatkritis terhadap jalannya demokrasi dalam praktik, meskipunmemperlihatkan dukungan yang lebih besar terhadap prinsip-prinsip demokrasi, yang mencakup Tanzania, Brazil, dan Polandia.Banyak budaya yang berbeda terletak di tengah-tengah dari gambardistribusi tersebut, yang mencakup Turki dan Yordania sebagaimasyarakat-masyarakat Islam, serta Amerika Serikat, Italia danBelanda. Negara-negara yang memberikan dukungan terkuat bagiprinsip-prinsip dan praktik-praktik demokrasi antara lain masya -rakat-masyarakat Skandinavia seperti Denmark, Islandia danSwedia, serta Jerman dan Austria. Dukungan yang tinggi jugaterlihat di masyarakat Muslim seperti Bangladesh, Mesir, danAzerbaijan. Oleh karena itu, secara umum, tingkat dukungan yangsedikit lebih rendah terhadap demokrasi terlihat di beberapa negaraEropa Timur, terutama Rusia, yang memberikan suatu penegasanbagi klaim-klaim tentang perbedaan antara masyarakat Ortodoksdan Barat. Namun sikap-sikap terhadap prinsip-prinsip dan kinerjademokrasi secara umum memperlihatkan suatu distribusi yang luasdi seluruh kelompok budaya yang berbeda-beda, dan dengandemikian kurang memberi dukungan bagi klaim bahwa Barat sangatberbeda dari Islam dalam hal keyakinannya pada demokrasi.Memang, perbedaan antara opini publik di Eropa Timur dan Baratdapat dijelaskan dengan memuaskan sebagai sesuatu yang men -

Page 82: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

cerminkan sisa-sisa warisan era Perang Dingin, dan kinerja yangburuk dari demokrasi dan negara elektoral di negara-negara ini,ketimbang ditafsirkan sebagai akibat dari warisan budaya ataumunculnya suatu perpecahan etno-religius “baru.”

Gambar 6.2 membandingkan sikap-sikap terhadap kepemimpin -an berdasarkan negara. Dukungan bagi para pemimpin keagamaanpaling rendah di banyak masyarakat sekular di Skandinavia danEropa Barat, serta di beberapa negara di Eropa Timur sepertiRepublik Ceko. Amerika Serikat terbukti khas, dan memperlihatkandukungan yang lebih tinggi, bukannya rata-rata, bagi parapemimpin keagamaan dibanding dengan negara-negara Barat lain,sementara Yunani merupakan suatu kekhasan yang lain. Padaekstrem yang lain, dukungan bagi para pemimpin keagamaan relatifkuat dalam masyarakat-masyarakat Afrika, termasuk Nigeria,Tanzania dan Afrika Selatan, serta Filipina, yang semuanya me -rupakan negara-negara dengan religiusitas yang kuat. Dibandingkandengan negara-negara Barat, banyak negara Islam memperlihatkandukungan yang lebih besar terhadap prinsip otoritas keagamaan,

Gambar 6.1. Nilai-nilai Demokrasi

Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia/Survei Nilai-nilai Eropa, gabungan 1995-2001.

Perse

tujua

n ter

hada

p kin

erja

demo

kratis

Persetujuan terhadap prinsip-prinsip demokratis

180 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Masyarakat• Lainnya

■ Muslim

■ Barat

Page 83: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

namun dalam hal ini mereka tidak sendirian. Juga terdapat per -pecahan yang menonjol menyangkut isu tentang kepemimpinanyang kuat yang terlihat di dunia Islam; negara-negara yang lebihdemokratis dengan hak-hak politik dan kebebasan sipil yang lebihbesar serta tradisi parlementer, misalnya Bangladesh dan Turki,memperlihatkan keberatan yang lebih besar dalam hal ke pe mim -pinan otoriter. Sampai tingkat yang lebih rendah, Yordania jugamasuk dalam kategori ini. Sebaliknya, publik yang hidup di negara-negara Islam yang dicirikan oleh kebebasan politik yang lebihterbatas, negara yang kurang demokratis, dan eksekutif yang kuat,memperlihatkan dukungan yang lebih besar bagi kepemimpinanotoriter, khususnya di Mesir, Iran dan Maroko.

Namun sejauh ini kita belum membandingkan tesis modernisasialternatif bahwa nilai-nilai sosial tentang kesetaraan gender danliberalisasi seksual sangat mungkin merupakan inti dari suatu“benturan” antara Islam dan Barat. Analisa tentang sikap-sikapsosial ini dalam Tabel 6.4 memperlihatkan tingkat jurang pemisahantara Islam dan Barat, di mana gap yang jauh lebih kuat dan lebihsignifikan adalah menyangkut isu-isu ini ketimbang meyangkut

Gambar 6.2. Sikap-sikap terhadap Kepemimpinan

Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia/Survei Nilai-nilai Eropa, gabungan 1995-2001.

Ketid

akse

tujua

n ter

hada

p pa

ra p

emim

pin ke

agam

aan

Ketidaksetujuan terhadap para pemimpin otoriter yang kuat

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 181

Democracy Project

Masyarakat• Lainnya

■ Muslim

■ Barat

Page 84: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

182

Democracy Project

Tabe

l 6.

4.N

ilai

-nil

ai S

osia

l be

rdas

arka

n J

enis

Bu

daya

Kea

gam

aan

, den

gan

Kon

trol

Isla

m

Page 85: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

183

Democracy Project

CA

TATA

N:

Mod

el-m

odel

reg

resi

OLS

, den

gan

bloc

kwis

e en

try,

den

gan

skal

a-sk

ala

nila

i sos

ial s

ebag

ai v

aria

bel d

epen

den.

Mod

el le

ngka

pdi

gam

bara

kan

dala

m L

ampi

ran

Tekn

is d

i akh

ir b

ab in

i, Ta

bel A

6.1.

Blo

k 1

dala

m s

emua

mod

el t

erse

but

men

gont

rol t

ingk

at p

erke

mba

ngan

man

usia

(Ind

eks

Perk

emba

ngan

Man

usia

199

8), t

ingk

at p

erke

mba

ngan

pol

itik

(Ind

eks

tuju

h-po

in F

reed

om H

ouse

[dib

alik

kan]

tent

ang

hak-

hak

polit

ik d

an k

ebeb

asan

sip

il 19

99-2

000)

, usi

a (t

ahun

), ge

nder

(la

ki-la

ki =

1),

pend

idik

an (

3 ka

tego

ri r

enda

h ke

tin

ggi),

pen

ghas

ilan

(10

kate

gori

ren

dah

ke t

ingg

i), d

an n

ilai-n

ilai k

eaga

maa

n (p

entin

gnya

aga

ma)

. Blo

k 2

kem

udia

n m

emas

ukka

n je

nis

buda

ya, b

erda

sark

an a

gam

aya

ng d

omin

an,

diko

deka

n se

baga

i va

riab

el d

umm

y. B

uday

a Ba

rat

mer

upak

an k

ateg

ori

ruju

kan

(dih

ilang

kan)

. K

oefis

ien-

koef

isie

n te

rseb

utm

engg

amba

rkan

efe

k-ef

ek d

ari

hidu

p da

lam

tia

p-tia

p je

nis

buda

ya d

iban

ding

kan

deng

an h

idup

dal

am b

uday

a Ba

rat,

sete

lah

kont

rol-k

on-

trol

seb

elum

nya.

Jen

is b

uday

a: li

hat

Tabe

l 6.1

. Ska

la k

eset

araa

n ge

nder

: U

ntuk

det

ail l

ihat

cat

atan

7 d

an L

ampi

ran

B. S

kala

libe

ralis

asi s

ek-

sual

: “T

olon

g be

ri t

ahu

saya

ten

tang

tia

p-tia

p pe

rnya

taan

ber

ikut

apa

kah

hal

ini

[hom

osek

sual

itas/

abor

si/p

erce

raia

n] s

elal

u da

pat

dibe

nark

an, t

idak

per

nah

dibe

nark

an, a

tau

tidak

pas

ti, d

enga

n m

engg

unak

an k

artu

ini,

dari

1 (

tidak

per

nah

dibe

nark

an)

hing

ga 1

0 (s

elal

udi

bena

rkan

).” B

= k

oefis

ien

regr

esi

yang

tid

ak d

ista

ndar

kan.

s.e

. =

kes

alah

an s

tand

ar.

Beta

= k

oefis

ien

regr

esi

yang

dis

tand

arka

n. S

ig-

nifik

ansi

(Si

g.):

***

P =

0,0

01;

**P

= 0

,01;

*P

= 0

,05.

N/s

= T

idak

sig

nifik

an.

Sum

ber:

Sur

vei N

ilai-n

ilai D

unia

/Sur

vei N

ilai-n

ilai E

ropa

, gab

unga

n sa

mpe

l 199

5-20

01.

Page 86: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

sebagain besar nilai-nilai politik. Banyak faktor struktural jugapenting; nilai-nilai yang lebih egaliter dan liberal tampak terlihat dikalangan anak muda, perempuan, mereka yang terdidik, dan yanglebih sekular, seperti dibahas dalam Bab 7, serta di masyarakat-masyarakat dengan perkembangan manusia dan perkembangandemokratis yang lebih besar. Setelah kontrol-kontrol ini di masuk -kan, hasil-hasilnya memperlihatkan bahwa tetap terdapat perbedaanyang kuat dan signifikan pada semua nilai sosial tersebut (termasukpersetujuan terhadap kesetaraan gender, homoseksualitas, aborsidan perceraian) di kalangan publik yang hidup dalam masyarakatBarat versus Muslim. Gambar 6.3 memperlihatkan distribusi ber -bagai negara pada skala bagi kesetaraan gender dan homo seksualitassecara lebih mendetail. Hasil-hasilnya menegaskan konsistensi dariperbedaan-perbedaan tajam antara Islam dan Barat menyangkut isu-isu ini. Semua negara Barat, yang dicontohkan oleh Swedia, Jermandan Norwegia, sangat mendukung kesetaraan bagi perempuan danjuga terbukti toleran terhadap homoseksualitas. Banyak masyarakatyang lain memperlihatkan suatu pola campuran, dan berada ditengah-tengah distribusi tersebut. Sebaliknya, budaya-budaya Muslim,

Gambar 6.3. Nilai-nilai Sosial

Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia/Survei Nilai-nilai Eropa, gabungan 1995-2001.

Masyarakat• Agraris

■ Industri

■ Pascaindustri ______

Rsq = 0.5581

Skala

Kes

etara

an G

ende

r

Persetujuan atas homoseksualitas

184 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 87: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 185

Democracy Project

termasuk Mesir, Bangladesh, Yordania, Iran, dan Azerbaijan, semua -nya mem perlihatkan sikap-sikap sosial yang paling tradisional, dimana hanya Albania yang terbukti sedikit lebih liberal.

Kita tidak memunyai data survei dari waktu ke waktu yang me -mungkinkan kita untuk melacak kecenderungan-kecenderungan diera pasca-perang, untuk melihat apakah perbedaan-perbedaanbudaya antar-masyarakat ini meluas, seperti yang kami sangka, yangdisebabkan oleh proses modernisasi dalam perekonomian-per -ekonomian pasca-industri. Meskipun demikian, jika kita meng -asumsikan bahwa orang-orang mendapatkan nilai-nilai moral dansosial dasar mereka sebagai hasil dari suatu proses sosialisasi jangkapanjang dalam keluarga, sekolah dan komunitas, yang memuncul -kan dampak-dampak generasi dan bukan putaran-hidup, kita dapatmenganalisa sikap-sikap ini bagi kelompok-kelompok kelahiran 10-tahun yang berbeda. Hasil-hasil dalam Gambar 6.4 menegaskan duapola yang menonjol dan penting: pertama, terdapat suatu gap yangterus ada dalam hal dukungan terhadap kesetaraan gender danliberalisasi seksual antara Barat (yang terbukti paling liberal),masyarakat Islam (yang terbukti paling tradisional), dan semuamasyarakat yang lain (yang berada di tengah-tengah). Selain itu,yang lebih penting, gambar-gambar tersebut menunjukkan bahwagap antara Barat dan Islam biasanya paling kecil di kalangan gene -rasi yang paling tua, dan bahwa gap ini terus melebar di semua indi -kator ketika generasi-generasi yang lebih muda dalam masyarakat-masyarakat Barat menjadi semakin liberal dan egalitarian, sementaragenerasi-generasi yang lebih muda dalam masyarakat-masyarakatIslam masih sama tradisionalnya seperti orangtua dan kakek-nenekmereka. Kecenderungan-kecenderungan tersebut memperlihatkanbahwa masyarakat-masyarakat Islam tidak meng alami suatu serangandari kebiasaan-kebiasaan seksual liberal Barat di kalangan generasi-generasi yang lebih muda, melainkan bahwa kalangan pemuda-pemuda Islam tetap tidak berubah, dibandingkan dengan transfor -masi gaya hidup dan keyakinan-keyakinan yang di alami sesama anakmuda yang hidup dalam masyarakat-masyarakat pasca-industri.

Kesimpulan dan Diskusi

Tesis “benturan peradaban” tersebut telah memancing suatu“benturan kesarjanaan” di kalangan orang-orang yang berusahauntuk memahami sebab-sebab dan akibat-akibat dari konflik etno-

Page 88: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Sum

berr

: Su

rvei

Nila

i-nila

i Dun

ia/S

urve

i Nila

i-nila

i Ero

pa, g

abun

gan

1995

-200

1.

Gam

bar

6.4.

Du

kun

gan

ter

had

ap N

ilai

-nil

ai L

iber

alis

asi

Sek

sual

ber

dasa

rkan

Kel

ompo

kK

elah

iran

dan

Mas

yara

kat.

Kelo

mpo

k ke

lahi

ran

Persetujuan atas perceraianSkala kesetaraan gender

Persetujuan atas aborsiPersetujuan atas homoseksualitas

Tipe M

asya

raka

t——

Krist

en B

arat

■■

Musli

m

■■

Lainn

ya

Tipe M

asya

raka

t——

Krist

en B

arat

■■

Musli

m

■■

Lainn

ya

Tipe M

asya

raka

t——

Krist

en B

arat

■■

Musli

m

■■

Lainn

ya

Tipe M

asya

raka

t——

Krist

en B

arat

■■

Musli

m

■■

Lainn

ya

186

Democracy Project

Page 89: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 187

Democracy Project

religius. Tugas ini sangat menarik minat kalangan akademisi, namunhal ini menemukan momentumnya yang segar dari peristiwa-peristiwa dramatis 9/11 dan peristiwa-peristiwa setelahnya.Penafsiran-penafsiran alternatif terhadap isu-isu ini penting padadirinya sendiri, namun juga penting karena penafsiran-penafsiranitu mengandung implikasi-implikasi kebijakan penting, terutamamenyangkut seberapa jauh perbedaan-perbedaan antara AmerikaSerikat dan negara-negara Timur Tengah mencerminkan pandang -an-pandangan para elite politik dan rezim-rezim yang berkuasa.Ringkasnya, komponen-komponen inti dari tesis Huntington itumengandung tiga klaim: nilai-nilai sosial dalam masyarakatsekarang ini berakar dalam budaya keagamaan; pertentanganbudaya yang paling penting antara Barat dan dunia Islam terkaitdengan perbedaan-perbedaan menyangkut nilai-nilai demokratis;dan, di era pasca-Perang Dingin, “benturan budaya” ini merupakansumber dari banyak konflik internasional dan konflik etnik dalamnegeri.

Bukti-bukti komparatif dari bab ini memperlihatkan empattemuan utama:

(i) Pertama, ketika sikap-sikap politik dibandingkan (termasukpenilaian-penilaian tentang seberapa baik demokrasi berjalandalam praktik, dukungan terhadap prinsip-prinsip demokrasi,dan ketidaksetujuan terhadap para pemimpin yang kuat), yangterlihat bukan suatu benturan nilai-nilai, melainkan terdapatperbedaan minimal antara dunia Muslim dan Barat.

(ii)Sebaliknya, benturan tentang demokrasi tersebut (jika hal itu bisadisebut sebagai suatu benturan) memisahkan negara-negarapasca-Komunis di Eropa Timur (misalnya, Rusia, Ukraina, danMoldova) yang memperlihatkan dukungan minimal terhadapdemokrasi, dengan banyak negara lain yang memperlihatkansikap-sikap yang jauh lebih positif, termasuk negara-negara Baratmaupun Islam. Pola ini dapat dijelaskan dengan bagus sebagaisesuatu yang mencerminkan sisa-sisa warisan Perang Dingin danpenilaian realistik terhadap kinerja aktual demokrasi di negara-negara ini, dan bukan sebagai munculnya kembali konflik etnisyang didasarkan pada nilai-nilai gereja Ortodoks, yang bagai -manapun juga merupakan bagian dari Kekristenan.

(iii)Dukungan bagi otoritas-otoritas keagamaan lebih kuat dalammasyarakat-masyarakat Muslim dibanding di Barat, namun inibukan suatu dikotomi sederhana, karena banyak jenis masya -

Page 90: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

rakat yang lain juga mendukung suatu peran aktif para pemimpinkeagamaan dalam kehidupan publik, termasuk negara-negaraAfrika sub-Sahara serta banyak negara Katolik di Amerika Latin.

(iv)Namun terdapat suatu perbedaan budaya yang substansial,meskipun diremehkan oleh Huntington, dalam nilai-nilai sosialmenyangkut kesetaraan gender dan liberalisasi seksual. Dalamhal ini, Barat jauh lebih egaliter dan liberal dibanding semuamasyarakat yang lain, terutama negara-negara Muslim. Selainitu, analisa kelompok (kelahiran) memperlihatkan bahwa gap initerus meluas karena generasi yang lebih muda di Barat secarabertahap menjadi lebih liberal dalam adat seksual mereka,sementara generasi yang lebih muda dalam masyarakat Muslimtetap sangat tradisional.

Hasil-hasil tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat-masyarakatBarat modern memang berbeda, khususnya menyangkut transfor -masi dalam sikap dan perilaku yang terkait dengan “revolusi seks”yang telah terjadi sejak 1960-an, perubahan-perubahan pentingdalam sifat keluarga modern, dan gaya hidup yang lebih ekspresif.Kesetaraan bagi kaum perempuan telah maju lebih jauh, dan secaramendalam mengubah keyakinan dan nilai-nilai budaya tradisionaltentang pembagian peran seksual yang tepat di masyarakat-masyarakat Barat yang makmur. Namun pada saat yang sama, klaimapa pun tentang suatu benturan peradaban, khususnya klaimtentang nilai-nilai politik yang sangat berbeda yang diyakini dalammasyarakat Barat dan Islam, merupakan suatu penyedehanaan yangberlebihan terhadap bukti-bukti itu. Pada banyak dimensi politikyang dikaji di sini, baik masyarakat Muslim maupun Barat serupadalam orientasi positif mereka terhadap prinsip-prinsip demokrasi.Ketika masyarakat-masyarakat Muslim berbeda secara signifikandari Barat, misalnya dalam mendukung otoritas-otoritas keagama -an, mereka bukannya suatu pengecualian di seluruh dunia. Penaf -siran hitam-putih tentang suatu “benturan budaya di antara Islamversus Barat” seperti yang terlihat di media massa populer amatsangat menyederhanakan. Akan sangat baik jika mampu mem -bandingkan opini publik dalam dimensi-dimensi yang lebih banyak,dan di lebih banyak negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia. Selainitu, masih tetap tidak jelas seberapa jauh pemahaman-pemahamantentang demokrasi yang berbeda ditentukan secara budaya, yangmemunculkan persoalan-persoalan lazim yang mirip dalam pe ne -litian lintas-negara. Meskipun demikian, hasil-hasil itu mendorong

188 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Page 91: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

kewaspadaan yang kuat dalam melakukan generalisasi dari jenisrezim hingga keadaan opini publik di suatu masyarakat tertentu.Dukungan bagi demokrasi sangat tersebar luas di kalangan publikIslam, bahkan di kalangan mereka yang hidup dalam masyarakat-masyarakat otoriter. Garis pemisah budaya yang paling utamaantara Barat dan Islam tidak berkenaan dengan demokrasi—iaberkenaan dengan isu-isu tentang kesetaraan gender dan liberalisasiseksual, yang akan dibahas lebih jauh dalam Bab 7.***

AGAMA DAN POLITIK DI DUNIA MUSLIM 189

Democracy Project

Page 92: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi

Lampiran Teknis

Tabel A6.1. Ilustrasi tentang Model Regresi Penuh yang digunakandalam Tabel 6.3 dan 6.4

CATATAN: Tabel ini menggambarkan model regresi OLS (ordinary least squares) yanglengkap, dengan blockwise entry, dalam kasus ini dengan persetujuan terhadap kinerjademokrasi skala 100-poin sebagai variabel dependen. Blok 1 dari model tersebutmengontrol tingkat perkembangan masyarakat dan latar belakang sosial pararesponden. Blok 2 kemudian memasukkan jenis budaya, berdasarkan agama yangdominan, dikodekan sebagai variabel dummy Masyarakat-masyarakat Barat merupakankategori rujukan (dihilangkan). Koefisien-koefisien tersebut menggambarkan efek-efekdari hidup dalam tiap-tiap jenis masyarakat di bandingkan dengan hidup dalammasyarakat-masyarakat Barat, setelah kontrol-kontrol sebelumnya. Skala kinerjademokrasi: Untuk detail lihat Tabel 6.2. Tingkat perkembangan manusia: IndeksPerkembangan Manusia (HDI) 2000, mencakup harapan hidup, kemelekhurufan, danpendidikan, dan GDP per kapita dalam PPP $US (UNDP Development Report 2000).Tingkat perkembangan politik: indeks tujuh-poin Freedom House (dibalikkan) tentanghak-hak politik dan kebebasan sipil 1999-2000 (www.freedomhouse.org). Jenis budaya:lihat Tabel 6.1. Sig. = signifikansi koefisien-koefisien tersebut: ***P = 0,001; **P =0,01; *P = 0,05. N/s = Tidak signifikan. B = koefisien regresi yang tidak distandarkan.s.e. = kesalahan standar. Beta = koefisien regresi yang distandarkan.

Sumber: Survei Nilai-nilai Dunia/Survei Nilai-nilai Eropa, gabungan sampel 1995-2001.

190 STUDI-STUDI KASUS AGAMA DAN POLITIK

Democracy Project

Islam

Page 93: Sekularisasi Ditinjau Kembali Digital OK Layout 1 · Studi-studi Kasus Agama dan Politik 101 ... di Amerika Serikat dan Eropa ... karena warisan historis dari institusi-institusi