islam di madura; perspektif historis
TRANSCRIPT
0
Islam di Madura; Perspektif Historis
Proposal penelitian ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliyah Seminar Sejarah dan
mendapat nilai tambahan
Dosen Pengampu : Drs. Irfan Firdaus
Disusun Oleh :
Herman Busri (10120049)
Sejarah dan Kebudayaan Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyebaran Islam di Nusantara sampai saat ini masih menjadi wacana
yang tak kunjung usai untuk diteliti kembali kebenarannya. Berbagai pendapat
para ahil sejarah bermunculan dan hampir semuanya tidak memberikan fakta final
tentang Islamisasi di Nusantara dan masing-masing teori tersebut masih
menyisahkan beberapa titik kelemahan tersendiri, karena memang adanya
keterbatasan sumber sejarah yang autentik dan dapat mengcover semua catatan
sejarah yang benar-benar realistis.
Bukan saja keterangan waktu yang tidak jelas, persoalan pembawa atau
penda’i, dan dari mana Islam itu datang juga belum menemukan jawaban yang
benar benar final. Keadaan ini membuktikan bahwa tidak ada pencatat sejarah
yang “profesional” dalam mencatat perjalanan Islam ke Nusantara. Pendapat
sejarawan hanya didasarkan pada beberapa bukti bendawi, peninggalan-
peninggalan, dan beberapa artefak yang itupun hanya dikait-kaitkan dan dicocok-
cocokkan dengan beberapa sumber sejarah yang lain.
Wacana masuknya Islam ke Nusantara melahirkan tiga teori terkemuka
yang sampai saat ini masih dijadikan referensi sejarawan untuk mengungkapkan
dan merasionalisasikan masuknya Islam ke Nusantara. Tiga teori itu diantaranya
yaitu; Teori Gujarad, Teori Persia, dan Teori Arab.
2
Teori Gujarad banyak dikembangkan oleh ahli-ahli sejarah dari Belanda,
menurut teori ini dijelaskan bahwa penyebaran Islam ke Nusantara dibawa oleh
dan dari anak Benua India melalui jalur perdagangan, hal ini diperkuat dengan
adanya jalinan hubungan perdagangan antara Nusantara-India sejak abad VII M.
Menurut teori ini pula bahwa sejak lama orang-orang Arab yang bermadzhab
Syafi’e bermigrasi dan menetap di India, kemudian orang dan keturunan inilah
yang membawa Islam ke Nusantara1. Kemudian dari berita diatas menyimpulkan
bahwa Islam dibawa dari Gujarat melalui jalur perdagangan antara abad XII-XIV
M. sekalipun demikian, teori ini banyak menuai kritik dari berbagai ahli sejarah
dengan berbagai macam alasan.
Teori yang kedua menyebutkan bahwa Islam dibawa dari Persia, bukan
dari Gujarad. Teori ini dipopulerkan oleh Husaein Djajadiningrat, menurutnya
kebudayaan masyarakat Islam di Nusantara mempunyai kesamaan dengan
kebudayaan Islam di Persia. Diantara kesamaan kebudayaan yang dimaksud oleh
Husein Djajadiningrat salah satunya adalah adanya peringatan hari 10 Muharram
di Persia dan di Nusantara. Peringatan ini salah satunya ditandai dengan
pembuatan bubur syura2. Di Minangkabau bulan Syura disebut dengan bulan
Hasan-Husaein, dan di Bengkulu pada setiap Bulan Syura terdapat tradisi tabut,
dengan cara mengarak keranda Husein dan melemparkannya ke sungai. Alasan
keduanya yaitu adanya kesamaan ajaran tasawuf, wahdatul wujud Hamzah
Fansuri dan Syekh Siti Jenar yang has sufi Persia, al-Hallaj. Ketiga, adanya
1 . Pijnappel dari Universitas Leiden, Belanda, yang kemudian dikembangkan dan diperkuat oleh
Snouck Hurgronje 2 . termauk di Madura, sampai saat ini mayoritas masyarakat Madura membuat bubur sora logat
Madura, yang dimaksud adalah Syura.
3
penggunaan istilah-istilah dari Persia dalam tanda bunyi harkat dalam pengkajian
al-Qur’an, seperti jabar (Arab:fathah), huruf sin tidak bergigi (Arab: bergigi).
Keempat, nisan Malik al-Saleh dan Maulana Malik Ibrahim dipesan dari Gujarat.
Kelima, Persamaan madzhab mayoritas Ummat Islam Nusantara sama dengan
madzhab orang-orang Malabar, madzhab Syafi’e. Lagi-lagi teori ini tidak
menjamin kebenaran dari mana Islam dibawa. Adanya persamaan kebudayaan
Islam antara Islam di Nusantara dan di Persia, ternyata tidak didukung dengan
adanya persamaan mazhab yang sebenarnya hal itu menjadi salah-satu alasan kuat
untuk menemukan jawaban tentang datangnya Islam ke Nusantara, akan tetapi
tidak pada teori ini. Mazhab orang Islam di Nusantara hanya terhenti sampai
Malabar dan tidak sampai ke Mekkah sebagai pusat mazhab Syafi’e.
Teori ketiga adalah Islam dibawa dari Arab, teori ini dilandaskan dengan
adanya perdagangan Barat-Timur sejak awal Hijriyah, yaitu sekitar abad VII
Masehi, sekalipun teori ini tidak dapat dibuktikan dengan fakta sejarah yang
sangat jelas akan tetapi setidaknya sumber sejarah Cina menyebutkan bahwa
sekitar abad VII pedagang-pedagang Arab telah menjadi peminpin di pesisir
Sumatera dan bahkan diantara mereka melakukan perkawinan dengan masyarakat
lokal, jadi waktu itu terbentuklah perkampungan Arab di Sumatera. Kemudian
orang-orang Arab yang berada dalam perkampungan kecil itu mulai menyebarkan
ajaran Islam yang mereka dapatkan di Tanah Arab.
Tiga teori tersebut memang sulit dipatahkan dengan satu teori saja. Akan
tetapi, jika kita melirik sejenak dengan kesejarahan orang-orang Nusantara yang
sangat lihai dalam mengarungi lautan, sepertinya teori ketigalah yang menjadi
4
teori paling “mendekati” tepat disebut sebagai teori masuknya Islam ke Nusantara,
bahwa Islam sudah masuk sejak abad VII sepertinya lebih masuk di akal. Karena
memang jauh sebelum Islam lahir, orang-orang Nusantara telah mengenal
bagaimana caranya mengarungi Samudra, kemampuan orang-orang Nusantara
dalam bertransportasi di lautan membuat mereka dengan mudah menjalin
hubungan perekonomian internasional, tak terlebih dengan orang-orang Arab
Islam. Sehingga kondisi ini menumbuhkan asumsi yang sangat kuat bahwa
interaksi orang-orang Nusantara telah lama terjalin sejak lama dengan orang-
orang luar. Tidak menutup kemungkinan jalinan ini menjadi sebab-musabab
adanya hubungan dengan orang Arab Islam sejak awal Islam lahir dan
berkembang di Tanah Arab, yang mana pula waktu itu (sekitar abad VII) orang-
orang Arab Islam telah memulai perdagangan lautnya menuju ke Timur.
Lebih terfokus lagi tentang Islamisasi di Madura. Fakta membuktikan
bahwa penduduk Muslim di Madura mendominasi dari semua penduduk yang ada
saat ini. Realita ini tidak mungkin tanpa adanya alasan tertentu yang melatar
belakanginya. Dari fakta tersebut penulis mempunyai kecurigaan besar bahwa
berkembang pesatnya Islam di Madura ada simbiosis-mutualismenya dengan
proses Islamisasi yang dibawa oleh orang-orang Islam ke Madura.
Ada beberapa rumor (informasi dengan sumber yang kurang jelas)
menyebutkan bahwa Islamisasi di Madura lebih awal dibanding Islamisasi di
Jawa. Akan tetapi berita ini tidak mempunyai banyak bukti sejarah, bahkan bisa
dikatakan tidak ada. Meskipun informasi yang mengatakan bahwa keberadaan
Islam lebih awal di Madura dibanding di Jawa tidak bisa kita tolak mentah-
5
mentah, karena sejarah membuktikan bahwa para pelaut Madura sudah sangat
piawai dalam mengarungi lautan. Asumsinya, bisa saja saat itu pelaut-pelaut
Madura sudah menjalin komunikasi lebih awal dengan pedagang-pedagang
Muslim dibanding orang-orang Jawa. Sehingga ini menjadi tantangan bagi
sejarawan untuk membuktikan apakah benar adanya Islam di Madura lebih awal
ketimbang Jawa?. Dan apakah ini alasan mengapa penduduk Islam di Madura
mendominasi penduduk nonislam?
Dengan demikian, tidak jauh beda pula tentang wacana masuknya Islam ke
Nusantara dan masuknya Islam ke Madura. Semuanya masih terperangkap dalam
opini-opini yang simpang-siur dan perlu ditelusuri lebih dalam lagi keabsahan
faktanya.
Jika kita lihat dari beberapa sumber sejarah yang ada dan sampai saat ini
masih menjadi sumber sejarah yang terpercaya bahwa Islam masuk ke wilayah
Madura (khususnya Madura Timur; Sumenep) terjadi sejak tahun 1330-an yaitu
pada pasa Pemerintahan Panembahan Joharsari3. Akan tetapi ada salah satu
sumber lain yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke Pulau Madura Timur
sekitar tahun 1550-an pada masa pemerintahan Pangeran Lor dan Pangeran Wetan
yang dibawah oleh Sayyid Ahmad Baidhawi4. Kemudian sumber lain
menyebutkan ada pembawa ajaran Islam pada tahun 1440-an yang disebarkan
oleh Raden Bindara Dwipayadha dikenal dengan Sunan Paddusan.
3 . Drs. H. Iskandar Zulkarnain, MM DKK, Sejarah Sumenep, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda
dan Olah Raga Kabupaten Sumenep, 2003 hlm 67 4 . Dikenal dengan nama Pangeran Katandur, saat ini makamnya terletak di Desa Bangkal,
Sumenep.
6
Perbedaan sumber ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi penulis
untuk menentukan, memilah dan memilih informasi yang benar-benar valid,
sehingga menemukan jawaban yang mendekati benar atas kapan masuk dan
menyebarnya Islam di Madura (khususnya Madura Timur).
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada kajian Islamisasi di Madura secara umum,
dan terlebih dari itu adalah kondisi awal masyarakat Madura pra Islam tentunya
harus diungkap pula disini. Kemudain tidak luput dari perhatian penulis adalah
menjamurnya ajaran Islam di Madura sehingga sampai saat inipun Islam seolah
menjadi agama masyarakat Madura secara keseluruhan.
Catatan pentingnya adalah keberadaan masyarakat Madura yang mayoritas
Islam pada saat ini, sekalipun ada beberapa yang nonislam itu dapat
dimungkinkan adalah masyarakat pendatang.
Nah, yang menjadi titik tolak dari keberadaan ummat Islam yang
mayoritas ini tentunya tidak lepas dari peran pembawanya ke Madura pada zaman
dahulu, sehingga poin pentingnya adalah bagaimana mengetahui pembawa Islam
ke Madura, melalui jalur apa, dan bagaimana prosesnya?. Kemudian dari
problematika diatas, penulis akan mencoba merangkum beberapa masalah yang
akan dipecahkan, diantaranya adalah :
1. Bagaimana kondisi sosial masyarakat Madura sebelum Islam datang?
2. Apakah keagamaan masyarakat Madura sebelum Islam?
7
3. Kapan Islam datang pertamakali ke Madura?
4. Bagaimana cara Islam disebarkan di Madura dan melalui jalur apa?
5. Siapakah yang banyak berperan dalam penyebaran Islam di Madura?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara detail islamisasi yang
terjadi di Madura, serta menelusuri lebih dalam lagi waktu dan aktor penyebar
Islam ke Madura. Berhubung sampai saat ini tidak banyak sejarawan yang
memerhatikan hal tersebut. Dengan begitu, secara tidak langsung akan diketahui
pula faktor-faktor penyebab penduduk Muslim di Madura yang saat ini
mendominasi dibanding dengan penduduk non Muslim, yang mana hal tersebut
dilansir ada hukum kausalitasnya dengan awal penyebaran Islam di Madura.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memperbanyak
khazanah keilmuan, khususnya dalam bidang sejarah Islam lokal (Madura) serta
pelangkap bagi npenelitian-penelitian yang terdahulu. Disamping itu penelitian ini
akan banyak memuat wawasan dan pengetahuan baru yang bisa dimanfaatkan
oleh peneliti-peneliti berikutnya. Tentu tak luput juga dari tujuan penelitian ini
yang terpenting adalah mengetahui secara dalam berkenaan dengan seluk-beluk
islamisasi di Madura.
D. Tinjauan Pustaka
8
Sejak lama sekali penulis ingin menulis tentang Islam di Madura,
keinginan ini sayang sekali sulit dicapai karena keterbatasan sumber yang terdapat
di perpustakaan ataupun di toko-toko buku. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan
niat penulis untuk tetap berusaha mendapatkan sumber sejarah yang berkenaan
dengan Islam di Madura, khususnya pada sejak awal-awal Islam datang ke
Madura.
Kesimpulannya bahwa sampai saat ini sangat sedikit sekali sejarawan atau
penulis yang menulis tentang sejarah Islam di Madura, cuma ada beberapa buku
yang membahas tentang Islam di Madura, itupun hanya sebagian saja, tidak ada
dalam satu buku yang membahasan Islam dan Islamisasi di Madura secara utuh.
Dari data yang penulis dapat ada beberapa buku yang mewarnai term kesejarahan
di Madura diantanya yaitu ; Drs. H. Iskandar Zulkarnain, MM DKK. 2010.
Sejarah Sumenep. Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumenep.,
Abdurachman.1988. Sejarah Madura Selayang Pandang. Sumenep: Barokah., Dr.
H. J. De Graaf.1985. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari
Majapahit ke Mataram: PT Pustaka Utama Grafit., dan Akhmad, B. 2010.
Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi Beserta Tokoh di Dalamnya.
Sumenep: Barokah. Yang mana beberapa buku tersebut diatas pula akan penulis
jadikan sebagai referensi dalam penelitian ini, supaya bisa menambah wawasan
yang lebih luas lagi berkenaan dengan Islamisasi di Madura. Namun demikian,
penulis tidak mempunyai niat dan bermaksud untuk mengklaim bahwa tulisan dan
penelitian sejarah ini adalah yang pertamakali.
9
E. Kerangka Teori
Tentu kita ketahui bersama dan tentunya sangat sering sekali kata-kata
Islam terdengar dalam telinga kita, bahkan setiap waktu kata-kata itu tak pernah
singgah dari telinga kita. Kata ini berasal dari bahasa Arab Salima-Yaslimu-
Islaman yang mempunyai arati selamat. Orang yang menganut paham ini disebut
dengan Muslim dan berarti orang yang menganut paham keselamatan
(Islam;berakhlak). Islam sebagai Agama telah lahir sejak 15 abad yang lalu di
Tanah Arab, dari berbagai proses yang panjang hingga pada akhirnya sampai saat
ini Islam itu menyebar keseluruh pelosok dunia.
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan pedoman
kitab suci al-Qur’an yang telah Tuhan wahyukan pada Muhammad sebagai
sumber hokum utama dan al-Hadits sebagai kolaborasi dari sumber hokum
pertama tersebut dan menjadi sumber hokum yang kedua.
Madura adalah suatu kepulauan yang terafiliasi dengan profensi Jawa
Timur. Madura terdiri dari empat kabupaten, disebutkan dari ujung barat Madura
yaitu; Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Kemudian, kata perspektif mempunyai arti pandangan, atau sudut
pandang, sebagaimana yang penulis kutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Penggunaan kata ini dimaksudkan untuk menggambarkan dari mana kita melihat
suatu hal, sehingga kita akan dapat menarik suatu kesimpulan dari cara dan posisi
kita melihat sesuatu tersebut. Setiap orang mempunyai cara pandang masing-
10
masing terhadap suatu objek tertentu, dengan demikian ia akan mewakili setia
jawaban dari keadaan dan kondisi dimana ia menggunakan cara pandangnya.
Historis adalah suatu kata yang berkenaan dengan sejarah, juga
mempunyai arti bersejarah. Kata ini sebenarnya merupakan kata serapan dari
bahasa Inggris, history yang mempunyai arti sejarah. Kemudian kata ini menjadi
sangat lumrah digunakan dalam bahasa Indonesia untuk mengungkapkan suatu hal
yang berkaitan dengan sejarah, kesejarahan, dan bersejarah.
F. Metodologi Penelitian
Dari beberapa pertanyaan diatas nantinya diharapkan bisa menemukan
jawabannya dari beberapa sumber yang telah diperoleh. Dalam kelengakapan
penelitian ini tentunya tak luput dari penggunaan pendekatan beberapa cabang
Ilmu pengetahuan, seperti sosiologi, sejarah, politik, dan agama. Sebenarnya lebih
pasnya adalah menggunakan pendekatan multi disiplioner, dengan demikian
proses pendekatannya telah memenuhi beberapa cabang ilmu pengetahuan yang
dapat mencakup permaslahan yang akan diselesaikan.
Karena alasan ruang dan waktu yang tidak memungkinkan, maka peneliti
memutuskan hanya menggunakan metode penelitian studi pustaka (library
research), dengan demikian peneliti banyak mengumpulkan sumber-sumber
tertulis yang telah ditulis oleh beberapa tokoh sejarah dan peneliti. Akan tetapi,
jika memungkinkan untuk melakukan penelitian lapangan, maka peneliti akan
melakukannya demi kelangkapan informasi yang akan diperoleh.
11
Tentunya setiap bidang keilmuan mempunyai cara dan metode penelitian
yang masing-masingnya mempunyai ciri khas dan berbeda. Termasuk dalam
metode penelitia sejarah juga mempunyai cara tersendiri dalam menjalankan
sebuah penelitian guna penelitian itu berjalan sistematis sehingga mendapatkan
hasil yang maksimal. Sebagaimana yang Kuntowijoyo kemukakan bahwa ada
lima tahap dalam penelitian sejarah diantaranya adalah pemilihan topik, heoristik,
verifikasi, interpretasi, dan histiriografi5. Lima proses tidak boleh dilewatkan
dalam sebuah tahapan penelitian sejarah. Oleh sebab itu penulis berinisiatif untuk
menggunakan lima tahapan penelitian sejarah yang telah diusung oleh
Kuntowijoyo.
1. Pemilihan Topik
Topik yang dipilih dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan lahirnya
atau kemunculan Islam di Madura yang kemudian dilanjutkan dengan Islamisasi.
2. Heuristik
- Sumber Primer
Sumber utama dalam penelitian ini adalah beberapa buku-buku yang
membahas tentang Islam di Madura, babad, bukti-bukti benda, dan lain
sebagainya.
- Sumber Sekunder
Sumber kedua penelitian ini adalah buku-buku yang berkenaan dengan
Islam di Nusantara, sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
Islamisasi di Madura khususnya dan Nusantara pada Umumnya, dan ataupun
5 . Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, ( Yogyakarta: Benteng Budaya, 1995), hlm. 89
12
literature-literatur Islam dalam skala luas (misalnya Sejarah Islam di Dunia), dan
lain sebagainya.
3. Verifikasi
Proses selanjutnya adalah mengecek kemabali data-data yang telah
terkumpul dan kemudian dikrirtisi baik internalnya ataupun eksternalnya. Kedua
sisi ini perlu diperhatikan agar peneliti menemukan informasi yang benar-benar
otentik dari beberapa sumber yang telah didapatkan.
4. Interpretasi
Tahapan selanjutnya yaitu penulis dituntut untuk menginterpretasikan apa
yang telah ia peroleh dari semua sumber sejarah yang telah dikajinya. Penulis
memberikan kesan, pendapat, atau pesan teoritik tershadap sesuatu yang tengah
diteliti.
5. Historiografi
Langkah terakhir adalah penulisan sejarah yang telah penulis kaji.
Tentunya dalam tulisan ini berisi tentang pandangan atau hasil dari sebuah
penelitian yang telah ia lakukan. Tahap terakhir ini yang dimaksudkan adalah
penuangan hasil penelitian dalam sebuah tulisan dan karya sejarah agar dapat
dikaji kembali atau dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini penulis akan membahasnya dalam beberapa bab dan sub bab.
Setidaknya ada tiga bab penting yang akan dijelaskan dalam tulisan ini, bab
13
pertama adalah pendahuluan, bab selanjutnya berisi tentang pokok pembahasan
atau yang sering kita sebut body dari tulisan ini, dan yang terakhir adalah penutup.
Bab I berisi Pendahuluan yang didalamnya terdapat beberapa sub bab
diantaranya adalah latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Kemudian Bab II penulis akan membahas terlebih dahulu kondisi awal
masyarakat Madura, termasuk di dalamnya asal usul dan nenek moyang Madura,
tradisi dan budaya pra Islam, agama dan kepercayaan pra Islam, dan sistem
perekonomian yang dikembangkan pra Islam
Bab I dan Bab II merupakan tesis dan antitesis yang masih memerlukan
sintesis untuk memecahkan dua persoalan tersebut. Oleh sebab itu Bab
selanjutnya, Bab III akan dibahas beberapa persoalan yang berkaitan dengan
spesifikasi daerah Madura yang pada mulanya terbagi atas dua daerah yaitu
Madura Timu dan Madura Barat. Pembahasan dimasing-masing daerah perlu
dibahas agar sistem pembahasannya lebih fokus pada dua Daerah tersebut.
Selanjutnya Bab IV akan membahas mengenai banyak hal soal awal Islam
di Nusantara, yang mana hal ini tentunya ada hubungannya dengan awal Islam di
Madura, hubungan maritim masyarakat Madura dengan masyarakat luar, prosesi
masuknya Islam ke Madura, respon masyarakat Madura atas kedatangan Islam,
awal pertumbuhan Islam di Madura, dan Kerajaan dan raja Islam pertama di
Madura.
14
Terakhir Bab V berisi penutup yang merupakan kesimpulan dari semua
pembahasan yang telah dibahas mulai dari Bab I sampai pada Bab IV. Selain itu
dalam bab terakhir ini nantinya akan memberikan informasi baru dan pemikiran
baru untuk dilanjutkan oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
15
Daftar Pustaka
- Drs. H. Iskandar Zulkarnain, MM DKK, Sejarah Sumenep, Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten
Sumenep, 2003
- Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, ( Yogyakarta: Benteng
Budaya, 1995)
- Drg. H. Muhammad Syamsu As, Ulama Pembawa Islam di
Nusantar dan Sekitarnya, (Jakarta: Lentera, 1999)
- Prof. Dr. Kuntowijoyo, Perubahan Sosial dalam Masyarakat
Agraris Madura 1850-1940, (Jogjakarta, Matabangsa, 2002)
- Abdurachman. Sejarah Madura Selayang Pandang. (Sumenep:
Barokah 1988)
- Dr. H. J. De Graaf. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan
dari Majapahit ke Mataram: (PT Pustaka Utama Grafit, 1985)
- Akhmad, B. Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi Beserta
Tokoh di Dalamnya. (Sumenep: Barokah, 2010)
16
RANCANGAN DAN KERANGKA PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Batasan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Teori
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Pembahasan
BAB II KONDISI AWAL MASYARAKAT MADURA
A. Asal Usul dan Nenek Moyang Madura
B. Tradisi dan Budaya Pra Islam
C. Agama dan Kepercayaan Pra Islam
D. Sistem Perekonomian yang Dikembangkan Pra Islam
BAB III SPESIFIKASI DAERAH MADURA
A. Madura Timur
B. Madura Barat
BAB IV PENYEBARAN ISLAM DI NUSANTARA DAN HUBUNGANNYA
DENGAN AWAL ISLAM DI MADURA
A. Persoalan Penyebaran Islam di Nusantara
B. Hubungan Maritim Masyarakat Madura dengan Masyarakat Luar
C. Prosesi Masuknya Islam Ke Madura
D. Respon Masyarakat Madura Atas Kedatangan Islam
E. Awal Pertumbuhan Islam di Madura
F. Kerajaan dan Raja Islam Pertama di Madura
BAB V BERISI PENUTUP