sekretariat jenderal kementerian kesehatan r i lkj es 2 2016/8... · penyusunan pertanggungjawaban...

66
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I Gedung Prof. Dr. Sujudi Lt. 9 Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4‐9 Jakarta Selatan 12950

Upload: others

Post on 31-Oct-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

SEKRETARIATJENDERAL

KEMENTERIANKESEHATANRI

GedungProf.Dr.SujudiLt.9Jl.HRRasunaSaidBlokX5Kav.4‐9JakartaSelatan12950

Page 2: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan i 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas Rahmat dan

Karunia-Nya lah, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2016.

Penyusunan LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2016 ini mengikuti

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2016 menggambarkan

pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas/kegiatan Pusat Analisis Determinan

Kesehatan sepanjang Tahun 2016 berdasarkan Rencana Aksi dan Penrjanjian Kinerja

Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2016. Subtansi laporan mencerminkan hasil

capaian sasaran strategis Pusat Analisis Determinan Kesehatan atas pelaksanaan

program/kegiatan untuk Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

di lingkungan Kementerian Kesehatan.

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Analisis

Determinan Kesehatan Tahun 2016 ini disusun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi pelaksana dan penyusun program/kegiatan sebagai bahan evaluasi

program/kegiatan yang telah dilaksanakan maupun sebagai bahan perencanaan serta

penyusunan kegiatan/program untuk masa yang akan datang. Sehingga realisasi

program/kegiatan untuk tahun-tahun berikutnya dapat menjadi lebih baik. Kami juga

berharap agar laporan ini juga dapat memberikan manfaat maupun informasi bagi

perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia serta pihak-pihak lainnya yang

berkepentingan.

Jakarta, Januari 2017

Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan

dr. Trisa Wahjuni Putri, M.Kes

NIP. 196304121989032001

Page 3: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan ii 

IKHTISAR EKSEKUTIF

Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis

Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah.

Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2016 adalah penyusunan

dokumen analisis lingkungan strategis dan penyusunan dokumen analisis perilaku dan

kesehatan inteligensia. Di mana output tersebut telah terealisasi sebesar 100%. Kegiatan-

kegiatan tersebut mendapatkan dukungan anggaran dalam DIPA sebesar Rp Rp.

37.711.1928.000,- yang bersumber dari APBN. Jumlah ini termasuk efisiensi anggaran

sebesar Rp. 9.952.614.000,-, sehingga pagu Pusat Analisis Determinan Kesehatan

sebenarnya sebesar Rp. 27.758.578.000,-, dengan realisasi anggaran sebesar Rp

23.363.585.946,- atau 84,17 % dari anggaran yang dialokasikan.

Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan Bidang Lingkungan Strategis dengan capaian target keuangan sebesar

90,57 % dengan output kinerja, rata-rata 100 %.

2. Kebijakan Bidang Perilaku Dan Kesehatan Inteligensia dengan capaian output

sebesar 100% hanya dengan menggunakan anggaran sebesar 85,34 %.

3. Forum Koordinasi Pemanfaatan Hasil Analisis Determinan Kesehatan dengan capaian

target keuangan sebesar 84,31 % dan output rata-rata 100 %.

4. Penyusunan Dokumen Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan dengan capaian target

keuangan 77,40 % dan output rata-rata 100,00 %

5. Layanan Internal Organisasi, capaian anggaran sebesar 61,12%, dan output sebesar

100%.

6. Operasional Dan Pemeliharaan Kantor, capaian anggaran sebesar 89,77%, dan

output sebesar 100%.

Selama tahun 2016 Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menyelesaikan

Penyusunan Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi; Penyusunan Dokumen Analisis

SDM Kesehatan Di Daerah Terpencil, Perbatasan Dan Kepulauan; Penyusunan

Page 4: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan iii 

Dokumen Analisis Dampak Pornografi Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia;

Penyusunan Dokumen Analisis Kebijakan Penetapan Harga Obat; Rancang Bangun

Pengembangan Kesehatan Inteligensia Di 7 Propinsi; Penyusunan Dokumen Analisis

Membangun Revolusi Mental Bidang Kesehatan; Penguatan Potensi Integritas Pada

Aparatur Sipil Negara; Penyusunan Profil Pengembangan Kesehatan Inteligensia Di

Daerah; Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan : (a. Keikutsertaan

Indonesia dalam Transpasific Partnership Sektor Kesehatan, b. Pendekatan Keluarga).

Selain itu, Pusat Analisis Determinan Kesehatan juga telah menghasilkan capaian kinerja

lainnya yang antara lain : 1. Pemeriksaan EBA 2. Agen Perubahan (AoC) Kementerian

Kesehatan.

Pada tahun 2016, Pusat Analisis Determinan Kesehatan memperoleh alokasi anggaran

sebesar Rp. 27.758.578.000,-. Realisasinya adalah Rp. 23.363.585.946,- atau sebesar

84,16 %. Persentase realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan Pusat Analisis

Determinan Kesehatan yang melibatkan partisipasi aktif stake holder, yaitu antara lain

dari Lintas Program, Lintas Sektor, serta profesi terkait. Kegiatan/program yang

dilaksanakan antara lain: 1) Penyusunan Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi

Kesehatan Di Indonesia (99,78%), 2) Penyusunan Dokumen Analisis SDM Kesehatan Di

Daerah Terpencil, Perbatasan Dan Kepulauan (89,69%), 3) Penyusunan Dokumen

Analisis Dampak Pornografi Terhadap Kualitas SDM (99,61%), 4) Penyusunan Dokumen

Analisis Kebijakan Penetapan Harga Obat (81,39%), 5) Rancang Bangun Pengembangan

Kesehatan Inteligensia Di 7 Propinsi (72,13%), 6) Penyusunan Dokumen Analisis

Membangun Revolusi Mental Bidang Kesehatan (87,20%), 7) Penguatan Potensi

Integritas Pada Aparatur Sipil Negara (83,17%), 8) Penyusunan Profil Pengembangan

Kesehatan Inteligensia Di Daerah (79,58%), 9) Jejaring Peningkatan Kebijakan

Pembangunan Kesehatan (75,29%): a) Keikutsertaan Indonesia dalam Transpasific

Partnership Sektor Kesehatan, b) Pendekatan Keluarga.

Page 5: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

iv  

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

IKHTISAR EKSEKUTIF .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................. 2

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi serta Struktur organisasi ............................. 3

1.3.1 Tugas Pokok ............................................................................ 3

1.3.2 Fungsi ...................................................................................... 3

1.3.3 Struktur Organisasi .................................................................. 3

1.4 Sistematika Penulisan ......................................................................... 5

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1 Perencanaan Kinerja ........................................................................... 6

2.2 Tujuan dan Sasaran Pusat Analisis Determinan Kesehatan ............... 7

2.2 Perjanjian Kinerja ................................................................................. 7

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi .................................................................... 11

1. Sumber Daya .................................................................................... 12

1.1. Sumber Daya Manusia ............................................................... 12

1.2. Sumber Daya Anggaran ............................................................. 14

1.3 Sumber Daya Sarana dan Prasarana ........................................ 15

2. Analisis Akuntabilitas Kinerja ............................................................. 15

2.1 Analisis Kinerja Kegiatan ............................................................ 15

1. Penyusunan Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi

Kesehatan Di Indonesia ......................................................... 16

Page 6: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

v  

2. Penyusunan Dokumen Analisis SDM Kesehatan Di Daerah

Terpencil, Perbatasan Dan Kepulauan .................................. 20

3. Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Pornografi Terhadap

Kualitas Sumber Daya Manusia ............................................. 22

4. Penyusunan Dokumen Analisis Kebijakan Penetapan Harga

Obat ...................................................................................... 24

5. Rancang Bangun Pengembangan Kesehatan Inteligensia

Di 7 Propinsi ........................................................................... 28

6. Penyusunan Dokumen Analisis Membangun Revolusi Mental

Bidang Kesehatan .................................................................. 30

7. Penguatan Potensi Integritas Pada Aparatur Sipil Negara .... 36

8. Penyusunan Profil Pengembangan Kesehatan Inteligensia

Di Daerah ............................................................................... 39

9. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan .. 41

a. Keikutsertaan Indonesia dalam Transpasific Partnership

Sektor Kesehatan ........................................................... 41

b. Pendekatan Keluarga ..................................................... 43

Capaian Kinerja Lain :

1. Pemeriksaan EBA ................................................................ 44

2. Agen Perubahan Kementerian Kesehatan ........................... 50

B. Realisasi Anggaran ................................................................................ 54

BAB IV PENUTUP

SIMPULAN .................................................................................................................. 55

Page 7: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

vi  

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)

Lampiran 2 Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)

Lampiran 3 Formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Lampiran 4 Perjanjian Kinerja

Page 8: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

vii  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Target Capaian Indikator Kegiatan Tahun 2016 ................................ 8

Tabel 2 Definisi Operasional Indikator Pusat Analisis Determinan

Kesehatan .......................................................................................... 9

Tabel 3 Penjabaran Hasil Kerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan ......... 10

Tabel 4 Jumlah Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2016 ................................. 12

Tabel 5 Sumber Daya Sarana dan Prasarana ................................................ 15

Tabel 6 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2016 16

Tabel 7 Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan Tahun 2016 ...... 54

Page 9: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

viii  

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 Jumlah Pegawai Menurut Golongan .................................................. 13

Grafik 2 Komposisi SDM Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................. 14

Page 10: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

ix  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Struktur Organisasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan ............ 4

Gambar 2 Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi Kesehatan

Di Indonesia ..................................................................................... 20

Gambar 3 Dokumen Analisis SDM Kesehatan Di Daerah Terpencil,

Perbatasan Dan Kepulauan ............................................................ 22

Gambar4 Dokumen Analisis Dampak Adiksi Pornografi Terhadap Kualitas

Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Kebijakan Kesehatan ..... 23

Gambar 5 Rancang Bangun Kesehatan Inteligensia Dengan Pendekatan

Siklus Hidup ..................................................................................... 30

Gambar 6 Dokumen Analisis Membangun Revolusi Mental Bidang Kesehatan 36

Gambar 7 Buku “Potret Kesehatan Inteligensia Indonesia; DARI DELAPAN

MATA ANGIN” ................................................................................. 40

Gambar 8 Pedoman Indonesia Sehat Dengan Pedekatan Keluarga ............... 44

Gambar 9 Pembekalan Dan Deklarasi Agen Perubahan Di KM. Kelud ........... 53

 

Page 11: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  1 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis

determinan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam pasal 860, Pusat Analisis Determinan Kesehatan

menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis, analisis

perilaku, dan kesehatan intelegensia;

2. pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan

kesehatan intelegensia;

3. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan strategis,

analisis perilaku, dan kesehatan intelegensia dan;

4. pelaksanaan administrasi Pusat.

Semangat reformasi telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur pemerintah

dengan tuntutan untuk mewujudkan sistem administrasi negara yang mampu

mendukung kelancaran pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Pemerintahan

yang baik dan efektif, menuntut kesetaraan, integritas, profesionalisme, serta etos

kerja dan moral yang tinggi. Setiap instansi pemerintah, sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan, wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas

pokok dan fungsinya, serta kewenangan pengelolaan sumber daya, berdasarkan

suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.

Pertanggungjawaban yang dimaksud, berupa laporan yang menggambarkan Kinerja

Instansi Pemerintah yang bersangkutan, yaitu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP), melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada atasan masing-masing, Lembaga

 

Page 12: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  2 

Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas, yang akhirnya akan disampaikan kepada

Presiden selaku Kepala Pemerintahan.

LAKIP tahun 2016 Pusat Analisis Determinan Kesehatan disusun sebagai

pertanggungjawaban atas Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama

tahun anggaran 2016 dengan mengacu pada: 1) Peranturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah; 2) Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan

Kesehatan 2016; 3) Peraturan Presiden RI nomor 29 tahun 2014, tentang: Sistem

Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP), Peraturan ini juga menginformasikan

mengenai siklus SAKIP; dan 4) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia Tahun 2015 – 2019, dengan demikian, tahun 2016 ini, merupakan awal

dari RENSTRA 5 (lima) tahun Kementerian Kesehatan periode 2015 – 2019.

Laporan ini dapat memberikan gambaran tentang upaya yang telah

dilakukan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagai bentuk

pertanggungjawaban kepada masyarakat bahwa Pusat Analisis Determinan

Kesehatan mempunyai komitmen dan tekad yang kuat untuk melaksanakan kinerja

organisasi yang berorientasi pada hasil berupa output, di samping itu, LAKIP juga

dimaksudkan sebagai implementasi prinsip transparansi dan akuntabilitas yang

merupakan pilar penting dalam pelaksanaan good governance. LAKIP juga berfungsi

sebagai cerminan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun, agar

pada periode selanjutnya dapat melaksanakan kinerja dengan lebih produktif, efektif

dan effisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan,

maupun koordinasi pelaksanaannya.

1.2 Maksud dan Tujuan

LAKIP tahun 2016 Pusat Analisis Determinan Kesehatan, Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, merupakan bentuk pertanggungjawaban

Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan secara tertulis. LAKIP ini memuat

keberhasilan maupun kegagalan selama pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2016

serta pencapaian dan evaluasi kinerja tahunan melalui tampilan lesson learn dan best

practices, kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal.

Page 13: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  3 

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi, serta Struktur Organisasi

1.3.1 Tugas Pokok

Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Analisis Determinan Kesehatan

mempunyai tugas melaksanakan penyusunan teknis, pelaksanaan dan

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis determinan

kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.3.2 Fungsi

Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyelenggarakan beberapa fungsi

dalam melaksanakan tugasnya tersebut, yaitu:

a. Penyusunan Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis

Perilaku Dan Kesehatan Inteligensia;

b. Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif Di Bidang Analisis Politik

Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku Dan Kesehatan

Inteligensia;

c. Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan Pelaksanaan Tugas Dukungan

Substantif Di Bidang Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi,

Analisis Perilaku Dan Kesehatan Inteligensia;

d. Koordinasi Pelaksanaan Revolusi Mental Di Bidang Kesehatan.

e. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Dan Rumah Tangga Pusat.

f. Pelaksanaan Fungsi Lain Yang Di Berikan Oleh Menteri.

1.3.3 Susunan Organisasi

Pusat Analisis Determinan Kesehatan memiliki susunan organisasi, sebagai

berikut:

1) Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan;

2) Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari:

- Sub Bagian Program dan Anggaran

- Sub Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum

3) Bidang Analisis Lingkungan Strategis, yang terdiri dari:

- Sub Bidang Analisis Politik Kesehatan

- Sub Bidang Analisis Sosial dan Ekonomi.

4) Bidang Analisis Perilaku dan Kesehatan Inteligensia, yang terdiri dari:

Page 14: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  4 

- Sub Bidang Analisis Perilaku

- Sub Bidang Analisis Kesehatan Inteligensia

5) Kelompok Jabatan Fungsional.

STRUKTUR ORGANISASI

PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN

Gambar 1 Struktur Organisasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan

Page 15: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  5 

1.4 Sistematika Penulisan

LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2016 ini menjelaskan

pencapaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama tahun 2016. Capaian

kinerja tahun 2016 juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan

program/kegiatan pada tahun berikutnya Sebagai penjelasannya, akan diberikan

beberapa keterangan tambahan..

Dengan kerangka pikir demikian, maka sistematika penyajian LAKIP Pusat

Analisis Determinan Kesehatan tahun 2016, adalah sebagai berikut:

1) Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif)

2) BAB I Pendahuluan, disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan

kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic

issued) yang sedang dihadapi organisasi.

3) BAB II Perencanaan Kinerja, pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian

kinerja tahun yang bersangkutan.

4) BAB III Akuntabilitas Kinerja,

A. Capaian Kinerja Organisasi. Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja

organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Organisasi

sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.

B. Realisasi Anggaran. Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang

digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja

organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja

5) BAB IV Penutup, berisi simpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Analisis

Determinan Kesehatan Tahun 2016.

Page 16: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  6 

BAB II PERENCANAAN KINERJA

2.1 Perencanaan Kinerja

Perencanaan yang dimaksud dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah adalah perencanaan strategis yang merupakan suatu proses awal dari

rangkaian proses dalam usaha untuk mencapai tujuan atau rangkaian pengambilan

keputusan berorientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai

5 (lima) tahun, yang secara sistematis dan berkesinambungan dengan

memperhatikan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan

eksternal (peluang dan tantangan).

Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh

instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal,

nasional, dan global, serta tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan

integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar

mampu menjawab tuntutan lingkungan perkembangan lingkungan strategis, nasional,

dan global, serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ditetapkan dengan Kepmenkes RI

Nomor HK. 03.01/60/I/2010 tentang RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2015

– 2019, yang berfungsi sebagai pedoman manajerial taktis strategis. Untuk

memudahkan pelaksanaan kegiatan tahunan, maka RENSTRA tersebut dijabarkan

ke dalam Perencanaan Kinerja Tahunan. Perencanaan Kinerja Tahunan tersebut

memuat sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam periode waktu 1 (satu) tahunan,

strategi yang digunakan untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut, serta tolak

ukur dan target kinerja, yang akan digunakan untuk menunjukkan kualitas

pencapaian sasaran yang bersangkutan, yang dituangkan dalam dokumen

Perjanjian Kinerja.

Perjanjjian Kinerja adalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan

kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan, untuk mewujudkan target

kinerja tertentu, berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki instansi yang

bersangkutan. Perjanjian Kinerja ini menjadi Kontrak Kinerja yang harus diwujudkan

 

Page 17: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  7 

oleh para pejabat di instansi tersebut sebagai penerima amanah, di mana pada

setiap akhir tahunnya akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja serta penilaian

terhadap para pejabatnya. Perjanjian Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya dalam

membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan

berorientasi pada hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan

kesejahteraan rakyat.

2.1.1 Tujuan dan Sasaran Pusat Analisis Determinan Kesehatan

2.1.1.1 Tujuan

Sebagai salah satu instansi di bawah Kementerian Kesehatan,

Pusat Analisis Determinan Kesehatan memiliki tujuan yang

mendukung pelaksanaan tugas Kementerian Kesehatan di bidang

analisis lingkungan strategis, analisis perilaku dan kesehatan

inteligensia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal

2.1.1.2 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Analisis Determinan

Kesehatan, adalah Menyusun Dokumen Analisis Kebijakan

Pembangunan Kesehatan Berdasarkan Analisis Determinan

Kesehatan

2.2 Perjanjian Kinerja

Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja dalam bentuk

Perjanjian Kinerja tingkat eselon II yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perjanjian Kinerja berisi sasaran

strategis, indikator kinerja, dan target kinerja kegiatan yang akan dicapai dalam kurun

waktu 1 (satu) tahun, sesuai dengan rencana strategis.

Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang

merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur,

dalam rentang waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber

daya yang dikelola. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja, antara lain adalah:

1) Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;

Page 18: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  8 

2) Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi

amanah;

3) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian utjuan dan sasaran

organisasi;

4) Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan

5) Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Berikut adalah Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2016:

Tabel 1 Target Capaian Indikator Kegiatan Tahun 2016

No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

1

Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan Analisis Determinan Kesehatan

Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan Pembangunan Kesehatan

9

Page 19: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  9 

Tabel 2 Definisi Operasional Indikator

Pusat Analisis Determinan Kesehatan

NO INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL DATA DUKUNG TARGET 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan Pembangunan Kesehatan

Jumlah dokumen analisis kebijakan pembangunan kesehatan yang ditindaklanjuti dari sejumlah dokumen analisis kebijakan pembangunan kesehatan yang disusun

Dokumen Analisis Kebijakan yang dihasilkan

- 9 9 10 10

Page 20: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan  10 

Tabel 3 Penjabaran Hasil Kerja

Pusat Analisis Determinan Kesehatan

NO KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT IMPACT 1 2 3 4 5 6 7

1. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan

Sumberdaya yang digunakan dalam menghasilkan output berupa dokumen hasil analisis determinan kesehatan adalah : Anggaran DIPA Satuan Kerja PADK dan dilaksanakan oleh seluruh staf PADK dan jejaringnya

Produk akhir yang dihasilkan PADK adalah berupa dokumen hasil Analisis Determinan Kesehatan , dokumen hasil analisis Kebijakan Pembangunan Kesehatan, buku pedoman, buku profil

Dokumen Hasil Analisis yang dapat dimanfaatkan dalam tahun berjalan (2016) bagi LS/LP, Pimpinan, Pusat dan Daerah, Organisasi Profesi, LSM.

Manfaat yang diperoleh pada tahun 2016 untuk LS/LP, Pimpinan, Pusat dan Daerah, Organisasi Profesi, LSM.

Hasil Analsis yang dapat meningkatkan atau memperbaiki kebijakan strategis, manajerial, teknis

Page 21: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 11 

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran capaian kinerja yang mencakup penetapan indikator dan capaian

kinerjanya, digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

kegiatan dan program yang telah ditetapkan dalam Perencanaan Strategis.

Pengukuran Kinerja adalah kegiatan manajemen, khususnya membandingkan tingkat

kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan

indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran Kinerja ini diperlukan untuk

mengetahui sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh

Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam kurun waktu Januari – Desember 2016.

Pengukuran Kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan

rencana tingkat pencapaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh

gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan

Pengukuran Kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator,

sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang

akan datang, agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil

guna dan berdaya guna.

Manfaat Pengukuran Kinerja antara lain, yaitu untuk memberikan gambaran

kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan Misi Organisasi dalam

rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen

RENSTRA/Perjanjian Kinerja.

Berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019, di mana Sekretariat Jenderal

Kesehatan sebagai unit utama yang membawahi Pusat Analisis Determinan

Kesehatan. Dalam melaksanakan program kinerjanya, Pusat Analisis Determinan

Kesehatan memiliki sasaran program. Sasaran tersebut merupakan hasil yang akan

dicapai secara nyata oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam rumusan yang

lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai

sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator yang mengacu pada indikator-indikator

Sekretariat Jenderal sebagai unit utama di atas Pusat Analisis Determinan Kesehatan.

 

Page 22: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 12 

Sasaran Sekretariat Jenderal adalah: “Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas

serta Pembinaan dan Pemberian Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan”.

Berdasarkan Dokumen RENSTRA/Perjanjian Kinerja, Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan, menetapkan 2 (dua) indikator dalam mencapai sasaran hasil

programnya, yaitu:

1) Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan;

2) Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas

teknis lainnya.

Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam mendukung program Kementerian

Kesehatan mempunyai indikator yang telah ditetapkan dalam RENSTRA, yaitu:

“Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan Pembangunan

Kesehatan”

1. Sumber Daya

Pusat Analisis Determinan Kesehatan didukung oleh beberapa sumber daya

dalam mencapai kinerjanya. Sumber daya tersebut, antara lain adalah Sumber

Daya Manusia, Anggaran, dan Sarana Prasarana.

1.1 Sumber Daya Manusia

Pegawai Pusat Analisis Determinan Kesehatan sampai dengan tanggal 31

Desember 2016 berjumlah 43 orang, dengan rincian sebagai berikut:

1) Menurut Jabatan

Jumlah pegawai berdasarkan jabatan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Jumlah Pegawai Menurut Jabatan

Tahun 2016

Jumlah pegawai

menurut jabatan

Posisi

Awal

Tambah Kurang Akhir

a. Struktural

Eselon II

Eselon III

Eselon IV

1 orang

3 orang

5 orang

1 orang

3 orang

5 orang

1. JFT Prakom 1 orang 1 orang

2. JFU Pranata Humas 1 orang 1 orang 0

3. JFU Analisis 2 orang 2 orang

Page 23: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 13 

Kepegawaian

4. JFU Bendahara 1 orang 1 orang

5. JFU Penata

Laporan Keuangan 5 orang

5 orang

6. JFU Perencana 5 orang 2 orang 1 orang 6 orang

7. JFU Sekretaris 1 orang 1 orang

8. JFU Arsiparis 1 orang 1 orang

9. JFU Pengelola BMN 2 orang 1 orang 1 orang

10. JFU Adminkes 18 orang 1 orang 3 orang 16 orang

Jumlah 47 orang 43 orang

Berdasarkan jabatannya, di Pusat Analisis Determinan Kesehatan,

paling banyak diisi oleh staf/jabatan fungsional yang non angka kredit.

2) Menurut Golongan:

Jumlah pegawai berdasarkan golongan, dapat dilihat pada grafik di

bawah ini:

Grafik 1

Jumlah Pegawai Menurut Golongan

IV/c2%

IV/b5%

IV/a9%

III/d14%

III/c23%

III/b33%

III/a12%

II/d2%

Menurut Golongan

Page 24: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 14 

3) Berdasarkan Tingkat Pendidikan:

Komposisi SDM di Pusat Analisis Determinan Kesehatan, paling banyak

memiliki tingkat pendidikan S-1 (Strata 1), yaitu sebanyak 60%.

Rinciannya dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 2 Komposisi SDM berdasarkan tingkat pendidikan

Jenis dan tingkat pendidikan tersebut menunjukkan kekuatan SDM di

Pusat Analisis Determinan Kesehatan. Dengan proporsi SDM yang ada,

dirasakan masih perlu peningkatan kualitas, terutama dalam

pemahaman dan pelaksanaan kegiatan di Pusat Analisis Determinan

Kesehatan. Selain melalui peningkatan jenjang pendidikan formal,

peningkatan kualitas SDM tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-

pelatihan. Di samping itu, kuantitas SDM perlu ditambah mengingat

beban kerja di Pusat Analisis Determinan Kesehatan semakin berat.

1.2 Sumber Daya Anggaran

Pada tahun 2016 DIPA Pusat Analisis Determinan sebesar Rp.

37.711.1928.000,- yang bersumber dari APBN. Jumlah ini termasuk efisiensi

anggaran sebesar Rp. 9.952.614.000,-, sehingga pagu Pusat Analisis

Determinan Kesehatan sebenarnya sebesar Rp. 27.758.578.000,-.

SMU/SMA/SMK5%

D32%

S160%

S233%

Menurut Tingkat Pendidikan

Page 25: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 15 

1.3 Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Berdasarkan neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun 2016, sumber daya

sarana dan prasarana di Pusat Analisis Determinan Kesehatan adalah

sebagai berikut:

Tabel 5 Sumber daya sarana dan prasarana

Tahun 2016

2. Analisis Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016

Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan

tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian

indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Pusat Analisis

Determinan Kesehatan dengan realisasinya.

2.1 Analisis Kinerja Kegiatan

Pada tahun 2016, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menetapkan

indikator kinerja pada jumlah kebijakan yang disusun untuk peningkatan

pembangunan kesehatan. Tingkat capaian kinerja kegiatan Pusat Analisis

Determinan Kesehatan tahun 2016 berdasarkan pengukurannya, dapat

dilihat pada tabel berikut:

AKUN NERACA  JUMLAH  

KODE  URAIAN 1  2  3 

117111 Barang Konsumsi 158.746.150

132111 Peralatan dan Mesin 5.196.974.292

135121 Aset Tetap Lainnya 6.325.000

137111 Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin ( 3.622.501.353 )

162121 Hak Cipta 1.875.000.000

162151 Software 538.549.545

162191 Aset Tak Berwujud Lainnya -

166112 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan 529.067.340

169122 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi ( 527.245.784 )

169312 Akumulasi Amortasasi Hak Cipta ( 13.392.855 )

169315 Akumulasi Amortisasi Hak Cipta ( 140.293.693 )

J U M L A H 4.01.228.642

Page 26: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 16 

Tabel 6 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan

Tahun 2016 (9 Dokumen Kebijakan)

No. Indikator Kinerja 2016

Target Realisasi (1) (2) (3) (4)

1 Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan Pembangunan Kesehatan

9 9

 

Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan Pembangunan Kesehatan

yang menjadi sasaran kebijakan pembangunan kesehatan berdasarkan analisis

determinan kesehatan ada 9 (sembilan) dokumen kebijakan antara lain :

1. Penyusunan Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi Kesehatan

Di Indonesia

Penyusunan Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi Kesehatan Di

Indonesia, dimaksudkan sebagai bahan masukan kepada pimpinan

Kementerian Kesehatan RI untuk penyusunan dan perumusan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi

pembangunan kesehatan di daerah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

sekaligus rencana strategi desentralisasi pembangunan kesehatan pada

periode selanjutnya. Tujuan Penyusunan Dokumen Analisis Gambaran

Desentralisasi Kesehatan Di Indonesia adalah : 1) melakukan analisis

kesiapan Kementerian Kesehatan dalam kebijakan kesehatan agar sinkron

antara RPJM Daerah dan RPJM Nasional; termasuk konteks penataan

kelembagaan dan struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi/

Kabupaten/Kota; 2) melakukan analisis kesiapan Kementerian Kesehatan

memberikan dukungan kepada Pemerintah Daerah dalam pemanfaatan,

penempatan, pemerataan dan peningkatan kapasitas sumber daya

manusia kesehatan bagi pembangunan kesehatan di daerah; 3) melakukan

analisis kesiapan Kementerian Kesehatan dalam pemanfaatan infrastruktur

sarana dan prasarana pembangunan kesehatan untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan kesehatan di daerah; 4) melakukan analisis

kesiapan Kementerian Kesehatan dalam perencanaan dan anggaran

Page 27: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 17 

melalui APBN, Anggaran Transfer, DAK, APBD, Anggaran Bagi Hasil, CSR

(Corporate Social Responsibility) dan sumber anggaran lain, yang

diperuntukkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan kesehatan di

daerah; 5) melakukan analisis kesiapan Kementerian Kesehatan dalam

pemanfaatan data dan informasi pelaksanaan pembangunan kesehatan

dengan mengoptimalkan sistem informasi kesehatan yang berbasis

teknologi informasi bagi lembaga pemerintah pusat, daerah (provinsi dan

kabupaten/kota) untuk kepentingan surveilans; mengetahui pencapaian

target indikator Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan; dan

mengetahui pencapaian target SPM bidang kesehatan di daerah; 6)

melakukan analisis kesiapan Kementerian Kesehatan dalam

mengharmonisasikan NSPK teknis bidang kesehatan dengan NSPK

urusan pemerintahan konkuren; dan antar NSPK teknis bidang kesehatan

untuk mencapai peningkatan efektivitas dan efisiensi pembangunan

kesehatan didaerah.

Resolusi Rakerkesnas 2016, antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah adalah mendorong percepatan pelaksanaan pembangunan

kesehatan tahun 2016 serta menjadi dasar penyusunan kegiatan

pembangunan kesehatan tahun 2017. Resolusi program pembangunan

kesehatan mencakup 1) Subsistem Upaya kesehatan, 2) Subsistem

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 3) Subsistem Pembiayaan, 4)

Subsistem Sumber Daya Manusia, 5) Subsistem Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan, 6) Subsistem Manajemen, dan 7) Subsistem Pemberdayaan

Masyakarakat. Butir-butir dalam resolusi sejalan dengan amanah Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang

membagi Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan antara Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota; tidak akan berarti

apa-apa tanpa dukungan serta implementasi dari Kepala Daerah Provinsi/

Kabupaten/Kota, serta pemangku kebijakan lintas Kementerian/Lembaga

sesuai dengan peran dan kewenangan masing-masing.

Hasil dari Penyusunan Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi

Kesehatan Di Indonesia berupa Dokumen Analisis Lingkungan Strategis

Gambaran Desentralisasi Kesehatan.

Page 28: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 18 

Rapat Kerja Kesehatan Nasional Kementerian Kesehatan

merupakan forum koordinasi tertinggi serta sebagai sarana untuk

melakukan sosialisasi, pembahasan dan perumusan Prioritas Kebijakan

Program Pembangunan Kesehatan. Rakerkesnas juga merupakan forum

yang sangat strategis karena dihadiri oleh seluruh pemangku kebijakan

kesehatan di lingkungan Kantor Pusat, Kantor Daerah, Satuan Kerja

Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta seluruh lintas sektor

yang dilaksanakan setiap tahun dengan pembiayaan yang cukup besar.

Dalam rangka mempersiapkan forum Rakerkesnas Tahun 2017 diperlukan

upaya terobosan yang bertujuan:

1. Mempersiapkan agenda yang lebih fokus pada upaya penguatan hasil

pemetaan tiap Sub Sistem Kesehatan Nasional yang telah tercantum

dalam Resolusi Rakerkesnas Tahun 2016.

2. Membagi urusan dan kewenangan kesehatan antara Pemerintah

Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota sesuai Undang - Undang 23/

2014 tentang Pemerintah Daerah.

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan

masyarakat melalui pendekatan keluarga serta mengupayakan

gerakan masyarakat hidup sehat kepada seluruh lintas sektor dan

pemerintah daerah.

Untuk mempersiapkan hal tersebut Pusat Analisis Determinan Kesehatan,

selaku steering committee Rakerkesnas serta sesuai penugasan dalam

Surat Keputusan Sekretaris Jenderal nomor HK.02.03/IX/SK/187/2016

tentang Tim Studi Analisis Resolusi Rakerkesnas Dalam Penguatan Sistem

Kesehatan Nasional Pada Era Desentralisasi Kesehatan, telah

menyelesaikan studi analisis sebagai bagian dari monitoring dan evaluasi

resolusi rakerkesnas berupa pemetaan kondisi ke – 7 subsistem dalam

kerangka Sistem Kesehatan Nasional (SKN) di 34 provinsi. Dalam

melakukan proses analisis tersebut, Pusat Analisis Determinan Kesehatan

bekerjasama pula dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber

Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes serta melibatkan tim

ahli Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gajah

Mada. Dengan demikian, pada tahun 2017 sektor kesehatan telah memiliki

Page 29: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 19 

baseline pemetaan situasi dan kondisi pada setiap subsistem SKN di 34

Provinsi sebagai peta jalan yang menggambarkan kekuatan dan

kelemahan Sistem Kesehatan Nasional sebagai dasar bagi Kementerian

Kesehatan dalam menjalankan proses pembangunan kesehatan disetiap

Provinsi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa, semakin kuat hasil pemetaan

Sistem Kesehatan Nasional pada suatu provinsi, menggambarkan semakin

kecil policy gap atau policy conflict yang terjadi di provinsi tersebut.

Sebaliknya semakin lemah hasil pemetaan Sistem Kesehatan Nasional

pada suatu provinsi, menggambarkan semakin besarnya potensi policy gap

atau policy conflict di provinsi tersebut. Selanjutnya, selama ini

Kementerian Kesehatan telah memiliki pula konsep pengendalian

pelaksanaan program pembangunan kesehatan dalam bentuk pembinaan

wilayah (Binwil), yaitu penugasan yang dipimpin oleh Pejabat Eselon I

sebagai koordinator pada provinsi binaan untuk mengukur pencapaian

kinerja program. Dalam konteks percepatan pelaksanaan Program

Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga dan Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat, adanya pemetaan kekuatan dan kelemahan ditiap subsistem

kesehatan pada 34 provinsi tersebut, diharapkan dapat memberikan

gambaran untuk memudahkan kinerja binwil dalam melakukan analisis

stakeholders sebelum dan pada saat melakukan pembinaan dan advokasi

substansi pendekatan keluarga dan gerakan masyarakat hidup sehat pada

lingkungan provinsi binaannya. Provinsi dengan kondisi subsistem SKN

yang kuat memiliki kendala yang lebih minimal dan potensi keberhasilan

yang lebih besar dibandingkan dengan provinsi dengan kondisi subsistem

SKN yang lemah. Sehingga pada provinsi dengan subsistem SKN yang

lemah membutuhkan pendalaman masalah, advokasi dan penguatan

kebijakan dan program dengan sumber daya yang lebih besar dari

pembina wilayahnya untuk mendorong percepatan pelaksanaan Program

Indonesia Sehat dibandingkan dengan provinsi dengan pemetaan subistem

yang lebih kuat. Dengan demikian pembina wilayah diharapkan dapat lebih

mengoptimalkan pelaksanaan pembinaan wilayah serta lebih fokus dalam

melakukan penguatan sesuai besaran permasalahan pada lokasi binaanya

dalam rangka memperkuat subsistem yang lemah sesuai pembagian peran

Page 30: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 20 

dan fungsi yang telah diatur dalam Undang – Undang 23/2014 tentang

Pemerintah Daerah.

Gambar 2 :

Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi Kesehatan Di Indonesia

2. Penyusunan Dokumen Analisis SDM Kesehatan Di Daerah Terpencil,

Perbatasan Dan Kepulauan

Menghadapi Era Jaminan Kesehatan menuju universal coverage tahun

2019, dibutuhkan ketersediaan fasilitas pelayanan yang siap melakukan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara merata diseluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan data BPJS Kesehatan,

saat ini utilisasi tertinggi terjadi pada tingkat pelayanan kesehatan primer

yaitu pelayanan rawat jalan tingkat pertama. Dari seluruh jenis fasilitas

kesehatan tingkat pertama, 73,59% dana kapitasi diterima oleh puskesmas

(data perDesember 2015). Pada tahun 2020 persyaratan kredensialing

fasilitas kesehatan primer yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

harus memenuhi kewajiban administratif dan teknis termasuk sertifikat

akreditasi, sehingga diperlukan kesiapan seluruh puskesmas agar

memenuhi persyaratan seleksi standar mutu pada tahun 2019.

Permasalahan utama yang saat ini menjadi kendala terbesar terletak pada

lemahnya pengembangan sumber daya manusia kesehatan yang

mengakibatkan:

1. Ketersediaan jumlah, jenis, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan

belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh

wilayah terutama daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan

kepulauan.

Page 31: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 21 

2. Rendahnya retensi tenaga kesehatan yang tidak hanya terjadi di

wilayah DTPK namun juga terjadi pada wilayah lain sesuai karakteristik

dan spesifikasi permasalahan yang berbeda antar wilayah.

3. Kompetensi tenaga kesehatan yang dihasilkan oleh institusi pendidikan

tidak sepenuhnya mampu mengimbangi pesatnya perkembangan

standar pelayanan kesehatan nasional, global dan regional ASEAN.

4. Kompetensi tenaga kesehatan yang telah berada dalam sistem

pelayanan kesehatan membutuhkan peningkatan kompetensi untuk

memenuhi persyaratan sesuai Permenkes 5 tahun 2014 tentang

panduan PanduanPraktik Klinis Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer.

Berbagai isu strategi berkaitan dengan masalah pelayanan kesehatan di

DTPK, yaitu diantaranya 1) kondisi geografi yang sulit dan iklim/cuaca yang

sering berubah; 2) status kesehatan masyarakat yang masih rendah; 3)

beban ganda penyakit; 4) terhatasnya sarana (terutama jalan, listrik dan

air) dan prasarana pelayanan kesehatan; 5) terbatasnya jumlah, jenis dan

mutu SDM kesehatan; 6) pembiayaan kesehatan yang belum fokus dan

sinkron; 7) belum terpadunya perencanaan program dan pelaksanaan

kesehatan lapangan; serta 8) lemahnya pengendalian program (Menkes,

2010). Menurut Menteri Kesehatan RI bahwa sasaran yang ingin dicapai

dalam pelayanan kesehatan di DTPK yaitu; 1) pemenuhan SDM Kesehatan

melalui peningkatan penempatan tenaga kesehatan dan mengembangkan

makanisme rekruitmen penerimaan bantuan biaya pendidikan tenaga

kesehatan yang berasal dari DTPK; 2) peningkatan kemampuan SDM

Kesehatan melalui pelatihan-pelatihan; 3) penyediaan, pemerataan dan

menjamin keterjangkauan sediaan farmasi dan alat kesehatan diseluruh

fasilitas kesehatan; 4) peningkatan akses transportasi untuk pelayanan

kesehatan bermutu; 5) pemenuhan pembiayaan operasional kesehatan

melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK); 6) pengembangan

kebijakan standar pelayanan kesehatan spesifik untuk DTPK. (Menkes,

2010). Pada Rakerkesnas Tahun 2016 Kementerian Kesehatan telah

dibuat kesepakatan bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah dalam suatu resolusi yang salah satu resolusi adalah dalam rangka

percepatan pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan di Daerah

Tertinggal, Perbatasan Dan Kepulauan (DTPK).

Page 32: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 22 

Hasil dari Penyusunan Dokumen Analisis SDM Kesehatan Di Daerah

Terpencil, Perbatasan Dan Kepulauan berupa Dokumen Analisis

Determinan SDM Kesehatan Menuju Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Primer Pada Era JKN 2019.

Gambar 3 : Dokumen Analisis SDM Kesehatan Di Daerah Terpencil, Perbatasan Dan Kepulauan

3. Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Pornografi Terhadap Kualitas

Sumber Daya Manusia

Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Pornografi Terhadap Kualitas

SDM, dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah dalam

perumusan kebijakan, penyusunan program dan kegiatan serta evaluasi

kebijakan penanggulangan adiksi pornografi secara umum, serta sebagai

bahan pertimbangan Kementerian Kesehatan dalam perumusan kebijakan

penanggulangan adiksi pornografi dalam perspektif kesehatan.

Pada sektor kesehatan, kebijakan penanggulangan adiksi pornografi juga

masih belum sistematis dan terstruktur. Sampai saat ini belum ada

penetapan gangguan atau penyakit adiksi pornografi secara spesifik,

pedoman penanganan, dan pembagian peran fasilitas kesehatan serta

belum adanya unit pelaksana teknis yang berperan sebagai unit rujukan

pelayanan yang menangani pencegahan, terapi dan rehabilitasi pada

remaja.

Solusi yang dilakukan Kementerian Kesehatan sebagai bagian dari Gugus

Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi (GTP3) :

a. Melakukan advokasi lintas sektor tentang kebijakan preventif, promotif,

terapi dan rehabilitasi adiksi pornografi.

Page 33: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 23 

b. Melakukan advokasi kepada IDI, KKI, PDSKJI, PERDOSSI, HIMPSI

dan IPKJI untuk menetapkan gangguan atau penyakit adiksi

pornografi.

c. Menetapkan kebijakan promotif dan preventif adiksi pornografi yang

terintegrasi dalam kerangka konsep Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

(Germas) dan Pendekatan Keluarga.

d. Menetapkan dan menyusun pedoman pencegahan, penanganan,

terapi dan rehabilitasi adiksi pornografi.

e. Menetapkan permenkes tentang upaya pencegahan, promosi, terapi

dan rehabilitasi dampak adiksi konten pornografi pada kesehatan.

f. Menetapkan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Aceh dan

Provinsi Jawa Tengah sebagai pilot project pencegahan dan

penanganan dampak adiksi pornografi sektor kesehatan di daerah.

g. Melakukan penelitian mengenai adiksi pornografi di Indonesia.

h. Mendorong pelaksanaan deteksi dini adiksi pornografi pada anak usia

sekolah dengan menggunakan instrumen Youth Pornography

Addiction Screening Test - Indonesia (YPAST-Ina) sebagai bagian

upaya preventif dan promotif.

Menetapkan unit pelayanan yang menangani pencegahan, terapi dan

rehabilitasi pada remaja.

Hasil dari Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Pornografi

Terhadap Kualitas SDM berupa Dokumen Analisis Dampak Adiksi

Pornografi Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif

Kebijakan Kesehatan.

Gambar 4 : Dokumen Analisis Dampak Adiksi Pornografi Terhadap Kualitas Sumber Daya

Manusia Dalam Perspektif Kebijakan Kesehatan

Page 34: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 24 

4. Penyusunan Dokumen Analisis Kebijakan Penetapan Harga Obat

Pertemuan analisis dilaksanakan bertahap sejumlah lima tahapan. Dari

hasil proses pertemuan ditemukan bahwa masing‐masing stakeholder

belum konsisten melaksanakan tugas dan fungsi dalam manajemen rantai

perencanaan, pengadaan, dan distribusi obat sesuai timeline yang telah

ditetapkan. Pada sisi pengawasan, belum ada sebuah lembaga yang

bertugas melakukan pengendalian dan pengawasan seluruh rantai proses

pengadaan, penyediaan, dan distribusi obat secara nasional yang meliputi:

a. penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Nasional (RKO) oleh

Kementerian Kesehatan melalui proses bottom‐up approach sebagai

baseline kebutuhan jenis dan volume obat secara nasional;

b. tim seleksi menetapkan daftar molekul obat berbasis ”evidence” yang

dituangkan dalam Formularium Nasional (Fornas);

c. memastikan semua obat Fornas masuk ke e‐catalog;

d. tim harga obat menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) sebagai

dasar acuan

e. untuk lelang dan proses negosiasi;

f. melakukan proses lelang seluruh jenis obat yang diusulkan sesuai

Fornas;

g. penetapan pemenang obat dalam daftar e‐catalog dalam kontrak

payung;

h. user melakukan proses pengadaan obat sesuai kebutuhan melalui

E‐purchasing;

i. produsen obat melakukan proses produksi sesuai pemesanan

e‐purchasing dalam jangka waktu 9 minimal 3 bulan;

j. Distributor obat mengirimkan barang setelah produsen selesai

memproduksi. 

Dari kegiatan ini menghasilkan dua rekomendasi yakni rekomendasi

regulasi dan rekomendasi teknis.

Rekomendasi Regulasi:

a. Mempercepat proses penetapan obat Fornas berikut data

pendukung sehingga e-catalog dapat diakses pada awal tahun.

b. Menargetkan seluruh item Fornas masuk ke dalam e-catalog

Page 35: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 25 

c. Penghapusan jenis obat branded generik sehingga di Indonesia hanya

ada dua penggolongan obat berdasarkan jenis saja, yaitu patent dan

generik.

d. Evaluasi kinerja seluruh stakeholders yang terdiri dari regulator

(Kemenkes dan BPOM), procurement (LKPP), distributor dan

produsen obat, user dan payer (faskes dan BPJS) oleh lembaga

khusus (semacam BULOG yang menjamin ketersediaan dan

distribusi bahan pokok) yang memiliki tugas, fungsi dan kewenangan.

e. Ada institusi yang memantau antara total RKO, e-catalog, yang diorder

masuk kontrak, dan jumlah obat yang dideliver.

f. Perlunya kebijakan tentang tata cara pembuatan Fornas dengan

mengetahui dasar- dasar penyempurnaan.

g. Mengkombinasikan Fornas dan INA-CBGs. Apabila user mentaati

penggunaannya maka akan tercapai efisiensi harga obat.

h. Perlunya revisi regulasi terhadap ketentuan penandatanganan RKO

yang harus dilakukan oleh apoteker karena tidak semua puskesmas

terutama di daerah terpencil ada apotekernya.

i. Perlunya regulasi baru terhadap ketidaksesuaian daftar obat yang

ada pada Panduan Praktek Klinis (PPK) FKTP berdasarkan PMK

5/2014 dengan Fornas pada FKTP berdasarkan KMK 137/2016. Hal

ini mengakibatkan ketidakjelasan panduan yang menjadi acuan bagi

Dinkes dan Puskesmas dalam melaksanakan perencanaan,

pengadaan dan penggunaan obat.

j. Pemberian akses penggunaan e-catalog untuk fasilitas kesehatan

swasta yang bekerjasama dengan BPJS dengan pengawasan

khusus.

k. Pengadaan pelelangan berulang (apabila gagal) dalam satu tahun

untuk menjamin ketersediaan obat.

l. Penyempurnaan mekanisme tata kelola pengadaan obat melalui

manual procurement.

m. Membuka kesempatan multi-supplier untuk satu jenis obat di satu

provinsi.

n. Adanya Holding Distributor sehingga membuka peluang bagi

distributor menyalurkan obat dari beberapa produsen.

Page 36: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 26 

o. Tidak satu pun industri yang punya kapasitas untuk dapat memenuhi

national supply. Maka diusulkan pemenang lelang

menggunakan metoda multi winner untuk memenuhi kebutuhan

produksi obat.

p. Tidak legally binding. Harus ada kejelasan / verifikasi, apakah RKO

ditolak atau tidak. Hasil verifikasi RKO dan feedback ke Dinas

Kesehatan agar di 2017 diharapkan RKO tidak terlambat.

q. Dibutuhkan pemasok e-catalog yang berkualitas, yang tidak hanya

berpatokan pada kriteria harga yang terendah saja.

r. Proses reimbursement/pencairan klaim tidak perlu menunggu e-

catalog lengkap.

s. Salah satu indikator akreditasi Rumah Sakit bukan hanya pada

kepatuhan peresepan obat sesuai Formularium Rumah Sakit saja,

namun juga kepatuhan pada e-catalog.

Rekomendasi Teknis:

a. Membedakan metode penghitungan teknis RKO di rumah sakit

dari penghitungan kebutuhan oleh Dinas Kesehatan yang berbasis

pada :

Standar terapi;

INA – CBG’s;

Panduan Praktek klinik (PPK);

Clinical Pathway (CP);

Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf).

b. Metode penghitungan RKO berdasarkan konsumsi digunakan di

Rumah Sakit sebagai pendukung dan diterapkan setelah penggunaan

standar terapi telah dipatuhi.

c. Harus ada deadline waktu penyampaian dan siapa yang

memperbaharui e-catalog.

d. Perlunya langkah-langkah peningkatan kompetensi SDM dalam

menyusun RKO serta menetapkan sumber dana pembiayaan dalam

menyediakan SDM tersebut di Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit

Pemerintah dan Swasta

e. Perlunya penguatan SDM yang melakukan monitoring pada

pendistribusian obat di Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Daerah.

Page 37: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 27 

f. Mengefektifkan e-monev dan e-logistik yang mulai diterapkan pada

2016 terkait penyusunan RKO.

g. Usulan perbaikan manajemen rantai pasok pada tahap perencanaan

sampai tahap implementasi distribusi obat, yaitu pada bulan

September/Oktober 2016 pemenang lelang sudah mendapat

notifikasi. Untuk itu, RKO dan HPS harus sudah disusun 1 bulan

sebelumnya sehingga lelang dan negosiasi harga selesai sebelum 1

Oktober. Artinya, Fornas juga harus selesai sebelum penyusunan

RKO dimulai. Perencanaan pembelian obat di fasilitas kesehatan

diupayakan agar lebih baik. Di tahun 2017 bulan Januari awal e-

catalog sudah dapat ditayangkan sehingga faskes dapat pesan

langsung sehingga obat tersedia tepat waktu sesuai kebutuhan.

Penyebab keberhasilan

a. Tersedianya input yang memadai : SDM, Pembiayaan, regulasi

b. Komitmen dan kontribusi bersama stakeholder untuk menyelesaikan

masalah dengan menghadiri setiap pertemuan, memberikan input

terhadap analisis Penetapan Harga Obat. Baik selama pertemuan,

maupun setelah pertemuan dengan melakukan diskusi dan tatap

muka informal.

Penyebab kegagalan

Ada beberapa potensi kegagalan dalam proses kegiatan:

a. Beberapa peserta rapat berganti-ganti

b. Perbedaan Pendapat di antara peserta

Analisis Solusi yang dilakukan

Potensi kegagalan dihindari dengan menginformasikan setiap proses pada

peserta sehingga peserta baru tetap dapat mengikuti substansi kegiatan.

Perbedaan pendapat ditengahi dengan kesimpulan yang dihimpun oleh

moderator.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan/kegagalan

Program / kegiatan yang menunjang keberhasilan :

Memperinci seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan

Membagi beban kerja

Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan

Page 38: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 28 

Memantau aktivitas organisasi dan pengambilan langkah-langkah

untuk meningkatkan efektivitas

Pertemuan dan diskusi di luar forum resmi untuk melakukan diskusi

tambahan. 

Dari paparan diatas maka hasil dari Penyusunan Dokumen Analisis

Kebijakan Penetapan Harga Obat adalah Policy Brief Upaya Mencapai

Keseimbangan Harga dan Pemerataan Disribusi Guna Menjamin

Ketersediaan Obat Di Indonesia.

5. Rancang Bangun Pengembangan Kesehatan Inteligensia Di 7 Propinsi

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya. Pengertian kesehatan yang dimaksud adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Saat ini, upaya pembangunan kesehatan masih terfokus pada

penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, perbaikan gizi

masyarakat, pengendalian penyakit menular, dan pengendalian penyakit

tidak menular. Perkembangan seseorang dalam kesehatan inteligensi

masih belum menjadi salah satu fokus dalam upaya pembangunan

kesehatan. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) Indonesia

menjadi terhambat dan belum maksimal karena pengembangan kesehatan

inteligensi belum menjadi area prioritas dalam pembangunan kesehatan.

Padahal, tantangan global pada milenium III di seluruh negara adalah

persaingan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Tidak saja

menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fungsi manajerial, tapi juga

berkaitan langsung dengan fungsi kecerdasan (intelligence to intelligence

competitive, brain to brain competition). Sebagaimana dalam UU RI Nomor

17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005 - 2025 bahwa tujuan pembangunan nasional adalah

membangun SDM yang berdaya saing. SDM berdaya saing hanya terjadi

bila fondasi otak sehat dan produktif terlaksana. Berdasarkan laporan

Page 39: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 29 

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Report

(HDR) yang dikeluarkan United Nations Development Programme (UNDP)

pada 2015, diketahui Indeks Pembangunan Manusia Indonesia masih

menempati peringkat ke 110 dari 187 negara. IPM berdasarkan tolak ukur

tiga faktor dasar yaitu kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan. Data yang

diperoleh dari PISA (Programme for International Student Assessment)

pada tahun 2015 tentang indeks kognitif bahwa Indonesia berada pada

peringkat 69 dari 76 negara. Sementara itu dari aspek mutu pendidikan,

menurut The Learning Curve Pearson tahun 2014 menyatakan bahwa

Indonesia berada pada peringkat akhir yaitu peringkat 40 dari 40 negara.

Dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 yang sudah di

depan mata serta tantangan jangka panjang bonus demografi nasional

dengan adanya peningkatan 50% jumlah usia produktif yang harus

dikembangkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi Indonesia. Saat

ini Indonesia sedang mempersiapkan visi pembangunan Indonesia 2045

yang mencakup kependudukan, kesehatan, pendidikan, kebudayaan dan

Iptek. Salah satu dibidang kependudukan yang perlu diperhatikan adalah

kualitas penduduk tahun 2045 yang sehat, cerdas dan produktif.

Menghadapi hal tersebut di atas, diperlukan adanya rancang bangun

sebagai arah dan panduan dalam mengimplementasikan model layanan

kesehatan inteligensi dalam rangka mencapai SDM Indonesia yang

berkualitas. Rancang bangun dimaksud adalah sebuah rancang bangun

kesehatan inteligensi dengan pendekatan siklus hidup berbasis neurosains

dan budaya lokal sehingga diperoleh suatu model layanan kesehatan

inteligensi yang dapat terimplementasi di semua daerah yang ada di

wilayah Indonesia serta menghargai budaya lokal. Pendekatan siklus hidup

yang dimaksud adalah pemberian layanan kesehatan inteligensi yang

berkelanjutan dari sejak janin sampai lanjut usia. Dalam upaya

menghasilkan rancang bangun kesehatan inteligensi dengan pendekatan

siklus hidup secara optimal diperlukan peran serta keluarga dan

masyarakat serta kerjasama yang baik dan terintegratif dari semua pihak

baik lintas program maupun lintas sektor terkait.

Tujuan Penyusunan rancang bangun bertujuan untuk mewujudkan sumber

daya manusia yang berkualitas melalui kesehatan inteligensia berdasarkan

Page 40: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 30 

tahap siklus kehidupan berbasis neurosains yang mempertimbangkan

aspek budaya.

Sasaran dari rancang bangun ini adalah:

a. Pemangku kebijakan pada sektor kesehatan dan non kesehatan baik

ditingkat pusat maupun daerah.

b. Pemangku kepentingan baik ditingkat pusat dan daerah mencangkup

pemerintah maupun non pemerintah terkait.

Rancang bangun ini merupakan acuan bagi semua pemangku kebijakan

dan pemangku kepentingan (stakeholders) yang ingin menggunakan dan

mengembangkan model layanan kesehatan inteligensia di daerahnya

masing-masing. Hasil dari Rancang Bangun Pengembangan Kesehatan

Inteligensia Di 7 Propinsi adalah Rancang Bangun Kesehatan Inteligensia

Dengan Pendekatan Siklus Hidup.

Gambar 5. Rancang Bangun Kesehatan Inteligensia Dengan Pendekatan Siklus Hidup

6. Penyusunan Dokumen Analisis Membangun Revolusi Mental Bidang

Kesehatan

Revolusi Mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat baik

pemerintah dan masyarakat dengan cara yang cepat untuk mengangkat

kembali nilai-nilai strategis kesejahteraan rakyat sehingga dapat

memenangkan persaingan di era globalisasi. Revolusi Mental mengubah

cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan

dan kemodernan sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu

berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Page 41: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 31 

Pedoman ini bertujuan untuk mewujudkan budaya kerja berintegritas,

beretoskerja, dan bergotong royong di lingkungan kerja Kementerian

Kesehatan. Dengan beberapa tujuan Khusus yaitu (1) Meningkatkan

Integritas di lingkungan Kementerian Kesehatan melalui gerakan jaga diri,

jaga teman dan jaga kementerian, (2) Mewujudkan pelayanan

kesehatan/publik yang cepat, tepat dan bersahabat dalam rangka

mendukung program Indonesia Melayani, serta (3) Mendorong Gerakan

Masyarakat Sehat dengan tujuan membuat masyarakat hidup sehat untuk

membangun Indonesia yang kuat.

Sasaran dari pedoman ini adalah Pejabat dan Pegawai Kementerian

Kesehatan, serta sasaran tidak langsung adalah Masyarakat sebagai

penerima layanan kesehatan. Pedoman Revolusi Mental bidang Kesehatan

ini diharapkan dapat menjadi upaya perubahan mendasar dalam cara

berpikir, cara bersikap dan cara bertindak yang diterjemahkan dalam perilaku

dan perbuatan nyata keseharian dalam berbagai aspek pekerjaan bidang

kesehatan yang pada akhirnya akan memberikan efek positif kepuasan

layanan kesehatan pada masyarakat.

Dengan telah tersusunnya Pedoman Revolusi Mental bidang Kesehatan

diharapkan dapat terimplementasi nilai-nilai strategis Revolusi Mental baik

di unit utama kantor pusat, RS Vertikal maupun UPT lainnya, sehingga

tujuan dari Gerakan Nasional Revolusi Mental untuk mewujudkan

penyelenggara negara dan masyarakat Indonesia yang berintegritas dan

beretos kerja dengan semangat gotong royong dapat tercapai. Diharapkan

buku pedoman ini dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan

kemampuan pejabat dalam membina integritas, etos kerja, dan gotong

royong pada pegawai di lingkungan Kementerian Kesehatan,

meningkatkan integritas, etos kerja, dan gotong royong pada pegawai di

lingkungan Kementerian Kesehatan, serta meningkatkan pelayanan publik

pada masyarakat.

Pedoman Revolusi Mental bidang Kesehatan disusun berdasarkan

berbagai perspektif kebijakan nasional, yaitu Prioritas Revolusi Mental

dalam RKP 2017, Gerakan Nasional Revolusi Mental, dan Reformasi

Birokrasi. Konsep operasional Revolusi Mental bidang Kesehatan

dirumuskan dengan mengintegrasikan konsep Revolusi Mental perspektif

Page 42: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 32 

Bappenas serta konsep Gerakan Nasional Revolusi Mental yang tertuang

dalam Rancangan Instruksi Presiden sesuai dengan Nawa Cita yang

merupakan 9 Agenda Prioritas Pemerintah Kabinet Kerja.

Pedoman Revolusi Mental bidang Kesehatan merumuskan pada aspek

Integritas Revolusi Mental bidang Kesehatan menetapkan tagline Sehat

Tanpa Korupsi dengan spirit jaga diri, jaga teman, jaga kemenkes. Pada

aspek Etos Kerja menetapkan tagline Sehat Melayani dengan spirit Cepat,

Tepat dan Bersahabat. Serta pada aspek Gotong Royong Revolusi Mental

bidang Kesehatan membuat tagline Indonesia sehat dengan spirit gerakan

masyarakat hidup sehat untuk Indonesia kuat. Kegiatan Aksi Revolusi

Mental Bidang Kesehatan dilaksanakan melalui tahapan utama yaitu

Identifikasi, Inisiasi, Sosialisasi, Internalisasi, dan Evaluasi. Telah

ditetapkan Quick wins utama Revolusi Mental bidang Kesehatan yaitu

prioritas RS Vertikal dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang

Cepat, Tepat, dan Bersahabat.

Kegiatan Aksi Revolusi Mental Bidang Kesehatan dalam pedoman ini diatur

melalui rangkaian upaya mengimplementasikan nilai-nilai strategis Revolusi

Mental (Integritas, Etos Kerja dan Gotong royong) dalam aktivitas

pekerjaan sehari-hari pelayanan publik di bidang Kesehatan. Desain

rencana aksi mengacu pada substansi Revolusi Mental yang menuntut

adanya perubahan dari cara berfikir. Ada lima rangkaian rencana aksi yang

dilakukan yaitu Identifikasi, Inisiasi, Sosialisasi, Internalisasi dan Evaluasi.

Identifikasi adalah tahap penilaian melalui tuiga tahapan yaitu identifikasi

potensi SDM, identifikasi permasalahan organisasi, serta identifikasi

quickwins perubahan. Identifikasi potensi SDM dilakukan melalui penilaian

Executive Brain Assessment pada seluruh pegawai atau sebagian besar

pegawai. Hasil Executive Brain Assessment menunjukan profil kapabilitas

dan integritas SDM serta profil kecocokan dengan pekerjaannya. Penilaian

Executive Brain Assessment secara jangka panjang dapat bermanfaat

untuk pemetaan potensi SDM, penilaian kecocokan dengan pekerjaan,

pengembangan diri, penyiapan karier, serta pemilihan agen perubahan

(AoC). Identifikasi permasalahan organisasi dilakukan melalui FGD atau

survey pada seluruh pegawai atau sebagian besar pegawai untuk

mengetahui permasalahan yang menghambat kemajuan (From) dan

Page 43: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 33 

Tujuan perubahan yang diinginkan (To). Aspek yang dinilai dalam

identifikasi permasalahan organisasi meliputi gambaran permasalahan

kompetensi SDM, keunggulan, pengalaman dan kepemimpinan, sistem

kebijakan, serta perilaku dalam budaya kerja yang terkait kebutuhan

Revolusi Mental. Identifikasi quickwins perubahan dilakukan berdasarkan

hasil identifikasi masalah dengan ditemukan adanya gejala-gejala atau

fenomena permasalahan organisasi yang menyebabkan buruknya output

pelayanan disebabkan oleh rendahnya kompetensi SDM, keterbatasan

keunggulan, pengalaman dan kepemimpinan, lemahnya sistem kebijakan,

hingga buruknya perilaku dalam budaya kerja. Quick wins Revolusi Mental

bidang Kesehatan adalah hasil perubahan yang diharapkan dapat terwujud

dengan cepat melalui implementasi nilai-nilai strategis Revolusi Mental

(Integritas, Etos kerja, dan Gotong royong) di bidang Kesehatan melalui

tahapan utama yaitu Inisiasi, Sosialisasi, Internalisasi. Proses inisiasi

dilakukan untuk mengsinkronkan faktor-faktor utama perubahan organisasi

yaitu person, task, organization, sehingga nilai personal dan organisasi

dapat diintegrasikan dalam proses perubahan untuk membangun individu

unggul yang dapat bekerja secara unggul untuk mencapai organisasi yang

unggul (fit personorganization, fit persontask). Selanjutnya proses

perubahan tersebut harus dapat disosialisasikan untuk menciptakan mental

model baru dalam organisasi dan terus ditularkan secara kolektif pada

seluruh anggota organisasi. Selanjutnya organisasi melalui kelompok

supporting perubahan dituntut melembagakan mental model baru menjadi

mental model organisasi yang sesuai dengan tuntutan perubahan melalui

internalisasi yang berkelanjutan. Inisiasi Revolusi Mental Bidang Kesehatan

adalah kegiatan-kegiatan untuk memulai dan menginspirasi nilai-nilai

Revolusi Mental (Integritas, Etos Kerja dan Gotong royong) dengan

memobilisasi gerakan masif dan terus menerus untuk mendorong

keterlibatan seluruh pejabat dan pegawai di unit kerja sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi terkait. Sedangkan Sosialisasi Revolusi Mental Bidang

Kesehatan adalah aktivitas proses penyamaan persepsi mengenai tujuan

perubahan yang akan dilakukan. Penyamaan persepsi dilakukan melalui

pengenalan nilai-nilai Revolusi Mental Bidang Kesehatan menggunakan

aktivitas penyampaian informasi visual (poster, film, tagline, ekpresi),

Page 44: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 34 

aktivitas auditorik (lagu, salam, yel-yel), dan aktivitas kinestetik (gerakan,

simbolisasi postur, bahasa tubuh). Internalisasi Revolusi Mental adalah

seni menanamkan secara mendalam dan terus menerus kesadaran dan

komitmen akan nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong menjadi

perilaku sehari-hari, iklim kerja, dan budaya organisasi yang menetap di

lingkungan Kementerian Kesehatan. Strategi internalisasi dilakukan

berdasarkan tahapan dan sasaran internalisasi yang dilakukan. Tahap

internalisasi lebih menitikberatkan peran instansi daripada individu. Diawali

dengan melahirkan AoC, menciptakan keteladanan, serta melakukan

transformasi perubahan yang berkelanjutan melalui consulting, training,

coaching dan counseling. Strategi Internalisasi Revolusi Mental dilakukan

melalui tahapan “A-R-T” yaitu A=Agen perubahan, R=Role model

perubahan, dan T=Transformasi perubahan. Internalisasi Revolusi Mental

dilakukan pada seluruh unit kerja yang ada di Kementerian Kesehatan.

Secara awal internalisasi mulai dialksanakan di 10 RS Vertikal Kemenkes,

selanjutnya di Unit utama Pusat untuk mendorong gerakan perubahan di

RS Pusat dan UPT Pusat. AoC (Agen perubahan) adalah pejabat dan

pegawai yang memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain untuk

mencapai tujuan perubahan. Peranan AoC dilakukan melalui pendekatan

holistik dengan menetralkan suasana terlebih dahulu, kemudian melakukan

pendekatan konsolidasi dan upaya transformasi berantai dengan

menggunakan kelompok support melalui consulting, training, coaching dan

counseling. Setelah itu kemudian melakukan pendekatan dengan kelompok

resistance dan persistence. AoC (Agen perubahan) melalui proses

pemilihan dan pembekalan materi sebelum dilakukan pengukuhan sebagai

AoC (Agen perubahan) Kementerian Kesehatan. Perubahan dari satu

posisi ke posisi yang lain, secara psikologis membutuhkan proses

dukungan psikologis yang cukup kuat. Dukungan psikologis paling kuat

adalah modelling perilaku dari seseorang yang memiliki otoritas dalam

memimpin. Kekuatan role model perubahan dalam proses internalisasi

perubahan organisasi menjadi kekuatan harapan perubahan yang

ditawarkan untuk menjadi nilai individu dan selanjutnya menjadi nilai

organisasi. Setelah sepakat untuk melakukan perubahan harus dilakukan

transformasi perubahan berkelanjutan untuk menyelaraskan kompetensi

Page 45: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 35 

SDM, keunggulan, pengalaman dan kepemimpinan, sistem kebijakan, serta

perilaku dalam budaya kerja dalam mencapai cita-cita perubahan menuju

kondisi nyata perubahan dengan menghubungkan antara knowing dan

doing. Selanjutnya dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan

secara bertahap dan berkesinambungan melalui tahapan waktu 1-3-6-12 (1

bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan) berdasarkan proses capaian hasil

kegiatan Revolusi Mental mulai reaksi (Affective), pembelajaran

(Cognitive), perilaku (Behavioural), dan perubahan organisasi

(Organizational). Monitoring reaksi pegawai terhadap pelaksanaan

kegiatan Revolusi Mental dilakukan melalui penilaian reaksi sikap perasaan

pegawai pasca kegiatan pada aktivitas inisiasi, sosialisasi, dan internalisasi

Revolusi Mental yang dilaksanakan. Monitoring pembelajaran pegawai

terhadap pelaksanaan kegiatan Revolusi Mental dilakukan melalui

penilaian pemahaman makna nilai-nilai Revolusi Mental bidang kesehatan

yang terdiri dari integritas yaitu sehat tanpa korupsi, etos kerja sehat

melayani, dan gotong royong Indonesia sehat pada 3 bulan setelah

dilaksanakan internalisasi Revolusi Mental. Monitoring perubahan perilaku

pegawai terhadap pelaksanaan kegiatan Revolusi Mental dilakukan melalui

penilaian perubahan perilaku pegawai dalam integritas jaga diri, jaga teman

dan jaga kemenkes, etos kerja memberikan pelayanan dengan cepat,

tepat, dan bersahabat, serta gotong royong mendorong masyarakat hidup

sehat pada 6 bulan setelah dilaksanakan internalisasi Revolusi Mental.

Serta evaluasi hasil kegiatan Revolusi Mental terhadap dampak perubahan

pada organisasi dilakukan melalui pengukuran indikator-indikator yang

menunjukan adanya perubahan organisasi pada 12 bulan setelah

dilaksanakan internalisasi Revolusi Mental. Dengan telah tersusunnya

Pedoman Revolusi Mental bidang Kesehatan diharapkan dapat

terimplementasi nilai-nilai strategis Revolusi Mental baik di unit utama

kantor pusat, RS Vertikal maupun UPT lainnya, sehingga tujuan dari

Gerakan Nasional Revolusi Mental untuk mewujudkan penyelenggara

negara dan masyarakat Indonesia yang berintegritas dan beretos kerja

dengan semangat gotong royong dapat tercapai.

Page 46: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 36 

Gambar 6. Dokumen Analisis Membangun Revolusi Mental Bidang Kesehatan

7. Penguatan Potensi Integritas Pada Aparatur Sipil Negara

Salah satu solusi untuk pencegahan korupsi adalah melalui

penguatan potensi integritas Individu. Integritas adalah nilai yang wajib

dimiliki oleh setiap individu dalam organisasi. Integritas menjadi komponen

utama untuk menyukseskan keberhasilan program-program kebijakan

pembangunan pemerintah. Secara sederhana, integritas menunjukkan

keteguhan sikap, menyatunya perbuatan dan nilai-nilai moral yang dianut

oleh seseorang. Pegawai yang memiliki integritas tidak akan tergoyahkan

oleh godaan untuk mengkhianati nilai-nilai moral yang diyakini malalui

proses internalisasi Integritas. Dalam aspek nilai Integritas, Kementerian

Kesehatan menetapkan tagline Sehat Tanpa Korupsi dengan spirit 3 J

Jaga Diri, Jaga Teman, Jaga Kemenkes.

Buku Kurikulum Pelatihan Penguatan Potensi Integritas ini

bertujuan untuk dapat berkontribusi dalam upaya pembangunan

sumberdaya manusia yang bebas dari prilaku koruptif dan mampu menjadi

jembatan untuk tercapainya tujuan nasional dengan menggerakkan seluruh

elemen bangsa. Telah tersusun kurikulum yang terdiri dari 3 rangkaian

materi besar yaitu 2 materi dasar, 5 materi inti, dan 2 materi penunjang.

Modul materi dasar 1 tentang Kebijakan Pembangunan Sistem

Integritas Aparatur Sipil Negara membahas tentang kebijakan pembinaan

integritas ASN, mencakup perubahan mendasar platform kebijakan

manajemen ASN, sasaran reformasi birokrasi dan pembangunan ASN,

penataan dan pengembangan kompetensi ASN, roadmap pembangunan

ASN, serta pembangunan budaya kerja dan integritas ASN. Dalam modul

ini para peserta diajak untuk melihat dan menelaah kembali kebijakan-

Page 47: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 37 

kebijakan yang menyangkut roadmap pembangunan ASN, manjemen ASN,

pembangunan ASN dalam reformasi birokrasi, pengambangan kompetensi

ASN, serta pembangunan budaya kerja dan integritas ASN dari perspektif

UU ASN.

Modul materi dasar 2 tentang Strategi Pembangunan Integritas

Modul materi inti 1 tentang Anti Korupsi membahas tentang perilaku

korupsi, mencakup pengertian, risiko, dan potensinya serta mental model

perilaku korupsi dan bagaimana menghindarinya sehingga menjadi

diharapkan menjadi perilaku yang tertanam sebagai perilaku anti korupsi.

Dalam modul ini para peserta diajak untuk melihat kembali nilai-nilai dan

kebiasan mereka, kebutuhan emosional, kerjasama, komunikasi, dan cara

membangun perilaku yang positif melalui metode yang didasarkan pada

prinsip-prinsip partisipatoris dan berbasis pada pengalaman peserta,

karena menghidupkan nilai dimulai dari individu menuju terwujudnya

perilaku anti korupsi.

Modul materi inti 2 tentang Internalisasi nilai-nilai integritas

membekali peserta dengan kemampuan menginternalisasikan nilai

integritas. Mata diklat disajikan berbasiskan Experiential Learning, dengan

penekanan pada proses internalisasi nilai-nilai dasar tersebut, melalui multi

metode dan media (ceramah interaktif, diskusi menonton film, studi kasus

simulasi dan demontrasi). Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya

dalam menginternalisasikan nilai-nilai integritas.

Modul materi inti 3 tentang High Impact Learning membekali

peserta dengan kemampuan memfasilitasi dan melakukan high impact

learning nilai-nilai integritas. Mata Diklat disajikan secara interaktif melalui

metode ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi, simulasi, dan praktik.

Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya menfasilitasi dan

menindaklajuti proses pembelajaran sehingga berdampak nyata dalam

perubahan perilaku dan budaya baik secara individu maupun kelompok

dalam organisasinya.

Modul materi inti 4 tentang Sistem integritas, Integritas merupakan

pondasi dalam merancang kinerja yang optimal diseluruh aspek organisasi.

Inilah yang menjadi pokok terbentuknya kerjasama yang solid dalam tubuh

organisasi. Integritas tidak hanya menjadi pegangan bagi seorang

Page 48: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 38 

pemimpin dalam bertindak, tapi juga bagaimana integritas itu totalitas bagi

seluruh anggota dan bawahan, sehingga kebulatan akan terintegrasi dalam

tujuan organisasi tersebut.

Tidak dapat dipungkiri, begitu besar pengaruh integritas yang kokoh

dalam organisasi. Bagaimana tidak, kejujuran, kewibawaan, aktualisasi diri,

kredibilitas, dalam afiliasinya, menjadi jiwa untuk menghidupi tubuh

organisasi. Setaip bagian harus terpateri dalam membangun karakter yang

dapat dipercaya. Walaupun pada kenyataannya hal ini terkadang tidak

disadari secara mendalam, namun komitmen yang utuh akan terus

mebangkitakan kesadaran akan pentingnya membangun integritas, baik

individu, maupun kelompok.

Modul materi penunjang 1 tentang Building Learning Commitment

(BLC) adalah salah satu metode atau proses untuk mencairkan kebekuan

tersebut. BLC juga mengajak peserta mampu mengemukakan harapan-

harapan mereka dalam pelatihan ini, serta merumuskan nilai-nilai dan

norma yang kemudian disepakati bersama untuk dipatuhi selama proses

pembelajaran. Jadi inti dari BLC juga yaitu terbangunnya komitmen dari

semua peserta untuk berperan serta dalam mencapai harapan dan tujuan

pelatihan, serta mentaati norma yang dibangun berdasarkan perbauran

nilai nilai yang dianut dan disepakati.

Modul materi penunjang 2 tentang Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Integrity Project On The Work Place merupakan aktifitas peserta pelatihan

untuk merancang kegiatan atau upaya setelah mengikuti pelatihan.

Penyusunan rencana tindak lanjut ini disesuaikan dengan kondisi serta

sumberdaya yang dimiliki oleh setiap peserta. Penyusunan rencana tindak

lanjut ini juga merupakan implementasi atau aplikasi materi pelatihan yang

telah dibahas dalam menjalankan perannya di tempat kerja. Rencana

tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan ini, dipergunakan sebagai bahan

untuk melakukan monitoring dan evaluasi pasca pelatihan. Dengan

demikian, penyusunan rencana tindak lanjut ini, harus dibuat secara

realistis serta mengakomodir pengetahuan yang telah diperoleh selama

mengikuti pelatihan Penguatan Potensi Integritas ASN ini.

Page 49: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 39 

8. Penyusunan Profil Pengembangan Kesehatan Inteligensia Di Daerah

Pada tahun 2000, WHO mendefinisikan bahwa sistem kesehatan

merupakan aktivitas yang memiliki tujuan utama meningkatkan,

memperbaiki, atau merawat kesehatan. Namun sekali lagi, untuk urusan

penanganan penyakit atau gangguan kesehatan melalui berbagai program

telah terpenuhi; tetapi sebaliknya, aspek-aspek kesehatan inteligensia

terhadap penurunan fungsi otak justru belum banyak disentuh. Fakta-fakta

inilah yang mendorong PADK menyusun buku hasil investigasi di 8 provinsi

tentang pelaksanaan program-program kesehatan inteligensia yang sudah

berjalan.

Potret kesehatan inteligensia dari 8 mata angin ini ternyata tidak saja

memberi gambaran pengembangan program yang tengah berjalan,

melainkan juga menunjukkan sosok-osok yang secara nyata memberikan

gagasan dan tindakan menanggulangi masalah kesehatan inteligensia di

daerahnya masing-masing. Mereka yang tersembunyi dibalik isu-isu

kesehatan yang lebih seksi, berada di wilayah-wilayah yang jauh dari

kamera dan liputan media massa, ternyata bisa memberikan kontribusi

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia melalui

pengembangan kesehatan inteligensia berbasis siklus hidup. Sepuluh

wilayah dari delapan provinsi yang dikunjungi adalah: Kota Ambon

(Maluku); Balikpapan dan Banjarmasin (Kalimantan Timur); Palembang

(Sumatera Selatan), Batam dan Bintan (Kepulauan Riau); Banda Aceh

(Aceh), Cirebon, Semarang (Jawa Tengah), dan DKI Jakarta. Masing-

masing wilayah ini memperlihatkan karakter yang berbeda-beda sesuai

dengan budaya dan gaya pemerintahan yang dikembangkan. Tapi, ada

satu hal yang sama; yaitu spirit mereka dalam membentangkan layar

kesehatan Indonesia. Semangat dan antusiasme para pejuang kesehatan

ini sungguh luar biasa. Mereka sadar betul bahwa kesehatan sebagai pilar

pembangunan bangsa, memiliki peranan penting dan strategik dalam

membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia

yang mempunyai potensi unggul dalam kompetensi global. Mereka

menyadari, permasalahan kesehatan di Indonesia bukan hanya milik

segelintir orang atau pejabat di Kementerian Kesehatan, melainkan

menjadi tanggung jawab bersama. Sebuah pekerjaan besar untuk

Page 50: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 40 

melakukan rekonstruksi dalam pembangunan sistem kesehatan nasional

dengan tetap berpegang teguh dalam merawat nilai-nilai kebangsaan dan

ke-Indonesia-an. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat

2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat,

bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup

dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata,

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah

Republik Indonesia. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai

pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

Buku “Potret Kesehatan Inteligensia Indonesia; DARI DELAPAN MATA

ANGIN” diharapkan menjadi nyala lilin yang memendarkan cahaya ke

seluruh penjuru negeri. Dari delapan mata angin inilah, buku ini menebar

inspirasi. Berangkat dari keyakinan, otak sehat dan produktif akan tercapai

melalui kesehatan yang optimal pada tiap tahap siklus hidup sejak janin,

bayi, balita, anak, remaja, dewasa dan lanjut usia; maka potret sukses dari

berbagai wilayah Tanah Air ini disebarkan. Dengan harapan bisa

menumbuhkan inspirasi sekaligus menambah keyakinan diri.

Hasil dari Penyusunan Profil Pengembangan Kesehatan Inteligensia Di

Daerah adalah Buku “Potret Kesehatan Inteligensia Indonesia; DARI

DELAPAN MATA ANGIN”.

Gambar 7. Buku “Potret Kesehatan Inteligensia Indonesia; DARI DELAPAN MATA ANGIN”

Page 51: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 41 

9. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan :

a. Keikutsertaan Indonesia dalam Transpasific Partnership Sektor

Kesehatan

TPP (Trans Pacific Partnership) adalah perjanjian internasional

tentang perdagangan barang jasa dan investasi yang didesain dengan

standar yang tinggi, ambisius, komprehensif dengan misi liberalisasi

perdagangan dan investasi untuk peningkatan ekonomi, pembukaan

lapangan kerja, peningkatan standar hidup, pembangunan dan inovasi.

Diperkirakan bahwa TPP akan menguasai hampir 40% output global

dan kira-kira 1/3 perdagangan dunia. Dikaitkan dengan sektor industri

dan jasa kesehatan, maka postur negara regional ASEAN dipandang

memiliki potensi ekonomi yang sangat besar sebagai captive market

yang sangat menjanjikan. Selanjutnya dari seluruh negara regional

ASEAN, Indonesia adalah captive market terbesar yang sangat

menarik bagi para investor dibidang industri dan jasa kesehatan.

Indonesia adalah pasar terbesar di ASEAN. Memperhatikan arahan

Presiden RI saat berkunjung ke Amerika Serikat beberapa waktu yang

lalu dalam kaitannya dengan Trans Pacific Partnership (TPP), adalah

suatu hal yang bijaksana dari pemerintah dengan memberikan waktu

yang cukup untuk melakukan kajian dari berbagai sisi terhadap

dampak positif dan negatif atas bergabungnya Indonesia. Semangat

keterbukaan dan membangun kerja sama (networking) antar negara

secara profesional dengan kualitas sumberdaya manusia yang tinggi

dan mampu berkompetisi secara global merupakan kekuatan

Indonesia. Keanekaragaman sumberdaya alam dan kuantitas

sumberdaya manusia, adalah dua kekuatan yang tidak terbantahkan

apabila dapat disikapi dengan penguatan potensi secara sungguh-

sungguh, untuk mampu bersaing dalam pertarungan kerjasama global

yang diberitakan berstandar tinggi, komprehensif, dan ambisius.

Disisi lain, terdapat konsekuensi yang harus ditanggung oleh Indonesia

jika memutuskan untuk bergabung dengan TPP karena TPP tidak

hanya sekedar perjanjian perdagangan namun TPP secara agresif

mempengaruhi idiologi bangsa dan negara yang telah dirumuskan oleh

para founding father, menekan perubahan konsep kebijakan nasional,

Page 52: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 42 

dan seluruh peraturan perundang – undangan yang telah ditetapkan

sebagai payung hukum pelaksanaan rencana pembangunan jangka

panjang nasional, rencana pembangunan jangka menengah nasional

serta rencana kerja tahunan pemerintah. Mengingat TPP bersifat

legally binding, maka apabila Indonesia melakukan aksesi terhadap

TPP, seluruh kebijakan jangka panjang, menengah dan berbagai

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang

bertentangan dengan aturan dalam klausul perjanjian TPP harus

disesuaikan. Apabila tidak disesuaikan, maka berpotensi akan digugat

oleh sesama negara anggota yang menganggap kepentingan mereka

dibatasi dengan peraturan lokal. Tidak hanya negara anggota, bahkan

apabila suatu multi national corporation tidak mendapatkan potensi

keuntungan seperti yang diharapkan akibat adanya regulasi yang tidak

sejalan di Indonesia, maka korporasi tersebut juga dapat menggugat

pemerintah Indonesia. Padahal, jika dicermati banyak pasal yang

tercantum dalam 30 chapter TPP jika harus diikuti ternyata tidak

sejalan dengan idiologi bangsa dan peraturan perundangan serta

regulasi di negara Indonesia. Dari 5260 regulasi yang di review oleh

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 1064 diantaranya

terkait dengan TPP, dan terdapat sejumlah 236 regulasi yang perlu

diamandemen, antara lain 45 undang-undang, 50 peraturan

pemerintah, dan 141 peraturan menteri (17 diantaranya adalah

peraturan menteri kesehatan). Dengan demikian TPP berdampak

kepada banyak peraturan yang perlu direvisi dan disesuaikan dengan

kepentingan TPP. Mengantisipasi hal tersebut, perlu dipertimbangkan

pula agar pemerintah Indonesia melakukan negosiasi. Namun penting

pula untuk diketahui bahwa negosiasi yang dilakukan pemerintah

dengan negara anggota TPP tersebut bersifat tidak terbuka, sehingga

memerlukan ketelitian dan kehati–hatian pada saat proses negosiasi

guna mencegah terjadinya multi persepsi dan multi interpretasi antar

negara anggota yang berujung kepada munculnya gugatan. Pada

kenyataannya, tidak mudah menyepakati perbedaan muatan lokal

dengan konten dalam perjanjian TPP (Trans Pacific Partnership)

Page 53: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 43 

karena belum tentu substansi yang dibahas sama konteksnya di

seluruh negara anggota.

Dari ringkasan diatas maka diperoleh KAJIAN KEIKUTSERTAAN

INDONESIA DALAM TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) PADA

SEKTOR KESEHATAN, yang nantinya akan jadi bahan pertimbangan

bagi pejabat di Kementerian Kesehatan RI.

b. Pendekatan Keluarga

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda

ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.

Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program

Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia

Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama

Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya

melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,

yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor

HK.02.02/Menkes/ 52/2015. Program Indonesia Sehat dilaksanakan

dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan paradigma

sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan

kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan

strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan

upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.

Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan

akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan

mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi

berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan

dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali

mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-

keluarga sehat. Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan

tahun 2015-2019 dalam Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan

mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat,

provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan

dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Pembangunan

keluarga, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 52

Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Page 54: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 44 

Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas

yang hidup dalam lingkungan yang sehat.

Gambar 8. Pedoman Indonesia Sehat Dengan Pedekatan Keluarga

Selain itu, Pusat Analisis Determinan Kesehatan juga telah menghasilkan

capaian kinerja lainnya yang antara lain :

1. PEMERIKSAAN EBA

1. DOKUMEN HASIL PEMERIKSAAN EBA DI 10 RS

VERTIKAL

Executive Brain Assessment (EBA) adalah sebuah tes identifikasi

potensi otak individu yang mendasari kapasitas SDM dan

kepemimpinan seseorang dalam aktivitasnya di organisasi. Penilaian

EBA bertujuan untuk menggali potensi pegawai secara individual

melalui identifikasi kemampuan eksekutif otak yang berkaitan dengan

kapabilitas dan integritas individu dalam pekerjaan. Hasil penilaian ini

secara sistematis dapat memberikan "potret” kekuatan sumber daya

manusia bagi organisasi, untuk memberikan dasar yang kuat dalam

menyusun dan mengevaluasi langkah-langkah strategis membangun

organisasi.

Hasil pemeriksaan EBA juga menjadi dasar upaya peningkatan

kemampuan eksekutif otak yang berhubungan langsung dengan

kapabilitas dan integritas dalam rangka meningkatkan efektifitas dan

efisiensi pekerjaan dan kepemimpinan individu dalam mencapai tujuan

organisasi dengan internalisasi Revolusi Mental bidang kesehatan.

Upaya ini menggunakan konsep Human Executive Brain Assessment

and Development (HEBAD) yaitu intervensi yang dilakukan terhadap

Page 55: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 45 

peningkatan kapabilitas dan integritas individu berdasarkan kebutuhan

pemenuhan kesenjangan antara profil potensi otak individu yang

terukur sebagai profil otak individu dengan tuntutan dan beban

pekerjaan yang diidentifikasi sebagai profil otak jabatan. Pemenuhan

kecocokan antara profil potensi otak individu dengan profil otak jabatan

merupakan upaya pencapaian peningkatan kinerja yang efektif dan

efisien dalam pencapaian tujuan organisasi.

Laporan hasil penilaian pemeriksaan EBA (Executive Brain

Assessment) terdiri dari hasil di 10 RS Vertikal, antara lain:

1. RSJ Lawang

2. RSM Cicendo Bandung

3. RSJ Magelang

4. RS M Husein Palembang

5. RS Karyadi Semarang

6. RS Kandow Manado

7. RSO DR Soeharso Solo

8. Dr Sanglah Denpasar

9. RS Cipto Mangunkusumo Jakarta

10. RSP Rotinsulu Bandung

Laporan ini mendeskripsikan hasil penilaian pemeriksaan EBA

(Executive Brain Assessment) terhadap calon agen perubahan di 10

RS Vertikal. Laporan ini disampaikan dengan maksud agar para

pengelola pengembangan SDM di 10 RS Vertikal yang telah

melakukan kegiatan pemeriksaan EBA untuk dapat menggunakan

hasil pemeriksaan EBA sebagai dasar merencanakan peningkatan

kapabilitas dalam bentuk capacity building (peningkatan kapasitas)

melalui internalisasi Revolusi Mental bidang kesehatan secara

berkesinambungan di tempat kerja mulai pembentukan Agen

Perubahan (Agen of Change), Role model kepemimpinan perubahan

serta Transformasi perubahan berkesinambungan melalui kegiatan

consulting, team building, training, coaching, mentoring, konseling dan

lain-lain serta penguatan integritas sebagai terobosan terbaru metode

dan strategi peningkatan integritas melalui pengembangan

Page 56: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 46 

kecerdasaan bersama (collective intellegence) yang akan melibatkan

seluruh pemangku kepentingan di 10 RS Vertikal.

2. CAPAIAN DUKUNGAN PADA PENGEMBANGAN DAN

PEMANFAATAN EBA OLEH TIM NASIONAL EBA

Pertemuan evaluasi kegiatan Executive Brain Assessment dihadiri

oleh:

Ahli / profesi :

1) dr. Muhammad Akbar, Sp. S(K): FK Unhas/Neuroscience

2) Dr. Elmira Sumintardja F (PSIKOLOGI UNPAD)

3) dr. Adre Mayza, Sp. S(K) : Dep NEUROLOGI FKUI-RSCM

4) Dr. Heru Wiryanto (AGREDATA CONSULTAN))

5) Dr. Anam Ong, Sp. S(K) (PP PERDOSSI)

6) Yusuf Hari Yuda, M.Si (PSIKOMETRIK)

7) Dr. Bagus Sulistiyo Budi, Sp KJ (PP PDSKJI)

8) Dr. Robert Olloan Rajagukguk (PP HIMPSI)

Kementerian Kesehatan:

1) Biro Hukum dan Organisasi

2) Direktorat Kesehatan Jiwa

3) Biro Kepegawaian

4) Pusdiklat Aparatur

5) Sekretariat Badan PPSDMKes

Tujuan :

1) Mengkoordinasikan pemanfaatan EBA dan evaluasi

pelaksanaannya.

2) Menyepakati hal-hal yang menjadi isu penting pengembangan

instrumen dan implementasinya pada program penataan SDM.

3) Menggali informasi lebih jauh tentang sejarah dan kronologis

perkembangan EBA.

Hasil pertemuan:

1) Pembentukan Rumah EBA di kantorKementerian Kesehatan

(direncanakan di Klinik Kemenkes), yang akan digunakan untuk

ruang pemeriksaan dan konsultasi hasil pemeriksaan EBA. Hasil

EBA selain diberikan pada satuan kerja juga diberikan kepada

individu yang dinilai sehingga individu tersebut mengetahui

Page 57: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 47 

kelebihan dan kekurangan pada dirinya, selanjutnya dapat

merencanakan program pengembangan potensinya.

2) Pengembangan instrumen Executive Brain Assessment:

a. Pengembangan EBA di daerah dengan membuat sentra-

sentra pelayanan EBA di regional barat, timur dan tengah.

b. Pelatihan standarisasi assessor untuk mendukung sentra-

sentra pelayanan EBA di daerah. Pelatihan akan dilakukan

melalui kerjasama dengan rumah sakit pendidikan dan

organisasi profesi di daerah.

c. Pengembangan instrumen EBA untuk peminatan studi dan

perencanaan karir.

d. Pengembangan model implementasi pada rekruitmen PNS,

seleksi untuk Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), dan

promosi jabatan. Promosi jabatan dengan mengembangkan

segmentasi penilaian EBA pada strata jabatan dengan

membuat brain job analysis(job brain profile) pada berbagai

tingkat jabatan dan jenis pekerjaan berdasarkan uraian

jabatan dan atau standar kompetensi jabatan.

e. Pengembangan konsep HEBAD (Human Executive Brain

Assessment and Development). Konsep ini memperluas

cakupan program agar Executive Brain Assessment tidak

hanya berhenti sebatas mapping potensi (assessment) tetapi

juga terkait pengembangan potensi yang dimilikinya

(development) melalui berbagai metode intervensi.

3) Membangun sistem IT untuk mempermudah dalam input data,

analisa dan pengolahan data hasil penilaian, serta pengembangan

data base hasil EBA yang terintegrasi dengan SIMKA atau

SIMPEG.

4) Mengkaji kemungkinan untuk PNBP melalui koordinasi dengan

Biro Keuangan.

5) Sosialisasi, koordinasi dan kerjasama dalam rangka

pengembangan instrumen Executive Brain Assessment baik lintas

program maupun lintas sektor.

Page 58: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 48 

3. CAPAIAN HASIL PEMERIKSAAN EBA LS DAN LP DI LUAR DIPA

PADK TAHUN 2016

EBA merupakan suatu model identifikasi body and mind-brain/mental-

emotion sebagai suatu sistem pengembangan potensi manusia.

Mekanisme untuk memahami proses belajar dan berpikir di otak

menjadi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kreativitas yang paling

menentukan keberhasilan dan memberikan kontribusi terbaik pada

kemajuan organisasi. Executive Brain Assessment mengidentifikasi (1)

berpikir otak manusia dalam belajar lewat beberapa cara: visual,

auditorik, kinestetik. (2) fleksibilitas berpikir kiri atau kanan, serta (3)

model responsifitas berpikir mulai dari rasional, manajerial, emosional

sampai strategikal. Variasi hasil ini menunjukan adanya perbedaan

individual pada setiap orang dalam mengembangkan diri secara

optimal.

Hasil pemeriksaan EBA juga menjadi dasar upaya peningkatan

kemampuan eksekutif otak yang berhubungan langsung dengan

kapabilitas dan integritas dalam rangka meningkatkan efektifitas dan

efisiensi pekerjaan individu dalam mencapai tujuan organisasi.

Pemenuhan kecocokan antara profil potensi otak individu dengan profil

otak jabatan merupakan upaya pencapaian peningkatan kinerja yang

efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi.

Sepanjang tahun 2016 telah ada beberapa permintaan tes EBA dari

beberapa instansi lintas sektor antara lain:

1. Pemeriksaan EBA pada 32 Tunas Integritas Kementerian Kelautan

dan Perikanan di Bandung

2. Pemeriksaan Executive Brain Assessment (EBA) pada 51 Tunas

Integritas Kementerian KKP

3. Pemeriksaan Executive Brain Assessment (EBA) 251 struktural

dan fungsional senior Pemrov Banten

4. Pemeriksaan Executive Brain Assessment (EBA) pada 18 eselon

2 Pemkot Bandung

5. Pemeriksaan Executive Brain Assessment (EBA) pada 168

Mandiri Best Employee PT Bank Mandiri

6. Pemeriksaan 20 Tunas Integritas KLOP dalam TOT KPK di Medan

Page 59: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 49 

7. Pemeriksaan Executive Brain Assessment (EBA) pada 24 manajer

PT Angkasa Pura 2

8. Pemeriksaan Executive Brain Assessment (EBA) pada 22 manajer

PT Angkasa Pura 2

9. Pemeriksaan Executive Brain Assessment (EBA) pada 309

struktural dan fungsional RS Paru Rotinsulu Bandung

4. CAPAIAN HASIL PEMERIKSAAN EBA UNTUK CAPACITY BUILDING PADA UNIT KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

Capacity building adalah serangkaian aktivitas strategis yang

ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas

kinerja pemerintahan dengan memusatkan perhatian kepada

pengembangan sumber daya manusia dan organisasi. Capacity

building di lingkungan Kementerian Kesehatan RI dilaksanakan secara

terintegrasi dengan semangat perubahan organisasi berdasarkan

tuntutan reformasi birokrasi menuju terlaksana prinsip-prinsip good

governance yaitu keterbukaan informasi (transparency), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian

(independency), kesetaraan dan kewajaran (fairness).

Capacity building yang dilaksanakan harus memperhatikan

proses peningkatan kapasitas individu dan organisasi dalam rangka

mensukseskan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian

Kesehatan RI, yaitu tercapainya cita-cita perubahan, terselenggaranya

manajemen perubahan, penataan peraturan perundang-undangan,

penataan dan penguatan organisasi, penataan tatalaksana, penataan

sistem manajemen SDM aparatur, penguatan pengawasan, penguatan

akuntabilitas kinerja, serta peningkatan kualitas pelayanan publik.

Untuk mencapai perubahan yang diharapkan oleh setiap satuan kerja

sebagai tahap awal diperlukan profil sumber daya manusia (SDM) dan

profil organisasi (program) setiap satuan kerja.

Capacity building didahului dengan pemetaan profil SDM dan

profil organisasi setiap satker diperoleh melalui kegiatan Executive

Brain Assessment (EBA) dan asesmen organisasi. Keduanya

kemudian dijadikan dasar atau acuan dalam membuat management

Page 60: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 50 

perubahan satuan kerja atau lebih dikenal dengan istilah from - to.

Dokumen atau rencana perubahan from – to setiap satuan kerja

kemudian ditindaklanjuti dalam suatu rencana aksi kegiatan perubahan

oleh AoC yang telah ditetapkan.

Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan capacity building,

profil SDM yang sudah ada melalui kegiatan Executive Brain

Assessment (EBA) dijadikan sebagai dasar intervensi yang dilakukan

antara lain: 1) Training, 2) Mentoring, 3) Coaching dan 4) Counselling.

Segala bentuk kegiatan ini disesuaikan dengan rencana perubahan

satuan kerja (from – to) dikaitkan dengan profil SDM dan organisasi

satuan kerja sehingga tercipta suatu skenario capacity building bagi

satuan kerja. Adapun laporan ini mencoba memberikan gambaran

analisa skenario capacity building dari beberapa satuan kerja di

lingkungan Kementerian Kesehatan RI yang mengundang PADK untuk

memberikan masukan feedback pengembangan organisasi

berdasarkan hasil EBA, antara lain:

1. Capacity building tindaklanjut EBA BPFK di Surabaya

2. Feedback hasil Executive Brain Assessment (EBA) pada kegiatan

capacity building seluruh pegawai Pusat Krisis Kesehatan

3. Paparan pemanfaatan hasil EBA pada kegiatan revolusi mental di

LPMJ DKI Jakarta

4. Feedback hasil Executive Brain Assessment (EBA) hasil EBA

seluruh pegawai RS Rotinsulu Bandung

5. Feedback hasil Executive Brain Assessment (EBA) pada kegiatan

capacity building seluruh pegawai Biro Umum

6. Feedback hasil Executive Brain Assessment (EBA) pada kegiatan

capacity building seluruh pegawai Pusat Kesehatan Haji.

2. AGEN PERUBAHAN KEMENTERIAN KESEHATAN

A. REKRUITMENT AGEN PERUBAHAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Agen Perubahan adalah individu/kelompok terpilih yang menjadi

pelopor perubahan dan sekaligus dapat menjadi contoh dan

panutan dalam perilaku yang mencerminkan integritas dan kinerja

yang tinggi di lingkungan organisasinya (PERMENPAN-RB No. 27

Page 61: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 51 

Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Agen Perubahan di

Instansi Pemerintah)

Proses Rekruitmen dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Tahapan Nominasi (Satuan kerja mengusulkan calon AoC

sebanyak 20% dari jumlah struktural dan fungsional

berdasarkan kriteria individu yang dimiliki antara lain:Kinerja

memuaskan (minimal baik), Perilaku menunjukan keteladanan

dalam kedisiplinan, tanggung jawab, kemampuan memberi

pengaruh positif, inovatif dan produktif serta berintegritas)

2. Tahapan Seleksi (PADK membuat rekomendasi berdasarkan

analisa potensi kapabilitas dan integritas penilaian Executive

Brain Assessment pada usulan nama satker)

3. Tahapan Eleksi (Satuan kerja menetapkan AoC sebanyak 3

orang fungsional dan 1 orang struktural berdasarkan hasil di

tahap nominasi dan tahap seleksi.)

Mencocokan Profil Otak dengan Kriteria AoC menggunakan

pemeriksaan EBA

Seluruh satuan kerja diminta berkontribusi dalam tahapan eleksi

yaitu dengan bersurat dengan tanda tangan kepala satker masing-

masing dengan ketentuan sebagai berikut:

Ketua : Kepala Satuan Kerja

Wakil : Eselon 3 atau 4

Anggota : 1. …….

2. ……..

3. ……..

Kementerian Kesehatan telah memiliki kelompok Agent of Change

(AoC) yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor Hk.03.01/III/SK/073/2015

tentang Tim Asesor dan Agen Perubahan (AoC) Reformasi

Birokrasi Kementerian Kesehatan

B. PEMBEKALAN DAN DEKLARASI AGEN PERUBAHAN DI KM.

KELUD

Kegiatan pembekalan dan deklarasi Agen Perubahan (agen of change)

Kementerian Kesehatan dilaksanakan dalam rangka mendorong

Page 62: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 52 

perubahan mindset dan culture set berdasarkan program manajemen

perubahan dalam Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian

Kesehatan 2015-2019 dan Internalisasi Revolusi Mental Bidang

Kesehatan yang disusun dalam dokumen Revolusi Mental Bidang

Kesehatan. Telah ditetapkan Agent of Change di Lingkungan

Kementerian Kesehatan berdasarkan keputusan Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan RI Nomor HK.02.03/III/SK/141/2016 tentang

Penetapan Agent of Change di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan agen

perubahan di lingkungan unit utama Kemenkes lainnya dalam

mendorong terciptanya budaya kerja baru yang positif dalam

meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan untuk

mencapai akuntabilitas kinerja, bebas KKN, dan peningkatan

pelayanan publik. Kegiatan pembekalan dan deklarasi Agen

Perubahan (agen of change) ini merupakan salah satu dari rangkaian

Hari Kesehatan Nasional ke 52 tahun 2016 dalam mendorong

terciptanya budaya kerja baru yang positif dalam meningkatkan

kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan.

Peserta terdiri dari agen perubahan Kementerian Kesehatan yang

terdiri dari pejabat eselon 2 sebagai koordinator Agen Perubahan pada

masing-masing unit satuan kerja, serta pejabat eselon 3 dan 4 dan

pejabat fungsional yang terpilih sebagai agen perubahan dari seluruh

satuan kerja unit utama di Kementerian Kesehatan. Undangan peserta

yang turut menyaksikan Kegiatan pembekalan dan deklarasi Agen

Perubahan (agen of change) Kementerian Kesehatan ini antara lain

Deputi Bidang SDM Aparatur, dan Deputi Bidang RB, Akuntabilitas dan

Pengawasan Kementerian PAN RB, Komisi Pemberantasan Korupsi,

Direktur Utama Rumah Sakit-Rumah Sakit Vertikal Kementerian

Kesehatan, anggota Pokja Manajemen perubahan Tim RB

Kementerian Kesehatan, serta Undangan lainnya. Kegiatan ini akan

diisi dengan keynote speech tentang Strategi Membangun Integrity

Advantage ASN Kesehatan oleh Pimpinan Komisi Pemberantasan

Korupsi Bapak Saut Situmorang, dilanjutkan pembekalan materi

Pembangunan Integritas oleh tim Komisi Pemberantasan Korupsi,

Page 63: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 53 

serta materi Peningkatan Etos Kerja Dan Gotong Royong oleh Nara

Sumber dari Universitas Tarumanagara. Metode yang digunakan

dalam kegiatan workshop ini adalah dengan ceramah, studi kasus, role

play, games dan self assessment. Setelah kegiatan pembekalan akan

dilanjutkan dengan penyusunan tindak lanjut rencana perubahan di

unit satuan kerja yang akan disusun oleh tim agen perubahan di

satuan kerja masing-masing, diakhiri dengan prosesi deklarasi Agen

Perubahan (agen of change) Kementerian Kesehatan. Harapan dari

kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan strategi manajemen

perubahan pada Agen Perubahan (agen of change) di Kementerian

Kesehatan sehingga dapat memberikan pengaruh efektif dan positif

pada perubahan organisasi dalam iklim kerja di setiap satuan kerjanya.

Selama pembekalan akan menginternalisasikan nilai-nilai Revolusi

Mental bidang kesehatan yaitu:

a. Sehat Tanpa Korupsi: Jaga diri, Jaga teman, jaga Kemenkes.

b. Sehat Melayani: Cepat, Tepat, Bersahabat.

c. Indonesia Sehat: Gerakan Masyarakat Sehat dan PHBS

Gambar 9.

Pembekalan Dan Deklarasi Agen Perubahan Di KM. Kelud

Page 64: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 54 

B. Realisasi Anggaran

Persentase realisasi anggaran

Pada tahun 2016, Pusat Analisis Determinan Kesehatan memperoleh alokasi

anggaran sebesar Rp. 27.758.578.000,-. Realisasinya adalah Rp. 23.363.585.946,-

atau sebesar 84,16 %.

Persentase realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan

Pada tahun 2016, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah melaksanakan kegiatan-

kegiatan terpadu yang melibatkan partisipasi aktif stake holder, yaitu antara lain dari:

Lintas Program, Lintas Sektor, serta profesi terkait. Kegiatan/program yang

dilaksanakan antara lain: 1) Penyusunan Dokumen Analisis Gambaran Desentralisasi

Kesehatan Di Indonesia, 2) Penyusunan Dokumen Analisis SDM Kesehatan Di Daerah

Terpencil, Perbatasan Dan Kepulauan, 3) Penyusunan Dokumen Analisis Dampak

Pornografi Terhadap Kualitas SDM, 4) Penyusunan Dokumen Analisis Kebijakan

Penetapan Harga Obat, 5) Rancang Bangun Pengembangan Kesehatan Inteligensia

Di 7 Propinsi, 6) Penyusunan Dokumen Analisis Membangun Revolusi Mental Bidang

Kesehatan, 7) Penguatan Potensi Integritas Pada Aparatur Sipil Negara, 8)

Penyusunan Profil Pengembangan Kesehatan Inteligensia Di Daerah, 9) Jejaring

Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan : a) Keikutsertaan Indonesia dalam

Transpasific Partnership Sektor Kesehatan, b) Pendekatan Keluarga.

Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan tahun 2016 tersebut, dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 7 Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan

Tahun 2016 Alokasi anggaran sesuai

DIPA Besarnya Anggaran

Realisasi Belanja

Realisasi (%)

[5831.040] Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan Analisis Determinan Kesehatan [Dokumen]

22.577.836.000,- 19.640.942.202,- 86,9

[5831.041] Dukungan Layanan Manajemen [Bulan Layanan]

3.239.700.000,- 1.980.172.300,- 61,12

[5831.994] Layanan Perkantoran [Bulan Layanan]

1.941.042.000,- 1.742.471.444,- 89,76

TOTAL 27.758.578.000,- 23.363.585.946,- 84.16

Page 65: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 55 

BAB IV PENUTUP

SIMPULAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2016,

merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan RI dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait

langsung maupun tidak langsung dalam kurun waktu tahun 2016. Laporan ini juga

menjadi sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

Indikator kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan terdiri dari 1 (satu)

indikator. Pada tahun 2016, Pusat Analisis Determinan Kesehatan, dapat mencapai

indikator kinerjanya tersebut, sesuai target yang telah ditetapkan (terealisasi sebesar

100%). Di mana output kegiatan terealisasi sebesar 100%. Pada tahun 2016 DIPA Pusat

Analisis Determinan sebesar Rp. 37.711.1928.000,- yang bersumber dari APBN. Jumlah

ini termasuk efisiensi anggaran sebesar Rp. 9.952.614.000,-, sehingga pagu Pusat

Analisis Determinan Kesehatan sebenarnya sebesar Rp. 27.758.578.000,-, dengan

realisasi anggaran sebesar Rp 23.363.585.946,- atau 84,17 % dari anggaran yang

dialokasikan. Pusat Analisis Determinan Kesehatan, memfokuskan kegiatan pada analisis

lingkungan strategis, analisis perilaku dan kesehatan intelegensia.

Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai

berikut: 1) Bidang Analisis Kebijakan lingkungan strategis dengan capaian target

keuangan sebesar 91% dengan output kinerja, rata-rata 100 %; 2) Bidang Analisis

perilaku dan kesehatan intelegensia dengan capaian output sebesar 100% dengan

menggunakan anggaran sebesar 85%. Meskipun serapan anggaran tidak mencapai

100%, namun semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang menjadi

masalah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu antara lain penjadwalan kegiatan

tidak tepat waktu sesuai perencanaan, pemotongan anggaran yang mengakibatkan

terjadinya kendala pelaksanaan kegiatan. Keterbatasan waktu narasumber serta

perbedaan paradigma di antara peserta, juga menjadi salah satu permasalahan dalam

kegiatan penyusunan dokumen analisis.

 

Page 66: SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN R I LKj Es 2 2016/8... · Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahTahun2016‐PusatAnalisisDeterminanKesehatan 56 

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pusat Analisis Determinan Kesehatan

telah merealisasikan program dan kegiatan tahun 2016. Keberhasilan yang telah dicapai

tahun 2016 ini, diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan di tahun

berikutnya dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien, sedangkan segala

kekurangan yang menghambat tercapainya target dan kegiatan diharapkan dapat diatasi

sehingga tidak berdampak pada kinerja tahun-tahun mendatang.