sejarah kurikulum indonesia.docx

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembahasan mengenai kurikulum tidak mungkin dilepaskan dari pengertian kurikulum, posisi kurikulum dalam pendidikan, dan proses pengembangan suatu kurikulum. Pembahasan mengenai ketiga hal ini dalam urutan seperti itu sangat penting karena pengertian seseorang terhadap arti kurikulum menentukan posisi kurikulum dalam dunia pendidikan dan pada gilirannya posisi tersebut menentukan proses pengembangan kurikulum.Ketiga pokok bahasan itu dikemukakan dalam makalah ini dalam urutan seperti itu. Pembahasan mengenai pengertian ini penting karena ada dua alasan utama. Pertama, seringkali kurikulum diartikan dalam pengertian yang sempit dan teknis. Dalam kotak pengertian ini maka definisi yang dikemukakan mengenai pengertian kurikulum kebanyakan adalah mengenai komponen yang harus ada dalam suatu kurikulum. Untuk itu berbagai definisi diajukan para akhli sesuai dengan pandangan teoritik atau praktis yang dianutnya. Ini menyebabkan studi tentang kurikulum dipenuhi dengan hutan definisi tentang arti kurikulum. Alasan kedua adalah karena definisi yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Pengertian sempit atau teknis kurikulum yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum adalah sesuatu yang wajar dan merupakan sesuatu yang harus dikerjakan oleh para pengembang kurikulum. Sayangnya, pengertian yang sempit itu turut pula mnyempitkan posisi kurikulum dalam pendidikan sehingga peran pendidikan dalam  pembangunan individu, masyarakat, dan bangsa menjadi terbatas pula. Pembahasan mengenai posisi kurikulum adalah penting karena posisi itu akan memberikan  pengaruh terhadap apa yang harus dilakukan kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Tidak seperti halnya dengan pengertian kurikulum para akhli kurikulum tidak banyak berbeda dalam  posisi kurikulum. Kebanyakan mereka memiliki kesepakatan dalam menempatkan kurikulum di  posisi sentral dalam proses pendidikan. Kiranya b ukanlah sesuatu yang berlebihan jika dikatakan  bahwa proses pendidikan dikendalikan, diatur, dan dinilai berdasarkan criteria yang ada dalam kurikulum. Pengecualian dari ini adalah apabila proses pendidikan itu menyangkut masalah administrasi di luar isi pendidikan. Meski pun demikian terjadi perbedaan mengenai koordinat  posisi sentral tersebut dimana ruang lingkup setiap koordinat ditentukan oleh pengertian kurikulum yang dianut. Pembahasan mengenai proses pengembangan kurikulum merupakan terjemahan dari pengertian kurikulum dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan dalam bentuk berbagai kegiatan  pengembangan. Pengertian dan posisi kurikulum akan men entukan ap yang seharusnya menjadi  perhatian awal para pengembang kurikulum, mengembangkan ide kurikulum, mengembangkan ide dalam bentuk dokumen kurikulum, proses implementasi, dan proses evaluasi kurikulum. Pengertian dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan menentukan apa yang seharusnya menjadi tolok ukur keberhasilan kurikulum, sebagai bagian dari keberhasilan pendidikan.

Upload: muh-saedi

Post on 30-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kur indonesia

TRANSCRIPT

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 1/16

BAB I 

PENDAHULUAN 

1.1.Latar Belakang 

Pembahasan mengenai kurikulum tidak mungkin dilepaskan dari pengertian kurikulum, posisi

kurikulum dalam pendidikan, dan proses pengembangan suatu kurikulum. Pembahasanmengenai ketiga hal ini dalam urutan seperti itu sangat penting karena pengertian seseorang

terhadap arti kurikulum menentukan posisi kurikulum dalam dunia pendidikan dan pada

gilirannya posisi tersebut menentukan proses pengembangan kurikulum.Ketiga pokok bahasanitu dikemukakan dalam makalah ini dalam urutan seperti itu.

Pembahasan mengenai pengertian ini penting karena ada dua alasan utama. Pertama, seringkali

kurikulum diartikan dalam pengertian yang sempit dan teknis. Dalam kotak pengertian ini makadefinisi yang dikemukakan mengenai pengertian kurikulum kebanyakan adalah mengenai

komponen yang harus ada dalam suatu kurikulum. Untuk itu berbagai definisi diajukan paraakhli sesuai dengan pandangan teoritik atau praktis yang dianutnya. Ini menyebabkan studitentang kurikulum dipenuhi dengan hutan definisi tentang arti kurikulum.

Alasan kedua adalah karena definisi yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap apa yangakan dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Pengertian sempit atau teknis kurikulum yang

digunakan untuk mengembangkan kurikulum adalah sesuatu yang wajar dan merupakan sesuatu

yang harus dikerjakan oleh para pengembang kurikulum. Sayangnya, pengertian yang sempit ituturut pula mnyempitkan posisi kurikulum dalam pendidikan sehingga peran pendidikan dalam

 pembangunan individu, masyarakat, dan bangsa menjadi terbatas pula.

Pembahasan mengenai posisi kurikulum adalah penting karena posisi itu akan memberikan pengaruh terhadap apa yang harus dilakukan kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Tidak 

seperti halnya dengan pengertian kurikulum para akhli kurikulum tidak banyak berbeda dalam posisi kurikulum. Kebanyakan mereka memiliki kesepakatan dalam menempatkan kurikulum di

 posisi sentral dalam proses pendidikan. Kiranya bukanlah sesuatu yang berlebihan jika dikatakan

 bahwa proses pendidikan dikendalikan, diatur, dan dinilai berdasarkan criteria yang ada dalam

kurikulum. Pengecualian dari ini adalah apabila proses pendidikan itu menyangkut masalahadministrasi di luar isi pendidikan. Meski pun demikian terjadi perbedaan mengenai koordinat

 posisi sentral tersebut dimana ruang lingkup setiap koordinat ditentukan oleh pengertian

kurikulum yang dianut.

Pembahasan mengenai proses pengembangan kurikulum merupakan terjemahan dari pengertiankurikulum dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan dalam bentuk berbagai kegiatan

 pengembangan. Pengertian dan posisi kurikulum akan menentukan ap yang seharusnya menjadi perhatian awal para pengembang kurikulum, mengembangkan ide kurikulum, mengembangkan

ide dalam bentuk dokumen kurikulum, proses implementasi, dan proses evaluasi kurikulum.

Pengertian dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan menentukan apa yang seharusnyamenjadi tolok ukur keberhasilan kurikulum, sebagai bagian dari keberhasilan pendidikan.

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 2/16

1.2.Tujuan Penulisan 

  Dapat mengetahui Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

  Dapat mengetahui seberapa berpengaruhnya kurikulum dalam pendidikan di Indonesia.

1.3.Kegunaan Penelitian 

Dari hasil penelitian, penulis mengharapkan manfaat sebagai berikut :

  Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejarah Kurikulum

Indonesia.

  Secara Akademis, memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah “ Pembelajaran

Ekonomi Akuntansi Persekolahan” Semester 5, Jurusan Ekonomi Akuntansi di

Universitas Pasundan Bandung,

BAB II 

KAJIAN TEORI 

2.1. Pengertian Kurikulum 

Dalam banyak literature kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana tertulismengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman

 belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau

 beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan

mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut.Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen

merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap

 proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil

keputusan yangdigunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu

 pengalaman.

Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum sebagaidokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran

tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan

menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai dokumen

mau pun sebagai pengalaman belajar. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan “Curriculumitself is a construct or concept, a verbalization of an extremely comp lex idea or set of ideas”. 

Selain kurikulum diartikan sebagai dokumen, para akhli kurikulum mengemukakan berbagaidefinisi kurikulum yang tentunya dianggap sesuai dengan konstruk kurikulum yang ada pada

dirinya. Perbedaan pendapat para akhli didasarkan pada isu berikut ini:

  filosofi kurikulum

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 3/16

  ruang lingkup komponen kurikulum

   polarisasi kurikulum - kegiatan belajar 

   posisi evaluasi dalam pengembangan kurikulum

Pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum ditandai oleh pengertian kurikulum

yang dinyatakan sebagai “subject matter”, “content” atau bahkan “transfer of culture”. Khususyang mengatakan bahwa kurikulum sebagai “transfer of culture” adalah dalam pengertian

kelompok akhli yang memiliki pandangan filosofi yang dinamakan perennialism (Tanner dan

Tanner, 1980:104). Filsafat ini memang memiliki tujuan yang sama dengan essentialism dalamhal intelektualitas. Seperti dikemukakan oleh Tanner dan Tanner (1980:104-113) keduanya

 pandangan filosofi itu berpendapat bahwa adalah tugas kurikulum untuk mengembangkan

intelektualitas. Dalam istilah yang digunakan Tanner dan Tanner (1980:104) perennialism

mengembangkan kurikulum yang merupakan proses bagi “cultivation of the rational powers:academic excellence” sedangkan essentialism memandang kurikulum sebagai rencana untuk 

mengembangkan “academic excellence dan cultivation of intellect”. Perbedaan antara keduanya

adalah menurut pandangan perenialism “the cultivation of the intellectual virtues is accomplish

only through permanent studies that constitute our  intellectual inheritance”. Permanent studiesadalah konten kurikulum yang berdasarkan tradisi Barat terdiri atas Great Books, reading,

rhetoric, and logic, mathematics. Sedangkan bagi essentialism beranggapan bahwa kurikulumharuslah mengembangkan “modern needs through the fundamental academic disciplines of English, mathematics, science, history, and modern languages” (Tanner dan Tanner, 1980:109) 

Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai perbedaan dalam definisi. Adayang berpendapat bahwa kurikulum adalah “statement of objectives” (McDonald; Popham), ada

yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana bagi guru untuk mengembangkan proses

 pembelajaran atau instruction (Saylor, Alexander,dan Lewis, 1981) Ada yang mengatakan bahwakurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen sebagai dasar bagi guru

untuk mengembangkan kurikulum guru (Zais,1976:10). Ada juga pendapat resmi negara seperti

yang dinyatakan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa

kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untukmencapai tujuan pendidikan tertentu” (pasal 1 ayat 19). 

Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa

yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction atau

 pengajaran). Memang banyak akhli kurikulum yang menentang pemisahan ini tetapi banyak pulayang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok yang menyetujui

 pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi

mungkin juga tidak sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar 

terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga berbeda atau bahkanmenyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandangan ini tidak sama dengan

 perbedaan cara pandang antara kelompok akhli kurikulum dengan akhli teaching  (pangajaran).

Baik akhli kurikulum mau pun pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas tetapi denganlatar belakang teoritik dan tujuan yang berbeda.

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 4/16

Istilah dalam kurikulum seperti “planned activities”, “written document”, “curriculum as

intended”, “curriculum as observed”, “hidden curriculum”,”curriculum as reality”, “school

directed experiences”, “learner actual experiences” menggambarkan adanya perbedaan antarakurikulum dengan apa yang terjadi di kelas. Definisi yang dikemukakan oleh Unruh dan Unruh

(1984:96) mewakili pandangan ini dimana mereka menulis curriculum is defined as a plan for 

achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with what is to belearned, and with the result of instruction. Olivia (1997:8.) mengatakan bahwa we may think of the curriculum as a program, a plan, content, and learning experiences, whereas we may

characterize instruction as methods, the teaching act, implementation, and presentation. Olivia

(1997:8) termasuk orang yang setuju dengan pemisahan antara kurikulum dengan pengajaran danmerumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the experiences that the learner 

encounters under the direction of the school . Lebih lanjut ia mengatakan (Olivia, 1997:9)  I feel 

that the cyclical has much to recommend . Pandangan yang menyatakan bahwa keduanya adalah

kurikulum diwakili oleh pendapat Marsh (1997:5) yang menulis curriculum is an interrelated set of plans and experiences which a student completes under the guidance of the school . Pandangan

ini sejalan dengan Schubert (1986:6) dengan mengatakan the interpretation that teachers give to

 subject matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that students actuallyexperience.

Pengertian di atas menggambarkan definisi kurikulum dalam arti teknis pendidikan. Pengertiantersebut diperlukan ketika proses pengembangan kurikulum sudah menetapkan apa yang ingin

dikembangkan, model apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana suatu dokumen harus

dikembangkan. Kebanyakan dari pengertian itu berorientasi pada kurikulum sebagai upaya untuk mengembangkan diri peserta didik, pengembangan disiplin ilmu, atau kurikulum untuk 

mempersiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan tertentu. Doll (1993:47-51) menamakannya

sebagai “the scientific curriculum” dan menyimpulkan sebagai “clouded and myopic”. 

Selanjutnya Dool (1993:57) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang ada sekarang

dengan mengatakan:

 Education and curriculum have borrowed some concepts from the stable, nonechange concept -

 for example, children following the pattern of their parents, IQ as discovering and quantifying an innate potentiality. However, for the most part modernist curriculum thought have adopted 

the closed version, one where - trough focusing - knowledge is transmitted, transferred. This is, I 

believe, what our best contemporary schooling is all about. Transmission frames our teaching-

learning process. 

Dengan transfer dan transmisi maka kurikulum menjadi suatu focus pendidikan yang ingin

mengembangkan pada diri peserta didik apa yang sudah terjadi dan berkembang di masyarakat.Kurikulum tidak menempatkan peserta didik sebagai subjek yang mempersiapkan dirinya bagi

kehidupan masa dating tetapi harus mengikuti berbagai hal yang dianggap berguna berdasarkan

apa yang dialami oleh orang tua mereka.

Dalam konteks ini maka disiplin ilmu memiliki posisi sentral yang menonjol dalam kurikulum.

Kurikulum, dan pendidikan, haruslah mentransfer berbagai disiplin ilmu sehingga peserta didik menjadi warga masyarakat yang dihormati. Teori tentang IQ bekerja untuk terutama

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 5/16

intelektualitas dalam pengertian disiplin ilmu karena logic yang dikembangkan dalam tes IQ

adalah logic disiplin ilmu dan secara lebih khusus adalah logika matematika. Oleh karena itu

tidaklah salah dikatakan bahwa matematika adalah dasar pengembangan pendidikan logika.

Gambaran serupa disajikan oleh Jacobs (1999) yang membahas mengenai kurikulum di Afrika.

Hal ini amat difahami jika kurikulum diartikan dari pandangan kependidikan yang menempatkanilmu atau disiplin ilmu di atas segalanya (perennialism atau pun essentialism). Jacobs (1999:100)

menggunakan istilah liberal theory untuk kedua pandangan ini. Sedangkan istilah perenialisme

dan essentialism banyak digunakan oleh para akhli lainnya seperti Schubert (1986), Longstreetdan Shane (1993), Print (1993), Olivia (1997)

Banyak kecaman terhadap pengertian kurikulum yang dikembangkan dari pandangan filosofis iniwalau pun dalam kenyataannya masih banyak orang dan pengambil kebijakan yang menganut

 pandangan ini. Kurikulum di Indonesia masih didominasi oleh pandangan ini. Konten kurikulum

dalam pandangan ini adalah materi yang dikembangkan dari disiplin ilmu; tujuan adalah

 penguasaan konsep, teori, atau hal yang terkait dengan disiplin ilmu.

Suatu hal yang jelas bahwa definisi kurikulum oleh kelompok “conservative” (perenialism dan

essentialism), kelompok “romanticism” (romantic naturalism), “existentialism” mau pun“progressive” (experimentalism, reconstructionism) hanya memusatkan perhatian pada fungsi

“transfer” dari apa yang sudah terjadi dan apa yang sedang terjadi. Pada aliran progresif 

kelompok rekonstruksionis dapat dikatakan berbeda dari lainnya karena kelompok ini tidak hanya mengubah apa yang ada pada saat sekarang tetapi juga membentuk apa yang akan

dikembangkan. Walau pun tidak begitu jelas tetapi pada pandangan ini sudah ada upaya untuk 

“shaping the future” dan bukan hanya “adjusting, mending or reconstructing the existing

conditions of the life of community”. Seperti dikemukakan oleh McNeil (1977:19): 

Social reconstructionists are opposed to the notion that the curriculum should help studentsadjusts or fit the existing society. Instead, they conceive of curriculum as a vehicle for fostering critical discontent and for equipping learners with the skills needed for conceiving new goals

and affecting social change. 

Secara mendasar, ada kekhawatiran bahwa kurikulum hanya memikirkan kerusakan atau

 persoalan social yang ada dan meninggalkan sama sekali apa yang sudah dihasilkan. Kontinuitaskehidupan dan perkembangan masyarakat dikhawatirkan akan terganggu.

Pandangan rekonstruksi social di atas menyebabkan kurikulum haruslah diredefinisikan kembali

sehingga ia tidak mediocre karena hanya menfokuskan diri pada transfer kejayaan masa lalu, pengembangan intelektualitas, atau pun menyiapkan peserta didik untuk kehidupan masa kini.

Padahal masa kini adalah kelanjutan dari masa lalu dan masa kini akan terus berubah dan sukar 

diprediksi. Kemajuan teknologi pada akhir kedua abad keduapuluh telah memberikan velocity perubahan pada berbagai aspek kehidupan pada tingkat yang tak pernah dibayangkan manusia

sebelumnya. Pendidikan harus lah aktif membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik 

untuk suatu kehidupan yang akan dimasukinya dan dibentuknya. Peserta didik akan menjadianggota masyarakat yang secara individu maupun kelompok tidak hanya dibentuk oleh

masyarakat (dalam posisi menerima = pasif) tetapi harus mampu memberi dan mengembangkan

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 6/16

masyarakat ke arah yang diinginkan (posisi aktif). Artinya, kurikulum merupakan rancangan dan

kegiatan pendidikan yang secara maksimal mengembangkan potensi kemanusiaan yang ada pada

diri seseorang baik sebagai individu mau pun sebagai anggota masyarakat untuk kehidupandirinya, masyarakat, dan bangsanya di masa mendatang.

2.2. Proses Kurikulum dalam Pendidikan 

Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan Klein, 1989:15). Dalam

 pengertian kurikulum yang dikemukakan di atas harus diakui ada kesan bahwa kurikulumseolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern dan yang telah memiliki rencana

tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana tertulis dianggap tidak 

memiliki kurikulum. Pengertian di atas memang pengertian yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan secara administratif kurikulum harus terekam secara tertulis.

Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan kependidikan yangutama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik, pendidik, sumber dan lingkungan.

Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat

dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain dari interaksi tersebut.

Dalam posisi maka kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan terhadapmasyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang terbuka untuk setiaporang ataukah lembaga pendidikan khusus haruslah dapat mempertanggungjawabkan apa yang

dilakukannya terhadap masyarakat. Lembaga pendidikan tersebut harus dapat memberikan

“academic accountability” dan “legal accountability” berupa kurikulum. Oleh karena itu jika adayang ingin mengkaji dan mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh

suatu lembaga pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin

mengetahui apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut tidak bertentangan dengan hukum maka ia harus mempelajari dan mengkajikurikulum lembaga pendidikan tersebut.

Dalam pengertian “intrinsic” kependidikan maka kurikulum adalah jantung pendidikan Artinya,

semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah didasarkan pada apa yang

direncanakan kurikulum. Kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang dirancang berdasarkanapa yang diinginkan kurikulum. Pengembangan potensi peserta didik menjadi kualitas yang

diharapkan adalah didasarkan pada kurikulum. Proses belajar yang dialami peserta didik di kelas,

di sekolah, dan di luar sekolah dikembangkan berdasarkan apa yang direncanakan kurikulum.

Kegiatan evaluasi untuk menentukan apakah kualitas yang diharapkan sudah dimiliki oleh peserta didik dilakukan berdasarkan rencana yang dicantumkan dalam kurikulum. Oleh karena

itu kurikulum adalah dasar dan sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa

kurikulum yang jelas apalagi jika tidak ada kurikulum sama sekali maka kehidupan pendidikan

di suatu lembaga menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam mengembangkan potensi pesertadidik menjadi kualitas pribadi yang maksimal.

Untuk menegakkan akuntabilitasnya maka kurikulum tiak boleh hanya membatasi diri pada

 persoalan pendidikan dalam pandangan perenialisme atau esensialisme. Kedua pandangan ini

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 7/16

hanya akan membatasi kurikulum, dan pendidikan, dalam kepeduliaannya. Kurikulum dan

 pendidikan melepaskan diri dari berbagai masalah social yang muncul, hidup, dan berkembang

di masyarakat. Kurikulum menyebabkan sekolah menjadi lembaga menara gading yang tidak terjamah oleh keadaan masyarakat dan tidak berhubungan dengan masyarakat. Situasi seperti ini

tidak dapat dipertahankan dan kurikulum harus memperhatikan tuntutan masyarakat dan rencana

 bangsa untuk kehidupan masa mendatang. Problema masyarakat harus dianggap sebagaituntutan, menjadi kepeduliaan dan masalah kurikulum. Apakah kurikulum bersifatmengembangkan kualitas peserta didik yang diharapkan dapat memperbaiki masalah dan

tatangan masyarakat ataukah kurikulum merupakan upaya pendidikan membangun masyarakat

 baru yang diinginkan bangsa menempatkan kurikulum pada posisi yang berbeda.

Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Posisi pertama adalah

kurikulum adalah “construct” yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masalalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan. Pengertian

kurikulum berdasarkan pandangan filosofis perenialisme dan esensialisme sangat mendukung

 posisi pertama kurikulum ini. Kedua, adalah kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk 

menyelesaikan berbagai masalah social yang berkenaan dengan pendidikan. Posisi inidicerminkan oleh pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi progresivisme.

Posisi ketiga adalah kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan dimana kehidupanmasa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan bangsadijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.

Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan diterjemahkan dalam tujuan pendidikannasional, tujuan pendidikan jenjang pendidikan dan tujuan pendidikan lembaga pendidikan.

Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan besar pendidikan bangsa Indonesia yang diharapkan

tercapai melalui pendidikan dasar. Apabila pendidikan dasar Indonesia adalah 9 tahun makatujuan pendidikan nasional harus tercapai dalam masa pendidikan 9 tahun yang dialami seluruh

 bangsa Indonesia. Tujuan di atas pendidikan dasar tidak mungkin tercapai oleh setiap

warganegara karena pendidikan tersebut, pendidikan menengah dan tinggi, tidak diikuti oleh

setiap warga bangsa. Oleh karena itu kualitas yang dihasilkannya bukanlah kualitas yang harusdimiliki seluruh warga bangsa tetapi kualitas yang dimiliki hanya oleh sebagian dari warga

 bangsa.

Jenjang Pendidikan Dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)

dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau program Paket A dan

Paket B. Setiap lembaga pendidikan ini memiliki tujuan yang berbeda. SD/MI memiliki tujuanyang tidak sama dengan SMP/MTs baik dalam pengertian ruang lingkup kualitas mau pun dalam

 pengertian jenjang kualitas. Oleh karena itu maka kurikulum untuk SD/MI berbeda dari

kurikulum untuk SMP/MTs baik dalam pengertian dimensi kualitas mau pun dalam pengertian

 jenjang kualitas yang harus dikembangkan pada diri peserta didik.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (3)

menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalamkerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

a.   peningkatan iman dan takwa;

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 8/16

 b.   peningkatan akhlak mulia;

c.   peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

d.  keragaman potensi daerah dan lingkungan;e.  tuntutan pembangunan daerah dan nasional;f.  tuntutan dunia kerja;

g. 

 perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;h.  agama;i.  dinamika perkembangan global; dan

 j.   persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang

menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama,

ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslahmemperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan

menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang

 pendidikan (pasal 36 ayat (2).

Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan dalam bentuk 

rencana pembangunan pemerintah. Rencana besar pemerintah untuk kehidupan bangsa di masadepan seperti transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, reformasi dari system

 pemerintahan sentralistis ke system pemerintahan disentralisasi, pengembangan berbagai kualitas

 bangsa seperti sikap dan tindakan demokratis, produktif, toleran, cinta damai, semangat

kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan membaca, sikap senang dankemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup sehat dan fisik sehat, dan

sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan menjadi tujuan setiap jenjang

 pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi tujuan kurikulum.

Sayangnya, kurikulum yang dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya pada posisisentral dalam kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran perenialisme danesensialisme. Konsekuensi logis dari posisi ini adalah kurikulum membatasi dirinya dan hanya

menjawab tantangan dalam kepentingan pengembangan ilmu dan teknologi. Struktur kurikulum

2004 yang memberikan sks lebih besar pada mata pelajaran matematika, sains (untuk lebihmendekatkan diri pada istilah yang dibenarkan oleh pandangan esensialis), dan teknologi dengan

mengorbankan Pengetahuan Sosial dan Ilmu Sosial, PPKN/kewarganegaraan, bahasa Indonesia

dan daerah, serta bidang- bidang yang dianggap kurang “penting”. Alokasi waktu ini adalah

“construct” para pengembang kurikulum dan jawaban kurikulum terhadap permasalahan yangada.

Kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kurikulum 2004 gagal menjawab keseluruhanspectrum permasalahan masyarakat. Kurikulum 2004 hanya menjawab sebagian (kecil) dari

 permasalahan yang ada di masyarakat yaitu rendahnya penguasaan matematika dan ilmu alamiah

(sains) yang diindikasikan dalam tes seperti TIMMS atau tes seperti UAN. Permasalahan lain

yang terjadi di masyarakat dan dirumuskan dalam ketetapan formal seperti undang-undang tidak menjadi perhatian kurikulum 2004. Tuntutan dunia kerja yang seharusnya menjadi kepeduliaan

 besar dalam model kurikulum berbasis kompetensi tidak muncul karena kompetensi yang

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 9/16

digunakan kurikulum dikembangkan dari diisplin ilmu dan bukan dari dunia kerja, masyarakat,

 bangsa atau pun kehidupan global.

Posisi kurikulum yang dikemukakan di atas barulah pada posisi kurikulum dalam

mengembangkan kehidupan social yang lebih baik. Posisi ketiga yaitu kurikulum merupakan

“construct” yang dikembangkan untuk membangun kehidupan masa depan sesuai dengan bentuk dan karakteristik masyarakat yang diinginkan bangsa. Posisi ini bersifat konstruktif dan

antisipatif untuk mengembangkan kehidupan masa depan yang diinginkan. Dalam posisi ketiga

ini maka kurikulum seharusnya menjadi jantung pendidikan dalam membentuk generasi barudengan memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensi dirinya

memenuhi kualitas yang diperlukan bagi kehidupan masa mendatang.

Pertanyaan yang muncul adalah kualitas apa yang harus dimiliki semua manusia Indonesia yang

telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun? Ini adalah kualitas minimal dan harus dimiliki

seluruh anggota bangsa. Jika pasal 36 ayat (3) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dijadikan

dasar untuk mengidentifikasi kualitas minimal yang harus dimiliki bangsa Indonesia maka

kurikulum haus mengembangkannya. Jika mentalitas bangsa Indonesia yang diinginkan adalahmentalitas baru yang religius, produktif, hemat, memiliki rasa kebangsaan tinggi, mengenal

lingkungan, gemar membaca, gemar berolahraga, cinta seni, inovatif, kreatif, kritis, demokratis,cinta damai, cinta kebersihan, disiplin, kerja keras, menghargai masa lalu, menguasai pemanfatan

teknologi informasi dan sebagainya maka kurikulum harus mampu mengembangkan potensi

 peserta didik untuk memiliki kualitas tersebut sebagai kualitas dasar atau kualitas minimal

 bangsa yang menjadi tugas kurikulum SD/MI dan SMP/MTs.

Jika masa depan ditandai oleh berbagai kualitas baru yang harus dimiliki peserta didik yang

menikmati jenjang pendidikan menengah maka adalah tugas kurikulum untuk memberikan peluang kepada peserta didik mengembangkan potensi dirinya. Jika penguasaan ilmu, teknologi,

dan seni di jenjang pendidikan menengah diarahkan untuk persiapan pendidikan tinggi makakurikulum harus mampu memberi kesempatan itu. Barangkali untuk itu sudah saatnya konstruksikurikulum SMA dengan model penjurusan yang sudah berusia lebih dari 50 tahun itu ditinjau

ulang. Model baru perlu dikembangkan yang lebih efektif, bersesuaian dengan kaedah

 pendidikan, dan didasarkan pada kajian keilmuan terutama kajian psikologi mengenaiminat/interest sebagai model penjurusan untuk kurikulum SMA.

Posisi kurikulum di jenjang pendidikan tinggi memang berbeda dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jika kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah lebih memberikan

 perhatian yang lebih banyak pada pembangunan aspek kemanusiaan peserta didik maka

kurikulum pendidikan tinggi berorientasi pada pengembangan keilmuan dan dunia kerja. Kedua

orientasi ini menyebabkan kurikulum di jenjang pendidikan tinggi kurang memperhatikankualitas yang diperlukan manusia di luar keterkaitannya dengan disiplin ilmu atau dunia kerja.

Dalam banyak kasus bahkan terlihat bahwa kurikulum pendidikan tinggi tidak juga

memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan kualitas kemanusiaan yang seharusnya terkait

dengan pengembangan ilmu dan dunia kerja. Kualitas kemanusiaan seperti jujur, kerja keras,menghargai prestasi, disiplin, taat aturan, menghormati hak orang lain, dan sebagainya

terabaikan dalam kurikulum pendidikan tinggi walau pun harus diakui bahwa Kepmen

232/U/1999 mencoba memberikan perhatian kepada aspek ini.

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 10/16

2.3. Dasar-dasar Kurikulum 

Sebuah kurikulum yang efektif harus dibangun berdasarkan prinsip- prinsip dan stuktur sbb.:

a. Dasar Alkitab Alkitab adalah sumber yang menyediakan semua subyek/topik/ prinsip iman Kristen

yang penting untuk diajarkan kepada anak- anak didik. Oleh karena itu inti kurikulum berpusat pada Alkitab, yang adalah Firman yang diinspirasikan oleh Allah sendiri.

Selain itu Alkitab juga menjadi tolok ukur untuk menghakimi semua kebenaran atau

 pengalaman yang diintegrasikan di dalam materi kurikulum.

b. Dasar Berita Kristologis Walaupun Alkitab telah menyediakan seluruh isi kurikulum, perlu diingat bahwa berita

kebenarannya adalah berpusat pada Pribadi Yesus Kristus. Oleh karena itu kurikulum

harus memberitakan dengan jelas keselamatan yang berpusatkan pada pribadi YesusKristus.

c. Dasar Kebutuhan Anak  Memang Alkitab “bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk 

menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalamkebenaran”,namun tidak semua kebenaran tsb. relevan dengan kebutuhan setiap

kelompok umur anak. Oleh karena itu kurikulum yang baik harus disusun berdasarkankebutuhan kelompok umur sehingga sesuai dengan perkembangannya.

d. Dasar Pendidikan yang Tepat Kurikulum yang efektif harus sesuai dengan pengetahuan kita tentang bagaimana cara

anak-anak didik belajar. Dengan mengkombinasikan pengetahuan tsb. tujuanmengajarkan kebenaran akan lebih mudah tercapai karena kita tahu apa yang

memotivasi anak belajar dan bagaimana cara mereka belajar paling baik.

e. Dasar Ketepatan Aplikasi 

Mengajarkan pengetahuan kebenaran Alkitab saja masih kurang, karena tujuan utama

Allah memberikan Firman-Nya adalah untuk mengubah hidup manusia. Oleh karena itu

kurikulum juga harus dapat mendorong dan menolong anak untuk dapat meresponikebenaran yang telah diberikan sehingga mereka menjadi “pelaku Firman dan bukan

hanya pendengar saja” 

2.4. Macam-macan Kurikulum 

Kita mengenal berbagai macam kurikulum ditinjau dari berbagai aspek:

   Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum

 sebagai berikut: 

1.  Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yangdicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum

2. Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan.

 Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal.

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 11/16

Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan.

Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan

dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaankurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar.

3. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang terjadi padasaat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu bisa

 berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta

didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagaicontoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada

 pembentukan kepribadian peserta didik.

 Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat membedakan: 

1.  Kurikulum terpisah-pisah ( separated curriculum), kurikulum yang mata

 pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan seterusnya.

2.  Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya

diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi dari

 beberapa mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya.Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di

kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia,

dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu.

3.  Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya

dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.

 Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan

menjadi: 

1. Kurikulum nasional (national curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh tim

 pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional.

2.  Kurikulum negara bagian ( state curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh

masing-masing negara bagian, misalnya di masing-masing negara bagian di AmerikaSerikat.

3. Kurikulum sekolah ( school curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan

kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan

diferensiasi dalam kurikulum.

BAB III 

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 12/16

PEMBAHASAN 

Sejarah Kurikulum Indonesia 

Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri

Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutuyang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan

nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,

1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan

 bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan

secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semuakurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,

 perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam

merealisasikannya.

3.2. Rencana Pelajaran 1947 

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa

Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris).

Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda kekepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan

menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat

dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak,

kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-

hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

3.3.Rencana Pelajaran Terurai 1952 

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.

“Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata

Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.

Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.

Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata

 pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih

menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

3.4.Kurikulum 1968 

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem

kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran

kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 13/16

keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,

sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu

 pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan

struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari

 perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada

upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi

kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta

mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan

sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,

 pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.

Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok- pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan

kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

3.5.Kurikulum 1975 

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yangmelatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by

objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SDDepdiknas.

Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem

Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap

satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975

 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan

 pembelajaran.

3.6.Kurikulum 1984 

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,

tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang

disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa

Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 14/16

Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,

Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta  —  

sekarang Universitas Negeri Jakarta  —  periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secarateoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan

reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan

CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-siniada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. PenolakanCBSA bermunculan.

3.7.Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara

 pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. 

Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar 

siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan

dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilandaerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan

agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadikurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen

Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

3.8.Kurikulum 2004 

Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan

dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih

 berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dankompetensi siswa.

Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar 

Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul

apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

3.9.KTSP 2006 

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran

KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran

oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan

yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaransesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan

karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi

dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan olehDepartemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 15/16

dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi

dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)

3.10. Perkembangan Kurikulum di Indonesia 

Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh tahun sekali.Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan

masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologinya. Kurikulum yang pernah diberlakukan

secara nasional di Indonesia dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Kronologis Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Tahun Kurikulum Keterangan

1947 Rencana Pelajaran 1947 Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di

Indonesia setelah kemerdekaan.

Istilah kurikulum masih belum digunakan. Sementaraistilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran

1954 Rencana Pelajaran 1954 Kurikulum ini masih sama dengan kurikulumsebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947

1968 Kurikulum 1968 Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi

 pertama di Indonesia. Beberapa masa pelajaran, seperti

Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosialmengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial

(Social Studies). Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu

Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusimenjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPS) atau yang

sekarang sering disebut Sains.1975 Kurikulum 1975 Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang

sangat rinci.

1984 Kurikulum 1984 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan darikurikulum 1975

1994 Kurikulum 1994 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan darikurikulum 1984

2004 Kurikulum BerbasisKompetensi (KBK)

Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh sekolah diIndonesia. Beberapa sekolah telah dijadikan uji coba

dalam rangka proses pengembangan kurikulum ini

2008 Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan(KTSP)

KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena KTSP

sesungguhnya telah mengadopsi KBK. Kurikukulum inidikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional

Pendidikan).

BAB IV 

PENUTUP 

7/15/2019 sejarah kurikulum Indonesia.docx

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-kurikulum-indonesiadocx 16/16

4.1.Kesimpulan 

  Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian MenteriPendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar 

mutu yang jelas dan mantap.

 Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telahmengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,

dan 2006.

  Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh tahunsekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum tidak ketinggalan dengan

 perkembangan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologinya.

4.2.Saran 

  Sesuai dengan perkembangan dan ilmu pengetahuan sebaiknya kurikulum disesuaikandengan perkembangan ilmu pengetahuan.

 Kurikulum perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahanyang terjadi di masyarakat.

  Perubahan kurikulum harus mengacu pada sumber hukum yaitu pancasila dan Undang-undang dasar 1945.

http://rositaoktavianirusma.blogdetik.com/2009/11/07/sejarah-kurikulum-indonesia/ diakses pada hari

Selasa , 20 September 2011 jam 8.00 wita