makalah sistem politik indonesia.docx

26
MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA PERAN LEMBAGA YUDIKATIF DAN KONSISTENSI ANTAR LEMBAGA OLEH MUHAMMAD LA AJI JOHAN YUNIOR DIRU VERONIKA RUBA PENA CHYNTIA R. OEMATAN YOSEPH R. L. GAE CHRISTIAN SANCA RATU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Upload: verny-pena

Post on 08-Jul-2016

68 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIAPERAN LEMBAGA YUDIKATIF DAN KONSISTENSI ANTAR

LEMBAGA

OLEH

MUHAMMAD LA AJI JOHAN YUNIOR DIRU

VERONIKA RUBA PENA CHYNTIA R. OEMATAN

YOSEPH R. L. GAE CHRISTIAN SANCA RATU

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2016

Page 2: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang dapat selesai tepat pada waktunya yang berjudul “PERAN LEMBAGA YUDIKATIF dan KONSISTENSI ANTAR LEMBAGA”.

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian dan SyaratPERAN LEMBAGA YUDIKATIF dan KONSISTENSI ANTAR LEMBAGA. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang integrasi sosial.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan YME senantiasa menyertai segala usaha kita. Amien.

Kupang, 09Mei 2016

Page 3: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peran Lembaga Yudikatif.............................................................................. 2

2.1.1 Badan Yudikatif Dalam Negara Demokratis ................................. 2

2.1.2 Badan Yudikatif Dalam Negara Komunis ..................................... 3

2.1.3 Badan Yudikatif dan Judical Review ............................................ 3

2.1.4 Kebebasan Badan Yudikatif .......................................................... 4

2.1.5 Kekuasaan Badan Yudikatif di Indonesia ..................................... 5

2.2 Konsistensi Antar Lembaga .......................................................................... 6

2.2.1 Lembaga Negara yang Memegang Kekuasaan Legislatif .............. 6

2.2.2 Lembaga Negara yang Memegang Kekuasaan Eksekutif .............. 8

2.2.3 Lembaga Negara yang Memegang Kekuasaan Yudikatif .............. 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14

3.2 Saran.............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15

Page 4: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Badan Yudikatif Indonesia berfungsi menyelenggarakan kekuasaan kehakiman. Di Indonesia,

kini dikenal adanya tiga badang yang berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan tersebut. Badan-

badan itu adalah Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial. Kekuasaan Negara

yang absolut (mutlak) yang menguasai seluruh bidang kehidupan negara sentalistik dalam satu

kekuasaan akan melahirkan hasil yang tidak efektif dan efisien bahkan cenderung menyimpang dari

konstitusi dan peraturan yang berlaku. Untuk itu kenyataan ini mendorong para filosof untuk mencari

solusi mengenai upaya distribusi kekuasaan agar merata dan tidak menumpuk pada satu orang atau

institusi kekuasaan saja.Pemikiran yang dilahirkan oleh para filosof tersebut adalah salah satunya

berupa teori Trias Politica.Teori ini menyatakan bahwa kekuasaan negara perlu dilakukan pemisahan

dalam tiga bagian yaitu kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.Pemisahan ini ditujukan untuk

menciptakan efekstivitas dan evisiensi serta transparansi pelaksanaan kekuasaan dalam negara

sehingga tujuan nasional suatu negara dapat terwujud dengan maksimal.

Khusus mengenai Yudikatif adalah fungsi untuk mengadili penyelewengan peraturan yang

telah dibuat oleh Legislatif dan dilaksanakan oleh Eksekutif.Dalam sejarahnya, Indonesia telah

mengalami rotasi pergantian kekuasaan.Ini ditandai dengan adanya masa kekuasaan yang dikenal

dengan tiga masa, yaitu masa Orde Lama, masa Orde Baru, dan masa Orde Reformasi.Disetiap masa

memiliki ciri khas kekuasaan yang berbeda-beda. Dari perbedaan setiap masa, dapat dilihat cara

dalam menerapkan kekuasaannya terhadap lembaga-lembaga yang terdapat pada masa itu. Kekuasaan

Yudikatif mungkin juga berbeda perananya dalam setiap adanya tiga masa kekuasaan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul diatas maka kami akan merumuskan masalah mengenai peran lembaga

yudikatif dan konsistensi antar lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

1.3. Tujuan

· Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sistem Politik Indonesia.

· Menambah wawasan mengenai peran lembaga yudikatif serta konsistensi antar lembaga legislatif,

eksekutif, dan yudikatif di Indonesia.

· Melatih membuat laporan dalam bentuk Makalah.

Page 5: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Peran Lembaga Yudikatif

Negara Indonesia menerapkan triaspolitikal rosseou, sehingga didalam negara tersebut terbagi

atas tiga komponen, yaitu :

- Legislatif (lembaga pembuat Undang-Undang)

- Eksekutif (lembaga pelaksana Undang-Undang)

- Yudikatif (lembaga pengawas pelanggaran Undang-Undang)

Triaspolitikal rosseou atau lebih dikenal dengan trias politika, dalam artinya yang asli dan

murni maka doktrin itu diartikan sebagai pemisahan kekuasaan (separation of powers) yang mutlak di

antara ketiga cabang kekuasaan (legislatif, eksekutif, yudikatif), baik mengenai fungsi serta tugasnya

maupun mengenai organ yang menjalankan fungsi tersebut.Namun dalam perkembangannya, telah

kita ketahui bahwa doktrin pemisahan kekuasaan yang mutlak dan murni tersebut tidak mungkin

dipraktekkan dalam jaman modern karena tugas Negara sudah semakin kompleks sehinggan doktrin

itu diartikan hanya sebagai pembagian kekuasaan (distribution of powers) saja. Artinya hanya fungsi

pokoknya yang dipisahkan, sedangkan untuk selebihnya ketiga cabang kekuasaan itu terjalin satu

sama lain.

Kekuasaan yudikatif erat hubungannya dengan kedua kekuasaan lainnya (legislatif dan

yudikatif) serta erat hubungannya dengan hak dan kewajiban individu.Yudikatif merupakan lembaga

yang mengawasi jalannya pelaksanaan Undang-Undang.Yudikatif digunakan sebagai kontrol terhadap

Legislatif dan Eksekutif.Contah lembaga yudikatif adalah Mahkamah Agung, Dewan Pertimbangan

Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan.

A. Badan Yudikatif dalam Negara-Negara Demokratis

Ada 2 sistem hukum yang berbeda dalam Negara-negara Komunis, yaitu:

1. Common Law

Sistem ini terdapat di negara-negara Anglo Saxon dan memulai pertumbuhannya di

Inggris pada abad pertengahan.Sistem ini berdasarkan prinsip bahwa disamping undang-

undang yang dibuat oleh parlemen (yang dinamakan statute law) masih terdapat peraturan-

Page 6: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

peraturan lain yang merupakan Common Law.Common Law bukan peraturan berupa aturan-

aturan yang telah dikodifisir (dimasukkan dalan suatu Kitab Undang-Undang seperti Code

Civil) tetapi merupakan kumpulan keputusan yang dalam jaman yang lalu telah dirumuskan

oleh hakim. Jadi sesungguhnya hakim juga turut menciptakan hukum dengan keputusannya

itu, Inilah yang dinamakan case law atau judge-made law ( hukum buatan hakim).

2. Civil Law

Civil Law adalah peraturan yang berdasarkan pada produk hukum terdahulu yang diputuskan

oleh para hakim, dan kemudian hakim dapat membuat peraturan baru berdasar revisi dari peraturan

sebelumnya.

B. Badan Yudikatif di Negara-Negara Komunis

Realisasi dari sosialisme ini merupakan unsur yang paling menentukan dalam kenegaraan

serta menentukan pula peranan hukum didalamnya.Dikatakan bahwa Socialist Legaility, secara aktif

memajukan masyarkat kearah komunisme, dan karenanya segala aktifitas serta semua alat

kenegaraan, termasuk penyelenggaraan hukum dan wewenang badan yudikatif merupakan prasarana

untuk melancarkan perkembangan kearah komunisme.Tingkat perjuangan ini berbeda-beda menurut

tempat dan Negara komunis yang lebih menekankan penyelenggaraan kekerasan terhadap musuh-

musuh komunisme (Hongaria).UUD pasal 41 berbunyi “Badan pengadilan republik rakyat Hongaria

menghukum musuh-musuh rakyat pekerja dan mendidik rakyat pekerja untuk hidup tertib dalam

masyarakat sosialis.”

Di Uni Soviet, sistem pengadilan dan kejaksaan merupakan alat yang kuat dari diktatur

proletar, dengan mana tercapainya tugas-tugas sejarah dapat terjamin, tata hukum sosialis diperkuat

dan pelanggar UUD diberantas.

Hak asasipun dilihat dalam rangka yang sama dan fungsi badan yudkatif tidak dimaksud

untuk melindungi kebebasan individu dari tindakan sewenang-wenang pemerintah.

C. Badan Yudikatif dan Judical Review

Satu ciri yang terdapat di kebanyakan negara, baik yang memakai sistem Common Law

maupun sistem Civil Law ialah hak yang menguji apakah peraturan – peraturan hukum yang lebih

rendah dari undang – undang sesuai atau tidak dengan undang – undang yang bersangkutan. tetapi,

dalam beberapa negara tertentu (Amerika Serikat, India, India, Jerman Barat) Mahkamah Agung juga

mempunyai wewenang untuk menguji apakah sesuatu undang – undang sesuai dengan undang –

undang dasar atau tidak, dan untuk menolak melaksanakan undang undang serta peraturan – peraturan

lainnya yang dianggap bertentangan dengan undang – undang dasar ini dinamakan “Judicial Review”.

Wewenang ini tidak secara eksplisit dinyatakan dalam undang – undang dasar Amerika, tetapi dalam

Page 7: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

tahun 1803 telah ditafsirkan demikian oleh ketua Mahkamah Agung John Marshall, dan kemudian

diterima oleh masyarakat sebagai suatu hal yang wajar.

Untuk sarjana-sarjana ilmu politik wewenang ini sangat menarik perhatian, karena keputusan

hakim yang menyangkut soal-soal konstitusionil mempunyai pengaruh besar atas proses politik. Peran

politik ini sangat nyata di Amerika Serikat; maka dari itu setiap penunjukan hakim agung baru atau

setiap keputusan Mahkamah Agung yang menyangkut soal – soal konstitusionil mendapat perhatian

besar dari masyarakat umum.

Di Amerika keputusan Mahkamah Agung yang dianggap telah sangat mempengaruhi keadaan

politik ialah keputusan mengenai Public School Desegregation Act (Brown v Board of Education

1954) bahwa “segregation” (pemisahan antara golongan kulit putih dan golongan negro) untuk hak –

hak sipil.

Di India dapat disebut keputusan Mahkamah Agung yang pada tahun 1969 telah menyatakan

undang-undang yang diprakarsai oleh pemerintah Indira Gandhi menasionalisasikan beberapa bank

swasta, sebagai “unconstitutional”.

D. Kebebasan Badan Yudikatif

Dalam kekuasaan yudikatif , prinsip yang tetap di pegang adalah bahwa dalam tiap Negara

Hukum badan yudikatif haruslah bebas dari campur tangan badan eksekutif. Hal ini dimaksudkan agar

badan yudikatif dapat berfungsi secara sewajarnya demi penegakkan hukum dan keadilan serta

menjamin hak-hak asasi manusia. Hanya dengan azas kebebasan badan yudikatif itulah dapat

diharapkan bahwa keputusan yang diambil oleh badan yudikatif dalam suatu perkara tidak akan

memihak dan berat sebelah dan semata-mata berpedoman pada norma-norma hukum dan keadilan

serta hati nurani hakim itu sendiri dengan tidak usah takut bahwa kedudukannya terancam.

Pasal 10 Universal Declaration of Human Rights memandang kebebasan dan tidak

memihaknya badan-badan pengadilan (independent and impartial tribunals) di dalam tiap-tiap Negara

sebagai suatu hal yang essensiil.Badan yudikatif yang bebas adalah syarat mutlak di dalam suatu

masyarakat yang bebas dibawah Rule of Law.Kebebasan tersebut meliputi kebebasan dari campur

tangan badan eksekutif, legislatif atau pun masyarakat umum, di dalam menjalankan tugas

yudikatifnya.Tetapi bukan berarti bahwa hakim boleh bertindak secara serampangan.Kewajibannya

adalah untuk menafsirkan hukum serta prinsip-prinsip fundamental dan asumsi-asumsi yang

berhubungan dengan hal itu berdasarkan perasaan keadilannya serta hati nuraninya.

Di dalam beberapa Negara jabatan hakim itu adalah permanen, seumur hidup atau setidaknya

sampai saatnya pensiun, selama ia berkelakuan baik dan tidak tersangkut kejahatan. Selain itu dalam

Page 8: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

kebanyakan Negara jabatan kehakiman tidak didasarkan atas hasil pemilihan seperti halnya pada

jabatan legislatif dan kepala eksekutif.Hakim biasanya di angkat oleh badan eksekutif yang dalam hal

Amerika Serikat didasarkan atas persetujuan Senat atau dalam hal Indonesia atas rekomendasi badan

legislatif. Ini dimaksudkan agar kekuasaan yudikatif itu tidak dipengaruhi oleh fluktuasi politik suatu

massa, sehingga dengan demikian diharapkan tugas yudikatifnya bisa dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya.

E. Kekuasaan Badan Yudikatif di Indonesia

Dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia, khususnya sistem hukum perdatanya, hingga

kini masih terdapat dualisme, yaitu:

1. Sistem hukum adat

Tata hukum yang bercorak asli Indonesia dan umumnya tidak terulis.

2. Sistim hukum Eropa Barat

Yang bercorak kode-kode perancis zaman Napoleon yang dipengaruhi oleh hukum Romawi.

Pada permulaan masa demokrasi pancasila telah sangat mendesak pemerintah untuk

mengakui adanya hak menguji undang-undang pada Mahkamah Agung . Diharapkan dengan adanya

wewenang “judicial review” ini , dijamin tidak akan terulang kembali penyelewengan yang terjadi

seperti yang dilakukan oleh Ir. Soekarno dalam masa demokrasi terpimpin.

Dalam pasal 26 yang mengatur Mahkamah Agunguntuk menguji dan menyatakan dan

menyatakan tidak sah semua peraturan perundangan dari tingkat yang lebih rendah dari undang-

undang , tanpa pasal tersebut menyebut wewenang menyatakan tidak sah undang-undang, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa pedoman kita dalam hal ini adalah sesuai dengan jiwa pasal 130 Undang-

Undang Dasar R.I.S dan Pasal 95 Undang-Undang Dasar 1950 bahwa “Undang-undang tidak dapat

diganggu gugat”.

Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki hak menguji undang-undang dan

peraturan pelaksanaan undang-undang terhada Undang-Undang Dasar 1945 tidak mengaturnya, maka

tidak dengan sendirinyahak menguji undang-undang terhada Undang-Undang Dasar oleh Mahkamah

Agung dapat diletakan dalam sebuah Undang-Undang. Jadi hanya Undang-Undang Dasar atau

Ketetapan MPR(S) yang dapat memberikan ketentuan.

Page 9: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

2.2. Konsistensi Antar Lembaga

A. Lembaga Negara yang Memegang Kekuasaan Legislatif

1. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)

Pasal 2 UUD 1945 setelah amandemen mengatakan MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD

yang di pilih melalui pemilihan umum. Selanjutnya dalam ayat 2 ayat tersebut dinyatakan MPR

bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota Negara. Kemudian dalam ayat 3 pasal 2

tersebut dinyatakan pula segala putusan MPR ditetapkan dengan suara terbanyak dan ada pakar

menyatakan kelemahan pasal ini justru kurang menghargai asas musyawarah mufakat atau

mengesampingkan kepentingan minoritas.

Wewenang (pasal 3 (1) UUD 1945 sesudah amandemen)

a) Mengubah dan menetapkan UUD

b) Melantik Presiden dan Wakil Presiden

c) MPR hanya dapat memperhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa

jabatanya menurut UUD.

Wewenang MPR (pasal 3 (1) UUD 1945 sebelum amandemen)

a) Memilih dan atau mengangkat Presiden dan Wakil Presiden;

b) Menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

c) Menyelenggarakan sidang istimewa untuk meminta pertanggung jawaban presiden

dalam hal presiden sungguh-sungguh melanggar haluan Negara.

Jika mencermati tugas dan wewenang MPR pasca perubahan UUD 1945 jelas telah

berkurang, selain itu banyak pihak menilai perubahan UUD 1945 sebuah kemunduran dari segi

eksistensi dan tugas serta wewenang. Eksistensi MPR yang tadinya adalah lembaga tertinggi Negara

sekarang menjadi lembaga tinggi Negara sejajar dengan Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

Dewan Perwakilah Daerah (DPD), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Badan

Pengawas Keuangan (BPK). Adapun ide dalam perbuahan status ini secara konseptual ingin

menegaskan bahwa MPR bukan satu-satunya lembaga yang melaksanakan kedaulatan rakyat.Setiap

lembaga yang mengemban tugas-tugas politik Negara dan pemerintahan (kecuali kehakiman dan

kejaksaan) pada hakikatnya adalah pelaksana kedaulatan rakyat secara objektif dan konsisten.

2. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)Dalam pembahasan sebelumnya sudah kami singgung bahwa pasca perubahan UUD 1945

serta merta membawa perubahan pada jumlah lembaga Negara, wewenang dan tugas DPR.

Page 10: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

Sebelum perubahan UUD 1945 dikatakan bahwa DPR adalah kuat dan senantiasa dapat

mengaweasi tindakan-tindakan Presiden bahkan jika DPR menganggap bahwa presiden

sungguh-sungguh melanggar haluan Negara yang diatur dalam UUD 1945 atau melanggar

ketetapan MPR, maka DPR dapat mengundang MPR untuk menyelenggarakan sidang

istimewa duna meminta pertanggung jawaban Presiden. Untuk lebih jelasnya berikut tugas

dan wewenang DPR sebelum amandemen dan sesudah amandemen.

Wewenang DPR sebelum Amandemen

a) Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.

b) Memberikan persetujuan atas PERPU.

c) Memberikan persetujuan atas Anggaran.

d) Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban

presiden.

e) Tidak disebutkan bahwa DPR berwenang memilih anggota-anggota BPK dan tiga hakim

pada Mahkamah Konstitusi.

Wewenang DPR setelah Amandemen

a) Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan

bersama

b) Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang

c) Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang

tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan

d) Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD

e) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah

3. DPD (Dewan Perwakilan Daerah)

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga baru yang hadir di era reformasi.

Perubahan kedua UUD 1945 memasukan DPD dalam pasal 22C BAB VIIA Mengenai jumlah

anggota, cara pemilihannya, dan wewenangnya. Menurut pasal 22C UUD 1945 (1) Anggota dewan

dipilih dari setiap profinsi melalui pemilihan umum. Ayat (2) Anggota DPD dari setiap Provinsi

jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR.

Adapun untuk selanjutnya dijelaskan mengenai tugas dan wewenang, adalah sebagai berikut:

Page 11: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

a) Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan Otonomi Daerah

b) Ikut membahas Rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan Otonomi Daerah

c) Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang yang berkaitan

dengan pajak, pendidikan, dan agama.

d) Melakikan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah

menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR.

B. Lembaga Negara yang Memegang Kekuasaan Eksekutif

1. Presiden

Sistem ketatanegaraan Indonesia tidak dapat disetarakan dengan sistem ketatanegaraan lain

meskipun sama-sama menganut pembagian kekuasaan. Presiden adalah lembaga Negara yang

berperan sebagai lembaga Eksekutif, dimana presiden adalah lembaga yang menjalankan

pemerintahan yang dalam prakteknya dibantu oleh Wakil Presiden dan Mentri-mentri. Dalam hal ini

presiden mempunyai tugas memegang dan menjalankan kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945

Menurut UUD 1945 kepada presiden diberikan wewenang untuk :

a) Grasi yaitu hak member ampun kepada seseorang yang telah dijatuhi putusan hakim

b) Amnesty yaitu hak unntuk menghapuskan segala akibat hukum dari beberapa kejahatan dari beberapa orang yang sudah ditangkap, belum ditangkap, sudah di hukum.

c) Abolisi yaitu hak meniadakan/menghentikan terhadap penentuan yang belum selesai tetapi sudah mulai atau terhadap penuntutan yang belum diadakan

d) Rehabilitasi yaitu mengembalikan nama baik seperi seseorang semula.

2. Wakil Presiden

Jika presiden tidak bisa menjalankan amanah karena mangkat, berhenti atau diberhentikan

maka tugas diambil alih oleh wakil presiden sampai batas waktu jabatan.Jika jabatan wakil presiden

kosong maka selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari MPR menyelenggarakan sidang pemilihan

dari usulan presiden.

Tugas dan wewenang wakil presiden

a. Membantu presiden dalam melakukan kewajibannya

b. Menggantikan presiden sampai waktunya presiden meninggal dunia, berhenti atau

diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajiban dengan sebaik-baknya

Page 12: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

c. Memperhatikan secara khusus, menampung masalah yang perlu menyangkut bidang tugas

kesejahteraan rakyat.

d. Melakukan pengawasan operasional pembangunan dengan bantuan departemen-

departemen, lembaga non-departemen.

C. Lembaga Negara yang Memegang Kekuasaan Yudikatif

Menurut UUD 1945 pasca amandemen menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk melaksanakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan.Utnuk melaksanakan hal hal itu dibutuhkan badan-badan atau lembaga peradilan yang

sanggup bekerja dengan penuh profesionalitas dan integritas tinggi guna menegakkan hukum dan

keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.Kekuasaan kehakiman yang merdeka tersebut yang dijalankan

melalui lembaga peradilan tersebut yang dijalankan melalui lembaga peradilan adalah dalam rangka

mewujudkan cita-cita Negara hukumcdan cita-cita keadilan dimana lembaga peradilan tersebut harus

bebas dari campur tangan pihak manapun.

Upaya kearah tersebut menurut Triwulan Tutik dilakukan dengan mengadakan penataan

ulang lembaga Yudikatif, peningkatan kualifikasi dan kualitas hakim dan penataan perundang-

undangan yang berlaku. Implikasi dari ketentuan dalam amandemen UD 1945 telah membagi

kekuasaan yudikatif dalam tiga kamar yaitu Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK)

dan Komisi Yudisial (KY).

1. Mahkamah Agung (MA)

Merujuk pada UUD 1945 pasca amanndemen menentapkan bahwa Mahkamah Agung dan

badan peradilan dibawahnya adalah dalam lingungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan

TUN adalah pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka di samping Mahkamah Konstitusi. Dengan

kata lain reformasi bidang hukum menenmpatkan MA tidak satu-satunya kekuasaan kehakiman, tetapi

MA hanyalah satu pelaku kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung memiliki posisi yang strategis

terutama bidang hukum dan ketatanegaraan yang di format :

- Menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan;

- Mengadili pada tingkat kasasi;

- Menguji peranturan perundang-undangan dibawah undang-undang; dan

- Berbagai kekuasaan atau kewenangan lain yang diberikan oleh undang-undang.

Page 13: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

a. Susunan Keanggotaan Mahkamah Agung

Susunan dan kekuasaan bada-badan kehakiman diatur dengan UU No.14 tahun 1985 yang

telah diubah dengan UU No.4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dan khusus tentang

Mahkamah Agung diatur dalam UU No. 5 tahun 2004 menentukan susunan MA terdiri atas Hakim

Agung (Pimpinan), Hakim anggota, panitera dan seorang sekretaris.Adapun jumlah Hakim Agung

paling banyak enam puluh orang.

b. Tugas dan Wewenang MA

MA sebagai salah satu kuatan kehakiman memiliki tugas dan kewenangan antara lain:

Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, sengketa tentang kewenagan mengadili dan

permohonan peninjauan kembali.

Menguji dan menyatakan tidak sah peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang

atas alasan bertentangan dengan UU diatasnya.

Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggraan peradilan dan mengawasi

tingkah laku dan perbuatan para hakim disemua lingkungan peradilan.

Memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam permohonan grasi dan rehabilitas

ataupun pertimbangan hukum lainnya.

c. Badan Peradilan di Lingkungan MA

Susunan peradilan di Indonesia dibawah kuasaan kehakiman Mahkamah Agung :

Peradilan Umum, kekuasaan peradilan Umum meliputi

Pengadilan Negeri yaitu peradilan umum sehari-hari yang berwenang memeriksa dan

memutuskan perkara dalam tingkat pertama segala perkara perdata dan pidana sipil.

Pengadilan Negeri berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota.

Peradilan Tinggi yaitu pengadilan banding yang akan mengadili kembali perkara perdata dan

pidana yang telah diadili pengadilan negeri oleh terdakwa atau jaksa yang kurang puas atas

keputusan pengadilan negeri. Peradilan tinggi berada di Ibu Kota Provinsi.

Peradilan Agama, merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman bagi masyarakat yang beraga

Islam mengenai perkara perdata tertentu yaitu Perkawinan terdiri atas (pencegahan,

pembatalan, pemutusan perkawinan), Kewarisan, dan Hibah yang dilakukan berdasarkan

hukum Islam serta Infaq dan Shodaqoh.

Peradilan Tata Usaha Negara, adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat

pencari keadilan di dalam sengketa tata usaha Negara. Kekuasaan peradilan tata usaha Negara

dilaksanakan oleh pengadilan TUN dan pengadilan tinggi TUN.

Page 14: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

Peradilan Militer, bertugas memeriksa dan memutus perkara pidana yang dlakukan oleh

seseotrag yang pada waktu itu menjado anggota TNI atau POLRI atau yang dipersamakan

dengan itu.

2. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi adalah sebuah lembaga Negara yang ada setelah amandemen UUD

1945.Dalam konteks ketatanegaraan Indonesia MK di konstruksikan; Pertama, sebagai pengawal

konstitusi yang berfungsi menegakkan keadilan konstitusional ditengah kehidupan masyarakat.Kedua,

MK bertugas menjamin dan mendorong agar konstitusi dihormati dan dilaksanakan oleh semua

komponen Negara secara konsisten dan bertanggungjawab. Ketiga, di tengah kelemahan sistem

konstitusi yang ada , MK berperan sebagai penafsir agar spirit konstitusi selalu hidup dan mewarnai

keberlangsungan bernegara dan bermasyarakat.

a. Susunan Keanggotaan Mahkamah Konstitusi.

Sesuai dengan Pasal 7 UU No. 24 tahun 2003 yang berisikan untuk memperlancar pelaksanaan

dan wewenangnya MK dibantu dengan Sembilan hakim konstitusi dibantu oleh sekretaris jendral dan

kepaniteraan.

b. Hakim Konstitusi

Sembilan hakim tersebut diajukan masing-masih tiga oleh DPR, tiga oleh Mahkamah Agung dan

tiga oleh Presiden lalu ditetapkan oleh keputusan Presiden untuk masa jabatan tiga tahun.

c. Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi.

Wewenang mahkamah konstitusi diatur dalam pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 jo Pasal 10 ayat (1)

UU No. 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan :

Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat perama dan terakhir yang

putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD.

Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewengannya diberikan oleh UUD.

Memutus pembubaran partai politik.

Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

3. Komisi Yudisial

Setelah terjadi amandemen komisi yudisial adalah lembaga mandiri dan dalam pelaksanaan

wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya.Dalam konteks

ketatanegaraan KY mempunyai peranan yang penting yaitu pertama, mewujudkan kekuasaan

kehakiman yang merdeka melalui pencalonan hakim agung, kedua, melakukan pengawasan terhadap

Page 15: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

hakim yang transparan dan partisipatif guna menjaga dan menegakkan kohormatan keluhuran

martabat serta perilaku hakim.

a. Susunan Keanggotaan Komisi Yudisial

Komisi Yudisial adalah komisi yang terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua yang

merangkap anggota dan tujuh orang anggota dibantu oleh secretariat jendral.Keanggotaan terdiri atas

unsur mantan hakim, praktisi hukum, akademisi, dan anggota masyarakat.Ketua dan wakil dipilih

oleh anggota KY. Diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR untuk masa

jabatan lima tahun. Anggota KY dilarangmerangkap jabatan menjadi pejabat Negara, hakim, advokat,

notaries/PPATK, pengurus BUMN, pengusaha, pegawai negeri, pengurus patai politik.

b. Tugas dan Wewenang

Sebagaimana yang ditetapkan undang-undang tugas pertama adalah mengusulkan pengangkatan

hakim dengan prosedur

Melakukan pendaftaran calon hakim agung

Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung

Menetapkan calon hakim agung

Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Tugas kedua, mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga, menegakkan kohormatan,

keluhuran martabat serta perilaku hakim. Dengan cara :

Menerima laporan dari masyrakat tentang perilaku hakim

Meminta laporan berkala kepada badan peradilan

Memeriksa dugaan pelanggaran perilaku hakim

Memanggil kode etik perilaku hakim

Membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan disampaikan kepada

MA/MK serta tindakannya disampaikan kepada Presiden dan DPR.

4. Kekuasaan Eksaminatif (BPK)

Lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang

memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

Kekuasaan eksaminatif menurut UUD 1945 dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

a. Susunan Keanggotaan BPK

Page 16: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

Dalam melakukan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah akan tetapi tidak berdiri diatas

pemerintah terdiri atas ketua dan wakil yang merangkap anggota dan lima anggota, pimpinan BPK

dipilih dari dan oleh anggota.

b. Tugas dan Wewenang

Tugas dan wewenang memiliki posisi strategis karena menyangkut semua aspek yang

berkaitan dengan sumber dan penggunaan anggaran dan keuangan Negara yaitu

Memeriksa tanggungjawab tentang keuangan Negara.Hasil pemeriksaan itu diberitahukan

kepada DPR, DPD, dan DPRD.

Memeriksa semua pelaksanaan APBN

Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara.

Page 17: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem kelembagaan Indonesia terbentuk atas dasar pembagian kekuasaan.Adapun dasar

Pembagian kekuasaan adalah keinginan untuk membatasi kekuasaan atau penunmpukan yang ada

pada satu lembaga. Oleh hal itulah kemudian di Indonesia adanya pembagian kekuasaan tersebut,

meliputi; Legislatif yaitu lembaga yang berkuasa untuk membuat undang-undang dalam hal ini yang

berperan di Indonesia ada tiga lembaga yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD); Eksekutif yaitu lembaga yang

melaksanakan Undang-undang dalam hal ini adalah Presiden dan Wakil Presiden Dibantu dengan

Mentri-Mentri Khusus; dan Yudikatif yaitu lembaga Independen yang mengawasi dan Mengontrol

jalannya pembuatan Perundang-undangan dan jalannya pelaksanaan pemerintahan atau perundang-

undangan yang dalam hal ini adalah Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK). Dalam

perkembangannya untuk masalah keuangan Negara walaupun dalam pembuatan RABN dibuat oleh

DPR dan Presiden dan jajaranya, untuk mengawasi dan mengontrol belanja Negara di Indonesia

memiliki Lembaga yang berkuasa secara Eksaminatif yaitu Badan Pengawas Keuangan (BPK).

3.2. Saran

1. Pemerintah

Sebagai pemegang kekuasaan hendaknya pemerintah dapat menjalankan tugas dan

pekerjaannya sesuai dengan aturan yang tentunya untuk kebaikan bersama. UU yang dibuat

hendaknya dilakukan dan diawasi dengan baik.

2. Lembaga Kehakiman

Lembaga Kehakiman merupakan lembaga netral yang bekerja untuk keadilan, hendakanya

dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan aturan dan UU untuk melanyai seluruh masyrakat.

Diharapkan juga untuk menegakan aturan dengan seadil-adilnya.

3. Masyarakat

Masyarakat merupakan subyak dan sasaran dari setiap aturan dan kebijkan yang dibuat.

Hendaknya masyarakat dapat menjadi pengawas pemerintahan dan lembaga hukum negara agar

menjalankan tugasnya dengan baik. Selain itu masyarakat juga diharapkan dapat menaati aturan yang

telah dibuat oleh lembaga berwenang sesuai UU.

Page 18: MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA.docx

DAFTAR PUSTAKA

Sinalu.Nomensin.2014. Hukum Tata Negara Indonesia. Pratama Aksara : Jogjakarta

Asshiddiqie.Jimly .2003. Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat

Uud Tahun 1945.Makalah Seminar Pembangunan Hukum Nasional Viii, Tema; Penegakan

Hukum Dalam Era Pembangunan Berkelanjutan Badan Pembinaan Hukum Nasional

Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI.Denpasar Juli 14- 18.

https://antoniawdy.wordpress.com/2014/05/20/fungsi-lembaga-yudikatif-dalam-sistem-politik-indonesia-pada-masa-orde-baru-dan-reformasi/

http://desbayy.blogspot.co.id/2015/05/makalah-sistem-kelembagaan-negara.html

http://cynthiadeviportfolio.blogspot.co.id/2009/04/makalah-politik-lembaga-yudikatif.html

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id

http://www.mpr.go.id

ejournal.unisba.ac.id/index.php/syiar_hukum/article/download/649/pdf

http://id.wikipedia.org