sdm 1-2

6
BUKU “PENGEMBANGAN SDM” Pendidikan Menengah Kejuruan, sebagai salah satu sub-sistem dari pendidikan nasional, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 dan mempunyai tujuan utama menyuapkan tamatanya memasuki dunia kerja. Ada beberapa hal yang kurang sejalan dengan wawasan sumberdaya manusia pada tahun terakhir Pelita V : 1. Dunia usaha dan industri cenderung mempekerjakan tamatan SMA daripada tamatan SMK, SMEA, SMKK. 2. Program pendidikan Menengah Kejuruan yang disusun pada kurikulum 1994 3. Program pendidikan (kurikulum) disusun oleh guru dan para pakar pedidik yang tidak mempuyai wawasan lapangan kerja 4. Perilaku kebiasaan belajar mengajar disekolah yang terkonsepsi sebagai “dunia sekolah”, berbeda jauh dengan perilaku cara kerja yang ada di dunia industri. 5. Sekolah cenderung melaksakan program “pendidikan demi pendidikan”, kurangmemehami pasar, wawasan mutu, dan wawasan keunggulan untuk menghadapi persaingan. Permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan menengah kejuruan tidak lagi hanya pada substansi pendidikan atau kurikulumnya, tetapi komprehensif dan mendasar, meliputi pola pikir, sistem nilai, sikap mental para pelaku dan pengelola pendidikan kejuruan itu sendiri. KEADAAN PENDIDIKAN KEJURUAN PADA PJP I 1. Pra-Pelita 1 Sekolah kejuruan yang dikenal dengan Pra-Pelita 1 meliputi : ST, SMEP dan SKKP pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,(SLTP), dan STM, SMEA, SKKA pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Gambaran program pendidikan kejuruan yang dapat dikenal dengan kurikulum 1964 adalah sebagai berikut : a. Tujuan pendidikan kejuruan tidak jelas dan ambivalen. Yang semestinya mempersiapkan tamatannya untuk memasuki dunia kerja, namun dalam kenyataanya tidak memberikan kemampuan untuk itu, dan bahkan secara langsung memberikan bekal untuk melanjut ke pendidikan yang lebih tinggi.

Upload: darkyz45

Post on 18-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SDM1-2

TRANSCRIPT

Page 1: SDM 1-2

BUKU“PENGEMBANGAN SDM”

Pendidikan Menengah Kejuruan, sebagai salah satu sub-sistem dari pendidikan nasional, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 dan mempunyai tujuan utama menyuapkan tamatanya memasuki dunia kerja. Ada beberapa hal yang kurang sejalan dengan wawasan sumberdaya manusia pada tahun terakhir Pelita V :

1. Dunia usaha dan industri cenderung mempekerjakan tamatan SMA daripada tamatan SMK, SMEA, SMKK.

2. Program pendidikan Menengah Kejuruan yang disusun pada kurikulum 19943. Program pendidikan (kurikulum) disusun oleh guru dan para pakar pedidik yang tidak

mempuyai wawasan lapangan kerja4. Perilaku kebiasaan belajar mengajar disekolah yang terkonsepsi sebagai “dunia sekolah”,

berbeda jauh dengan perilaku cara kerja yang ada di dunia industri.5. Sekolah cenderung melaksakan program “pendidikan demi pendidikan”, kurangmemehami

pasar, wawasan mutu, dan wawasan keunggulan untuk menghadapi persaingan.

Permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan menengah kejuruan tidak lagi hanya pada substansi pendidikan atau kurikulumnya, tetapi komprehensif dan mendasar, meliputi pola pikir, sistem nilai, sikap mental para pelaku dan pengelola pendidikan kejuruan itu sendiri.

KEADAAN PENDIDIKAN KEJURUAN PADA PJP I

1. Pra-Pelita 1

Sekolah kejuruan yang dikenal dengan Pra-Pelita 1 meliputi : ST, SMEP dan SKKP pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,(SLTP), dan STM, SMEA, SKKA pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Gambaran program pendidikan kejuruan yang dapat dikenal dengan kurikulum 1964 adalah sebagai berikut :

a. Tujuan pendidikan kejuruan tidak jelas dan ambivalen. Yang semestinya mempersiapkan tamatannya untuk memasuki dunia kerja, namun dalam kenyataanya tidak memberikan kemampuan untuk itu, dan bahkan secara langsung memberikan bekal untuk melanjut ke pendidikan yang lebih tinggi.

b. Kurikulum 1964 SMK memiliki isi yang sarat teori. Bobot praktek kejuruannya berkisar antara 5% sampai 20% dari keseluruhan program pendidikan dan itupun dilaksanakan secara terpisah dengan teori kejuruannya.

c. Metode yang digunakan dengan metode satu arah yaitu gruru cenderung aktif dan siswa cenderung pasif.

2. Pelita 1 (1969/1970- 1973?1974)

Berdasarkan Rencana Pembangunan Lima Yahun pertama, pembangnan pendidikan kejuruan mulai dibenahi dan mulai diupayakan melalui suatu sistem yang diharapkan guna menunjang pembangunan nasional. Karasteristik programpembangunan pendidikan kejuruan yang diharapan menunjang pembangunan nasional pada pelita1:

Page 2: SDM 1-2

a. Pendidikan kejuruan memlukan rehabilitasi bangunanb. Dikembangkannya 12 Instalasi Pendidikan Teknik (IPT)c. Pembangunan 5 Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT)d. Dalam rangka peningkatan mutu guru diselenggarakan penataran guru mulai proyek

Peningkatan Mutu Pendidikan Teknik (PMPT)e. Pemerintah melakukan rehabilitasi terhadap sekolah kejuruan yang telah dirintis pada pra

Pelita 1, akan tetapi laju pertumbuhan jumlah siswa leih cepat daripada laju pengadaan fasilitas, sehingga apa yang diajarkan pada SMK pada saat itu masih teoritik.

3. Pelita II

Pembangunan pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber Pancasila, dan pembinaan sistem pendidikan nasional agar disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan, sehingga menghasilkancalon tenaga kerja yang diperlukan untuk pembangunan.

Keputusan kesesuaian pendidikan kejuruan dengan kebutuhan pembangunan nasional :

a. Tahun 1977 diputuskan SLTP kejuruan dialihfungsikan menjadi SMPb. Ditetapkannya kurikulun 1976 SMK sebagai pengganti kurikulum 1964c. Mekarnya keragaman jenis kelompok kejuruan

Pelita II memiliki banyak kelemahan, khususnya yang berkaitan dengan dengan penerapan kurikulum 1976, antara lain :

a. Karena tujuan SMK terminal, SMK kurang diminati oleh masyarakat, terutama masyarakat menengah keatas

b. Pemisahan teori kejuruan dan praktek kejuruanc. Kurikulum 1976 SMK sangat pedoman dan petunjuk pelaksanaan, sampai-sampai cara

mngajarpun dibuatkan petunjuk pelaksanan (juklak) melalui pendekatan PPSId. Sangat sedikitnya jumlah pelajaran Matematika menyebabkan rendahnya kemampuan

berpikir logis tamatan SMK.

4. Pelita III (1979/1980-1983/1984)Pada Pelita III, Indonesia telah menetapkan dasar-dasar yang kuat untuk memasuki tahap industrilisasi pada Pelita IV,V,dst. Karena itu, pertumbuhan perlu dipacu, dan ini membutuhkan sumber daya manusia yang cukup banyak dan bermutu tinggi. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan pendidikan kejuruan pada Pelita III :a. Peningkatan mutu guru teknik melalui peningkatan status PGTP menjadi Pusat

Pengembangan dan Penataran Guru Teknikb. Peningkatan mutu guru melalui program D3 bekerjasama dengn IKIP dan IPBc. Merintis pendirian/penambahan beberapa PPPG “Kejuruan”d. Pengadaan fasilitas fisik bangunan, perabote. Pengadaan buku

Page 3: SDM 1-2

5. Pelita IV (1984/1985-1988-1989)Perubahan pendidikan kejuruan menonjol pada Pelita IV adalah penyempurnaan Kurikulum SMK 1976 menjadi kurikulum SMK 1984. Pada dasarnya, kurikulum SMK 1984 memiliki karakteristik sebagai berikut :a. Kurikulum SMK 1984 tidak hanya bersifat terminal seperti kurikulum 1976, tetapi juga

memberi peluang siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.b. Adanya perpaduan antara teori dan praktek kejuruan yang sebelumnya terpisahc. Titik beratnya pada proses tanpa mengabaikan hasil pendidikand. Istilah yang digunakan adalah kelompok, rumpun, program studye. Kurikulum disusun dengan pola program inti dan program pilihanf. Tidak ada lagi semester bersama pada kelas 1 seperti kurikulum sebelunyag. Kurikulum SMK 1984 masih meneruskan kurikulum SMK 1976

6. Pelita V (1989/1990-1993/1994)Adapun realisasi pembangunan pendidikan kejuruan pada Pelita V, antara lain :a. Kemantapan sistem pendidikan menengah kejuruan yang tertuang dalam PP No. 29

tahun 1990b. Penataan danpemantapan manajemen sekolah yang dilakukan melalui pendekatan c. Pengembangan fungsi PPPG “ kujuruan” menjadi Pusat Pengembangan Pendidikan

Kejuruand. Perintisan unit produksie. Perintisan dan pengembangan institusi pasanganf. Melanjutkan program rehabilitasi fasilitas fisik sekolah dan pembangunan sekolah

baru,

TINJAUAN TEORITIK DAN EMPIRIK PENDIDIKAN KEJURUAN

1. Tijauan Teoritika. Pentingnya Tenaga Terampil

1. Tenaga kerja terampil, orang yang terlibat langsung dalam produksi barang/jasa2. Tenaga kerja terampil sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan

industrilisasi negara3. Persaingan global berkembang semakin ketat dan tajam4. Kemajuan teknologi adalah faktor penting dalam meningkatkan keunggulan5. Orang yang memiliki keterampilan memiliki peluang tinggi untuk bkerja dan

produktif6. Semakin banyak wara terampil, semakin tinggi pengangguran yang terjadi

b. Fungsi Pendidikan Kejuruan1. Sosialisasi2. Kontrol Sosial3. Seleksi dan Alokasi4. Asimilasi dan konservasi budaya5. Mempromosikan perubahan demi perbaikan

Page 4: SDM 1-2

WAWASAN LINK-AND-MATCH SEBAGAI DASAR PEMBARUAN

1. Kebijakan link and match mengharapkan perbaikan yang mendasar dan menyeluruh, menyangkut perbaikan konsep, program, dan perilaku operasionalnya.

2. Kebijakan link and match membuka wawasan dan pola pikir sehingga mampu memahami perubahan yang terjadi dan fenomene baru yang timbul.

3. Kebijakan link and match membuka dan mendorong kemitraan kerjasama antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha, yang pada dasarnya mendekatkan supply-demand.

4. Link and match meliputi spektrum internal dan eksternal.5. Kebijakan link and match bermaksud memposisikan pendidikan menengah kejuruan pada

posisi yang seharusnya.6. Link and match bermaksud meningkatkan efisiensi dan relevansi semua sub-sistem

pendidikan dalam satu sistem pendidikan nasional yang handal.

Link and match menghendaki perubahan sistem nilai, pola pikir, sikap mental,dan perilaku para pelaku pendidikan, supaya mampu memahami, menyadari, peduli, dan komit terhadap perubahan dari “pendidikan demi pendidikan” ke pendidikan kejuruan sebagai wahana pengembangan sumberdaya manusia.

DIMENSI PEMBARUAN PENDIDIKAN KEJURUAN

1. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven2. Perubahan dari Pendidikan Berbasis Sekolah (School Bassed Program) ke Sistem Berbasis

Ganda (Dual Based Program)3. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model

pengajaran berbasis kompetensi4. Perubahan dari program dasar yang sempit (narrow based) ke program dasar yang

mendasar, kuat dan luas (broad based)5. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut

prinsip Multy Entry, Multy Exit6. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke

sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition Of Prior Learning)

7. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sisitem baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu

8. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan9. Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen (Prinsip Desentralisasi)10. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke

swadana dengan subsidi pemerintah pusat