sap rastraint kelompok 17
DESCRIPTION
sfsfssvsvvvsferghdhdhTRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RESTRAINT ATAU FIKSASI FISIK DAN
PERAN SERTA KELUARGA DAN PENATALAKSANAANYA
Oleh:
TIM PKRS
R. 23 PSIKIATRI
IRNA 1 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RESTRAINT ATAU FIKSASI FISIK DAN
PERAN SERTA KELUARGA DAN PENATALAKSANAANYA
Oleh kelompok 17
D3-KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Restrain Atau Fiksasi Fisik dan Peran Serta Keluarga
dan Penatalaksanaanya
Sasaran : Pasien Dan Keluarga
Tempat : Ruang 23 Psikiatri RSSA Malang
Hari / Tanggal : Jum’at, 27 Maret 2015
Jam/waktu : Pukul 10.00 WIB
Alokasi Waktu : 45 Menit
Pemateri : Rahmadani N
Febri Merlina S
Ina Eda S
Rahmadan
A. Latar Belakang
Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan
ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan
memberikan keamanan fisik dan psikologis individu. Restraint (fisik)
merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi verbal,
chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari
restraint fisik yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan tersendiri
untuk membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan
kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak.Restrein
seringkali dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan
orang tua atau staf terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang
rentan seperti alat infus. Perawat perlu mempertimbangkan perkembangan
pasien, status mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau orang lain dan
keamannnya.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari rasa
marah atau ketakutan yang mal adaptif (panik). Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu dimana agresif verbal di
suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Penatalaksanaan
atau penanganan perilaku kekerasan sangat diperlukan dan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan isolasi dan atau restrein (menurut
kebijakan institusi).
Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu, tanpa ijin
individu tersebut, untuk membatasi kebebasan geraknya. Kekuatan fisik ini
dapat menggunakan tenaga manusia, alat mekanis atau kombinasi keduanya.
Pengekangan fisik termasuk penggunaan pengekangan mekanik, seperti manset
untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki, serta sprey pengekangan.
Restrain dengan tenaga manusia terjadi ketika anggota staf secara fisik
mengendalikan klien dan memindahkannya ke ruangan. Restrein mekanis
adalah peralatan, biasanya restrein pada pergelangan tangan, kaki yang
diikatkan ke tempat tidur untuk mengurangi agresi fisik klien, seperti
memukul, menendang, menjambak rambut (Videbeck, 2008), Indikasi
pengekangan meliputiperilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain,
perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan, ancaman
terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan pasien untuk
istirahat, makan, dan minum, permintaan pasien untuk pengendalian perilaku
eksternal, pastikan bahwa tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik
(Videbeck, 2008).
Proses penyembuhan pasien tidak terlepas dari peran keluarga. Keluarga
merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan pasien jiwa
(Lauriello, 2005 dikutip oleh Purwanto, 2010). Ketika penderita gangguan jiwa
melakukan rawat jalan atau inap di rumah sakit jiwa, keluarga harus tetap
memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan petunjuk tim medis rumah
sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa
dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan.
B. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai strain dan fiksasi fisik dan
peran serta keluarga dan penatalaksanaan selama 45 menit, pasien dan keluarga
ruang 23 psikiatri mengerti dan memahami tentang materi yang disampaikan.
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai strain dan fiksasi fisik dan
peran serta keluarga dan penatalaksanaan diharapkan pasien dan keluarga
mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian strain atau fiksasi fisik
b. Menjelaskan tentang indikasi penggunaan strain
c. Menjelaskan tentang kontraindikasi penggunaan strain
d. Menjelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
strain
e. Menjelaskan tentang jenis-jenis strain
f. Menjelaskantentang resiko penggunaan strain
g. Menjelaskan tentang Peran serta keluarga
h. Menjelaskan tentang pelaksanaan strain
D. Sub Pokok Bahasan
Konsep Strain Dan Fiksasi Fisik Dan Peran Serta Keluarga dan
Penatalaksanaan.
E. Media
Leaflet, Power Pont, LCD
F. Metode
Ceramah dan tanya jawab
G. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap Kegiatan Penyuluhan Respon Pasien dan
Keluarga
Waktu
1 Pembukaan 1. Salam pembuka
2. Perkenalan
3. Menyampaikan
maksud dan tujuan
4. Kontrak waktu
Menjawab salam
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
5 Menit
2 Penyajian Materi 1. Membagikan soal pre-
test
2. Menjelaskan materi
yang akan diberikan :
a. Menjelaskan
tentang pengertian
strain atau fiksasi
fisik
b. Menjelaskan
tentang indikasi
penggunaan strain
c. Menjelaskan
tentang
kontraindikasi
penggunaan strain
d. Menjelaskan
tentang hal-hal
yang perlu
diperhatikan dalam
penggunaan strain
e. Menjelaskan
tentang jenis-jenis
strain
f. Menjelaskan
Menyimak dan
mengerjakan soal
Mendengarkan dan
memperhatikan
30 Menit
tentang resiko
penggunaan strain
g. Menjelaskan
tentang Peran serta
keluarga
h. Menjelaskan
tentang
pelaksanaan strain
3. Membuka sesi tanya
jawab
3 Penutup 1. Evaluasi dengan
memberikan soal post-
test.
2. Memberikan leaflet
3. Menyimpulkan materi
4. Salam penutup
Menjawab pertanyaan
Bertanya
Menerima
Memperhatikan
Menjawab salam
10 Menit
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Materi dan media yang akan dibawakan pada saat penyuluhan telah
dikonsultasikan terlebih dahulu oleh pembimbing klinik dan telah
mendapat persetujuan.
b. Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah tersedia sebelum hari
H.
c. Penyuluh telah membuat janji dan menginformasikan waktu
pelaksanaan penyuluhan kepada setiap pihak yang terlibat.
d. Pasien dan keluarga pasien yang di rawat inap di ruang 23 psikiatri
RSSA mengikuti kegiatan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum
penyuluhan berakhir.
c. Sasaran aktif bertanya dan menjawab selama penyuluhan berlangsung.
d. Sasaran dapat tenang dan berkonsentrasi terhadap materi yang
dipaparkan.
3. Evaluasi Hasil
a. Pengetahuan sasaran tentang pokok bahasan meningkat dibuktikan
dengan kemampuan sasaran dalam menjawab pertanyaan sebesar 70%.
b. Tingkat partisipasi dan keaktifan sasaran dalam kegiatan tinggi
mencapai 70%.
I. Materi :
A. Definisi restrain atau fiksasi fisik
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Alat tersebut meliputi
penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat.
Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi
yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan(Yosep, 2009),
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan
intervensi verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan
bagian dari restraint fisik yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan
tersendiri untuk membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan
keamanan dan kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak.Restrein
seringkali dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan
orang tua atau staf terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang
rentan seperti alat infus. Perawat perlu mempertimbangkan perkembangan
pasien, status mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau orang lain dan
keamannnya.
B. Indikasi Penggunaan Restrain
Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (restrain) dapat diterapkan
dalam keadaan: Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak
bisa menjadi kooperatif karena suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah
umur, pasien agresif atau aktif dan pasien yang memiliki retardasi mental.
Ketika keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapat
terancam tanpa pengendalian fisik (restraint). Sebagai bagian dari suatu
perawatan ketika pasien dalam pengaruh obat sedasi.
C. Kontraindikasi Pengunaan Restrain
Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh diterapkan
dalam keadaan yaitu: Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua
pasien untuk melaksanakan prosedur kegiatan. Pasien pasien kooperatif, pasien
memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental. Penggunaan teknik
pengendalian fisik (restraint) pada pasien dalam penatalaksanaanya harus
memenuhi syarat-syarat yaitu sebagai berikut: Penjelasan kepada pasien,
pasien mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkan dalam perawatan,
dengan harapan memberikan kesempatan kepada pasien untuk memahami
bahwa perawatan yang akan diberikan sesuai prosedur dan aman baik pasien
maupun keluarga yang bersangkutan. Memiliki izin verbal maupun izin tertulis
dari psikiater yang menjelaskan jenis teknik pengendalian fisik yang boleh
digunakan kepada pasien-pasien dan pentingnya teknik pengendalian fisik
yang dapat digunakan terhadap pasien berdasarkan indikasi-indikasi yang
muncul. Adanya dokumen yang menjelaskan kepada orang tua pasien-pasien
maupun pihak keluarga pasien yang bersangkutan mengapa pengendalian
fisik (restraint) dibutuhkan dalam perawatan. Adanya penilaian berdasarkan
pedoman rumah sakit dari pasien yang pernah menjalankan pengendalian fisik
(restraint) untuk memastikan bahwa pengendalian fisik tersebut telah
diaplikasikan secara benar, serta memastikan integritas kulit dan status
neurovaskular pasien tetap dalam keadaan baik.
Perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena tenaga
kesehatan harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik
pengendalian tersebut dapat dilakspasienan dengan cara menjaga keamanan
pasien ataupun keluarga yang bersangkutan, mengontrol tingkat agitasi dan
agresi pasien, mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan dukungan fisik
bagi pasien.
D. Hal - hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint
Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa
order dokter. Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat
melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara
verbal maupun tertulis. Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk
klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9
tahun. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien >18tahun, 2 jam untuk pasien-
pasien dan usia 9-17 tahun. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam
untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia <17 tahun. Selama restrain klien di
observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi: Tanda-tanda cedera yang
berhubungan dengan restrain nutrisi dan hidrasi sirkulasi dan rentang gerak
ekstremitas tanda penting kebersihan dan eliminasi status fisik dan psikologis
kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain
Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di
dokumentasikan setiap 1-2 jam untuk memastikan bahwa alat tersebut
mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat tersebut dipasang dengan benar
dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai, atau integritas kulit.
Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi
keperawatan yang tepat untuk pasien yang direstrain adalah :
1. Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodic
2. Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman
3. Gunakan pelukan terapeutik bukan restrain mekanik
4. Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan.
5. Tawarkan makanan, minuman dan bantuan untuk eliminasi
6. Diskusikan kriteria pelepasan restrain.
7. Berikan analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di minta
8. Hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain.
9. Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan pertahankan harga diri
pasien
10. Lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu dokumentasikan
penggunaan restrain.
E. Jenis-jenis Restraint
Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat
pengendalian fisik dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian
dengan menggunakan bantuan alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan
kepala pasien maupu menahan gerakan rahang dan mulut pasien.
Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien yakni :
1) Sheet ties
Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak
bergerak dengan cara melingkarkan selimut ke seluruh tubuh pasien dan
menahan selimutnya dengan perekat atau mengikatnya dengan tali.
2) Restrain Jaket
Restraint jaket digunakan pada pasien dengan tali diikat dibelakang tempat
tidur sehingga pasien tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke
bagian bawah tempat tidur, menjaga pasien tetap di dalam tempat tidur.
Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan pasien pada posisi
horizontal yang diinginkan.
3) Papoose board
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak
pasien saat melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah
pasien ditidurkan dalam posisi terlentang di atas papan datar dan bagian
atas tubuh, tengah tubuh dan kaki pasien diikat dengan menggunakan tali
kain yang besar. Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat
diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah pasien berontak dan menolak
perawatan. Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga
supaya pasien-pasien tidak terluka saat mendapatkan perawatan.
4) Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu
ujungnya dilipat ke tengah. Pasien diletakkan di atas selimut tersebut
dengan bahu berada di lipatan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan.
Lengan kanan pasien lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut
ditarik ke tengah melintasi bahu kanan pasien dan dada diselipkan dibawah
sisi tubuh bagian kiri. Lengan kiri pasien diletakkan lurus rapat dengan
tubuh pasien, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dada
dikunci dibawah tubuh pasien bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan
ditarik kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan
pinpengaman.
5) Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk
mengimobilisasi satu atau lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur,
atau untuk memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat restraint yang da di
pasaran atau yang tersedia, termasuk restraint pergelangan tangan atau kaki
sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali
stockinette tipis. Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuai
dengan tubuh pasien. Harus dilapisi bantalan untuk mencegah tekanan yang
tidak semestinya, konstriksi, atau cidera jaringan. Pengamatan ekstremitas
harus sering dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau
gangguan sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat
tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu
ekstremitas yang sering disertai sentakan tiba-tiba yang dapat menciderai
pasien.
Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat
Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian
fisik tanpa menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan
bentuk pengendalian yang menggunakan bantuan perawat maupun bantuan
orang tua atau pihak keluarga pasien. Pengendalian fisik dengan bantuan
tenaga kesehatan pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga
kesehatan merupakan bentuk pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga
kesehatan, misalnya perawat untuk menahan gerakan pasien pasien dengan
cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien pasien.
Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua pasien pengendalian fisik
dengan bantuan orang tua sebenarnya sama dengan pengendalian fisik dengan
bantuan tim medis (tenaga kesehatan). Hanya saja peran perawat digantikan
oleh orang tua pasien pasien. Cara pengendalian dengan menggunakan bantuan
orang tua lebih disukai pasien apabila dibandingkan dengan menggunakan
bantuan tim medis, sebab pasien lebih merasa aman apabila dekat dengan
orang tuanya.
F. Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien
Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang
disebabkan oleh penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan
kematian pasien dengan gangguan psikologi yang disebabkan penggunaan
restraint adalah dimana ketika pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien
pasien mengalami reaksi psikologis yang tidak normal, yaitu seperti
menigkatnya suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian dapat
menyebabkan timbulnya positional asphyxia, excited delirium, acute
pulmonary edema, atau pneumonitis yang dapat menyebabkan kematian pada
pasien. Pengekangan atau pengikatan fisik (restrain) pada klien gangguan jiwa
dilakukan disaat berbahaya baik pada diri sendiri atau orang lain atau strategi
yang lainnya sudah tidak dapat dijalankan secara efektif.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan pengekangan fisik (restrain) pada
klien gangguan jiwa, adalah sebagai berikut :
1. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena
harga diri klien berkurang karena pengekangan.
2. Siapkan jumlah staf yang cukup dengan alat pengekangan yang aman dan
nyaman.
3. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
dan bukan hukuman.
5. Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.
6. Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur, ikat dengan posisi anatomis,
ikatan tidak terjangkau oleh klien.
7. Lakukan supervisi dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa
nyaman.
8. Perawatan pada daerah pengikatan (Pantau kondisi kulit: warna,
temperatur, sensasi; Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara
bergantian setiap 2 jam; Lakukan perubahan posisi tidur dan periksa tanda-
tanda vital setiap 2 jam)
9. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminaqsi, hidrasi dan kebersihan
diri.
10. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap.
11. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu
persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak
kemudian kembali ke lingkungan semula.
12. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien.
G. Peran Serta Keluarga
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang fiksasi fisik atau restrain
restrain diberikan jika fiksasi chemis atau pengobatan tidak membantu,pasien
yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa menjadi
kooperatif karena suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah umur, pasien
agresif atau aktif dan pasien yang memiliki retardasi mental. Ketika keamanan
pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapat terancam tanpa
pengendalian fisik (restraint). Sebagai bagian dari suatu perawatan ketika
pasien dalam pengaruh obat sedasi.Restrain merupakan salah satu tindakan
untuk mengendalikan pasien, dimana hal tersebut membutuhkan keluarga
pasien untuk membantu dalam penyembuhan pasien dimana keluarga adalah
sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat
menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi
masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa mengalami
kegagalan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dalam merawat pasien
antara lain :
1. Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari - hari
2. Selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam
melakukan suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama,
bepergian dan lain-lain.
3. Meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jika klien mulai
menyendiri atau berbicara sendiri.
4. Mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat,
misalnya : pengajian, kerja bakti dan lain-lain.
5. Berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial yang
dapat dilakukan pasien.
6. Mengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep
dokter.
7. Jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan
emapti.
8. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi pasien.
9. Mengenali tanda - tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan
10. Segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang
menyimpang atau obat habis.
H. Prosedur Penatalaksanaan Restrain
1. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena
harga diri klien berkurang karena pengekangan
2. Siapkan jumlah staf yang cukup (sekitar 4 sampai 5 orang ) dengan alat
pengekangan yang aman dan nyaman
3. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim
4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan keluarga agar
dimegerti dan bukan hukuman
5. Jelaskan perilaku yang mengidikasikan pengelepasan pada klien dan staf
6. Jangan mengikat pada pingir tempat tidur, ikat pada posisi anatomis ikatan
tidak terjangkau oleh pasien
7. Bantu memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi dan kebersihan diri
8. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien
DAFTAR PUSTAKA
1. Guze, Barry, 1997, Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC.
2. Hidayat, A. A., 2002, Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah,
Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., 1997, Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Pertama. Edisi Ketujuh.
Jakarta : Binarupa Aksara.
4. Keliat, B. A., kerja sama dengan Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa
FIK-UI, Forum Komunikasi Keperawatan Jiwa Jakarta, Direktorat
KesWaMas Depkes RI, dan WHO, 2005, Modul BC-CMHN.
SOAL PRE-TEST DAN POST TEST
Jawablah pertanyaan dibawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan restraint atau fiksasi fisik ?
a. Terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien.
b. Terganggunya fungsi organ tubuh (jantung, paru-paru)
c. Gangguan gerak tubuh
2. Apa penatalaksanaan restrain atau fiksasi fisik yang diberikan pada pasien?
a. Pasien yang tenang
b. Pasien yang berperilaku diluar kendali yang bertujuan untuk keamanan
fisik dan psikologi individu
c. Pasien yang memiliki komplikasi fisik atau mental
3. Apa syarat - syarat pelepasan restraint atau fiksasi?
a. Pasien sudah tenang, pasien kooperatif, pasien dapat diarahkan
b. Pasien tidak membahayakan dirinya sendiri dan lingkungan, pasien tidak
melarikan diri apabila sudah dilepaskan
c. A dan B benar semua
4. Apa jenis-jenis restrain atau fiksasi?
a. Restraint fisik : menggunakan alat bantu
b. Restrain kimia : menggunakan obat-obatan
c. A dan B benar semua
5. Apakah peran keluarga ketika pasien terpasang restraint?
a. Berikan pasien kegiatan lain misalnya membaca buku atau majalah dan
mempertahan harga diri pasien dan membantu kebutuhan makan minum,
kebersihan diri, BAK dan BAB
b. Membuat pasien menjadi lebih marah
c. Membiarkan pasien.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
TOPIK PENYULUHAN
RESTRAINT ATAU FIKSASI, PERAN KELUARGA DAN
PENATALAKSANAANYA
1. Fase Orientasi
Salam Terapeutik :
- Assalamu’alaikum, Selamat Pagi bapak/ibu. Bagaimana kabarnya hari
ini? (Menanyakan kabar satu per satu peserta)
- Sebelumnya perkenalkan kami dari mahasiswa Unitri Malang, nama
saya Maria dan disini saya sebagai moderator, dan teman saya mbak
Irene sebagai pemateri, dan teman saya yang satu lagi yaitu mbak
Santi sebagai fasilitator.
- Bapak/ibu sebelum melakukan kegiatan pagi hari ini, marilah kita
berdo’a menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing, berdo’a
dipersilahkan.
Evaluasi/Validasi :
- Sebelumnya apakah ada yang sudah tahu tujuan kita berkumpul disini
untuk apa?
Kontrak :
- Hari ini kita akan melakukan kegiatan penyuluhan, tentang restraint
atau fiksasi dan peran keluarga dan penatalaksanaanya
- Kegiatan ini nanti dilaksanakan sekitar 30 menit, di tempat ini,
bagaimana apakah bapak/ibu bersedia?
-
2. Fase Kerja
Langkah-langkah kegiatan :
- Bapak/ibu sebelum materinya diberikan saya dan teman saya akan
memberikan soal tentang penyuluhan hari ini dan dikerjakan ya?
- Baiklah langsung saja kita mulai penyuluhan hari ini, untuk pemateri
dipersilakan.
(Pemateri menyampaikan materi)
3. Fase Terminasi
Evaluasi :
Subjektif :
Bagaimana perasaanya setelah ikut kegiatan penyuluhan hari ini?
Objektif :
- Tadi kan kita sudah membahas tentang restrain atau fiksasi dan
peran keluarga dan penatalaksanaanya, sekarang saya tanyakan lagi
ya apa yang dimaksud dengan restraint atau fiksasi ?
- Selanjutnya,apa saja sih jenis- jenis fiksasi ?
- Apa-apa saja yang harus diperhatikan ketika pasien difiksasi?
- Bagaimana Peran keluarga pada pasien yang terpasang restrain?
Rencana tindak lanjut :
Kami mengharapkan apa yang telah kita pelajari siang ini dapat
dimengerti, mengerti tentang restrain dan fiksassi fisik dan juga peran
keluarga dalam merawat pasien. Kami harap, para keluarga terus
memotivasi keluarganya untuk sembuh dan menjadi sistem pendukung
yang baik di rumah nanti.
Kontrak yang akan datang :
- Baiklah cukup sekian penyuluhan kami hari ini.
- Dua sampai tiga hari lagi akan diadakan kegiatan seperti ini lagi,
dengan topik yang berbeda. Kami harap bapak/ibu dapat
mengikutinya. Untuk waktu dan tempatnya menyusul, bagaimana
apakah semuanya bersedia?
- Terimakasih sudah bersedia mengikuti kegiatan ini, semoga
bermanfaat.
- Wassalamu’alaikum, selamat pagi.
- Silahkan kembali keruangannya masing-masing.