sap rastraint kelompok 17

33
SATUAN ACARA PENYULUHAN RESTRAINT ATAU FIKSASI FISIK DAN PERAN SERTA KELUARGA DAN PENATALAKSANAANYA Oleh: TIM PKRS R. 23 PSIKIATRI IRNA 1 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

Upload: rahmadhan

Post on 16-Jan-2016

125 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

sfsfssvsvvvsferghdhdh

TRANSCRIPT

Page 1: Sap Rastraint Kelompok 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

RESTRAINT ATAU FIKSASI FISIK DAN

PERAN SERTA KELUARGA DAN PENATALAKSANAANYA

Oleh:

TIM PKRS

R. 23 PSIKIATRI

IRNA 1 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR

MALANG

2015

Page 2: Sap Rastraint Kelompok 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

RESTRAINT ATAU FIKSASI FISIK DAN

PERAN SERTA KELUARGA DAN PENATALAKSANAANYA

Oleh kelompok 17

D3-KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015

Page 3: Sap Rastraint Kelompok 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Restrain Atau Fiksasi Fisik dan Peran Serta Keluarga

dan Penatalaksanaanya

Sasaran : Pasien Dan Keluarga

Tempat : Ruang 23 Psikiatri RSSA Malang

Hari / Tanggal : Jum’at, 27 Maret 2015

Jam/waktu : Pukul 10.00 WIB

Alokasi Waktu : 45 Menit

Pemateri : Rahmadani N

Febri Merlina S

Ina Eda S

Rahmadan

A. Latar Belakang

Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk

tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan

ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan

memberikan keamanan fisik dan psikologis individu. Restraint (fisik)

merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi verbal,

chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari

restraint fisik  yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan tersendiri

untuk membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan

kenyamanan klien.

Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak.Restrein

seringkali dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan

orang tua atau staf terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang

rentan seperti alat infus. Perawat perlu mempertimbangkan perkembangan

pasien, status mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau orang lain dan

keamannnya.

Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari rasa

marah atau ketakutan yang mal adaptif (panik). Perilaku agresif dan perilaku

Page 4: Sap Rastraint Kelompok 17

kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu dimana agresif verbal di

suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Penatalaksanaan

atau penanganan perilaku kekerasan sangat diperlukan dan dapat dilakukan

dengan berbagai cara, salah satunya dengan isolasi dan atau restrein (menurut

kebijakan institusi).

Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu, tanpa ijin

individu tersebut, untuk membatasi kebebasan geraknya. Kekuatan fisik ini

dapat menggunakan tenaga manusia, alat mekanis atau kombinasi keduanya.

Pengekangan fisik termasuk penggunaan pengekangan mekanik, seperti manset

untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki, serta sprey pengekangan.

Restrain dengan tenaga manusia terjadi ketika anggota staf secara fisik

mengendalikan klien dan memindahkannya ke ruangan. Restrein mekanis

adalah peralatan, biasanya restrein pada pergelangan tangan, kaki yang

diikatkan ke tempat tidur untuk mengurangi agresi fisik klien, seperti

memukul, menendang, menjambak rambut (Videbeck, 2008), Indikasi

pengekangan meliputiperilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain,

perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan, ancaman

terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan pasien untuk

istirahat, makan, dan minum, permintaan pasien untuk pengendalian perilaku

eksternal, pastikan bahwa tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik

(Videbeck, 2008).

Proses penyembuhan pasien tidak terlepas dari peran keluarga. Keluarga

merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan pasien jiwa

(Lauriello, 2005 dikutip oleh Purwanto, 2010). Ketika penderita gangguan jiwa

melakukan rawat jalan atau inap di rumah sakit jiwa, keluarga harus tetap

memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan petunjuk tim medis rumah

sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa

dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan.

Page 5: Sap Rastraint Kelompok 17

B. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai strain dan fiksasi fisik dan

peran serta keluarga dan penatalaksanaan selama 45 menit, pasien dan keluarga

ruang 23 psikiatri mengerti dan memahami tentang materi yang disampaikan.

C. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai strain dan fiksasi fisik dan

peran serta keluarga dan penatalaksanaan diharapkan pasien dan keluarga

mampu :

a. Menjelaskan tentang pengertian strain atau fiksasi fisik

b. Menjelaskan tentang indikasi penggunaan strain

c. Menjelaskan tentang kontraindikasi penggunaan strain

d. Menjelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

strain

e. Menjelaskan tentang jenis-jenis strain

f. Menjelaskantentang resiko penggunaan strain

g. Menjelaskan tentang Peran serta keluarga

h. Menjelaskan tentang pelaksanaan strain

D. Sub Pokok Bahasan

Konsep Strain Dan Fiksasi Fisik Dan Peran Serta Keluarga dan

Penatalaksanaan.

E. Media

Leaflet, Power Pont, LCD

F. Metode

Ceramah dan tanya jawab

Page 6: Sap Rastraint Kelompok 17

G. Kegiatan Penyuluhan

No. Tahap Kegiatan Penyuluhan Respon Pasien dan

Keluarga

Waktu

1 Pembukaan 1. Salam pembuka

2. Perkenalan

3. Menyampaikan

maksud dan tujuan

4. Kontrak waktu

Menjawab salam

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

5 Menit

2 Penyajian Materi 1. Membagikan soal pre-

test

2. Menjelaskan materi

yang akan diberikan :

a. Menjelaskan

tentang pengertian

strain atau fiksasi

fisik

b. Menjelaskan

tentang indikasi

penggunaan strain

c. Menjelaskan

tentang

kontraindikasi

penggunaan strain

d. Menjelaskan

tentang hal-hal

yang perlu

diperhatikan dalam

penggunaan strain

e. Menjelaskan

tentang jenis-jenis

strain

f. Menjelaskan

Menyimak dan

mengerjakan soal

Mendengarkan dan

memperhatikan

30 Menit

Page 7: Sap Rastraint Kelompok 17

tentang resiko

penggunaan strain

g. Menjelaskan

tentang Peran serta

keluarga

h. Menjelaskan

tentang

pelaksanaan strain

3. Membuka sesi tanya

jawab

3 Penutup 1. Evaluasi dengan

memberikan soal post-

test.

2. Memberikan leaflet

3. Menyimpulkan materi

4. Salam penutup

Menjawab pertanyaan

Bertanya

Menerima

Memperhatikan

Menjawab salam

10 Menit

H. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Materi dan media yang akan dibawakan pada saat penyuluhan telah

dikonsultasikan terlebih dahulu oleh pembimbing klinik dan telah

mendapat persetujuan.

b. Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah tersedia sebelum hari

H.

c. Penyuluh telah membuat janji dan menginformasikan waktu

pelaksanaan penyuluhan kepada setiap pihak yang terlibat.

d. Pasien dan keluarga pasien yang di rawat inap di ruang 23 psikiatri

RSSA mengikuti kegiatan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses

a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum

penyuluhan berakhir.

Page 8: Sap Rastraint Kelompok 17

c. Sasaran aktif bertanya dan menjawab selama penyuluhan berlangsung.

d. Sasaran dapat tenang dan berkonsentrasi terhadap materi yang

dipaparkan.

3. Evaluasi Hasil

a. Pengetahuan sasaran tentang pokok bahasan meningkat dibuktikan

dengan kemampuan sasaran dalam menjawab pertanyaan sebesar 70%.

b. Tingkat partisipasi dan keaktifan sasaran dalam kegiatan tinggi

mencapai 70%.

I. Materi :

A. Definisi restrain atau fiksasi fisik

Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau

manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Alat tersebut meliputi

penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat.

Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi

yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol

dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan(Yosep, 2009),

Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan

intervensi verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan

bagian dari restraint fisik  yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan

tersendiri untuk membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan

keamanan dan kenyamanan klien.

Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak.Restrein

seringkali dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan

orang tua atau staf terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang

rentan seperti alat infus. Perawat perlu mempertimbangkan perkembangan

pasien, status mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau orang lain dan

keamannnya.

Page 9: Sap Rastraint Kelompok 17

B. Indikasi Penggunaan Restrain

Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (restrain) dapat diterapkan

dalam keadaan: Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak

bisa menjadi kooperatif karena suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah

umur, pasien agresif atau aktif dan pasien yang memiliki retardasi mental.

Ketika keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapat

terancam tanpa pengendalian fisik (restraint). Sebagai bagian dari suatu

perawatan ketika pasien dalam pengaruh obat sedasi.

C. Kontraindikasi Pengunaan Restrain

Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh diterapkan

dalam keadaan yaitu: Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua

pasien untuk melaksanakan prosedur kegiatan. Pasien pasien kooperatif, pasien

memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental. Penggunaan teknik

pengendalian fisik (restraint) pada pasien dalam penatalaksanaanya harus

memenuhi syarat-syarat yaitu sebagai berikut: Penjelasan kepada pasien,

pasien mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkan dalam perawatan,

dengan harapan memberikan kesempatan kepada pasien untuk memahami

bahwa perawatan yang akan diberikan sesuai prosedur dan aman baik  pasien

maupun keluarga yang bersangkutan. Memiliki izin verbal maupun izin tertulis

dari psikiater yang menjelaskan jenis teknik  pengendalian fisik yang boleh

digunakan kepada pasien-pasien dan pentingnya teknik  pengendalian fisik

yang dapat digunakan terhadap pasien berdasarkan indikasi-indikasi yang

muncul. Adanya dokumen yang menjelaskan kepada orang tua pasien-pasien

maupun pihak keluarga pasien yang bersangkutan mengapa pengendalian

fisik (restraint) dibutuhkan dalam perawatan. Adanya penilaian berdasarkan

pedoman rumah sakit dari pasien yang pernah menjalankan pengendalian fisik

(restraint) untuk memastikan bahwa pengendalian fisik tersebut telah

diaplikasikan secara benar, serta memastikan integritas kulit dan status

neurovaskular pasien tetap dalam keadaan baik.

Perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena tenaga

kesehatan harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik

Page 10: Sap Rastraint Kelompok 17

pengendalian tersebut dapat dilakspasienan dengan cara menjaga keamanan

pasien ataupun keluarga yang bersangkutan, mengontrol tingkat agitasi dan

agresi pasien, mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan dukungan fisik

bagi pasien.

D. Hal - hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint

Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa

order dokter. Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat

melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara

verbal maupun tertulis. Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk

klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9

tahun. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien >18tahun, 2 jam untuk pasien-

pasien dan usia 9-17 tahun. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam

untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia <17 tahun. Selama restrain klien di

observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi: Tanda-tanda cedera yang

berhubungan dengan restrain nutrisi dan hidrasi sirkulasi dan rentang gerak

ekstremitas tanda penting kebersihan dan eliminasi status fisik dan psikologis

kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain

Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di

dokumentasikan setiap 1-2 jam untuk memastikan bahwa alat tersebut

mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat tersebut dipasang dengan benar

dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai, atau integritas kulit.

Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi

keperawatan yang tepat untuk pasien yang direstrain adalah :

1. Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodic

2. Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman

3. Gunakan pelukan terapeutik bukan restrain mekanik

4. Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan.

5. Tawarkan makanan, minuman dan bantuan untuk eliminasi

6. Diskusikan kriteria pelepasan restrain.

7. Berikan analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di minta

8. Hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain.

Page 11: Sap Rastraint Kelompok 17

9. Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan pertahankan harga diri

pasien

10. Lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu dokumentasikan

penggunaan restrain.

E. Jenis-jenis Restraint

Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat

pengendalian fisik dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian

dengan menggunakan bantuan alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan

kepala pasien maupu menahan gerakan rahang dan mulut pasien.

Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien yakni :

1) Sheet ties

Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak

bergerak dengan cara melingkarkan selimut ke seluruh tubuh pasien dan

menahan selimutnya dengan perekat atau mengikatnya dengan tali.

2) Restrain Jaket

Restraint jaket digunakan pada pasien dengan tali diikat dibelakang tempat

tidur sehingga pasien tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke

bagian bawah tempat tidur, menjaga pasien tetap di dalam tempat tidur.

Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan pasien pada posisi

horizontal yang diinginkan.

Page 12: Sap Rastraint Kelompok 17

3) Papoose board  

Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak

pasien saat melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah

pasien ditidurkan dalam posisi terlentang di atas papan datar dan bagian

atas tubuh, tengah tubuh dan kaki pasien diikat dengan menggunakan tali

kain yang besar. Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat

diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah pasien berontak dan menolak

perawatan. Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga

supaya pasien-pasien tidak terluka saat mendapatkan perawatan.

4) Restraint Mumi atau Bedong

Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu

ujungnya dilipat ke tengah. Pasien diletakkan di atas selimut tersebut

dengan bahu berada di lipatan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan.

Page 13: Sap Rastraint Kelompok 17

Lengan kanan pasien lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut

ditarik ke tengah melintasi bahu kanan pasien dan dada diselipkan dibawah

sisi tubuh bagian kiri. Lengan kiri pasien diletakkan lurus rapat dengan

tubuh pasien, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dada

dikunci dibawah tubuh pasien bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan

ditarik kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan

pinpengaman.

5) Restraint Lengan dan Kaki

Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk

mengimobilisasi satu atau lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur,

atau untuk memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat restraint yang da di

pasaran atau yang tersedia, termasuk restraint pergelangan tangan atau kaki

sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali

stockinette tipis. Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuai

dengan tubuh pasien. Harus dilapisi bantalan untuk mencegah tekanan yang

tidak semestinya, konstriksi, atau cidera jaringan. Pengamatan ekstremitas

harus sering dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau

gangguan sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat

tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu

ekstremitas yang sering disertai sentakan tiba-tiba yang dapat menciderai

pasien.

Page 14: Sap Rastraint Kelompok 17

Pengendalian fisik (physical restraint)  tanpa bantuan alat

Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian

fisik tanpa menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan

bentuk pengendalian yang menggunakan bantuan perawat maupun bantuan

orang tua atau pihak keluarga pasien. Pengendalian fisik dengan bantuan

tenaga kesehatan pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga

kesehatan merupakan bentuk  pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga

kesehatan, misalnya perawat untuk menahan gerakan pasien pasien dengan

cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien pasien.

Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua pasien pengendalian fisik

dengan bantuan orang tua sebenarnya sama dengan pengendalian fisik dengan

bantuan tim medis (tenaga kesehatan). Hanya saja peran perawat digantikan

oleh orang tua pasien pasien. Cara pengendalian dengan menggunakan bantuan

orang tua lebih disukai pasien apabila dibandingkan dengan menggunakan

bantuan tim medis, sebab pasien lebih merasa aman apabila dekat dengan

orang tuanya.

F. Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien

Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang

disebabkan oleh penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan

kematian pasien dengan gangguan psikologi yang disebabkan penggunaan

restraint adalah dimana ketika pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien

Page 15: Sap Rastraint Kelompok 17

pasien mengalami reaksi psikologis yang tidak normal, yaitu seperti

menigkatnya suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian dapat

menyebabkan timbulnya positional asphyxia, excited delirium, acute

pulmonary edema, atau pneumonitis yang dapat menyebabkan kematian pada

pasien. Pengekangan atau pengikatan fisik (restrain) pada klien gangguan jiwa

dilakukan disaat berbahaya baik pada diri sendiri atau orang lain atau strategi

yang lainnya sudah tidak dapat dijalankan secara efektif.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pengekangan fisik (restrain) pada

klien gangguan jiwa, adalah sebagai berikut :

1. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena

harga diri klien berkurang karena pengekangan.

2. Siapkan jumlah staf yang cukup dengan alat pengekangan yang aman dan

nyaman.

3. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.

4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti

dan bukan hukuman.

5. Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.

6. Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur, ikat dengan posisi anatomis,

ikatan tidak terjangkau oleh klien.

7. Lakukan supervisi dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa

nyaman.

8. Perawatan pada daerah pengikatan (Pantau kondisi kulit: warna,

temperatur, sensasi; Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara

bergantian setiap 2 jam; Lakukan perubahan posisi tidur dan periksa tanda-

tanda vital setiap 2 jam)

9. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminaqsi, hidrasi dan kebersihan

diri.

10. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka

secara bertahap.

11. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu

persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak

kemudian kembali ke lingkungan semula.

Page 16: Sap Rastraint Kelompok 17

12. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien.

G. Peran Serta Keluarga

Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang fiksasi fisik atau restrain

restrain diberikan jika fiksasi chemis atau pengobatan tidak membantu,pasien

yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa menjadi

kooperatif karena suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah umur, pasien

agresif atau aktif dan pasien yang memiliki retardasi mental. Ketika keamanan

pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapat terancam tanpa

pengendalian fisik (restraint). Sebagai bagian dari suatu perawatan ketika

pasien dalam pengaruh obat sedasi.Restrain merupakan salah satu tindakan

untuk mengendalikan pasien, dimana hal tersebut membutuhkan keluarga

pasien untuk membantu dalam penyembuhan pasien dimana keluarga adalah

sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat

menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi

masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa mengalami

kegagalan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dalam merawat pasien

antara lain :

1. Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari - hari

2. Selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam

melakukan suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama,

bepergian dan lain-lain.

3. Meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jika klien mulai

menyendiri atau berbicara sendiri.

4. Mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat,

misalnya : pengajian, kerja bakti dan lain-lain.

5. Berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial yang

dapat dilakukan pasien.

6. Mengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep

dokter.

7. Jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan

emapti.

Page 17: Sap Rastraint Kelompok 17

8. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi pasien.

9. Mengenali tanda - tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan

10. Segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang

menyimpang atau obat habis.

H. Prosedur Penatalaksanaan Restrain

1. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena

harga diri klien berkurang karena pengekangan

2. Siapkan jumlah staf yang cukup (sekitar 4 sampai 5 orang ) dengan alat

pengekangan yang aman dan nyaman

3. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim

4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan keluarga agar

dimegerti dan bukan hukuman

5. Jelaskan perilaku yang mengidikasikan pengelepasan pada klien dan staf

6. Jangan mengikat pada pingir tempat tidur, ikat pada posisi anatomis ikatan

tidak terjangkau oleh pasien

7. Bantu memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi dan kebersihan diri

8. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien

Page 18: Sap Rastraint Kelompok 17

DAFTAR PUSTAKA

1. Guze, Barry, 1997, Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC.

2. Hidayat, A. A., 2002, Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah,

Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., 1997, Sinopsis Psikiatri : Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Pertama. Edisi Ketujuh.

Jakarta : Binarupa Aksara.

4. Keliat, B. A., kerja sama dengan Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa

FIK-UI, Forum Komunikasi Keperawatan Jiwa Jakarta, Direktorat

KesWaMas Depkes RI, dan WHO, 2005, Modul BC-CMHN.

Page 19: Sap Rastraint Kelompok 17

SOAL PRE-TEST DAN POST TEST

Jawablah pertanyaan dibawah ini !

1. Apa yang dimaksud dengan restraint atau fiksasi fisik ?

a. Terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk

membatasi mobilitas fisik klien.

b. Terganggunya fungsi organ tubuh (jantung, paru-paru)

c. Gangguan gerak tubuh

2. Apa penatalaksanaan restrain atau fiksasi fisik yang diberikan pada pasien?

a. Pasien yang tenang

b. Pasien yang berperilaku diluar kendali yang bertujuan untuk keamanan

fisik dan psikologi individu

c. Pasien yang memiliki komplikasi fisik atau mental

3. Apa syarat - syarat pelepasan restraint atau fiksasi?

a. Pasien sudah tenang, pasien kooperatif, pasien dapat diarahkan

b. Pasien tidak membahayakan dirinya sendiri dan lingkungan, pasien tidak

melarikan diri apabila sudah dilepaskan

c. A dan B benar semua

4. Apa jenis-jenis restrain atau fiksasi?

a. Restraint fisik : menggunakan alat bantu

b. Restrain kimia : menggunakan obat-obatan

c. A dan B benar semua

5. Apakah peran keluarga ketika pasien terpasang restraint?

a. Berikan pasien kegiatan lain misalnya membaca buku atau majalah dan

mempertahan harga diri pasien dan membantu kebutuhan makan minum,

kebersihan diri, BAK dan BAB

b. Membuat pasien menjadi lebih marah

c. Membiarkan pasien.

Page 20: Sap Rastraint Kelompok 17
Page 21: Sap Rastraint Kelompok 17

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

TOPIK PENYULUHAN

RESTRAINT ATAU FIKSASI, PERAN KELUARGA DAN

PENATALAKSANAANYA

1. Fase Orientasi

Salam Terapeutik :

- Assalamu’alaikum, Selamat Pagi bapak/ibu. Bagaimana kabarnya hari

ini? (Menanyakan kabar satu per satu peserta)

- Sebelumnya perkenalkan kami dari mahasiswa Unitri Malang, nama

saya Maria dan disini saya sebagai moderator, dan teman saya mbak

Irene sebagai pemateri, dan teman saya yang satu lagi yaitu mbak

Santi sebagai fasilitator.

- Bapak/ibu sebelum melakukan kegiatan pagi hari ini, marilah kita

berdo’a menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing, berdo’a

dipersilahkan.

Evaluasi/Validasi :

- Sebelumnya apakah ada yang sudah tahu tujuan kita berkumpul disini

untuk apa?

Kontrak :

- Hari ini kita akan melakukan kegiatan penyuluhan, tentang restraint

atau fiksasi dan peran keluarga dan penatalaksanaanya

- Kegiatan ini nanti dilaksanakan sekitar 30 menit, di tempat ini,

bagaimana apakah bapak/ibu bersedia?

-

Page 22: Sap Rastraint Kelompok 17

2. Fase Kerja

Langkah-langkah kegiatan :

- Bapak/ibu sebelum materinya diberikan saya dan teman saya akan

memberikan soal tentang penyuluhan hari ini dan dikerjakan ya?

- Baiklah langsung saja kita mulai penyuluhan hari ini, untuk pemateri

dipersilakan.

(Pemateri menyampaikan materi)

3. Fase Terminasi

Evaluasi :

Subjektif :

Bagaimana perasaanya setelah ikut kegiatan penyuluhan hari ini?

Objektif :

- Tadi kan kita sudah membahas tentang restrain atau fiksasi dan

peran keluarga dan penatalaksanaanya, sekarang saya tanyakan lagi

ya apa yang dimaksud dengan restraint atau fiksasi ?

- Selanjutnya,apa saja sih jenis- jenis fiksasi ?

- Apa-apa saja yang harus diperhatikan ketika pasien difiksasi?

- Bagaimana Peran keluarga pada pasien yang terpasang restrain?

Rencana tindak lanjut :

Kami mengharapkan apa yang telah kita pelajari siang ini dapat

dimengerti, mengerti tentang restrain dan fiksassi fisik dan juga peran

keluarga dalam merawat pasien. Kami harap, para keluarga terus

memotivasi keluarganya untuk sembuh dan menjadi sistem pendukung

yang baik di rumah nanti.

Page 23: Sap Rastraint Kelompok 17

Kontrak yang akan datang :

- Baiklah cukup sekian penyuluhan kami hari ini.

- Dua sampai tiga hari lagi akan diadakan kegiatan seperti ini lagi,

dengan topik yang berbeda. Kami harap bapak/ibu dapat

mengikutinya. Untuk waktu dan tempatnya menyusul, bagaimana

apakah semuanya bersedia?

- Terimakasih sudah bersedia mengikuti kegiatan ini, semoga

bermanfaat.

- Wassalamu’alaikum, selamat pagi.

- Silahkan kembali keruangannya masing-masing.