sap gizi anak revisi

15
REVISI SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) GIZI ANAK SEKOLAH Disusun Oleh : 1.Candra B (470114049) 2.Dhiana P (470114056) 3.Faizatul K (470114064) 4.Frudita N (470114067) 5.Lizda A (470114 075)

Upload: frudita

Post on 16-Jul-2016

90 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

cdfjhbk

TRANSCRIPT

Page 1: Sap Gizi Anak Revisi

REVISISATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)GIZI ANAK SEKOLAH

Disusun Oleh :1. Candra B (470114049)2. Dhiana P (470114056)3. Faizatul K (470114064)4. Frudita N (470114067)5. Lizda A (470114 075)

AKADEMI KEPERAWATAN Dr. SOEDONO MADIUNTAHUN AJARAN 2015/2016

Page 2: Sap Gizi Anak Revisi

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/Tanggal : 18 Desember 2015Jam/waktu : 08.00 – 09.00 WIBPokok Bahasan : Gizi untuk anak sekolahSub Bahasan : Gizi untuk anak sekolahSasaran : Ibu-ibu yang mempunyai anak sekolah di Desa Kwarasan,

Nogotirto.Penyuluhan : KelompokTempat : Ruangan

A. Tujuan1. Tujuan umum :

Meningkatkan pemahaman ibu tentang gizi pada anak usia sekolah2. Tujuan khusus :

a. Menjelaskan pada ibu mengenai pengertian gizi dan anak usia sekolah

b. Menjelaskan fungsi gizi untuk anak usia sekolahc. Menjelaskan pemberian makanan pada anak usia sekolahd. Menjelaskan masalah makan pada anak usia sekolahe. Menjelaskan pengaturan makanan pada anak usia sekolah 7-12

tahunf. Menjelaskan kecukupan gizi yang dianjurkang. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi intake makan pada anak

sekolah dasarh. Menjelaskan status gizi

B. Sub Topika. Pengertian gizi dan anak usia sekolahb. Fungsi gizi untuk anak usia sekolah c. Pemberian makanan pada anak usia sekolahd. Masalah makan pada anak usia sekolahe. Pengaturan makanan pada anak usia sekolah 7-12 tahun f. Kecukupan gizi yang dianjurkang. Faktor yang mempengaruhi intake makan pada anak sekolah dasarh. Status gizi

C. Metode1. Persentasi2. Tanya jawab

D. Media1. Laptop2. LCD3. Leaflet

Page 3: Sap Gizi Anak Revisi

E. Proses Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Respon Waktu

1. Pendahuluana.       Menyampaikan salamb.      Menjelaskan tujuanc.       Kontrak waktud.      Tes awal

 a. Membalas salamb. Mendengarkanc. Memberi respon

  5  menit

2. Pelaksanaan :Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur.Materi :

a. Pengertian gizi dan anak usia sekolah

b. Fungsi gizi untuk anak usia sekolah

c. Pemberian makanan pada anak usia sekolah

d. Masalah makan pada anak usia sekolah

e. Pengaturan makanan pada anak usia sekolah 7-12 tahun

f. Kecukupan gizi yang dianjurkan

g. Faktor yang mempengaruhi intake makan pada anak sekolah dasar

h. Status gizi

Menyimak dan memperhatikan kegiatan peserta

   15  menit

3. Evaluasi : Menjelaskan atau

menyebutkan kembali :a. Pengertian gizi dan

anak usia sekolahb. Fungsi gizi untuk anak

usia sekolah c. Pemberian makanan

pada anak usia sekolahd. Masalah makan pada

anak usia sekolahe. Pengaturan makanan

pada anak usia sekolah 7-12 tahun

f. Kecukupan gizi yang

 Bertanya dan menjawab pertanyaan

  

9 menit

Page 4: Sap Gizi Anak Revisi

dianjurkang. Faktor yang

mempengaruhi intake makan pada anak sekolah dasar

h. Status gizi

4. Penutup :Mengucapkan terimakasih dan mengucapkan salam.

Menjawab salam 1 menit

A. Pengertian Gizi dan Usia Anak Sekolah1. Pengertian Gizi

Gizi secara umum adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan memperbaiki jaringan tubuh.

Zat gizi atau nutrisi adalah zat makanan yang dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan yang dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh yang meliputi protein, vitamin, mineral, lemak, dan air.

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi maknan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.

2. Pengertian Usia Anak Sekolaha. Berikut adalah beberapa tentang pengertian usia anak sekolah:UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikahb. American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun.c. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya.d. Pembagian golongannya:

1. Taman kanak-kanak (pra sekolah usia 4-6 tahun)

Page 5: Sap Gizi Anak Revisi

2. Sekolah dasar 7-12 tahun3. Remaja 13-18 tahun

B. Fungsi Gizi Untuk Anak Usia Sekolah1. Supaya pertumbuhan dan perkembangan anak maksimal2. Memperbaiki gizi anak3. Menentukan perkembangan anak untuk usia selanjutnya

C. Pemberian Makan pada Anak Umur 7-12 Tahun Golongan umur ini sudah mempunyai daya tahan tubuh yang cukup.

Mereka jarang terjangkit infeksi atau penyakit gizi. Tetapi kebutuhan nutrien justru bertambah, karena mereka sering melakukan berbagai aktivitas, seperti bermain di luar rumah, olahraga, pramuka, dan kegiatan sekolah lainnya. Kebutuhan energi pada golongan umur 10-12 tahun lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan yang lebih pesat dan aktivitas yang lebih banyak. Sejak umur 10-12 tahun kebutuhan energi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Selain itu, anak perempuan yang sudah haid memerlukan tambahan protein dan mineral besi (Markum, dkk, 2002).

Tujuan pemberian makan pada bayi dan anak adalah : 1) Memberikan nutrien yang cukup sesuai dengan kebutuhan, yang dimanfaatkan untuk tumbuh kembang yang optimal, penunjang berbagai aktivitas, dan pemulihan kesehatan setelah sakit, dan 2) Mendidik kebiasan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai, memilih, dan menentukan jenis makanan yang bermutu (Markum, dkk, 2002).

Makan bersama dengan anggota keluarga tetap dianjurkan untuk menjalin keakraban keluarga. Beberapa anak kurang menyukai makanan di rumah dan lebih banyak jajan di luar karena itu harus pandai-pandai memilih dan menghidangkan makanan di rumah. Namun sewaktu-waktu anak dapat makan di luar bersama keluarga (Markum, dkk , 2002).

Cara pemberian makan pada anak yang tidak tepat dapat menjadikan anak sulit makan, contohnya memberikan makanan dengan kasar atau dengan marah-marah, suka memaksa anak untuk cepat-cepat menghabiskan makanan setiap kali makan, memberikan makan terlalu banyak, menetapkan banyak aturan yang harus dilakukan anak pada saat makan, dan waktu yang tidak tepat (Widodo, 2009).

D. Masalah Makan Pada Anak Usia Sekolah

Beberapa istilah dipakai untuk menggambarkan kesulitan makan pada anak, seperti pickiness (Amerika Serikat) dan faddiness (Inggris), yang berarti suka memilih-milih makanan. Penelitian di Amerika menemukan empat pola makan pada anak, yaitu :

(1) menolak makan,

(2) meminta jenis makanan tertentu,

(3) makan hanya sedikit.

Page 6: Sap Gizi Anak Revisi

Umumnya hal yang disebutkan diatas ini tidak mengalami pengurangan masukan zat gizi sehingga tumbuh kembang tidak mengalami gangguan. Terdapat enam situasi makan yang merupakan bagian dari dinamika tumbuh kembang anak yang normal yaitu

(1) food jag (makan hanya satu jenis makanan);

(2) food strikers ( menolak apa yang disajikan dan minta makanan yang lain);

(3)tv habbit (akan makan bila menonton televisi);

(4) the complainers (selalu mengeluh apa yang disajikan);

(5) white food diet (hanya makan yang berwarna putih seperti roti, kentang , makaroni,atau nasi saja); dan

(6) takut mencoba makanan baru.

E. Pengaturan Makan pada Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) Jadwal pemberian makan merupakan kelanjutan dari jadwal masa bayi

dengan sedikit penyesuaian, menjadi sebagai berikut : 3 kali makan utama (pagi, siang, dan malam/sore), diantaranya diberikan makanan kecil atau jajanan, dan bila mungkin tambahan susu (Markum, dkk, 2002). Secara lebih terinci jadwal yang dianjurkan adalah :

Tabel Pola Makanan Anak Usia 7-12 TahunUmur 7-9 tahun

BB 23 kg (1900 kkal)

9-12 tahun BB 30 kg (2100 kkal)

Jam Pemberian Makan

g Urt g urt

06.00 Susu + gula 200 1 gelas 200 1 gelas07.00 Nasi 1)

Telur 10050

¾ gelas1 butir

15050

1 gelas1 butir

10.00 Kue 50 1 potong 50 1 potong12.00 Nasi 1)

Hewani 2)Nabati 3)SayuranBuah

15050255050

1 gelas 1 potong1 potong½ gelas1 potong

20050257550

1 ½ gelas1 potong1 potong¾ gelas1 potong

16.00 Bubur kacang hijau 4)

200 1 gelas 200 1 gelas

18.00 NasiHewaniNabatiSayuranBuah

15050255050

1 gelas1 potong1 potong½ gelas1 potong

15050257550

1 gelas1 potong1 potong¾ gelas1 potong

21.00 Susu + gula 200 1 gelas 200 1 gelas

Page 7: Sap Gizi Anak Revisi

Biskuit 5) 20 2 buah 20 2 buahSumber : Subbagian Gizi anak FKUI/RSCM

Keterangan : 1) Dapat diganti dengan makanan penukarnya seperti roti, jagung, kentang, sagu. 2) Diartikan sumber protein hewani : daging, telur, hati, ikan laut, ikan tawar. 3) Diartikan sumber protein nabati : tahu, tempe, kacang-kacangan. 4) Dapat diganti dengan makanan penukar sebanyak 25 gram. 5) Berat biskuit “Regal” : 8-10 gr/buah Berat biskuit “ Farley” : 15-16 gr/buah Urt : ukuran rumah tangga G : gram

Jenis bahan makanan pokok untuk dihidangkan terdiri atas : 1) Serealia, yang merupakan makanan pokok dan sumber kalori. Misalnya tepung, beras, ubi, ketela, sagu, jagung. 2) Makanan asal hewan sebagai lauk-pauk dan sumber protein hewan, seperti telur, daging, jeroan, ikan tawar , ikan laut, dan daging unggas. 3) Sayuran sebagai lauk-pauk. Misalnya kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, seperti kacang hijau, kacang panjang, daun-daunan seperti bayam, kangkung, daun ketela, kubis, dan umbi-umbian seperti wortel, bit (makanan yang telah diolah menjadi tahu dan tempe). 4) Buah-buahan merupakan sumber vitamin A dan vitamin C, seperti alpukat, nenas, pisang, jeruk, pepaya, dan mangga (Markum, dkk, 2002).

F. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Angka kecukupan gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances

(RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus dipenuhi dari makanan untuk mencukupi hampir semua orang sehat. Tujuan utama penyusunan AKG ini adalah untuk acuan perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan individu/masyarakat ( Almatsier, 2001).

Hardiansyah dan Tambunan (2004) mengartikan Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan. Selanjutnya Angka Kecukupan Protein (AKP) dapat diartikan rata-rata konsumsi protein untuk menyeimbangkan protein yang hilang ditambah sejumlah tertentu, agar mencapai hampir semua populasi sehat (97.5%) di suatu kelompok umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh tertentu pada tingkat aktivitas sedang. Angka kecukupan energi dan protein pada anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel.

Tabel Angka Kecukupan Energi dan Protein pada Anak Usia Sekolah

Umur(tahun)

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (cm)

Angka Kecukupan Energi (kkal/orang/hari)

Angka Kecukupan Protein (gram/orang/hari)

Page 8: Sap Gizi Anak Revisi

7-9 25.0 120 1800 45Pria10-12

35.0 138.0 2050 50

Wanita10-12

38 145 2050 50

Sumber : Hardiansyah dan Tambunan (2004) diacu dalam Widya karya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004.

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intake Makan pada Anak Sekolah Dasar

1. Peran Keluarga Peranan keluarga amat penting bagi anak sekolah, bahkan pada pemilihan bahanan makanan sekalipun. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab akan dapat meningkatkan nafsu makan mereka (Widodo, 2009).

2. Peranan Ibu Sekalipun anak-anak sudah bermain dengan anak-anak lain di luar rumah, keluarga masih merupakan pengaruh sosialisasi yang terpenting. Tidak hanya lebih banyak kontak dengan anggota-anggota keluarga daripada dengan orang-orang lain tetapi hubungan itu lebih erat, lebih hangat, dan lebih bernada emosional. Hubungan keluarga yang erat ini pengaruhnya lebih besar pada anak daripada pengaruh-pengaruh sosial lainnya. Peranan ibu terhadap lingkungan anak-anak ini tidak terhenti dimasa anak-anak saja tetapi harus terus berlangsung dan kadang-kadang sampai seumur hidupnya, khususnya pengaruh yang berupa pengalaman yang menegangkan , menakutkan, menggoncangkan dan membahayakan. Secara khusus, ibu sebagai orang dekat dengan anak akan dapat menjaga kesehatan anak. Ibu dapat memberikan pengertian, memperbaiki pola asuh makan, meningkatkan kegiatan aktivitas fisik, mengenalkan pendidikan gizi sedini mungkin , membatasi promosi makanan yang tidak sehat. Kesemuanya itu sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Pola asuh yang tidak memadai dapat menyebabkan anak tidak suka makan atau tidak diberikan makanan seimbang, dan juga dapat memudahkan terjadinya infeksi (Soekirman, 2000).

3. Teman Sebaya Tidak heran jika asupan makan akan banyak dipengaruhi oleh kebiasaan makan teman-teman atau sekelompoknya. Apa yang diterima oleh kelompok (berupa figur idola, makanan, minuman) juga dengan mudah akan diterimanya. Demikian pula halnya dengan pemilihan bahan makanan. Untuk itu, perlu diciptakan dalam sekelompok itu suatu kondisi supaya mereka mendapatkan informasi yang baik dan benar mengenai kebutuhan dan kecukupan gizinya sehingga mereka tidak perlu membenci makanan yang bergizi.

4. Media Massa Media massa lebih banyak berperan disini adalah media televisi, koran, dan majalah. Di satu sisi banyak sekali iklan makanan yang kurang memperhatikan perilaku yang baik terhadap pola makan. Oleh sebab itu, informasi tersebut harus

Page 9: Sap Gizi Anak Revisi

pula ditunjang dengan informasi ilmiah yang benar mengenai kesehatan dan gizi (Judiono, 2003).

H. Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat mengkonsumsi makanan

dan menggunakan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2004). Sedangkan menurut Soekirman (2000), status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia, dan lingkungan hidup manusia. Status gizi seorang anak pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : (Soekirman, 2000) 1. Penyebab langsung , yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang makannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya akan lemah dan pada akhirnya mempengaruhi status gizinya. 2. Penyebab tidak langsung, terdiri dari : a. Ketahanan pangan di keluarga, terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain), harga pangan, dan daya beli keluarga serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. b. Pola pengasuhan anak, berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan kesehatan ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan yang baik, peran dalam keluarga atau di masyarakat, dan sebagainya dari si ibu atau pengasuh anak. c. Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan yang baik seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter, dan rumah sakit. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan , ditambah dengan pengalaman ibu tentang kesehatan, makin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu, ada beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya status gizi lebih (kegemukan) antara lain : (Salam 1989, dalam Nelly, 2008). 1. Jenis kelamin

Status gizi lebih dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, hal ini disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal (Arisman, 2004). 2. Umur

Anak yang status gizi lebih cenderung pada saat remaja dan dewasa serta dapat berlanjut ke masa lansia (Arisman, 2004). 3. Tingkat sosial ekonomi

Sosial ekonomi keluarga adalah keadaan keluarga dilihat dari pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, penghasilan keluarga, status pekerjaan orangtua, dan jumlah anggota keluarga. Orang tua yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang

Page 10: Sap Gizi Anak Revisi

tentang gizi. Menurut Hidayati, dkk (2006) peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. 4. Faktor lingkungan

Anak sekolah sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap jajanan. Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada anak sekolah atau remaja dalam hal memilih jenis makanan.5. Aktivitas fisik

Sebagian besar energi masuk melalui makanan pada anak remaja dan orang dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi tersimpan sebagai lemak, sehingga orang-orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk. Aktivitas fisik berkonstribusi terhadap kejadian obesitas terutama kebiasaan duduk terus-menerus, menonton televisi, penggunaan komputer, dan alat-alat berteknologi tinggi lainnya. 6. Kebiasaan makan

Orang yang banyak makan akan memiliki gejala cenderung untuk menderita kegemukan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang serat merupakan faktor penunjang timbulnya masalah kegemukan (Salam, 1989). 7. Faktor psikologis

Menurut Dariyo (2004), keadaan psikologis yang dapat menyebabkan status gizi berlebih adalah ketidakstabilan emosional yang menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi. 8. Faktor budaya

Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut life style (gaya hidup). Faktor-faktor yang merupakan asupan (input) bagi terbentuknya suatu life style keluarga ialah : penghasilan, pendidikan, lingkungan kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan, pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan. Tingkat obesitas (status gizi lebih) sangat erat hubungan nya dengan proses modernisasi (akulturasi) dan meningkatnya kemakmuran bagi sekelompok masyarakat. Pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyle) dan pola makan yang mengkonsumsi makanan siap saji (fast food)telah menjadi secular trend bagi masyarakat kita terutama di kota-kota besar. 9. Faktor genetik

Menurut Whitney dkk, (1990) dan Hegarthy (1996) genetik memegang peranan penting dalam mempengaruhi berat dan komposisi tubuh seseorang.