saliva

28
SALIVA Paramita Koriston (J111 14 517) 1. Definisi saliva Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga mulut, sekitar sembilan puluh persennya dihasilkan oleh kelenjar submaksiler dan kelenjar parotis, 5 persen oleh kelenjar sublingual, san 5 persen lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil. Sebagian besar saliva ini (+90%) dihasilkan pada saat makan, sebagai reaksi atas rangsang yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. 1 2. Kelenjar Saliva Berikut adalah kelenjar-kelenjar penyekresi saliva, yaitu: a. Glandula parotis Glandula parotis adalah kelenjar berbentuk baji tidak beraturan terletak di bagian depan, bawah dan belakang daun telinga. Ductus parotis (ductus stensen) keluar dari batas anterior, berjalan horizontal melintasi pipi, menembus lemak dan musculus buccinator, membuka di bagian dalam pipi di seberang gigi molar 2 atas. Cabang-cabang nervus facialis (cranialis VII) berjalan ke depan melalui kelenjar mencapai otot-otot wajah. 2 b. Glandula submandibularis Glandula submandibularis terletak di bagian belakang dasar mulut tertutup di bawah angulus mandibular. Ductusnya (ductus wharton) berjalan ke depan pada dasar mulut membuka ke dalam mulut pada bagian samping lidah. 2 c. Glandula sublingualis Glandula sublingualis terletak di bawah membrana mukosa dasar mulut dan tertutup di bawah bagian depan lidah. Kelenjar ini memiliki sekitar 12 saluran kecil yang membuka ke dalam dasar mulut. Kelenjar ludah mensekresi saliva sebagai respons terhadap antisipasi makanan atau adanya makanan di dalam mulut. Rangsangan melalui saraf parasimpatis menghasilkan dilatasi pembuluh darah di dalam kelenjar dan mengalirkan saliva. 2 d. Kelenjar ludah minor Selain tiga kelenjar mayor (parotis, sublingual dan submandibula), terdapat kelenjar-kelenjar ludah minor yang terletak di palatum durum (glandula glossopalatinalis), palatum mole (glandula palatinalis), bibir (glandula labialis), lidah (glandula lingualis), dan mukosa pada daerah bukal (glandula bukalis). 3

Upload: paramitakoriston

Post on 24-Sep-2015

27 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Essay ini membahas mengenai saliva, kelenjar, komponen penyusun, fungsi dan enzimnya. Essay ini disertai referensi dan disusun dengan sitasi dan daftar pustaka metode Vancouver. Semoga bermanfaat. Silahkan digunakan untuk bahan acuan dalam pembuatan laporan, karya tulis dan lain-lain. :)

TRANSCRIPT

  • SALIVA Paramita Koriston

    (J111 14 517)

    1. Definisi saliva

    Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi

    dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

    di rongga mulut, sekitar sembilan puluh persennya dihasilkan oleh kelenjar

    submaksiler dan kelenjar parotis, 5 persen oleh kelenjar sublingual, san 5 persen lagi

    oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil. Sebagian besar saliva ini (+90%) dihasilkan

    pada saat makan, sebagai reaksi atas rangsang yang berupa pengecapan dan

    pengunyahan makanan.1

    2. Kelenjar Saliva

    Berikut adalah kelenjar-kelenjar penyekresi saliva, yaitu:

    a. Glandula parotis

    Glandula parotis adalah kelenjar berbentuk baji tidak beraturan terletak di

    bagian depan, bawah dan belakang daun telinga. Ductus parotis (ductus stensen)

    keluar dari batas anterior, berjalan horizontal melintasi pipi, menembus lemak dan

    musculus buccinator, membuka di bagian dalam pipi di seberang gigi molar 2 atas.

    Cabang-cabang nervus facialis (cranialis VII) berjalan ke depan melalui kelenjar

    mencapai otot-otot wajah.2

    b. Glandula submandibularis

    Glandula submandibularis terletak di bagian belakang dasar mulut tertutup di

    bawah angulus mandibular. Ductusnya (ductus wharton) berjalan ke depan pada

    dasar mulut membuka ke dalam mulut pada bagian samping lidah.2

    c. Glandula sublingualis

    Glandula sublingualis terletak di bawah membrana mukosa dasar mulut dan

    tertutup di bawah bagian depan lidah. Kelenjar ini memiliki sekitar 12 saluran kecil

    yang membuka ke dalam dasar mulut. Kelenjar ludah mensekresi saliva sebagai

    respons terhadap antisipasi makanan atau adanya makanan di dalam mulut.

    Rangsangan melalui saraf parasimpatis menghasilkan dilatasi pembuluh darah di

    dalam kelenjar dan mengalirkan saliva.2

    d. Kelenjar ludah minor

    Selain tiga kelenjar mayor (parotis, sublingual dan submandibula), terdapat

    kelenjar-kelenjar ludah minor yang terletak di palatum durum (glandula

    glossopalatinalis), palatum mole (glandula palatinalis), bibir (glandula labialis),

    lidah (glandula lingualis), dan mukosa pada daerah bukal (glandula bukalis).3

  • 3. Kandungan saliva

    Saliva terdiri atas sekitar 99% air yang mengandung berbagai elektrolit (sodium,

    kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat) dan protein dalam bentuk

    enzim, imunoglobulin dan zat antimikroba lainnya, glikoprotein mukosa, sisa albumin,

    beberapa polipeptida dan oligopeptida yang penting bagi kesehatan mulut. Dalam

    saliva juga terkandung glukosa dan produk nitrogen, seperti urea dan amonia.

    Komponen-komponen ini saling berhubungan untuk menjalankan fungsi yang

    bervariasi dari saliva.4

    Saliva total atau saliva utuh merupakan campuran kompleks antara cairan dari

    kelenjar saliva, sulkus gingiva, transudat dari mukosa mulut, serta biasanya ada

    campuran mukosa dari hidung dan faring, bakteri mulut, sisa makanan, sel darah atau

    epitel yang terkikis, dan sisa-sisa obat-obatan atau produk kimia.4

    4. Volume normal saliva

    Volume saliva yang diproduksi per harinya bervariasi dari 600 mL hingga lebih

    dari 1L. Jumlah produksi bergantung pada beberapa faktor, termasuk aktivitas saraf

    otonom, tingkat hidrasi tubuh, waktu pada hari itu (pagi, siang atau malam), dan

    penggunaan obat-obatan. Rasa (pada lidah) dan aktivitas pengunyahan dapat

    menstimulasi sekresi saliva dari kelenjar ludah mayor, tetapi sebaliknya, aktivitas saraf

    simpatik yang meningkat akan menyebabkan vasokontriksi dan dapat menghalangi

    sekresi.5

    Dehidrasi, misalnya karena ekskresi keringat yang berlebih, dapat mengurangi

    pengeluaran saliva. Sekresi dari kelenjar ludah mayor juga mengikuti pola sirkadian

    (pola 24 jam), dengan pengeluaran saliva terbanyak pada tengah hari hingga pukul 6

    malam. Walaupun hanya memproduksi saliva dalam jumlah kecil, kelenjar ludah minor

    mensekresikan saliva hampir tiap saat, sehingga memiliki peran penting dalam

    melembabkan, melubrikasi dan melindungi mukosa mulut saat tidur. Banyak obat-

    obatan yang mengakibatkan mulut kering, karena menghambat sekresi saliva utama

    maupun periferal.5

    Aliran saliva yang tidak terstimulasi bervariasi, antara 0.2 sampai dengan 0.5

    mL/menit. Dengan stimulasi maksimal, total aliran saliva dapat mencapai 7 mL/menit.

    Volume saliva yang tinggal di dalam mulut (resting saliva) beragam antara 0.6 hingga

    1.2 mL, berfungsi untuk membantu penelanan. Resting saliva menyebar di seluruh

    permukaan dalam rongga mulut, membentuk salivary film dengan ketebalan mulai dari

    0.07 hingga 0.1 mm yang melapisi mukosa dan gigi geligi.5

    5. Fungsi saliva

    Berikut adalah fungsi-fungsi dari saliva6:

  • a. Proteksi

    Saliva memproteksi rongga mulut dalam banyak cara. Sifat dasar saliva

    sebagai cairan memungkinkan aksi pembersihan yang membilas bakteri non-

    adheren serta sisa-sisa makanan yang ada. Secara khusus, pembersihan zat-zat

    gula dari rongga mulut membatasi kemungkinan terbentuknya plak. Musin dan

    glikoprotein memungkinkan lubrikasi, mencegah jaringan mulut saling melekat

    dan memungkinkannya bergerak meluncur dengan mudah di atas permukaan

    jaringan yang lain. Musin pada saliva juga membentuk suatu barrier melawan

    stimuli berbahaya, toxin dari mikroba, dan trauma minor.

    b. Buffering

    Ion bikarbonat atau fosfat memungkinkan aksi buffer yang membantu untuk

    memproteksi gigi dari demineralisasi yang mungkin terjadi akibat penurunan

    pH yang dihasilkan oleh bakteri saat proses metabolisme gula. Beberapa protein

    dasar pada saliva juga berkontribusi dalam proses buffer oleh saliva. Ditambah

    lagi, metabolisme protein dan peptida saliva oleh bakteri menghasilkan urea

    dan amonia, yang membantu untuk menaikkan pH.

    c. Pembentukan lapisan

    Banyak protein pada saliva yang terjalin di atas permukaan geligi dan

    mukosa mulut, membentuk suatu lapisan tipis, yang disebut salivary film atau

    salivary pellicle. Beberapa protein ini mengikat kalsium dan membantu

    melindungi permukaan geligi. Protein lainnya mengikat bakteri dalam mulut,

    memungkinkan perlekatan bakteri sebagai inisiasi dari terbentuknya plak.

    d. Pemeliharaan integritas gigi

    Saliva mengandung ion-ion kalsium dan fosfat, kelarutan dari ion-ion ini

    dipertahankan oleh beberapa macam protein pengikat kalsium, terutama protein

    yang kaya akan asam prolin dan statherin. Pada permukaan geligi, kalsium dan

    fosfat berkonsentrasi tinggi menghasilkan maturasi post-eruptif pada enamel,

    meningkatkan kekerasan permukaan dan resistensi terhadap demineralisasi.

    Remineralisasi pada lesi karies tahap awal juga dapat terjadi, ditambah dengan

    keberadaan ion fluoride dalam saliva.

    e. Antimikroba

    Secara ekologis, saliva memiliki pengaruh besar pada mikroorganisme

    yang berkoloni pada jaringan mulut. Selain memiliki musin yang berfungsi

    sebagai barrier, saliva mengandung beragam protein yang memiliki fungsi

    antimikroba, seperti lisozim, lactoferrin, peroksidase, dan inhibitor sekresi

    leukosit protease. Terdapat sejumlah kecil peptida dalam saliva yang dapat

    masuk ke membran sel mikroba dan berfungsi mengganggu fungsi selular atau

    mitokondria yang ada dalam sel tersebut. Peptida ini termasuk -defensins dan

    -defensins, cathelicidin-LL37, dan histatin. Selain memiliki fungsi antibakteri

  • dan antifungi, beberapa dari protein dan peptida ini juga menunjukkan aktivitas

    antivirus. Imunoglobulin utama pada saliva yaitu IgA, menyebabkan aglutinasi

    pada mikroorganisme tertentu, mencegah perlekatannya pada jaringan mulut,

    dan membentuk gumpalan yang kemudian dapat ditelan. Selain itu, musin

    dalam saliva dapat juga mengumpulkan dan menggumpalkan mikroorganisme.

    f. Perbaikan Jaringan

    Dalam saliva terkandung berbagai growth factor serta peptida dan protein

    yang aktif secara biologis. Menurut penelitian, kebanyakan substansi-substansi

    ini mampu memicu pertumbuhan dan diferensiasi jaringan, mempercepat

    penyembuhan luka, dan memiliki efek menguntungkan lainnya. Namun, peran

    substansi-substansi ini dalam proteksi rongga mulut untuk saat ini belum

    diketahui.

    g. Pencernaan

    Saliva juga berkontribusi dalam pencernaan makanan. Pelarutan makanan

    dan kerja enzim pada saliva, yaitu amilase dan lipase, memulai proses

    pencernaan. Saliva juga berperan dalam membasahi makanan sehingga

    terbentuk bolus, juga memiliki fungsi lubrikasi untuk memudahkan penelanan.

    h. Pengecapan

    Saliva memiliki fungsi dalam pengecapan dengan melarutkan substansi

    makanan sehingga dapat dirasakan oleh reseptor pengecapan yang berada di

    kuncup pengecap. Saliva yang diproduksi oleh kelenjar ludah minor disekitar

    circumvallate papillae mengandung protein-protein yang dipercaya dapat

    mengikat substansi rasa dan menyampaikannya ke reseptor pengecapan. Selain

    itu, saliva mengandung protein yang dapat menutrisi reseptor pengecapan.

    6. Enzim pada saliva

    Enzim primer pada saliva yaitu amilase, lipase dan lizosim7:

    a. Enzim amilase

    Di dalam mulut, amilase memecah sebagian zat tepung menjadi molekul-

    molekul yang lebih kecil. Aksi dari enzim amilase ini berhenti setelah makanan

    ditelan, karena enzim ini dinonaktifkan oleh kondisi asam yang ada dalam

    lambung. Proses pencernaan zat tepung dan karbohidrat lainnya kemudian

    berlanjut di usus halus.

    b. Enzim lipase

    Berkebalikan dengan enzim amilase, enzim lipase tidak aktif hingga

    makanan mencapai lambung. Ketika bolus ditelan, lipase yang terkandung

    dalam saliva, bersama dengan lipase yang disekresikan oleh lambung, mulai

    memecah lemak menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Bagaimanapun,

    sebagian besar proses pencernaan lemak terjadi di usus halus.

  • c. Enzim lizosim

    Lizosim adalah enzim yang berfungsi melawan bakteri, membantu

    mencegah infeksi dalam rongga mulut.

  • Daftar Pustaka

    1. Edwina AMK, Sally JB. Narlan S, Safrida F. Dasar-dasar karies: penyakit dan

    penanggulangannya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. P.66.

    2. John G. Bertha S, Monica E. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. P.188.

    3. Ravikiran O, Praveen BN. Textbook of oral medicine, oral diagnosis and oral

    radiology. New Delhi: Elsevier Science; 2010. P.267.

    4. PDV de Almeida, AMT Grgio, MN Machado, AAS de Lima, LR Azevedo.

    Saliva composition and functions: a comprehensive review. The Journal of

    Contemporary Dental Practice: 2008 9 (3); P.72-80

    5. Arthur RH. Fundamentals of oral histology and physiology. New Jersey: John

    Wiley & Sons; 2014. P.11-12.

    6. Antonio N. Ten Cates oral histology: development, structure and function, 85h

    ed. Missouri: Elsevier Mosby; 2013. P.253-255.

    7. Kenneth WR. General, organic & biological chemistry: an integrated approach.

    New Jersey: John Wiley & Sons; 2010. P.208