pembahasan laporan tutorial skenario saliva
DESCRIPTION
Pendeskripsian Saliva, dari Macam hingga pengendalian sekresinyaTRANSCRIPT
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Macam-macam secret saliva
Karakteristik Mucus dan Serous
3.2 Fungsi Saliva
Saliva memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga efisiensi kerja tubuh dan
menjaga kesehatan secara umum. Fungsi saliva biasanya baru dapat dirasakan jika
produksinya telah berkurang. Beberapa fungsi saliva dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Fungsi Saliva pada Proses Pencernaan dan Pengunyahan
Enzim amilase yang terdapat pada saliva mampu menguraikan sebagian makanan
yang mengandung tepung kanji dan glikogen. Saliva juga dapat membantu proses
pengunyahan, sebab jika produksi saliva berkurang, makanan yang membutuhkan
pengunyahan optimal akan sukar dilakukan dan dapat menimbulkan eksaserbasi pada
mukosa mulut.
2) Fungsi Saliva dalam Proses Pengecapan Rasa
Saliva berperan dalam melarutkan bahan-bahan makanan yang memiliki rasa
tertentu sehingga dapat diterima stimulusnya oleh reseptor-reseptor pengecap. Penurunan
jumlah saliva dapat mengganggu proses pengecapan, sukar mengunyah dan menelan,
apalagi jika makanan tersebut kering atau kental.
3) Fungsi Saliva sebagai Bufer
Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan ammonia dan urea
dalam saliva dapat menyangga dan menurunkan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang
memetabolisme gula. Kapasitas buffer dan pH saliva erat hubungannya dengan kecepatan
sekresinya. Peningkatan kecepatan sekresi saliva mengakibatkan naiknya kadar natrium
dan bikarbonat saliva, sehingga kapasitas bufer saliva pun meningkat. Peningkatan
kapasitas buffer dapat melindungi mukosa rongga mulut dari asam yang terdapat pada
makanan saat muntah. Selain itu, penurunan pH plak sebagai akibat ulah organism akan
dihambat. Sistem bufer saliva membantu mempertahankan pH rongga mulut sekitar 7,0.
4) Fungsi Saliva dalam Proses Anti Bakteri
Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri. Salah
satunya adalah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik seperti lisozim, yang dapat
menyerang bakteri, membantu ion tiosianat memasuki bakteri yang kemudian menjadi
bakterisidal, dan dapat pula mencerna partikel makanan sehingga dapat menghilangkan
pendukun metabolism bakteri.
5) Fungsi Saliva dalam Mencegah Karies
Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan Fe ke dalam plak
dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies dini.
Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti
lisozim, laktoperoksidase, dan laktoferin mempunyai daya anti bakteri yang langsung
terhadap mikroflora tersebut, sehingga derajatasi dogeniknya berkurang.
6) Fungsi Lubrikasi
Saliva dapat membentuk lapisan mucus pelindung pada membrane mukosa yang
akan bertindak sebagai pelindung terhadap iritan dan akan mencegah kekeringan dalam
rongga mulut. Jika mukosa mulut tidak dilindungi oleh saliva, maka mukosa mulut akan
mudah luka dan terkena infeksi. Peradangan mukosa ditandai oleh rasa nyeri atau seperti
terbakar dan akan mengalami eksaserbasi oleh makanan pedas, buah-buahan, minuman
panas, dan tembakau.
7) Fungsi Saliva dalam Menjaga Higiene Rongga Mulut
Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga
meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Jika jumlah saliva di dalam
mulut menurun, akumulasi plak akan meningkat dan terjadi modifikasi flora plak
sehingga jumlah Candida, Laktobasilusdan Streptococcus mutan smakin banyak. Oleh
karena itu, pada pasien yang menderita mulut kering akan sering terjadi infeksikan di
gingivitis.
3.2.1 Fungsi Protein pada Saliva
a. Lisosim
Lisosim terdapat hampir pada semua cairan tubuh dan terdeteksi pada fetus
manusia umur 9-12 tahun. Sumber lisosim saliva berasal dari glandula salivarius
mayor dan minur, sel fagosit maupun cairan krevikular gingival. Fungsi lisosim
adalah sebagai berikut
Aktivitas muramidase, yaitu lisosim mampu menghidrolisa ikatan β (1-4) antara
asam N-asetil muramik dan N-asetilglukosamin pada lapisan peptidoglikan dinding
sel bakteri. Hidrolisa lapisan peptidoglikan akan melisis bakteri.
Aktivitas bakterial autolysin tergantung pada kationik. Oleh karena lisosim
merupakan kationik. Lisosim dapat merusak membrane bakteri dan mengaktifkan
mekanisme bacterial autolysin karena aktivasi muramidase dan autolysin
Menyebabkan terjadinya agregasi bakteri
Mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi
Mencegah penggunaan glukosa oleh bakteri
Memecah rantai streptokokus
b. Sistem Peroksidase Saliva
Sumber utama sistem peroksidase saliva (SPS) ialah glandula salivarius dan
sel lekosit. SPS yang berasal dari glandula salivarius disebut salivary peroksidase,
sedangkan SPS yang berasal dari lekosit disebut mieloperoksidase. Salivary
peroksidase manusia kadang-kadang disebut pula laktoperoksidase karena
kesamaannya dengan laktoperoksidase susu sapi.
Aktivitas antimicrobial
Melindungi sel dari efek toksik hydrogen peroksida
Melindungi bakteri dari efek bakteriosidadl hydrogen peroksida
Melindungi asam sialik dari dekarbosilase okksidatif oleh hydrogen peroksida
Inaktivasi komponen mutagenic dan karsinogenik
c. Laktoferin
Laktoferin (LF) adalah glikoprotein (berat molekul 76 kilodalton) yang
mengikat besi. Glikoprotein ini dikeluarkan oleh sel serosa dan glandula salivarius
minor. Dalam rongga mulut, sumber penting LF ialah cairan gingival. Fungsi utama
LF sangat ditentukan oleh tingginya afinitas LF untuk mengikat ion besi, sehingga
mLF mampu menurunkan level ion besi yang merupakan bahan esensial untuk
metabolism mikroorganisme patogen. Dengan kata lain, sifat bakteriostatik LF
karena ikatannya dengan ion besi. LF mampu pula bersifat bakteriosid terhadap S.
mutan secara invitro dengan suhu 370C.
d. Salivari Aglutinin
Saliva mengandung beberapa komponen yang mampu mengaglutinasi bakteri
mulut. Akibatnya interaksi komponen tersebut dengan bakteri menghasilkan
agregasi bakteri (membentuk endapan bakteri) yang mudah dibersihkan oleh saliva
dan kemudian tertelan. Komponen tersebut adalah:
Glikoprotein dengan berat molekul tinggi
Salivary IgA
Lisosim β –mikroglobulin (β, m)
Fibronektin (FN)
e. Proline Rich protein (PRP)
PRP adalah protein kaya prolin yang merupakan sekelompok kompleks protein
yang mampu menghambat presipitasi spotan garam kalsium fosfat. Protein ini
dengan cepat akan teradsorbsi dari saliva ke permukaan hidroksi apatit.
Diperkirakan adsorbs ini menghambat pertumbuhan Kristal garam kalsium.
f. Protein antimicrobial anionic
Saliva mengandung 4 macam protenin anionic yang dapat menghambat
pertumbuhan S. mutans. Berat molekul protein ini adalah 14-17 kilodalton. Pada
orang yang bebas karies, protein ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
3.2.2 Fungsi Lipid pada Saliva
Dalam saliva lipid merupakan perantara substansi lipofilik agar dapat
menembus mukosa mulut dan lipid mengganggu interaksi kalsium dengan protein
dan glikoprotein saliva. Beberapa lipid saliva seperti lisofosfatidilkolin dapat
mempengaruhi akktivitas enzim glukosiltransferase bakteri kariogenik, seperti S.
mutans. Lipid mampu menstabilkan ikatan hidrofobik antara bakteri dengan
jaringan mulut. Pelikel lipid memelihara kohesi plak bakteri, sehingga
mempercepat terbentuknya kalkulus. Tetapi lipid dalam pelikel mampu
menghambat proses terjadinya karies.
3.3 Mekanisme Sekresi Saliva
Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang menunjukan bahwa
proses tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan menjadi dua fase:
1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori.
Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva dapat berupa rangsang adrenergic
maupun kolinergik, karena sel diinervasi baik simpatis maupun parasimpatis.
Rangsang adrenergic menghasilkan saliva yang pekat, kaya protein, kaya
kandungan musin dan berbuih.
Rangsang kolinergik, neurotransmitter asetilkolin menghasilkan sekresi cairan yang
kuat dengan kadar protein yang rendah.
Akibat rangsangan, melalui eksositosis sel menghasilkan cairan sekresinya kepada
lumen. Rangsang tersebut menyebabkan aliran darah ke asinus meningkat sehingga
mempermudah pembentukan cairan asinar. Cairan asinar ini disebut juga saliva
primer.
2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata.
Saliva diangkutdari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi sel
mioepitel. Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah dari cairan
isotonic dengan konsentrasi ion yang hamper sama dengan plasma menjadi hipotonik
dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang rendah.
Perubahan ini terjadi karena di dalam duktus, air dan elektrolit disekresi dan atau
diabsorbsi oleh sel epitel, terutama pada duktus striata.
Sifat rangsang menentukan kepekatan produk akhir yang bervariasi dari encer
sampai pekat.
Kepekatan saliva ditentukan oleh sekresi air dan sekresi musin yang diatur oleh
saraf kolinergik dan adrenergik.
Neurotransmitter asetilkolin dan parasimpatetikomimetika merangsang sekresi air,
sedangkan obat seperti atropinesulfat menghambat sekresi air dan menyebabkan
keringnya mulut.
Mekanisme Sekresi Saliva Saat Istirahat
Mekanisme Sekresi Saliva Saat Makan
3.4 Pengendalian Sekresi Saliva
Refleks sekresi saliva dipengaruhi oleh adanya makanan di rongga mulut, juga
rangsangan serat-serat vagus eferen di ujung esofagus yang dekat dengan gaster. Dan faktor
psikogenik yang memicunya berupa melihat, mencium dan mengkonsumsi makanan yang
meningkatkan nafsu makan. Daerah nafsu makan pada otak, terletak di daerah pusat
parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi sebagai respon terhadap sinyal dari daerah
pengecapan dan penciuman dari korteks serebral dan amigdala.
Bahan kimia penyusun makanan yang larut dalam saliva akan kontak dengan sel rasa
melalui sel pengecap. Pengecapan adalah fungsi utama dari taste bud, yang didalamnya
terdapat TRCs (Taste Receptor Cells). Sel reseptor dipersarafi oleh afferent nerve endings,
yang menyalurkan informasi ke pusat rasa dalam otak dan talamus. Sehingga terjadi
peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatik dan peningkatan triger dari saraf fasialis dan
glosofaringeal, mengakibatkan peningkatan sekresi saliva. Rasa mans dan pahit diatur oleh
fungsi TRCs yang melibatkan GPCRs (G-Protein Coupled Receptors), aktivasinya
menyebabkan terlepasnya transmiter pads saraf gustatori primer. Serabut aferen berakhir di
saraf gustatori di medula, mengatur aktivitas kelenjar ludah dan perut. Kedua hipotalamus
berperan dalam pusat kenyang dan lapar dan sistem limbik membawa unsur afektif
pengecapan. Ketiga adalah hubungan reseptor raba lidah ke talamus dan korteks yang
berkaitan dengan modalitas kecap membedakan rasa.
Pusat pengaturan sekresi saliva
Pada dasarnya sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangansarafbagisekresi
saliva terbagimenjadidua, yang pertamaadalahinervasi saraf parasimpatik. Inervasi saraf
parasimpatik memegang peran utama dalam modifikasi komposisi saliva. Sekresi liur cair
dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang rendah distimulasi oleh saraf
parasimpatis dari nukleus salivatorius superior. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi
mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine
polipeptide).
Inervasi kedua adalah dari saraf simpatis yang memegang peran utama dalam
memengaruhi volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi
sedikit saliva yang akan bahan organik dari kelenjar submandibulais. Pada kelenjar sub
lingual dan kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh respon kolinergik, sedangkan
pada kelenjar lainnya cenderung ke inervasi adrenergic.
Sekresi saliva terbagi menjadi dua bagian yaitu biosintesis protein dan tanspor air dan
elektrolit dimana pengendalian sekresinya dipengaruhi oleh sistem saraf yang berhubungan
dengan rangsangan mekanik dan reseptor pengecapan. Sistem saraf yang memengaruhi
pengendaliannya meliputi rangsangan kolinergik, reseptor alpha adrenergik, dan reseptor
beta adrenergik.
Proses sekresi saliva ada dua bagian utama yaitu biosintesis protein dalam sel asini serta
transport protein menembus membran sel asini menuju lumen kelenjar, transport air dan
elektrolit menembus epitel lapisan kelenjar menuju lumen kelenjar
3.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi sekresi saliva
Faktor yang mempengaruhisekresi saliva antaralain :
1. Faktor Variasi Diurnal. Variasi di urnal merupakan proses yang kerja di dalam tubuh
manusia, antara lain terjadinya peningkatan Natrium dan Kloride pada pagi hari,
sedangkan Kalium akan meningkat pada siang hari.
2. Faktor Durasi Stimulus. Lamanya stimulus yang mengenai kelenjar saliva dapat
menyebabkan perubahan pada komponen saliva.
3. Faktor Tipe kelenjar.Setiap kelenjar memiliki tingkat penerimaan dan kepekaan yang
berbeda-beda, sehingga aliran dari jumlah salivanya pun berbeda-beda.
4. Faktor Diet. Diet berpengaruh terhadap perbedaan aliran saliva. Aktifitas fungsional
kelenjar saliva dipengaruhi oleh factor mekanis dan pengecapan
5. Faktor Konsentrasi plasma. Konsentrasi plasma berhubungan dengan konsentrasi asam
amino, kalsium, glukosa, kalium, urea, dan asam uric dalam saliva
6. Faktor hormone. Dapat berasal dari aldeosteron, hormone bradikinin, testosterone dan
tiroksin
7. Disfungsi kelenjar ludah. Dapat disebabkan oleh penyumbatan saluran, penyakit iritasi
kelenjar ludah, dan terapi radiasi.
8. Faktor umum. Faktor umum terbagi menjadi reflex tidak bersyarat dan reflex bersyarat
a. Reflek tidak bersyarat menyangkut :
1) Rasa:pengaruh rasa yang ditimbulkan dari rangsangan sangat beragam,
sehingga memberikan efek stimulasinya terhadap aliran ludah pun berbeda-
beda.
2) Bau-Bau yang ditangkap oleh indra penciuman juga berpengaruh terhadap
sekresi saliva meskipun efeknya tidak terlalu besar.
3) Stimulasi mekanis terhadap mucosa mulut, dimana ketika kita mengunyah
makanan yang halus akan meningkatkan sekresi saliva jika dibandingkan
dengan makanan yang kasar yang dapat menyebabkan penurunan sekresi
saliva bahkan menyebabkan terhambatnya aliran saliva.
4) Iritasi mekanis terhadap gingiva seperti scaling gigi dan prosedur polishing
dapat mempengaruhi sekresi saliva.
5) Mastikasi makanan, pengunyahan makanan dapat meningkatkan impuls
sensorik, seperti dari stimulasi mekanis dari mukosa mulut, tekanan pada gigi
yang melibatkan reseptor periodontal, dan impuls dari sendi temporo
mandibular (TMJ) dan otot pengunyah.
6) Iritasi kimia terhadap mukosa mulut. Asam, terutama asam sitrat, sangat
menstimulasi aliran ludah, sehingga salivasinya pun meningkat, berikutnya
garam halus, dan rasa yang pahit.
7) Distensi atau iritasi esophagus, seperti benda asing.
8) Iritasi kronis terhadap esophagus seperti carcinoma esophagus.
9) Iritasi bahan kimia terhadap dinding perut yang mengakibatkan rasa mual.
10) Kehamilan, biasanya diikuti oleh meningkatnya aliranludah.
11) Obat (terutama dengan aktivitas anti cholinergic), contohnya atropine.
12) Gangguan endokrin, seperti diabetes mellitus, penyakit cushing, dan penyakit
Addison. Dimana orang yang menderita penyakit diabetes mellitus memiliki
saliva yang lebih kental jika dibandingkan dengan individu normal.
3.6 Kelainan Sekresi Saliva
Kelainan Sekresi Saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva
yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.
Terdapat beberapa kelainan pada kelenjar saliva antara lain:
1. Mucocele
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang
diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar saliva dan keluarnya mucin ke
jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele dapat terjadi pada bagian mukosa bukal,
anterior lidah, dan dasar mulut.
Etiologi
Umumnya disebabkan trauma, mis: bibir yang sering tergigit atau pukulan di
wajah.
Karena penyumbatan duktus (saluran) kelenjar liur minor.
Obat-obatan yang mempunyai efek mengentalkan ludah.
Gambaran Klinis
Batas tegas
konsistensi lunak
Ukuran biasanya kecil
Tidak ada keluhan sakit
Kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul lagi
Diagnosis
Melakukan anamnesa lengkap dan cermat secara visual
Bimanual palpasi intra & extraoral
Aspirasi
Melakukan pemeriksaan laboratories
Pemeriksaan radiologis dengan kontras media
Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan biopsy
2. Ranula
Etiologi
Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major yang
membesar atau terputus.
Gambaran klinis
Bentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung keluar
Dinding sangat tipis dan mengkilap
Warna translucent
Kebiru-biruan
Palpasi ada fluktuasi
Tumbuh lambat dan expansif
3. Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya
disebababkan oleh hyposecretion kelenjar. Proses ini dapat bersifat akut dan
dapat menyebabkan pembentukan abses terutama sebagai akibat infeksi bakteri.
Etiologi
Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau saluran.
Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada
pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, khususnya pada pasien sakit kronis
dengan xerostomia,dan pasien dengan sindrom Sjögren, dan pada mereka yang
melakukan terapi radiasi pada rongga mulut.
Organisme yang merupakan penyebab paling umum pada penyakit ini
adalah Staphylococcus aureus organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan
berbagai bakteri anaerob.
Gambaran klinis
Meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, dan dalam
kasus yang parah penderita , demam, dan menggigil
4. Sjorgen syndrome
Sjorgen syndrome merupakan suatu penyakit auto imun yang ditandai oleh
produksi abnormal dari extra antibodi dalam darah yang diarahkan terhadap
berbagai jaringan tubuh. Ini merupakan suatu penyakit autoimun peradangan pada
kelenjar saliva yang dapat menyebabkan mulut kering dan bibir kering.
Gejala
Mulut kering
Susah menelan
Kerusakan gigi
Penyakit gingiva
Mulut luka dan pembengkakan
Infeksi pada kelenjar parotis bagian dalam pipi.
Etiologi
Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, namun ada dukungan ilmiah
yang menyatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit turunan atau adanya faktor
genetik, penyakit ini kadang-kadang ditemukan pada anggota keluarga lainnya.
Hal ini juga ditemukan lebih umum pada orang yang memiliki penyakit autoimun
lainnya seperti lupus, autoimun penyakit tiroid, diabetes, dll.
Diagnosis
Sjorgen syndrome dapat didiagnosis dengan cara biopsi
5. Sialorrhea
Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang detandai dengan menetesnya
air liur atau sekresi saliva yang berlebihan.
Etiologi
Penyebab dari sialorrhea dapat bevariasi berupa gejala dan gangguan
neurologis, infeksi atau keracunan logam berat dan insektisida serta efek samping
dari obat-obatan tertentu
6. Sialosis
Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan non-
neoplastik dari kelenjar saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis biasanya
bilateral, tapi kadang-kadang juga mengenai kelenjar submandibularis dan
sublingualis.
Etiologi
Penyebab sialosis sering dihubungkan dengan sejumlah penyakit sistemik,
terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa
dan anoreksia nervosa. Juga akibat efek samping sejumlah obat-obatan.
7. Sialometaplasia necrotic
Lesi pada kelenjar saliva yang bersifat nonneoplastik, peradangan yang
dapat sembuh dengan sendirinya, terutama mengenai kelenjar saliva yang terdapat
pada palatum.
Gejala klinis
Muncul secara spontan
Terdapat lesi dan pembengkakan
Ukuran maksimal 1-2 cm
Lesi bilateral atau unilateral
Burning sensation (sensasi terbakar)
Etiologi
Penyebab sialosis sering dihubungkan dengan sejumlah penyakit sistemik,
terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa
dan anoreksia nervosa. Juga akibat efek samping sejumlah obat-obatan.
8. Sialolitiasis
Sialolitiasis merupakan pembatuan yang terjadi akibat pengendapan dari
bahan-bahan organic dan anorganik antara lain deposisi garam-garam kalsium
disekitar nidus organik yang terdiri dari alterasi musin-musin saliva bersama
dengan adanya deskuamasi sel-sel epitel, dekomposisi protein yang dihasilkan
oleh aktivitas bakteri dan mikroorganisme (infeksi akut).
Etiologi
Reaksi pengobatan.
Peradangan
Kelainan Sistemik
Gejala klinis
Mulut kering
Wajah membengkak
Rasa Sakit/Nyeri pada mulut
Mulut kemerahan
Pembengkakan pada mulut dan sekitarnya
Kesulitan Menelan
Pembengkakan pada leher
Kesulitan Membuka Mulut
Rasa Sakit/Nyeri pada leher dan wajah
9. Xerostomia
Adalah kekeringan mulut yang terjadi karena adanya gangguan fungsi
kelenjar saliva yang disebabkan oleh :
Factor Psikis
- Reaksi emosiolnal, secara proses faal mengganggu aliran saliva
- Dehidrasi, karena kehilangan banyak cairan tubuh ( diare,muntah)
Anomali
- Aplasia kelenjar saliva (kelenjar saliva tidak terbentuk)
Proses menua, karena atropi jaringan sekretorik dan mempengaruhi kecepatan
aliran saliva
Radiasi daerah leher dan kepala
Mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan derajat kerusakan yang
berbeda-beda tergantung dari dosis dan lamanya penyinaran
Berkurangnya saliva menyebabkan mengeringnya selaput lendir, mukosa
mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini
disebabkan oleh karena tidak adanya daya lubrikasi infeksi dan proteksi dari
saliva (Amerongan, 1991; Kidd dan Bechal, 1992). Proses pengunyahan dan
penelanan, apalagi makanan yang membutuhkan pengunyahan yang banyak dan
makanan kering dan kental akan sulit dilakukan. Rasa pengecapan dan proses
bicara juga akan terganggu (Kidd dan Bechal,1992; Amerongan,1991; Son is dkk,
1995).
Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih dari saliva
berkurang, sehingga terjadi radang yang kronis dari selaput lendir yang disertai
keluhan mulut terasa seperti terbakar (Wall, 1990).
Pada penderita yang memakai gigi palsu, akan timbul masalah dalam hal
toleransi terhadap gigi palsu. Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi
palsu tidak menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukus
untuk tempat gigi palsu melayang pada permukaannya (Haskell dan
Gayford,1990). Selain itu karena turunnya tegangan permukaan antara mukosa
yang kering dengan permukaan gigi palsu (Kidd den Bechal,1992).
Susunan mikroflora mulut mengalami perubahan, dimana mikro
organisme kariogenik seperti streptokokus mutans, laktobacillus den candida
meningkat. Selain. itu, fungsi bakteriostase dari saliva berkurang. Akibatnya
pasien yang menderita mulut kering akan mengalami peningkatan proses karies
gigi, infeksi candida dan gingivitis (Amerongan,1991; Kidd dan Bechai,1992;
Sonis dkk,1995).
10. Sialorrhea (hipersalivasi)
Adalah suatu keadaan terjadinya sekresi saliva yang berlebihan. Sialorrhea
bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu symptom dari banyak kelainan yang
berhubungan dengan kelenjar-kelenjar saliva, baik dalam keadaan local maupun
sistemik.
11. Mumps
Mumps ( Gondongan) adalah suatu infeksi paramyxovirus menular yang
menyebabkan pembengkakan pada kelenjar parotos, submandibula dan kelenjar
saliva lainnya yang disertai nyeri
12. Sialadenitis supuratif akut
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1828. Sebagian besar
penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga melibatkan kelenjar
submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis dibandingkan
dengan kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada
kelenjar parotis lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya.
Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus influenzae. Bakteri
anaerob penyebab yang paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus dan
Streptocccus micros