saksi keluarga dalam pelanggaran taklik talak di...

85
SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI PENGADILAN AGAMA KOTA BANJAR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: GHINAA HUSNA FITHRIYYAH NIM: 11150440000140 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 09-Jan-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK

DI PENGADILAN AGAMA KOTA BANJAR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

GHINAA HUSNA FITHRIYYAH

NIM: 11150440000140

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2019 M

Page 2: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian
Page 3: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian
Page 4: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian
Page 5: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

iv

ABSTRAK

Ghinaa Husna Fithriyyah. NIM 11150440000140, SAKSI KELUARGA

DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI PENGADILAN AGAMA

KOTA BANJAR. Skripsi Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2019 M. ix +

55 Halaman + 17 Lampiran

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang kekuatan pembuktian saksi dari

keluarga dalam perkara perceraian karena pelanggaran taklik talak dan mengenai pertimbangan hakim dalam perkara nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr ini sudah sesuai

hukum atau tidak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis dan studi kepustakaan

(library reseach) dengan melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan,

buku-buku terkait, artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian atau

jurnal hukum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hakim menerima saksi keluarga dalam

perkara pelanggaran taklik talak, yaitu paman dan menantu. Alasan menerima saksi

tersebut karena dianggap telah memenuhi syarat formil saksi. Namun berdasarkan

analisis penulis, secara teori hukum perdata hakim salah menerapkan hukum. Dimana

hakim tidak memperhatikan salah satu syarat formil saksi. Karena dalam ketentuan

perundang-undangan, syarat formil pertama saksi tidak boleh berasal dari keluarga

sedarah atau keluarga semenda salah satu pihak dalam garis lurus sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 145 HIR. Kecuali, jika undang-undang menentukan lain.

Seperti halnya dalam Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

menyebutkan bahwa alasan perceraian yang disebabkan perselisihan dan

pertengkaran itu dapat diterima setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang

yang dekat dengan suami istri itu. Sehingga seharusnya Pengadilan Agama Kota

Banjar menolak gugatan Penggugat karena dalam pembuktian saksi, salah satu syarat

formil mengandung cacat sehingga mengakibatkan alat bukti itu tidak sah sebagai alat

bukti saksi. Karena meskipun syarat materiil terpenuhi, akan tetapi hukum tidak

menolerirnya, karena syarat formil dan materiil bersifat komulatif yang

mengharuskan terpenuhi semua bukan alternatif sehingga dapat dikatakan bahwa

Penggugat tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya. Akan tetapi, dalam

perkara nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr menurut penulis, alasan hakim menerima

saksi dari pihak keluarga karena dalam petitumnya akumulasi, yaitu terdapat

perselisihan dan percekcokan yang terus menerus. Jadi meskipun alasan perceraian

tersebut dikarenakan suami melanggar ikrar taklik talak, saksi keluarga masih dapat

diterima.

Kata Kunci : Taklik Talak, Pembuktian, Saksi, Saksi Keluarga, Putusan.

Pembimbing : Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

Daftar Pustaka : 1974 s.d. 2018

Page 6: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan

Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta

salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pada program studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang penulis ajukan

adalah “Saksi Keluarga dalam Pelanggaran Taklik Talak di Pengadilan Agama Kota

Banjar”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar

Lubis Lc. MA.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.H, M.A Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Mesraini, M. Ag Ketua Program Studi Hukum Keluarga dan Bapak

Ahmad Chairul Hadi, M.A Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga

4. Bapak Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H Dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama membimbing skripsi.

5. Segenap bapak dan ibu dosen, pada lingkungan Program Studi Hukum Keluarga

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak lupa juga

kepada staf perpustakaan, karyawan-karyawan, yang telah banyak membantu

penulis memfasilitasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda penulis (H. Basuni & Hj. Dewi Nurul

Mustaqimah), adik tersayang (Muhammad Hanif Rafi Raidul Islam Ar-Rosyad)

dan juga keluarga besar. Terimakasih atas setiap cinta dan kasih sayang,

Page 7: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

vi

perhatian, do’a restu, bimbingan, serta dukungan yang selalu mengiringi setiap

langkah penulis.

7. Terimakasih kepada Ketua Pengadilan Agama Kota Banjar, para hakim beserta

pihak-pihak yang terkait telah meluangkan waktu dan memudahkan penulisan

dalam penulisan skripsi ini.

8. Terimakasih kepada Bapak Tedy Hendrisman, S.H., M.H selaku guru penulis

yang selalu membantu dan membimbing penulis.

9. Terimakasih kepada sahabat penulis Thara Andani dan Farahdina Fairuz Iftinan

S.E yang selalu menemani dan mendukung penulis dari sejak Pesantren (SMP)

hingga saat ini.

10. Terimakasih kepada teman sekaligus sahabat penulis Ariyall Hikam Pratama

S.H, Isrofiah, Nailah Ummi Huwaina, dan Nur Ilhamilaili F. Miswin yang selalu

mendukung penulis selama di kampus.

11. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Hukum Keluarga

angkatan 2015 dan mereka yang tidak dapat disebutkan satu-persatu semoga

sehat dan sukses selalu.

12. Terimakasih kepada keluarga besar IKADA Jabodetabek dan HMI Hukum

Keluarga yang telah menemani, membantu, dan mengajarkan berbagai hal

kepada penulis.

Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan dan manfaat kepada

para pembaca.

Jakarta, Agustus 2019

Ghinaa Husna Fithriyyah

Page 8: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... ii

LEMBAR PENYATAAN ............................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ......................... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 5

E. Review Studi Terdahulu ............................................................ 6

F. Metode Penelitian ...................................................................... 7

G. Kerangka Teori .......................................................................... 10

H. Sistematika Penulisan ................................................................ 11

BAB II KONSEP UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN

PEMBUKTIAN

A. Perceraian

1. Pengertian Perceraian (Talak) ............................................... 13

2. Pembagian Perceraian (Talak) .............................................. 15

3. Hukum Perceraian (Talak) .................................................... 16

B. Pembuktian

1. Pengertian Pembuktian ......................................................... 17

2. Teori Pembuktian Secara Umum ........................................... 18

3. Teori Beban Pembuktian ...................................................... 19

C. Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Pembuktian

1. HIR (Herzien Inlandsch Reglement) .................................... 21

2. Rbg (Rechtsreglement Buitengewesten) ............................... 22

Page 9: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

viii

3. KUHPer (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) .............. 22

4. Perma RI (Peraturan Mahkamah Agung) ............................. 23

BAB III TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN

AGAMA KOTA BANJAR TERHADAP PERCERAIAN

PELANGGARAN TAKLIK TALAK

A. Duduk Perkara ........................................................................... 24

B. Pemeriksaan Perkara .................................................................. 25

C. Pertimbangan Hukum ................................................................. 27

D. Putusan ...................................................................................... 30

BAB IV PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA BANJAR

MENGENAI SAKSI KELUARGA DALAM PERKARA

PERCERAIAN PELANGGARAN TAKLIK TALAK

(Nomor. 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr)

A. Analisis Terhadap Pembuktian Saksi Keluarga dalam Perkara

Perceraian Pelanggaran Taklik Talak ......................................... 31

B. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kota Banjar Nomor

535/Pdt.G/2018/PA. Bjr ............................................................. 37

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 54

B. Rekomendasi ............................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................

Page 10: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Pembimbing

2. Surat Permintaan Data ke Pengadilan Agama

3. Surat Balasan dari Pengadilan Agama

Page 11: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Talak Khulu atau biasa disebut dengan talak tebusan adalah talak

yang dijatuhkan atas permintaan istri dengan membayar sejumlah tebusan

(iwadl) kepada suaminya agar terlepas dari ikatan perkawinannya.1

Terkait dengan terjadinya perceraian, ditegaskan bahwa perceraian

hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan, setelah pengadilan

melakukan berbagai usaha untuk mendamaikan para pihak namun tidak

berhasil. Itupun harus ada alasan yang jelas bahwa kedua belah pihak tidak

dapat rukun kembali.2

Pada pasal 19 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 j.o pasal

116 Kompilasi Hukum Islam perceraian dapat terjadi karena alasan atau

alasan-alasan :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,

dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-

turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain

diluar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;

f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga;

g. Suami melanggar taklik talak;

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidakrukunan dalam rumah tangga.

1 Hasanudin, “Kedudukan Taklik Talak dalam Perkawinan Ditinjau dari Hukum Islam dan

Hukum Positif “, Medina-Te, Jurnal Studi Islam Volume 14, Nomor 1, (Juni: 2016), h. 49 2 Ahmad Thalabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.

229

Page 12: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

2

Dalam perkara yang diajukan kepada Pengadilan Agama saat ini

banyaknya perkara gugatan perceraian yang diajukan oleh istri dengan

berbagai macam alasan, diantaranya suami telah melanggar taklik talak.

Taklik talak adalah jaminan suami terhadap istri yang menyatakan bahwa ia

sanggup melaksanakan kewajibannya. Taklik talak adalah perjanjian yang

diucapkan suami setelah akad nikad yang dicantumkan dalam akta nikah

berupa janji talak yang digantungkan pada suatu keadaan tertentu yang

mungkin akan terjadi di masa yang akan datang.3 Taklik talak di Indonesia

sudah ada sejak dahulu, terutama dalam perkawinan yang dilaksanakan

menurut agama Islam. Meskipun pembacaan shigat taklik talak ini bersifat

sukarela, namun sudah mendarah daging hingga saat ini, seolah pembacaan

taklik talak tersebut sebuah kewajiban bagi suami.4

Adapun dalam hal suami melanggar taklik talak adalah setelah

suami akad nikah mengucapkan ikrar taklik talak: yaitu apabila saya: (1)

meninggalkan istri saya tersebut 2 (dua) tahun berturut-turut; (2) atau saya

tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya; (3) menyakiti

badan atau jasmani istri saya itu; (4) atau membiarkan (tidak

memperdulikan) istri saya itu 6 bulan lamanya. Kemudian istri saya tidak

ridha dan mengadukan halnya kepada Pengadilan Agama atau petugas yang

diberi hak mengurus pengaduan itu, dan pengaduannya dibenarkan serta

diterima oleh Pengadilan atau petugas tersebut dan istri saya itu membayar

uang sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai iwadl (pengganti

kepada saya, maka jatuhlah talak satu kepadanya).

Setelah perkara yang diajukan telah diproses oleh pengadilan,

terdapat hal terpenting dalam persidangan yaitu pada tahap pembuktian.

Menurut Subekti, hukum pembuktian adalah cara meyakinkan hakim dalam

membenarkan dalil- dalil yang dikemukan dalam persengketaan dan

3 Abdul Majid, “Putusnya Perkawinan Berdasarkan Gugatan yang Diakibatkan oleh

Pelanggaran Taklik Talak”, (Peradilan Agama Akhwal Al Syakhsiah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta: 2009), h. 58 4 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: PrenadaMedia Group, 2016, Cet. Ke-8), h. 415

Page 13: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

3

diajukan oleh pihak yang berperkara (penggugat/tergugat).5 Pembuktian

adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim

yang memeriksa suatu perkara guna memberikan kepastian tentang

kebenaran peristiwa yang dikemukakan. Pembuktian diperlukan dalam

suatu perkara yang mengadili suatu sengketa di muka pengadilan (juridicto

contentiosa) maupun dalam perkara-perkara permohonan yang

menghasilkan suatu penetapan (juridicto voluntair). Hal tersebut telah

tertuang dalam pasal 163 HIR :“Barangsiapa yang mengaku mempunyai

hak atau yang mendasarkan pada suatu peristiwa untuk menguatkan haknya

itu atau untuk menyangkal hak orang lain, harus membuktikan adanya hak

atau peristiwa itu”. Dalam pembuktian terdapat beberapa macam alat bukti

yang diatur dalam pasal 164 HIR, antara lain bukti dengan surat, bukti

dengan saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah.

Dalam proses pembuktian ini, alat bukti tertulis ditempatkan di

urutan pertama. Hal ini sesuai dengan kenyataan jenis surat atau akta dalam

perkara perdata, memegang peran yang penting. Semua kegiatan yang

menyangkut dalam bidang perdata, sengaja dicatat atau dituliskan.6 Seperti

Kartu Tanda Pengenal (KTP), Surat Nikah atau surat–surat lain yang

berkaitan dengan perkara yang diajukan. Kemudian alat bukti saksi yang

dihadirkan oleh penggugat/pemohon dengan menghadirkan 2 orang saksi.

Akan tetapi, ada beberapa orang yang tidak bisa dijadikan saksi.

Hal tersebut tercantum dalam pasal 145 (1) HIR yang menyatakan:

“ Yang tidak boleh didengar sebagai saksi adalah:

1. Keluarga sedarah atau keluarga semenda salah satu pihak dalam garis

lurus;

2. Istri atau suami salah satu pihak, meskipun sudah bercerai;

3. Anak-anak yang umurnya tidak dapat diketahui pasti, bahwa mereka

sudah lima belas tahun;

4. Orang gila, meskipun kadang-kadang ingatannya terang.”

5 I.G.A.A. Ari Krisnawati, “Diktat Kuliah, Pembuktian Perkara Perdata”, (Fakultas

Hukum Universitas Udayana: 2015), h. 4 6 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 556-557

Page 14: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

4

Larangan didengarnya saksi dari pihak keluarga, karena

dikhawatirkan mereka akan memberikan keterangan yang palsu

dipersidangan, karena disebabkan hubungan keluarga yang dekat.7

Sedangkan saksi keluarga baru dapat didengar keterangannya

apabila alasannya sebagaimana diatur dalam pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor. 9 Tahun 1975 j.o pasal 116 huruf (f) Kompilasi

Hukum Islam yaitu antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan

dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga, sebagaimana ditentukan pada pasal 76 (1) UU No 7 Tahun 1989

dan pasal 22 (2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor. 9 tahun 1975.

Dalam salah satu putusan nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr pihak istri

selaku Penggugat mengajukan saksi yang masih memiliki hubungan

kekeluargaan yaitu Paman dan Menantu Penggugat. Sementara berdasarkan

penjelasan diatas, sebagaimana kita ketahui hal tersebut dilarang dalam hal

pembuktian. Akan tetapi, menariknya disini Hakim justru tetap menerima

keterangan saksi tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dan menyajikannya dalam sebuah skripsi dengan

judul: “Saksi Keluarga Dalam Pelanggaran Taklik Talak di Pengadilan

Agama Kota Banjar.”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan beberapa permasalahan yang

berkaitan dengan tema yang dibahas. Ragam masalah yang muncul adalah

sebagai berikut:

1. Banyaknya kasus perceraian yang disebabkan oleh pelanggaran taklik

talak.

2. Banyaknya keterangan saksi keluarga dalam masalah perceraian.

7 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori

dan Praktek. (Bandung: Mandar Maju, Cet-11 2009), h. 64

Page 15: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

5

3. Terdapat pertimbangan hukum yang tetap menerima kekuatan saksi

keluarga sebagai alat bukti.

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

peneliti membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya

lebih jelas dan terarah. Peneliti membatasi pembahasan pada saksi dan

pertimbangan hukum Pengadilan Agama Kota Banjar Nomor.

535/Pdt.G/2018/PA. Bjr dimana penggugat mengajukan gugatan

perceraian dengan alasan suami melanggar taklik talak, dan pada saat

pembuktian menghadirkan pihak keluarga sebagai saksi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari identifikasi dan pembatasan masalah

diatas, selanjutnya peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pembuktian saksi dari keluarga dalam perkara perceraian

karena pelanggaran taklik talak ?

b. Apa alasan hakim menerima saksi dari pihak keluarga dalam putusan

perkara nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian:

a. Untuk mengetahui dan menganalisa pembuktian saksi dari keluarga

dalam perkara perceraian karena pelanggaran taklik talak.

b. Untuk mengetahui dan menganalisa pertimbangan hakim dalam

perkara nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr sudah sesuai hukum atau

tidak.

2. Kegunaan penelitian:

a. Memberikan penjelasan tentang cara hakim memutuskan perkara dan

metode apa saja yang digunakan dalam menetapkan perkara.

Page 16: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

6

b. Sebagai sumbangsih kepustakaan bagi mahasiswa Fakultas Syariah

dan Hukum serta masyarakat luas pada umumnya.

c. Sebagai kontribusi ilmiah dalam memperkaya khazanah kepustakaan

Islam. Khususnya dalam bidang studi Hukum Keluarga

d. Memberikan pandangan dan menambah wawasan baru dalam

persoalan fikih kontemporer yang berkaitan dengan pemanfaatan

teknologi.

E. Review Studi Terdahulu

Sebelum penentuan judul bahasan dalam skripsi ini, penulis

melakukan review kajian terdahulu yang berkaitan dengan judul yang

penulis bahas. Review kajian terdahulu yang berkaitan dengan penulis

diantaranya :

Skripsi dengan judul “Tinjauan Maqashid Al Syariah Tentang

Taklik Talaq di Indonesia” oleh Muhammad Hilman Tohari, konsentrasi

Perbandingan Madzhab Fiqh, Jurusan Perbandingan Madzhab Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Dalam

penelitian tersebut, Muhammad Hilman Tohari membahas bagaimana

pengertian taklik talak dan sejarah tentang taklik talak serta peraturannya di

Indonesia. Kemudian pandangan Maqashid Al Syariah tentang praktek

taklik talak di Indonesia.

Skripsi dengan judul “Putusnya Perkawinan Berdasarkan Gugatan

yang Diakibatkan Oleh Pelanggaran Taklik Talak (Studi Putusan Nomor:

266/Pdt.G/2006/PA. Tng)” oleh Abdul Majid, konsentrasi Peradilan Agama,

Jurusan Akhwal Syakhsiah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2009. Dalam penelitian tersebut, Abdul Majid

membahas proses pengajuan gugatan ke pengadilan dan membahas alasan

mengajukan gugatan perceraian yang disebabkan suami melanggar taklik

talak nomor 2 yaitu saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya 3 bulan

lamanya.

Page 17: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

7

Skripsi dengan judul “Saksi dari Pihak Keluarga dalam Cerai

Gugat Menurut Hukum Islam dan Hukum Acara Perdata” oleh Irvansyah,

konsentrasi Peradilan Agama, Jurusan Akhwal Syakhsiah Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Dalam penelitian

tersebut, Irvansyah membahas saksi keluarga yaitu ibu kandung sebagai

saksi dari pihak penggugat dengan alasan perceraian yaitu terjadinya

perselisihan dan percekcokan yang terus menerus.

Dari ketiga skripsi terdahulu diatas, terdapat perbedaan dengan

skripsi peneliti yaitu peneliti lebih memfokuskan alat bukti saksi dari pihak

keluarga dalam perkara pelanggaran taklik talak.

F. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarrnya adalah suatu kegiatan terencana,

dilakukan dengan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan data baru

guna membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu gejala.8

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian

sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan tersebut, penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai

aspek mengenai isu/masalah yang sedang dicoba untuk dicari

jawabannya.

Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah

pendekatan yuridis normatif yang menjelaskan tentang asas hukum atau

doktrin hukum positif yang mengadakan pendekatan undang-undang

yang telah berlaku dan memiliki kekuatan hukum tetap.9

Bentuk pendekatan yuridis normatif ini mengacu pada norma-

norma hukum yang ada pada peraturan perundang-undangan, literatur,

8 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h.2

9Irvansyah, “Saksi dari Pihak Keluarga Dalam Cerai Gugat Menurut Hukum Islam dan

Hukum Acara Perdata”, (Peradilan Agama Akhwal Al Syaksiah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010), h. 10

Page 18: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

8

pendapat dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pembuktian saksi

keluarga dalam perkara perceraian.

Penelitian yang dilakukan ini melakukan beberapa jenis

pendekatan, yaitu diantaranya:

a. Pendekatan Undang-Undang (statute approach), dilakukan dengan

menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang berkaitan dengan

isu dan permasalahan-permasalahan hukum yang sedang ditangani.

Statute Approach dalam penelitian ini adalah: Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009, Herzien Inlandch Reglement (HIR)

dan Kompilasi Hukum Islam.

b. Pendekatan Kasus (Case Approach),dilakukan dengan cara melakukan

telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu-isu dan

permasalahan-permasalahan hukum yang dihadapi yang telah menjadi

putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang

tetap. Adapun yang menjadi kajian pokok didalam pendekatan kasus

ini adalah ratio decidendi atau reasoning yaitu pertimbangan

Pengadilan untuk sampai kepada suatu putusan.10

Dalam penelitian penulis menggunakan putusan Pengadilan Agama

Kota Banjar nomor: 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr.

2. Jenis Penelitian

a. Data Penelitian

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata

variabel bukan angka.11

Data kualitatif ini adalah data yang hampir

semua menggunakan kata-kata untuk mengambarkan dan menjelaskan

fakta atau fenomena yang terjadi.

b. Sumber Data Penelitian

10

Zulfi Diane Zaini, “Implementasi Pendekatan Yuridis Normatif dan Pendekatan Yuridis

Sosiologis Dalam Penelitian Ilmu Hukum”, Pranata Hukum Volume 6, Nomor 2, (Juli: 2011), h.

129 11

Ulber Silalahi. Metode Penelitian Sosial.(Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h. 284

Page 19: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

9

Dalam melakukan penelitian ilmiah ini. Penulis menyusun

sumber data sekunder. Data sekunder yaitu data yang telah

dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah. Dalam

penelitian ini data yang digunakan adalah literatur, artikel, serta jurnal

yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti, dikaitkan dengan jenis penelitian hukum yang bersifat yuridis

normatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian adalah studi kepustakaan (library reseacrh) dengan data-data

kualitatif, yakni sumber data berupa bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan non hukum dikumpulkan berdasarkan permasalahan

dan dikaji secara komperatif agar dapat digunakan untuk menjawab suatu

pertanyaan atau memecahkan suatu permasalahan.

a. Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum utama yang akan diteliti.

Dalam penelitian hukum normatif berupa peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan memiliki kekuatan yang berlaku dan

memiliki kekuatan mengikat. Bahan hukum primer yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Putusan Pengadilan Agama Kota Banjar

Nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr.

b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang tidak mempunyai

kekuatan mengikat tetapi membahas atau menjelaskan topik terkait

dengan penelitian berupa buku-buku terkait, artikel dalam

majalah/media elektronik, laporan penelitian atau jurnal hukum.

c. Bahan Non Hukum merupakan bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan yang memiliki makna terhadap adanya bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus Hukum, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Ensiklopedia, dan lain-lain.12

12 Muhammad Jafar Siddiq, “ Kekuatan Hukum Pembuktian dari Surat Perjanjian Dibawah

Tangan Sebagai Alat Bukti Dalam Persidangan Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia”,

Page 20: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

10

4. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deduktif yaitu metode

yang dipakai untuk menganalisa data yang bersifat umum dan memiliki

unsur kesamaan sehingga digeneralisasikan menjadi kesimpulan khusus.

Analisa dilakukan dengan terlebih dahulu menjelaskan serta

membandingkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, Peraturan

Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009, HIR dan Hukum Acara Perdata secara umum lalu ditarik

kesimpulan khusus.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan

oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta Tahun 2017.

G. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan penelitian yang disusun

berdasarkan hasil konsep dan teori yang dikemukakan dalam bab tinjauan

teoritis. Gambaran yang difokuskan penulis adalah mengenai alat bukti

dalam perkara perdata, terutama mengenai alat bukti saksi. Dalam penelitian

ini ada beberapa teori yang dipaparkan sebagai acuan terhadap

permasalahan yang ada. Adapun teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

Bewijstheorie, adalah teori pembuktian yang dipakai hakim dalam

proses pembuktian dalam persidangan sebagai dasar pertimbangan

mengenai pembuktian.13

Teori pembuktian memiliki empat teori

pembuktian. Akan tetapi, dalam permasalahan ini hakim menggunakan teori

(Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta: 2018),

h. 9-1013

Eddy O.S. Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 15

Page 21: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

11

positief wettelijk bewijstheorie. Artinya, hakim benar-benar terikat secara

positif kepada alat-alat bukti menurut undang-undang. Dalam kasus ini,

pertimbangan hakim mengenai alat bukti surat dan saksi dinyatakan telah

sesuai berdasarkan pasal 165 HIR dan pasal 1868 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPer) untuk alat bukti surat. Pasal 144,145,146 dan 147

HIR untuk syarat formil dan Pasal 170, 171, 172 HIR untuk syarat materiil

alat bukti saksi.

Sedangkan, peneliti lebih memilih teori pembuktian Bewijskracht.

Yaitu kekuatan pembuktian masing-masing alat bukti. Sehingga dapat

diketahui apakah bukti tersebut relevan atau tidak dengan perkara yang

diajukan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan, skripsi ini

dibagi atas lima bab yang saling berkaitan satu sama lain.

Bab pertama, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang yang

menjadi dasar mengapa penulisan ini diperlukan, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas tentang Perceraian: pengertian perceraian

(talak), macam-macam perceraian (talak), dan hukum perceraian (talak).

Pembuktian: pengertian pembuktian, teori pembuktian secara umum, teori

beban pembuktian. Peraturan perundang-undangan mengenai pembuktian:

HIR, Rbg, KUHPerdata, dan Perma RI.

Bab ketiga, dalam bab ini membahas Putusan Pengadilan Agama

Kota Banjar Nomor.0535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

Bab keempat, analisis untuk mengetahui pembuktian saksi keluarga

dalam perkara perceraian pelanggaran taklik talak dan analisis terhadap

putusan Pengadilan Agama kota Banjar nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr.

Bab kelima, merupakan bab terakhir dari rangkaian bab-bab yang

ada dalam skripsi ini, bab ini berisi kesimpulan hasil dari penelitian yang

Page 22: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

12

dilakukan dan saran-saran yang diberikan oleh peneliti untuk peneliti

selanjutnya.

Page 23: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

13

BAB II

KONSEP UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN PEMBUKTIAN

A. Perceraian (Talak)

1. Pengertian Perceraian (Talak)

Talak berasal dari bahasa Arab, yaitu: ق berarti melepaskan إطلا

suatu ikatan perkawinan dan pembebasan.1

Menurut syara’ talak adalah:

وجية لاقاةالز إنهااءالعا اجوا وا ابطاةالز را ل حا

“Melepas ikatan tali pernikahan dan mengakhiri hubungan

suami istri.”

Adapun secara istilah para ulama berbeda-beda dalam

memberikan definisi talak. Menurut mazhab Hanafi dan Hambali talak

adalah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan

ikatan perkawinan di masa yang akan datang. Secara langsung

maksudnya adalah tanpa terkait dengan sesuatu dan hukumnya langsung

berlaku ketika ucapan talak tersebut dinyatakan oleh suami. Sedangkan,

“di masa yang akan datang” maksudnya adalah berlakunya hukum talak

tersebut tertunda oleh suatu hal.” Talak tersebut adalah talak yang

dijatuhkan dengan syarat.2

Menurut madzhab Syafi’i talak adalah pelepasan akad nikah

dengan lafal talak atau yang semakna dengan lafal itu. Sedangkan,

menurut madzhab Maliki talak adalah suatu sifat hukum yang

menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri.

Talak adalah menghilangkan suatu ikatan perkawinan antara

suami istri, sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan tersebut maka

tidak halal istri tersebut bagi suaminya.3 Talak (perceraian) ialah

lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan suami istri.

1 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adilatuhu Jilid 9, alih bahasa; Muhammad Afifi

dan Abdul Hafiz, Cet 1, Jakarta: Almahira, 2010, h.343 2 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 5, Jakarta:Ictiar Baru Van

Hoeve, 2001, h. 53. 3 H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, ( Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), h. 229-230

Page 24: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

14

Baik atas tuntutan salah satu pihak (suami/istri) atau putusan Pengadilan.

Talak adalah lepasnya ikatan antara suami istri atas dasar tuntutan salah

satu pihak atau putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan.4

Dalam Hukum Perdata, Perceraian biasa disebut dengan “Cerai

talak” dan atas putusan Pengadilan yang disebut dengan “Cerai Gugat”.

Cerai talak adalah perceraian yang dijatuhkan oleh suami kepada

istrinya, yang perkawinannya dilakukan menurut agama Islam. Cerai

gugat adalah perceraian yang diajukan oleh seorang istri kepada

suaminya yang melakukan perkawinan menurut agama Islam, dimana

gugatan perceraian tersebut diajukan ke Pengadilan Agama.5

Dasar Hukum Talak (Perceraian)

Al Qur’an

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.

tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu

berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan

dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa

keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,

Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan

oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah,

Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar

hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al

Baqarah 229).

4 Sudarto, Fikih Munakahat, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 92

5 Sudarto, Fikih Munakahat, h. 92

Page 25: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

15

Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka

hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat

(menghadapi) iddahnya (yang wajar). dan hitunglah waktu iddah itu

serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan

mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar

kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang[1482]. Itulah

hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim

terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah

Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. (QS. At-Thalaaq 1)

2. Pembagian Perceraian (Talak)

Secara garis besar, talak terbagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Talak Raj’i

Talak Raj’i yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada

istrinya yang telah digaulinya dan masih dalam masa iddah. Dalam

kondisi ini, suami memiliki hak untuk merujuknya kembali, tanpa

adanya akad nikah yang baru.6

b. Talak Bain

Talak Bain yaitu talak yang menghilangkan status hubungan

suami istri. Talak bain ini terbagi menjadi dua bagian:

1) Talak Bain Shugra, ialah talak yang menghilangkan hak-hak

rujuk dari bekas suaminya, tetapi tidak menghilangkan hak untuk

melakukan akad nikah baru kepada bekas istrinya.

Yang termasuk dalam talak bain shugra ialah:

6 H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,h. 244

Page 26: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

16

a) Talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang belum pernah

digauli (qabla dukhul)

b) Khulu’, yaitu permintaan cerai yang diminta oleh istri kepada

suaminya dengan memberikan uang atau lain-lain kepada

suami, agar ia menceraikannya.

2) Talak Bain Kubra, ialah talak yang menghilangkan hak rujuk

kepada bekas istrinya, dikarenakan suami telah menjatuhkan

talak ke 3 (tiga) atau sebanyak tiga kali kepada istrinya. Jika

mereka ingin bersama kembali. Maka bekas istri tersebut harus

menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain berhubungan suami

istri dan tanpa ada rekayasa antara bekas suami, suami baru dan

istri tersebut. Sebagian ulama berpendapat bahwa talak bain

kubra adalah segala macam yang mengandung unsur-unsur

sumpah seperti ila, zihar, dan li’an.

3. Hukum Perceraian (Talak)

Hukum talak bain shugra’:

a. Hilangnya ikatan nikah antara suami dan istri;

b. Hilangnya hak bergaul bagi suami istri;

c. Tidak saling mewarisi jika salah satu meninggal dunia;

d. Bekas istri, dalam masa iddahnya, berhak tinggal di rumah bekas

suaminya dengan pisah ranjang dan berhak mendapatkan nafkah;

e. Jika ingin rujuk, harus melakukan akad nikad dan mahar yang baru.7

Hukum talak bain kubra:

a. Hilangnya ikatan perkawinan antara suami dan istri

b. Hilangnya hak untuk bergaul bagi suami istri

c. Suami haram menikahi kembali bekas istrinya, kecuali bekas istrinya

tersebut telah menikah dengan laki-laki lain.8

7 H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,h. 246

8 Sudarto, Fikih Munakahat, h. 106

Page 27: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

17

B. Pembuktian

1. Pengertian Pembuktian

Pembuktian (Inggris: evidentiary; Belanda: bewijs) berasal dari

kata dasar bukti, yang berarti keterangan nyata; sesuatu yang menyatakan

kebenaran suatu peristiwa.9

Menurut M. Yahya Harahap, SH, pengertian pembuktian secara

luas adalah kemampuan pengugat atau tergugat memanfaatkan hukum

dan peristiwa-peristiwa yang didalilkan atau dibantahkan dalam

hubungan hukum yang diperkarakan.10

Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan pembuktian adalah

suatu upaya para pihak yang berperkara untuk meyakinkan hakim tentang

kebenaran dalil-dalil yang dikemukakannya di dalam suatu perkara yang

sedang dipersengketakan di muka pengadilan atau yang diperiksa oleh

hakim.11

Pembuktian merupakan prosedur penting dalam penerapan

hukum materiil. Membuktikan dalam arti logis adalah memberikan

kepastian atas suatu peristiwa yang dialami dan sulit dibantah

kebenarannya oleh pihak manapun, termasuk pihak lawan. Sedangkan

membuktikan secara konvensional adalah membuktikan suatu peristiwa

namun kepastiannya bersifat relatif.12

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembuktian adalah suatu kegiatan

atau proses dimana para pihak memberikan keyakinan kepada hakim

dengan menggunakan alat-alat bukti yang telah ditetapkan oleh undang-

undang.

9 M. Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: UII

Press Yogyakarta, 2013), h. 1 10

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, 239 11

Eddy O.S. Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, h. 3 12

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group. 2018),

h. 98

Page 28: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

18

2. Teori Pembuktian

Dalam hukum pembuktian terdapat beberapa parameter hukum

pembuktian, yang didalam juga terdapat teori pembuktian secara umum.

Pertama, Bewijstheorie. Bewijstheorie adalah teori pembuktikan

yang dipakai oleh hakim sebagai dasar pembuktian dalam persidangan.

Ada empat teori pembuktian yang dipakai oleh hakim.

1) Positief Wettelijk Bewijstheorie: Teori dimana hakim terikat secara

positif terhadap alat-alat bukti menurut Undang-Undang. Artinya,

kebenaran hanya didasarkan pada alat bukti semata sebagaimana yang

disebutkan dalam undang-undang. Kemudian hakim hanya memeriksa

alat bukti yang diajukan oleh para pihak. Sehingga hakim

menjatuhkan putusan tanpa memerlukan keyakinan.

2) Conviction intime: Sebelum menjatuhkan putusan, dalam proses

pembuktian hakim memerlukan keyakinannnya. Dia tidak terikat

kepada alat bukti, tetapi didasari pada keyakinan yang timbul dari hati

nurani dan sifat bijaksananya.

3) Conviction raisonee: Dasar pembuktian menurut keyakinan hakim

dalam batas-batas tertentu atas alasan yang logis. Artinya, hakim

diberi kebebasan untuk memakai alat-alat bukti disertai dengan alasan

yang logis.

4) Negatief wetterlijk bewijstheorie: Teori ini lebih dianut dalam sistem

peradilan pidana.13

Kedua, Bewijsmiddelen. Bewijsmiddelen adalah alat-alat bukti

yang digunakan untuk membuktikan telah terjadinya suatu peristiwa

hukum.

Ketiga, Bewijsvoering. Bewijsvoering diartikan sebagai

penguraian cara bagaimana menyampaikan alat-alat bukti kepada hakim

di Pengadilan. Hanya saja, penjelasan mengenai Bewijsvoering lebih

dalam pada sistem peradilan pidana.14

13

Eddy O.S. Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, h. 17-18 14

Eddy O.S. Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, h. 23

Page 29: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

19

Keempat, Bewijslast atau burden of proof. Bewijslast atau burden

of proof adalah pembagian beban pembuktian yang diwajibkan oleh

undang-undang untuk membuktikan suatu peristiwa hukum.

Kelima, Bewijskracht. Bewijskracht diartikan sebagai kekuatan

pembuktian masing-masing alat bukti dalam rangkaian penilaian

terbuktinya suatu dakwaan. Penilaian ini merupakan otoritas hakim.

Dimana hakim menilai dan menentukan kesesuaian antara alat bukti yang

satu dengan alat bukti yang lain. Sehingga kekuatan pembuktian yang

terletak pada alat bukti yang diajukan tersebut dapat diketahui relevan

atau tidaknya dalam perkara yang sedang diajukan serta mengarah pada

apakah bukti tersebut dapat diterima atau tidak.15

Keenam, Bewijs Minimmum. Bewijs Minimmum adalah bukti

minimum yang diperlukan dalam pembuktian untuk mengikat kebebasan

hakim. Dalam hukum acara perdata, minimum bukti yang diperlukan

oleh hakim untuk memutus perkara minimal adalah dua alat bukti.16

3. Teori Beban Pembuktian

a. Teori Pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloat

affirmatief).

Teori ini menyatakan bahwa siapa yang mengajukan suatu hal,

maka ia harus membuktikannya, bukan pada pihak yang

mengingkari atau yang menyangkal dalil yang diajukan oleh orang

yang mengajukan suatu hal itu. Dasar hukum teori ini adalah

pendapat yang menyatakan bahwa segala yang bersifat negatif tidak

mungkin dapat dibuktikan (negative non sunt probanda).17

b. Teori Hukum Subjektif

Teori ini bertujuan untuk mempertahankan hukum subjektif

dan merupakan pelaksana dari hukum subjektif. Untuk mengetahui

peristiwa mana yang harus dibuktikan terdapat peristiwa umum dan

15

Eddy O.S. Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, h. 24 16

Eddy O.S. Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, h. 26 17

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 244

Page 30: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

20

peristiwa khusus. Peristiwa khusus ini dibagi menjadi peristiwa

khusus yang bersifat menimbulkan hak, peristiwa khusus yang

bersifat membatalkan hak. Dalam peristiwa khusus yang bersifat

menimbulkan hak, penggugat berkewajiban membuktikan peristiwa-

peristiwa khusus yang menimbulkan hak. Sedangkan tergugat harus

membuktikan tidak adanya peristiwa-peristiwa umum dan adanya

peristiwa-peristiwa khusus yang bersifat menghalang-halangi dan

yang bersifat membatalkan hak.

Teori ini hanya dapat memberikan banyak kesimpulan yang

abstrak dan tidak dapat memberikan jawaban atas persoalan-

persoalan tentang pembuktian dalam sengketa yang bersifat

prosesuil. Kemudian tidak dapat memberikan solusi terhadap hal-hal

yang timbul dalam masalah dan sering menimbulkan ketidakadilan

karena terlalu memberi kelonggaran kepada hakim dalam

mengadakan pengalihan beban pembuktian.18

c. Teori Hukum Objektif

Apalagi seseorang mengajukan gugatan atau tuntutan hak ke

pengadilan berarti meminta kepada hakim agar menerapkan

ketentuan undang-undang hukum objektif kepada peristiwa yang

diajukan. Hakim yang memeriksa perkara tersebut hanya dapat

mengabulkan gugatan apabila unsur-unsur yang diterapkan oleh

hukum objektif ada. Atas dasar inilah beban pembuktian.19

Akan tetapi teori ini sudah lama ditinggalkan oleh para praktisi

hukum. Karena banyak hal yang tidak dapat menjawab persoalan-

persoalan hukum yang tidak diatur dalam undang-undang.

d. Teori Hukum Publik

Teori ini bertujuan untuk mencari kebenaran suatu peristiwa

terhadap suatu gugatan yang diajukan oleh penggugat dilaksanakan

18

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, h. 115 19

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 245

Page 31: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

21

berdasarkan kepentingan publik. Oleh karena itu, hakim harus diberi

kewenangan yang besar untuk mencari kebenaran di dalam hal

pembuktian dari suatu perkara.20

e. Teori Hukum Acara

Teori ini didasarkan pada asas kedudukan prosesuil yang sama

dari pihak-pihak yang berperkara di muka majelis hakim atau disebut

dengan asas audi et alteram partem. Pembebanan beban pembuktian

ini adalah sama diantara para pihak, sehingga kesempatan untuk

menang bagi para pihak juga sama, seimbang dan patut.

Teori ini banyak digunakan oleh para praktisi saat ini, karena

dianggap lebih mendekati kepada prinsip keadilan dan kebenaran.21

C. Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Pembuktian

1. HIR (Herzien Inlandsch Reglement)

HIR berasal dari IR (Inlandsch Reglement atau Reglement

Bumiputera) yang termuat dalam Stb. No. 16 jo 57 Tahun 1848. Isi dari

HIR terbagi dalam dua bagian yaitu Bagian Acara Pidana, yang diatur

dalam Pasal 1 sampai dengan Pasal 114 dan Pasal 246 sampai dengan

Pasal 371, bagian Acara Perdata, yang diatur dalam Pasal 115 sampai

dengan Pasal 245, sedangkan title ke-15 yang merupakan Peraturan

Rupa-rupa (Pasal 372 sampai dengan Pasal 394).

Ketentuan yang terdapat dalam HIR yang mengatur tentang

pembuktian diatur di Bagian kedua, Pasal 162 sampai dengan 177, Bab

IX yang berjudul Perihal Mengadili Perkara Perdata yang dilakukan oleh

Pengadilan Negeri.22

Peraturan Mengenai Pembuktian dalam Herzien Inlandsch

Reglement ini diatur dalam Pasal 144-148, 155-158, 162-165,169-177.

20

Maisara Sunge, “Beban Pembuktian dalam Perkara Perdata”, Jurnal Inovasi Volume 9

Nomor.2, (Juni:2012), h. 7. Diakses pada tanggal 30 Mei 2019, Pukul 05.36 WIB 21

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 246 22

Wiratmanto, Buku Ajar Hukum Acara Perdata, (Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, 2018), h. 10

Page 32: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

22

2. RBg (Rechtsreglement voor de Buitengewesten)

RBg yang termuat dalam Stb. No. 227 Tahun 1927 merupakan

pengganti berbagai peraturan yang berupa reglement yang tersebar dan

berlaku hanya dalam satu daerah tertentu saja seperti reglement bagi

derah Ambon, Aceh, Sumatera Barat, Pelembang, Bali, Kalimanatan,

Minahasa, dan lain-lain. Meskipun RBg berlaku untuk daerah luar Jawa

dan Madura, namun ada daerah yang dikecualikan dari berlakunya RBg

seperti daerah Irian Barat bagian selatan. Untuk saat ini, pasal-pasal yang

terdapat RBg sebagian masih tetap berlaku dan sebagian lainnya

berdasarkan UU Darurat No. 1 Tahun 1951 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Bagian acara perdata yang termuat dalam Bab II titel I, II, III, VI

dan VII untuk saat ini tidak diperlukan karena Pengadialn

Districtgerecth, Districaad, Magistraadgerecht, Residentiegerecht dan

Raad van Justitie sudah tidak ada lagi. Sedangkan titel IV dan V yang

berlaku bagi Landraad (Pengadilan Negeri) masih tetap berlaku. Hukum

pembuktian diatur dalam Titel V dalam Pasal 282 sampai dengan Pasal

341.23

3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Mengenai pengaturan hukum pembuktian selain yang terdapat

dalam HIR dan RBg, diatur juga dalam KUHPerdata yang merupakan

terjemahan dari BW (Burgerlijk Wetboek) dalam Buku IV tentang

Pembuktian bersama-sama dengan Daluwarsa yaitu dalam Pasal 1865

sampai dengan 1945 KUH Perdata.

Pengaturan hukum pembuktian dalam KUH Perdata ini

merupakan aturan hukum materiil yang disebabkan karena adanya aliran

yang ingin membedakan hukum acara dalam suatu bagian materiil, dan

karenanya juga dapat diatur dalam suatu Kitab Undang-Undang yang

23

Wiratmanto, Buku Ajar Hukum Acara Perdata, (Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, 2018), h. 10

Page 33: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

23

memuat hukum perdata.24

Buku IV bab I- pembuktian pada umumnya,

bab II- pembuktian dengan tulisan pasal 1867-1894, bab III- pembuktian

dengan saksi-saksi pasal 1895-1912, bab IV- pembuktian dengan

persangkaan pasal 1915-1922, bab V- pembuktian dengan pengakuan

pasal 1923-1928, dan bab VI- pembuktian dengan sumpah di hadapan

hakim pasal 1929-1945.25

4. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) RI

Perma merupakan peraturan yang berisi ketentuan bersifat hukum

acara sebagaimana dimaksud Lampiran Keputusan Ketua Mahkamah

Agung RI Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011. Tanggal 05 Januari 2011,

kedudukan Perma diatur dalam Pasal 79 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU MA). Perma berdasarkan

Undang-Undang tersebut berperan untuk mengisi kekosongan hukum

terhadap materi yang belum diatur dalam undang-undang. Mahkamah

Agung sebagai lembaga yudikatif diberikan kewenangan yang bersifat

atributif untuk membentuk suatu peraturan. Kewenangan ini dibatasi

dalam penyelenggaraan peradilan.26

Perma RI juga merupakan salah satu

objek dan hasil dari kegiatan fungsi pengaturan yang dimiliki oleh

Mahkamah Agung berdasarkan ketentuan Pasal 79 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 1985. Mengenai pembuktian perdata, Perma RI Nomor.

5 Tahun 2015 mengaturnya dalam pasal 11-13. 27

24

Wiratmanto, Buku Ajar Hukum Acara Perdata, (Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, 2018), h. 12

25

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek,

(Jakarta: 2014, Cet-41), h. 475-490 26

Nur Solikin,“Mencermati Pembentukan Peraturan Mahkamah Agung”, dalam Jurnal

Rechtsvinding, Februari 2017, hal. 2 27

Ronald S. Lumbuun, PERMA RI Wujud Kerancuan Antara Praktik Pembagian dan

Pemisahan Kekuasaan, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 2011), h. 6

Page 34: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

24

BAB III

TINJAUAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA BANJAR

TERHADAP PERCERAIAN PELANGGARAN TAKLIK TALAK

(No. 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr)

A. Duduk Perkara

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan duduk

perkara nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr dengan suatu kasus seperti berikut:

Pada hari Senin tanggal 01 Desember 2008 Penggugat dengan

Tergugat melangsungkan pernikahan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah

Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjar, Kota Banjar, dengan kutipan

Akta Nikah Nomor : xxx/xx/xxx tertanggal 01 Desember 2008.

Kemudian setelah akad nikah terlaksana, Tergugat mengucapkan

Sighat taklik yaitu: “Selanjutnya saya membaca sighat taklik talak atas istri

saya itu sebagai berikut: Sewaktu-waktu saya: 1. Meninggalkan istri saya

tersebut dua tahun berturut-turut; 2. Atau saya tidak memberi nafkah wajib

kepadanya tiga bulan lamanya; 3. Atau saya menyakiti badan/jasmani istri

saya itu; 4. Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) istri saya itu

enam bulan lamanya. Kemudian istri saya tidak ridha dan mengadukan

halnya kepada Pengadilan Agama atau petugas yang diberi hak mengurus

pengaduan itu, dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh

Pengadilan atau petugas tersebut dan istri saya itu membayar uang sebesar

Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai iwadl (pengganti kepada saya,

maka jatuhlah talak satu kepadanya).

Setelah pernikahan, Penggugat dan Tergugat tinggal bersama di

rumah saudara Penggugat, pada awalnya kondisi rumah tangga antara

Penggugat dengan Tergugat berjalan harmonis hingga dikaruniai seorang

anak perempuan yang saat ini telah berusia 8 tahun.

Pada bulan Januari 2012 rumah tangga Penggugat dan Tergugat

mulai goyah karena terjadinya perselisihan dan pertengkaran. Perselisihan

dan pertengkaran tersebut dikarenakan Tergugat tidak memberikan nafkah

ekonomi, sehingga sering menjadi bahan percekcokan yang terus menerus.

Puncak dari perselisihan dan pertengkaran tersebut terjadi pada pertengahan

Page 35: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

25

tahun 2012, dimana Tergugat pergi dari rumah dan tidak kembali sampai

saat ini. Penggugat mencoba memusyawarahkan dengan pihak keluarga

Penggugat untuk mengatasi permasalahan dan kemelut rumah tangga yang

dihadapi demi menyelamatkan perkawinannya. Namun usaha tersebut tidak

membuahkan hasil.

Tindakan Tergugat yaitu membiarkan Penggugat dengan tidak

memberikan nafkah lahir maupun batin, sehingga Penggugat tidak ridha atas

tindakan dan perilaku Tergugat. Oleh karena itu, Tergugat telah melanggar

janji Taklik Talak yang di ikrarkan saat akad nikah. Tergugat telah

melanggar point 1, 2, dan 4 yaitu: meninggalkan istri dua tahun berturut-

turut, tidak memberi nafkah wajib tiga bulan lamanya, dan membiarkan

(tidak memperdulikan) selama 6 tahun.

Dalam petitumnya Penggugat memohon kepada Pengadilan Agama

Kota Banjar untuk mengabulkan gugatan penggugat dengan menyatakan

syarat taklik talak telah terpenuhi, menjatuhkan talak satu khul’I Tergugat

terhadap Penggugat, membebankan biaya perkara menurut hukum, dan

apabila majelis hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.1

B. Pemeriksaan Perkara

Dalam menindaklanjuti perkara tersebut, Pengadilan memanggil

para pihak untuk hadir dalam persidangan yang telah ditetapkan oleh

Pengadilan. Pihak Penggugat hadir didampingi oleh kuasanya yang sah

berdasarkan surat kuasa yang telah terdaftar di register Kepaniteraan

Pengadilan Agama Kota Banjar. Sedangkan pihak Tergugat tidak hadir dan

tidak menyuruh orang lain untuk menghadap sebagai wakilnya yang sah.

Meskipun Tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut melalui mass

media.

Pemeriksaan dimulai dengan dibacakan surat gugatan penggugat

dan kemudian pembuktian atas dalil-dalil yang digugat dengan mengajukan

alat-alat bukti yang berupa: Bukti pertama yaitu: Surat. Surat tersebut berisi

1 Salinan Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr, h. 3

Page 36: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

26

fotokopi Kartu Tanda Penduduk penggugat dengan NIK xxxxxxx.

Kemudian fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor xxx/x/xx/xxxx.

Bukti kedua, yaitu: Saksi. Dalam pembuktian selanjutnya,

Penggugat membawa dua orang saksi dalam persidangan. Saksi diperiksa

satu persatu oleh Majelis. Saksi pertama berusia 80 tahun. Dibawah

sumpahnya, ia menyatakan bahwa saksi adalah paman Penggugat.

Saksi kedua berusia 39. Dibawah sumpahnya, ia menyatakan

bahwa saksi adalah menantu Penggugat sejak tahun 2002.

Dalam keterangannya, para saksi menyatakan bahwa saksi pertama

hadir saat Penggugat dan Tergugat menikah dan ia mendengar Tergugat

mengucapkan sighat taklik talak setelah ijab qabul. Sedangkan saksi kedua

tidak hadir dalam pernikahan Penggugat dan Tergugat, namun saksi

mengetahui bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri. Setelah

pernikahan Penggugat dan Tergugat tidak pernah bercerai. Kemudian para

saksi juga tidak pernah melihat dan mendengar Penggugat dan Tergugat

bertengkar. Namun pada tahun 2012 Tergugat pergi meninggalkan

Penggugat, yang hingga saat ini Tergugat tidak pernah kembali ke Banjar

dan sudah tidak tinggal bersama dengan Penggugat. Mereka tidak

mengetahui alasan Tergugat meninggalkan Penggugat. Sejak kepergiannya,

Tergugat tidak pernah memberi kabar kepada Penggugat. Kemudian

Penggugat beserta keluarga mencari Tergugat ke keluarga dan teman-

temannya, namun tidak berhasil. Selama kepergiannya, Tergugat tidak

pernah mengirim atau memberi nafkah kepada Penggugat dan tidak ada

harta atau usaha yang ditinggalkan oleh Tergugat. Sehingga Penggugat yang

menanggung dan membiayai kebutuhan hidupnya dan anak-anak

Penggugat. Saksi pernah memberi nasehat kepada Penggugat agar tetap

bertahan dan bersabar. Namun penggugat tetap ingin bercerai sehingga

upaya perdamaian sudah tidak dapat diupayakan lagi.2

2 Salinan Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr, h. 4-7

Page 37: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

27

C. Pertimbangan Hukum

Sebelum menjatuhkan putusan dalam perkara ini, majelis hakim

membuat beberapa pertimbangan hukum yaitu:

1) Berdasarkan Pasal 49 ayat (1) dan (2) serta penjelasan Pasal 49

ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan keduanya

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka perkara ini

termasuk kompetensi absolut Pengadilan Agama.

2) Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan

Penggugat hadir sendiri di persidangan beserta kuasanya,

sedangkan Tergugat tidak hadir menghadap di persidangan dan

tidak pula mengutus orang lain untuk datang sebagai wakil atau

kuasanya yang sah, meskipun telah dipanggil secara resmi dan

patut berdasarkan Pasal 125 HIR j.o. Pasal Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 melalui Mass Media (Radio CA Kota

Banjar), sehingga gugatan Penggugat dapat diperiksa secara

verstek.

3) Penggugat telah melangsungkan perkawinan dengan Tergugat

secara Hukum Islam dan telah tercatat pada Kantor Urusan

Agama dengannya antara Penggugat dengan Tergugat telah

menjalin hubungan suami istri sah sebagaimana maksud dalam

Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, maka Penggugat dan Tergugat dalam perkara ini

merupakan pihak yang memiliki kepentingan hukum, oleh

karena itu Penggugat dinyatakan sebagai orang yang berhak

untuk mengajukan gugatan perceraian terhadap Tergugat dalam

perkara ini (persona stand in judicio).

4) Gugatan Penggugat adalah berdasarkan pelanggaran taklik talak

yang dilakukan oleh Tergugat, karena sejak tahun 2012

Tergugat pergi meninggalkan Penggugat dan berpisah tempat

Page 38: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

28

tinggal dengan Penggugat hingga sekarang dan selama berpisah

Tergugat tidak pernah memberi nafkah lahir maupun bathin

serta tidak memperdulikan Penggugat bahkan keberadaan

Tergugat tidak diketahui keberadaannya.

5) Perkara ini diperiksa tanpa hadirnya Tergugat (secara verstek),

namun berdasarkan Pasal 125 ayat (1) HIR, putusan yang

dijatuhkan tanpa hadirnya Tergugat dapat dikabulkan sepanjang

berdasarkan hukum dan beralasan, oleh karena itu Majelis

membebani Penggugat untuk membuktikan dalil-dalil

gugatannya.

6) Penggugat telah mengajukan alat bukti surat berupa P.1 dan P.2

serta dua orang saksi. Bukti P.1 ini berupa fotokopi Kartu Tanda

Penduduk yang dinyatakan cocok, sehingga dapat memenuhi

syarat formil dan materil sebagaimana ketentuan dalam Pasal

165 HIR dan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Bukti P.1 juga merupakan akta otentik sehingga mempunyai

nilai pembuktian yang sempurna (volledig) dan mengikat

(bindende). Sehingga dapat diterima sebagai bukti dalam

perkara ini dan dapat dipertimbangkan.

7) Bukti P.2 berupa fotokopi kutipan akta nikah yang telah

bermaterai, kemudian dicocokkan dengan aslinya dan

dinyatakan cocok, sehingga bukti P.2 telah memenuhi syarat

formil dam materil sebagaimana ketentuan dalam Pasal 165 HIR

dan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Bukti

P.2 juga merupakan akta otentik sehinggga mempunyai nilai

pembuktian yang sempurna (volledig) dan mengikat (bindende),

berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam bahwa

pernikahan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang

dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah, maka terbukti bahwa

Penggugat dan Tergugat adalah suami istri yang sah dan belum

pernah bercerai setelah Tergugat membaca sighat taklik talak.

Page 39: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

29

8) Penggugat mengajukan dua orang saksi, yaitu dibawah

sumpahnya, kedua orang saksi tersebut telah memenuhi syarat

formil sebagaimana ketentuan dalam Pasal 144, 145, 146 dan

147 HIR. Kemudian keterangan yang diberikan oleh para saksi

memiliki sumber pengetahuan yang jelas, serta antara

keterangan dari kedua saksi Penggugat saling bersesuaian dan

mendukung dalil-dalil gugatan Penggugat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 170, 171 dan 172 HIR, sehingga telah

memenuhi syarat materiil pembuktian saksi, dan dapat

dipertimbangkan lebih lanjut.

9) Dalam keterangannya di persidangan para saksi menerangkan

bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri sah yang pada

awalnya kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat

harmonis, namun kemudian rumah tangga Penggugat dan

Tergugat tidak rukun. Kemudian, rumah tangga Penggugat dan

Tergugat tidak rukun karena Tergugat pergi meninggalkan

Penggugat 6 tahun lamanya dan selama itu Tergugat tidak

pernah kembali ke kediaman bersama serta tidak ada nafkah

yang seharusnya diberikan Tergugat kepada Penggugat.

Tergugat juga tidak meninggalkan harta yang dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan Tergugat

sudah tidak mengurus, membiarkan dan tidak memperdulikan

Penggugat lagi bahkan Tergugat sudah tidak diketahui

keberadaannya hingga saat ini. Para saksi telah menasehati

Penggugat agar tetap bersabar mempertahankan rumah

tangganya namun Penggugat tetap ingin bercerai dengan

Tergugat.

10) Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka alasan

perceraian Penggugat tidak melawan hak dan beralasan. Selain

itu terbukti Tergugat melanggar Pasal 34 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan serta telah memenuhi

Page 40: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

30

ketentuan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 116 huruf (g) Kompilasi

Hukum Islam, sehingga gugatan Penggugat dalam petitumnya

dapat dikabulkan dengan menjatuhkan talak satu khul’i Tergugat

terhadap Penggugat dengan iwadh sebesar Rp. 10.000,-

(Sepuluh ribu rupiah).

11) Perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka sesuai

ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang

Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, biaya perkara

dibebankan kepada Penggugat.

D. Putusan

Majelis hakim memutuskan perkara ini dengan amar sebagai berikut:

1. Menyatakan bahwa Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut

untuk menghadap di persidangan tidak hadir;

2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan Verstek;

3. Menjatuhkan talak satu Khul’i Tergugat terhadap Penggugat dengan

membayar iwadl Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah);

4. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara

sejumlah Rp. 311.000 (tiga ratus sebelas ribu rupiah).3

3 Salinan Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA. Bjr, h. 13

Page 41: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

31

BAB IV

PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA BANJAR MENGENAI SAKSI

KELUARGA DALAM PERKARA PERCERAIAN PELANGGARAN

TAKLIK TALAK

A. Analisis Terhadap Pembuktian Saksi Keluarga Dalam Perkara

Perceraian Pelanggaran Taklik Talak

Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan

sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1874

tentang Perkawinan jo. Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, yaitu:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,

dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

karena hal lain diluar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;

f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga.

g. Suami melanggar taklik talak;

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidakrukunan dalam rumah tangga.1

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

melanggar taklik talak adalah salah satu alasan perceraian yang dapat

diajukan ke Pengadilan Agama.

Untuk menguatkan alasan perceraian serta fakta-fakta yang terjadi.

Maka Penggugat harus membuktikan dengan alat-alat bukti yang telah

ditentukan oleh Undang-Undang, minimal dua alat bukti. Pembuktian

adalah cara menyakinkan hakim atas perkara yang ajukan dalam

persidangan

1 Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2017 Cet-7) h. 33-34

Page 42: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

32

sehingga masalah yang dialami oleh penggugat atau tergugat dapat nilai

apakah benar memiliki kekuatan atau tidak.2

Pembuktian merupakan tahap yang paling penting dalam

pemeriksaan di persidangan. Karena hasil dari pembuktian itu akan

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memutus perkara.

Pembuktian bertujuan untuk memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa /

fakta yang diajukan itu benar-benar terjadi, guna mendapatkan putusan

hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat menjatuhkan suatu putusan

sebelum nyata baginya bahwa peristiwa/fakta tersebut benar-benar terjadi,

yakni dibuktikan kebenaranya, sehingga nampak adanya hubungan hukum

antara para pihak.3

Dalam persidangan di Pengadilan, biasanya Penggugat mengajukan

dua alat bukti, yaitu: Alat bukti surat dan alat bukti saksi. Menurut Sudikno

Mertokusumo, SH. Alat bukti surat adalah segala sesuatu yang memuat

tanda baca yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau menuangkan

isi pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian. Dalam perkara

perdata alat bukti (pembuktian) yang utama adalah tulisan.4

Surat yang dijadikan sebagai alat bukti tertulis ini dibedakan

menjadi akta dan surat bukan akta. Akta adalah suatu tulisan dalam bentuk

surat yang dibuat dengan sengaja sebagai bukti tentang peristiwa yang

ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan. Dalam proses pemeriksaan di

Pengadilan, penggugat mengajukan alat bukti surat berupa: Kartu Tanda

Penduduk (KTP) dan Buku Nikah sebagai akta otentik yang sah.5

Alat bukti kedua yaitu Saksi. Saksi adalah orang yang memberi

kepastian di hadapan Hakim dalam persidangan tentang peristiwa yang

dipersengketakan oleh para pihak dengan cara memberitahukan secara lisan

2 Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018),

h. 98 3 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2004, Cet-V), h.141 4 Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Balai Pustaka, 2015 Cet-19), h. 19

5 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 254

Page 43: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

33

dan pribadi. Pada dasarnya pembuktian dengan saksi, baru dapat diperlukan

apabila alat bukti surat kurang lengkap atau bahkan tidak ada. Keterangan

saksi yang dapat dijadikan alat bukti yang sah menurut hukum sebagaimana

yang disebutkan dalam Pasal 164 HIR dan Pasal 284 R.Bg harus terbatas

pada peristiwa-peristiwa yang dialami, dilihat atau didengar sendiri, dan

harus disertai alasan-alasan bagaimana ia mengetahui peristiwa-peristiwa

yang diterangkannya. Keterangan yang diberikan oleh seorang saksi

haruslah kejadian yang telah dialami sendiri, bukan pendapat ataupun

dugaan yang diperoleh secara berpikir, karena pendapat dan dugaan

bukanlah termasuk dalam suatu kesaksian. Bukti saksi diperlukan untuk

mendukung dan menguatkan dalil-dalil yang menjadi dasar pendirian

masing-masing para pihak. 6

Dalam kesaksian terdapat dua keadaan dimana ia dapat dikatakan

sebagai saksi. Pertama, saksi-saksi yang secara kebetulan melihat atau

mengalami sendiri peristiwa atau kejadian yang harus dibuktikan

kebenaraannya di dalam persidangan. Kedua, saksi-saksi yang memang

dengan sengaja dihadirkan dan diminta menyaksikan suatu peristiwa atau

perbuatan hukum yang sedang dilangsungkan. Misalnya, menyaksikan akad

nikah, pembagian warisan, jual beli tanah, dan lain sebagainya.7

Dalam mengajukan alat bukti saksi terdapat dua syarat yang harus

dipenuhi, yaitu: syarat formil dan syarat materiil.

Syarat formal alat bukti saksi:

1) Orang yang cakap

Orang yang cakap adalah orang yang tidak dilarang menjadi saksi

menurut Pasal 145 HIR, Pasal 172 RBg, dan Pasal 1909 KUH Perdata,

antara lain pertama, keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak

yang berperkara menurut garis lurus. Kedua, suami atau istri dari salah

satu pihak meskipun sudah bercerai. Ketiga, anak-anak yang belum

cukup berumur 15 tahun. Keempat, orang gila, meskipun terkadang

6 Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, h. 128

7 Subekti, Hukum Pembuktian, h. 37

Page 44: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

34

ingatannya terang. Kelima, orang yang selama proses perkara sidang

berlangsung dimasukkan dalam tahanan atas perintah hakim (Pasal

1912 KUH Perdata).8

Golongan orang yang dianggap tidak mampu menurut hukum

terbagi menjadi dua macam, ada yang bersifat mutlak dan ada yang

bersifat relatif. Golongan orang yang dianggap tidak mampu secara

mutlak adalah keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut

keturunan yang lurus dari salah satu pihak dan suami atau istri dari

salah satu pihak, meskipun sudah bercerai. Alasan larangan keluarga

dijadikan saksi didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka itu tidak

cukup objektif dalam memberi keterangan. Kemudian menjaga

hubungan kekeluargaan agar tetap baik. Untuk mencegah terjadinya

pertengkaran yang membuat mereka saling dendam.9 Sedangkan

golongan orang yang dianggap tidak mampu secara relatif adalah anak-

anak yang belum mencapai umur 15 tahun dan orang gila, meskipun

ingatannya terkadang terang atau sehat.10

2) Memberikan keterangan di depan sidang pengadilan.

Alat bukti saksi hanya dapat disampaikan dan diberikan di depan sidang

Pengadilan, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 144 HIR, pasal 171

RBg dan Pasal 1905 KUH Perdata. 11

3) Diperiksa satu per satu

Syarat ini diatur dalam pasal 144 ayat (1) HIR dan Pasal 171 ayat

(1) Rbg. Menurut ketentuan ini, terdapat beberapa prinsip yang harus

dipenuhi agar keterangan saksi yang diberikan sah sebagai alat bukti.

Hal yang harus dilakukan dengan cara, pertama menghadirkan saksi

dalam persidangan satu per satu, kedua memeriksa identitas saksi, dan

ketiga menanyakan hubungan saksi dengan para pihak yang berperkara.

8 Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, h. 129

9 Teguh Samudera, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, h. 67

10 Sulaikin Lubis, dkk, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, h. 139

11 Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, h. 129

Page 45: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

35

Berdasarkan Pasal 146 ayat (1) HIR dan 174 ayat (1) R. Bg, ada

kelompok orang yang berhak mengundurkan diri kesediaannya untuk

diperiksa sebagai saksi. Yaitu saudara dan ipar dari salah satu pihak

yang berperkara, keluarga istri atau suami dari kedua belah pihak

sampai derajat kedua, orang-orang karena jabatannya diharuskan

menyimpan rahasia jabatan.12

4) Mengangkat atau mengucapkan sumpah menurut agama yang

dipeluknya.

Syarat formil yang dianggap sangat penting ialah mengucapkan

sumpah di depan persidangan, yang berisi pernyataan bahwa akan

menerangkan apa yang sebenarnya atau voir dire, yakni berkata benar

dengan bersumpah/berjanji menurut agamanya.13

Sedangkan syarat materiil alat bukti saksi:

1) Keterangan yang diberikan mengenai peristiwa yang terjadi dialami,

didengar dan dilihat sendiri oleh saksi.

Apabila saksi tidak mengalami, mendengar atau melihat sendiri,

maka keterangan yang diberikan saksi tidak memenuhi syarat materiil.

Keterangan saksi tersebut dalam hukum pembuktian disebut dengan

testimonium de auditu. Sehingga keterangan yang diberikannya tersebut

tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian.

Menurut Pasal 169 HIR dan Pasal 1905 KUHPerdata, keterangan

dari seorang saksi saja tidak dapat dipercaya (unus testis nullus testis),

sehingga minimal dua saksi harus dipenuhi atau ditambah alat bukti

lain.14

12

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 264 13

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, h. 129 14

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 263

Page 46: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

36

2) Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan yang jelas

Keterangan yang diberikan oleh saksi harus berdasarkan alasan

mempunyai sumber pengetahuan yang jelas. Ketentuan ini didasarkan

pada pasal 171 ayat (1) HIR dan Pasal 308 ayat (1) R.Bg.15

3) Keterangan saling bersesuaian

Keterangan yang diberikan oleh saksi harus saling bersesuaian satu

dengan yang lain atau alat bukti yang sah. Saling bersesuaian ini diatur

dalam Pasal 170 HIR dan Pasal 1908 KUH Perdata. Keterangan saksi

yang bernilai sebagai alat bukti, hanya terbatas pada keterangan yang

saling bersesuaian atau mutual onfir.16

Pada prinsipnya, pembuktian dengan saksi diperbolehkan dalam

segala hal, kecuali jika Undang-Undang menentukan lain. Sebagaimana

ditegaskan dalam Pasal 1895 KUH Perdata yang berbunyi:

“Pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang

tidak dikecualikan oleh Undang-Undang”.

Dalam Pasal 76 (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 terdapat

pengecualian mengenai kesaksian dari pihak keluarga, yaitu:

“Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka

untuk mendapatkan putusan perceraian harus didengar dari keluarga atau

orang-orang yang dekat dengan suami istri.”

Kemudian Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, yaitu:17

1) “Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam Pasal 19 huruf f,

diajukan kepada Pengadilan di tempat kediaman tergugat.

2) “Gugatan tersebut dalam ayat (1) dapat diterima apabila telah cukup

jelas bagi Pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan

pertengkaran itu dan setelah mendengar pihak keluarga serta orang-

orang yang dekat dengan suami-istri itu.”

15

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, h. 130 16

M. Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia, h. 72 17

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 227

Page 47: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

37

Dari penjelasaan diatas, menurut penulis dapat diartikan bahwa

saksi keluarga baru dapat didengar keterangannya apabila alasan

perceraiannya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 j.o Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum

Islam, yaitu:

“Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga.”

Diluar alasan perselisihan dan pertengkaran yang terus-menerus

kembali ke Pasal 145 HIR.

B. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kota Banjar Nomor

535/Pdt.G/2018/PA. Bjr

Dalam perkara nomor 535/Pdt. G/2018/ PA. Bjr yang telah

dijelaskan secara rinci dapat dilihat bahwa alasan Penggugat mengajukan

gugatannya ke Pengadilan yaitu karena Tergugat telah melanggar sighat

taklik talak yang diucapkannya sewaktu akad nikah yaitu angka 1, 2 dan

angka 4 (meninggalkan istri dua tahun berturut-turut, tidak memberi nafkah

wajib selama 3 bulan lamanya dan membiarkan atau tidak memperdulikan 6

bulan lamanya).

Dalam kasus ini Penggugat mengajukan alat bukti tulis serta

mendatangkan dua orang saksi. Alat bukti tulis ini secara syarat formil dan

materiil telah memenuhi syarat sebagaimana ketentuan dalam Pasal 165

HIR dan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kemudian saksi-saksi yang didatangkan oleh Penggugat adalah dua

orang saksi, dimana saksi tersebut masih memiliki hubungan keluarga

dengan Penggugat, yaitu paman Penggugat dan menantu Penggugat.

Dalam pertimbangan hukum, majelis hakim menerima para saksi tersebut

dengan alasan telah memenuhi syarat formil sebagaimana ketentuan dalam

Page 48: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

38

Pasal 144, 145, 146 dan 147 HIR serta telah memenuhi syarat materiil

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170, 171 dan 172 HIR.

Menurut penulis, Putusan Pengadilan Agama Kota Banjar dalam

perkara nomor 535/Pdt/G/2018/PA. Bjr ini hakim salah menerapkan hukum.

Karena hakim tidak memperhatikan ketentuan Pasal 145 HIR, yaitu:

“Yang tidak boleh didengar sebagai saksi adalah:

1. Keluarga sedarah atau keluarga semenda salah satu pihak dalam garis

lurus;

2. Istri atau suami salah satu pihak, meskipun sudah bercerai;

3. Anak-anak yang umurnya tidak dapat diketahui pasti, bahwa mereka

sudah lima belas tahun;

4. Orang gila, meskipun kadang-kadang ingatannya terang.”

Seharusnya Pengadilan Agama Kota Banjar menolak gugatan

Penggugat karena dalam pembuktian saksi salah satu syarat formil

mengandung cacat, sehingga mengakibatkan alat bukti itu tidak sah sebagai

alat bukti saksi. Meskipun syarat materiil terpenuhi, akan tetapi hukum tidak

menolerirnya,18

sehingga dapat dikatakan bahwa Penggugat tidak dapat

membuktikan dalil-dalil gugatannya.

Akan tetapi, jika dilihat dari data perceraian akibat suami

melanggar taklik talak di Pengadilan Agama Kota Banjar, terdapat beberapa

perkara yang dalam proses pembuktiannya mengajukan saksi keluarga:19

NO NOMOR PERKARA

HUBUNGAN

SAKSI

DENGAN

PENGGUGAT

PERTIMBANGAN

HAKIM

MENERIMA

SAKSI

1. 535/Pdt.G/2018/ PA. Bjr

Paman dan

Menantu

Penggugat

Karena para saksi

telah memenuhi

syarat formil

sebagaimana

18

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, h. 633 19

Sumber berasal dari bagian Panitera Pengadilan Agama Kota Banjar.

Page 49: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

39

ketentuan Pasal

144, 145, 146, 147

HIR dan telah

memenuhi syarat

materiil

sebagaimana pasal

170, 171 dan 172

HIR.

2. 122/Pdt. G/ 2018/PA. Bjr

Saudara Sepupu

dan Adik

Kandung

Penggugat

Karena para saksi

telah memenuhi

syarat formil

sebagaimana

ketentuan Pasal

144, 145, 146, 147

HIR dan telah

memenuhi syarat

materiil

sebagaimana pasal

170, 171 dan 172

HIR.

3. 321/Pdt. G/2017/ PA. Bjr

Adik Kandung

dan Keponakan

Penggugat

Karena para saksi

telah memenuhi

syarat formil

sebagaimana

ketentuan Pasal

144, 145, 146, 147

HIR dan telah

memenuhi syarat

materiil

sebagaimana pasal

Page 50: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

40

170, 171 dan 172

HIR.

4. 500/Pdt. G/2018/PA. Bjr

Saudara Sepupu

dan Keponakan

Penggugat

Karena para saksi

telah memenuhi

syarat formil

sebagaimana

ketentuan Pasal

144, 145, 146, 147

HIR dan telah

memenuhi syarat

materiil

sebagaimana pasal

170, 171 dan 172

HIR.

5. 196/Pdt. G/2019/PA. Bjr Paman

Penggugat

Karena para saksi

telah memenuhi

syarat formil

sebagaimana

ketentuan Pasal

144, 145, 146, 147

HIR dan telah

memenuhi syarat

materiil

sebagaimana pasal

170, 171 dan 172

HIR.

Page 51: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

41

Dari penguraian diatas menjelaskan bahwa dalam pertimbangannya

hakim tetap menerima saksi yang masih memiliki hubungan kekeluargaan

dengan Penggugat. Hal ini menarik untuk dilakukan analisis.

Menurut penulis, berdasarkan penjelasan diatas. Hakim Pengadilan

Agama Kota Banjar sebelum memberi pertimbangan serta putusan. Dalam

hal pembuktian, hakim memberikan beban pembuktian yang merupakan

kewajiban salah satu pihak untuk membuktikan fakta-fakta yang

dikemukakan dalam persidangan. Fakta-fakta tersebut dikemukakan dalam

persidangan untuk meyakinkan hakim bahwa hal itu adalah benar.20

Beban pembuktian ini diatur dalam Pasal 163 HIR dan pasal 1865

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:

“Setiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu

peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak

orang lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang

dikemukakan itu.”

Dalam beban pembuktian terdapat beberapa teori beban

pembuktian yang dapat dijadikan pedoman bagi hakim, terutama hakim

Pengadilan Agama Kota Banjar dalam memeriksa perkara ini. Adapun teori

yang digunakan yaitu:

1. Teori Pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloat affirmatief).

Teori ini menyatakan bahwa siapa yang mengajukan suatu hal,

maka ia harus membuktikannya, bukan pada pihak yang mengingkari

atau yang menyangkal dalil yang diajukan oleh orang yang mengajukan

suatu hal itu. Dasar hukum teori ini adalah pendapat yang menyatakan

bahwa segala yang bersifat negatif tidak mungkin dapat dibuktikan

(negative non sunt probanda).21

20

Teguh Samudera, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, h. 117 21

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 244

Page 52: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

42

2. Teori Hukum Publik

Bertujuan untuk mencari kebenaran suatu peristiwa terhadap suatu

gugatan yang diajukan oleh penggugat dilaksanakan berdasarkan

kepentingan publik. Hakim harus diberi kewenangan yang besar untuk

mencari kebenaran di dalam hal pembuktian dari suatu perkara.22

3. Teori Hukum Acara

Teori ini didasarkan pada asas kedudukan prosesuil yang sama

dari pihak-pihak yang berperkara di muka majelis hakim atau disebut

dengan asas audi et alteram partem. Pembebanan beban pembuktian ini

adalah sama diantara para pihak, sehingga kesempatan untuk menang

bagi para pihak juga sama, seimbang dan patut.

Jika rumusan teoritis ini dihubungkan dengan praktik yang terjadi

di Peradilan Agama, maka akan ditemukan mekanisnme beban

pembuktian sebagai berikut:

1) Beban pembuktian dibebankan kepada Penggugat

2) Beban pembuktian ditentukan sendiri oleh undang-undang

3) Beban Pembuktian dibagi dalam hal-hal tertentu. 23

Karena pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan

penting dalam proses persidangan, maka terdapat teori pembuktian secara

umum yang dapat digunakan oleh hakim.

Dalam hal ini hakim Pengadilan Agama Kota Banjar

menggunakan teori Positief Wettelijk Bewijstheorie: Teori dimana hakim

terikat secara positif terhadap alat-alat bukti menurut Undang-Undang.

Artinya, kebenaran hanya didasarkan pada alat bukti semata sebagaimana

yang disebutkan dalam undang-undang. Kemudian hakim hanya memeriksa

alat bukti yang diajukan oleh para pihak. Sehingga hakim menjatuhkan

22Maisara Sunge, “Beban Pembuktian dalam Perkara Perdata”, Jurnal Inovasi Volume 9

Nomor.2, (Juni:2012), h. 7. Diakses pada tanggal 30 Mei 2019, Pukul 05.36 WIB 23

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 246

Page 53: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

43

putusan tanpa memerlukan keyakinan. 24

Hal ini dapat diliat dalam

pertimbangan hukum mengenai saksi, yaitu:

“Menimbang bahwa Penggugat mengajukan dua orang saksi, yaitu

dibawah sumpahnya, kedua orang saksi tersebut telah memenuhi syarat

formil sebagaimana ketentuan dalam Pasal 144, 145, 146 dan 147 HIR.”

Sedangkan menurut penulis, dalam kasus saksi keluarga dalam

perkara perceraian karena taklik talak ini teori yang lebih tepat adalah teori

Bewijskracht, yaitu dapat diartikan sebagai kekuatan pembuktian masing-

masing alat bukti dalam rangkaian penilaian terbuktinya suatu dakwaan.

Penilaian ini merupakan otoritas hakim. Dimana hakim menilai dan

menentukan kesesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang

lain. Sehingga kekuatan pembuktian yang terletak pada alat bukti yang

diajukan tersebut dapat diketahui relevan atau tidaknya dalam perkara yang

sedang diajukan serta mengarah pada apakah bukti tersebut dapat diterima

atau tidak.25

Jadi hakim tidak hanya terfokus dan terikat pada alat-alat bukti

menurut Undang-Undang saja, tetapi harus melihat kekuatan pembuktian

dari alat bukti tersebut. Terutama dalam alat bukti saksi, dimana terdapat

beberapa orang yang dilarang untuk dijadikan saksi.

Hakim di dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara

berkewajiban melakukan tindakan berupa mengkonstatir, mengkualifikasi,

dan mengkonstitusikan suatu peristiwa.

1. Mengkonstatir

Berarti melihat, mengakui dan membenarkan telah terjadinya

peristiwa yang diajukan. Untuk sampai pada konstatering demikian itu,

hakim harus mempunyai kepastian akan kebenaran dengan alat-alat

bukti untuk mendapatkan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang

diajukan kepadanya. Jadi mengkonstatir peristiwa berarti sekaligus juga

24

Eddy O.S. Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, h. 17 25

Eddy O.S. Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, h. 24

Page 54: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

44

membuktikan atau menganggap telah terbuktinya peristiwa yang

bersangkutan.

2. Mengkualifikasikan peristiwanya

Hakim harus menilai peristiwa yang telah dianggap benar-benar

terjadi termasuk menemukan hukumnya bagi peristiwa yang telah

dikonstatir. Untuk menemukan hukumnya, hakim sering melakukan

penerapan hokum terhadap peristiwanya. Jadi mengkualifikasikan pada

umumnya berarti menemukan hukumnya dengan jalan menerapkan

peraturan hokum terhadap peristiwanya.

3. Mengkonstitusikan

Mengkonstitusikan berarti hakim menetapkan hukumnya kepada

peristiwa yang bersangkutan. 26

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping

itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga

pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat.27

Pada hakikatnya pertimbangan hakim hendaknya memuat tentang

hal-hal sebagai berikut:

1. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak

disangkal.

2. Adanya analisis secara yuridis terhadap putusan segala aspek

menyangkut semua fakta / hal-hal yang terbukti dalam persidangan.

3. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus

dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat

menarik kesimpulan tentang terbukti / tidaknya dan dapat dikabulkan /

tidaknya tuntutan tersebut dalam amar putusan.28

26 Sunarto, Peran Aktif Hakim dalam Perkara Perdata, h. 195

27 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004, Cet-V), h.140. 28

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, h. 141

Page 55: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

45

Pertimbangan hukum merupakan jiwa dan intisari putusan yang

berisi analisis, argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum dari hakim

yang memeriksa perkara. Di dalamnya memuat analisis yang jelas

berdasarkan undang-undang pembuktian sebagai berikut: Bertitik tolak dari

analisis tersebut, pertimbangan melakukan argumentasi mengenai

pembuktian dalil gugat atau dalil bantahan dilakukan sesuai ketentuan

hukum yang diterapkan. Dari hal tersebut hakim menjelaskan mengenai

pendapatnya yang dirumuskan menjadi kesimpulan hukum sebagai landasan

penyelesaian perkara yang dituangkan dalam diktum putusan. Dan bila

putusan dinyatakan tidak lengkap dan saksama mendeskripsikan serta

mempertimbangkan pertimbangan hukum perkara maka putusan dinyatakan

bertentangan dengan Pasal 178 ayat (1) HIR, Pasal 18 dan Pasal 19 Undang-

Undang nomor 4 Tahun 2004, disebabkan putusan tidak mempertimbangkan

fakta dan pembuktian dengan saksama. 29

Dasar hakim dalam menjatuhkan putusan pengadilan perlu

didasarkan kepada teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan sehingga

didapatkan hasil penelitian yang maksimal dan seimbang dalam tataran teori

dan praktek.30

Sebelum menjatuhkan putusan untuk menyelesaikan perkara yang

sedang ditanganinya, terlebih dahulu hakim akan menempuh beberapa

langkah sebagai proses yang dilakukan secara bertahap, yaitu:

a. Tahap inventarisasi

Hakim berusaha untuk memperoleh pokok sengketa yang telah

diperselisihkan oleh para pihak yang bersengketa yang meliputi:

petitum penggugat dan hal-hal yang telah disampaikan penggugat untuk

menunjang apa yang menjadi dasar tuntutannya, demikian pula

sebaliknya hakim berusaha untuk memperoleh jawaban dari tergugat

dan segala apa yang menjadi dasar penyangkalan dari tergugat.

29

Sunarto, Peran Aktif Hakim dalam Perkara Perdata, (Jakarta: PrenadaMedia Group,

2014), h. 207 30

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, h. 142

Page 56: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

46

b. Tahap penentuan sistem hukum yang berlaku dalam perkara yang

sedang dihadapi

Tahap penentuan sistem hukum perdata yang berlaku bagi para

pihak, hakim akan meneliti apakah sudah univikasi hukum/sudah ada

ketentuan yang mengatur hal tersebut.

c. Tahap seleksi

Proses seleksi dimana hakim akan meneliti, apakah pelanggaran

norma yang dikemukakan oleh para pihak masuk dalam sistem

peraturan hukum atau apakah dalam sistem peraturan hukum nasional

terdapat satu atau lebih kaidah hukum (yang secara tepat dapat

diterapkan) pada peristiwa-peristiwa yang dikemukakan oleh para pihak

yang mengharapkan suatu hukum tertentu.

Pada tahap seleksi ini, hakim akan meneliti apakah pelanggaran

yang dilakukan oleh tergugat menimbulkan akibat hukum sebagaimana

dimaksud penggugat di dalam gugatannya dan merupakan pelanggaran

terhadap kaidah hukum.

d. Tahap penerapan

Setelah hakim memilih satu atau lebih kaidah hukum, maka

hakim akan menerapkan peraturan hukum tersebut pada hubungan

peristiwa yang telah dikemukakan oleh para pihak artinya hakim akan

meneliti, apakah unsur-unsur yang disebutkan dalam peraturan hukum

tersebut, agar timbul akibat hukum yang dituju oleh peraturan tersebut,

dalam kenyataannya juga telah dikemukakan secara lengkap oleh yang

berkepentingan.

e. Tahap penentuan

Page 57: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

47

Hakim berusaha memperoleh kejelasan tentang hal-hal yang

merupakan pokok sengketa yang masih harus diputuskan dengan

membuat klasifikasi pokok sengketa secara berurutan.

f. Tahap redaksi.

Hakim berkewajiban untuk menyusun redaksi putusan yang

didalamnya memuat pertimbangan hukum yang dibuat sebagai dasar

putusan dan redaksi putusan yang disusun secara runtut akan

memberikan alasan hukum atau pertimbangan sehingga para pihak yang

bersengketa atau pihak lain yang membaca putusan tersebut dapat

memperoleh gambaran yang jelas mengenai proses pengambilan

putusan dan alasan-alasan yang menjadi dasar dalam pengambilan

putusan tersebut.

Redaksi suatu putusan yang disusun hakim dengan runtut akan

mengakibatkan para pihak yang bersengketa atau pihak lain yang

membaca putusan tersebut akan memperoleh gambaran mengenai:

1. Pokok-pokok perselisihan yang harus diputus.

2. Proses jalannya penyelesaian yang ditempuh dan alasan-alasan

yang dipakai sebagai dasar pertimbangan hakim. 31

Untuk mencapai kepastian hukum kehakiman, hakim memiliki

kekuasaan kehakiman tersendiri yang diatur dalam Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 Bab IX Pasal 24 dan Pasal 25 serta di dalam Undang-Undang

Nomor 48 tahun 2009. Undang-Undang Dasar 1945 menjamin adanya

sesuatu kekuasaan kehakiman yang bebas. Hal ini tegas dicantumkan dalam

Pasal 24, terutama dalam penjelasan Pasal 24 ayat 1 dan penjelasan Pasal 1

ayat (1) Undang-Undang Nomor. 48 Tahun 2009, yaitu kekuasaan

kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

31

Sunarto, Peran Aktif Hakim dalam Perkara Perdata, h. 193-194

Page 58: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

48

berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia

tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.32

Kekuasaan yang merdeka dalam ketentuan ini mengandung

pengertian bahwa kekuasaan kehakiman bebas dari segala campur tangan

pihak kekuasaan ekstra yudisial, kecuali hal-hal sebagaimana disebut dalam

Undang-undang Dasar 1945. Kebebasan hakim perlu pula dipaparkan posisi

hakim yang tidak memihak (impartial judge) sebagaimana dalam Pasal 5

ayat (1) Undang- Undang Nomor. 48 Tahun 2009. Istilah tidak memihak di

sini haruslah tidak harfiah, karena dalam menjatuhkan putusannya hakim

harus memihak yang benar. Dalam hal ini diartikan tidak berat sebelah

dalam pertimbangan dan penilaiannya. Sebagaimana dalam Undang-Undang

Nomor. 48 Tahun 2009 Pasal 5 ayat (1): “Pengadilan mengadili menurut

hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”.33

Dari peraturan perundang-undangan yang mengatur kekuasaan

kehakiman, maka ditemukan asas-asas kekuasaan kehakiman yang merdeka,

di antaranya:

1. Asas Kebebasan Hakim

Asas kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka diatur di

dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada pasal 24 ayat (1).

Dengan adanya jaminan konstitusional tersebut, hakim harus

menjalankan tugasnya dengan menegakkan hukum dan keadilan bebas

dari segala tekanan dari pihak manapun, sehingga dapat memberikan

putusan yang seadil-adilnya. Akan tetapi tetap memberi batasan-batasan

dalam hal menjalankan kemerderkaan kekuasaan kehakiman. Menurut

Sudikno Mertokusumo, secara mikro hakim dibatasi oleh Pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, ketertiban umum,

kesusilaan, dan perilaku atau kepentingan para pihak. Sedang secara

makro, hakim dibatasi oleh sistem pemerintahan, politik, ekonomi, dan

sebagainya. Kebebasan kekuasaan kehakiman penyelenggaraannya

32

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, h. 142 33

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 95.

Page 59: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

49

diserahkan kepada badan-badan peradilan yang merupakan salah satu

ciri khas daripada negara hukum.34

2. Asas Peradilan Dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”

Dasar hukum asas ini adalah Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945

setelah amandemen dan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009: “Peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.” Asas ini berlaku untuk semua lingkungan

badan peradilan. Irah-Irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa” adalah sebagai kekuatan eksekutorial. Dengan adanya

irah-irah tersebut, maka setiap putusan dan/atau penetapan badan

peradilan mempunyai kekuatan untuk dilaksanakan (eksekusi). 35

3. Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan

Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan

sebagai bentuk penegasan bahwa tugas peradilan adalah sebagai tempat

bagi rakyat untuk mencari keadilan dan kepastian hukum, sehingga

harus dilakukan sesederhana mungkin dengan biaya yang terjangkau

dan waktu proses persidangan tidak berlarut-larut. Karena dengan

cepatnya proses peradilan, akan meningkatkan kewibawaan pengadilan

dan menambah kepercayaan masyarakat kepada pengadilan.36

4. Asas Persidangan Terbuka untuk Umum

Dasar hukum asas ini adalah Pasal 13 ayat (1), (2), (3) Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009. Asas sidang terbuka untuk umum ini

berarti bahwa setiap orang diperbolehkan hadir dan mendengarkan

pemeriksaan di persidangan. Tujuan dari asas ini adalah untuk memberi

34

Rimdan, Kekuasaan Kehakiman Pasca-Amandemen Konstitusi, (Jakarta: PrenadaMedia

Group, 2012), h. 51 35

Rimdan, Kekuasaan Kehakiman Pasca-Amandemen Konstitusi, h. 52 36

Rimdan, Kekuasaan Kehakiman Pasca-Amandemen Konstitusi, h. 53

Page 60: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

50

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dalam bidang peradilan

serta untuk lebih menjamin objektivitas peradilan, dengan

mempertanggungjawabkan pemeriksaan yang fair, tidak memihak serta

putusan yang adil kepada masyarakat, sesuai peraturan hukum yang

berlaku.

Apabila putusan itu diucapkan dalam sidang yang tidak terbuka

untuk umum, berarti putusan itu tidak sah dan tidak mempunyai

kekuatan hukum serta mengakibatkan batalnya putusan itu menurut

hukum. 37

5. Asas Susunan Persidangan Majelis

Susunan persidangan untuk semua peradilan pada asas-asasnya,

terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang hakim. Akan tetapi, untuk

perkara-perkara tertentu dapat dibentuk untuk sebanyak lima orang atau

lebih.

Asas majelis hakim ini dimaksudkan untuk menjamin pemeriksaan

yang seobjektif mungkin guna memberikan perlindungan hak-hak

warga negara di pengadilan.

6. Asas Objektivitas

Penyelesaian sengketa akan baik dan dapat diterima oleh semua

pihak, jika dilakukan secara imparsial (tidak memihak), objektif dan

adil. Penyelesaian perkara secara objektif dan tidak memihak ini

didasari oleh Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.

Sebagai bentuk upaya untuk mewujudkan objektivitas hakim dalam

mengadili, maka di dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 telah

diatur bahwa pihak-pihak yang diadili berhak ingkar atas hakim-hakim

yang mengadilinya, akan tetapi harus disertai dengan alasan-alasan

yang jelas terhadap penolakan tersebut. Alasan-alasan yang diajukan

tersebut setidaknya menyangkut hubungan sedarah atau semenda

37

Rimdan, Kekuasaan Kehakiman Pasca-Amandemen Konstitusi, h. 55

Page 61: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

51

sampai derajat ketiga, atau hubungan suami istri meskipun sudah

bercerai dengan ketua atau salah seorang hakim anggota, jaksa,

advokat, atau panitera.

Maka dengan itu asas objektivitas dalam proses persidangan di

pengadilan adalah suatu keharusan. Dengan cara memperlakukan semua

pihak sama di depan hukum, tidak memihak dan tidak berat sebelah

kepada para pihak yang perkaranya sedang diperiksa di pengadilan.38

Berdasarkan penjelasan diatas, menurut penulis hakim dalam

menyelesaikan perkara perdata di Pengadilan, mempunyai tugas untuk

menemukan hukum yang tepat. Karena menemukan hukum tidak cukup

dalam undang-undang saja, sebab undang-undang tidak mengatur secara

jelas, lengkap dan merinci. Sehingga hakim harus menggali nilai-nilai

hukum yang hidup dalam masyarakat. Adapun putusan yang dijatuhkan oleh

hakim Pengadilan Agama Kota Banjar ini sebenarnya mencerminkan dan

mengandung unsur keadilan, dimana majelis hakim menerapkan kesesuaian

antara peraturan yang ada dengan putusan hakim dan sesuai dengan

keadilan yang diinginkan oleh masyarakat, dimana pihak yang menang

dapat menuntut apa yang sebenarnya menjadi haknya dan pihak yang kalah

harus memenuhi apa yang menjadi kewajibannya. Putusan hakim ini

memang lebih menekankan pada unsur keadilan. Akan tetapi bukan berarti

kepastian hukum dan kemanfaatannya tidak ada. Kedua unsur tersebut tetap

ada dalam putusan hakim tersebut. Unsur kepastian hukum tersebut dapat

dilihat dari putusan ini yaitu dengan cara memberikan jalan keluar dari

masalah hukum bagi kedua belah pihak tersebut terutama pihak penggugat.

Putusan hakim ini didasarkan pada undang-undang, dan telah memberi

kesempatan yang sama bagi para pihak dalam beban pembuktian. Kepastian

hukum yang dituangkan dalam putusan hakim ini merupakan hasil yang

didasarkan pada fakta-fakta persidangan yang relevan secara yuridis serta

dipertimbangkan dengan hati nurani. Putusan hakim ini juga menuntut

hakim untuk selalu dapat menafsirkan makna undang-undang dan peraturan-

38 Rimdan, Kekuasaan Kehakiman Pasca-Amandemen Konstitusi, h. 58-59

Page 62: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

52

peraturan lain yang dijadikan dasar penerapan dalam kasus yang terjadi.

Sehingga hakim dapat mengkontruksi kasus yang diadili secara utuh,

bijaksana dan objektif.39

Adapun unsur kemanfaatan dalam putusan ini adalah menciptakan

kepuasaan bagi pihak yang berperkara, menghilangkan polemik atau konflik

bagi yang bersengketa.40

Unsur kemanfaatan ini tidak hanya membawa

manfaat bagi kedua belah pihak saja, tetapi juga berpengaruh pada putusan

perkara yang nantinya muncul di kemudian hari. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa perkara yang diajukan ke Pengadilan dengan posisi kasus dan alat

bukti yang diajukan sama dengan perkara nomor 535/Pdt. G/2018/PA. Bjr

Jadi, kesimpulannya hakim dalam memutus perkara ini memiliki

tujuan untuk menerapkan keadilan bagi semua pihak, yaitu dengan cara:

pertama melakukan solusi autoritatif, artinya memberikan jalan keluar dari

masalah hukum yang dihadapi oleh para pihak (penggugat dan tergugat),

sehingga meskipun alat bukti saksi yang diajukan itu dilarang tetapi hakim

tetap menerimanya. Kedua, putusan hakim mengandung efisiensi, yaitu

sederhana, cepat, dan biaya ringan. Ketiga, putusan hakim harus

mengandung aspek stabilitas yaitu ketertiban sosial dan ketentraman

masyarakat.

Dalam memutus suatu perkara, hakim tidak selamanya harus

terpaku pada satu asas saja, karena pada setiap kasus yang ditangani hakim

bisa saja berubah-rubah dari asas satu ke asas yang lainnya sesuai dengan

kasus tersebut. Kemudian sebab-sebab lain hakim menerima saksi keluarga

dalam putusan pelanggaran taklik talak, terutama dalam putusan ini adalah

terdapat beberapa komulasi antara syiqaq dan pelanggaran taklik talak.

Sehingga meskipun alasan utama gugatannya adalah suami melanggar taklik

talak, akan tetapi dalam petitumnya tidak murni Tergugat meninggalkan

39 Fence M. “Wantu, Mewujudkan Kepastian Hukum, Keadilan, dam Kemanfaatan dalam

Putusan Hakim di Peradilan Perdata”, Jurnal Dinamika Hukum Volume 12 Nomor 3,

(September: 2012), h. 484 40

Fence M. “Wantu, Mewujudkan Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan dalam

Putusan Hakim di Peradilan Perdata”, h. 486-487

Page 63: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

53

Penggugat tanpa alasan. Sehingga hakim tetap menerima saksi dari pihak

keluarga.

Page 64: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada prinsipnya, pembuktian dengan saksi diperbolehkan dalam

segala hal, kecuali jika undang-undang menentukan lain. Sebagaimana

ditegaskan dalam Pasal 1895 KUH Perdata. Akan tetapi, dalam Pasal

76 (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 terdapat pengecualian

mengenai kesaksian dari pihak keluarga, yaitu: “Apabila gugatan

perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk mendapatkan

putusan perceraian harus didengar dari keluarga atau orang-orang

yang dekat dengan suami istri.” Kemudian Pasal 22 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa saksi keluarga baru dapat didengar keterangannya

apabila alasan perceraiannya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19

huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 j.o Pasal 116

huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Diluar alasan perselisihan dan

pertengkaran yang terus-menerus kembali ke Pasal 145 HIR.

2. Putusan Pengadilan Agama Kota Banjar dalam perkara nomor

535/Pdt/G/2018/PA. Bjr ini secara teori perdata hakim salah

menerapkan hukum. Dimana hakim tidak memperhatikan ketentuan

Pasal 145 HIR dan seharusnya Pengadilan Agama Kota Banjar

menolak gugatan Penggugat karena dalam pembuktian saksi, salah

satu syarat formil mengandung cacat sehingga mengakibatkan alat

bukti itu tidak sah sebagai alat bukti saksi. Karena meskipun syarat

materiil terpenuhi, akan tetapi hukum tidak menolerirnya, karena

syarat formil dan materiil bersifat komulatif yang mengharuskan

terpenuhi semua bukan alternatif sehingga dapat dikatakan bahwa

Penggugat tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya. Akan

tetapi hakim dalam putusan ini menggunakan kekuasaan

Page 65: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

55

kehakimannya demi mewujudkan unsur kepastian hukum, keadilan

serta kemanfaatan bagi semua pihak. Kemudian sebab-sebab lain

hakim menerima saksi keluarga dalam putusan pelanggaran taklik

talak, terutama dalam putusan ini adalah terdapat beberapa komulasi

antara syiqaq dan pelanggaran taklik talak. Sehingga meskipun alasan

utama gugatannya adalah suami melanggar taklik talak, akan tetapi

dalam petitumnya tidak murni Tergugat meninggalkan Penggugat

tanpa alasan. Sehingga hakim tetap menerima saksi dari pihak

keluarga.

B. Rekomendasi

Melihat dari beberapa putusan yang ada di Pengadilan Agama Kota

Banjar mengenai perkara taklik talak, maka penulis mengajukan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Hakim harus lebih teliti dalam memeriksa saksi keluarga diluar

perkara perselisihan yang terus menerus. Karena secara formil

terdapat beberapa orang yang tidak dapat bertindak sebagai saksi

sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 145 HIR.

2. Hendaknya hakim lebih mempertimbangkan tentang sejauhmana

seseorang memenuhi syarat-syarat sebagai saksi, terutama dalam

hubungan saksi dengan para pihak.

3. Meskipun hakim mengutamakan asas peradilan yang sederhana, cepat

dan biaya ringan sera demi mewujudkan kepastian hukum, keadilan

dan kemanfaatan. Hakim harus lebih teliti terhadap undang-undang

atau peraturan-peraturan yang ada. Sebab, ketidaktelitian dalam

menerapkan undang-undang akan berdampak bagi dirinya maupun

para pihak.

Page 66: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

56

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Achmad dan Wiwie Heryani. Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata.

Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Asikin, Zainal. Hukum Acara Perdata Di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia

Group. 2018.

Asnawi, M. Natsir. Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia.

Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2013.

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqh Islam wa Adillatuhu Jilid 9. Alih Bahasa; Abdul

Hayyie al-Kattani, dkk. Cet-1. Jakarta: Gema Insani. 2011.

Bakhri, Syaiful. Dinamika Hukum Pembuktian Dalam Capaian Keadialan.

Depok: Rajagrafindo Persada, 2018.

H.M.A, Timahi dan Sohari Sahrani. Fiqh Munakahat Kajian Fikih Nikah

Lengkap. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Hamzah, Andi. KUHP dan KUHAP. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Harahap, Yahya. Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika,

2005.

Hasanudin. Kedudukan Taklik Talak dalam Perkawinan Ditinjau dari

Hukum Islam dan Hukum Positif . Medina-Te, Jurnal Studi Islam

Vol. 14, No 1. Juni: 2016. Diakses pada tanggal 23 Februari 2019.

Herzien Inlandsch Reglement (H.I.R). Diakses pada tanggal 19 Februari 2019

pukul 21.19 WIB

Irvansyah. “Saksi dari Pihak Keluarga Dalam Cerai Gugat Menurut Hukum

Islam dan Hukum Acara Perdata”.Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Page 67: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

57

Jafar Siddiq, Muhammad. “Kekuatan Hukum Pembuktian dari Surat

Perjanjian Dibawah Tangan Sebagai Alat Bukti Dalam Persidangan

Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,

2018.

Kompilasi Hukum Islam. Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2017.

Krisnawati, I.G.A.A. Ari. “Diktat Kuliah, Pembuktian Perkara Perdata

(Bagian Hukum Acara Perdata)”, Fakultas Hukum, Universitas

Udayana, 2015.

Lubis, Sulaikin dkk. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia.

Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.

Majid, Abdul. “Putusnya Perkawinan Berdasarkan Gugatan Yang

Diakibatkan Oleh Pelanggaran Taklik Talak”. Skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,

2009.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Nayasari, Dhevi. Pelaksanaan Ruju’ Pada Kantor Urusan Agama

Kecamatan Lamongan. Jurnal Independent Vol. 2 No. 1. Diakses

pada tanggal 23 Februari 2019.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di

Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group, 2016.

O.S. Hiariej, Eddy. Teori & Hukum Pembuktian. Jakarta: Erlangga, 2012.

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pedoman

Beracara Untuk Memperoleh Putusan Atas Penerimaan Permohonan

Guna Mendapatkan Keputusan dan/atau Tindakan Badan atau

Pejabat Pemerintah.

Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Page 68: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

58

Rimdan. Kekuasaan Kehakiman Pasca-Amandemen Konstitusi. Jakarta:

PrenadaMedia Group, 2012.

S. Lumbuun, Ronald. PERMA RI Wujud Kerancuan Antara Praktik

Pembagian dan Pemisahan Kekuasaan. Jakarta: Raja Graindo

Persada, 2011.

Samudera, Teguh. Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata. Bandung:

Alumni, 2004.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial . Bandung: PT. Refika Aditama,

2009.

Simanjuntak, P.N.H. Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Prenadamedia

Group, 2016.

Sirajudin. Konstruksi Hukum Keluarga Islam Di Indonesia: Analisis

Terhadap Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan KHI. Istinbath, Jurnal Hukum Islam, Vol. 14, No. 2,

Desember, 2015, h. 170. Diakses pada tanggal 21 Februari 2019.

Solikin, Nur.“Mencermati Pembentukan Peraturan Mahkamah Agung”.

Jurnal Rechtsvinding, Februari, 2017.

Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Burgerlijk Wetboek. Jakarta: 2014.

Subekti. Hukum Pembuktian, Jakarta: Balai Pustaka, 2015

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT.Intermasa, 2011.

Sudarto. Fikih Munakahat. Yogyakarta: Deepublish, 2017

Sunarto. Peran Aktif Hakim dalam Perkara Perdata. Jakarta: PrenadaMedia

Group, 2014.

Sunge, Maisara. “Beban Pembuktian Dalam Perkara Perdata”, Jurnal

Inovasi Volume 9 Nomor. 2, Juni:2012. Diakses pada tanggal 30

Mei 2019, Pukul 05.36 WIB.

Page 69: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

59

Supramono, Gatot. Hukum Pembuktian di Peradilan Agama. Bandung:

Alumni, 1993.

Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara

Perdata dalam Teori dan Praktek. Bandung: Alumni, 1979.

Thalabi Kharlie, Ahmad. Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 2013.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Bab I Pasal 1.

Bandung: Nuansa Aulia, 2017.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar

Grafika, 1991.

Widodo. Faktor-Faktor serta Alasan yang Menyebabkan Tingginya Angka

Cerai Gugat. Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Surakarta.

Wiratmanto. Buku Ajar Hukum Acara Perdata. Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, 2018.

Zaini, Zulfi Diane. Implementasi Pendekatan Yuridis Normatif dan

Pendekatan Yuridis Sosiologis Dalam Penelitian Ilmu Hukum.

Pranata Hukum Volome 6, Nomor 2. Juli: 2011.

Page 70: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian
Page 71: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian
Page 72: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 1 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

PUTUSAN

Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Kota Banjar yang memeriksa dan mengadili perkara

tertentu pada tingkat pertama dalam sidang majelis hakim telah menjatuhkan

putusan dalam perkara cerai gugat antara:

xxxxxx Binti xxxx, tempat dan tanggal lahir Ciamis, 22 Oktober 1975,

agama Islam, pekerjaan Mengurus Rumah Tangga,

Pendidikan Sekolah Dasar, tempat kediaman di

xxxxxxx xxxxxxx, Kecamatan Banjar, Kota Banjar,

sebagai Penggugat,

melawan

xxxxx Bin xxxxx, tempat dan tanggal lahir Tasikmalaya, 05 April 1970,

agama Islam, pekerjaan Dagang, Pendidikan Sekolah

Dasar, tempat kediaman dahulu beralamat di xxxxxx

xxxxxxx, Kecamatan Cisayong, Kabupaten

Tasikmalaya, sekarang tidak di ketahui

keberadaaannya di seluruh wilayah Negara Indonesia

sebagai Tergugat;

Pengadilan Agama tersebut;

Telah mempelajari surat-surat yang berkaitan dengan perkara ini;

Telah mendengar keterangan Penggugat dan memeriksa bukti-bukti di

persidangan;

DUDUK PERKARA

Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 13 Agustus 2018

telah mengajukan gugatan cerai, yang telah terdaftar di Kepaniteraan

Pengadilan Agama, dengan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr, tanggal 14 Agustus

2018, dengan dalil-dalil pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat telah melangsungkan pernikahan dengan Tergugat pada

hari Senin Tanggal 01 Desember 2008 Selasa,di hadapan Pegawai

Page 73: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 2 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjar, Kota Banjar,

dengan Kutipan Akta Nikah Nomor : xxx/xx/XII/xxxx tertanggal 01

Desember 2008;

2. Bahwa setelah menikah Tergugat mengucapkan Sighat taklik yaitu :

“Selanjutnya saya membaca sighat taklik atas istri saya itu sebagai berikut :

Sewaktu-waktu saya :

1) Meninggalkan istri saya tersebut dua tahun berturut-turut;

2) Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya;

3) Atau saya menyakiti badan/jasmani istri saya itu,

4) Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) istri saya itu enam bulan

lamanya,

Kemudian istri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada

Pengadilan Agama atau petugas yang diberi hak mengurus pengaduan itu,

dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh pengadilan atau petugas

tersebut, dan istri saya itu membayar uang sebesar Rp. 1.000,- (seribu

rupiah) sebagai iwadl (pengganti kepada saya, maka jatuhlah talak satu

kepadanya .

3. Bahwa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat dilangsungkan

berdasarkan kehendak kedua belah pihak dengan tujuan membentuk

rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah yang diridhoi oleh Allah

Swt

4. Bahwa setelah menikah, Penggugat dengan Tergugat tinggal di rumah

saudara Penggugat sebagaimanaalamatPenggugatdi atas;

5. Bahwa selama perkawinan tersebut Penggugat dan Tergugat telah

berkumpul sebagaimana layaknya suami isteri dan dikarunia 1 orang anak

perempuan bernama xxxxx xxxx xxxx berusia 8 tahun;

6. Bahwa mulai bulan Januari 2012 rumah tangga Penggugat dengan

Tergugat mulai goyah yang disebabkan tejadi perselisihan dan

pertengkaran, perselisihan dan pertengkaran tersebut terjadi karena

Tergugat tidak memberikan nafkah ekonomi, sehingga hal tersebut sering

menjadi membuat percekcokan yang terus menerus;

Page 74: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 3 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

7. Bahwa puncak dari perselisihan antara Penggugat dan Tergugat terjadi

pada pertengahan tahun 2012 dimana Tergugat memutuskan untuk keluar

dari rumah sampai dengan sekarang tidak kembali;

8. Bahwa atas permasalahan dan kemelut rumah tangga yang dihadapi,

Penggugat telah mencoba memusyawarahkan dengan keluarga Penggugat

untuk mencari penyelesaian dan demi menyelamatkan perkawinan, namun

usaha tersebut tidak membuahkan hasil;

9. Bahwa dengan tindakan Tergugat membiarkan Penggugat dan tidak

memberi nafkah lahir maupun batin kepada Penggugat, maka Penggugat

tidak ridha;

10. Bahwa Tergugat telah melanggar janji Taklik Talaknya point 1, 2 dan 4 yaitu

meninggalkan, membiarkan dan tidak memberikan nafkah wajib selama 6

tahun.

Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut, Pemohon memohon kepada

Pengadilan Agama Kota Banjar, agar menjatuhkan putusan yang amarnya

sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat ;

2. Menyatakan syarat taklik talak telah terpenuhi;

3. Menjatuhkan talak satu khul’i Tergugat (xxxx Bin xxxx) terhadap Penggugat

(xxxx Binti xxxx);

4. Membebankan biaya perkara menurut hukum;

5. Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya

Bahwa pada hari dan tanggal sidang yang telah ditetapkan Penggugat

didampingi oleh kuasanya yang sah berdasarkan surat kuasa khusus yang

telah terdaftar di register Kepaniteraan Pengadilan Agama Kota Banjar

menghadap ke persidangan, sedangkan Tergugat tidak menghadap dan tidak

pula menyuruh orang lain untuk menghadap sebagai wakilnya yang sah

meskipun menurut relaas Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr tertanggal 19 Maret

2018 dan 19 April 2018 yang dibacakan di persidangan, Tergugat telah

dipanggil secara resmi dan patut melalui mass media;

Bahwa Penggugat menyatakan sudah tidak dapat mempertahankan

rumah tangganya dan tetap akan melanjutkan gugatannya maka selanjutnya

Page 75: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 4 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

pemeriksaan dimulai dengan dibacakan surat gugatan Penggugat yang isinya

tetap dipertahankan oleh Penggugat;

Bahwa Penggugat untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya telah

mengajukan alat bukti berupa :

A. Surat :

1. Fotokopi KTP atas nama Penggugat NIK xxxxxxxxxxxxxx tertanggal

10 Juni 2013, bukti tersebut telah diberi meterai cukup, dinazzegelend

dan telah dicocokkan dengan aslinya yang ternyata sesuai kemudian

oleh Ketua Majelis diberi kode P.1, dan diparaf;

2. Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor xxx/x/XI/xxxx tanggal 1 November

1996 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan

Lengkong, Kota Bandung, bukti tersebut telah diberi meterai cukup,

dinazegellend dan telah dicocokkan dengan aslinya yang ternyata

sesuai kemudian oleh Ketua Majelis diberi kode P.2, dan diparaf;

B. Saksi :

1. Xxxxx xxxx, umur 80 tahun, agama Islam, pekerjaan Buruh, tempat

tinggal di xxxxxx xxxxxx xxx, Kelurahan Pataruman, Kecamatan

Pataruman, Kota Banjar dan di bawah sumpahnya menerangkan sebagai

berikut :

- Bahwa saksi adalah paman Penggugat;

- Bahwa saksi hadir ketika Penggugat dan Tergugat menikah dan

mendengar Tergugat mengucapkan sighat taklik talak setelah ijab

kabul;

- Bahwa sejak pernikahannya Penggugat dan Tergugat tidak pernah

bercerai;

- Bahwa selama menikah Penggugat dan Tergugat berumah tangga di

rumah Penggugat;

Page 76: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 5 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

- Bahwa awalnya rumah tangga Penggugat dan Tergugat rukun namun

sekarang tidak rukun;

- Bahwa saksi tidak pernah melihat dan mendengar Penggugat dan

Tergugat bertengkar;

- Bahwa pada tahun 2012 Tergugat pergi meninggalkan Penggugat

namun hingga saat ini Tergugat tidak pernah kembali lagi ke Banjar

dan tidak pernah lagi tinggal bersama dengan Penggugat;

- Bahwa saksi tidak mengetahui alasan Tergugat meninggalkan

Penggugat;

- Bahwa sejak kepergiannya sampai sekarang Tergugat tidak pernah

memberi kabar kepada Penggugat;

- Bahwa Penggugat beserta keluarga pernah mencari Tergugat ke

keluarga dan teman-teman Tergugat tetapi tidak berhasil bahkan

sekarang tidak diketahui keberadaannya;

- Bahwa selama kepergiannya Tergugat tidak mengirimkan nafkah

kepada Penggugat dan tidak ada harta / usaha yang ditinggalkan oleh

Tergugat yang dapat digunakan sebagai pengganti nafkah sehingga

Penggugat lah yang menanggung kebutuhan hidup Penggugat dan

anak-anak Penggugat;

- Bahwa antara Penggugat dan Tergugat tidak dapat diupayakan

perdamaian karena Tergugat tidak diketahui keberadaannya;

- Bahwa saksi telah memberikan nasehat kepada Penggugat agar

bersabar mempertahankan rumah tangganya namun Penggugat tetap

ingin bercerai dengan Tergugat;

2. Xxxxxx xxxx bin xxxxx, umur 39 tahun, agama Islam, pekerjaan Buruh,

tempat tinggal di xxxxx xxxxx xxxxx, Kecamatan Pamarican, Kota Banjar

dan di bawah sumpahnya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi adalah menantu Penggugat sejak tahun 2002;

Page 77: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 6 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

- Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri namun saksi tidak

menghadiri pernikahannya;

- Bahwa sejak pernikahannya Penggugat dan Tergugat tidak pernah

bercerai;

- Bahwa Penggugat dan Tergugat berumah tangga di rumah

Penggugat;

- Bahwa saksi tidak pernah melihat dan mendengar Penggugat dan

Tergugat bertengkar;

- Bahwa pada tahun 2012 Tergugat pergi meninggalkan Penggugat

namun hingga saat ini Tergugat tidak pernah kembali lagi ke Banjar

dan tidak pernah lagi tinggal bersama dengan Penggugat;

- Bahwa saksi tidak mengetahui alasan Tergugat meninggalkan

Penggugat;

- Bahwa sejak kepergiannya sampai sekarang Tergugat tidak pernah

memberi kabar kepada Penggugat;

- Bahwa Penggugat beserta keluarga pernah mencari Tergugat ke

keluarga dan teman-teman Tergugat tetapi tidak berhasil bahkan

sekarang tidak diketahui keberadaannya;

- Bahwa selama kepergiannya Tergugat tidak mengirimkan nafkah

kepada Penggugat dan tidak ada harta / usaha yang ditinggalkan oleh

Tergugat yang dapat digunakan sebagai pengganti nafkah sehingga

Penggugat lah yang menanggung kebutuhan hidup Penggugat dan

anak-anak Penggugat;

- Bahwa antara Penggugat dan Tergugat tidak dapat diupayakan

perdamaian karena Tergugat tidak diketahui keberadaannya;

Page 78: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 7 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

- Bahwa saksi telah memberikan nasehat kepada Penggugat agar

bersabar mempertahankan rumah tangganya namun Penggugat tetap

ingin bercerai dengan Tergugat;

Bahwa selanjutnya Penggugat memberi kesimpulan secara lisan yang

pada pokoknya menyatakan Penggugat tetap pada gugatannya serta mohon

perkaranya diberikan keputusan;

Bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, Pengadilan menunjuk

segala yang dicatat dalam berita acara sidang sebagai bagian yang tak

terpisahkan dari putusan ini;

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat sebagaimana

terurai di atas;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 49 ayat (1) dan (2) serta

penjelasan Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan keduanya dengan Undang-Undang

Nomor 50 Tahun 2009, maka perkara ini termasuk kompetensi absolute

Pengadilan Agama;

Menimbang, bahwa pada hari dan tanggal persidangan yang telah

ditentukan Penggugat hadir sendiri di persidangan beserta kuasanya

sedangkan Tergugat tidak hadir menghadap di persidangan dan tidak pula

mengutus orang lain untuk datang sebagai wakil / kuasanya yang sah,

meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut berdasarkan Pasal 125 HIR jo.

Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 melalui Mass Media

(Radio Cempaka Angkasa Kota Banjar), maka gugatan Penggugat dapat

diperiksa secara verstek;

Menimbang, bahwa Penggugat mendalilkan bahwa Penggugat telah

melangsungkan perkawinan dengan Tergugat secara Hukum Islam dan telah

tercatat pada Kantor Urusan Agama dengannya antara Penggugat dengan

Page 79: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 8 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

Tergugat telah terjalin hubungan suami isteri sah sebagaimana maksud dalam

Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan maka

Penggugat dan Tergugat dalam perkara ini merupakan pihak yang memiliki

kepentingan hukum secara langsung dari akibat putusan ini, oleh karenanya

Penggugat dapat dinyatakan sebagai orang yang berhak untuk mengajukan

gugatan perceraian terhadap Tergugat dalam perkara ini (persona standi in

judicio);

Menimbang, bahwa gugatan Penggugat adalah berdasarkan alasan

pelanggaran Taklik Talak oleh Tergugat karena sejak tahun 2012 Tergugat

pergi meninggalkan Penggugat dan berpisah tempat tinggal dengan Penggugat

hingga sekarang dan selama berpisah tersebut Tergugat tidak pernah memberi

nafkah lahir maupun batin serta telah tidak mempedulikan Penggugat bahkan

keberadaan Tergugat tidak diketahui keberadaannya;

Menimbang, bahwa meskipun perkara ini dapat diperiksa tanpa hadirnya

Tergugat (secara verstek) namun berdasarkan pasal 125 ayat (1) HIR, putusan

yang dijatuhkan tanpa hadirnya Tergugat dapat dikabulkan sepanjang

berdasarkan hukum dan beralasan, oleh karena itu Majelis membebani

Penggugat untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya Penggugat

telah mengajukan alat bukti surat berupa P.1 dan P.2 serta dua orang saksi;

Menimbang, bahwa bukti P.1 berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk

yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, telah bermeterai cukup, telah

dinagezelen dan telah dicocokkan dengan aslinya dan cocok, sehingga bukti

P.1 telah memenuhi syarat formil dan materil sebagaimana ketentuan dalam

Pasal 165 HIR dan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata oleh

karenanya dapat diterima sebagai alat bukti dalam perkara ini dan dapat

dipertimbangkan;

Menimbang, bahwa bukti P.1 merupakan akta otentik sehingga

mempunyai nilai pembuktian yang sempurna (volledig) dan mengikat

(bindende) kecuali dibuktikan sebaliknya maka terbukti bahwa Penggugat

Page 80: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 9 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

berdomisili di Kota Banjar, yang merupakan wilayah hukum (yurisdiksi)

Pengadilan Agama Kota Banjar;

Menimbang, bahwa bukti P.2 berupa fotokopi kutipan akta nikah yang

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, telah bermeterai cukup, telah

dinagezelen dan telah dicocokkan dengan aslinya dan cocok, sehingga bukti

P.2 telah memenuhi syarat formil dan materil sebagaimana ketentuan dalam

Pasal 165 HIR dan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata oleh

karenanya dapat diterima sebagai alat bukti dalam perkara ini dan dapat

dipertimbangkan;

Menimbang, bahwa bukti P.2 merupakan akta otentik sehingga

mempunyai nilai pembuktian yang sempurna (volledig) dan mengikat

(bindende) kecuali dibuktikan sebaliknya dan berdasarkan Pasal 7 ayat (1)

Kompilasi Hukum Islam bahwa pernikahan hanya dapat dibuktikan dengan Akta

Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah maka terbukti bahwa

Penggugat dan Tergugat adalah suami istri yang sah sejak tanggal 1 Desember

2008 dan belum pernah bercerai dan setelah akad nikah Tergugat membaca

sighat taklik talak;

Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan dua orang Saksi, yaitu di

bawah sumpahnya, kedua orang saksi tersebut telah memenuhi syarat formil

sebagaimana ketentuan dalam Pasal 144, 145, 146 dan 147 HIR;

Menimbang, bahwa keterangan dari saksi-saksi Penggugat memiliki

sumber pengetahuan yang jelas, serta antara keterangan dari kedua Saksi

Penggugat saling bersesuaian dan mendukung dalil-dalil gugatan Penggugat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170, 171 dan 172 HIR, dengannya juga

telah memenuhi syarat materiil pembuktian saksi, sehingga keterangan saksi

pertama dan kedua Penggugat dapat dipertimbangkan lebih lanjut;

Menimbang, bahwa saksi-saksi Penggugat di persidangan menerangkan

bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri sah yang pada awalnya

kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat rukun dan harmonis

kemudian rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak rukun;

Page 81: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 10 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

Menimbang, bahwa saksi-saksi Penggugat menerangkan jika antara

Penggugat dan Tergugat tidak rukun karena Tergugat pergi meninggalkan

Penggugat sehingga keduanya sudah tidak tinggal bersama kurang lebih

6 tahun lamanya dan selama itu Tergugat tidak pernah kembali ke tempat

kediaman bersama serta tidak ada nafkah yang diberikan oleh Tergugat dan

Tergugat tidak ada meninggalkan harta yang dapat digunakan oleh Penggugat

sebagai penghidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan

Tergugat sudah tidak mengurus, membiarkan dan tidak mempedulikan

Penggugat lagi bahkan Tergugat tidak diketahui keberadaannya;

Menimbang, bahwa saksi-saksi Penggugat memberikan keterangan

bahwa saksi-saksi telah menasehati Penggugat agar bersabar

mempertahankan rumah tangganya namun Penggugat tetap ingin bercerai

dengan Tergugat;

Menimbang, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap alat bukti

surat, saksi-saksi dan keterangan Penggugat dipersidangan, maka Majelis

Hakim telah menemukan fakta-fakta sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang sah yang telah

menikah pada tanggal 1 Desember 2008;

2. Bahwa sesudah akad nikah Tergugat mengucapkan sighat taklik talak;

3. Bahwa pada awalnya rumah tangga Penggugat dan Tergugat rukun namun

kemudian Tergugat pergi meninggalkan Penggugat dan selama Tergugat

pergi, Tergugat tidak pernah memberikan nafkah wajib kepada Penggugat,

telah melalaikan kewajibannya dan telah membiarkan atau tidak

mempedulikan Penggugat sampai dengan sekarang telah kurang lebih

6 tahun lamanya;

4. Bahwa terhadap perbuatan Tergugat tersebut, Penggugat telah

menyatakan dan menunjukkan sikap tidak ridha;

Page 82: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 11 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

5. Bahwa saksi telah memberikan nasehat kepada Penggugat agar

mempertahankan rumah tangganya namun Penggugat tetap ingin bercerai

dengan Tergugat;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta angka 1 maka terbukti bahwa

Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang sah dan belum pernah

bercerai;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta angka 2 terbukti bahwa Tergugat

telah mengucapkan sighat taklik talak dimana taklik talak tersebut merupakan

perceraian bersyarat dan tidak dapat dicabut kembali serta dinyatakan jatuh

demi hukum jika persyaratan tersebut terwujud;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta angka 3 di atas, terbukti bahwa

antara Penggugat dengan Tergugat telah pisah tempat tinggal hingga kini telah

kurang lebih 6 tahun lamanya karena Tergugat telah pergi meninggalkan

Penggugat dan selama itu Tergugat tidak pernah lagi memberi nafkah wajib

kepada Penggugat dan telah membiarkan atau tidak memperdulikan

Penggugat, oleh karenanya Tergugat telah melanggar sighat taklik talak yang

diucapkannya sewaktu akad nikah yaitu angka 1, 2 dan angka 4 (meninggalkan

isterii dua tahun berturut-turut, tidak memberi nafkah wajib selama 3 bulan

lamanya dan membiarkan atau tidak mempedulikan 6 bulan lamanya)

sebagaimana yang terdapat dalam Kutipan Akta Nikah Penggugat dan

Tergugat, dan terhadap perlakuan Tergugat tersebut ternyata Penggugat tidak

ridha sebagaimana fakta angka 4 selanjutnya di persidangan Penggugat telah

membayar iwadh sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu sebesar

Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dengan demikian syarat taklik talak telah

terpenuhi;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim perlu juga mengetengahkan doktrin

hukum yang diambil alih sebagai sandaran pertimbangan dari Kitab Syarqawy

Alat Tahrir juz II halaman 302 yaitu:

وقع بصفة طلقا علق ومن بوجودها عمال بمقتضى اللفظ

Page 83: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 12 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

Artinya : Barang siapa menggantungkan talak dengan suatu sifat, maka

jatuhlah talaknya dengan adanya sifat-sifat tadi sesuai dengan

lafalnya;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta angka 5 dimana saksi-saksi telah

menasehati Penggugat agar mempertahankan rumah tangganya dan Majelis

telah berusaha mendamaikan Penggugat dengan cara memberi nasehat

kepada Penggugat agar rukun lagi dengan Tergugat, namun Penggugat tetap

ingin bercerai dengan Tergugat maka Majelis Hakim menilai bahwa tidak

adanya keinginan lagi bagi Penggugat untuk meneruskan rumah tangganya

bersama dengan Tergugat dan antara keduanya telah sulit disatukan kembali

untuk menjadi rumah tangga harmonis, sejahtera lahir dan batin, sehingga

tujuan perkawinan sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 Undang-Undang

nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia tidak dapat diwujudkan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di

atas, maka alasan perceraian Penggugat tidak melawan hak dan beralasan,

selain itu terbukti Tergugat melanggar pasal 34 Undang-Undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan serta telah memenuhi ketentuan Pasal 39 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Jo. Pasal 116 huruf

(g) Kompilasi Hukum Islam, sehingga gugatan Penggugat petitum angka 2

dikabulkan dengan menjatuhkan thalak satu khul’i Tergugat terhadap

Penggugat dengan iwadh sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah);

Menimbang, bahwa perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan,

maka sesuai ketentuan pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang

Peradilan Agama, biaya perkara dibebankan kepada Penggugat;

Mengingat pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini;

Page 84: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 13 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

MENGADILI

1. Menyatakan, Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk

menghadap di persidangan tidak hadir;

2. Mengabulkan gugatan penggugat dengan Verstek;

3. Menjatuhkan talak satu khul’i Tergugat (Munir Bin Mustopa) terhadap

Penggugat (Ai Ratnasih Binti Abas) dengan iwadl Rp. 10.000,00 (sepuluh

ribu rupiah);

4. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah

Rp. 311.000,00 ( tiga ratus sebelas ribu rupiah);

Demikian putusan ini dijatuhkan dalam rapat permusyawaratan Majelis

yang dilangsungkan pada hari Selasa tanggal 18 Desember 2018 Masehi,

bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Akhir 1440 Hijriah, oleh kami Siti Alosh

Farchaty, S.H.I sebagai Ketua Majelis, Mustolich, S.H.I dan Ana Faizah, S.H.

masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam

sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga, oleh Ketua Majelis tersebut

dengan didampingi oleh Hakim Anggota dan dibantu oleh Hj. Dewi Nurul

Mustaqimah, S.Ag sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri oleh Penggugat

tanpa hadirnya Tergugat;

Hakim Anggota,

ttd

Mustolich, S.H.I

Ketua Majelis,

ttd

Siti Alosh Farchaty, S.H.I

Hakim Anggota,

ttd

Ana Faizah, S.H.

Panitera Pengganti,

ttd

Hj. Dewi Nurul Mustaqimah, S.Ag

Page 85: SAKSI KELUARGA DALAM PELANGGARAN TAKLIK TALAK DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · buku-terkait,buku artikel dalam majalah/media elektronik, laporan penelitian

Hal. 14 dari 14 hal. Putusan Nomor 535/Pdt.G/2018/PA.Bjr

Perincian biaya :

1. Pendaftaran Rp. 30.000,00 2. Proses Rp. 60.000,00 3. Panggilan Rp.210.000,00 4. Redaksi Rp. 5.000,00 5. Meterai Rp. 6.000,00

Jumlah Rp.311.000,00 ( tiga ratus sebelas ribu rupiah )