implementasi pp nomor 10 tahun 1983 jo pp nomor 45...

97
i IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERCERAIAN BAGI PNS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh SITI NURUL MIDAYANTI NIM 21108002 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012

Upload: others

Post on 07-Sep-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

i

IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo

PP NOMOR 45 TAHUN 1990

TENTANG IZIN PERCERAIAN BAGI PNS

DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam

Oleh

SITI NURUL MIDAYANTI

NIM 21108002

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2012

Page 2: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Siti Nurul Midayanti

NIM : 21108002

Jurusan : Syariah

Progrram Studi : Ahwal Al Syakhsiyyah

Judul : Implementasi PP Nomor 10 Tahun 1983 jo PP Nomor 45

Tahun 1990 Tentang Izin Perceraian bagi PNS di

Pengadilan Agama Salatiga tahun 2010

Talah kami setujui untuk dimunaqosahkan

Salatiga, 7 Juli 2012

Pembimbing,

Moh Khusen, M.Ag.,M.A

NIP.19741212 199903 1003

Page 3: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

iii

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45

TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERCERAIAN BAGI PNS DI

PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2010

DISUSUN OLEH

SITI NURUL MIDAYANTI

NIM : 21108002

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga,

pada tanggal 4 agustus 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna

memperoleh gelar sarjana S1 Hukum Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. ________________

Sekretaris Penguji : IIIya Muhsin, S.Hi, M.Si. ________________

Penguji I : Drs. Mubasirun, M.Ag. ________________

Penguji II : Luthfiana Zahriani S.H., M.H. ________________

Penguji III : Moh Khusen, M.Ag., M.A. ________________

Salatiga, 4 Agustus 2012

Ketua STAIN Salatiga

Dr. Imam Sutomo, M.Ag

NIP. 19580827 198303 1 002

Page 4: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Nurul Midayanti

NIM : 21108002

Jurusan : Syari‟ah

Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, Juli 2012

Yang menyatakan,

Siti Nurul Midayanti

Page 5: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh

jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu (Q.S Al

Baqarah 216).

PERSEMBAHAN

Untuk Orang Tuaku, Nenekku, Adik-adikku,

Para Guru-guruku,

Sahabat-Sahabatku.

Page 6: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad saw yang

senantiasa dinantikan syafa‟atnya di yaumul qiyamah nanti.

Penyusunan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI PP NOMOR 10

TAHUN 1983 JO PP NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN

PERCERAIAN BAGI PNS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN

2010” adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik

sarjana hukum islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan

dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun

mengucapakan terima kasih kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga.

2. Drs. Mubasirun, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Syariah.

3. Illya Muhsin, S.Hi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ahwal Al-

Syakhsiyyah.

4. Masrukhan, S.H, M.H. selaku Ketua Pengadilan Agama Salatiga periode

2007-2011.

5. Sigit Sutriono, S.H, M.Hum, selaku Ketua Pengadilan Negeri Salatiga

periode 2007-2011.

Page 7: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

vii

6. Drs. Masthur Huda, S.H, M.H. selaku Ketua Pengadilan Agama Ambarawa

periode 2011- sekarang.

7. Moh. Khusen, M.Ag, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya guna memberikan bimbingan dan arahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen STAIN, khususnya Dosen Jurusan Syariah.

9. Orang tuaku serta adik-adikku tercinta yang selalu mendo‟akan dan

memotivasi dengan tulus dan ikhlas.

10. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan hingga penyusun dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

Selanjutnya penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penyusun hanya bisa

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penyusun khususnya.

Salatiga, 11 Juli 2012

Penulis,

Page 8: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

viii

ABSTRAK

Midayanti, Siti Nurul. 2012. Implementasi PP Nomor 10 Tahun 1983 jo PP

Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Izin Perceraian bagi PNS di

Pengadilan Agama Salatiga tahun 2010. Skripsi. Jurusan Syari‟ah.

Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri salatiga. Pembimbing: Moh. Khusen, M. Ag, M.A.

Kata kunci: Perceraian, PNS, PP 10/1983 jo PP 45/1990.

Penelitian ini merupakan kajian tetang penerapan Peraturan Pemerintah

nomor 10 tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1990 tentang Izin

Perceraian bagi PNS di Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2010. Pertanyaan

utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah

gambaran kasus perceraian di Pengadilan Agama Salatiga? (2) apakah alasan

perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga? (3) bagaimanakah implementasi

PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 dalam kasus perceraian PNS di

Pengadilan Agama Salatiga? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka

dilakukan penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris yang bersifat

deskriptif analitis. Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang digunakan

untuk melihat suatu kenyataan hukum yang terjadi di masyarakat. Pendekatan ini

berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi pelaksanaan perundang-

undangan. Deskriptif analitis ini mengambarkan pelaksanaan PP nomor 10 tahun

1983 jo PP nomor 45 tahun 1990 tentang Izin Perceraian bagi PNS di Pengadilan

Agama salatiga tahun 2010.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (a) kasus perceraian di

Pengadilan Agama Salatiga meningkat sejak tahun 2010 hingga tahun 2011, (b)

perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga disebabkan karena suami

melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah tidak ada lagi

keharmonisan dan sering terjadi perselisihan yang tidak bisa didamaikan lagi, (c)

dalam prakteknya surat izin dari atasan yang temuat dalam PP No. 10 tahun 1983

jo PP No. 45 tahun 1990 dalam kasus perceraian PNS di Pengadilan Agama

Salatiga bisa diganti dengan surat keterangan yang dibuat oleh penggugat PNS.

Surat itu berisi tentang kesediaanya menangung segala resiko yang akan ia dapat

setelah terjadinya perceraian.

Page 9: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................... 1

B. FOKUS PENELITIAN ...................................................... 5

C. TUJUAN PENELITIAN .................................................... 5

D. KEGUNAAN PENELITIAN .............................................. 5

E. PENEGASAN ISTILAH .................................................... 6

Page 10: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

x

F. METODE PENELITIAN ................................................... 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................. 8

2. Kehadiran Penelitian ..................................................... 9

3. Lokasi Penelitian .......................................................... 9

4. Sumber Data ................................................................ 9

5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................ 11

6. Analisis Data ............................................................... 12

7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 13

8. Tahap-tahap Penelitian ................................................. 13

G. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................ 14

BAB II KONSEP PERCERAIAN DALAM FIQH DAN PERUNDANG-

UNDANGAN ..................................................................... 16

A. Konsep Perceraian dalam Fiqh Munakahat .................. 16

1. Pengertian dan Tujuan Perceraian .......................... 16

2. Dasar Hukum Perceraian ....................................... 24

3. Syarat dan Alasan Perceraian ................................. 26

B. Konsep Perceraian Menurut Perundang-undangan........ 30

1. Pengertian dan Tujuan Perceraian dalam Perundang-

undangan .......................................................... 30

2. Syarat dan Alasan Perceraian dalam Perundang-

undangan.............................................................. 34

C. PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 Ditinjau dari

Politik Hukum ............................................................ 37

Page 11: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

xi

BAB III GAMBARAN PERCERAIAN PNS DI PENGADILAN AGAMA

SALATIGA ......................................................................... 43

A. Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Salatiga tahun

2010 .............................................................................. 43

B. Alasan Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga tahun

2010 ................................................................................... 45

C. Proses Penyelesaian Kasus Perceraian PNS di Pengadilan

Agama Salatiga .................................................................. 52

D. Izin Perceraian bagi PNS di Pengadilan Agama Salatiga.... 57

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI

SIPIL DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN

2010............................................................................................ 61

A. Analisis Terhadap Kasus Perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga Tahun 2010 ......................................................... 61

B. Analisis Terhadap Alasan Perceraian PNS di Pengadilan

Agama Salatiga Tahun 2010 ............................................ 66

C. Analisis Terhadap Implementasi PP No. 10 Tahun 1983 jo PP

No. 45 Tahun 1990 dalam Kasus Perceraian PNS di Pengadilan

Agama Salatiga .................................................................... 68

BAB V PENUTUP ................................................................................. 75

A. Kesimpulan ......................................................................... 75

B. Saran .................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Salatiga pada Tahun

2010 ......................................................................................... 44

Tabel 3.2 Alasan Percerian PNS di Pengadilan Agama Salatiga pada Tahun

2010 ........................................................................................... 51

Tabel 4.1 Perbandingan Kasus Perceraian dan Kasus Lain di Pengadilan Agama

Salatiga pada Tahun 2010 ........................................................... 63

Tabel 4.2 Faktor-faktor Terjadinya Perceraian di Pengadilan Agama Salatiga

pada Tahun 2010 ................................................................................ 64

Tabel 4.3 Faktor-faktor Terjadinya Perceraian di Pengadilan Agama Salatiga

pada Tahun 2010 dan 2011 ................................................................. 65

Tabel 4.4 Alasan Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga pada Tahun

2010 ............................................................................................ 68

Page 13: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. PP nomor 10 tahun 1983 jo PP nomor 45 tahun 1990 tentang Izin

Perkawinan dan Perceraian bagi PNS.

2. Putusan-putusan perkara perceraian PNS tahun 2010.

3. Tabel Kasus Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga pada Tahun

2010

4. Surat pernyataan perceraian dari PNS.

5. Laporan perkara khusus yang dikenakan PP 10 tahun 1983 di Pengadilan

Agama Salatiga tahun 2010.

6. SEMA nomor 5 tahun 1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan PP nomor 10

tahun 1983.

Page 14: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pasal 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang

perkawinan (UUP) dinyatakan bahwa “perkawinan ialah ikatan lahir bathin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pasal 3 KHI dinyatakan bahwa “perkawinan

bertujuan untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan

rahmah”. Dalam mencapai tujuan perkawinan adalah tidak mudah.

Walaupun segala hal yang bertujuan untuk menciptakannya telah

dipersiapkan, namun hasilnya tidak selalu seperti yang diharapkan.

Pengalaman hidup manusia membuktikan bahwa membangun rumah

tangga adalah mudah, tapi membina, mengatur dan menjaga keharmonisan

sehingga terwujud rumah tangga yang bahagia adalah tidak mudah.

Pengalaman hidup antara satu rumah tangga dengan rumah tangga lainnya

tentulah berbeda dan bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi. Belum

tentu sebuah rumah tangga yang hari ini kelihatan harmonis dan bahagia

dalam jangka waktu yang tidak ditentukan mengalami keretakan dan porak

poranda, demikiaan pula sebaliknya.

Page 15: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

2

Pengalaman hidup seperti itu tidak hanya terjadi pada orang kaya,

miskin, bodoh, pintar, desa, kota yang berprofesi sebagai sopir, pengusaha,

petani, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri dan lain-lain. Apabila

keretakan dan percekcokan dalam rumah tangga sudah tidak mungkin

didamaikan, maka Islam memberikan jalan terakhir penyelesaian dengan

perceraian. Namun, perceraian sedapat mungkin harus dihindari oleh setiap

pasangan suami istri karena perceraian adalah perbuatan halal yang paling

dibenci oleh Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan

oleh Abu Daud dan Hakim dan disahkan olehnya dari Ibnu „Umar yang

artinya: perbuatan halal yang sangat dibenci Allah azza wajalla ialah talak

(Sabiq, 1992:206).

Perceraian atau talak menurut Sayyid Sabiq (1992:206) adalah

“melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan”. Para

ulama telah sepakat bahwa talak yang sah adalah talak yang dijatuhkan oleh

suami yang berakal, baligh dan bebas memilih dialah yang boleh

menjatuhkan talak (Sabiq, 1992:208). Sedangkan menurut UUP, putusnya

perkawian serta akibat-akibatnya diatur dalam pasal 38 sampai dengan

pasal 41. Tata cara perceraian diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 9 Tahun 1975 pasal 14 sampai dengan pasal 36 dan teknisnya diatur

dalam Peraturan Menteri Agama (PERMA) Nomor 3 Tahun 1975 (Ali,

2006:73-74).

Page 16: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

3

Terdapat perbedaan prosedur pengajuan perceraian antara orang yang

berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan orang yang bukan

PNS. Dalam PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang perubahan atas PP No. 10

tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi PNS dinyatakan

bahwa PNS adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat

yang harus menjadi teladan dalam tingkah laku, tindakan dan ketaatan

kepada peraturan perundang-undangan, termasuk dalam kehidupan

berkeluarga agar dalam melaksanakan tugasnya tidak akan banyak

terganggu oleh masalah-masalah dalam keluarganya. Selanjutnya dalam

pasal 3 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa PNS yang akan melakukan

perceraian yang berkedudukan sebagai penggugat wajib memperoleh izin

dan PNS yang menjadi tergugat wajib memperoleh surat keterangan secara

tertulis dari atasan. Dalam pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa setiap atasan

yang menerima permintaan izin dari PNS wajib memberikan pertimbangan

selambat-lambatnya tiga bulan mulai tanggal ia menerima permintaan izin

itu. Dalam pasal 15 dinyatakan bahwa PNS yang tidak melaporkan

perceraiannya setelah satu bulan maka dijatuhi hukuman disiplin berat

berdasarkan PP No. 30 tahun 1980 tentang peraturan disiplin PNS.

Pada tahun 2010 tercatat 18 kasus perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga yang penggugat dan atau tergugatnya berprofesi sebagai PNS. Dari

18 kasus tersebut, 11 kasus diputus cerai, 1 kasus masih dalam proses

kasasi, 1 kasus gugur, 2 kasus dicabut, 1 kasus masih dalam proses

persidangan dan 2 kasus tidak mempunyai kekuatan hukum. Dari 11 kasus

Page 17: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

4

yang telah diputus cerai, ditemukan 7 kasus perceraian yang sudah ada izin

dari atasan, sedangkan 4 kasus lainnya tidak disertai surat izin bercerai dari

atasan. Dari 4 kasus ini peneliti menemukan satu surat pernyataan dari

penggugat PNS tentang kesediaannya menanggung segala resiko akibat dari

perceraian karena belum mendapat izin dari atasan yang berwenang.

Dalam PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 pasal 3 ayat 1

telah jelas dinyatakan bahwa PNS yang akan melakukan perceraian wajib

memperoleh izin dari pejabat, bukan surat pernyataan menanggung resiko

perceraian. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya Surat Edaran Mahkamah

Agung (SEMA) Nomor 5 Tahun 1984 tentang petunjuk pelaksanaan PP

Nomor 10 tahun 1983 yang menyatakan bahwa PP Nomor 10 Tahun 1983

merupakan peraturan disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil dalam rangka usaha

Pemerintah untuk membina Korps Pegawai Negeri yang bersih dan jujur

dan dalam butir ke 2 SEMA Nomor 5 Tahun 1984 menyatakan bahwa Pasal

16 PP Nomor 10 Tahun 1983 yang mengatur sanksi-sanksi manakala

seorang Pegawai Negeri melanggar ketentuan-ketentuan PP ini dapat

diberhentikan dengan hormat tanpa permohonan sendiri.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian Implementasi PP Nomor 10 Tahun 1983 jo PP Nomor 45 Tahun

1990 Tentang Izin Perceraian bagi PNS di Pengadilan Agama Salatiga tahun

2010.

Page 18: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

5

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran kasus perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga tahun 2010?

2. Apakah alasan perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga?

3. Bagaimanakah implementasi PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun

1990 dalam kasus perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran kasus perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga tahun 2010.

2. Untuk mengetahui alasan perceraian PNS di Pengadilan Agama

Salatiga.

3. Untuk mengetahui implementasi PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45

tahun 1990 dalam kasus perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi akademik

Sebagai upaya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

yang berhubungan dengan persoalan perceraian PNS menurut

implementasi PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 tentang

izin perkawinan dan perceraian bagi PNS di Pengadilan Agama

Salatiga.

Page 19: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

6

2. Bagi Pengadilan Agama Salatiga

Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap kemajuan

perkembangan ilmu hukum yang berhubungan dengan perceraian PNS

yang diatur dalam PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990

tentang izin perkawinan dan perceraian.

3. Bagi PNS

Untuk mengetahui proses perceraian menurut PP No. 10 tahun

1983 jo PP No. 45 tahun 1990 tentang izin pencatatan dan perkawinan

bagi PNS di Pengadilan Agama Salatiga.

4. Bagi masyarakat

Untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat

luas mengenai penerapan perceraian PNS dalam PP No. 10 tahun 1983

jo PP No. 45 tahun 1990 tentang izin pencatatan dan perkawinan bagi

PNS di Pengadilan Agama Salatiga.

E. Penegasan Istilah

1. Perceraian adalah putusnya hubungan perkawinan antara seorang laki-

laki dengan seorang perempuan sebagai suami-istri berdasarkan

keputusan Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri (Poerwadarminto,

2006: 231).

2. Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1974 jo Undang-undang No. 43 tahun 1999 tentang

pokok-pokok kepegawaian adalah pegawai negeri yang merupakan

Page 20: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

7

Warga Negara Indonesia yang telah memenunuhi syarat sebagai PNS

yang diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam

suatu tugas jabatan negeri dan digaji berdasarkan perundang-undangan

yang berlaku yang terdiri dari:

a. Pegawai Negeri Sipil baik pusat maupun daerah.

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia.

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Yang dipersamakan dengan Pegawai negeri Sipil dalam PP nomor 10

tahun 1990 pasal 1a ayat 2 yaitu:

a) Pegawai Bulanan di samping pensiun

b) Pegawai Bank milik Negara

c) Pegawai Badan Usaha milik Negara

d) Pegawai Bank milik Daerah

e) Pegawai Badan Usaha milik Daerah

f) Kepala Daerah, Perangkat Desa, dan petugas yang

menyelenggarakan urusan pemerintah di Desa.

Yang dimaksud dengan PNS dalam penelitian ini adalah setiap

orang yang bekerja pada pemerintah dengan diangkat oleh pejabat yang

berwenang dan diserahi tugas dalam jabatan tertentu yang digaji

menurut perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun daerah

ataupun orang yang dipersamakan dengan PNS.

Page 21: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

8

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Penelitian ini berdasarkan pada penelitian hukum yang

dilakukan dengan memakai pendekatan yuridis empiris.

Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan

dengan melihat suatu kenyataan hukum yang terjadi di masyakat

yang berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi

perundang-undangan (Ali, 2009:105). Dalam penelitian ini yang

dicari adalah klarifikasi pelaksanaan perceraian PNS dengan

berpedoman pada PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990

tantang izin perkawinan dan perceraian bagi PNS di Pengadilan

Agama Salatiga.

b. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini secara spesifik bersifat deskriptif

analitis, yang mengungkapakan aturan perundang-udangan yang

berkaitan dengan objek penelitian dan pelaksanaanya di masyarakat

(Ali, 2009:105-106). Metode ini dimasudkan untuk memperoleh

gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data seteliti

mungkin tentang objek yang diteliti. Penelitian ini untuk

menggambarkan pelaksanaan pengaturan perceraian PNS dalam PP

No. 10 tahun 1883 jo PP No. 45 tahun 1990 tentang izin perceraian

dan perkawinan, khususnya pasal 3 yang menyatakan bahwa setiap

Page 22: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

9

PNS yang akan mengajukan perceraian wajib menyertakan surat

izin tertulis dari atasan. Kajian tentang implementasi PP itu sangat

penting untuk dilakukan karena adanya pemberlakuan surat

pernyataan bagi penggugat PNS yang belum mendapatkan izin

atasan di Pengadilan Agama Salatiga.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti dalam penelitian ini melakukan wawancara secara

langsung ke Pengadilan Agama Salatiga sebagai instrumen penggali

data.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian perceraian PNS dilaksanakan di Pengadilan Agama

Salatiga yang terletak di jalan Lingkar Selatan, Dukuh Jagalan RT 14

RW 05 Salatiga. Peneliti memilih lokasi ini karena Pengadilan Agama

adalah pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat yang beragama

Islam (UU No. 50 Tahun 2009 pasal 2) dan Pengadilan Agama Salatiga

adalah pengadilan yang secara riil telah menangani kasus-kasus

perceraian yang mana para pihaknya adalah PNS.

4. Sumber Data

Peneliti menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya (Ali, 2009:106). Data primer dalam penelitian in adalah:

Page 23: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

10

1) Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah

Para Hakim Pengadilan Agama Salatiga yang menangani

perceraian PNS tahun 2010 dan Panitera Pengadilan Agama

Salatiga.

2) Dokumen

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Buku Pantauan Perkara 2010 Pengadilan Agama Salatiga

yaitu buku yang isinya tentang identitas penggugat/

pemohon dan tergugat/ termohon, tanggal perkara itu

diajukan kepengadilan, nama Majelis Hakim dan Panitera

yang menangani kasus itu dan memuat jenis perkara.

b) Buku Arsip Panitera yaitu buku arsip yang dimiliki oleh

Panitera yang berbentuk laporan perbulan isinya tentang

perkara yang disidangkan selama sebulan, mengetahui

perkara yang sudah diputus dan masih dalam proses

persidangan, ringkasan biaya yang masuk ke Pengadilan

Agama selama bulan itu, mengetahui tetang daftar

pengambilan akta putusan dan mengetahui perkara

perceraian yang termasuk ke dalam PP No. 10 tahun 1983 jo

PP No. 45 tahun 1990 tetang pencatatan perkawinan dan

perceraian bagi PNS.

Page 24: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

11

c) Arsip Putusan yaitu arsip yang isinya tentang surat gugatan,

jawaban tergugat, replik, duplik, putusan sela, relas

panggilan, berita acara persidangan, foto kopi bukti tertulis

dan putusan.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen

resmi (Ali, 2009:106). Data sekunder dalam penelitian ini adalah:

1) PP No. 10 tahun 1983 jo PP No 45 tahun 1990 tentang

Pencatatan Perkawinan Dan Perceraian Bagi PNS.

2) Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

3) PP No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

4) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode penelitian lapangan (Ali, 2009:107).

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara dan

observasi.

a. Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh

pewawancara dengan orang yang diwawancarai dengan maksud

untuk mendapatkan suatu kejelasan tetang suatu masalah (Moleong,

2002:135). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada para

Page 25: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

12

informan kunci dan informan pangkal. Informan kunci yakni para

hakim yang menanggani kasus perceraian PNS. Berdasarkan jumlah

kasus yang diteliti para hakim yang menangani perkara perceraian

PNS sebanyak 6 orang. Namun karena beberapa dari mereka telah

mutasi dari Pengadilan Agama Salatiga maka hakim yang dapat

diwawancarai hanya sebanyak 4 orang yaitu Drs. H. Noer Hadi,

M.H, Drs. H. Machmud, S.H, Hj. Muhlisoh, M.H. dan Dra. H.

Farida, M.H. Informan pangkal yakni informan selain hakim yaitu

Drs. Sakir, S.Hi sebagai ketua panitera, Dra. Widad sebagai

Sekretaris Pengadilan Agama dan Dra. Robiah sebagai Sekretaris

Panitera.

b. Observasi (pengamatan)

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tidak

berperan serta yang mempunyai satu fungsi yaitu melakukan

pengamatan (Moleong, 2002:126). Observasi ini dilakukan untuk

mengamati Buku Pantauan Perkara 2010, Buku Arsip Panitera dan

Arsip Putusan Perceraian PNS 2010.

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif

analisis. Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

terhadap data primer dan sekunder dengan mengunakan pola pikir

deduktif yaitu menanalisis teori tentang perceraian PNS yang terdapat

didalam UUP, PP nomor 10 tahun 1983 jo PP nomor 45 tahun 1990

Page 26: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

13

tentang izin perkawinan dan perceraian bagi PNS dan PP No. 9 tahun

1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan dengan proses penyelesaian perkara perkara

perceraian di Pengadilan Agama Salatiga. Karena dalam PP No. 10

tahun 1983 telah jelas dikatakan bahwa PNS yang melakukan

perceraian wajib mendapatkan izin dari atasan. Namun dalam praktekya

dalam kasus perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga, peneliti

menemukan surat pernyataan yang dibuat oleh penggugat PNS yang

isinya bersedia menanggung segala resiko akibat dari perceraian. Selain

itu peneliti juga menemukan bahwa seorang pensiunan PNS tidak

terkena PP ini.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

tehnik trianggulasi data yaitu dengan membandingkan apa yang

diperintahkan perundang-undangan tentang perceraian PNS khususnya

PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 tentang izin perkawinan

dan perceraian bagi PNS dengan proses penyelesaian perkara perceraian

PNS di Pengadilan Agama salatiga tahun 2010 dan wawancara dengan

Hakim dan Panitera.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahapan penelitian dalam penelitian ini dengan:

Page 27: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

14

a. Observasi pendahuluan ke Pengadilan Agama Salatiga dengan

melihat Buku Pantauan Perkara 2010, Buku Arsip Panitera dan

Arsip Putusan PNS selama 2010.

b. Wawancara dengan Para Hakim.

c. Observasi.

d. Trianggulasi data.

e. Analisis.

f. Kesimpulan.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I Pendahuluan; Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Fokus

Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,

Kerangka Teori, Metode Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan

Jenis Penelitian, Kehadiran Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data,

Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data,

Tahap-tahap Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II Konsep Perceraian dalam Fiqh dan Perundang-Undangan; Bab

ini berisi Konsep Perceraian dalam Fiqh Munakahat yang terdiri dari

Pengertian dan Tujuan Perceraian dalam Fiqh Munakahat, Dasar Hukum

Perceraian dalam Fiqh Munakahat, Syarat dan Alasan Perceraian dalam

Fiqh Munakahat. Konsep Perceraian Menurut Perundang-undangan yang

berisi tentang Pengertian dan Tujuan Perceraian dalam Perundang-

undangan, Syarat dan Alasan Perceraian dalam Perundang-undangan. PP

Page 28: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

15

No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 Ditinjau dari Politik Hukum

yang berisi tentang Pengertian dan Cakupan Politik Hukum, Politik Hukum

dalam PP No. 10 Tahun 1983 Jo PP No. 45 Tahun 1990.

Bab III Gambaran Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga; Bab

ini berisi tentang Kasus Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga

tahun 2010, Alasan Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga tahun

2010 dan Proses Penyelesaian Kasus Perceraian PNS di Pengadilan Agama

Salatiga, Implementasi PP No. 10 tahun 1983 Jo PP No. 45 tahun 1990

tetang Izin Perceraian bagi PNS di Pengadilan Agama Salatiga.

Bab IV Analisis Terhadap Perceraian Pegawai Negeri Sipil di

Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2010; Bab ini berisi tentang

Implementasi PP No. 10 Tahun 1983 jo PP No. 45 Tahun 1990 dalam Kasus

Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga, Gambaran Penyelesaian

Kasus Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2010.

Bab V Penutup; Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

Adapun lampiran dari pembahasan ini adalah: PP nomor 10 tahun

1983 jo PP nomor 45 tahun 1990, Putusan-putusan perkara perceraian PNS

tahun 2010, tabel kasus perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga pada

tahun 2010, surat pernyataan yang dibuat oleh PNS yang isinya tentang

kesediaannya menanggung segala resiko yang akan ia terima setelah terjadi

perceraian, laporan perkara khusus pelaksanaan PP nomor 10 tahun 1983di

Pengadilan Agama Salatiga tahun 2010, SEMA nomor 5 tahun 1994 tentang

petunjuk pelaksanaan PP nomor 10 tahun 1983.

Page 29: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

16

BAB II

KONSEP PERCERAIAN DALAM FIQH DAN PERUNDANG-

UNDANGAN

A. Konsep Perceraian dalam Fiqh Munakahat

1. Pengertian dan Tujuan Perceraian

Talak berasal dari kata ithlaq yang artinya melepaskan atau

meninggalkan. Talak menurut Sayyid Sabiq (1992:206) adalah

“melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan”.

Dalam Islam hak talak hanya diberikan kepada seorang laki-laki saja,

karena seorang laki-laki dipandang sebagai seseorang yang lebih

bersikap keras untuk melanggengkan tali perkawinanya dengan

menanggung semua kebutuhan keluarganya. Sedangkan jika seorang

suami itu mengikuti istrinya maka ia tidak berhak atas dirinya dan

perkara sepenuhnya terserah kepada istrinya, sebab ia telah

mengeluarkan hartanya untuk melepaskan dirinya dari ikatan suami istri

(Sabiq, 1992:210, 215).

Dalam hukum Islam, perceraian dapat terjadi karena talak, khulu’,

zhihar dan li’an (Nasution, 2002:204).

a. Talak

Talak terbagi menjadi dua yaitu talak raj’i dan talak ba’in.

Talak raj’i adalah talak yang suaminya masih memiliki hak untuk

rujuk dengan istrinya selama masa ‘iddah. Talak ini menguranggi

Page 30: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

17

jumlah hak talak yang dimiliki oleh seorang laki-laki. Jika seorang

bercerai dengan talak 1 dan 2 maka boleh ruju’ selama masa iddah

dan jika mereka ruju’ setelah masa iddah maka mereka harus

melakukan akan nikah yang baru (Ahmad, 2002:46).

Syarat talak raj’i adalah:

1) Bahwa istri sudah pernah dikumpuli.

Jika talak tersebut dijatuhkan pada seorang istri yang

belum pernah dikumpuli, maka jatuh talak ba’in. Seorang

wanita yang dicerai sebelum dikumpuli ia tidak mempunyai

masa iddah (Ahmad, 2000:44, 49).

2) Talak tersebut tidak mengunakan uang pengganti.

3) Talak tersebut tidak dimaksudkan untuk melengkapi talak tiga.

Akibat hukum dari talak raj’i menurut Sayyid Sabiq

(1992:235) adalah:

1) Tidak menghilangkan hak kepemilikan.

2) Tidak melarang bekas suami untuk tinggal bersama istrinya

selama masa iddah.

3) Tidak mempengaruhi hubungan yang halal kecuali

persetubuhan.

4) Selama masa iddah talak ini tidak menimbulkan akibat hukum

selanjutnya dan akibat hukum dari talak hanya bisa terjadi

setelah selesai masa iddahnya.

Page 31: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

18

Jika waktu iddah telah habis maka rujuk tidak diperbolehkan

dan perempuan itu tertalak ba’in. Jika perempuan itu masih dalam

masa iddah maka perempuan itu tertalak raj’i. Rujuk adalah salah

satu hak laki-laki selama masa iddah dan untuk merujuk tidak

memerlukan kerelaan dan penggetahuan istri dan wali (Sabiq,

1992:236). Syafi‟i berpendapat bahwa rujuk hanya boleh dengan

ucapan yang terang, jelas dimengerti dan dengan disaksikan oleh dua

orang yang adil.

Menurut Sayyid Sabiq (1992:237) Talak ba’in adalah “talak

yang ketiga kalinya, talak sebelum istri dikumpuli dan talak dengan

tebusan oleh istri kepada suaminya”. Talak ba’in dibagi menjadi dua

yaitu talak ba’in shughra dan talak ba’in kubra. Talak ba’in shughra

adalah talak yang kurang dari tiga. Talak ini mempunyai akibat

hukum:

1) Memutuskan tali hubungan suami istri jika diucapkan.

2) Jika salah satu meninggal setelah atau dalam masa iddah masa

yang satunya tidak akan mendapatkan warisan.

3) Perempuan yang dicerai masih berhak atas sisa pembayaran

mahar.

4) Bekas suami berhak kembali dengan istrinya dengan akad dan

mahar baru sebelum perempuan itu menikah dengan orang lain.

5) Jika talak ini adalah talak yang pertama, maka suami masih

mempunyai dua talak setelah rujuk.

Page 32: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

19

Talak ba’in kubra adalah talak tiga penuh. Talak ini

mempunyai akibat hukum memutuskan tali perkawinan, tidak

menghalalkan bekas suami untuk merujuk istrinya sebelum menikah

dengan laki-laki lain yang hidup selayaknya suami istri dan sudah

bercerai. Jika suami ingin kembali pada istrinya menurut Ahmad bin

Kusain Al-Syahiir bi Abi Syuja‟ (2005:48) maka harus ada syarat:

1) Habis iddahnya dengan suami pertama.

2) Menikah dengan laki-laki lain.

3) Melakukan hubungan selayaknya suami istri dengan laki-laki

lain.

4) Dicerai oleh laki-laki lain.

5) Telah habis masa iddahnya dari laki-laki lain.

Hanafi berpendapat bahwa talak itu mempunyai kekuatan

hukum:

1) Mubah

Talak itu diperbolehkan jika bertujuan untuk menghindari

bahaya yang mengancam salah satu pihak, baik suami maupun

istri.

2) Wajib

Bahwa talak itu adalah jalan terakhir yang dijatuhkan oleh

hakim karena adanya perpecahan yang sudah tidak dapat

didamaikan lagi dalam suatu perkawinan.

Page 33: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

20

3) Haram

Jika talak itu djatuhkan tanpa adanya alasan dan tidak

adanya kemaslahatan.

4) Sunnah

Talak sunnah yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami

karena istri tidak menjalankan kewajiban agama dan istri tidak

mempunyai rasa malu.

Tentang al-hadm (Penghapusan hitungan talak) Para ulama

telah sepakat bahwa perempuan yang tertalak ba’in kubra dan ba’in

sughra bila ia kembali kepada suami pertamanya setelah menikah

dengan laki-laki lain, maka laki-laki itu mempunyai hak atas tiga kali

talak (Sabiq, 1992:238).

b. Khulu’

Khulu’ adalah perceraian yang disertai dengan penyerahan

sejumlah harta dengan sejumlah ‘iwadh yang diberikan oleh seorang

istri kepada suami untuk menebus diri agar terlepas dari ikatan

perkawinan. Para ulama‟ madzhab sepakat bahwa khulu’ boleh

dilakukan oleh orang yang bukan istrinya dan‘iwadh harus seniliai

dengan barang yang bisa dijadikan mahar. Tetapi bila ‘iwadh

dilakukan dengan barang yang tidak boleh dimiliki misalnya khamr

dan babi. Hanafi, Maliki dan Hambali berpendapat bahwa khulu’

tersebut tetap sah dan laki-laki yang mentalak istrinya dengan barang

tersebut tidak mendapat barang tebusan atau tidak mendapatkan apa-

Page 34: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

21

apa. Sedangkan Syafi‟i berpendapat bahwa khulu’nya tetap sah dan

istri harus membayarkan harta sejumlah mahar yang ia dapatkan

dahulu.

Jika seorang suami mengkhulu’ istrinya dengan barang yang

diduga merupakan miliki istrinya tetapi milik orang lain maka

Hanafi berpendapat bahwa jika barang tersebut boleh dimiliki oleh

pemilikya maka khulu’nya sah. Jika barang tersebut tidak diizinkan

untuk dimiliki oleh pemiliknya maka istri harus menganti barang

yang serupa dengan barang itu. Syafi‟i berpendapat bahwa suami

berhak mendapatkan mahar mitsil. Maliki berpendapat bahwa dalam

hal itu telah jatuh talak ba’in sedangkan penebusnya batal.

Jika ‘iwadh yang diajukan oleh istrinya dengan tebusan berupa

menyusui dan memberikan nafkah kepada anak-anaknya untuk

waktu tertentu menurut kesepakatn imam madzhab maka khulu’nya

tetap sah. Menurut Hanafi, Syafi‟i dan Maliki dan Hambali

berpendapat bahwa wanita yang sedang hamil boleh mengajukan

khulu’ pada suaminya (Mughniyah, 1994:181-186).

Para ulama madzhab berpendapat bahwa syarat mengajukan

khulu’ bagi seorang wanita menurut Muhammad Jawad Mughniyah

(1994:186-188) adalah baligh dan berakal sehat. Seorang istri yang

safih (idiot) tidak boleh mengajukan talak tanpa izin dari walinya.

Para imam mazhab berbeda pendapat tentang keabsahan khulu’ yang

dijatuhkan oleh walinya. Hanafi berpendapat jika walinya

Page 35: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

22

membayarkan „iwadh dengan hartanya maka khulu’nya sah. Maliki

berpendapat jika khulu’ itu didasarkan atas persetujuan walinya dan

‘iwadh diambilkan dari hartanya sendiri maka khulu’nya sah. Syafi‟i

dan Hambali berpendapat bahwa khulu’ yang dilakukan oleh orang

yang idiot adalah tidak sah baik dengan izin atau tanpa izin dari

walinya. Syafi‟i hanya memberikan pengecualian jika walinya

khawatir kalau suaminya akan menguasai harta istrinya yang idiot,

maka khuluknya batal tapi jatuh talak raj’i. Sedangkan Hambali

berpendapat bahwa tidak akan terjadi khulu’ ataupun talak ketika

tidak ada niat dari suaminya.

Seluruh imam madzhab kecuali hambali berpendapat bahwa

syarat bagi suami yang melakukan khulu’ menurut Muhammad

Jawad Mughniyah (1994:188) adalah baligh dan berakal. Sedangkan

Hambali berpendapat bahwa khulu’ dianggap sah jika dilakukan oleh

orang yang mumayiz (sudah mengerti walaupun belum baligh).

c. Zhihar

Zhihar adalah ucapan suami kepada istrinya yang berisi

menyerupakan punggung istri dengan punggung ibu suami, seperti

ucapan suami kepada istrinya: “engkau bagiku adalah seperti

punggug ibuku.” Para imam madzhab telah sepakat bahwa

mengucapankan kalimat zhihar mempunyai akibat hukum yang

bersifat duniawi dan ukhrawi. Akibat hukum yang bersifat duniawi

adalah menjadi haramnya suami mengumpuli istrinya yang dizhihar

Page 36: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

23

sampai suami melaksanakan kaffarah zhihar sebagai pendidikan

baginya agar tidak mengulangi perkataan dan sikapnya yang buruk

itu. Sedangkan akibat yang bersifat ukhrowi adalah bahwa zhihar itu

perbuatan dosa, orang yang mengucapkannya berarti berbuat dosa,

untuk membersihkannya wajib bertobat dan memohon ampun pada

Allah.

d. Ila’

Ila’ adalah sumpah yang diucapkan oleh suami dengan

menyebut nama Allah atau sifat-Nya yang ditujukan kepada istrinya

untuk tidak mendekatinya, baik secara muthlaq maupun dibatasi

dengan ucapan selamanya atau dibatasi empat bulan atau lebih.

Tetapi para imam madzhab berbeda pendapat jika waktunya empat

bulan. Hanafi berpendapat bahwa ila’ tersebut jatuh, tetapi tidak

jatuh menurut madzhab lainnya. Jika waktu ila’ lewat dari empat

bulan dan suami belum juga mencampuri istrinya maka menurut

pendapat Hanafi dalam perkawinannya telah jatuh talak ba’in.

Menurut Maliki, Syafi‟i dan Hambali persoalan itu harus diajukan

kepada hakim agar hakim menyuruh suaminyaa untuk

menyampurinya. Kalau suaminya menolak maka hakim akan

menjatuhkan talak raj’i.

Tujuan dari perceraian adalah adanya keraguan suami terhadap

perilaku istri, tertanamnya rasa tidak senang di hati suami terhadap istri.

Syara‟ menjadikan talak sebagai jalan keluar yang sah untuk bercerainya

Page 37: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

24

suami istri, namun syara‟ membenci terjadinya perbuatan ini dan tidak

merestui dijatuhkannya talak tanpa alasan atau sebab. Adapun alasan

dijatuhkannya talak ini menyebabkan kedudukan hukum talak menjadi:

wajib, haram, mubah dan sunnat.

Talak menjadi wajjb jika suami atas permintaan istri karena suami

tidak mampu menunaikan hak istri dan tidak mampu menunaikan

kewajibannya sebagai suami. Talak menjadi haram jika dari perceraian

itu tidak ada alasan atau keperluan karena talak yang demikian

menimbulkan madharat, baik suami maupun istri. Talak itu mubah ketika

ada keperluan untuk itu, yaitu karena jeleknya perilaku istri atau suami

menderita madharat lantaran tingkah laku istri, atau suami tidak

mencapai tujuan perkawinan dari istri. Talak disunatkan jika istri rusak

moralnya, berbuat zina, melanggar larangan agama dan meningalkan

kewajiban agama seperti sholat, puasa dan istri tidak afifah (menjaga diri,

perilaku terhormat) (Ghazaly, 2003: 212-217).

2. Dasar Hukum Perceraian

Dasar hukum tentang tata cara perceraian adalah firman Allah

dalam surat Al-Baqarah ayat 229:

Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk

lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara

Page 38: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

25

yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu

dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau

keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-

hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami

isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka

tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan

oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah,

maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang

melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang

yang zalim (Depag RI, 2005: 28).

Dasar hukum yang mengsyaratkan bahwa talak harus dilakukan

dengan dua orang saksi dan harus dilakukan dengan cara yang baik dan

perceraian adalah jalan terakhir adalah surat Ath-Thalaq ayat 2

Artinya: Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka

rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka

dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi

yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan

kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran

dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari

akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia

akan mengadakan baginya jalan keluar (Depag RI, 2005:

445).

Dasar hukum yang menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan

mempunyai hak yang sama dalam perceraian terdapat dalam surat An-

Nisa‟ ayat 128

Page 39: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

26

Artinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak

acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya

mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan

perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu

menurut tabiatnya kikir, dan jika kamu bergaul dengan

isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan

sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan (Depag RI, 2005: 78).

Dasar hukum yang menyatakan untuk melibatkan pihak ketiga

(hakam) dalam perceraian terdapat dalam surat an-Nisa‟ ayat 35.

Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara

keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-

laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua

orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya

Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Depag RI,

2005: 66).

3. Syarat dan Alasan Perceraian

Syarat bagi orang yang mentalak menurut Muhammad Jawad

Mughniyah (1994:163-165) adalah sebagai berikut:

a. Baligh

Para ulama mazhab kecuali Hambali sepakat bahwa talak yang

dijatuhkan oleh anak kecil adalah tidak sah walaupun ia telah pandai.

Sedangkan menurut Hambali talak yang dijatuhkan oleh anak kecil

Page 40: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

27

yang sudah mengerti adalah sah walaupun usianya belum mencapai

sepuluh tahun.

b. Berakal sehat

Orang yang tidak berakal sehat adalah:

1) Gila baik gila akut ataupun ayan yang diucapkan pada saat ia gila.

2) Dalam keadaan sadar, baik sedang tidur ataupun sakit.

3) Orang mabuk, menurut imam mazhab talak orang mabuk adalah

sah jika ia mabuk karena minuman yang diharamkan dan karena

keinginannya sendiri. Sedangkan jika ia mabuk karena dipaksa

minum maka talaknya dianggap tidak sah.

4) Orang marah yang mempunyai maksud untuk mentalak. Jika

tidak ada maksud untuk mentalak maka talak yang dijatuhkan

seperti talaknya orang gila.

c. Atas kehendak sendiri

Semua imam madzhab kecuali Hanafi berpendapat bahwa

talak yang dijatuhkan oleh orang yang dipaksa adalah tidak sah.

Sedangkan Hanafi berpendapat bahwa talak yang dipaksa adalah sah.

d. Adanya maksud untuk menjatuhkan talak

Jika talak itu diucapkan karena lupa, keliru atau main-main,

maka menurut Hanafi adalah sah sedangkan menurut Maliki,

Hambali dan Syafi‟i talaknya tidak sah karena sebuah talak

memerlikan niat.

Page 41: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

28

e. Sighat thalaq dengan ucapan yang diucapkan oleh suami terhadap

istrinya yang menunjukkan thalaq, baik yang syarih (jelas) maupun

yang kinayah (sindiran), baik berupa ucapan, tulisan, isyarat bagi

suami tuna wicara atau dengan suruhan orang lain. Tidak dipandang

jatuh perbuatan suami terhadap istrinya yang menunjukkan

kemarahan dan adanya niat thalaq atau masih berada dalam pikiran

dan angan-angan, tidak diucapakan, tidak dipandang sebagai talak.

f. Qashdu (kesengajaan), artinya bahwa dengan ucapan thalaq itu

memang dimaksud oleh orang yang mengucapkannya untuk thalaq,

bukan maksud yang lain.

Alasan putusnya perkawinan di dalam islam menurut Drs.

sudarsono (2005:128-154) adalah:

a. Adanya sebab tertentu yang memungkinkan hubungan antara suami

dan istri yang tidak dapat diteruskan dalam membina rumah tanngga

yang disebut dengan talaq.

b. Putusnya perkawinan karena nusyus baik nusyus yang datang dari

suami berdasarkan Q.S An-Nisa 128 dan nusyus istri berdasarkan Q.S

An-Nisa 34.

c. Putusnya perkawianan karena adanya sumpah li’an seperti yang

terdapat di didalam Q.S An-Nur 4, 6, 7, 8, 9 dan 10. Akibat hukum

dari sumpah ini adalah talaq ba’in kubra dan dera 80 kali bagi pelaku

yang terbukti berzina dan anak yang dikandung hanya punya garis

keturunan dari ibunya.

Page 42: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

29

d. Putusya perkawinan karena sumpah Illa’ berdasarkan Q.S Al Baqarah

ayat 226 dan 227 dan dzihar berdasarkan Q.S Al Mujadallah ayat 1-4

e. Adanya perceraian karena permintaan istri yang mengakibatkan

khulu’.

f. Adanya krisis memuncak yang terjadi antara suami istri sedemikian

rupa sehingga antara suami istri terjadi pertentangan pendapat dan

pertengkaran, menjadi dua pihak yang tidak mungkin dipertemukan

dan kedua belah pihak tidak dapat mengatasinya sehingga

menimbulkan syiqoq.

g. Adanya larangan perkawinan antara suami istri semisal karena

pertalian darah, pertalian susuan, pertalian semenda atau terdapat hal-

hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum seperti tidak

terpenuhinya rukun atau syaratnya yang menyebabkan putusnya

perkawinan.

h. Adanya suatu kesengsaraan yang menimbulkan kemadhorotan

seperti: Tidak adanya nafkah bagi istri, terjadi cacat atau penyakit dan

adanya pederitaan yang menimpa istri yang menyebabkan

perkawinan itu fasakh. Fasakh ini berakibat bahwa mereka tidak bisa

rujuk karena talak ini dihukumi talaq ba’in kubra.

i. Putusnya perkawinan karena adanya penanggungan terjadinya

penjatuhan talak terhadap peristiwa tertentu sesuai perjanjian yang

dibuat oleh suami istri sebelumnya dengan dasar Q.S An Nisa‟ ayat

128.

Page 43: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

30

j. Salah satu pihak meninggal dunia

B. Konsep Perceraian Menurut Perundang-undangan

3. Pengertian dan Tujuan Perceraian dalam Perundang-undangan

Dalam Undang-undang perkawinan (UUP) pasal 38 dinyatakan

bahwa putusnya perkawinan dapat terjadi karena tiga kemungkinan yaitu:

kematian, perceraian dan putusan pengadilan. Dalam UUP pasal 39 ayat

1 dinyatakan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang

Pengadilan Agama dan dalam pasal 39 ayat 2 dinyatakan bahwa

Perceraian hanya mungkin terjadi jika suami dan istri tidak mungkin

rukun lagi dalam kehidupan rumah tangga. Dalam Kompilasi Hukum

Islam (KHI) pasal 18 dinyatakan bahwa Putusnya perkawinan selain

kematian hanya dapat dibuktikan dengan surat cerai yang dikeluarkan

oleh Pengadilan Agama setelah diadakannya proses pemeriksaan di

dalam persidangan. Dalam KHI pasal 114 dinyatkan bahwa putusnya

perkawinan selain karena kematian hanya terjadi karena cerai talak atau

gugatan perceraian.

Dalam UUP pasal 22 dinyatakan bahwa “perkawinan dapat

dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk

melangsungkan perkawinan”. Sementara putusnya perkawinan karena

putusan Pengadilan tidak ada penjelasan yang tegas. Namun dari

penjelasan perundang-undangan yang ada menurut Khoiruddin Nasution

(2002:222) ada beberapa sebab terjadinya perceraian yaitu:

Page 44: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

31

a. Talak

Talak adalah pemutusan perkawinan yang dilakukan oleh

seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut

agama Islam yang bertujuan untuk menceraikan isterinya dengan

mengajukan surat gugatan kepada Pengadilan di tempat tinggalnya.

Surat gugatan berisi tentang pemberitahuan bahwa ia bermaksud

menceraikan isterinya disertai dengan alasan-alasan yang

mendasarinya. Pemohon meminta kepada Pengadilan Agama agar

diadakan sidang untuk keperluan itu. Pengadilan yang bersangkutan

berkewajiban mempelajari isi surat yang dimaksud dalam waktu

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dan memanggil pengirim

surat dan juga isterinya untuk meminta penjelasan tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan maksud perceraian itu.

Pengadilan dalam perkara ini hanya memutuskan untuk

mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian.

Apabila memang terdapat alasan-alasan seperti yang dibenarkan

menurut perundang-undangan. Jika Pengadilan berpendapat bahwa

antara suami isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi

didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Sesaat

setelah dilakukan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian

yang dimaksud, Ketua Pengadilan membuat surat keterangan tentang

terjadinya perceraian. Surat keterangan itu dikirimkan kepada

Pegawai Pencatat di tempat perceraian itu terjadi untuk diadakan

Page 45: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

32

pencatatan perceraian. Perceraian itu terjadi terhitung pada saat

perceraian itu dinyatakan di depan sidang pengadilan (PP No. 9

tahun 1975 pasal 14-18).

b. Cerai gugat

Cerai gugat adalah cerai yang diajukan oleh istri terhadap

suaminya yang diajukan ke pengadilan (UUP pasal 40-41).

c. Khuluk (tebus talak)

Putusnya perkawinan selain cerai mati hanya dapat dibuktikan

dengan putusan pengadilan agama yang berbentuk putusan

perceraian yang berupa ikrar talak, khuluk atau putusan taklik talak.

Tata cara perceraian dengan alasan khuluk dengan cara seorang istri

menyampaikan permohonannya ke Pengadilan Agama yang

mewilayahi tempat tinggalnya dengan disertai alasan yang jelas.

Pengadilan Agama selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan

memenggil istri dan suaminya untuk didengarkan keterangan dan

kesaksiannya. Dalam persidangan hakim memberikan keterangan

tentang akibat dari khuluk dan memutuskan besarnya iwadl atau

tebusan sesuai kesepakatan antara suami istri yang bersangkutan.

Setelah adanya kesepakatan iwadl maka Pengadilan Agama akan

memberikan izin kepada suami untuk mengikrarkan talaknya di

depan sidang pengadilan (KHI pasal 8 dan 148).

d. Syiqoq

Page 46: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

33

Syiqoq adalah perceraian yang terjadi antara suami dan istri

karena pertengkaran terus menerus dan tidak ada harapan lagi untuk

hidup rukun. Gugatan itu hanya dapat diterima oleh Pengadilan

Agama apabila cukup jelas alasan yang mendasarinya setelah

mendengarkan kesaksian dari pihak keluarga dan teman terdekat

mereka (UU No. 50 tahun 2009 pasal 76 dan KHI pasal 116 poin f,

134).

e. Fasakh

Fasakh adalah pembatalan perkawinan karena salah satu pihak

tidak syarat-syarat untuk melangsungsungkan perkawinan (UUP

pasal 22). Yang dapat melakukan pembatalan perkawinan adalah:

1) Keluarga dari suami atau istri yang mempunyai garis keturunan

lurus ke atas.

2) Suami atau istri.

3) Pejabat yang berwenang sebelum perkawinan dilangsungkan

(UUP pasal 23).

Pembatalan nikah dapat dilakukan jika Perkawinan

dilangsungkan di muka pegawai pencatat nikah yang tidak

berwenang, wali nikah yang tidak sah, tidak adanya dua orang saksi

(UUP pasal 26 ayat 1). Pembatalan ini bisa gugur jika mereka telah

hidup selayaknya suami istri dan dapat memperlihatkan akte

perkawinan yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah yang tidak

Page 47: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

34

berwenang dan perkawinannya harus diperbaharui supaya sah (UUP

pasal 26 ayat 2).

f. Taklik talak

Takhlik talak adalah perceraian yang dilakukaan karena salah

satu pihak telah melanggat ketentuan yang terdapat di dalam sighot

taklik talak (KHI pasal 8, 46 ayat 2 dan 51).

g. Li’an

Li’an adalah perceraian dengan sebab karena salah satu pihak

melakukan zina (UU No.50 tahun 2009 pasal 87-88).

Tujuan dari perceraian dalam pasal 16 PP No. 9 tahun 1975

adalah suami isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan

untuk hidup rukun dalam rumah tangga dan Pengadilan hanya

memutuskan untuk mengadakan sidang perceraian antara seorang suami

yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang akan

menceraikan isterinya, mengajukan surat kepada Pengadilan di tempat

tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan

isterinya disertai dengan alasan-alasannya serta meminta kepada

Pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu.

4. Syarat dan Alasan Perceraian dalam Perundang-undangan

Alasan perceraian menurut penjelasan UUP pasal 39 dan PP

No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 19 adalah:

Page 48: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

35

a. Salah satu pihak berbuat zina, atau menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain tanpa alasa yang sah atau karena

hal yang lain diluar kemauannya.

c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

yang membahayakan terhadap pihak yang lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang

mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

suami istri.

f. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga.

Sedangkan dalam KHI pasal 116 ditambah

g. Suami melanggar taklik talak.

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak

rukunan rumah tangga.

Adapun syarat mengajukan peceraian bagi PNS diatur dalam PP

No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 tentang izin perkawinan dan

perceraian bagi PNS. Terdapat perbedaan antara PP No. 10 tahun 1983 Jo

Page 49: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

36

PP No.45 tahun 1990 tentang penjelasan syarat tersebut. Dalam PP No.10

tahun 1983 tercatat tiga ayat yaitu:

1. Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib

memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat.

2. Permintaan untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam

ayat 1 diajukan secara tertulis.

3. Dalam surat permintaan izin perceraian harus dicantumkan alasan

yang lengkap yang mendasari permintaan izin perceraian itu.

Syarat dalam PP No. 45 tahun 1990 diubah menjadi:

1. Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib

memperoleh izin atau surat keterangan lebih dahulu dari pejabat.

2. Bagi Pegawai Negeri sipil yang berkedudukan sebagai penggugat

atau bagi pegawai negeri sipil yang berkedudukan sebagai tergugat

untuk memperoleh izin atau surat keterangan sebagaimana

dimaksud dalam ayat 1 harus mengajukan permintaan secara

tertulis.

3. Dalam surat permintaan izin atau pemberitahuan adanya gugatan

perceraian untuk mendapatkan surat keterangan harus dicantumkan

alasan yang lengkap yang mendasarinya.

Dari perubahan bunyi PP No. 10 tahun 1983 menjadi PP No. 45 tahun

1990 dapat disimpulkan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang akan

melakukan perceraian wajib memperoleh izin dari pejabat. Baik PNS

itu berkedudukan sebagai penggugat ataupun sebagai tergugat. Jika

Page 50: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

37

PNS beredudukan sebagai penggugat ia wajib menyertakan surat izin.

Jika PNS berkedudukan sebagai tergugat maka ia harus menyertakan

surat keterangan dari atasannya. Dalam surat gugatan itu harus

dicantumkan alasan yang jelas tentang penyebab terjadinya perceraian.

C. PP No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 Ditinjau dari Politik

Hukum

Politik hukum menurut Mahfud MD (2011:1) adalah legal policy atau

garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang baru maupun hukum yang lama,

dalam rangka mencapai tujuan Negara. Hukum diposisikan sebagai alat untuk

mencapai tujuan Negara dengan menggunakan hukum sebagai alat untuk

memberlakukan dan tidak memberlakukan hukum sesuai dengan tahapan-

tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan Negara kita.

Politik hukum sekurang-kurangnya mencakup tiga hal yaitu:

a. Kebijakan Negara (garis resmi) tentang hukum yang akan diberlakukan

dan tidak diberlakukan dalam rangka pencapaian tujuan.

b. Latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya (poleksosbud) atas

lahirnya produk hukum.

c. Penegakan hukum di dalam kenyataan lapangan.

Terkait dengan PP No. 10 Tahun 1983 Jo PP No. 45 Tahun 1990 ini,

pembahasan akan diarahkan kepada pertanyaan apakah yang melatar

belakangi pengesahan PP itu. Apakah PP itu juga diposisikan sebagai alat

Page 51: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

38

untuk mencapai tujuan Negara melalui pemberlakuannya sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan Negara.

PP No. 10 Tahun 1983 disahkan pada tanggal 21 april 1983 di Jakarta.

PP itu disahkan oleh Presiden Repulik Indonesia yang saat itu dijabat oleh

Soeharto dan diundangkan oleh Menteri Sekretaris Negara Repulik Indonesia

yang dijabat oleh Soedarmono, S.H. Kemudian PP ini dirubah menjadi PP

No. 45 tahun 1990 yang disahkan juga oleh Presiden Soeharto dan

diundangkan oleh Menteri Sekretaris Negara Repulik Indonesia yang dijabat

oleh Moerdiono. Kedua PP itu disahkan pada Masa kepemimpinan Soeharto

yang dikenal sebagai pemerintahan orde baru.

Birokrasi di zaman orde baru ditandai dengan beberapa ciri salah

satunya keberpihakan birokrasi terhadap suatu partai, tentu saja dalam hal ini

Golkar. Pada masa Orde Baru, Pegawai Negeri Sipil dipolitisasi dengan cara

monoloyalitas terhadap Golkar yang merubah Pegawai Negeri Sipil dari

sebagai abdi masyarakat menjadi abdi penguasa. Secara formal pegawai

negeri memang tidak dipaksa menjadi anggota dan memilih Golkar dalam

pemilihan umum, namun pada kenyataannya mereka dimobilisasi untuk

memenangkan Golkar. Kebijakan monoloyalitas pegawai negeri kepada

pemerintah dalam praktiknya diselewengkan menjadi loyalitas tunggal

kepada Golkar (http://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_negeri).

Politik hukum pada masa orde baru sangat unik dan menarik untuk

diamati, karena ada dua macam kebijakan dalam politik hukumnya. Politik

hukum yang pertama adalah menciptakan hukum untuk mempertahankan dan

Page 52: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

39

mengkonsentrasikan kekuasaan di tangan Soeharto dengan selalu

memenangkan Golkar dalam setiap pemilu. Politik hukum dalam rangka

mengkonsentrasikan kekuasaanya sepenuhnya di tangan Soeharto dilakukan

dengan menetapkan peraturan peraturan perundang-undangan yang

berkarakter elitis atau konservatif (Saragih, 2006:118-122).

Politik hukum yang kedua adalah menciptakan hukum sebagai landasan

dalam kebijakan ekonomi yang liberal. Sistem ekonomi yang liberal ini pada

akhirnya berdampak negatif yaitu menjadikan perekonomian nasional di

tangan segelintir orang (pengusaha), sehingga menciptakan maraknya

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini tidak mendapatkan banyak

tantangan dari masyarakat karena tidak menyinggung hal-hal sensitif dalam

masyarakat seperti budaya dan agama (Saragih, 2006: 119, 124).

Politik hukum yang diterapkan oleh Soeharto dalam menciptakan

hukum untuk mempertahankan kekuasaan ditangannya dan menciptakan

hukum sebagai landasan dalam kebijakan ekonomi yang liberal. Menurut

Mochtar Kusumaatmadja sebagai politik yang netral. Karena politik hukum

yang dilakukan oleh Soeharto tersebut tidak menyinggung masalah yang

berhubungan dengan agama dan kebudayaan. Karena dalam masyarakat yang

sedang membangun secara garis besar hukum itu harus mengatur masalah

yang berhubungan dengan kehidupan budaya dan spiritual masyarakat dan

kebudayaan yang bersifat netral.

Konfigurasi politik pada eksekutif masa Orde Baru merupakan

konfigurasi politik yang non-demokratis. Hal tersebut dapat terlihat dari

Page 53: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

40

program kabinet-kabinet yang dibentuk selama masa Orde Baru sejak pemilu

1971. Dalam program kabinet selalu dicanangkan pemilihan dan

meningkatkan stabilitas politik atau meningkatkan trilogi pembangunan.

Sejak kabinet yang terbentuk pada tahun 1983, program kabinet ditambah

dengan meningkatkan/memasyarakatkan ideologi pancasila dalam

mengembangkan demokrasi pancasila dan menyelenggarakan Pendidikan

yang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) bagi pejabat,

PNS dan masyarakat dalam pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa

(Saragih, 2006: 117).

Salah satu program kabinet pada tahun 1983 adalah disahkannya PP

No. 10 tahun 1983 jo PP No. 45 tahun 1990 tentang Pencatatan Perkawinan

dan Perceraian Bagi PNS. Politik hukum yang terkandung dalam PP No. 10

tahun 1983 dapat dipahami dari penjelasan PP itu yang menyatakan bahwa

PNS adalah aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat yang harus

menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingka laku, tindakan dan

ketaatan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat

melaksanakan kehidupan yang demikian PNS harus ditunjang oleh kehidupan

keluarga yang serasi, sehingga setiap PNS dalam melaksanakan tugasnya

tidak akan banyak terganggu dalam masalah keluarga. Salah satu masalah

keluarga yang dihadapi oleh PNS adalah perceraian.

Disinilah terjadi perbedaan antara PP No.10 tahun 1983 dengan UU No.

1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Salah satu alasan perceraian menurut UUP

adalah salah satu pihak mendapat cacat badan dan atau penyakit dengan

Page 54: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

41

akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri. Namun

dalam penjelasan PP No. 10 tahun 1983 pasal 7 ayat 2 dinyatakan bahwa

seorang PNS yang melakukan perceraian dengan alasan istri tertimpa

musibah tidak memberi keteladanan yang baik meskipun ketentuan PP

memungkinkannya.

Selain itu dalam penjelasan PP No. 45 tahun 1990 dinyatakan bahwa:

a. Dalam pelaksanaannya beberapa ketentuan PP No. 10 tahun 1983 tidak

jelas dan PNS tertentu yang seharusnya terkena ketentuan PP No. 10

tahun 1983 dapat menghindar baik secara sengaja maupun tidak.

b. Terhadap ketentuan tersebut adakalanya pejabat tidak mengambil

tindakan yang tegas karena ketidakjelasan rumusan ketentuan PP itu,

sehingga dapat memberi peluang untuk melakukan penafsiran sendiri-

sendiri.

Dengan pertimbangan diatas, maka dipandang perlu melakukan

penyempurnaan dengan menambah dan atau mengubah beberapa ketetuan PP

itu agar bisa menjamin keadilan bagi kedua belah pihak. Di samping itu,

menginggat faktor pelanggaran terhadap peraturan PP berbeda-beda maka

sanksi terhadap pelanggaran yang semula berupa pemberhentian dengan

hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS dalam PP No. 45 tahun

1990 dirubah menjadi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan PP No.

30 tahun 1980 untuk memberikan rasa keadilan.

Dengan melihat tentang proses pembentukan PP No. 10 tahun 1983 jo

PP No. 45 tahun 1990, peneliti berpendapat bahwa PP ini sesuai dengan

Page 55: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

42

fungsi hukum sebagai sarana perubahan masyarakat (law as a tool of social

engineering) (Kusumaatmadja, 1986:9,14).

Page 56: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

43

BAB III

GAMBARAN PERCERAIAN PNS DI PENGADILAN AGAMA

SALATIGA

A. Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Salatiga tahun 2010

Dalam Undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang perubahan

Undang-undang nomor 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama pasal 49

disebutkan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,

memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang

yang beragama islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf,

zakat, infaq, shadaqoh dam ekonomi syariah. Di bidang perkawinan

diantaranya meliputi poligami, dispensasi nikah, pembatalan perkawinan,

perceraian, penyelesaian harta bersama, penguasaaan anak, isbat nikah.

Berdasarkan Buku Pantauan Perkara di Pengadilan Agama Salatiga

pada tahun 2010 telah tercatat 1050 perkara yang masuk, 994 diantaranya

adalah perkara perceraian. Pada bulan Januari tercatat 28 kasus cerai talak

dan 55 kasus cerai gugat. Bulan Pebruari tercatat 27 kasus cerai talak dan 57

kasus cerai gugat. Bulan Maret tercatat 27 kasus cerai talak dan 52 kasus

cerai gugat. Bulan April tercatat 41 kasus cerai talak dan 60 kasus cerai gugat.

Bulan Mei tercatat 27 kasus cerai talak dan 46 kasus cerai gugat. Pada bulan

Juni tercatat 21 kasus cerai talak dan 60 kasus cerai gugat. Pada bulan Juli

tercatat 26 kasus cerai talak dan 48 kasus cerai gugat. Pada bulan Agustus

tercatat 21 kasus cerai talak dan 35 kasus cerai gugat. Pada bulan September

Page 57: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

44

tercatat 27 kasus cerai talak dan 48 kasus cerai gugat. Pada bulan Oktober

tercatat 41 kasus cerai talak dan 55 kasus cerai gugat. Pada bulan November

tercatat 27 kasus cerai talak dan 69 kasus cerai gugat. Pada bulan Desember

tercatat 37 kasus cerai talak dan 59 kasus cerai gugat (Buku Pantauan Perkara

Pengadilan Agama Salatiga 2010).

Dalam satu tahun itu tercatat 350 kasus Cerai Talak, 644 kasus Cerai

Gugat. Data selengkapnya terlihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Salatiga pada

Tahun 2010

Bulan Cerai Talak Cerai Gugat

Januari 28 55

Pebruari 27 57

Maret 27 52

April 41 60

Mei 27 46

Juni 21 60

Juli 26 48

Agustus 21 35

September 27 48

Oktober 41 55

November 27 69

Desember 37 59

Jumlah 350 644

Sumber: Diolah dari Buku Pantauan Perkara Pengadilan Agama Salatiga

2010

Selanjutnya dari 994 kasus perceraian di Pengadilan Agama Salatiga

selama tahun 2010 peneliti menemukan 18 kasus perceraian yang pengugat

atau tergugatnya berprofesi sebagai PNS. Sebelas kasus diantaranya diputus

Page 58: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

45

bercerai, 1 kasus masih dalam proses kasasi, 1 kasus gugur, 2 kasus dicabut, 1

kasus masih dalam proses persidangan dan 2 kasus tidak mempunyai

kekuatan hukum. Dari 11 kasus yang telah diputus bercerai, peneliti

menemukan 7 kasus perceraian yang sudah ada izin dari atasan, sedangkan

untuk 4 kasus lainnya peneliti tidak menemukan surat izin bercerai dari

atasannya. Dari 4 kasus itu ada 2 kasus yang tergugatnya seorang PNS, 1

kasus yang penggugatya sebagai PNS dan 1 kasus yang pengugat dan

tergugatnya sebagai PNS.

B. Alasan Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga tahun 2010

Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 5 tahun 1984

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983

dinyatakan bahwa perkara perceraian yang berakibat perceraian adalah

wewenang Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam dan Pengadilan

Negeri bagi yang beragama non Islam. SEMA ini menginstruksikan agar para

Hakim di Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri untuk

memerintahkan Pegawai Negeri Sipil yang akan mengajukan gugatan

perceraian untuk memperoleh izin terlebih dahulu oleh pejabat sesuai dengan

PP Nomor 10 tahun 1983 jo PP Nomor 45 tahun 1945 tentang izin perceraian

bagi PNS. Dalam PP Nomor 10 Tahun 1983 pasal 7 ayat 1 dinyatakan bahwa

“Izin untuk bercerai dapat diberikan oleh Pejabat apabila didasarkan pada

alasan-alasan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.”

Page 59: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

46

Sedangkan alasan perceraian menurut penjelasan UUP pasal 39 dan PP

No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan pasal 19 adalah: zina, pemabuk, pemadat, penjudi,

meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak

lain, mendapatkan hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih

berat setelah perkawinan berlangsung, melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat, salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit

yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami

istri, terjadinya perselisihan dan pertengkaran, suami melanggar taklik talak,

murtad.

Taklik talak adalah sighot yang diucapkan oleh suami terhadap istrinya

sesudah akad nikah dilangsungkan. Isi dari sighot ta‟lik itu adalah: jika suami

meninggalkan istri selama dua tahun berturut-turut, tidak memberikan nafkah

selama tiga bulan, menyakiti badan istrinya atau membiarkan dan tidak

memperdulikan istrinya selama enam bulan. Jika istrinya tidak ridha terhadap

perlakuan tersebut maka istrinya bisa mengadukan hal tersebut ke Pengadilan

dengan membayar uang iwadl (pengganti) dan jatuhlah talak terhadap

suaminya (kutipan akta nikah).

Sedangkan dalam pasal 7 ayat 2 PP Nomor 10 tahun 1983 tentan Izin

Perceraian PNS dinyatakan bahwa alasan yang menyatakan bahwa salah satu

pihak mendapatkan cacat badan tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan

perceraian.

Page 60: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

47

Alasan perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2010

adalah: Perceraian dengan alasan Tergugat tidak mempedulikan dan tidak

memberikan nafkah wajib selama 4 tahun seperti perkara gugatan nomor:

0365/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal. Majelis Hakim dalam perkara ini berpendapat

bahwa syarat ta‟lik talak telah terpenuhi sebagaiman yang terdapat dalam

pasal 116 huruf g Kompilasi Hukum Islam.

Perceraian karena Tergugat sudah 2 bulan hidup dengan wanita lain dan

tidak mau kembali hidup dengan Penggugat seperti perkara gugatan nomor:

0578/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal. Majelis Hakim dalam perkara ini berpendapat

bahwa penggugat telah memenuhi alasan perceraian sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 19 huruf f PP nomor 9 tahun 1973 jo pasal 116 huruf f

Kompilasi Hukum Islam.

Perceraian dengan alasan adanya kehidupan rumah tangga yang tidak

harmonis, sering diwarnai perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan

karena tergugat mengalami sakit radang ginjal dan tidak bisa menjalankan

kewajibannya sebagai seorang suami (dukhul) dan tergugat telah pergi dari

tempat tinggal bersama tanpa seizin penggugat seperti perkara gugatan

nomor: 0633/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal. Majelis Hakim dalam perkara ini

berpendapat bahwa penggugat dan tergugat telah memenuhi syarat ta‟lik talak

sebagaimana yang diatur dalam pasal 116 huruf g Kompilasi Hukum Islam.

Sedangkan perceraian yang didasari dengan alasan bahwa Tergugat

(Wanita) sering pulang kerja hingga larut malam dan jika Tergugat dinasehati

oleh Penggugat ia justru marah-marah hingga pisah rumah, masalah ekonomi,

Page 61: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

48

mempunyai pria idaman lain seperti perkara gugatan nomor: 0718/ Pdt.G/

2010/ PA.Sal. Majelis Hakim dalam perkara ini berpendapat bahwa pemohon

telah memenuhi ketentuan pasal 19 huruf f PP nomor 9 tahun 1975 jo pasal

116 huruf f Kompilasi Hukum Islam.

Perceraian yang penggugatnya sebagai seorang PNS adalah perkara

gugatan nomor: 0365/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal dengan Penggugat bernama Harti

Handayani Binti Sukrno, umur 41 tahun, beragama Islam dan bekerja sebagai

PNS guru. Tergugat bernama Hariyanto bin Sutarno, umur 47 tahun,

beragama Islam, pekerjaan swasta. Mereka menikah pada tanggal 4 Juli 1990

Kantor Urusan Agama Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebagaimana

yang tercatat dalam Kutipan Akta Nikah Nomor: 16/VII/1990. Pada saat

sidang yang telah ditentukan penggugat datang ke persidangan dan tergugat

tidak pernah datang ke persidangan. Penggugat adalah seorang PNS yang

mengajukan perceraian, namun sampai dengan pembacaan gugatan

penggugat belum bisa mendapatkan surat izin dari atasan sampai dengan 3

bulan dan di perpanjang lagi selama 3 bulan karena izin yang diminta oleh

penggugat belum diterbitkan juga oleh atasannya. Penggugat tetap bersikeras

untuk melanjutkan persidangan walaupun ia belum mendapatkan izin dari

atasannya. Sehingga Majlis Hakim menyuruh penggugat untuk membuat

surat keterangan yang isinya bersedia untuk menanggung segala resiko dari

perceraian karena belum adanya izin dari atasan. Majelis Hakim dalam

perkara ini mengadili bahwa mengabulkan gugatan dengan verstek,

menyatakan bahwa syarat ta‟lik talak terpenuhi, menetapkan jatuh talak satu

Page 62: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

49

khul‟i dengan iwadl Rp 10.000,- dan memerintahkan Panitera untuk

mengirimkan salinan putusan kepada Pegawai Pencatat Nikah Kartor Urusan

Agama Kecamatan Tengaran dan Kecamatan Ampel (Putusan Nomor

0365/Pdt.G/2010/Pa.Sal).

Perceraian yang penggugat dan tergugatnya sebagai PNS adalah perkara

gugatan nomor: 0578/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal dengan Penggugat bernama Iswati

binti D. Sastroatmojo, umur 64 tahun, beragama Islam, pensiunan PNS.

Tergugat bernama Hery Suratno bin Waris Widodo, umur 65 tahun, beragama

Islam, pensiunan PNS. Dalam proses persidangan mulai dari pembacaan

gugatan sampai putusan tergugat tidak datang ke persidangan. Menurut

Majelis Hakim dalam perkara tersebut berpendapat bahwa seorang pensiunan

PNS tidak dibebabkan untuk menyertakan surat izin dari atasan karena

seorang pensiunan PNS merupakan PNS non aktif dan sudah tidak

mempunyai atasan (Wawancara dengan Dra. H. Muhlishoh, M.H., salah

seorang Hakim PA Salatiga, pada 29 Januari 2012). Majelis Hakim dalam

perkara ini mengadili bahwa mengabulkan gugatan penggugat dengan

verstek, menjatuhkan talak bain sughro tergugat (Putusan Nomor

0578/Pdt.G/2010/Pa.Sal).

Perceraian yang tergugatnya sebagai seorang PNS yaitu perkara

gugatan nomor: 0633/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal dan 0718/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal.

Perkara dengan nomor 0633/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal dengan Penggugat bernama

Nurwahyuni binti Abdul Rochman, umur 37 tahun, beragama islam dan tidak

bekerja. Tergugat bernama Yatimin bin Muhrodin, umur 37 tahun, beragama

Page 63: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

50

Islam dan bekerja sebagai TNI AD. Mereka menikah pada bulan Februari

1999 di Kantor Urusan Agama kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

sebagaimana tercatat dalam Kutipan Akta Nikah Nomor: 459/11/II/1999.

Dalam proses persidangan tersebut Majelis Hakim tidak dapat meminta surat

keterangan dicerai dari tergugat karena sejak persidangan yang pertama

sampai pembacaan putusan tergugat tidak pernah datang ke persidangan,

sehingga Majelis Hakim tidak bisa membebankan surat keterangan dicerai

kepada tergugat. Dalam perkara ini Majelis Hakim mengadili mengabulkan

gugatan dengan verstek, menyatakan syarat ta‟lik talak telah dipenuhi,

menetapkan jatuh talak satu khul‟i dengan iwadl Rp 10.000,- dan

memerintahkan Panitera untuk mengirimkan salinan putusan kepada Pegawai

Pencatat Nikah Kecamatan Tuntang yang wilayahnya meliputi tempat tinggal

penggugat dan tergugat dan tempat dimana mereka melangsungkan

perkawinan (Putusan Nomor:0633/Pdt.G/2010/PA.Sal ).

Perceraian dengan perkara nomor 0718/ Pdt.G/ 2010/ PA.Sal dengan

Pemohon bernama Nuryadi binti Sugiharto, umur 44 tahun, beragama Islam

dan bekerja sebagai kernet bus. Termohon bernama Siti Suarti bin Mukri,

umur 43 tahun, beragama Islam dan bekerjaan sebagai PNS RSUD salatiga.

Mereka menikah di Kantor Urusan Agama Susukan Kabupaten Semarang

pada tanggal 15 September 1989 sebagaimana tercatat dalam Kutipan Akta

Nikah Nomor: 19/222/IX/1989. Dalam proses persidangan tersebut Majelis

Hakim tidak dapat meminta surat keterangan dicerai dari termohon karena

sejak persidangan yang pertama sampai pembacaan putusan tergugat tidak

Page 64: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

51

pernah datang ke persidangan, sehingga Majelis Hakim tidak bisa

membebankan surat keterangan dicerai kepada pemohon. Majelis Hakim

dalam perkara ini mengadili mengabulkan permohonana pemohon dengan

verstek, memberi izin kepada pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj‟i

(Putusan Nomor 0718/Pdt.G/PA.Sal). Data selengkapnya dapat dilihat pada

tabel 3.2.

Tabel 3.2 Alasan Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga pada

Tahun 2010

Nomor

Perkara

Kasus Alasan

Perceraian

0365/Pdt.G/

2010/Pa.Sal

Tergugat tidak memperdulikan

penggugat dan penggugat tidak

memberikan nafkah wajib selama 4

tahun.

Pasal 116 huruf g

Kompilasi Hukum

Islam.

0578/Pdt.G/

2010/Pa.Sal

Tergugat sudah 2 bulan hidup

dengan wanita lain dan tidak mau

hidup kembali dengan penggugat.

Pasal 19 huruf f PP

nomor 9 tahun 1973 jo

pasal 116 huruf f

Kompilasi Hukum

Islam.

0633/Pdt.G/

2010/Pa.Sal

Ketidak harmonisan dalam rumah

tangga, sering terjadi perselisihan,

tergugat tidak bisa menjalankan

kewajibannya sebagai seorang suami

(dukhul) dan tergugat pergi dari

rumah tanpa izin penggugat.

Pasal 116 huruf g

Kompilasi Hukum

Islam

0718/Pdt.G/

2010/Pa.Sal

Pemohon dan termohon sering

marah-marah hingga pisah rumah,

masalah ekonomi dan tergugat

mempunyai pria idaman lain.

Pasal 19 huruf f PP

nomor 9 tahun 1975 jo

pasal 116 huruf f

Kompilasi Hukum

Islam.

Sumber: Diolah dari Putusan-putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun

2010

C. Proses Penyelesaian Kasus Perceraian PNS di Pengadilan Agama

Salatiga

Page 65: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

52

Proses perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga sebenarnya sama

dengan perceraian orang yang bukan PNS. Namun terdapat sedikit perbedaan

dalam syarat administratif yang harus disediakan. Menurut salah seorang

Hakim PA Salatiga, Drs. H. Noer Hadi, M.H., seorang PNS selain harus

memenuhi syarat umum juga harus melengkapi syarat khusus saat

mengajukan pendaftaran gugatan ke pengadilan yaitu adanya surat izin

tertulis dari atasan. Syarat khusus itu hanya dikenakan bagi seseorang yang

berprofesi sebagai anggota ABRI, Kepolisian dan PNS pusat maupun daerah

sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1 dan 2 PP No. 10 tahun 1983 yang

telah dirubah dalam PP No. 45 PNS tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan

Perceraian bagi PNS (Wawancara tanggal 1 Februari 2012).

Adapun persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah: surat gugatan,

kutipan akta nikah asli, fotocopy kutipan akta nikah dan kartu tanda

penduduk 1 lembar dengan materai 6.000 dan distepel oleh kantor pos

Salatiga. Dalam mengajukan surat gugatan, PNS tersebut boleh mengajukan

secara in person atau diajukan oleh kuasa hukumnya. Hal tersebut diatur

dalam pasal 147 R.Bg. Selain itu gugatan tersebut juga boleh diajukan secara

lisan melalui pra meja sebagaimana yang diatur dalam pasal 114 ayat 1 R.Bg.

Dalam surat gugatan itu berisi tentang identitas para pihak, posita atau

fakta-fakta atau hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah pihak,

petitum adalah isi tuntutan atau gugatan. Setelah semua syarat dipenuhi maka

di meja I akan ditaksir panjar biaya perkara atau Surat Kuasa Untuk

Membayar (SKUM) dengan komponen sebagai berikut: biaya kepaniteraan

Page 66: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

53

yang diatur dalam pasal 90 ayat 1 huruf a UU Nomor 3 tahun 2006, biaya

materai yang didasarkan pada UU nomor 13 tahun 1985 tentang Bea materai

jo PP nomor 24 tahun 2000 tentang perubahan biaya materai, biaya

pemeriksaan saksi-saksi, juru bahasa dan biaya sumpah, biaya pemeriksaan

setempat yang diatur dalam SEMA nomor 5 tahun 1999, biaya pemanggilan

yang didasarkan pada radius dengan berpedoman kepada Surat Keputusan

Menteri Agama nomor 229/2002 tanggal 5 juni 2005. Bagi penggugat atau

pemohon yang tidak mampu untuk membayar dapat diizinkan untuk

berperkara secara prodeo (cuma-cuma). Ketidakmampuan tersebut harus

dibuktikan dengan surat keterangan dari Lurah dan Camat sehingga panjar

biaya di SKUM oleh meja I akan ditaksir Rp 0,- dan dicap lunas dengan

pembayaran nihil.

Setelah semua berkas lengkap maka Penggugat datang ke kasir untuk

membayar biaya perkara dalam Jurnal Keuangan Perkara. Kemudian kasir

memberi nomor pada SKUM dan menandatanganinya serta membubuhi cap

lunas. Setelah dari kasir Penggugat datang ke meja II untuk mendapatkan

nomor perkara. Nomor ini didasarkan pada nomor yang ada di SKUM.

Nomor ini terdiri dari 4 digit angka yaitu: nomer/Pdt.G atau P/ tahun/ kode

pengadilan yaitu PA.Sal (Wawancara dengan Drs. Sakir, S.Hi, M.H., Ketua

Panitera PA Salatiga, pada 30 Januari 2012).

Setelah perkara ini mendapatkan nomor perkara, Meja II akan

menaikkannya ke Panitera/Wapan untuk diperiksa. Panitera akan

memberikanya kepada Ketua Pengadilan Agama untuk di tunjuk Majelis

Page 67: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

54

Hakim dalam menanggani perkara tersebut. Penunjukan ini selambat-

lambatnya dilakukan selama 7 hari setelah gugatan itu diserahkan ke Ketua

Pengadilan Agama berdasarkan pasal 17 UU nomor 4 tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman jo pasal 93 UU nomor 7 tahun 1989 tentan Pengadilan

Agama.

Dalam menentukan susunan Majelis Hakim ketua Pengadilan Agama

harus memperhatikan daftar senioritas Hakim sebagaimana yang telah diatur

dalam SEMA nomor 5 tahun 1975 yang menyatakan bahwa “apabila majelis

terdiri dari hakim-hakim bukan Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan, maka

Hakim yang tertua dalam jabatan Hakim harus bertindak sebagai Ketua

Majelis (Rasyid, 2009:66). Setelah ketua Pengadilan menunjuk Majelis

Hakim maka ia akan membuat penetapan dan penetapan itu akan diserahkan

ke Panitera. Setelah itu panitera akan menunjuk Panitera Pengganti. Dan

Pnitera akan menyerahkan berkas perkara tersebut ke Majlis Hakim dan

Panitera Pengganti.

Setelah Majelis Hakim dan Panitera Pengganti terbentuk maka Majelis

Hakim ini akan menentukan hari sidang dengan dasar pasal 121 dan 122 HIR/

pasal 145 dan 146 R.Bg dan untuk perkara perkawinan didasarkan pada pasal

26 ayat 4 dan 5 PP nomor 9 tahun 1975. Setelah hari sidang ditentukan maka

Panitera akan mengutus Juru Sita untuk memanggil para pihak yang

berperkara sebagaiman yang diatur dalam pasal 55 UU nomor 7 tahun 1989

tentang Pengadilan Agama. Pemanggilan itu dilakukan 3 hari sebelum hari

Page 68: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

55

sidang oleh Juru Sita (Wawancara dengan Drs. Sakir, S.Hi, M.H., 30 Januari

2012).

Pada saat hari sidang yang telah ditentukan dan para pihak telah di

panggil secara resmi dan patut sesuai ketetapan, Majelis Hakim mulai

melakukan proses persidangan dengan upaya perdamaian, pembacaan

gugatan, dan jawabat tergugat, replik penggugat, duplik penggugat,

pembuktian penggugat, pembuktian tergugat, kesimpulan penggugat dan

tergugat, musyawarah Majelis Hakim, putusan.

Setelah perkara itu diputus oleh Majelis Hakim maka Penggugat

kembali ke Kasir untuk mengecek biaya perkara. Kasir akan memberitahu

Meja II bahwa perkara nomor sekian telah diputus oleh Majelis Hakim dan

Panitera Pengganti dalam perkara itu akan memberikan salinan putusan ke

meja III. Meja III akan memberiannya kepada Penggugat, Tergugat dan

instansi terkait. Instansi terkait ini bisa Pegawai Pengatat Nikah (PPN),

Kantor Catatan sipil dan Instansi dimana para pihak bekerja. Setelah salinan

putusan disampaikan ke para pihak maka salinan putusan itu didaftarkan di

pendaftaran arsip dan laporan kepaniteraan. Arsip itu berisi surat gugatan,

beserta persyaratan yang disertakan saat mendaftarkan perkara di meja I,

SKUM, jawaban tergugat, replik penggugat dan duplik tergugat, berita acara

persidangan, putusan oleh Majelis.

Dasar hukum kewajiban Panitera Pengadilan untuk menyampaikan

salinan putusan atas gugatan perceraian kepada PPN diatur dalam adalah

Pasal 84 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Page 69: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

56

yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009. Salinan putusan itu wajib

dikirimkan kepada PPN dimana Penggugat dan Tergugat tinggal atau dimana

mereka melangsungkan perkawinan selambatnya dalam waktu 30 hari sejak

putusan itu mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan kewajiban

menyampaikan salinan putusan perceraian baik putusan Pengadilan Negeri

maupun Pengadilan Agama ke instansi terkait juga diatur Peraturan Presiden

Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran

Penduduk dan Pencatatan Sipil dalam Pasal 75 ayat 4 yang isinya bahwa

Panitera Pengadilan berkewajiban menyampaikan salinan putusan pengadilan

mengenai putusan perceraian kepada perangkat pemerintah kabupaten/kota

yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam

urusan administrasi kependudukan (Wawancara dengan Drs. H. Noer Hadi,

M.H., 1 Februari 2012).

Penyampaian salinan putusan perceraian PNS di Pengadilan Agama

Salatiga kepada instansi terkait hanya bisa dilakukan jika ada permintaan dari

penggugat atau pemohon. Jika tidak ada permintaan dari penggugat atau

pemohon pengadilan tidak bisa memberikan salinan putusan tersebut karena

hal itu bertentangan dari tugas Majlis Hakim yang memutuskan perkara

melebihi Petitum yang di tuntut. Sedangkan untuk penyampaian salinan

putusan kepada Pagawai Pencatat Nikah dimana pernikahan itu

dilangsungkan tidak didasarkan pada permintaan penggugat atau pemohon

(Wawancara dengan Dra. Hj Muhlishoh, M.H., 29 Januari 2012).

Page 70: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

57

D. Izin Perceraian bagi PNS di Pengadilan Agama Salatiga.

Proses perceraian PNS sebenarnya sama dengan proses perceraian

orang yang bukan PNS. Hanya saja dalam perceraian seorang PNS, terdapat

syarat khusus yang mengikat mereka. Seorang PNS yang menjadi penggugat

wajib menyertakan izin tertulis dari atasannya. Hal itu diatur dalam pasal 3

ayat 1 PP nomor 45 tahun 1990. Sedangkan PNS yang menjadi tergugat harus

menyertakan surat keterangan dari atasannya. Keterangan tersebut terdapat

dalam pasal 3 ayat 2 PP nomor 45 tahun 1990. Sedangkan petunjuk

pelaksanaan Peraturan Pemerintah itu diatur dalam Surat Edaran Mahkamah

Agung Nomor 5 Tahun 1984 (Wawancara dengan Drs. H. Noer Hadi, M.H.,

tanggal 1 Februari 2012).

Dalam hal ini Pengadilan Agama memerintahkan kepada Penggugat

dan atau Tergugat PNS untuk menyertakan surat izin bercerai dari atasan

sejak Pemohon atau Penggugat mendaftarkan gugatannya di meja I

Pengadilan Agama. Jika saat pendaftaran Penggugat atau Pemohon belum

menyertakan surat izin itu, Pengadilan akan tetap melanjutkan perkara

tersebut sampai dengan proses persidangan. Jika telah memasuki proses

persidangan yang telah ditentukan PNS yang bersangkutan baik sebagai

Penggugat maupun Tergugat belum menyertakan surat izin atau keterangan

bercerai dari atasan maka Majelis Hakim dalam perkara tersebut memberikan

waktu kepada PNS untuk menyertakan surat izin dan keterangan itu selama 3

bulan sejak pembacaan gugatan. Dan proses persidangan selama 3 bulan itu

Page 71: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

58

ditunda sampai PNS itu mendapatkan izin dari atasan. Jika dalam waktu 3

bulan ia belum mendapatkan surat izin itu, maka PNS akan diberi

perpanjangan waktu selama 3 bulan. Untuk perpanjangan waktu ini proses

persidangan juga ditunda untuk mendapatkan izin dari atasan. Hal ini sesuai

dengan intruksi dari SEMA Nomor 5 Tahun 1984 bulir ke 4 yang berbunyi

“untuk memberi waktu bagi PNS untuk untuk mendapatkan izin dari pejabat

yang dimaksud, sidang ditunda selama-lamanya 6 bulan dan tidak

diperpanjang lagi” (Wawancara dengan Dra. Hj Muhlisoh, M.H, 29 Januari

2012 dan Drs. H. Noer Hadi, M.H., 1 Februari 2012).

Majelis Hakim dalam meminta surat izin dari PNS yang ingin bercerai

di persidangan menurut Drs. H. Noer Hadi, M.H. ditentukan oleh ketegasan,

senioritas dan kewibawaan Ketua Majelis Hakim tersebut dalam menanggani

perkara itu. Sehingga menurutnya jika seorang PNS yang ingin bercerai tetapi

ia belum mendapatkan surat izin dari atasan itu ia berpendapat bahwa perkara

itu tidak bisa diputus karena kurangnya syarat khusus.

Namun menurut Dra. Hj. Muhlisoh, M.H. jika perpanjangan waktu itu

telah habis maka Majelis Hakim akan meminta surat izin itu kepada PNS

yang bersangkutan dan jika PNS itu belum juga mendapatkan izin maka

Majelis Hakim akan bertannya kepada PNS yang bersangkutan apakah ia

masih akan melanjutkan proses persidangan cerai itu? Jika PNS menjawab

iya maka Majelis Hakim akan bertanya lagi apakah PNS itu apakah ia akan

tetap akan melakukan proses perceraian dengan tanpa izin dari atasan instansi

dimana ia bekerja? Jika PNS menjawab iya maka Majelis Hakim bertanya

Page 72: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

59

apakah PNS ini apakah ia siap dengan sanksi yang akan ia dapat dalam

bentuk apapun dari instansi dimana ia bekerja? Jika PNS itu telah siap dengan

sanksi yang akan ia terima maka Majelis Hakim akan menyuruh PNS itu

untuk membuat surat pernyataan bermaterai Rp 6.000,- yang isinya akan

menanggung segala resiko yang diakibatkan dari perceraian itu karena ia

belum mendapatkan surat izin (Wawancara dengan Dra. Hj Muhlisoh, M.H.,

29 Januari 2012).

Jika PNS yang bersangkutan tidak mau membuat surat pernyataan itu

maka gugatan itu batal demi hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum

tetap. Peneliti dalam kasus perceraian PNS di PA Salatiga tahun 2010

menemukan sebuah perceraian PNS yang menyertakan surat pernyataan

tentang kesediaannya menanggung segala resiko akibat perceraian yang

belum mendapatkan izin dari atasan seperti yang terjadi dalam kasus

perceraian PNS No. 0365/ Pdt.G/ 2011/ PA.Sal. Ketua MH dalam

persidangan tersebut berpendapat bahwa surat pernyataan itu memang tidak

ada dalam PP No. 10 tahun 1983 Jo PP No. 45 tahun 1990 tetang izin

perkawinan dan perceraian bagi PNS, namun hal itu bertujuan untuk:

1. Melindungi hak-hak PNS yang ingin melakukan proses perceraian.

2. Menjaga hubungan baik dengan istansi terkait (Wawancara dengan Dra.

Hj. Muhlisoh, M.H., 29 Januari 2012).

Praktek beracara dalam persidangan seperti yang dilakukan oleh Dra.

H. Muhlisoh,M.H. telah dilakukan di berbagai Pengadilan Agama (Drs. Sakir,

S.Hi, M.H.). Sedangkan jika PNS itu menjadi tergugat maka ia akan diminta

Page 73: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

60

oleh hakim untuk menyertakan surat keterangan untuk bercerai. Namun

dalam prosesnya peneliti tidak menemukan surat keterangan itu di dalam

proses persidangan karena para pihak PNS yang menjadi Tergugat dalam

persidangan tidak hadir dan tidak pula menghadirkan wakil untuk menghadiri

proses persidangan tersebut. Menurut mayoritas pendapat hakim di

Pengadilan Agama Salatiga surat keterangan itu tidak bisa dibebankan kepada

pihak Penggugat, karena pihak Penggugat merupakan orang didholimi oleh

Tergugat dan dalam proses persidangan ia sudah mengeluarkan biaya untuk

persidangan maka ia tidak diwajibkan menyertakan surat keterangan itu.

Salinan putusan untuk kasus perceraian yang melibatkan PNS hanya

disampaikan pada atasan PNS jika PNS tersebut meminta agar salinan

putusan itu dikirim ke atasan selama proses persidangan atau jika PNS yang

akan melakukan perceraian telah mendapatkan izin atau surat keterangan

untuk bercerai dari atasan. Untuk PNS yang melakukan perceraian dengan

verstek maka pengiriman putusan tergantung pada pihak penggugat selama ia

meminta di persidangan. Pengiriman salinan putusan pada atasan untuk

perceraian verstek yang belum mendapatkan izin dari atasan masih terjadi pro

kontra pendapat di Mahkamah Agung. Di Pengadilan Agama Salatiga

pengiriman salinan putusan kepada dalam perceraian verstek belum bisa

dilaksanakan (Wawancara dengan Drs. Sakir, S.Hi, M.H., 30 Januari 2012).

Page 74: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

61

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2010

A. Analisis Terhadap Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Salatiga

Tahun 2010

Pengadilan Agama adalah pengadilan yang bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara

orang-orang yang beragama islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah,

wakaf, zakat, infaq, shadaqoh dam ekonomi syariah. Hal tersebut berdasarkan

pada Undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang perubahan Undang-undang

nomor 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama pasal 49. Pengadilan Agama

Salatiga adalah pengadilan dengan klasifikasi 1B yang menanggani kurang

lebih 100 perkara setiap bulannya. Pengadilan Agama Salatiga mempunyai

daerah yuridiksi 13 Kecamatan yang terdiri dari 4 Kecamatan di Kota

Salatiga dan 9 kecamatan di sebagian Kabupaten Semarang. Kota Salatiga

terdiri dari Kecamatan Sidorejo, Sidomukti, Argomulyo, Tingkir. Sebagian

wilayah Kabupaten Semarang yaitu Kecamatan Bringin, Bancak, Tuntang,

Getasan, Tengaran, Susukan, Suruh, Pabelan, Kaliwungu.

Dalam bidang perkawinan tugas Pengadilan Agama meliputi: izin

beristri lebih dari seorang (poligami), izin melangsungkan perkawinan bagi

yang belum berusia 21 tahun, dispensasi kawin karena adanya penolakan dari

Pegawai Pencatat Nikah, pembatalan perkawinan, gugatan kelalaian atas

Page 75: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

62

kewajiban suami, perceraian karena talak (Cerai Talak), gugatan perceraian

(Cerai Gugat), penyelesaian harta bersama, penguasaaan anak, penentuan

kewajiban dan biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri, putusan

tentang sah atau tidaknya seorang anak, putusan tentang pencabutan tentang

kekuasaan orang tua, pencabutan kekuasaan wali, penunjukan orang lain

sebagai wali karena kekuasan orang tua telah dicabut, penunjukan wali oleh

anak yang berusia kurang dari 18 tahun karena ia telah ditinggal oleh orang

tuanya, pembebanan kewajiban pengantian kerugian atas harta anak yang ada

dalam kekuasaannya, penetapan asal usul anak berdasarkan Hukum Islam,

putusan tentang penolakan pemberian keterangan untuk melakukan

perkawinan campuran, pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi

sebelum undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Berdasarkan Buku Pantauan Perkara Pengadilan Agama Salatiga tahun

2010 dinyatakan bahwa pada tahun itu pengadilan telah menerima 994

perkara perceraian. Perceraian itu terdiri dari 350 perkara Cerai Talak dan

644 perkara Cerai Gugat. Selain kasus perceraian, Pengadilan Agama Salatiga

juga menanggani kasus lain pada tahun 2010 hingga berjumlah 1050 perkara.

Perkara tersebut adalah perceraian 994 perkara, dispensasi nikah 27 perkara,

izin poligami 7 perkara, penggangkatan anak 9 perkara, perubahan nama 1

perkara, penetapan waris 1 perkara, perwalian 5 perkara, hak asuh anak 1

perkara dan isbat nikah 2 perkara, pembatalan hibah 1 perkara, waris 2

perkara. Data perbandingan perkara selengkapnya dapat dilihat pada tabel

4.1.

Page 76: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

63

Tabel 4.1 Perbandingan Kasus Perceraian dan Kasus Lain di Pengadilan

Agama Salatiga Tahun 2010

No Kasus Jumlah Prosentase (%)

1 Cerai Talak 350 33,3

2 Cerai Gugat 644 61,3

3 Dispensasi Nikah 27 2,5

4 Izin Poligami 7 0.7

5 Pengangkatan Anak 9 0,9

6 Perubahan Nama 1 0,1

7 Penetapan Waris 1 0,1

8 Perwalian 5 0,5

9 Hak Asuh Anak 1 0,1

10 Isbat Nikah 2 0,2

11 Pembatalan Hibah 1 0,1

12 Waris 2 0,2

Jumlah 1050 100

Sumber: Diolah dari Buku Pantauan Perkara Pengadilan Agama Salatiga

2010

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa perkara perceraian di

Pengadilan Agama Salatiga merupakan perkara yang paling tinggi

dibandingkan dengan perkara lain dalam bidang perkawinan. Hal itu

disebabkan karena beberapa faktor diantaranya: krisis moral, tidak ada

tanggung jawab dari suami, salah satu pihak dihukum, kekejaman yang

berupa penganiayaan berat, kekejaman mental dan terus menerus berselisih

karena cacat biologis, poligami yang tidak sehat, cemburu, kawin paksa,

ekonomi, kawin di bawah umur, politis, tidak ada keharmonisan dan ganguan

dari pihak ketiga.

Data Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2010 menyebutkan bahwa

63 kasus perceraian disebabkan karena krisis moral, 204 perkara karena tidak

adanya tanggung jawab dari suami, 6 perkara karena salah satu pihak di

hukum, 2 perkara karena cacat biologis, 1 perkara karena poligami tidak

Page 77: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

64

sehat, 44 perkara karena faktor cemburu, 204 perkara karena ekonomi, 10

perkara karena kawin di bawah umur, 322 perkara karena tidak ada

keharmonisan dalam rumah tangga, 36 perkara kareana adanya gangguan

dari pihak ketiga. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Faktor-faktor Terjadinya Perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga Tahun 2010

No Faktor Penyebab Perceraian Jumlah Prosentase (%)

1 Krisis Moral 63 7,1

2 Tidak Ada Tanggung Jawab 204 22,9

3 Di Hukum 6 0,7

4 Cacat Biologis 2 0,2

5 Poligami Tidak sehat 1 0,1

6 Cemburu 44 5

7 Ekonomi 204 23

8 Kawin Dibawah Umur 10 1,1

9 Tidak Ada Keharmonisan 320 35,9

10 Gangguan Pihak Ketiga 36 4

Jumlah 892 100

Sumber: Diolah dari Buku Arsip Panitera Pengadilan Agama Salatiga 2010

Apabila dibandingkan dengan tahun 2011, maka tercatat adanya

peningkatan kasus perceraian. Pada tahun 2011 perceraian di Pengadilan

Agama Salatiga berjumlah 1074 perkara. Dengan demikian terlihat adanya

peningkatan jumlah perkara perceraian di Pengadilan Agama Salatiga.

Dalam dua tahun terakhir meningkatnya jumlah perceraian itu karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karena tidak adanya tanggung

jawab dari suami, masalah ekonomi dan tidak adanya keharmonisan dalam

rumah tangga. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Page 78: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

65

Tabel 4.3 Faktor-faktor Terjadinya Perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga Tahun 2010 dan 2011

No Faktor perceraian Tahun

2010

Tahun

2011

Jumlah

1 Krisis Moral 63 33 96

2 Tidak Ada Tanggung Jawab 204 293 497

3 Di Penjara 6 3 9

4 Perselisihan Karena Cacat Biologis 2 0 2

5 Perselisihan Karena Poligami Tidak

Sehat

1 0 1

6 Perselisihan Karena Cemburu 44 18 62

7 Perselisihan Karena Kawin Paksa 0 2 2

8 Perselisihan Karena Ekonomi 204 140 344

9 Perselisihan Karena Kawin Dibawah

Umur

10 0 10

10 Perselisihan Karena Tidak Ada

Keharmonisan

322 368 690

11 Perselisihan Karena Gangguan Pihak

Ketiga

36 55 91

Jumlah 892 912 1804

Sumber: Diolah dari Buku Arsip Panitera Pengadilan Agama Salatiga 2010

dan 2011

Meningkatnya jumlah perceraian tidak hanya terjadi di Pengadilan

Agama Salatiga saja, tetapi meningkatnya jumlah perceraian juga terjadi di

Pengadilan Agama Ambarawa. Menurut Wakil Ketua Pengadilan Agama

Ambarawa sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 jumlah perceraian di

pengadilan itu meningkat. Meningkatnya jumlah perceraian itu disebabkan

oleh masalah ekonomi seperti tidak cukupnya nafkah yang diberikan oleh

suami yang menimbulkan tidak adanya tanggung jawab dari suami selaku

kepala rumah tangga terhadap istri, kebanyakan seorang istri bekerja sebagai

tenaga kerja wanita di luar negeri dan ketika pulang ia mengugat cerai

suaminya, ketidakharmonisan dalam rumah tangga (Wawancara dengan Abd.

Page 79: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

66

Basyir, M.Ag., Wakil Ketua Pengadilan Agama Salatiga pada tanggal 31 Mei

2012).

Di Indonesia umumnya perceraian meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung

(Ditjen Badilag MA). Pada tahun 2010 tercatat 285.184 perkara yang

berakhir dengan perceraian di Pengadilan Agama se-Indonesia. Dari 258.184

perkara tersebut dibagi menjadi beberapa aspek yang menjadi penyebab

terjadinya perceraian. Percerian yang disebabkan oleh masalah cemburu

sebesar 10.029 perkara, masalah ekonomi sebesar 67.891 perkara,

ketidakharmonisan dalam rumah tangga sebesar 91.841 perkara dan masalah

politik sebesar 334 perkara (Sundah, http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/

16/perceraian-di-indonesia-tertinggi-se-asia/).

B. Analisis Terhadap Alasan Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga

Tahun 2010

Secara umum perceraian Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Agama

Salatiga dilatarbelakangi oleh dua faktor utama. Faktor yang pertama adalah

karena suami melanggar taklik talak. Faktor yang kedua adalah karena antara

suami istri terus menerus terjadi perselisihan sehingga tidak ada harapan lagi

untuk hidup rukun dalam rumah tangga.

Faktor pertama sebagaimana dialami oleh dua kasus dalam penelitian

ini karena Tergugat tidak mempedulikan Penggugat, suami tidak memberikan

nafkah wajib selama 4 tahun dan dalam kehidupan rumah tangga mereka

Page 80: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

67

sudah tidak ada keharmonisan, kehidupan mereka sering diwarnai dengan

perselisihan, suami tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang

suami dan puncaknya suami itu pergi dari rumah tanpa izin dari istri.

Sehingga dalam kasus ini Majelis Hakim meberikan putusan bahwa perkara

tersebut telah memenuhi syarat dalam pasal 116 KHI tentang Alasan

Perceraian huruf g yang berbunyi “suami melanggar taklik talak”.

Faktor kedua sebagaimana yang dialami dalam penelitian ini karena

Tergugat sudah 2 bulan hidup dengan wanita lain, Tergugat tidak mau hidup

kembali dengan Tergugat, antara Pemohon dan Termohon sering marah-

marah hingga mereka pisah rumah, masalah ekonomi dan termohon

mempunyai hubungan dengan pria idaman lain. Sehinga dalam kasus ini

Majlis Hakim memberikan putusan bahwa perkara tersebut telah memenuhi

syarat dalam pasal 116 KHI tentang Alasan Perceraian huruf f yang berbunyi

“karena antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan rukun lagi dalam rumah tangga”.

Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Page 81: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

68

Tabel 4.4 Alasan Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga Tahun

2010

No Posisi PNS Alasan Perceraian Pendapat

Hakim

1 Penggugat

sebagai PNS

Tergugat tidak

memperdulikan penggugat.

Penggugat tidak memberikan

nafkah wajib selama 4 tahun.

Pasal 116 huruf

g KHI.

2 Tergugat sebagai

PNS

Ketidakharmonisan dalam

rumah tangga.

sering terjadi perselisihan.

Tergugat tidak bisa

menjalankan kewajibannya

sebagai seorang suami

(dukhul).

Tergugat pergi dari rumah

tanpa izin penggugat.

Pasal 116 huruf g

KHI.

3 Penggugat dan

Tergugat adalah

seorang

pensiunan PNS

Tergugat sudah 2 bulan hidup

dengan wanita lain.

Tergugat tidak mau hidup

kembali dengan penggugat.

Pasal 19 huruf f

PP nomor 9 tahun

1973 jo pasal 116

huruf f KHI.

4 Termohon

sebagai PNS

Pemohon dan termohon sering

marah-marah hingga pisah

rumah

Masalah ekonomi.

Termohon mempunyai

hubungan dengan pria idaman

lain.

Pasal 19 huruf f

PP nomor 9 tahun

1975 jo pasal 116

huruf f KHI.

Sumber: Diolah dari Putusan-putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun

2010

C. Analisis Terhadap Implementasi PP No. 10 Tahun 1983 jo PP No. 45

Tahun 1990 dalam Kasus Perceraian PNS di Pengadilan Agama Salatiga

Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, sebenarnya tidak ada

Page 82: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

69

pembedaan perceraian antara seorang PNS dengan orang yang bukan PNS.

Hanya saja dalam proses perceraian PNS terdapat syarat khusus yang

mengikat seorang PNS jika ia ingin bercerai. Syarat khusus itu diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah Nomor

45 Tahun 1990 tentang Izin Percerian bagi PNS dan diperjelas lagi

penerapannya dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 5 tahun 1995

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983.

Dalam penjelasan PP No. 45 tahun 1990 dinyatakan bahwa adanya

Peraturan Pemerintah ini merupakan alat untuk menjamin keadilan bagi

kedua belah pihak baik suami maupun istri. Sanksi terhadap pelanggaran

Peraturan Pemerintah ini yang semula berupa pemberhentian dengan hormat

tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS sebagaimana yang diatur dalam PP

No. 45 tahun 1990 dirubah menjadi salah satu hukuman disiplin berat

berdasarkan PP No. 30 tahun 1980 untuk memberikan rasa keadilan.

Surat izin tersebut merupakan aturan disiplin Pegawai Negeri dan

bukan merupakan hukum acara yang artinya jika seorang PNS yang ingin

bercerai tanpa adanya Peraturan Pemerintah itu perkaranya tetap jalan dan

dan tidak akan mempengaruhi putusan. Untuk sebab itu prakteknya jika

seorang PNS dalam perkara itu menjadi pihak yang aktif atau sebagai

penggugat atau pemohon harus menyertakan surat izin dari atasan. Dan PNS

yang menjadi pihak yang pasif atau sebagai tergugat atau termohon ia harus

menyertakan surat keterangan dari atasan. Dengan adanya peraturan itu PNS

yang menjadi pihak aktif maupun pasif dalam perceraian mempunyai akibat

Page 83: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

70

hukum yang sama jika ia tidak bisa menyertakan surat izin dari ataasan atau

surat keterangan dicerai dari atasan yaitu mendapatkan sanksi administratif

dari atasannya dan pembagian gaji bagi mantan istri (Wawancara dengan

Abd. Basyir, M.Ag., tanggal 31 Mei 2012).

Walaupun surat izin bercerai dari atasan dan surat keterangan ingin

dicerai dari atasan bukan merupakan bagian dari hukum acara di Pengadilan

Agama tetapi surat izin tersebut merupakan syarat khusus yang ditetapkan di

pengadilan. Jadi seorang PNS yang akan bercerai namun belum menyertakan

surat izin tersebut proses persidangannya tetap akan berlanjut. PNS diberikan

toleransi oleh Majlis Hakim untuk mendapatkan surat izin dari atasannya

selama 3 bulan. Jika dalam waktu 3 bulan PNS itu tidak mendapatkannya

maka Majelis Hakim akan memberikan perpanjangan waktu selama 3 bulan

lagi. Jika PNS tersebut belum mendapatkan surat izin dari atasan selama 6

bulan maka Majelis Hakim dalam perkara tersebut diwajibkan untuk

memberikan peringatan kepada PNS tentang sanksi yang akan ia dapat jika ia

tetap bercerai.

Dari 994 kasus perceraian di Pengadilan Agama Salatiga selama tahun

2010 peneliti menemukan 18 kasus perceraian yang Pengugat atau

Tergugatnya berprofesi sebagai PNS. 11 kasus diantaranya diputus bercerai, 1

kasus masih dalam proses kasasi, 1 kasus gugur, 2 kasus dicabut, 1 kasus

masih dalam proses persidangan dan 2 kasus tidak mempunyai kekuatan

hukum. Dari 11 kasus yang telah diputus bercerai, peneliti menemukan 7

kasus perceraian yang sudah ada izin dari atasan, sedangkan untuk 4 kasus

Page 84: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

71

lainnya peneliti tidak menemukan surat izin bercerai dari atasannya. Dari 4

kasus itu ada 2 kasus yang tergugatnya seorang PNS, 1 kasus yang

penggugatya sebagai PNS dan 1 kasus yang pengugat dan tergugatnya

sebagai PNS.

Dari 4 kasus perceraian diatas tidak ditemukan adanya surat izin

bercerai dari atasan bagi Penggugat PNS ataupun surat keterangan dicerai

bagi PNS yang menjadi Tergugat. Tapi dari 4 kasus itu semuanya telah di

putus bercerai dan semua PNS yang menjadi tergugat tidak pernah datang ke

persidangan (verstek). Sedangkan dari 4 kasus itu ada 1 kasus yang

Pengugatnya adalah seorang PNS. Selama proses persidangan ia belum

mendapatkan surat izin dari atasan. Kasus itu sekarang telah diputus bercerai

oleh Majelis Hakim karena penggugat dalam perkara tersebut telah bersedia

membuat surat keterangan bercerai yang dibuat oleh Penggugat PNS itu

sendiri dengan persetujuan Ketua Majelis Hakim.

Jika di Pengadilan Agama Ambarawa seorang PNS yang ingin

bercerai namun ia belum mendapatkan surat izin dari atasan selama 6 bulan

maka Majelis Hakim akan menerangkan kepada PNS tersebut tentang sanksi

yang akan ia dapat jika ia akan tetap melanjutkan percerain. Jika PNS tersebut

memilih melanjutkan perkara maka hal tersebut akan dicatat di dalam Berita

Acara Persidangan dan PNS tersebut tidak diwajibkan untuk membuat surat

pernyataan karena Berita Acara Persidangan merupakan surat otentik

sedangkan pernyataan yang dibuat oleh PNS merupakan surat dibawah

tangan (Wawancara dengan Abd. Basyir, M.Ag., tanggal 31 Mei 2012).

Page 85: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

72

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulakan bahwa di

Pengadilan Agama Salatiga dan Pengadilan Agama Ambarawa jika seorang

PNS yang ingin bercerai namun ia belum mendapatkan surat izin dari atasan

dalam waktu 6 bulan maka ia tetap bisa bercerai. Kasus tersebut bisa di putus

demikian jika PNS bersedia menanggung segala resiko yang akan ia dapat

sesuai dengan PP nomor 45 tahun 1990 yang dibuktikan dengan surat

pernyataan maupun pernyataan secara lisan yang ditulis di dalam Berita

Acara Persidangan.

Dengan adanya fenomena tersebut penulis berpendapat bahwa hal itu

merupakan suatu celah yang bisa digunakan oleh seorang PNS untuk

menghindari peraturan disiplin pegawai negeri sipil seperti yang termuat

dalam PP nomor 45 tahun 1990 tentang Izin Perceraian bagi PNS. Surat izin

dari atasan bagi PNS yang akan bercerai seperti yang diatur dalam PP nomor

45 tahun 1990 tentang Izin Perceraian bagi PNS penerapannya di Pengadilan

Agama Salatiga maupun di Pengadilan Agama Ambarawa penerapannya

tidak berlaku secara maksimal terhadap PNS dan tujuan dari diperbaharuinya

PP nomor 10 tahun1983 dengan PP nomor 45 tahun 1990 seperti yang

termuat dalam ketentuan umum yang menyatakan bahwa adanya PP nomor

45 tahun 1990 bertujuan agar PNS yang akan bercerai dapat menghindar

dengan sengaja maupun tidak sengaja belum bisa tercapai.

Sedangkan proses perceraian PNS di Pengadilan Negeri Salatiga

prosesnya tidak sama seperti di Pengadilan Agama Salatiga maupun

Pengadilan Agama Ambarawa. Jika di pengadilan Negeri Salatiga penulis

Page 86: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

73

tidak menemukan sebuah perceraian PNS yang tidak menyertakan surat izin

dari atasan. Seorang PNS yang akan mengajukan gugatan perceraian maka

sejak pendaftaran gugatan ia diwajibkan menyertakan surat izin bercerai dari

atasan. Jika PNS itu belum mempunyai izin maka ia akan diminta untuk

menyertakan surat izin itu sebelum perkara itu disidangkan. PNS yang

menjadi Tergugat atau Termohon ia tidak wajib menyertakan surat

keterangan di cerai dari atasan pada saat gugatan itu didaftarkan karena

Hakim Pengadilan Negeri berpendapat bahwa dalam masalah perdata

mengenal asas siapa yang mengajukan ialah yang harus membuktikan.

Hakim Pengadilan Negeri berpendapat bahwa mereka tidak mau

memutus perceraian PNS yang tidak disertai dengan surat izin dari atasan

karena Para Hakim tidak mau dibanding oleh salah satu pihak yang

berperkara. Jika perceraian seorang PNS diputus bercerai oleh Majelis Hakim

tanpa mendapatkan surat izin dari atasan maka putusan itu bisa diajukan

banding ke Pengadilan Tinggi untuk menilai keabsahan bukti. (Wawancara

dengan Adhi Satrija Nugraha S.H., tanggal 5 juni 2012).

Selain itu penulis berpendapat bahwa walaupun surat izin dari atasan itu

bukanlah merupakan bagian dari hukum acara, surat itu merupakan Peraturan

Pemerintah yang merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan

oleh presiden untuk menjalankan undang-undang agar dapat dijalankan

sebagaimana mestinya. Hal tersebut sebagaimana yang termuat dalam pasal 1

Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan. Penulis berpendapat bahwa yang berkuasa menegakkan

Page 87: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

74

Peraturan Pemerintah itu secara maksimal adalah seorang hakim di dalam

persidangan karena profesi hakim adalah salah satu bentuk dari profesi

hukum yang sering digambarkan sebagai pemberi keadilan. Selain itu

Peraturan Pemerintah merupakan alat untuk pertimbangan hukum, alat untuk

memutus perkara dan untuk kepastian hukum.

Page 88: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan analisis data yang terkumpul tentang

implementasi Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1983 yang telah diganti

dengan Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1990 tentang Perceraian

Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Agama Salatiga tahun 2010, maka dapat

disimpukan sebagai berikut:

1. Pada tahun 2010 perkara perceraian yang masuk ke Pegadilan Agama

Salatiga berjumlah 994 perkara. Sedangkan jumlah perkara perceraian

yang telah diputus cerai oleh Majelis Hakim sebanyak 892 perkara. Motif

perceraian di tahun itu adalah: 63 kasus perceraian disebabkan karena

krisis moral, 204 perkara karena tidak adanya tanggung jawab dari suami,

6 perkara karena salah satu pihak di hukum, 2 perkara karena cacat

biologis, 1 perkara karena poligami tidak sehat, 44 perkara karena faktor

cemburu, 204 perkara karena ekonomi, 10 perkara karena kawin di bawah

umur, 322 perkara karena tidak ada keharmonisan dalam rumah tangga,

36 perkara kareana adanya gangguan dari pihak ketiga.

2. Dari empat kasus perceraian PNS yang diteliti, 2 kasus diputus cerai oleh

Majelis Hakim karena suami terbukti melanggar salah satu sighot tahlik

talak yang diucapkan saat perkawinan sesuai dengan pasal 116 huruf g

KHI. Sedangkan 2 kasus lagi diputus cerai oleh Majelis Hakim karena

Page 89: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

76

antara suami istri tersebut terus menerus terjadi perselisihan yang tidak

akan mungkin dirukunkan kembali sesuai dengan pasal 116 huruf f KHI.

3. Seorang PNS yang akan melakukan perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga tidak harus menyertakan surat izin tertulis dari atasan sesuai

dengan PP nomor 10 tahun 1983. Dalam prakteknya PP itu bisa diganti

dengan surat pernyataan yang dibuat oleh PNS. Adanya surat pernyataan

tersebut tidak diatur dalam PP nomor 10 tahun 1983 jo PP nomor 45

tahun 1990. Munculnya surat pernyataan tersebut karena adanya

pemahaman yang berbeda dari Majelis Hakim tentang PP tersebut. Di

Pengadilan Agama Salatiga PP itu bukan merupakan bagian dari hukum

acara. PP itu hanya merupakan aturan disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Artinya seorang PNS yang akan bercerai tanpa melampirkan surat izin

dari atasan sesuai dengan pasal 3 ayat 1 PP nomor 45 tahun 1990

perkaranya akan tetap diproses. Majelis Hakim dalam persidangan akan

memberikan kesempatan kepada PNS untuk menyertakan surat izin

tersebut dalam waktu 3 bulan sejak pembacaan gugatan. Jika dalam waktu

3 bulan tidak bisa menyertakan surat izin itu maka Majelis Hakim akan

memberikan perpanjangan waktu selama 3 bulan lagi. Jika masa

perpanjangan telah habis dan PNS tidak bisa menyertakan surat izin itu

dan ia tetap bersikeras untuk bercerai maka Majelis Hakim di Pengadilan

Agama Salatiga memerintahkan PNS penggugat untuk membuat surat

pernyataan dari penggugat PNS yang isinya tentang kesediaan

menanggung segala resiko akibat dari perceraian. Hal ini berbeda dengan

Page 90: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

77

apa yang dipahami oleh Para Hakim di Pengadilan Negeri Salatiga. PP

nomor 10 tahun 1983 jo PP nomor 45 tahun 1990 tentang izin perceraian

bagi PNS merupakan bagian dari hukum acara pembuktian. Artinya

seorang PNS yang akan bercerai di Pengadilan Negeri Salatiga harus

menyertakan surat izin tertulis dari atasan. Jika surat izin itu tidak ada

maka perkara tersebut tidak bisa diproses.

B. Saran

Mengacu pada kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Bagi Akademik

Melalui LBH STAIN Salatiga, khususnya progdi ahwal al

syakhsiyah diharapkan bisa lebih aktif untuk membantu para pihak yang

berperkara di Pengadilan Agama khususnya dalam perkara perceraian

PNS.

2. Bagi Pengadilan Agama Salatiga

a. Seharusnya penegakan Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1983

yang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1990

di Pengadilan Agama lebih ditingkatkan lagi.

b. Seharusnya seorang PNS yang akan bercerai di Pengadilan Agama

wajib menyertakan surat izin dari atasan dan jika tidak ada surat itu,

maka Majlis Hakim tidak seharusnya memutus cerai.

Page 91: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

78

c. Seharusnya ada satu pemahaman tentang keberlakuan PP nomor 10

tahun 1983 yang telah diganti dengan PP nomor 45 tahun 1990

tentang Pencatatan Perkawinan dan Perceraian bagi PNS di

Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri.

3. Bagi PNS

Seorang PNS seharusnya memberikan contoh yang baik khususnya

dalam masalah administasi hukum karena seorang PNS merupakan abdi

masyarakat dan abdi negara yang menjadi contoh bagi masyarakat.

4. Bagi masyarakat

Dengan adanya skripsi ini penulis mengharapkan agar masyarakat

dapat mengetahui prosedur perceraian PNS baik di Pengadilan Negeri

maupun di Pengadilan Agama. Sehingga bagi para pihak yang bisa

dirugikan dengan adanya perceraian ini bisa melakukan banding ke

Pengadilan Tinggi Agama ataupun ke Pengadilan Tinggi Negeri dengan

alasan untuk menilai keabsahan bukti.

Page 92: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

79

DAFTAR PUSTAKA

Abi Syuja‟, Ahmad Bin Khusain Al-Syahiir. Tanpa tahun. Fathul Qorib Al-Mujib.

Sarah oleh Muhammad Bin Qosim al Ghozi. 2005. Singapur: Al

Kharomain.

Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

_____ 2009. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Basyir, Ahmad Ahzar. 2000. Hukum Perkawinan Islam. Yogjakarta: UII Press.

Dirjenbinbaga Agama Islam. 1985. Ilmu Fiqh Jilid II. Jakarta: Depag.

Depag RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV PENERBIT

Diponegoro.

Gaffar, Afan. 2000. Politik Indonesia Transisi menuju Demokrasi.Yogyakarta:

PUSTAKA PELAJAR (Anggota IKAPI).

Ghazaly, Abd Rahman. 2003. Fiqh Munakahat.Jakarta: Kencana.

Hasbi Ash-siddieqy, Muhammad. 1978. Hukum-hukum Fiqh Islam yang

Berkembang Dalam Kalangan Ahlus Sunnah. Jakarta: Kencana.

IMPRES No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

Kusumaatmadja, Mochtar. 1986. Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum

Nasional. Bandung: Bina Cipta.

Moleong, Lexy. 1999. Metodologi Penelitian. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. 2006. Hukum Perdata Islam di

Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari, UU No. 1/1974

Sampai KHI). Jakarta: Kencana.

PP No. 45 Tahun 1990, tentang perubahan atas PP No. 10 tahun 1983 tentang Izin

Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.

PP No. 9 tahun 1975, tentang pelaksanaan undang-undang nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan.

Poerwadarminta. 1997. Pusat Bahasa (Indonesia). 1997. Kamus Umum Bahasa

Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Mahfud MD. 2011. Politik Hukum di Indonesia.Jakarta: Rajawali Press.

Mughniyah, Muhammmad Jawad. 1994. Fiqh Lima Mazhab Buku ke Dua.

Jakarta: Basrie Press.

Nasution, Khoiruddin. 2002. Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap

Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan

Malaysia. Jakarta: INIS.

Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.

Ramulyo, Muh Idris. 1996. Hukum Perkawinan Suatu Analisis dari Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Bumi

Aksara.

Page 93: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

80

Rasyid, H. Chatibi, Syaifuddin. 2009. Hukum Acara Perdata dalam teori dan

Praktik pada Peradilan Agama.Yogyakarta: UII Press.

Romy, Suemitro. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurementri, Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Sabiq, Sayyid. 1992. Fiqhus Sunnah Juz 2. Beirut: Dar Al-Fikr.

Saragih, Bintan Regen. 2006. Pilitik Hukum. Bandung: CV Utomo.

Sudarsono. 2005. Hukum Perkawianan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

_______ 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

_______ 2001. Pengantar Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.

Jakarta: Balai Pustaka.

UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

UU No. 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

Sundah, Michael, 2012. Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia, (Online),

http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/16/perceraian-di-indonesia-tertinggi-

seasia/, diakses 21 April 2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_negeri

(http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Pegawai_Negeri_Sipil#Peg

awai_Negeri_di_Indonesia)

Page 94: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

81

Page 95: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah
Page 96: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah

43

Page 97: IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3119/1/Skripsi Nurul 2012.pdf · melanggar taklik talak, antara pasangan suami istri sudah