s1-2014-285467-chapter1.pdf

Upload: tik953

Post on 10-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dfgbhnm

TRANSCRIPT

  • Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride

    dengan Kapasitas 100.000 Ton/ Tahun

    M. Fadli Arsyada (09/285467/TK/35801)

    Rizal Agung Prakosa (09/284263/TK/35209) 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Vinyl chloride monomer (VCM) merupakan senyawa organik dengan

    rumus molekul C2H3Cl. Dalam perkembangannya, VCM diproduksi sebagai

    produk antara dan digunakan untuk bahan baku pembuatan polimer terutama

    polivinyl chloride (PVC). PVC memiliki kegunaan yang sangat luas, antara lain

    sebagai bahan pembentuk bermacam-macam plastik, lapisan pelindung, dan

    lapisan perekat. Dari kegunaan yang beragam tersebut, tidak heran jika kebutuhan

    PVC semakin bertambah. Sehingga kebutuhan VCM juga terus meningkat.

    Menurut data ekpor-impor dari Badan Pusat Statistik Indonesia tahun

    2006-2011, jumlah impor VCM selalu mengalami fluktuasi tetapi cenderung naik

    dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 impor VCM mencapai 109.612 ton,

    kemudian 105.952 ton pada tahun 2010, dan kembali meningkat menjadi 134.878

    ton pada tahun 2011. Pabrik vinyl chloride monomer ini dirancang memiliki

    kapasitas produksi sebesar 100.000 ton/tahun, karena bertujuan untuk menutup

    kebutuhan impor VCM yang diperkirakan berkisar pada angka tersebut pada tahun

    2016 nanti.

    Kota Cilegon dipilih sebagai tempat pabrik vinyl chloride monomer ini

    didirikan. Pertimbangan ini didasarkan pada letak beberapa industri yang

    memproduksi bahan baku pabrik berupa ethylene dichloride (EDC) seperti PT

    Asahimas Chemical dan PT Sulfindo Adiusaha juga berlokasi di kota tersebut.

    Selain itu, industri pengolah VCM menjadi PVC seperti PT. Asahimas Chemical,

    Eastern Polymer, Satomo Indovyl Monomer, Siam Maspion Polymers, Standard

    Toyo Polymer dan TPC Indopolimer juga berlokasi di pulau jawa, sehingga

    diharapkan akan memudahkan trasnportasi produk.

    Melihat kebutuhan vinyl chloride monomer yang terus meningkat dari

    tahun ke tahun dan masih mengandalkan impor dari negara lain, maka industri ini

    diperkirakan akan menjadi industri yang strategis untuk dikembangkan.

  • Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride

    dengan Kapasitas 100.000 Ton/ Tahun

    M. Fadli Arsyada (09/285467/TK/35801)

    Rizal Agung Prakosa (09/284263/TK/35209) 2

    B. Tinjauan Pustaka

    Terdapat empat metode yang dapat ditempuh untuk memproduksi VCM,

    yaitu: cracking etilen dikhlorida (EDC), reaksi antara acetylene (C2H2) dengan

    hydrogen chloride (HCl), reaksi methyl chloride (CH3Cl) dengan metylene

    chloride (CH2CHCl) serta hydrodechloronation 1-1-2 trichloroethane (C2H3Cl3).

    Keempat metode tersebut akan dijelaskan secara singkat di bawah ini.

    1. Reaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl)

    Menurut Nexants ChemSystem Process Evaluation/ Research

    Planning (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene

    dengan HCl merupakan metode yang pertama kali digunakan dalam

    memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan dengan

    mereaksikan acetylene yang berada pada fasa uapnya dengan HCl. Reaksi ini

    berjalan dengan bantuan mercury chloride (HgCl2) dan karbon aktif sebagai

    katalis. Karbon aktif yang digunakan sebagai carrier mercury chloride ini

    dapat diperoleh dari batu bara atau coke petroleum.

    Pada proses ini, HCl bebas air dihasilkan dari reaksi antara gas H2 dan

    gas Cl2, sedangkan asetilen dikeringkan terlebih dahulu kemudian dilewatkan

    tumpukan karbon dengan tujuan untuk menghilangkan zat-zat yang dapat

    merusak katalis seperti sulfida. Acetylene dan HCl dicampur dengan

    menggunakan mixer untuk kemudian dipanaskan terlebih dahulu sebelum

    masuk ke dalam reaktor.

    Reaksi yang terjadi pada proes ini cukup sederhana dan dinilai cukup

    efektif karena menghasilkan konversi yang cukup tinggi. Adapun reaksi yang

    terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut:

    Reaksi di atas merupakan reaksi eksotermis dengan panas reaksi pada

    25oC dan tekanan 1 atm adalah sebesar -22.451.77 Kkal/Kgmol, sehingga

    panas yang timbul akibat reaksi harus diserap agar reaktor tetap bekerja secara

    isothermal.

    Reaksi ini berjalan pada temperature 90-140 0C dan tekanan 1,5 atm

    sampai 1,6 atm. Pada kondisi operasi tersebut, konversi reaktan adalah sebesar

  • Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride

    dengan Kapasitas 100.000 Ton/ Tahun

    M. Fadli Arsyada (09/285467/TK/35801)

    Rizal Agung Prakosa (09/284263/TK/35209) 3

    80-85%. Reaktor yang dipakai pada proses ini adalah fixed bed reactor dengan

    katalis yang diletakkan di dalam pipa-pipanya.

    2. Reaksi Metil Khlorid CH3Cl dengan Methylene Chloride CH2CHCl

    Metode ini dilakukan dengan mereaksikan methyl chloride dan

    methylene chloride yang berada pada fasa uap-nya untuk menghasilkan vinyl

    chloride monomer dan asam klorida. Satu mol methyl chloride bereaksi dengan

    satu mol methylene chloride untuk menghasilkan satu mol vinyl chloride

    monomer dan 2 mol asam klorida. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah

    sebagai berikut:

    CH3Cl + H2O CH3OH + HCl

    CH3OH + CH2Cl2 CH3OCH2Cl + HCl

    CH3OCH2Cl CH2CHCl + H2O

    Reaksi di atas berjalan pada temperatur 300-5000C dan tekanan 1 atm

    sampai 10 atm. Selektivitas pada reaksi di atas dapat ditingkatkan dengan

    menggunakan beberapa katalis antara lain alumina gel, gamma-alumina, zinc

    chloride, zeolite dan silicone alumunium phosporus (Goldfarb dkk, 1980)

    3. Cracking Etilen Dikhlorid (EDC)

    Vinyl chloride monomer (VCM) dapat diproduksi melalui proses

    cracking etilen dikhlorida (EDC). EDC sendiri diperoleh melalui dua metode,

    yakni direct chlorination (mereaksikan etilen dengan asam klorida) dan metode

    oxychloronation (mereaksikan etilen, oksigen dan asam khlorida). Proses

    cracking etilen ini beroperasi pada temperature 480-5500C dan tekanan 3-30

    bar. Proses cracking ini dapat mendekomposisi etilen dikhlorida (EDC)

    menjadi vinyl chloride monomer (VCM) dan asam klorida (HCl) sesuai dengan

    reaksi berikut:

    C2H4Cl2 C2H3Cl + HCl - 71Kj/mol

    Reaktor yang digunakan pada proses ini adalah long tubular coil yang

    berada di dalam furnace. Reaktor ini terdiri dari dua bagian, yaitu pre-heat

    zone dan reaction zone. Pada pre-heat zone dilakukan penyesuaian suhu hingga

    mencapai 480 550 oC dimana reaksi pirolisis dapat berlangsung secara

    optimum, kemudian pada reaction zone terjadi reaksi pemecahan EDC menjadi

    VCM. Diameter koil reaktor dirancang sedemikian rupa sehingga kecepatan

  • Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride

    dengan Kapasitas 100.000 Ton/ Tahun

    M. Fadli Arsyada (09/285467/TK/35801)

    Rizal Agung Prakosa (09/284263/TK/35209) 4

    gas yang mengalir didalamnya berkisar antara 10-20 m/s dan panjang koil

    dirancang hingga memungkinkan waktu tinggal selama 5-30 sekon.

    Pada proses ini ada banyak impurities yang terdeteksi dalam hasil

    pirolisis, sehingga EDC harus dimurnikan terlebih dahulu sebelum masuk

    reaktor. Pada proses ini pembentukan coke akan sangat menganggu reaksi.

    Untuk mencegah terbentuknya coke, suhu reaksi harus dijaga berada di bawah

    500 0C, namun pada temperatur di bawah 500

    0C kecepatan reaksi akan rendah,

    karena reaksi ini merupakan reaksi endotermis. Hal ini dapat diatasi dengan

    penambahan aditif seperti nitromethane chloroform atau carbon tetrachloride

    (Dimian and Bildea, 2008).

    4. Hydrodechloronation 1-1-2 Trichloroethane (C2H2Cl3)

    Menurut Choi dan Lee (2001), proses ini memanfaatkan limbah

    organik dari proses pembuatan ethylene dichloride yaitu 1-1-2 trichloroethane

    (TCEA) untuk membentuk vinyl chloride monomer (VCM). 1-1-2

    Trichloroethane (TCEA) direaksikan dengan H2 selama 2 jam dalam sebuah

    reaktor alir kontinu fixed bed yang beroperasi pada tekanan atmosferis dan

    suhu 3000C. Kinetika reaksi dapat ditingkatkan dengan menjaga perbandingan

    input H2 sebesar 10 kali lipat lebih besar dari 1-1-2 trichloroethane (TCEA).

    Pada proses ini digunakan gas N2 sebagai pembawa gas H2. Selektivitas proses

    dapat ditingkatkan dengan menggunakan Ni-Cu/SiO2 sebagai katalis, aktivasi

    katalis dilakukan dengan mengalirkan gas H2 dengan gas N2 sebagai gas

    pembawanya selama 2 jam pada temperature 4000C. Pada proses ini diperoleh

    konversi sebesar 95%. Hydrodechloronation berjalan sesuai dengan reaksi

    berikut ini:

    Dengan mempertimbangkan aspek kesederhanaan proses, ketersediaan bahan

    baku, dan kondisi operasi, maka dipilih proses cracking ethylene dichloride

    sebagai main process pada pabrik ini. Uraian keempat proses diatas dirangkum

    dalam Tabel 1.1 di bawah ini.

  • Prarancangan Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas 100.000 Ton/ Tahun

    M. Fadli Arsyada (09/285467/TK/35801)

    Rizal Agung Prakosa (09/284263/TK/35209) 5

    Tabel 1.1. Perbandingan Proses Pembuatan Vinyl Chloride Monomer

    Pembanding Proses 1 Proses 2 Proses 3 Proses 4

    Bahan Baku Acetylene dan HCl: banyak

    diproduksi di indonesia

    Methyl Chloride dan

    Metylene Chloride dapat

    diperoleh dengan harga

    yang cukup murah

    EDC sebagai bahan baku

    mudah diperoleh dan banyak

    terdapat di Indonesia dan

    merupakan salah satu

    komoditi ekspor

    1-1-2 Trichloroethane

    (C2H2Cl3) merupakan

    limbah organik dari

    proses pembuatan etilen

    dikhlorida

    Katalis Merkuri Khlorida (HgCl2)

    dengan Karbon aktif sebagai

    pembawa

    Gel Alumunia, zinc

    Chloride, Zeolite, Zinc

    Chloride

    Digunakan aditif berupa

    Nitromethane Chloroform dan

    Carbon Tetrachloride

    Ni-Cu/SiO2

    Kondisi operasi Temperatur: 90-140 oC

    Tekanan: 1,5 atm - 1,6 atm

    Temperatur: 300-500 oC

    Tekanan: 1 atm - 10 atm

    Temperatur: 480-550 oC

    tekanan: 3- 30 atm

    Temperatur: 300 oC pada

    tekanan atmosferis

    Kelebihan Reaksi relatif mudah dan

    menghasilkan yield yang cukup

    besar, 80-85%

    Bahan baku murah,

    katalis yang dibutuhkan

    aman dan mudah dicari

    Ekonomis, scale up skala

    industri sudah ada dan

    terbukti menguntungkan

    Trichloroethane

    merupakan bahan kimia

    buangan dari proses

    Ethylene Dichloride

    Kekurangan Pemakaian katalis (HgCl2) yang

    membahayakan lingkungan dan

    besarnya kebutuhan energi

    proses ini.

    Proses ini masih

    tergolong baru dan belum

    ada scale up di skala

    industri

    Banyaknya impurities yang

    dihasilkan pada proses

    cracking EDC, sehingga perlu

    unit pemurnian VCM.

    Proses ini masih

    tergolong baru dan belum

    ada scale up di skala

    industri