s-pl-022-14-00-petunjuk awal untuk wp baru - orang pribadi
TRANSCRIPT
Kementerian Keuangan RIDirektorat Jenderal Pajak
Petunjuk AwalWajib Pajak Baru(Orang Pribadi)
PJ.091/PL/S/022/2014-00
Kewajiban PPh (Orang pribadi)
Daftar
Hitung
Bayar
Lapor
Kewajiban PPh Wanita
Kewajiban Perpajakan Lainnya
PPh Pasal 21
PPh Pasal 23 sewa selain tanah bangunan
PPh Pasal 4 ayat (2) sewa tanah bangunan
PPN & PPnBM
Sanksi Administasi Atas Keterlambatan Pembayaran/Penyetoran dan PelaporanPajak
KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI
DAFTAR
HITUNG
BAYAR
LAPOR
DAFTAR
SUBJEK PAJAK
Orang Pribadi (OP)
Warisanyang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Badan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan Subjek Pajak Badan
(Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU Pajak Penghasilan (PPh))
(Pasal 2A UU PPh)
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
ORANG PRIBADI: -Dimulai pada saat OP tersebut dilahirkan, berada, atau berniat untukbertempat tinggal di Indonesia dan
- Berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untukselama-lamanya
BADAN:-Dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempatkedudukan di Indonesia dan
-Berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukandi Indonesia
WARISAN YANG BELUM TERBAGI:- Dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut dan- Berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagi
KANTOR PELAYANAN PAJAK
Syarat Subjektif
Syarat Objektif
Wilayah tempat tinggal
ORANG PRIBADI
Pasal 2 PP Nomor 74 Tahun 2011
Bagi Warga Negara Indonesia:• fotokopi KTP, dan• fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang, atau• surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau KepalaDesa, atau
• lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik;
atau• fotokopi e-KTP, dan• surat pernyataan di atas meterai yang menyatakan bahwa Anda benar-
benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
Pasal 6 ayat (1) huruf b PER-20/PJ/2013 s.t.d.d. PER-38/PJ/2013
Bagi Warga Negara Asing:
• fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), dan
• fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan olehinstansi yang berwenang, atau
• surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaanbebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnyaLurah atau Kepala Desa, atau
• lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ buktipembayaran listrik.
Pasal 6 ayat (1) huruf b PER-20/PJ/2013 s.t.d.d. PER-38/PJ/2013
Bagi WP dengan status cabang dan WP Orang Pribadi Pengusaha Tertentu:
• fotokopi Kartu NPWP pusat atau induk; dan• fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang, atau• surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnyaLurah atau Kepala Desa, atau
• lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ buktipembayaran listrik, atau
• surat pernyataan di atas meterai yang menyatakan bahwaAnda benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
Pasal 6 ayat (1) huruf g PER-20/PJ/2013 s.t.d.d. PER-38/PJ/2013
Bagi wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karenamenghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjianpemisahan penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannyasecara terpisah:
• fotokopi Kartu NPWP suami;
• fotokopi Kartu Keluarga; dan
• fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan menghendaki melaksanakan hak danmemenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dankewajiban perpajakan suami.
Pasal 6 ayat (2) PER-20/PJ/2013 s.t.d.d. PER-38/PJ/2013
Bagi Warga Negara Indonesia:
• fotokopi KTP
Bagi Warga Negara Asing:
• fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP)
Pasal 6 ayat (1) huruf a PER-20/PJ/2013 s.t.d.d. PER-38/PJ/2013Outline
HITUNG
1. Penghasilan Neto dari:a. kegiatan usaha dan pekerjaan bebas Rp ..........b. pekerjaan Rp ..........c. dalam negeri lainnya Rp ..........d. luar negeri Rp .......... +Jumlah Penghasilan Neto Rp ..........
dikurangi:2. Zakat/ sumbangan keagamaan yang wajib Rp ..........3. Kompensasi Kerugian Rp ..........4. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp .......... +
Jumlah Pengurang Penghasilan Neto Rp .......... -Penghasilan Kena Pajak Rp ..........5. PPh Terutang
(Penghasilan Kena Pajak x tarif Pasal 17 UU PPh) Rp ..........6. Kredit Pajak Rp .......... -7. PPh Kurang/(Lebih Bayar) Rp ..........
Dapat diperoleh dengan 2 cara:
1. menyelenggarakan pembukuan; atau
2. menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (Norma).
(Pasal 14 ayat (2) UU PPh)
Penghasilan Neto = Penghasilan Bruto – Biaya 3M
WP Orang Pribadi* menyelenggarakan pembukuan
Penghasilan Bruto:seluruh penghasilan yang diterima sehubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M):biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang tidak dikenai PPh Final.
* Yang melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
Biaya-biaya yang boleh Dikurangkan dariPenghasilan Bruto
Biaya 3M antara lain: Biaya yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha; Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi; Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan (untuk OP); Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta; Kerugian dari selisih kurs;
18(Pasal 6 UU PPh)
Biaya-biaya yang boleh Dikurangkan dariPenghasilan Bruto (lanjutan)
• Sumbangan khusus untuk :- Penanggulangan Bencana Nasional,- Penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia,- Pembangunan infrastruktur sosial,- Fasilitas pendidikan , dan- Pembinaan olahraga.
19(Pasal 6 UU PPh jo. PP No. 93 Tahun 2010)
Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh WP OP
Penggantian/imbalan pekerjaan/jasa yg diberikan dalam bentuk natura dankenikmatan
Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
Pajak penghasilan
Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atauorang yang menjadi tanggungan
Sanksi administrasi serta sanksi pidana di bidang perpajakan
Pasal 9 UU PPh
Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dariPenghasilan Bruto
Biaya yang tidak termasuk 3M antara lain:
Penghasilan Neto = Penghasilan Bruto x Norma
WP Orang Pribadi menggunakan Norma
Contoh:Besarnya persentase Norma untuk pekerjaan bebas dokter *):
No. Daerah Persentase
1. 10 Ibu kota Provinsi (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak)
45%
2. Ibu kota Propinsi lainnya 42,5%
3. Daerah lainnya 40%
*) KEP-536/PJ./2000
Syarat-syarat penggunaan Norma
WP Orang Pribadi dapat menggunakan Norma apabila:
1. jumlah peredaran bruto dari kegiatan usaha ataupekerjaan bebas kurang dari Rp4.800.000.000,00setahun;
2. memberitahukan penggunaan Norma kepadaDirektur Jenderal Pajak paling lama 3 (tiga) bulansejak awal tahun pajak yang bersangkutan.
• Ditentukan berdasarkan penghasilan neto yang tertera dalambukti pemotongan PPh Pasal 21 yang diberikan oleh pemberikerja atas penghasilan WP Orang Pribadi sebagai pegawaitetap.
• Penghasilan Neto tersebut dihitung dengan cara penghasilanbruto (gaji, tunjangan, bonus, penghasilan lainnya), dikurangidengan:
1. Biaya jabatan (5% dari penghasilan bruto; maksimalRp6.000.000,00 setahun);
2. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telahdisahkan oleh Menteri Keuangan.
• Penghasilan selain dari usaha/pekerjaan bebas danpekerjaan serta bukan merupakan penghasilan yangdikenakan PPh Final.
• Antara lain:- bunga pinjaman;- royalti;- sewa (selain tanah dan/atau bangunan)- hadiah/penghargaan;- keuntungan dari penjualan/ pengalihan harta.
• Pelaporan dan penghitungan penghasilan neto dari Luar Negeri(LN):- untuk penghasilan dari usaha di LN dilaporkan dalam tahun pajak
diperolehnya penghasilan tersebut sebesar laba usaha yangdiperoleh;
- untuk penghasilan selain dari usaha dilaporkan dalam tahunpajak diterimanya penghasilan tersebut sebesar penghasilanyang diterima.
• Pajak Penghasilan (Income Tax) yang dibayar atau terutang di LNatas penghasilan dari LN dapat dikreditkan terhadap PajakPenghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan UU PPh.
• Keluarga merupakan satu kesatuan ekonomis.
• Bagi Wajib Pajak yang telah menikah (sebagai suami/kepalakeluarga) berlaku penggabungan penghasilan dari seluruh anggotakeluarga:
1. Penghasilan atau kerugian istri dianggap sebagai penghasilanatau kerugian suaminya dan dikenai pajak sebagai satu kesatuan,kecuali:
a. penghasilan tersebut semata-semata dari bekerja pada satupemberi kerja yang telah dipotong PPh Pasal 21; dan
b. pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usahaatau pekerjaan bebas suaminya atau anggota keluargalainnya.
2. Penghasilan anak yang belum dewasa (belum berusia 18 tahun)digabung dengan penghasilan orang tuanya.
3. Penggabungan Penghasilan Suami-Istri- Kewajiban PPh atas penghasilan keluarga merupakan tanggung
jawab kepala keluarga (suami);- Apabila:
a. suami istri mengadakan perjanjian pemisahan harta danpenghasilan secara tertulis, atau
b. istri menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajibanperpajakannya sendiri (suami dan istri memiliki NPWP yangberbeda),
penghitungan PPh dilakukan berdasarkan penjumlahanpenghasilan neto suami-isteri dan masing-masing memikul bebanPPh sebanding dengan besarnya penghasilan neto.
• Zakat atau sumbangan keagamaan lainnya yang bersifat wajib kepada lembaga/badan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
• Dibuktikan dengan dokumen pembayaran
Zakat/ Sumbangan
Keagamaan yang sifatnya wajib
• Berlaku bagi WP OP yang menyelenggarakan pembukuan• Kerugian pada suatu tahun pajak dapat dikompensasikan
dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun.
Kompensasi kerugian
• Disesuaikan status Wajib Pajak dan jumlah tanggungan
PTKP
1. Badan Amil Zakat Nasional, 2. LAZ Dompet Dhuafa Republika, 3. LAZ Yayasan Amanah Takaful, 4. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat, 5. LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat, 6. LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah, 7. LAZ Baitul Maal Hidayatullah, 8. LAZ Persatuan Islam, 9. LAZ Yayasan Baitul Mal Umat Islam PT Bank
Negara Indonesia, 10. LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, 11. LAZ Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 12. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia,
13. LAZ Yayasan Baitul Maal wat Tamwil, 14. LAZ Baituzzakah Pertamina, 15. LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid
(DUDT), 16. LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia, 17. LAZIS Muhammadiyah, 18. LAZIS Nahdlatul Ulama (LAZIS NU), 19. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia
(LAZIS IPHI),20. Lembaga Sumbangan Agama Kristen
Indonesia (LEMSAKTI), dan21. Badan Dharma Dana Nasional Yayasan
Adikara Dharma Parisad (BDDN YADP).
(PER-33/PJ/2011 sebagaimana telah diubah dengan PER-15/PJ/2012)
Keterangan PTKP Setahun(Mulai 1 Januari 2013)
Untuk diri Wajib Pajak 24.300.000Tambahan pegawai kawin 2.025.000
Tambahan anggota keluarga sedarah & semendadalam garis keturunan lurus, anak angkat,
maksimum 3 orang
2.025.000
Pasal 1 PMK No. 162/PMK.011/2012
WP Tidak Kawin Kode PTKP
0 Tanggungan TK/0 24.300.000
1 Tanggungan TK/1 26.325.000
2 Tanggungan TK/2 28.350.000
3 Tanggungan TK/3 30.375.000
WP Kawin Kode PTKP
0 Tanggungan K/0 26.325.000
1 Tanggungan K/1 28.350.000
2 Tanggungan K/2 30.375.000
3 Tanggungan K/3 32.400.000
WP Kawin + Penghasilan Istri Digabung Kode PTKP
0 Tanggungan K/I/0 50.625.000
1 Tanggungan K/I/1 52.650.000
2 Tanggungan K/I/2 54.675.000
3 Tanggungan K/I/3 56.700.000
NO. LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF
1. s.d. Rp50.000.000,00 5%
2.Di atas Rp50.000.000,00 s.d.
Rp250.000.000,0015%
3.Di atas Rp250.000.000,00 s.d.
Rp500.000.000,0025%
4. Di atas Rp500.000.000,00 30%
Pasal 17 UU PPh
PPh terutang = tarif PPh x Penghasilan Kena Pajak.
Tarif PPh Orang Pribadi:
Pemotongan dan/atau pemungutan PPh:- PPh Pasal 21 (Pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan,
jasa atau kegiatan).- PPh Pasal 22 (Pemungutan PPh atas impor atau transaksi
tertentu lainnya)- PPh Pasal 23 (Pemotongan PPh antara lain atas persewaan
harta selain tanah dan/atau bangunan)
Pembayaran PPh oleh Wajib Pajak sendiri (angsuran PPh Pasal 25)
PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri (PPh Pasal 24)
Kredit Pajak PPh Pasal 24
• Besarnya PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan adalahyang lebih kecil antara:a. PPh yang dipotong/dibayarkan di luar negeri; ataub. Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).
34
Batas maksimum KPLN =Penghasilan di Luar NegeriPenghasilan Kena Pajak
x PPh Terutang
Jika Penghasilan Kena Pajak lebih kecil dari pada Penghasilan di Luar Negeri:-- Batas maksimum KPLN adalah sebesar PPh terutang atas Penghasilan Kena Pajak
PPh Kurang Bayar:- PPh terutang > kredit pajak- Kekurangan pembayaran (PPh Pasal 29) harus
dilunasi sebelum SPT Tahunan disampaikan ke KPP.
PPh Lebih Bayar:- PPh terutang < kredit pajak
Outline
BAYAR
1. Pembayaran dalam tahun berjalan:
a. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25
b. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak lain
c. Pembayaran PPh yang bersifat final
2. Pembayaran pada akhir tahun pajak (PPh Pasal 29)
Pembayaran Angsuran PPh Pasal 25
• Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan
• Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Angsuran PPh Pasal 25 =PPh terutang – Kredit Pajak (PPh Pasal 21, 22, 23, 24)
12
Angsuran PPh Pasal 25 bagi WP Baru
• Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.
Angsuran PPh Pasal 25 =Tarif PPh OP x (Pengh. Neto Sebulan Disetahunkan – PTKP)
12
PerMenkeu No. 255/PMK.03/2008 stdd PerMenkeu No. 208/PMK.03/2009
Pemotongan/Pemungutan oleh Pihak Lain
• Pemotongan PPh Pasal 21Cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajakatas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadidalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
• Pemungutan PPh pasal 22Cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan oleh Wajib Pajakatas penghasilan antara lain sehubungan dengan impor barang danpembelian barang sangat mewah, yang dipungut oleh pihak lain.
• Pemotongan PPh Pasal 23Cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajakatas penghasilan yang dibayarkan oleh pihak lain antara lain bunga,dividen, royalti, hadiah, sewa dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta, jasa teknik, jasa manjemen, jasa konsultan, dan jenisjasa lainnya.
Pembayaran PPh Yang Bersifat Final
Antara lain:• Bunga deposito dan tabungan, obligasi dan SUN• Hadiah undian• Transaksi saham• Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan• Persewaan tanah dan/atau bangunan• Penghasilan atas usaha WP yang memiliki
peredaran bruto tertentu (PP No. 46 Tahun2013)*
*WP OP yang memiliki penghasilan dari kegiatan usaha (tidak termasuk pekerjaan bebas, a.l. pengacara, dokter, konsultan, dll.) dikenai PPh Final apabila peredaran bruto usaha dalam tahun pajak sebelumnya tidak melebihi Rp4.800.000.000,00.
SSP Standar(PER-38/PJ./2009 s.t.d.t.d. PER-24/PJ./2013)
Terdiri 4 lembar :Lembar ke 1: untuk Arsip WPLembar ke 2: untuk KPPNLembar ke 3: untuk dilaporkan oleh WP ke KPPLembar ke 4: untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan
Giro
42
Dalam hal diperlukan, SSP dapat dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan peruntukan lembar ke-5 untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
43
KAP & KJS PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi
• pembayaran Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi yang terutangKAP : 411125, KJS : 100
• pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi termasuk SPT pembetulan sebelum dilakukan pemeriksaanKAP : 411125, KJS : 200
Outline
LAPOR
WP Orang Pribadi wajib:
- mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan(SPT PPh) Masa dan Tahunan, dan
- menyampaikannya ke KPP tempat terdaftar.
Media PenyampaianSPT Tahunan
LangsungKPP/KP2KP
Tempat lain
Pojok Pajak
Drop Box
Mobil Pajak
Kantor Pos
Perusahaan ekspedisi/kurir
e-Filing
dengan bukti pengirimansurat ke KPP tempat WP
terdaftar
Media Penyampaian SPT Tahunan
Kewajiban Tanggal Penyetoran Tanggal Pelaporan
PPh Pasal 25 Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir *)
PPh Pasal 4 ayat (2) “Setor Sendiri”
Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir *)
PPh Pasal 29 Paling lama dilunasi sebelum SPT Tahunan disampaikan
3 bulan setelah akhir tahun pajak
48
*) SSP atas pembayaran PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilandengan peredaran bruto tertentu yang telah mendapat validasi NTPN, tidak perlu melaporkan SPT Masa.
Batas Waktu Penyetoran dan Pelaporan
Outline
KEWAJIBAN PPhWANITA
Kewajiban PPh (DHBL)
- Belum kawin- Hidup berpisah berdasarkan
Putusan Pengadilan
Kawin - Kawin dengan perjanjian pisah harta dan penghasilan
- Kawin dan memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan sendiri
Daftar Wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
Tidak wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
Dapat mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP atas namanya sendiri
Hitung Penghitungan PPh terutangatas penghasilan sendiri
Penghasilan atau kerugian dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suami.
Penghitungan PPh terutang didasarkan pada penggabungan penghasilan neto suami isteri dan besarnya PPh terutang bagi isteri tersebut dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto antara suami dan isteri.
Bayar Sebesar PPh terutang atas penghasilan sendiri
Tidak bayar (karena sudah diperhitungkan dalam penghasilan suami)
Sebesar PPh terutang bagi isteri sesuai dengan perbandingan penghasilan neto antara suami dan isteri
51
Kewajiban PPh (DHBL)
- Belum kawin- Hidup berpisah berdasarkan
Putusan Pengadilan
Kawin - Kawin dengan perjanjian pisah harta dan penghasilan
- Kawin dan memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan sendiri
Lapor Lapor SPT Tahunan PPh OP atas namanya sendiri
Tidak lapor SPT Tahunan PPh OP
- Wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh WP OP atas namanya sendiri terpisah dengan SPT Tahunan PPh suaminya
- Penghasilan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh adalah seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh wanita kawin tersebut dalam suatu tahun pajak, tidak termasuk penghasilan anak yang belum dewasa.
- Harta dan kewajiban/utang yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh adalah harta dan kewajiban yang dimiliki dan/atau dikuasai wanita kawin tersebut pada akhir tahun pajak.
52Outline
KEWAJIBAN PERPAJAKAN LAINNYA
• WP Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/ataupekerjaan bebas merupakan orang pribadi yang ditunjuksebagai pemotong pajak
• Pemotong pajak wajib memotong PPh pasal 21 ataspenghasilan karyawan, tenaga ahli, dan orang pribadilainnya yang bekerja pada WP Orang Pribadi tersebut
• Tata cara penghitungan mengikuti ketentuan PeraturanDirektur Jenderal Pajak nomor PER-31/PJ/2012
• Setor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah MasaPajak berakhir
• Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir
PEGAWAI
BUKAN PEGAWAI
TIDAK BERKESINAMBUNGAN
BERKESINAMBUNGAN
PENSIUNAN
TETAP
TIDAK TETAP
Ph NETO - PTKP
BULANAN
HARIAN
Ph BRUTO - PTKP
(50% X Ph Bruto) Kumulatif
50 % x Ph Bruto
Ph NETO - PTKPBERKALA
Ph BRUTO – 200 RIBU
Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) –PTKP Harian
Ph Bruto Kumulatif
BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1)
((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan) Kumulatif
PESERTA KEGIATAN
Ph BRUTO(>7jt) – PTKP
KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI
Ph Bruto
• WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/ataupekerjaan bebas merupakan orang pribadi yang ditunjuksebagai pemotong pajak (harus ada surat penunjukan yangditerbitkan oleh Kepala KPP) sesuai dengan KEP-50/PJ./1994
• Pemotong pajak wajib memotong PPh pasal 23 atas sewaselain tanah dan/atau bangunan
• Tarif = 2% dari jumlah bruto nilai sewa dan bersifat tidak final
• Setor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah MasaPajak berakhir
• Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir
• WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/ataupekerjaan bebas merupakan orang pribadi yang ditunjuksebagai pemotong pajak (harus ada surat penunjukan yangditerbitkan oleh Kepala KPP)
• Pemotong pajak wajib memotong PPh pasal 4 ayat (2) atassewa tanah dan/atau bangunan
• Tarif = 10 % dari jumlah bruto nilai sewa dan bersifat final
• Setor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah MasaPajak berakhir (Pasal 4 ayat (2) “Pemotongan”)
• Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir
• Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP wajibdikukuhkan sebagai PKP apabila sampai dengan suatu bulan dalamtahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonyamelebihi Rp4.800.000.000,00.
• PKP wajib memungut PPN atau PPN dan PPnBM* atas penyerahanBKP dan/atau JKP.
• Pajak Masukan dikreditkan dengan Pajak Keluaran sehingga PPNper Masa Pajak dapat menjadi Kurang Bayar/ Lebih bayar/ Nihil.
• PPN Kurang Bayar dan PPnBM disetor paling lambat akhir bulanberikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum SPT Masa PPNdisampaikan.
• Lapor SPT Masa PPN paling lambat akhir bulan berikutnya setelahMasa Pajak berakhir .
*Selain PPN dikenakan PPnBM atas penyerahan BKP Mewah oleh Produsen BKP Mewah
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi:
1. fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;
2. dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan
3. surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
Pasal 18 huruf a PER-20/PJ/2013 s.t.d.d. PER-38/PJ/2013
Jenis Pajak Batas waktupembayaran Batas waktu pelaporan
PPh pasal 21 Tanggal 10 bulanberikutnya
Tanggal 20 bulan berikutnya
PPh pasal 23 sewa selain tanah dan/atau bangunan
Tanggal 10 bulanberikutnya
Tanggal 20 bulan berikutnya
PPh pasal 4 ayat (2) sewa tanah dan/atau bangunan
Tanggal 10 bulanberikutnya *
Tanggal 20 bulanberikutnya
PPN atau PPN dan PPnBM
Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir & sebelum SPT masa PPN disampaikan
Akhir bulan berikutnyasetelah masa pajak
berakhir
*) Untuk PPh pasal 4 ayat 2 yang disetorkan sendiri (bukan pemotongan) batas waktupembayarannya tanggal 15 bulan berikutnya
JATUH TEMPO PEMBAYARAN & PELAPORAN
Catatan :Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran/penyetoran bertepatan dengan harilibur, maka pembayaran/penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
Outline
SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN/PEYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK
SANKSI ADMINISTRASI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAKYANG TERUTANG UNTUK SUATU SAAT ATAU MASA PAJAK
PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAKSETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK
BERUPA BUNGA 2% PER BULAN DIHITUNG DARI JATUHTEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TGLPEMBAYARAN (DAN BAGIAN DARI BULAN
DIHITUNG PENUH SATU BULAN)
DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP
62
SANKSI ADMINISTRASI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAKYANG TERUTANG BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPh
PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAKSETELAH TGL JATUH TEMPO PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
BERUPA BUNGA 2% PER BULAN DIHITUNG DARI BERAKHIRNYA BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SAMPAI DENGAN TGL PEMBAYARAN
(DAN BAGIAN DARI BULANDIHITUNG PENUH SATU BULAN)
DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 9 ayat (2b) UU KUP
63
SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
SPT TAHUNAN
BADAN
SPT MASASELAIN
PPN
WP TERLAMBAT/TIDAK MENYAMPAIKAN
Pasal 7 (1) UU KUP
DENDARp 1.000.000
DENDARp 100.000
SPT MASAPPN
DENDARp 500.000
SPT TAHUNAN
OP
Outline
Lampiran: Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut:
1. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
2. ibukota propinsi lainnya;
3. daerah lainnya.
Daftar Persentase Penghasilan Neto adalah sebagaimana terlampir.
KEP-536/PJ./2000