s-pdf-ade riani sandra.pdf

107
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA DAN KEPATUHAN IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 SKRIPSI ADE RIANI SANDRA 0906614572 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2011 Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Upload: vodan

Post on 14-Jan-2017

254 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA DAN

KEPATUHAN IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

SKRIPSI

ADE RIANI SANDRA0906614572

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2011

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 2: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA DAN

KEPATUHAN IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Bidan Komunitas Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

ADE RIANI SANDRA0906614572

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATPROGRAM STUDI KEBIDANAN KOMUNITAS

UNIVERSITAS INDONESIADEPOK

JUNI 2011

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 3: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 4: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 5: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Ade Riani Sandra

NPM :0W6614572Program Studi : Kesehatan N'Iasyarakat

Judul Skripsi : Hubungan Antafa Pemanfaatan Buku KIA DanKepatuhan'Imunisasi Di Puskesmas Ciputat TimurKota Tangerang Selatan Tahun 201l.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dem'an Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sariira feelatan Masyarakrt pada Program Stildi Keeehatan lt{rryarakat,Fakultes Kesehatan Masyaraka{ Universitas Indonesia.

DEWAI\TPENGUJI

Pembimbing: drAgustin Kusumayati, M.Sc,Ph.D 4>

Pengsji : drMieke Saviti, MKes

Penguji : drg. Maya Mardiana" MARS

Ditetapkandi : Depok

ftneget : Juti20ll

ilt

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 6: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala kemudahan, kelancaran dan dengan izin-Nya lah sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pemanfaatan Buku

KIA dengan Imunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan

Tahun 2011”. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi akhir

zaman Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat dan umatnya

hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini merupakan hasil kegiatan penelitian yang telah

dilakukan penulis di Kota Tangerang Selatan. Selama menjalankan proses skripsi,

penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

baik bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Agustin Kusumayati, Msc. PhD selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran sampai skripsi ini selesai pada

waktunya.

2. dr. Meike Savitri, .MSc selaku penguji yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran untuk hadir dalam sidang skripsi saya.

3. drg. Maya Mardiana, MARS, sebagai Kepala Puskesmas saya saat di

Puskesmas Ciputat Timur yang mau meluangkan waktu dan tenaga untuk

hadir sebagai penguji pada sidang skripsi saya.

4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, atas arahan dan bantuan selama proses perkuliahan, magang

dan skripsi.

5. Yang paling kucintai dan kusayangi kedua orang tuaku, Marlis st.Menan

dan Elmi Munaf. Yang tiada henti mendoakan dan memberikan motivasi

kepada penulis dalam segala situasi dan kondisi.

6. Yang tercinta dan tersayang anakku Nabilah Fahdah W dan Shabirah Qisti

Azzahrah W, yang telah mengorbankan waktu bersama kita selama 2

tahun ini, berkat dorongan dan kasih sayang yang tulus dari kalian selama

ini, saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 7: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

iii

7. Kakakku Yunita S.Pd dan adikku Dian Hamzah S.Ag. yang telah ikut

mendorong dan memotovasi di saat saya hampir jatuh, atas doa kalian

skripsiku selesai sesuai waktunya.

8. Teman-teman bidkom angkatan 2009 kelas D khususnya Ririn Rianita,

Eva Agustin, Wiwit Faisal, Yeni Rotua terima kasih atas kebersamaan dan

segala bantuannya tanpa kalian skripsi ini tak akan ada.

9. Seluruh teman-teman bidkom angkatan 2009 khususnya Erlina, Pradias,

Syebrina dan Leni Sovita yang senasib dan sepenanggungan dalam

menjalani hari-hari konsul bersama. Terima kasih atas kebersamaan dan

segala bantuannya.

10. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juli 2011

Penulis

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 8: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 9: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Ade Riani Sandra

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas

Judul : Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA dan Kepatuhan Imunisasi di

Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan nagka kematian ibu dan

bayi dengan suatu kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategic Making Pregnancy Safer dan

Pengadaan Buku KIA. Pengetahuan ibu yang baik tentang Buku KIA akan berdampak positif

pada kegiatan ibu yang berhubungan dengan kesehatan dan salah satunya imunisasi. Asumsi

penulis pengetahuan baik yang ibu miliki tentang buku KIA akan berdampak pada kualitas

imunisasi bayi/balitanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara

pemanfaatan Buku KIA dan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap.

Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki Buku KIA dan memiliki anak

yang berusia diatas 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan

denga menggunakan desain studi cross sectional yang menjadi reponden adalah 96 ibu yang

memiliki buku KIA dan balita diatas 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

pengetahuan, larangan dari keluarga dekat dan pemanfaat Buku KIA memiliki hubungan yang

bermakna dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap. Saran yang

diberikan yaitu lebih meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan agar mampu memberikan

informasi tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi.

Kata Kunci:

Pemanfaatan Buku KIA, Kepatuahan ibu dalam imunisasi

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 10: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Ade Riani Sandra

Program Study : Public Health

Judul : Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA dan Kepatuhan Imunisasi di

Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 11: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... iHALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................... iiHALAMAN PENGESAHAN................................................................. iiiKATA PENGANTAR ............................................................................ ivHALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR.............. viABSTRAK .............................................................................................. viiDAFTAR ISI........................................................................................... ixDAFTAR TABEL................................................................................... xiiiDAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvDAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi

1. PENDAHULUAN............................................................................. 11.1. Latar Belakang .......................................................................... 11.2. Rumusan Masalah..................................................................... 51.3. Pertanyaan Penelitian................................................................ 51.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

1.4.1.Tujuan Umum.................................................................. 51.4.2.Tujuan Khusus................................................................. 5

1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 61.6. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 7

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 82.1. Teori Mosley & Chen ............................................................... 82.2. Buku KIA.................................................................................. 92.3. Imunisasi ................................................................................... 13

2.3.1 Pengertian .................................................................... 132.3.2 Jenis-jenis vaksin ..........................................................2.3.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan ......................

rendahnya cakupan imunisasi ...................................... 152.4. Konsep Perilaku ........................................................................ 18

2.4.1 Pengertian Perilaku ...................................................... 182.4.2 Determinan Perilaku ..................................................... 192.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan............... 202.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu ........................

dalam memberikan imunisasi lengkap pada bayi ......... 242.4.5 Kerangka Teori ............................................................. 28

3. KERANGKA KONSEP................................................................... 303.1. Kerangka Konsep...................................................................... 303.2. Definisi Operasional ................................................................. 31

4. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 344.1. Desain Penelitian ...................................................................... 344.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 34

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 12: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

v

4.3. Populasi penelitian .................................................................... 344.4. Sampel Penelitian...................................................................... 344.5. Besar sampel ............................................................................. 354.6. Instrumen Penelitian ................................................................ 364.7. Tehnik Pengambilan Sampel .................................................... 364.8. Pengumpulan data..................................................................... 364.9. Pengolahan data ........................................................................ 36

4.9.1.Editing ............................................................................. 364.9.2.Coding ............................................................................. 374.9.3.Entry Data........................................................................ 374.9.4.Cleaning........................................................................... 37

4.10. Analisis Data............................................................................. 374.10.1 Analisa Univariat ......................................................... 374.10.2 Analisa Bivariat ............................................................ 38

5. HASIL PENELITIAN...................................................................... 395.1. Gambaran tempat penelitian ..................................................... 395.2. Analisis Univariat ..................................................................... 39

5.2.1.Gambaran kepatuhan ibu dalam imunisasi bayi. ............ 415.2.2.Gambaran pendidikan ibu................................................ 415.2.3.Gambaran Pengetahuan ibu tentang imunisasi................ 425.2.4.Gambaran Sikap Ibu ........................................................ 445.2.5.Gambaran ketersediaan Tempat layanan Imunisasi. ....... 475.2.6. Gambaran persepsi tentang biaya imnunisasi................. 485.2.7.Gambaran ketersediaan waktu ibu dalam........................

imunisasi bayi................................................................. 505.2.8.Gambaran Dukungan Responden berdasarkan................

Ketersediaan waktu untuk imunisasi .............................. 515.2.9.Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan .......................

dalam imunisasi bayi ....................................................... 535.2.10.Gambaran Dukungan Kader Kesehatan......................... 545.2.11.Gambaran larangan mengimunisasi dari keluarga......... 565.2.12.Gambaran Pemanfaatan Buku KIA ............................... 57

5.3. Analisis Bivariat........................................................................ 585.3.1.Hasil uji bivariat antara perilaku ibu yang.. ………….

mengimunisasi bayi lengkap dengan faktor ………….pendidikan, pengetahuan dan sikap………………… 59

5.3.2.Hasil uji bivariat antara perilaku ibu dalam ....................Imunisasi anak lengkap dengan tempat layanan .............Imunisasi, biaya dan waktu ............................................. 61

5.3.3.Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam ...................Imunisasi anak lengkap dengan dukungan suami ..........tenaga kesehatan, kader, larangan keluarga ....................dan pemanfaatan Buku KIA ............................................ 63

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 13: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

v

6. PEMBAHASAN................................................................................ 656.1. Keterbatasan Penelitian............................................................. 656.2. Pembahasan hasil penelitian ..................................................... 66

7. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 747.1. Kesimpulan ............................................................................... 747.2. Saran ......................................................................................... 74

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 14: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Mosley & Chen (1983) ........................................... 8

Gambar 2.2. Alur Distribusi dan Pelaporan Buku KIA .......................... 11

Gambar 2.2 Teori Health Belief Model .................................................. 23

Gambar 2.3. Kerangka Teori................................................................... 29

Gambar 3.1. Kerangka Konsep .............................................................. 30

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 15: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut perilaku ibu dalam………………..mengimunisasi bayi dengan lengkap………………………………. 41

Tabel 5.2 Gambaran responden berdasarkan pendidikan…………………….. 41

Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi ………….. 43

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan…………………..Tentang Imunisasi………………………………………………… 44

Tabel 5.5 Gambaran Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi …………… 45

Tabel 5.6 Distribusi Ibu Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Imunisasi. 46

Tabel 5.7 Gambaran Ketersediaan Tempat Pelayanan Imunisasi…………… 47

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan………………….Tempat Layanan Imunisasi………………………………………... 48

Tabel 5.9 Gambaran Persepsi Ibu Tentang Biaya Imunisasi………………… 49

Tabel 5.10 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Tentang……………………..Biaya Untuk Imunisasi…………………………………………….. 49

Tabel 5.11 Gambaran Ketersediaan Waktu Ibu ke Tempat Layanan Imunisasi. 50

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan…………………………………Ketersediaan Waktu untuk Imunisasi ……………………………… 51

Tabel 5.13 Gambaran Dukungan Suami Untuk Mengimunisasikan Anaknya… 52

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan……………………..Suami Dalam Imunisasi Bayi …………………………………….. 52

Tabel 5.15 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan Dalam Imunisasi……….. 53

Tabel 5.16 Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan…………………….Tenaga Kesehatan dalam Imunisasi Bayi…………………………. 54

Tabel 5.17 Gambaran Dukungan Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Imunisasi 55

Tabel 5.18 Distribusi Responden Dukungan Kader dalam Imunisasi Bayi …… 55

Tabel 5.19 Gambaran Larangan Keluarga Dekat Untuk Mengimunisasi Bayi .. 56

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 16: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

xiii Universitas Indonesia

Tabel 5.20 Gambaran Responden Berdasarkan Larangan ………………………Keluarga Dekat dalam Imunisasi Bayi ……………………………… 56

Tabel 5.21 Gambaran Pemanfaatan Buku KIA………………………………….. 57

Tabel 5.22 Distribusi Pengertian Responden Terhadap Manfaat Buku Kia ……. 58

Tabel 5.23 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji Chi Square Antara……………………Pendidikan dan Perilaku Ibu Dalam Imunisasi Bayi………………… 59

Tabel 5.24 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji……………….Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Imunisasi……………… 60

Tabel 5.25 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji……………….Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Imunisasi Ibu………………… 60

Tabel 5.26 Hasil Uji Bivariat antara Perilaku Ibu dalam Imunisasi……………… Anak Lengkap dengan Faktor Tempat Layanan Imunisasi,…………. Biaya dan Waktu Ibu ……………………………………………….. 62

Tabel 5.17 Hasil Uji Bivariat antara Perilaku Ibu dalam Imunisasi Anak……….Lengkap secara Dukungan dari Suami,Dukungan dari …………….

Tenaga Kesehatan,dari Kader Kesehatan serta……………………..Larangan Imunisasi dari Keluarga Terdekat dan……………………Pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu ………………………………… 64

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 17: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan dengan meningkatkan mutu serta kemudahan

pelayanan yang terjangkau diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas

hidup masyarakat. Indikator derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan

masyarakat ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, angka kematian

bayi, dan panjang umur harapan hidup. Sampai saat ini kematian ibu masih

merupakan masalah prioritas di Indonesia.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tahun 2010 sebanyak 35/1.000

kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Provinsi Banten tahun 2009 adalah

21/1000 kelahiran hidup. Pada tahun yang sama AKB Kota Tangerang Selatan

3,3/1000 KH, terdapat BBLR sebanyak 26 orang dan kejadian gizi buruk 11%.

(Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 2009).

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI),

Strategi Making Pregnancy Safer dan pengadaan Buku KIA. Buku KIA telah

diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang

(JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan

kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antar tenaga

kesehatan dengan pasien. diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam mengontrol kesehatan ibu.

Penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan

masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatan dan mendapatkan

pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini seyogyanya menjadi perhatian

pemerintah kabupaten atau kota (Depkes, 1999). Buku KIA dapat diperoleh secara

gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes,

dokter dan bidan praktek swasta.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

uiperpustakaan
Sticky Note
Page 18: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

2

Universitas Indonesia

Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan

kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita serta catatan

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa

selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan

mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap dibuku KIA, agar ibu dan

keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Pencatatan

sedini mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan

untuk mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mulai melaksanakan pemakaian

Buku KIA pada tahun 2001. Sebelum didistribusikan, terlebih dahulu

dilaksanakan pelatihan terhadap 3 kelompok dengan waktu pelatihan yang

berbeda. Pelatihan ditujukan untuk pimpinan puskesmas dan pemegang program

KIA, petugas puskesmas pembantu dan polindes, serta kader masing-masing 3

orang kader per posyandu dan KUA kecamatan serta TPP PKK kecamatan dan

desa. Sumber dana pelatihan dan pengadaan buku KIA berasal dari Proyek JICA

berlangsung sampai tahun 2002. Mulai tahun 2003 dinas kesehatan dengan

dukungan dana APBD Kabupaten Tangerang sudah melakukan pengadaan sendiri

untuk buku KIA.

Salah satu hal yang terdapat dalam buku KIA adalah jadwal imunisasi.

Imunisasi merupakan salah satu strategi yang efektif dan efisien dalam sistem

kesehatan nasional untuk mencegah tujuh penyakit mematikan yaitu tuberculosis,

difteri, pertusis, tetanus, campak, polio dan hepatitis B. Diharapkan peningkatan

cakupan imunisasi yang meningkat dapat menurunkan angka kematian akibat

penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pada tahun

2003, WHO memperkirakan lebih dari 27 juta bayi tidak memperoleh imunisasi di

tahun pertama usia mereka,dan 14 juta balita meninggal di sebabkan oleh PD3I.

WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan imunisasi adalah 90% di

tingkat nasional, dan 80% di semua kabupaten. Dalam rencana strategis

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005-2009, target universal

child immunization (UCI) desa sebesar 98% tercapai pada tahun 2009 (ayubi,

2006).

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 19: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

3

Universitas Indonesia

Menurunkan AKB dalam beberapa waktu terakhir, memberi gambaran

adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Penurunan AKB tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan bidan di desa

dan meningkatnya proporsi ibu dengan pendidikan yang tinggi (Depkes RI,2004).

Salah satu target keberhasilan imunisasi adalah tercapainya Universal

Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi secara merata

pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Indikator imunisasi lengkap

adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT 1) sebesar 90% dan cakupan

imunisasi kontak lengkap (Campak) sebesar 80%. Indikator lainnya yang di

gunakan untuk kontak lengkap adalah cakupan DPT 3 sebesar 80%.

Cakupan imunisasi lengkap anak usia 12-23 bulan di Indonesia tahun 2010

sebesar 46,2%, mereka mendapat vaksinasi BCG, polio 3 kali, DPT 3 kali,

hepatitis B 4 kali dan campak (www.ibubayi.com,2010). Cakupan imunisasi di

provinsi Banten tahun 2010 disebutkan polio 4 (101,7% ), DPT/Hb (99,2%),

campak (104%), BCG (100,4%). Bedasarkan laporan tahunan tahun 2009 di

Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur hasil Imunisasi dasar di dapatkan hasil :

Sasaran Bayi 3692 HB (0<7 hari) 67.9%, BCG 88.8%, Polio1 88.3%, DPT/HB

88.4%, Polio2 85.4%, DPT/HB2 85.8%, Polio3 84.1%, DPT/HB3 84.1%, Polio4

82.3%, Campak 82.3%. Artinya bahwa semua pencapaian imunisasi dasar masih

dibawah pencapaian Provinsi Banten. Dari pencapaian kelima imunisasi dasar,

pencapaian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari masih jauh dibawah target nasional.

Bedasarkan laporan tahunan tahun 2010 di Puskesmas Kecamatan Ciputat

Timur hasil Imunisasi dasar didapatkan hasil : Sasaran bayi 3633 HB (0<7 hari)

83.8%, BCG 98.7%, Polio1 98.2%, DPT/HB 99.3%, Polio2 96.3%, DPT/HB2

97.4%, Polio3 93.0%, DPT/HB3 94.6 %, Polio4 93.6%, Campak 93.8%, TT1

90.5%, TT2 82.6%, TT3 2.4%, TT4 1.6%, TT5 12.6%.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku juknis penggunaan buku KIA

(2009) bahwa buku KIA sebagai sumber informasi untuk mengetahui hasil

pemeriksaan ibu yang lengkap dan agar ibu serta keluarga mengetahui dengan

pasti keadaan kesehatan ibu dan anak sedini mungkin sehingga dapat lebih cepat

mengantisipasi adanya resiko tinggi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dan

mengetahui perkembangan janinnya. Bila ibu hamil tidak membawa buku KIA

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 20: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

4

Universitas Indonesia

setiap ia memeriksakan kehamilannya maka akan mengganggu pencatatan yang

seharusnya dilakukan oleh petugas puskesmas saat kunjungan ibu tersebut.

Imunisasi dasar adalah imunisasi wajib yang ada di dalam program

Puskesmas dimana semua bayi yang berusia di atas 12 bulan harus mendapatkan

imunisasi tersebut. Karena imunisasi dasar dibuat menjadi program karena

penyakit yang ada tersebut dapat dicegah dengan imunisasi. Hal ini akan tercapai

apabila ibu sadar dan mengerti apa tujuan imunisasi dan manfaat dari imunisasi

yang ada. Imunisasi dasar yang ada didalam program Puskesmas mempunyai

tujuan melindungi anak dari penyakit, mencegah kecacatan pada anak, juga untuk

mencegah kematian pada anak (DepKes RI, 2009).

Berdasarkan data yang telah diambil penulis mencoba melihat apakah ada

hubungan antara ibu yang memiliki buku KIA dengan kelengkapan imunisasi

seorang anak bayi/balita pada akhirnya. Karena penulis mengasumsikan bahwa

pengetahuan ibu tentang buku KIA akan berdampak pada kualitas imunisasi

bayi/balitanya.

Dalam buku juknis penggunaan buku KIA, (2009) dijelaskan yang di

maksud dengan buku KIA adalah buku milik keluarga yang disimpan di rumah

dan dibawa setiap kali ibu atau anak datang ke fasilitas kesehatan pemerintah atau

swasta dimanapun berada untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Buku KIA adalah catatan kesehatan yang lengkap milik seorang ibu sejak hamil

sampai dengan bayi yang di kandung berusia 5 tahun . Bila ibu hamil memahami

isi buku KIA dengan baik maka ia akan tahu kapan dan bila ia perlu pertolongan.

Menurut Green dan Kreuter (2005) bahwa perilaku kepatuhan seseorang

dalam membawa buku KIA pada saat pemeriksaan kehamilan pasien berikutnya

ditentukan oleh banyak hal antara lain faktor pemudah seperti pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi juga faktor pendukung seperti sarana

dan prasarana atau fasilitas untuk membantu pelaksanaan kegiatan prilaku

kesehatan serta faktor pendorong sikap serta prilaku petugas kesehatan atau

petugas lainnya dan tak lupa dorongan dari tokoh masyarakat setempat.

Seperti yang dituliskan oleh Benyamin Bloom tahun 1908 dalam

Notoadmodjo (2007) ada 3 tingkat ranah perilaku yaitu: pengetahuan, sikap dan

tindakan atau praktik dapat menjelaskan bahwa seseorang harus memiliki

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 21: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

5

Universitas Indonesia

pengetahuan terlebih dahulu tentang isi buku KIA sehingga ibu menjadi tahu,

memahami, lalu mengaplikasikannya, menganalisis isi buku KIA tersebut dan ia

mampu menyusun formulasi baru dan mengevaluasi apa yang ia ketahui maka

akan terbentuk suatu sikap, dan dalam sikap ibu akan mulai menerima buku KIA

menanggapi, menghargai, bertanggung jawab dan mulai melakukan tindakan atas

apa yang ia terima . Sehingga penulis mencoba untuk meneliti faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi tindakan ibu untuk mengimunisasikan bayi secara

lengkap bila dilihat dari pemanfaatan ibu terhadap buku KIA.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah yang ada pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara

pemanfaatan buku KIA oleh ibu dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi

secara lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang

Selatan pada tahun 2011.

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN

Apakah ada hubungan antara pemanfaatan Buku KIA dengan kepatuhan

ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap di wilayah kerja Puskesmas Ciputat

Timur Tangerang Selatan pada tahun 2011.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

1.4.1 TUJUAN UMUM

Diketahuinya gambaran dan hubungan antara pemanfaatan Buku KIA dan

kepatuhan imunisasi terhadap kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi

secara lengkap.

1.4.2 TUJUAN KHUSUS

1. Diketahuinya gambaran faktor predisposisi kepatuhan ibu dalam

mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi pendidikan,

pengetahuan dan sikap

2. Diketahuinya gambaran faktor pemungkin kepatuhan ibu dalam

mengimunisasi bayi secara yang meliputi ketersediaan tempat layanan

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 22: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

6

Universitas Indonesia

imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi, ketersediaan waktu

ibu untuk mengimunisasi.

3. Diketahuinya gambaran faktor penguat kepatuhan ibu dalam

mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi dukungan suami

dalam imunisasi anak, larangan keluarga dekat dalam mengimunisasi

anak, dukungan petugas dalam pelayanan imunisasi, dukungan kader

kesehatan dan pemanfaatan buku KIA.

4. Diketahuinya hubungan antara faktor predisposisi dan kepatuhan ibu

dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi umur,

pendidikan, pengetahuan dan sikap.

5. Diketahuinya hubungan antara faktor pemungkin dan kepatuhan ibu

dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi ketersediaan

tempat layanan imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi,

ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi.

6. Diketahuinya hubungan faktor penguat dan kepatuhan ibu dalam

mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi ketersediaan tempat

layanan imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi,

ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan.

Hasil penelitian ini diharapakan akan menjadi informasi atau masukan

agar buku KIA yang telah ada dapat dimanfaat lebih maksimal oleh

masyarakat khususnya ibu hamil sehingga Dinas Kesehatan

Tangerang Selatan akan lebih mempersiapakan sumber daya manusia

yang terampil dalam mensosialisasikan Buku KIA kepada masyarakat

di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.

2. Bagi penulis.

Menambah pengalaman dan wawasan penulis sehingga akan mampu

memaksimalkan cara mensosialisasikan buku KIA sampai ketangan

ibu hamil dan ibu bayi/balita dengan pemanfaatan yang lebih

maksimal.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 23: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

7

Universitas Indonesia

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan

buku KIA dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap di

Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur tahun 2011. Pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari

profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009 dan 2010 serta data

primer yaitu pada ibu yang memiliki anak berusia diatas 12 bulan yang memiliki

buku KIA yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Ciputat Timur Tangerang

Selatan pada tahun 2011.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 24: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

8 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Mosley & Chen

Gambar berikut menyajikan model Mosley dan Chen (Mosley dan Chen,

1983) tentang determinan kematian neonatal dan balita.

Prevention

Treatment

Gambar 2.1 Model Mosley & Chen, 1983

Sumber : Child Survival Strategies for Researceh

Sehat dan sakit adalah suatu kondisi dinamis anak. Dari kondisi sehat

seorang anak baru lahir dapat "bergerak" ke arah sakit, dan sebaliknya. Mengubah

dari "sehat" menjadi "sakit" dipengaruhi oleh banyak kondisi yang dapat

dikategorikan ke dalam empat faktor pendukung yaitu: faktor ibu, pencemaran

lingkungan, kekurangan gizi, dan cedera. Ini adalah empat aspek yang jelas

dipengaruhi oleh kondisi sosial-ekonomi anak dan/keluarganya. Selanjutnya

kondisi sosial ekonomi juga menentukan kontrol diri seseorang terhadap penyakit

yang dipraktekkan terutama oleh orang tua. Kontrol tersebut mencakup dua aspek,

Socioeconomic determinants

Maternal faktors Environmental contamination

Nutrient deficien Injury

Healthy Sick

Personal illness control

Growth faltering

Mortality

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 25: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

9

Universitas Indonesia

yaitu (1) langkah-langkah pencegahan, yang akan mencegah penyakit dan (2)

pengobatan, yang akan memungkinkan seorang anak sembuh dari penyakitnya.

Jika tidak diobati dengan segera dan memadai, mungkin akan menyebabkan

pertumbuhan bayi/anak akan terganggu atau dapat menyebabkan kematian pada

anak.

Faktor yang menjadi tolak ukur/dominan dalam teori Mosley dan Chen

adalah Faktor sosial ekonomi, dimana faktor sosial ekonomi lebih berperan dari

pada variable-variabel lain dalam kelangsungan hidiup anak. Faktor penentu

lainya yang mempengaruhi kelangsungan hidup anak dikelompokan dalam 5

kategori yaitu:

1. Ibu yang terdiri dari umur, paritas dan jarak kelahiran.

2. Pencemaran linkungan, terdiri dari udara yg mempengaruhi sitem

pernafasan; makanan/air; kulit/tanah/bangkai; binatang.

3. Kekurangan gizi; bila anak mengalai kekuranngan intake/masukan pada 3

gizi makro yaitu kalori, protein dan nutrient.

4. Cidera terdiri dari dari; cidera fisik, luka bakar dan keracunan.

5. Kontrol diri seseorang terhadap penyakit; terdiri dari pencegahan dan

pengobatan penyakit.

2.2 Buku KIA

Buku KIA adalah buku milik keluarga yang disimpan di rumah dan

dibawa setiap kali ibu atau anak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah atau swasta dimanapun berada untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan ibu dan anak. Buku KIA merupakan kumpulan materi standar

penyuluhan, informasi serta catatan tentang gizi, kesehatan ibu dan anak. Buku

KIA adalah salah satu bentuk upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan keluarga. Sasaran pemakai Buku KIA terbagi dua yaitu sasaran

langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah ibu dan anak

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Setiap ibu hamil mendapat Buku KIA gratis yang akan digunakan sejak

mulai ia hamil hingga masa nifas sampai anak berusia 5 tahun.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 26: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

10

Universitas Indonesia

b. Pada kelahiran kembar ibu akan mendapatkan buku sesuai jumlah bayi yang

hidup.

c. Setiap kali ibu hamil ibu mendapatkan buku yang baru

d. Jika buku hilang ibu (selama persediaan masih ada) atau anak bisa

mendapatkan buku yang baru.

e. Setelah ibu melahirkan, maka Buku KIA akan menjadi milik anak dan

dicatat dalam Register Kohort Bayi, Register Posyandu dan Register

Pelayanan di Rumah Sakit/Instansi pelayanan Kesehatan

f. Buku KIA bila diberikan pada ibu hamil maka harus dicatat dalam Kohort

Ibu Hamil, bila diberikan pada bayi maka harus dicatat dalam buku Kohort

Bayi dan bila diberikan pada balita harus dicatat dalam Kohort Anak Balita

dan Pra Sekolah

g. Pada instansi swasta buku harus dicatat pada catatan pengguna Buku KIA

sesuai petunjuk teknis penggunaan Buku KIA

h. Bila pengadaan Buku KIA di Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten maka

penanggung jawab buku akan mendistribusikan Buku KIA ke Puskesmas,

Puskesmas mendistribusikannya ke jaringannya yaitu Pustu, Posyandu dan

Bidan Desa dan bila persediaan buku KIA di Puskesmas lebih maka

Puskesmas bertanggung jawab memberikan pada fasilitas kesehatan yang

belum memiliki buku KIA. Buku KIA diberikan melalui puskesmas, rumah

sakit pemerintah/swasta, klinik kesehatan ibu dan anak swasta dan profesi

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 27: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

11

Universitas Indonesia

Diagram 2.2 : Alur Distribusi dan Pelaporan Buku KIA

Sumber : Petunjuk Teknis Pemakaian Buku KIA Depkes RI 2010

Beberapa pelajaran yang terdapat dalam Buku KIA antara lain:

Materi Kesehatan Ibu terdiri tentang kesehatan ibu hamil yang menjelaskan

tentang kesehatan ibu hamil mulai ibu pertama kali hamil sampai dengan

kehamilan akhir kehamilan. Disana juga menjelaskan tentang bahaya apa saja

yang mungkin akan terjadi pada setiap semester kehamilan yang akan di hadapi

ibu. Dilanjutkan dengan materi tentang ibu bersalin. Didalam buku ini juga

menjelaskan tentang apa saja yang akan ibu hadapi pada saat persalinan serta

perencanaan persalinan. Ibu dan keluarga sudah harus menentukan siapa yang

akan menolong ibu pada saat persalinan dengan siapa ibu akan di dampingi dan

bagaimana cara ibu untuk sampai ke tempat bersalian yang ibu kehendaki. Hal ini

perlu dibuat sejak awal agar ibu merasa aman tiba pada saat ibu akan melahirkan.

Dalam buku yang sama juga dijelaskan dan terdapat catatan apa saja yang

perlu dilengkapi pada saat ibu dalam keadaan nifas. Hal ini dianggap perlu untuk

mengetahui seberapa jauh kemajuan kesehatan ibu pasca melahirkan. Yang

terakhir tentang Keluarga Berencana juga terdapat dalam catatan Buku KIA.

Catatan Keluarga Berencana yang ada di dalam Buku KIA yaitu catatan tentang

DEPARTEMEN KESEHATATAN

DINAS KESEHATAN PROVINSI

DINAS KESEHATAN KAB/KOTARSU RS SWASTA, RB, KLINIK SWASTA

PUSKESMAS

POSKESDES PUSTU BPS

SASARAN IBU HAMIL BARU

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 28: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

12

Universitas Indonesia

apa kontrasepsi yang dipilih ibu, dimana ia mendapatkan layanan Keluarga

Berencana tersebut dan kapan pelayanan Keluarga Berencana itu didapat.

Catatan Kesehatan Ibu yang terdiri atas:

Lembaran menyambut persalinan yang berisi tentang pernyataan pasien

untuk dirawat oleh siapa dalam proses persalinannya nanti. Pada catatan hasil

pemeriksaan kehamilan mulai dari hari pertama haid terakhir (HPHT), hari

tafsiran persalinan (HTP), lingkar lengan bagian atas (LILA), tinggi badan (TB)

serta catatan perjalanan pemeriksaan kehamilan pasien. Sedangkan pada catatan

persalinan ibu, didalamnya terdapat catatan tentang kapan ibu bersalin, pada usia

berapa kehamilan ibu pada saat terminasi, ditolong oleh siapa, dan bagaimana

keadaan ibu pada saat proses persalinan. Pada catatan bayi saat lahir, di dalamnya

terdapat catatan yang cukup lengkap, yang ditanyakan mulai dari anak yang

keberapa, berat badan dan panjang badan, lingkar kepala bayi

Lembar Rujukan juga terdapat dalam buku ini, didalamnya menjelaskan

tentang tanggal, bulan, tahun rujukan, dirujuk kemana, penyebab dari ibu

sehingga mengapa ibu harus dirujuk, diagosa dan tindakan sementara apa yang

telah dilakukan serta tidak lupa mencatat siapa yang merujuk ibu ke rumah sakit

yang dituju.

Catatan kesehatan ibu saat nifas dan pelayanan apa saja yang ibu terima saat nifas

juga terdapat dalam Buku KIA tersebut dan tentang ibu yang terakhir juga

terdapat catatan ibu tentang jenis KB apa yang dipakai beserta tanggal dan siapa

yang memberikan pelayanan Kontrasepsi. Pada bagian yang terakhir dalam proses

persalinan ibu terdapat surat keteranga lahir bayi yang menerangkan kapan bayi

tersebut lahir, jenis kelamin, berat badan dan panjang badan lahir serta dimana

bayi tersebut di tolong pada saat proses persalinan.

Catatan Kesehatan Anak yang terdiri atas.

Pada catatan kesehatan juga terdapat hal sama detailnya dengan catatan

kesehatan ibu. Dalam buku ini terdapat tanda-tanda bayi sehat, cara merawat bayi

baru lahir, cara memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi/balita yang baik

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 29: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

13

Universitas Indonesia

dan benar, yang diikuti dengan jadwal dan pelajaran tentang jenis, fungsi dan cara

pemberian imunisasi. Dilengkapi juga dengan catatan pemanfaat Vitamin A.

Cara memberikan makan pada balita dan cara merangsang perkembangan

anak juga terdapat dalam buku ini. Catatan kesehatan anak dimana anak setiap

berkunjung ke fasilitas pelayan kesehatan baik dalam keadaan sehat ataupun sakit

harus dicata dalam buku ini, dan di lengkapi dengan catatan Undang-Undang

Perlindungan Anak yang terakhir dalam buku ini tentang kesehatan anak terdapat

KMS (Kartu Menuju Sehat) yang di bedakan dalam 2 warna yaitu Biru KMS

untuk bayi/balita laki-laki dan Merah Muda/Pink KMS untuk bayi/balita

perempuan.

2.3. IMUNISASI

2.3.1 Pengertian

Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat aktif maupun inaktif yang

berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang dilemahkan atau dimatikan.

Vaksin menyebabkan tubuh menghasilkan antibody (kekebalan) sehingga anak

dapat kebal terhadap suatu jenis penyakit. Pemberian vaksin bisa melalui injeksi

maupun oral. Pemberian melalui injeksi misalnya vaksin BCG, DPT, DT, TT,

Campak, dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin

polio. Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi dan balita diketahui

mampu memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah. Cara itu sangat efektif,

mudah, dan murah untuk menangkal berbagai penyakit menular. Vaksin

digolongkan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential) yaitu:

Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) yang terdiri dari

vaksin Polio (OPV), Campak, Yellow Fever dan Bakteri (BCG). Ada juga yang

berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) seluruh partikelnya

diambil seperti Virus, IPV (Inactive Polio Vaccine) dan Vaksinasi Rabies serta

bakteri Pertusis. Ada juga yang hanya sebagian partikel yang diambil contohnya,

berdasarkan protein/Sub Unit (Aseluler Pertusis, Toxoid (DT). Ada yang

berdasarkan Polisakarida seperti Sakarida Murni (Meningococal), Sakarida

Gabungan (Hib/Haemofilus Influenza Type B. yang terakhir berdasarkan

Rekombinann(rekayasa genetika) seperti Hepatitis B,(USAID,2003).

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 30: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

14

Universitas Indonesia

2.3.2 Jenis-Jenis Vaksin

Banyak vaksin yang ada pada saat ini tetapi pemerintah hanya memasukan

8 buah jenis vaksin yang di masukan dalam program yaitu :

1. Vaksin BCG (Baccillus Calmette Guerin) adalah vaksin bentuk kering

yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah di lemahkan

dari strain Paris yang berguna untuk kekebalan aktif terhadap

tuberkulosan. (Vademecum Bio Farma thn 2007 dalam, pelatihan

pengelolaan vaksin tingkat Puskesmas)

2. Vaksin DPT/HB adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri, toxoid

tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi seta vaksin hepatitis

B yang merupakan sub unit vaksin yang mengandung HbsAg murnit non

infectious. Vaksin ini berfungsi untuk memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan hepatitis B.

3. Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah

dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat.

Thimerosal 0,1mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml

vaksin mengandung sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah

tetanus pada bayi yang baru lahir dan ibunya dengan memberikan

imunisasi pada ibu hamil dan wanita subur (WUS). Vaksin ini berfungsi

memberikan kekebalan aktif terhadap tetanus.

4. Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus

yang telah dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminum fosfat.

Vaksin ini memberikan kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.

5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine= OPV) adalah vaksin polio trivalent

yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1,2,dan 3 (strain Sabin)

yang sudah di lemahkan, di buat dalam biakan jaringan ginjal kera dan

distabilkan dengan sukrosa. Vaksin ini memberikan kekebalan aktif

terhadap poliomyelitis.

6. Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang di lemahkan. Setiap

dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus

strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg

residu erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 31: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

15

Universitas Indonesia

dilarutkan dengan aquabidest steril. Vaksin ini memberikan kekebalan

aktif terhadap penyakit campak.

7. Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah

diinaktivasikan dengan bersifat non-infecious,berasal dari HBsAg yang

dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi

DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspense warna putih yang

diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandunggen HbsAg, yang

dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisika kimia

seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom dan perlakuan dengan

farmaldehid. Vaksin ini memberi kekebalan aktif terhadap infeksi yang

disebabkan oleh virus hepatitis B.

Imunisasi hepatitis-B sebanyak 1 (satu) kali untuk mencegah penyakit

Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan dan dapat

menyebabkan pengerutan hati (sirosis) dan kanker hati. Imunisasi Hepatitis B ini

diberikan segera setelah lahir di sarana pelayanan kesehatan.

Pemberian vaksin Hepatitis B segera setelah lahir kepada bayi yang lahir

dari ibu HBsAg positif dapat mencegah penularan infeksi sebesar 75%. Bila

pemberian vaksin Hepatitis B dikombinasikan dengan HBIg, dapat meningkatkan

efektifitas pencegahan penularan vertikal sebanyak 10-15% sehingga tercapai

efektifitas 85-90%. Program imunisasi hepatitis B dapat berkontribusi

menurunkan angka kesakitan dan kematian sebesar 80 - 90% (Idwar, 2000).

2.3.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Rendahnya Cakupan

Imunisasi

Salah satu tujuan pelaksanaan kegiatan imunisasi adalah tercapainya target

Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi dasar lengkap

minimal 80 % secara merata di 100 % desa/ kelurahan pada tahun 2010. Dalam

pelaksanaannya, target yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan

menghadapi kendala. Hal ini dikarenakan adanya perubahan petugas pelayan

imunisasi dari yang sebelumnya dilakukan oleh juru imunisasi beralih ke bidan

sehingga menyebabkan beban kerja yang makin banyak bagi bidan.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 32: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

16

Universitas Indonesia

Kegiatan pelaksanaan imunisasi rutin pada bayi umur dibawah 1 tahun di

beberapa propinsi menunjukkan cakupan yang baik, namun tidak merata di semua

daerah. Masih ada beberapa propinsi yang cakupan imunisasinya masih rendah

sehingga memerlukan upaya khusus. Hal ini menyebabkan cakupan imunisasi

dasar lengkap belum mencapai target nasional (masih mencapai 69,2% pada tahun

2009). Penyebabnya adalah:

a. Kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap

program imunisasi.

b. Kurangnya dana operasional untuk imunisasi rutin maupun imunisasi

tambahan.

c. Tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang adekuat.

d. Kurangnya koordinasi lintas sector termasuk pelayanan kesehatan

swasta.

e. Kurangnya sumber daya yang memadai.

f. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat

imunisasi.

Menurut Aminullah(2005), Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan

Masyarakat Indonesia (IAKMI), menyatakan penyebab rendahnya cakupan

imunisasi karena:

a. promosi kesehatan tentang pentingnya imunisasi yang masih lemah, ibu

tidak mendapat informasi. Hal ini bisa disebabkan karena adanya

desentralisasi daerah dimana kegiatan imunisasi ini sangat membutuhkan

dukungan dan perhatian dari pemerintah daerah.

b. Adanya perubahan perilaku masyarakat. Contoh: dulunya kader mau

melakukan tugasnya secara sekarela, namun saat ini banyak kader yang

mau berkerja bila ada insentif.

c. Tidak adanya komitmen dari pemerintah.

Sedangkan menurut Nasrin Kodim (Ketua Pusat Riset Epidemiologi &

Surveilans FKM UI), kendala lain adalah, lemahnya kepemimpinan sektor

kesehatan, belum ada strategi pemberdayaan masyarakat yang efektif dalam

meningkatkan partisipasi dan diperparah lagi dengan perilaku oknum petugas

yang menggelembungkan data cakupan imunisasi.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 33: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

17

Universitas Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2010 tentang Gerakan

Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization 2010-2014,

disebutkan bahwa secara umum permasalahan penurunan cakupan maupun

kualitas pelayanan imunisasi disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

a. Konsekuensi dari penerapan desentralisasi yang belum berjalan

sebagaimana mestinya.

b. Kurangnya dana operasional imunisasi rutin di tingkat kabupaten/ kota.

c. Banyaknya pemekaran daerah yang tidak didukung oleh tersedianya sarana

dan prasarana.

d. Kurangnya koordinasi lintas sektor (unit pelayanan kesehatan swasta)

terutama mengenai pencatatan dan pelaporan.

e. Masih adanya keterlambatan dalam pendistribusian vaksin baik dari pusat

ke propinsi, propinsi ke kabupaten/kota, kabupaten/kota ke puskesmas.

f. Kekurangan jumlah, kualitas dan distribusi sumber daya manusia.

g. Kurangnya informasi yang lengkap dan akurat tentang pentingnya

imunisasi.

Menurut IMMbasics, the global USAID-funded project, kerangka kerja

yang digunakan untuk mengklasifikasi faktor yang mempengaruhi anak tidak

diimunisasi, yaitu:

1. Sistem Imunisasi, meliputi:

a. Jarak (Akses)

b. Ketepatan waktu

c. Ketersediaan pelayanan kesehatan

d. Waktu tunggu

e. Motivasi dan sikap petugas termasuk kompetensi, pengetahuan dan

kemampuan berkomunikasi dengan klien

f. Kebijakan terhadap penetapan biaya/ anggaran

g. Koordinasi antara petugas kesehatan yang berbeda

h. Kualitas vaksin dan pelayanan lain (tempat imunisasi yang tidak

bersih, peralatan yang tidak bersih, ruang tunggu yang tidak nyaman)

i. Ketidaktersediaan logistik/stok habis

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 34: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

18

Universitas Indonesia

2. Komunikasi dan Informasi, meliputi:

a. Tidak adanya promosi/pemantauan imunisasi rutin

b. Informasi tentang tempat dan waktu vaksinasi

c. Informasi pribadi dari tenaga kesehatan professional atau tokoh

masyarakat

d. Kesamaan bahasa antara tenaga kesehatan dengan klien

e. Pemanfaatan media massa

3. Karakteristik keluarga, meliputi:

a. Pendidikan orangtua

b. Umur ibu

c. Jumlah keluarga

d. Status social ekonomi/pendapatan

e. Bahasa, suku

f. Paritas

g. Tempat tinggal

4. Sikap dan Pengetahuan orangtua, meliputi:

a. Ketidakpercayaan pada petugas kesehatan

b. Pengalaman pelayanan kesehatan sebelumnya

c. Hubungan keluarga dan masyarakat

d. Keyakinan tentang kerentanan terhadap penyakit

e. Keyakinan tentang keseriusan/keganasan dari penyakit

f. Keyakinan tentang kemungkinan biaya

g. Keyakinan tentang keuntungan yang diharapkan dari setiap tindakan

yang diambil dalam menghadapi penyakit.

2.4. KONSEP PRILAKU

2.4.1 Pengertian perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo

2003).

Skinner (1938) yang seorang psikologi dikutip Notoatmodjo (2007)

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 35: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

19

Universitas Indonesia

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh kerena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon

yang disebut dengan teori ”S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.

Berdasarkan teori ” S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan

menjadi dua kelompok yakni:

1.Perilaku tertutup (covert behaviour)

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain oleh sebab itu disebut covert behaviour

atau unobservable behavior misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya

periksa kehamilan.

2.Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain oleh sebab itu disebut overt behavior misalnya seorang ibu

memeriksakan kehamilannya.

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau

obyek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, perilaku skinner dalam

Notoatmodjo (2007).

2.4.2 Determinan Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi prilaku

dalam 3 domain atau ranah yang terdiri atas ranah kognitif (cognitive domain),

ranah afektif (afective domain), dan ranah psikomotor (psycomotor domain).

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 36: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

20

Universitas Indonesia

Dalam perkembangannya Bloom membagi Domain (ranah) perilaku

menjadi 3 tingkatan yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge) yang secara garis besar di bagi dalam 6 tingkatan

ilmu pengetahuan yakni:

1. Tahu (know)

2. Memahami (comrehension)

3. Aplikasi ( application)

4. Analisis ( analysis)

5. Sintesis ( synthesis)

6. Evaluasi (evaluation)

b. Sikap (attitude), Newcomb dalam Notoatmodjo 2010

Prilaku kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor

yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,

minuman dan pelayanan kesehatan. (Skiner dalam Notoatmodjo,2007).

2.4.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

1. Teori Green dan Kreuter

Berdasarkan teori Green dan Kreuter (2005) menjelaskan bahwa perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor Faktor penyebab perubahan perilaku dapat dilihat dari

3 faktor yang berbeda yaitu: predisposing factors (predisposisi), Enabling factors

(pemungkin), dan reinforcing factors (penguat). Pebedaan pengaruh yang ada

dapat mempengaruhi perilaku. Tapi dibutuhkan ketiga faktor diatas untuk

motivasi, memfasilitasi dan memelihara perubahan perilaku. Perubahan perilaku

dapat mempengaruhi perubahan lingkungan, tapi perubahan lingkungan dapat

membantu perubahan perilaku enabling faktors secara nyata pada lingkungan.

Untuk merubah perilaku tidak hanya dibutuhkan satu faktor namun 3 faktor

penyebablah yang dibutuhkan yaitu:

a. Faktor Predisposisi ( Predisposing factors), yang terwujud dalam umur,

pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan dari dalam dirinya. .

Perubahan perilaku dapat memberi alasan dan memotivasi seseorang

maupun kelompok terhadap keadaan dirinya. Faktor individu dan nilai

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 37: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

21

Universitas Indonesia

yang dimiliki mungkin tidak menghasilkan perubahan dalam konteks

program kesehatan, namun hal tersebut digunakan dalam meningkatkan

produk dan layanan dalam periklanan. Tapi memungkinkan program

pendidikan kesehatan ini juga dipengaruhi oleh status ekonomi, umur,

jenis kelamin, yang semua itu merupakan faktor penting predisposisi

perilaku. Dalam rencana jangka pendek program, kita menaruh

predisposing faktors sebagai target untuk dirubah, karena hal tersebut

tidak bisa dengan cepat berubah..

b. Faktor Pemungkin (Enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan untuk

memfasilitasi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatan.

Faktor pemungkin merupakan alat untuk memaksa seseorang agar mampu

melakukan perilaku yang sehat. Faktor ini juga merupakan perubahan

perilaku yang mengikuti motivasi atau kebijakan di lingkungan. Enabling

faktors ini misalnya menjaga kebersihan fasilitas, diri sendiri, sekolah,

klinik dan tempat umum. Faktor ini juga berupa tersedianya tempat

pelayanan kesehatan, Mudahnya akses ke layanan kesehatan, Komitmen

pemerintah pada prioritas kesehatan dan kemampuan yang berhubungan

dengan kesehatan. Enabling factors juga memasukkan kemampuan baru

untuk individu, organisasi dan masyarakat yang membutuhkan untuk

membawanya pada perubahan perilaku dan lingkungan.

c. Faktor Penguat (renforcing factors) yang terwujud dari ada tidaknya

dorongan keluarga, tokoh masyarakat dan dorongan dari petugas kesehatan

serta dukungan dari para pemegang kebijakan .

Contohnya ibu tahu tentang manfaat buku imunisasi dan fasilitas

kesehatan mendukung untuk melakukannya tetapi ia tidak memberikan

imunisasi karena adanya larangan dari pihak keluaraga agar jangan

mengimunisasikan anaknya karena nanti akan panas badannya sehingga

pemberian pemberian imunisasi pada bayi tidak tercapai (faktor peguat).

Reinforcing factors merupakan faktor penguat dari faktor-faktor

sebelumnya. Faktor ini merupakan konsekwensi dari perubahan yang

dilakukan dan mendapat umpan balik baik positive ataupun negative serta

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 38: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

22

Universitas Indonesia

support social yang didapatkan. Reinforcing factors adalah perilaku yang

dicontohkan dan akan dilakukan oleh orang lain secara tetatur dan dalam

waktu yang lama. Faktor ini yang mengikuti perilaku setelah mendapatkan

reward atas ketekunannya. Dalam perubahan perilaku dapat dilakukan

dengan melihat media massa, meniru perilaku yang ada ditelevisi ataupun

dari guru dan orang tua. Perilaku ini akan mendapatkan penilaian yang

positif ataupun negatif dari masyarakat disekitarnya (Green & Kreuter

2005).

2. Teori Health Belief Models

Seseorang akan memeriksakan kesehatannya jika dia percaya bahwa hal itu

akan lebih baik dan jika tidak dilakukan akan berisiko pada dirinya. Jadi

seseorang itu mudah terpengaruh terhadap kondisi dirinya. Ada empat variabel

kunci yang terlibat didalam tindakan yang diambil dari Rosenstock, 1974

(http://matsum.blogspot.com tanggal 16 feb 2011). Hal tersebut yakni Perceived

susceptibility (kerentanan yang dirasakan), Perceived severity (kekerasan yang

dirasakan), Perceived benefits (keuntungan yang dirasakan), Perceived barriers

(rintangan yang dirasakan), dan cues to action (isyarat atau tanda-tanda).

Ada beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, suku, sosial ekonomi dan

latar belakang pendidikan yang menjadi persepsi seseorang mengenai kerentanan

yang dirasakan terhadap penyakit keras. Persepsi dan faktor-faktor tersebut akan

menimbulkan suatu perilaku mengenai ancaman yang dirasakan terhadap penyakit

tersebut. Perilaku itu timbul juga karena adanya faktor lain misalnya media

informasi maupun informasi dari orang lain yang mengetahui mengenai penyakit

tersebut. Setelah mengetahui bahwa penyakit itu mengancam dirinya maka

seseorang akan menentukan langkah apa yang harus dilakukan untuk

pencegahannya. Sebelum mengambil tindakan, faktor latar belakang seseorang

juga dapat mempengaruhi perilakunya apakah keputusan yang diambil selanjutnya

itu menguntungkan atau malah menjadi penghambat (Glanz, 2002). Dalam bagan

berikut akan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang

dalam mempersepsikan rasa sakinya

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 39: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

23

Universitas Indonesia

Gambar 2.2 Teori Health Belief Model

Sumber : Glanz, Rimer and Lewis Health Behaviour And Health Education

Theory, Reseach, and Practice third Edition hal 52, 2002

3. Teori Snehandu B. Kar

Menurut Snehandu B. Kar (1983) (http://matsum.blogspot.com tanggal 16

februari 2011) prilaku kesehatan merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk mengambil tindakan sehubungan dengan kesehatannya

atau perawatan kesehatannya (Behavior Intention)

2) Dukungan masyarakat sekitarnya (sosial support)

3) Informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (Accessibility of

information)

4) Otonomi pribadi individu yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan

atau keputusan (personal otonomi)

Persepsi individu

kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit

Tanda bertindak. Pendidikan. Gejala. Media

Pengobatan dari penyakit yang dirasakan

. Umur, jenis kelamin, suku

. Kepribadian

. Sosial ekonomi

. Pengetahuan

Kemungkinan perubahan perilaku

Keuntungan yang dirasakan setelah dikurangi rintangan yang dirasakan untuk perubahan perilaku

Faktor penentu Kemungkinan Bertindak

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 40: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

24

Universitas Indonesia

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (Action

Situation)

Seorang ibu yang tidak mau memberikan imunisasi pada bayinya , mungkin

karena ia tidak ada minat dan niat terhadap imunisasi (behaviour intention),

atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya

(sosial support). Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh

informasi yang kuat tentang pemberian imunisasi (accessbility of

information), atau ia tidak mempunyai kebebasan dalam menentukan

misalnya harus tunduk pada suaminya atau orang lain yang disegani

(personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak

memberikan imunisasi adalah karena situasi dan kondisi yang tidak

memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action situation).

4. Teori WHO

Menurut WHO 1984 (http://matsum.blogspot.com Tanggal 16 feb 2011)

seseorang yang berprilaku tertentu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

1) Pikiran dan perasaan (Thoughts and feeling) seperti pengetahuan, persepsi,

sikap, kepercayaan, nilai terhadap kepercayan itu sendiri.

2) Orang penting sebagai panutan seperti: ulama, guru, kepala desa, kepala

suku dll.

3) Sumber daya (resources) seperti: fasilitas, uang, waktu, tenaga dan lain-

lain. Prilaku normal, kebiasaan nilai – nilai dan penggunaan sumber –

sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup

(way of life) yang disebut kebudayaan.

2.4.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku ibu dalam memberikan

imunisasi lengkap pada bayi.

1. Pendidikan Ibu

Menurut Dictionary of Education dalam buku Achmad Munib,dkk (2004)

menyatakan bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan

kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat

tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 41: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

25

Universitas Indonesia

yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia

dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individu yang optimal (Acmad Munib, dkk. 2004: 33).

Hull dan Hull (1978) dalam Aris (2004) menjelaskan bahwa pendidikan ibu

yang semakin tinggi akan memampukan ibu dalam mengambil keputusan untuk

menjaga kesehatan anaknya serta meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana

kesehatan yang ada. Maskuri (1983) melaporkan bahwa 56,6% ibu balita tidak

mengerti tentang imunisasi, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan ibu yang

rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

ibu dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi pada anaknya (Sulastri, 2002).

2. Pengetahuan ibu

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangga

terkena penyakit polio karena tidak pernah diimunisasi polio. Penelitian Noviyadi

(1997) di Jakarta Timur menyimpulkan bahwa anak dari ibu-ibu yang mempunyai

pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B yang baik berpeluang 15 kali lebih

besar diimunisasi hepatitis B dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang

pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B kurang baik. Myrnawati (1993) dalam

penelitiannya di Jakarta Selatan juga menyimpulkan bahwa keikutsertaan ibu

dalam program imunisasi ditentukan oleh faktor internal yaitu karakteristik ibu,

pengetahuan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.

3. Sikap

Setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan Ante Natal Care harus

memberikan motivasi kepada ibu agar selalu mempelajari apa saja yang terdapat

dalam Buku KIA sehingga salah satunya ibu akan tahu bahwa bayi sebelum usia

12 bulan harus sudah diberikan imunisasi dasar lengkap.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau obyek. Menurut Newcomb (dalam Soekidjo Notoatmodjo

2003: 24), sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 42: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

26

Universitas Indonesia

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang

paling dekat dengannya. Sikap dapat menggambarkan rasa suka atau tidak suka

seseorang terhadap suatu objek. Sikap seorang ibu terhadap pemberian imunisasi

dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap imunisasi tersebut. Ibu akan

membawa anaknya untuk diimunisasi didorong oleh kepercayaan ibu terhadap

manfaat imunisasi dan dorongan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

4. Ketersedianya tempat pelayanan imunisasi bagi bayi.

Ketidakberhasilan pencapaian cakupan imunisasi dapat disebabkan oleh

aspek vaksin berupa hambatan pendistribusian, aspek pelaksana program seperti

kurangnya keterlibatan tokoh masyarakat, media massa dan petugas kesehatan

(Gunawan,1985). Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur input

disamping tenaga dan metode. Bila sarana yang ada tidak sesuai dengan standar

yang ada, maka sulit untuk menerapkan mutu yang baik.

Hambatan paling besar dalam mewujudkan perilaku hidup sehat adalah

faktor pemungkin (enabling factors). Dari berbagai penelitian terungkap bahwa

meskipun kesadaran & pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan,

namun praktek tentang kesehatan/ perilaku hidup sehat masih rendah. Hasil

pengkajian oleh WHO terutama di Negara-negara berkembang terlihat bahwa

faktor pemungkin/ sarana & prasarana tidak mendukung masyarakat untuk hidup

sehat.

5. Persepsi ibu tentang biaya untuk layanan imunisasi.

Pandangan seorang ibu terhadap biaya yang harus ibu keluarkan untuk

mengimunisasi bayi/anaknya dengan lengkap. Sebagaimana di ketahui bahwa

imunisasi dasar yang ada sekarang ini pemerintah memberikan subsidi secara

penuh, sehingga di harapkan cakupan imunisasi yang ada dapat tercapai dengan

lengkap.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 43: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

27

Universitas Indonesia

6. Ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi.

Proporsi yang sangat besar pada ibu yang mempunyai waktu untuk

mengantar anaknya sendiri ke tempat layanan imunisasi oleh karena rata-rata ibu

tidak bekerja di luar rumah dan ibu yang bekerja di luar rumah masih mempunyai

waktu untuk mengantar anaknya untuk imunisasi.

7. Dukungan suami dalam imunisasi anak.

Suami sebagai kepala keluarga mempunyai hubungan dengan status

imunisasi anaknya. Status imunisasi anak akan lebih baik pada kepala keluarga

yang mengenyam pendidikan yang lebih lama.(MarkJS,1979).

8. Dukungan dari keluarga dekat dalam imunisasi anak.

Green (2005) mengemukakan bahwa faktor pendorong yang terwujud dalam

sikap dan perilaku adalah keluarga sangat diperlukan bagi setiap orang dalam

melakukan suatu pekerjaan. Dorongan dari keluarga ini sangat besar sekali

pengaruhnya bagi individu dalam sebuah keluarga karena semua permasalahan

anggota keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama anggota

keluarga. Dukungan dari ayah atau suami menunjukan kelengkapan imunisasi

bayi merupakan hasil dorongan dari suami juga.

9. Dukungan petugas kesehatan dalam imunisasi.

Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan adalah dengan memberikan

penyuluhan di puskesmas dan posyandu serta tidak jarang tenaga kesehatan yang

melakukan penimbangan dari rumah ke rumah untuk sekedar memberi

penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi.

10. Dukungan kader kesehatan.

Banyaknya kader yang mengajak ibu ke posyandu, menganjurkan ibu

untuk mengimunisasi anaknya, terkadang ada juga kader yang mengantarkan

petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan rumah serta ada juga

kader yang memberi reward pada balita yang mempunyai status imunisasi yang

lengkap tepat diusianya 12 bulan.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 44: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

28

Universitas Indonesia

11. Pemanfaatan buku KIA

Pemanfaatan Buku KIA yang diukur dengan apakah ibu punya Buku KIA,

apakah ibu membaca Buku KIA, seberapa banyak Buku KIA itu yang ibu baca,

dan seberapa mudah ibu memahami Buku KIA yang ibu baca.

12. Kepatuhan ibu mengimunisasi bayi dengan lengkap.

Kepatuahn ibu yang patuh terhadap imunisasi juga dikarenakan

ketersediaan tempat, biaya dan waktu imunisasi sesuai dengan karakteristik ibu di

wilayah puskesmas Ciputat Timur.

2.4.5. Kerangka Teori

Menurut Green dan Kreuter (2005) menggambarkan bahwa perilaku

seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai - nilai tradisi dan sebagainya),

faktor pemungkin (sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan), faktor penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas

lainnya, serta tokoh masyarakat). Penulis akan mencoba membuat permasalahan

yang akan diteliti dalam sebuah kerangka teori.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 45: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

29

Universitas Indonesia

Kerangka Teori perubahan perilaku yang telah dijelaskan diatas dapat

dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Kerangka teori penelitian

Lingkungan

Kualitas Hidup

Faktor Predisposisi

. Pengetahuan

. Keyakinan

. Nilai

. Sikap

. Kepercayaan

. Kapasitas diri

Pendidikan Kesehatan

Faktor pemungkin

. Ketersediaan sumber daya kesehatan

. Keterjangkauan sumber daya kesehatan

. Prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah terhadap kesehatan

. Keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan

Faktor penguat

. Keluarga

. Teman sebaya

. Guru

. Atasan

. Petugas Kesehatan

. Tokoh masyarakat

. Pengambil keputusan

Keturunan

Perilaku spesifik individu atau organisasi

Kesehatan

Strategi Pendidikan

Peraturan Kebijakan

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 46: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

30 Universitas Indonesia

BAB 3KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Dalam hal ini peneliti akan meneliti sebagian dari variabel yang ada dalam

kerangka teori dikarenakan ada beberapa yang sudah tidak perlu diteliti karena

sudah tidak menjadi faktor penghambat. Jadi kerangka konsep yang diteliti yaitu:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor predisposisi

. Pendidikan ibu.

. Pengetahuan ibu tentang imunisasi

. Sikap terhadap imunisasi

Faktor Penguat . Dukungan suami dalam

imunisasi anak. Dukungan keluarga dekat

dalam imunisasi anak. Dukungan petugas dalam

pelayanan imunisasi.. Dukungan kader kesehatan. Pemanfaatan Buku KIA.

Kepatuhan ibu dalam

mengimunisasi bayi secara

lengkap

Faktor Pemungkin- Ketersediaan tempat

layanan imunisasi.- Ketersediaan biaya untuk

layanan imunisasi.- Ketersediaan waktu ibu

untuk mengimunisasi.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 47: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

31

Universitas Indonesia

3.2 Definisi Operasional

Variabel dependen : Kepatuhan ibu mengimunisasi bayi dengan lengkap

Definisi Operasional: adalah pemberian 5 vaksin imunisasi sesuai jadwal

untuk bayi usia dibawah 12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur

Alat Ukur berupa kuisioner dengan hasil ukur bayi yang di imunisasi

lengkap dan bayi yang imunisasinya tidak lengkap, Skala nominal

Variabel independen

1) Pendidikan ibu

Definisi Operasional : Pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden

hingga penelitian ini dilakukan

Alat ukur berupa kuisioner, Dilihat dari pendidikan yang tidak tamat SD,

tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D3 dan tamat S1, dan untuk

kepentingan bivariat maka pendidikan dikategorikan 1. Rendah dengan

pendidikan ≤ SMP, dan 2 tinggi dengan pendidikan > SMP, dengan skala

pengukuran ordinal.

2) Pengetahuan ibu tentang imunisasi

Definisi Operasional : Pemahaman responden tentang imunisasi

Alat ukur berupa kuisioner, pengetahuan baik jika skor ≥ Mean pengetahuan

kurang jika skor < Mean, Dengan skala pengukuran ordinal.

3) Sikap terhadap imunisasi

Defnisi operasional : persetujuan responden tentang imunisasi

Alat ukur berupa kuisioner dengan 4 pernyataan sikap sangat setuju, setuju,

tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dan untuk kepentingan bivariat maka

dikategorikan menjadi 1. Positif terhadap imunisasi dan 2. Negatif terhada

imunisasi, alat ukur sikap positif jika skor ≥ Mean sikap negative jika

sikap< meandengan skala pengukuran ordinal.

4) Ketersediaan tempat layanan imunisasi

Definisi Operasional : suatu tempat untuk pelayanan imunisasi dasar bayi di

tempat pelayanan kesehatan. Dikategorikan tersedia dan tidak tersedia

dengan skala ordinal.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 48: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

32

Universitas Indonesia

5) Ketersediaan biaya untuk imunisasi.

Definisi operasional: tersedianya anggaran dari ibu untuk mengimunisasi

bayi sampai imunisasinya lengkap. Kategori terdesia atau tidak tersedianya

anggaran dengan skala ordinal.

6) Ketersediaan waktu ibu untuk imunisasi

Definisi oprasional: tersedianya waktu yang di luangkan ibu untuk

mengimunisasi bayinya sampai dengan imunisasi lengkap. Kategori ada dan

tidak adanya waktu ibu dengan skala ordinal.

7) Dukungan suami dalam imunisasi balita

Definisi Operasional : Dorongan moril atau material dalam hak

mewujudkan suatu rencana serta keikut sertaan suami dalam memutuskan

bayi tersebut akan di imunisasi atau tidak.

Alat ukur berupa kuisioner dengan kategori 1. Suami ikut memutuskan

untuk mengimunisasi sang bayi, dan 2. Suami tidak ikut memutuskan bayi

ibu untuk di imunisasi atau tidak. Dengan skala pengukuran ordinal.

8) Dukungan keluarga dekat dalam imunisasi balita

Definisi Operasional : keikut sertaan keluarga terdekat dalam memutuskan

bayi tersebut akan di imunisasi atau tidak.

Alat ukur berupa kuisioner dengan kategori 1. keluarga ikut memutuskan

untuk mengimunisasi sang bayi, dan 2. keluarga tidak ikut memutuskan bayi

ibu untuk di imunisasi atau tidak. Dengan skala pengukuran ordinal.

9) Dukungan petugas kesehatan dalam pelayanan imunisasi bayi.

Definisi Operasional : pernah tidaknya ibu balita dikunjungi oleh petugas

kesehatan (Bidan, Perawat, kader kesehatan) dan apa saja yang dilakukan

saat petugas berkunjung.

Alat ukur kuisioner, dikategorikan 1. Pernah, dan 2. Tidak pernah, dengan

skala ukur ordinal.

10) Dukungan kader kesehatan dalam imunisasi balita.

Definisi operasional: pernah tidaknya ibu balita di kunjungi oleh kader

kesehatan dan apa saja yang di lakukan saat kader berkunjung. Alat ukur

berupa pernah dan tidak pernah dengan skala ukur ordinal.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 49: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

33

Universitas Indonesia

11) Pemanfaatan buku KIA oleh ibu selama Hamil.

Definisi operasional: dimilikinya Buku KIA oleh ibu, dibacanya dan ibu

memahami semua yang terdapat dalam Buku KIA tersebut. Alat ukur

berupa seberapa apakah ibu punya Buku KIA, membacakah ibu isi Buku

tersebut, dan mengertikah ibu tentang materi yang terdapat dalam Buku

KIA tersebut skala ukur yang di gunakan skalau ukur ordinal.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 50: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

34 Universitas Indonesia

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan salah satu desain penelitian

cross sectional, yang merupakan jenis penelitian dengan menggunakan

pendekatan potong lintang yaitu desain untuk mempelajari hubungan kejadian

atau paparan dengan cara mengamati status paparan dan kejadian secara

bersamaan pada individu dari populasi tunggal pada suatu periode dengan model

point time. Alasan menggunakan desain studi penelitian cross sectional ini adalah

karena mudah dilakukan, murah, dan tidak memerlukan follow up juga bersifat

tidak memaksa subjek penelitian mengalami faktor risiko.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011. Dilakukan dengan

anamnesis melalui wawancara dan pengisian kuesioner yang dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.

4.3 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi acuan hasil-hasil

penelitian yang akan berlaku (Lemeshow,1997). Populasi penelitian ini adalah

populasi adalah ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia diatas 12 bulan,

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.

4.4 Sampel Penelitian

Sampel merupakan parameter yang digunakan untuk menduga populasi

dengan menggunakan data dari sebuah sampel (Lemeshow,1997). Sampel

merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam

penelitian ini adalah ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia diatas 12

bulan di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan

pada bulan Maret –Mei 2011.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 51: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

35

Universitas Indonesia

Kriteria Inklusi

Pada ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia 12 bulan keatas

dengan imunisasi lengkap di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota

Tangerang Selatan.

Kriteria Ekslusi

Ibu yang tidak memiliki buku KIA dengan bayi berusia di atas 12 bulan

dengan imunisasi lengkap yang datang ke Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur

Kota Tangerang Selatan dan ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi usia di atas

12 bulan dengan imunisasi lengkap yang tidak bersedia untuk diwawancarai dan

tidak bersedia menjadi responden.

4.5 Besar Sampel

Penentuan besar sample menggunakan rumus uji hipotesis odds ratio,

menurut Lemeshow, 1997 dibawah ini:

Z1-α/2 P(1-P)

n =

d

Keterangan :

n = Besar sampel minimal

Z1-a/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%=1,96)

P1 = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi bila tidak di ketahui

proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10 %

(0,10), 5% (0,05) atau 1%

1.96 * 0.5 (1-0.5)

n = = 96

0.05

Jumlah estimasi sampel yang diteliti adalah 96 responden.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 52: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

36

Universitas Indonesia

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen dari penelitian ini berupa kuesioner. Pertanyaan–pertanyaan yang

ada merupakan hasil pengembangan dari variabel-variabel yang mempengaruhi

ibu yang memiliki buku KIA dan bayi diatas 12 bulan serta kepatuhan ibu

mengimunisasi bayi dengan lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.

4.7 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan ini dilakukan secara acak

sederhana dengan cara setiap unit pada populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk dijadikan sampel. Puskesmas Ciputat Timur memiliki 2 kelurahan

dari 2 kelurahan tersebut masing-masing memiliki 21 posyandu. Dari 21

posyandu yang ada masing-masing mencatat nama responden ibu yang memiliki

Buku KIA dan memiliki bayi di atas 12 bulan yang didapat dari catatan posyandu

kemudian dilakukan pengundian, untuk nama yang keluar itulah yang dijadikan

sampel.

4.8 Pengumpulan Data

Data sekunder yang diperoleh dari pencatatan di puskesmas akan

memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel untuk responden. Pengumpulan

data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner yang telah dibuat melalui

angket yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan

ibu mengisi sendiri semua pertanyaan yang ada pada kuesioner. Peneliti akan

mengunjungi rumah tiap responden.

4.9 Pengolahan Data

Data primer yang sudah terkumpul melalui pengisian kuesioner dalam

wawancara kemudian diolah melalui tahapan pengolahan data sebagai berikut:

4.9.1 Editing Data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan merupakan pemeriksaan data dan

penyuntingan data yang telah terkumpul, melalui beberapa kegiatan, yaitu:

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 53: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

37

Universitas Indonesia

memeriksa kelengkapan data apakah semua pertanyaan telah dijawab atau belum.

Selanjutnya memeriksa kesinambungan data, dengan melakukan pemeriksaan

apakah semua data berkesinambungan atau tidak, dalam arti tidak ditemukan data

atau keterangan yang bertentangan antara satu dengan lainnya. Jika masih ada

data yang kurang lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang data

tersebut harus dikeluarkan.

4.9.2 Coding

Coding data dilakukan dengan cara memberi kode pada tiap jawaban yang

ada pada lembar jawaban yang sudah tersedia dengan tujuan untuk memudahkan

proses entry data.

4.9.3 Entry Data

Adalah proses memasukkan data dalam komputer dengan menggunakan

pengolahan data program statistik perangkat lunak. Dalam penelitian ini

menggunakan epidata dan SPSS.

4.9.4 Cleaning data

Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengecekan kembali data yang

sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak saat memasukkan data

(Notoatmodjo,2010).

4.10 Analisis Data

4.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada tiap

variabel, data tersebut disampaikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada

masing-masing variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo,2010). Variabel

dependen yaitu kepatuhan ibu dalam melakukan imunisasi bayi usia 12-59 bulan,

sedangkan untuk variabel independen yaitu meliputi faktor predisposing

(pendidikan, pengetahuan, sikap), faktor enabling (ketersediaan tempat layanan

posyandu, ketersediaan biaya imunisasi, ketersediaan waktu ibu) dan faktor

reinforcing (dukungan suami, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan,

dukungan kader, pemanfaatan Buku KIA)

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 54: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

38

Universitas Indonesia

4.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam hal ini digunakan

dua uji statistik yaitu Independen T-Test dan Chi Square. Sebelum dilakukan uuji

Independen T-Test maka dilakukan uji normalitas Skewness, jika hasil uji

Skewness ≤2, maka distribusinya normal dan dipakai uji statistik Independen T-

Test. Jika hasil uji >2, maka distribusi tidak normal dan uji statistik yang dipakai

adalah Kolmogorov Smirnov. Jika data dikategorikan maka uji statistik yang

dipakai adalah Chi Square dengan rumus:

Keterangan :

X : Chi Square

: Jumlah yang didapat

O : Frekuensi yang diamati

E : Frekuensi yang diharapkan

Keputusan yang diambil dalam hasil uji Chi Square adalah:

Bila p value , Ho ditolak, berarti data pada sampel mendukung adanya

hubungan yang bermakna (signifikan).

Bila p value > , Ho gagal ditolak, berarti data pada sampel tidak

mendukung adanya hubungan yang bermakna/ signifikan (Sabri,2008).

X = ( O – E )

E

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 55: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

39 Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Tempat Penlitian

Kota Tangerang Selatan merupakan bagian dari Provinsi Banten yang

termuda merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang yang diresmikan pada

tanggal 29 Oktober 2008 dengan luas 147,19 km² jumlah populasi total 918.783

jiwa dengan kepadatan 6.242. Wilayah Kota Tangerang Selatan di batasi oleh

wilayah DKI Jakarta dan Depok Jawa Barat. Kota Tangerang dan Kabupaten

Tangerang dengan batasan wilayah sebagai berikut:

Utara dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta

Selatan dengan Jawa Barat (Kab.Bogor dan Kota Depok)

Barat dengan Kabupaten Tangerang

Timur dengan Jawa Barat (Kota Depok) dan DKI Jakarta

Kota Tangerang Selatan secara administratif terdiri dari 7 Kecamatan yang

terbagi atas 49 Kelurahan dan 5 Desa, serta memiliki 25 Puskesmas. 7 Kecamatan

tersebut antara lain:

1. Kecamatan Ciputat

2. Kecamatan Ciputat Timur

3. Kecamatan Serpong

4. Kecamatan Serpong Utara

5. Kecamatan Setu

6. Kecamatan Pamulang

7. Kecamatan Pondok Aren

Kota Tangerang Selatan walau merupakan kota termuda tetapi merupakan

daerah yang telah lama berkembang, hal ini di tandai dengan banyak dan

lengkapnya fasilitas publik yang tersedia, seperti :

2 Perguruan Tinggi Negeri

2 Perguruan Tinggi Kedinasan

Beberapa Perguruan Tinggi Swasta

1 RSUD Kota Tangerang Selatan

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 56: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

40

Universitas Indonesia

Beberapa Rumah Sakit Swasta

Banyak tersebar pusat-pusat perbelanjaan, Loka Wisata dan wisata

kuliner.

Terdapat Perumahan-perumahan yang tersebar di Tangerang Selatan.

Kota Tangerang Selatan sangat mudah di jangkau dengan angkutan umum

dan dilengkapi akses jalan utama dan alternative yang beragam. Dekat denga

Terminal Lebak Bulus Jakarta dan ada 2 ruas jalan Tol yang mengelilingi Kota

Tangrang Selatan yaitu Tol dalam Kota dan Tol BSD, hal ini mempermudah akses

masyakat Kota Tangerang Selatan untuk melakukan perjalanan.

5.2. Analisis univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing – masing variabel yang diteliti. Data ini merupakan data

primer yang dikumpulkan melalui wawancara kepada 96 responden. Data

univariat ini terdiri dari Variabel dependen yaitu kepatuhan ibu untuk

mengimunisasi bayi dan variabel independen yang terbagi menjadi faktor

predisposisi yaitu pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang imunisasi, sikap ibu

terhadap imunisasi. Sedangkan dari faktor enabling terdiri dari ketersediaan

tempat layanan imunisasi, ketersediaan biaya untuk layanan imunisasi dan

ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi bayinya. Pada faktor Reinforcing

terdiri dari dari dukungan suami dalam kegiatan imunisasi bayi anak/bayi,

dukungan keluarga dekat dalam imunisasi anak/bayi, dukungan petugas kesehatan

serta dukungan kader kesehatan dalam kegiatan pelayanan kesehatan khususnya

kegiatan imunisasi anak/bayi.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 57: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

41

Universitas Indonesia

5.2.1 Gambaran kepatuhan ibu dalam imunisasi bayi.

Distribusi Responden perilaku ibu dalam imunisasi bayi usia 12 – 59

bulan yaitu ibu yang imunisasi anaknya lengkap sebanyak 59 bayi/anak

(61,5%) sedangkan, sedangkan ibu yang imunisasi bayi/anaknya tidak lengkap

sebanyak 37 bayi/anak (38,5%).

Tabel 5.1Distribusi Responden menurut perilaku ibu dalam mengimunisasi bayi

dengan lengkap di Kota Tangerang Selatan tahun 2011

Kepatuhan dalam imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak patuh 37 38.5

Patuh 59 61.5

Total 96 100

5.2.2 Gambaran pendidikan ibu.

Distribusi Responden menurut pendidikan terlihat bahwa pendidikan ibu

yang tamat SMA berjumlah 50 responden dengan proporsi 52,1 % dan yang

berstatus pendidikan Akademik/Perguruan Tinggi 18 responden dengan proporsi

18,8%. Dengan jenis pendidikan yang terendah yang tidak tamat SD dan yang

tertinggi yang tamat SMA. Untuk kepentingan penelitian pendidikan di

kategorikan menjadi 2 kategori yaitu pendidikan rendah yaitu dengan batasan

SMP ke bawah sebanyak 28 responden (29,2%) dan yang pendidikan tinggi yaitu

dengan batasan SMP ke atas sebanyak 68 responden (70,8%).

Tabel 5.2Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan

Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pendidkan Frekuensi (f) Persentase (%)

Rendah 28 29,2

Tinggi 68 70,8

Total 96 100

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 58: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

42

Universitas Indonesia

5.2.3.Gambaran pengetahuan ibu tentang Imunisasi

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa ibu yang mempunyai skor jawaban

tinggi tentang pengertian imunisasi terdapat 66 ibu (68,8%). Terdapat 51

responden (53,1%) yang mendapat nilai tertinggi pada pertanyaan ada berapa

macam jenis imunisasi. Ada 59 ibu (61,5%) yang mempunyai skor jawaban tinggi

tentang DPT/Hb diberikan sebanyak 3 kali. Ada 83 ibu (86,5%) yang mempunyai

skor jawaban tinggi tentang BCG diberikan sebanyak 1 kali pada bayi. Terdapat

hanya 34 ibu (35,4%) yang mempunyai skor tinggi tentang polio di berikan

sebanyak 4 kali pada bayi, terdapat 74 ibu (77,1%) yang mempunyai skor tinggi

tentang Campak di berikan sebanyak 1 kali pada bayi. Ada 68 ibu (70,8%) yang

mempunyai skor jawaban tinggi tentang Hb0 diberikan 1 kali pada bayi baru lahir.

Ada 87 ibu (90,6%) yang mempunyai skor jawaban tinggi tentang ibu tahu

cara masing-masing vaksin diberikan., 82 ibu (85,4%) yang mendapatkan skor

tertinggi pada pengetahuan tentang Vaksin DPT dapat diberikan dengan cara di

suntikan. Skor tertinggi untuk pengetahuan ibu tentang cara pemberian vaksin

Polio dengan cara di teteskan sebanyak 73 responden (76,0%) serta 85 responden

yang menjawab pertanyaan tentang BCG di berikan dengan cara di suntikan atau

sekitar 88,7% yang mendapatkan nilai tertinggi. Untuk nilai tertinggi tentang cara

pemberian imunisasi Campak diberikan dengan cara disuntik dijawab oleh

responden dengan angka tertinggi sebesar 88 ibu atau 91,7%.

Jarak pemberian imunisasi yang pertama dengan selanjutnya untuk

vaksinasi yang sama nilai tertinggi didapati oleh responden sebanyak 92 ibu

(95,8%). Nilai tertinggi untuk pengetahuan yang menanyakan bahwa vaksinasi

DPT/Hb akan menimbulkan efek panas mencapai skor 84 ibu (87,5%),

pengetahuan tentang vaksinasi BCG memberikan kekebalan terhadap kuman TBC

dijawab dengan nilai tertinggi hanya 59 ibu atau sekitar 61,5% dan pertanyaa yang

menerangkan bahwa vaksinasi Polio memberikan kekebalan terhadap kuman

Polio dijawab oleh 86 ibu (89,6%). Nilai tertinggi untuk pengetahuan tentang

vaksinasi Campak memberikan kekebalan terhadap virus Campak didapati skor

tertinggi yaitu 82 ibu/responden (85,4%), dan skor tertinggi untuk penilaian

vaksinasi DPT untuk kekebalan terhadap kuman Difteri Pertusis Tetanus hanya

didapati oleh responden sebanyak 22 ibu (22,9%) serta vaksinasi Hepatitis untuk

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 59: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

43

Universitas Indonesia

kekebalan kuman Hepatitis mendapat skor tertinggi sebesar 77 ibu (80,2%),

Angka tertinggi pada pengetahuan tentang Hb 0 diberikan pada usia 0-7 hari

mendapatkan skor hanya 59 ibu (61,5%) dan pertanyaan terakhir tentang kapan

imunisasi Campak di berikan mendapatkan skor 85 ibu (88,5%).

Tabel 5.3Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi

Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

No

Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Yang mengetahui

(f) %1 Yang di maksud dengan imunisasi 66 68,82 Ada berapa macam imunisasi 51 53,1

3 DPT/Hb di berikan sebanyak 3 kali. 59 61,54 BCG diberikan sebanyak 1 kali. 83 86,5

5 Polio di berikan sebanyak 4 kali. 34 35,46 Campak di berikan sebanyak 1 kali. 74 77,17 Hb 0 diberikan sebanyak 1 kali. 68 70,8

8 Ibu tahu cara masing-masing vaksin diberikan 87 90,69 Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikan. 82 85,4

10 Vaksin polio diberikan dengan cara ditetesi. 73 76,012 Vaksin BCG diberikan dengan cara disuntikan. 85 88,713 Vaksin Campak diberikan dengan cara disuntikan. 88 91,7

14 Jarak pemberian imunisasi untuk satu jenis vaksin 30 hari. 92 95,815 DPT/Hb Combo memiliki efek panas pada bayi. 84 87,516 Vaksin BCG untuk kekebalan kuman TBC. 59 61,5

17 Vaksin Polio untuk kekebalan Terhadap virus Polio Myelitis

86 89,6

18 Vaksin Campak untuk kekebalan virus Measles. 82 85,4

19 Vaksin DPT untuk kekebalan terhadap kuman dan virusDPT

22 22,9

20 Vaksin Hepatitis untuk kekebalan kuman Hepatitis. 77 80,2

21 Hb 0 di berikan pada usia 0-7 hari. 59 61,522 Campak di berikan mulai umur 9 bulan. 85 88,5

Penilaian terhadap pengetahuan ibu mengenai imunisasi didasarkan pada

jumlah jawaban yang disebutkan oleh ibu. Terdapat 22 pertanyaan yang diajukan

diberikan bobot/nilai masing – masing pertanyaan yang pilihan jawabannya

disebutkan atau jawaban benar adalah 1 dan bila jawaban yang tidak disebutkan

atau salah diberi nilai 0, dengan demikian hasil terendah adalah 0 dan nilai

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 60: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

44

Universitas Indonesia

tertinggi adalah 22. Semakin besar nilai pengetahuan maka semakin tinggi tingkat

pengetahuan, didasarkan pada pengkodean yang dilakukan. Penelitian

pengetahuan ibu mengenai imunisasi dikategorikan menjadi tinggi dan rendah

dengan menggunakan mean (38,64) sebagai cut off point karena data terdistribusi

normal dengan uji skewnest (-1,756 : 0,246) Nilai pengetahuan yang lebih dari

mean dikategorikan baik sedangkan untuk nilainya yang kurang sama dari mean

maka dikategorikan kurang, dapat diketahui ibu yang pengetahuannya kurang

lebih sedikit daripada ibu yang pengetahuannya baik. Pada tabel berikut distribusi

responden menurut tingkat pengetahuan terlihat bahwa tingkat pengetahuan

kurang berjumlah 25 orang dengan proporsi 26% dan yang berpengetahuan baik

sebanyak 71 orang dengan proporsi 74%.

Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Imunisasi Di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

Pengetahuan Ibu tentang imunisasi bayi Frekuensi (f) Persentase (%)

Kurang 25 26

Baik 71 74

Total 96 100

5.2.4 Gambaran sikap ibu

Berdasarkan tabel yang telah dibuat di bawah diketahui bahwa sikap ibu

yang setuju dengan imunisasi yang diberikan pada bayi adalah yang bersikap

negatif 1 ibu (1,0%) dan yang bersikap positif ada 95 ibu (98,9%). Pada sikap ibu

yang menyatakan bahwa imunisasi itu bermanfaat untuk kesehatan bayi mereka di

masa yang akan datang yang mempunyai sikap negatif terdapat1 ibu (1,0%) dan

yang bersikap positif terhadap pernyataan tersebut sebesar 95 orang (98,9%).

Pernyataan pada imunisasi yang di berikan pada bayi mereka saat usia 0 – 14

bulan akan berdampak baik pada perkembangan bayi dijawab oleh ibu yang

bersikap negatif sebanyak 1 ibu (1,0%), bersikap positif ada 95 ibu (98,9%).

Sikap ibu tentang imunisasi wajib di berikan secara lengkap pada bayi usia

0 – 14 bulan yang bersikap negatif sebanyak 1 orang (1,0%) yang bersikap positif

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 61: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

45

Universitas Indonesia

sebanyak 95 orang (98,9%). Diketahui bahwa sikap ibu yang setuju dengan

mendapatkan pelayanan imunisasi di posyandu yang bersikap negatif 1 orang ibu

(1,0%) dan yang bersikap positif ada 95 ibu (98,9%). Pada sikap ibu yang

menyatakan bahwa ibu setuju terhadap imunisasi yang dilaksanakan di posyandu

yang mempunyai sikap negatif terdapat 2 ibu (2,1%) dan yang bersikap positif

terhadap pernyataan tersebut sebesar 94 orang ( 97,0%).

Pernyataan yang menyatakan imunisasi penting untuk bayi usia 0-12 bulan

dijawab oleh ibu yang bersikap negatif sebanyak 3 ibu (3,1%) dan yang bersifat

positif berjumlah 93 ibu (96,9%). Sikap ibu tentang bila bayi panas saat setelah di

imunisasi, pada bulan berikutnya akan di suntikan lagi dengan imunisasi yang

sama yang bersikap negatif sebanyak 7 orang (7,3%) yang bersikap positif

sebanyak 89 orang (92,7%). Pernyataan sikap ibu tentang sebaiknya imunisasi di

layani atau dilaksanakan oleh seorang bidan di jawab negatif oleh 11 orang ibu

(11,5%) dan yang menjawab positif sebanyak 85 orang ibu (88,5%). Yang

terakhir ibu yang menyatakan sikap setuju bila imunisasi itu bayar di jawab

negatif oleh 11 orang ibu (11,5%) dan yang menjawab positif 85 orang ibu

(88,5%).

Tabel 5.5Gambaran Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Di Kota Tangerang

Selatan Tahun 2011

No Pernyataan Skor sikapNegatif Positif

F % F %1. Setuju dengan imunisasi 1 1,0 95 98,92. Imunisasi bermanfaat untuk kesehatan bayi 1 1,0 95 98,93. Imunisasi berdampak baik bagi perkembangan

bayi1 1,0 95 98,9

4. Imunisasi wajib di berikan secara lengkap 1 1,0 95 98,95. Pendapat tentang imunisasi di posyandu 1 1,0 95 98,9

6. Setuju terhadap imunisasi di posyandu 2 2,1 94 97,07. Imunisasi penting untuk bayi usia 0-12 bulan 3 3,1 93 96,9

8. Bila bayi panas saat setelah di suntik, bulan berikutnya di suntik lagi dengan imunisasi yang sama.

7 7,3 89 92,7

9. Sebaiknya imunisasi di layani oleh bidan 11 11,5 85 88,6

10. Setuju bila imunisasi bayar 11 11,5 85 88,5

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 62: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

46

Universitas Indonesia

Hasil analisis didapatkan rata - rata skor sikap adalah 33,81, dengan

standar deviasi 3,864. Dengan nilai terendah 20 dan tertinggi 40. Penilaian

terhadap sikap ibu mengenai imunisasi lengkap didasarkan pada jawaban yang

disebutkan oleh ibu. Terdapat 10 pertanyaan yang diajukan diberikan bobot/nilai

masing–masing pertanyaan yang pilihan jawabannya disebutkan atau jawaban

dengan score tertinggi pada sikap positif adalah 4 dan bila jawaban dengan score

terendah dengan sikap negatif diberi nilai 1, dengan demikian hasil terendah

adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 40. Semakin besar nilai sikap maka sikap ibu

akan lebih positif didasarkan pada pengkodean nilai/bobot yang dilakukan.

Penelitian sikap ibu mengenai imunisasi lengkap dikategorikan menjadi positif

dan negatif dengan menggunakan mean (33,81) sebagai cut off point karena data

terdistribusi normal dengan uji skewness. Nilai sikap yang lebih dari mean

dikategorikan positif sedangkan untuk nilainya yang kurang sama dari mean maka

dikategorikan negatif, dapat diketahui ibu yang sikap positif lebih sedikit daripada

sikap ibu yang sikap negatif. Pada tabel berikut ini distribusi responden menurut

sikap negatif terlihat berjumlah 38 orang dengan proporsi 39,6% dan yang

bersikap positif sebanyak 58 orang dengan proporsi 60,4%.

Tabel 5.6Distribusi Ibu Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Imunisasi Di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

Sikap Ibu dalam imunisasi bayi Frekuensi (f) Persentase (%)

Negatif 38 39,6

Positif 58 60,4

Total 96 100

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 63: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

47

Universitas Indonesia

5.2.5 Gambaran ketersediaan Tempat layanan Imunisasi.

Daro 96 responden yang tersebar didapatkan informasi jawabanya yang

rata-rata sama seperti yang terdapat dalam Tabel 5.7 dibawah ini. Dari 6 variabel

yang diteliti oleh penulis angka yang didapat tidak ada angka yang menonjol

baik itu lebih ataupun kurang.

Tabel 5.7Gambaran Ketersediaan Tempat Pelayanan Imunisasi

Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Faktor yang dinilai Frekuensi (f) Persentase (%)Apakah di tempat ibu tinggal terdapat PosyanduYaTidak

924

95,84,2

Berapa jarak yang harus di tempuh oleh ibu untuk mencapai tempat layanan posyandu<500m500-1000 m>1000 m

8394

86,59,44,2

Bagaimana pendapat ibu tentang jarak rumah ibu dengan tempat layanan imunisasiDekatJauh

888

91,77,3

Untuk mencapai tempat layanan imunisasi kendaraan apa yang ibu pergunakanKendaraan pribadiKendaraan umumJalan kaki

6981

6,39,484,4

Berapa biaya yang ibu keluarkan untuk mencapai tempat tersebut<Rp.5000Rp.5000-Rp.10.000>Rp.10.000

8376

86,57,36,3

Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk mencapai layanan posyanduMurahMahal

942

97,92,1

Gambaran yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu

tergambarkan bahwa ada tersedia 92 jawaban ibu dengan proporsi 95,8% ibu yang

menyatakan bahwa di tempat mereka terdapat tempat layanan imunisasi dan ada 4

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 64: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

48

Universitas Indonesia

ibu dengan proporsi 4,2% yang menjawab bahwa di tempatnya tidak tersedia

tempat pelayanan imunisasi.

Tabel 5.8Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Tempat Layanan Imunisasi

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Ketersediaan tempat layanan imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%)

Tersedia 92 95,8

Tidak ada 4 4,2

Total 96 100

5.2.6. Gambaran Persepsi tentang Biaya Imunisasi.

Persepsi ibu tantang biaya yang harus dikeluarkan ibu dalam

mengimunisasi bayi dengan lengkap terdapat angka yang dominan dimana hampir

semua ibu mengatakan bahwa ia harus membayar imunisasi mengatakan bahwa

biaya imunisasi yang harus ia keluarkan termasuk murah. Dari 96 responden

hanya 79 responden yang mengaku membayar untuk mendapatkan layanan

imunisasi. Imunisasi dasar di puskesmas ini sebenarnaya gratis, berdasarkan

wawancara untuk data pendukung yang peneliti lakukan terhadap kader kesehatan

yang ada diwilayah Puskesmas biaya yang ditarik dari masyarakat itu hanya

berupa dana partisipasi masyarakat untuk perkembangan posyandu jadi bukan

anggaran wajib yang harus dikeluarkan oleh ibu-ibu yang memiliki balita yang

akan mengimunisasi bayinya di posyandu. Karena ini hanya berupa dana

partisipasi jadi hampir semua ibu yang menbayar menjawab murah dan hanya ada

6 responden yang menjawab bahwa imunisasi tersebut mahal.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 65: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

49

Universitas Indonesia

Tabel 5.9Gambaran Persepsi Ibu Tentang Biaya Imunisasi di Kota Tangerang

Selatan Tahun 2011

Faktor yang dinilai Frekuensi (f) Persentase(%)Apakah ibu membayar untuk mendapatkan layanan imunisasiYa Tidak

7917

82,317,7

Berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan imunisasi<Rp.5000Rp.5000-Rp.10.000>Rp.10.000

442510

45,826,010,4

Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan imunisasi tersebutMurahMahal

736

76,06,3

Berdasarkan hasil gambaran yang di dapat ada 83 ibu yang menyatakan

bahwa imunisasi yang menyatakan bahwa biaya untuk mendapatkan layanan

imunisasi dianggap murah dengan proporsi 86,5% dan ada 13 orang ibu yang

menjawab bahwa biaya untuk mendapatkan layanan imunisasi itu mahal atau

sekitar 13,5 %.

Tabel 5.10Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Tentang Biaya Untuk Imunisasi di

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Persepsi ibu tentang biaya imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%)

Mahal 13 13,5

Murah 83 86,5

Total 96 100

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 66: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

50

Universitas Indonesia

5.2.7 Gambaran ketersediaan waktu ibu dalam Imunisasi bayi

Dari 96 responden tedapat 91 responden yang menyatakan bahwa ia

mengantarkan sendiri bayinya yang akan diimunisasi dan 5 responden yang tidak

sempat membawa anaknya ke tempat layanan posyandu, dari data yang ada

diantara ibu-ibu yang tidak sempat membawa bayinya untuk imunisasi

dikarenakan ia harus mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini dianggap sejalan

denga jawaban yang lain dari responden karena 83 responden menjawab bahwa

mereka mengantar bayi ketempat layanan imunisasi pada pagi hari. Sebagaimana

diketahui bahwa pagi hari adalah awal kegiatan para ibu rumah tangga dalam

mengerjakan semua pekerjaan rumahnya.

Tabel 5.11Gambaran Ketersediaan Waktu Ibu ke Tempat Layanan Imunisasi di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

Faktor yang dinilai Frekuensi (f) Persentase(%)Apakah ibu membawa sendiri balita ibu untuk mendapatkan layanan imunisasiYa Tidak

915

94,85,2

Kapan ibu biasanya membawa balita ibu untuk mendapat layanan imunisasiPagiSiang Sore

8335

86,53,15,2

Siapa yang membawa balita ibu ke tempat layanan imunisasiSuamiOrang TuaPembantu

31317

3,113,517,7

Apa alasan ibu tidak membawa balita ibu sendiri ke tempat pelayanan imunisasiBekerja di luar rumahTidak sempat karena mengerjakan pek rumahTidak tega melihat anak menangis

197

1,09,47,3

Distribusi responden menurut ketersediaan waktu ibu untuk membawa

anaknya untuk imunisasi terlihat bahwa ibu yang mempunyai waktu dalam

membawa anak mereka ke tempat layanan imunisasi berjumlah 91 orang dengan

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 67: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

51

Universitas Indonesia

proporsi 94,8% dan yang tidak mempunyai waktu untuk membawa anak mereka

ke tempat layanan imunisasi sebanyak 5 orang dengan proporsi 5,2%.

Tabel 5.12Distribusi Responden berdasarkan ketersediaan waktu untuk imunisasi di

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Ketersediaan waktu ibu untuk imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak Ada 5 5,2

Ada 91 94,8

Jumlah 96 100

5.2.8. Gambaran dukungan suami dalam imunisasi bayi

Suami dalam mendukun ibu untuk mengimunisasi bayi mereka secara

lengkap pada prinsifnya mereka semua mendukung, hanya saja dukungan yang

diberikan sang suami berbeda-beda. Ada suami yang hanya memberikan biaya

saja tanpa melakukan tindakan apapun dan ada juga yang mau mengantarkan ibu

dan bayi mereka ke tempat layanan imunisasi. Namun ada juga suami yang hanya

iya saja atas apapun yang disarankan sang istri dan ada juga 12 respon yang

pernah hanya menyuruh orang lain untuk mengantarkan bayi mereka ketempat

layanan imunisasi.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 68: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

52

Universitas Indonesia

Tabel 5.13Gambaran Dukungan Suami Untuk Mengimunisasikan Anaknya di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011Dukungan Suami Frekuensi (f) Persentase(%)

Apakah suami ibu ikut memutuskan saat ibu ingin mengimunisasikan bayi ibu?

YaTidak

924

95,84,2

Suami ikut mengantar ke pusat layanan imunisasi.

YaTidak

7026

72,927,1

Suami ikut memberikan materi untuk biaya ke pusat pelayanan imunisasi

YaTidak

6729

69,830,2

Suami ikut memberikan masukan dan saran agar mengimunisasi bayi mereka segera ke pusat pelayanan imunisasi yang terdekat

YaTidak

6234

64,635,4

Suami ikut hanya iya saja atas apa yang di katakan sang istri tanpa bertindak apapun

YaTidak

2373

24,076,0

Suami ikut menyuruh orang lain untuk mengantar sang istri pergi ke tempat layanan imunisasi.

YaTidak

1284

12,587,5

Berdasarkan hasil yang didapat bahwa ada 92 ibu (95,8%) yang menilai

suaminya mendukung dalam mengimunisasi bayi mereka, sedangkan hanya 4 ibu

(4,2%) yang menilai bahwa suaminya tidak mendukung dalam mengimunisasi

anak mereka.

Tabel 5.14Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dalam Imunisasi Bayi

Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan suami Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak mendukung 4 4,2

Mendukung 92 95,8

Total 96 100

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 69: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

53

Universitas Indonesia

5.2.9 Gambaran dukungan tenaga kesehatan dalam imunisasi.

Dari 87 responden yang menjawab bahwa tenaga kesehatan mendukung

mereka untuk dapat mengimunisasi bayinya dengan lengkap ada angka yang

sangat menonjol yaitu hanya ada 10 responden yang menjawab bahwa tenaga

kesehatan mau memberikan penyuluhan di mesjid-mesjid dalam acara pengajian,

juga hanya ada 19 petugas yang memberikan leaflet kepada masyarakat.

Tabel 5.15Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan Dalam Imunisasi di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan Tenaga Kesehatan Frekuensi (f) Persentase(%)Apakah ada tenaga kesehatan (perawat, bidan ,dokter ) yang pernah menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu?

YaTidak

879

90,69,4

Petugas Memberi penyuluhan di puskesmas YaTidak

4749

4951

Petugas memberikan penyuluhan di posyandu YaTidak

6630

68,831,2

Petugas memberikan penyuluhan di mesjid YaTidak

1086

10,489,6

Petugas memberikan penyuluhan ke rumah-rumah

YaTidak

3264

33,366,7

Petugas Memberikan leaflet YaTidak

1977

19,880,2

Dari tabel yang ada di gambarkan bahwa dukungan tenaga kesehatan dalam

kegiatan imunisasi bayi yang mendukung sebanyak 87 ibu atau dengan proporsi

90,6% dan yang tidak mendukung kegiatan imunisasi bayi ada sebanyak 9 orang

ibu atau dengan proporsi 9,4%.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 70: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

54

Universitas Indonesia

Tabel 5.16Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan Nakes dalam Imunisasi Bayi

di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan tenaga kesehatan Frekuensi (f) Persentase (%)

Mendukung 87 90,6

Tidak 9 9,4

Total 96 100

5.2.10 Gambaran dukungan kader kesehatan

Hanya ada 21 responden yang menjawab bahwa anak mereka pernah

mendapatkan hadiah di saat anaknya berusia 12 bulan dan imunisasinya telah

lengkap. Juga hanya ada 24 ibu yang menjawab bahwa kader kesehatan pernah

mengantar petugas atau tenaga kesehatan dating ke rumahnya untuk

mengimunisasi bayi sang ibu. Pada variabl pertanyaan yang lain prinsifnya kader

kesehatan mendukung semua program kesehatan yang ditawarkan oleh tenaga

kesehatan.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 71: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

55

Universitas Indonesia

Tabel 5.17Gambaran Dukungan Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Imunisasi di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan Kader Kesehatan Frekuensi (f) Persentase(%)Apakah ada tenaga kader kesehatan yang pernah menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu?

Ya Tidak.

8511

88,511,5

Kader kesehatan Mengajak ibu untuk ke posyandu

Ya Tidak.

6135

63,536,5

Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi bayi ibu

Ya Tidak.

6333

65,634,4

Mengantar petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan rumah

Ya Tidak.

2472

2575

Memberikan hadiah kepada balita yang imunisasinya lengkap pada usia tepat 12 bulan

Ya Tidak.

2175

21,978,1

Ada 85 jawaban ibu atau sekitar 88,5% yang menjawab bahwa kader

kesehatan sangat mendukung mereka dalam kegiatan yang berhubungan dengan

imunisasi bayi mereka dan ada 11 ibu yang menjawab bahwa kader tidak

mendukung mereka dalam kegiatan yang berhubungan dengan imunisasi anak

mereka.

Tabel 5.18Distribusi Responden Dukungan Kader dalam Imunisasi Bayi di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan kader kesehatan Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak mendukung 11 11,5

Mendukung 85 88,5

Total 96 100

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 72: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

56

Universitas Indonesia

5.2.11. Gambaran larangan mengimunisasi dari keluarga dekat.

Data yang diperoleh dari 96 responden terdapat angka yang sama antara

larangan dari keluarga dekat dari pihak suami ataupun larangan dari keluarga

dekat istri. Sehingga tidak ada data yang menonjol dalam kedua data ini.

Tabel 5.19Gambaran Larangan Keluarga Dekat Untuk Mengimunisasi Bayi di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

Larangan keluarga dekat Frekuensi (f) Persentase(%)Apakah ada keluarga dari pihak suami yang melarang ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu?

Ya Tidak

591

5,294,8

Apakah ada keluarga dari pihak ibu yang melarang ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu?

Ya Tidak

591

5,294,8

Hanya 5 orang ibu atau sekitar 5,2% yang menjawab bahwa keluarga

dekat mereka dalam hal ini keluarga dekat dari suami yang tidak mendukung

mereka dalam hal mengimunisasi bayi mereka dan ada 91 orang ibu atau 94,8%

yang menjawab bahwa kelurga dekat mereka yang mendukung mereka untuk

mengimunisasikan anak-anak mereka.

Tabel 5.20Gambaran Responden Berdasarkan Larangan Keluarga Dekat dalam

Imunisasi Bayi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Larangan imunisasi dari keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)

Iya 5 5,2

Tidak 91 94,8

Total 96 100

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 73: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

57

Universitas Indonesia

5.2.12 Gambaran pemanfaatan Buku KIA

Dari semua reponden yang memiliki Buku KIA, peneliti menggunakan 3

variabel pertanyaan dalam mengukur pemanfaatan Buku KIA yaitu, apakah ibu

pernah membaca Buku KIA yang ibu miliki, seberapa banyak isi Buku KIA yang

dibaca dan pertanyaan terakhir seberapa mudah ibu memahami Buku KIA yang

dibaca. Pada penelitian yang dilakukan dari 96 responden ada 86 orang yang

mengaku pernah membaca Buku KIA, 48 orang responden yang mengaku hanya

sedikit membaca Buku KIA tersebut, 13 orang responden menjawab hanya

setengah dari isi Buku KIA yang dibaca dan ada 35 orang responden yang

menjawab sudah membaca semua isi Buku KIA. Pada pertanyaan seberapa mudah

ibu memahami Buku KIA, ada 65 orang responden yang menjawab bahwa ia

mudah dalam memahami Buku KIA yang ibu baca.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 74: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

58

Universitas Indonesia

Tabel 5.21Gambaran Pemanfaatan Buku KIA di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pemanfaatan Buku KIA Frekuensi (f) Persentase(%)Apakah ibu memiliki buku KIA?

Ya Tidak

960

960

Jika ya..dari mana ibu mendapatkan buku tersebut?

Puskesmas/ tenaga kesehatan pemerintahPosyandu/kader kesehatan.Klinik / Balai Pengobatan swasta

335211

34,454,211,5

Kapan pertama kali ibu terima buku KIA tersebut?

Pertama kali memeriksakan kehamilan.Setelah beberapa kali pemeriksaan kehamilan.Saat setelah melahirkan bayi.Saat selah imunisasi yang pertamaTidak tahu

506

22162

52,16,3

22,916,72,1

Apakah ibu pernah membaca buku KIA yang ibu miliki?

Ya Tidak

8610

89,69,4

Kapan pertama kali ibu baca buku KIA yang ibu miliki?

Waktu pertama kali buku diterimaBaru setelah anaknya lahir.Tidak ingat.

8439

87,53,19,4

Seberapa banyak isi buku yang sudah ibu baca?

SedikitSetengahnya.Sudah semua.

481335

50,013,536,5

Seberapa mudah ibu memahami buku KIA? MudahTidak mudah

6531

67,732,3

Apakah ibu mengerti semua isi buku KIA yang pernah ibu baca?

Mengerti.Tidak mengerti.

8511

88,511,5

Dari semua ibu yang menjadi responden ada sejumlah 35 ibu yang tidak

memanfaatkan buku KIA yang ia baca atau sekitar 36% dan ada 61 orang atau

63,5% yang memanfatkan Buku KIA yang mereka miliki.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 75: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

59

Universitas Indonesia

Tabel 5.22Distribusi Pengertian Responden Terhadap Manfaat Buku Kia Di Kota

Tangerang Selatan tahun 2011

Pemanfaatan Buku KIA Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak memanfaatkan 35 36,5

Memanfaatkan 61 63,5

Jumlah 96 100

5.3 Analisis Bivariat

Variabel Independen yang meliputi faktor predisposisi (faktor pendidikan

ibu, pengetahuan ibu tentang imunisasi, dan sikap ibu terhadap imunisasi), faktor

enabling (ketersediaan tempat layanan imunisasi, ketersediaan biaya untuk

imunisasi, dan ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi bayi), faktor

reinfotcing (dukungan suami dalam imunisasi anak, dukungan keluarga dekat

dalam imunisasi anak, dukungan petugas dalam pelayanan imunisasi, dukungan

kader kesehatan dalam pelayanan imunisasi serta pemanfaatan buku KIA. Analisis

bivariat dilakukan terhadap variabel independen yang ada dengan variabel

dependen yaitu dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi, dengan

menggunakan uji T test, dan uji chi Square, yang bertujuan untuk mencari

hubungan antara variabel dependen dengan variabel dependen.

5.3.1.Hasil uji bivariat antara perilaku ibu yang mengimunisasi bayi lengkap

dengan faktor pendidikan, pengetahuan dan sikap.

Dari total 28 responden yaitu sekitar 9 orang atau sekitar 32,1 % ibu dari

respoden yang berpendidikan rendah memiliki status imunisasi tidak lengkap dan

ada 19 responden atau sekitar 67,9% yang memiliki status imunisasi lengkap.

Kemudian ada 28 orang responden atau sekitar 41,2% yang memiliki status

imunisasi tidak lengkap serta ada 40 orang responden atau sekitar 58,8 % yang

memiliki imunisasi lengkap. Dengan hasil uji statistik yang diperoleh nilai

p=0,408 (p≤0,05) yang dapat di simpulkan bahwa tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan perilaku ibu dalam kelengkapan imunisasi pada ibu yang

berpendidikan rendah dengan ibu yang berpendidikan tinggi atau tidak ada

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 76: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

60

Universitas Indonesia

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu untuk

mengimunisasi bayinya sampai dengan lengkap. Hasil OR yang di dapat yaitu

0,677 yang artinya bahwa tidak ada resiko antara responden yang berpendidikan

rendah dengan ketidak lengkapan imunisasi bayi mereka,seperti yang ditunjukkan

dalam tabel 5.23 menunjukkan hubungan antara status pendidikan tinggi dengan

kelengkapan imunisasi bayi.

Tabel 5.23Hasil Uji Bivariat Dengan Uji Chi Square Antara Pendidikan dan Perilaku

Ibu Dalam Imunisasi Bayi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Karakteristik Perilaku Imunisasi

Nilai p OR (95%CI)Tidak Lengkap Lengkap f % F %

Pendidikan

0,4080,677

(0,267-1,713)Rendah 9 32,1 19 67,9

Tinggi 28 41,2 40 58,8

Rata-rata pengetahuan ibu yang imunisasinya tidak lengkap adalah 37,41 dengan

standar deviasi 0,4317, sedangkan untuk pengetahuan ibu yang imunisasinya

lengkap adalah rata-rata pengetahuannya 39,41 dengan standar deviasi 2,978.

Hasil uji statistik di dapatkan nilai p= 0,016 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan

yang signifikan kepatuhan ibu dalam imunisasi yang lengkap dan tidak lengkap.

Tabel 5.24Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji Hubungan Antara

Pengetahuan dan Perilaku Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Perilaku ibu dalam imunisasi

Frekuensi (f) Mean Standar Deviasi

Standar Error

Nilai p

Tidak lengkapLengkap

3759

37,4139,41

0,43172,978

0,7100,388

0,016

Rata-rata sikap ibu yang imunisasinya tidak lengkap adalah 33,5135

dengan standar deviasi 4,17414 sedangkan untuk sikap ibu yang imunisasinya

lengkap adalah rata-rata sikapnya 34,0000 dengan standar deviasi 3,68127. Hasil

uji statistik di dapatkan nilai p= 0,551 (p<0,05) yang berarti ada tidak perbedaan

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 77: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

61

Universitas Indonesia

yang signifikan antara kepatuhan ibu dalam imunisasi yang lengkap dan tidak

lengkap.

Tabel 5.25Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji Hubungan Antara

Sikap dan Perilaku Imunisasi Ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Perilaku ibu dalam imunisasi

lengkap

Frekuensi (f) Mean Standar Deviasi

Standar Error

Nilai p

Tidak LengkapLengkap

3759

33,513534,0000

4,174143,68127

0,606220,47926

0,551

5.3.2. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap

dengan faktor tempat layanan imunisasi, biaya dan waktu ibu.

Dari total 4 responden yaitu sekitar 1 orang atau sekitar 25,0% ibu dari

respoden yang memiliki status imunisasi tidak lengkap dan ada 3 responden atau

sekitar 75,0% yang memiliki status imunisasi tidak memiliki sarana untuk tempat

pelayanan imunisasi. Kemudian total dari 92 responden ada 36 orang responden

atau sekitar 39,1% yang memiliki status imunisasi tidak lengkap serta ada 56

orang responden atau sekitar 60.9% yang memiliki imunisasi lengkap yang

memiliki tempat pelayanan untuk imunisasi di wilayahnya. Dengan hasil uji

statistik yang diperoleh nilai p=0,570 (p≤0,05) yang dapat di simpulkan bahwa

tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu dalam ketersediaan

tempat layanan imunisasi di wilayah ibu dengan yang tidak memiliki ketersediaan

tempat layanan imunisasi atau tidak ada hubungan yang signifikan antara

tersedianya tempat layanan imunisasi dengan perilaku ibu untuk mengimunisasi

bayinya sampai dengan lengkap. Hasil OR yang didapat yaitu 0,519 yang artinya

bahwa tidak ada resiko antara responden yang di wilayahnya tidak tersedia tempat

layanan imunisasi dengan ketidak lengkapan imunisasi bayi mereka, hal ini

ditunjukkan dalam Tabel 5.16 yang menunjukkan hubungan antara status

pendidikan tinggi dengan kelengkapan imunisasi bayi.

Biaya merupakan salah satu hal yang diteliti oleh peneliti. Hasil dari

penelitian ini dari jumlah 13 responden menunjukkan bahwa sekitar 5 orang

responden atau sekitar 38,5 % yang menganggap imunisasi itu mahal, memiliki

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 78: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

62

Universitas Indonesia

perilaku imunisasi bayi yang tidak lengkap dan 8 orang responden atau 75,0 %

ibu yang menganggap imunisasi itu mahal dengan perilaku imunisasinya lengkap.

Dari total 84 responden didapati sekitar 32 orang responden sekitar 38,6 %

mengatakan imunisasi itu murah berperilaku imunisasi tidak lengkap dan 51 orang

responden atau 61,4 % ibu yang yang menyatakan imunisasi itu murah memiliki

perilaku imunisasi lengkap. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1,000

(p≤0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

dalam perilaku imunisasi bayi antara yang imunisasi bayinya lengkap dengan ibu

yang imunisasi bayinya tidak lengkap dalam persepsi biaya yang harus di

keluarkan untuk imunisasi. Nilai OR yang didapat yaitu sebesar 0,996.

Hasil analisa hubungan antara tersedianya waktu ibu untuk mengantar bayi

mereka ke tempat pelayanan imunisasi dengan perilaku ibu mengimunisasi

bayinya dengan lengkap di peroleh bahwa ada sebanyak 3 orang responden atau

sekitar 60,0 berperilaku tidak lengkap dan 2 orang responden yang tidak memiliki

waktu berperilaku imunisasi dengan lengkap. Sedangkan dari 91 responden ada 34

responden yang ada waktu perilaku imunisasinya tidak lengkap dan ada 57 orang

responden yang ada waktu untuk mengantar anak imunisasi perilaku imunisasinya

lengkap. Hasil uji statistik di peroleh p=0,311 yang artinya tidak ada hubungan

yang bermakana dalam keadaan responden ada waktu atau tidak ada waktu untuk

mengantar bayi nya ke tempat pelayanan imunisasi, atau dapat dikatakan tidak

ada hubungan yang bermakna antara tidak adanya waktu ibu dan ada waktunya

ibu untuk mengantar anak ke tempat pelayanan imunisasi dengan perilaku

imunisasi ibu untuk melengkapinya. OR pada kesediaan waktu ibu yaitu sebesar

2,515.

Tabel 5.26 berikut menunjukan hubungan antara perilaku ibu untuk

mengimunisasi anaknya sampai lengkap dengan ketersediaan tempat layanan

imunisasi, persepsi ibu terhadap biaya dan ada tidaknya waktu ibu untuk

mengantar anak ke tempat imunisasi.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 79: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

63

Universitas Indonesia

Tabel 5.26Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan faktor tempat layanan imunisasi, biaya dan waktu ibu Di Kota Tangerang

Selatan Tahun 2011

Karakteristik

Perilaku Imunisasi

Nilai p OR (95%CI)Tidak Lengkap Lengkap f % f %

Ketersediaan tempat layanan Imunisasi0,570

0,519(0,052-5,180)

Tidak Tersedia 1 25,0 3 75,0Tersedia 36 39,1 56 60,9Persepsi biaya

1,0000,996

(0,300-3,312)Mahal 5 38,5 8 61,5Murah 32 38,6 51 61,4Ketersediaan waktu

0,3112,515

(0,400-15,817)Tidak ada 3 60,0 2 40,0Ada 34 37,4 57 62,6

5.3.3.Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap

dengan dukungan suami, keluarga dekat, tenaga kesehatan, kader dan

pemanfaatan Buku KIA

Kategori dukungan suami dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian didapat

bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan

dukungan dari suami sebanyak 7 orang (29,2%) dan ibu yang ada dukungan untuk

mengimunisasi sampai lengkap dari suaminya berjumlah 30 ibu (41,7%).

Sedangkan kategori dukungan suami dalam pemberian imunisasinya lengkap, ibu

yang tidak mendapatkan dukungan sebanyak 17 ibu (70,8%) dan yang mendapat

dukungan dari suami sebanyak 42 orang ibu atau sekitar 58,3%. Perilaku ibu

dalam imunisasi bayi memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik

dengan dukungan suami yang ditunjukkan dengan angka 0,276 (p>0,05).

Kategori dukungan nakes dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang

imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari nakes

sebanyak 3 orang (25%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai

lengkap dari nakes berjumlah 34 ibu (40,5%). Sedangkan kategori dukungan

nakes dalam pemberian imunisasinya lengkap didapat ibu yang tidak

mendapatkan dukungan dari nakes sebanyak 9 ibu (75,0%) dan yang mendapat

dukungan dari nakes sebanyak 50 orang (59,5%). Perilaku ibu dalam imunisasi

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 80: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

64

Universitas Indonesia

bayi memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik dengan dukungan

nakes yang di tunjukan dengan angka 0,303 (p>0,05).

Kategori dukungan kader dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang

imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari kader

sebanyak 3 orang (25%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai

lengkap dari kader berjumlah 8 ibu (72,7%). Sedangkan kategori dukungan kader

dalam pemberian imunisasinya lengkap dari hasil penelitian ibu yang tidak

mendapatkan dukungan sebanyak 34 ibu (40%) dan yang mendapat dukungan

dari kader sebanyak 51 orang ibu atau sekitar 60%. Perilaku ibu dalam

mengimunisasikan bayinya memiliki hubungan yang tidak bermakna secara

statistik dengan dukungan kader yang ditunjukkan dengan angka 0,414 (p>0,05).

Kategori larangan dari keluarga dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu

yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan mendapatkan larangan untuk

melakukan imunisasi dari keluarga dekat sebanyak 6 orang (100%) dan ibu yang

tidak dilarang untuk mengimunisasi sampai lengkap dari keluarga dekat berjumlah

34 ibu (34,4%). Sedangkan kategori larangan dari keluarga dekat dari hasil

penelitian ibu tidak ada ibu yang mendapat larangan dan yang tidak mendapat

larangan dari keluarga dekat sebanyak 59 orang ibu atau sekitar 65,6%. Perilaku

ibu dalam mengimunisasikan bayinya memiliki hubungan yang bermakna secara

statistik dengan larangan dari keluarga dekat yang ditunjukkan dengan angka

0,003 (p<0,05). Dengan OR 2,903 (2,183-3,861) yang artinya ibu yang mendapat

larangan untuk melakukan imunisasi berpeluang 2,903 kali berperilaku imunisasi

tidak lengkap dari pada ibu yang tidak mendapat larangan dari keluarga dekat.

Manfaat buku KIA dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian didapat

bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak memanfaatkan buku

KIA sebanyak 20 orang (57,1%) dan ibu yang tidak memanfaatkan buku KIA

dengan imunisasi lengkap berjumlah 15 ibu (42,9%). Sedangkan ibu yang

memanfaatkan Buku KIA dan imunisasinya tidak lengkap berjumlah 17 ibu

(27,9%) dan yang memanfaatkan Buku KIA dengan baik dan imunisasi bayinya

lengkap berjumlah 44 orang atau sekitar 72,1% Perilaku ibu dalam imunisasi

memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan pemanfaatan Buku

KIA yang ditunjukan dengan nilai p= 0,009(p<0,05) dengan OR 3,451 (1,442-

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 81: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

65

Universitas Indonesia

8,259) yang artinya ibu yang memanfaatkan Buku KIA memiliki peluang 3,451

kali untuk berperilaku imunisasi dengan lengkap dibandingkan dengan ibu yang

tidak memanfaatkan Buku KIA.

Tabel 5.17Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan dukungan dari suami,dukungan dari tenaga kesehatan,dari kader kesehatan serta larangan imunisasi dari keluarga terdekat dan pemanfaatan Buku KIA

oleh Ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Karakteristik

Perilaku Imunisasi

Nilai pOR

(95%CI)Tidak Lengkap Lengkap f % F %

Dukungan Suami0,276

0,576(0,213-1,563)

Tidak mendukung 7 29,2 17 70,8Mendukung 30 41,7 42 58,3Dukungan Nakes

0,3030,490

(0,124-1,943)Tidak mendukung 3 25,0 9 75,0Mendukung 34 40,5 50 59,5Dukungan Kader

0,4140,563

(0,139-2,272)Tidak mendukung 3 27,3 8 72,7Mendukung 34 40,0 51 60,0Larangan keluarga untuk Imunisasi

0,0032,903

(2,183-3,861)Melarang 6 100 0 0Tidak melarang 31 34,4 59 65,6

Pemanfaat buku KIA

0,0093,451

(1,442-8,259)Tidak memanfaatkan 20 57,1 15 42,9

Memanfaatkan 17 27,9 44 72,1

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 82: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

65 Universitas Indonesia

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1. KETERBATASAN PENELITIAN

Sebelum membahas hasil penelitian ini, dalam penelitian ini dijumpai

beberapa keterbatasan antara lain :

1. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dimana pengukuran variabel-

variabelnya dilakukan sekaligus dalam waktu yang sama. Penelitian ini

merupakan rancangan penelitian yang paling lemah untuk penelitian

deskriptif karena hubungan yang didapatkan hanyalah menunjukkan

keterkaitan saja, bukan merupakan hubungan kausalitas sehingga hanya

dapat menganalisis keterkaitan hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen.

2. Bias

Bias informasi adalah cara mengamati, melaporkan, mengukur, mencatat,

mengklasifikasi dan menginterprestasikan status pajanan atau outcome,

mengakibatkan distorsi pengaruh pajanan terhadap outcome (murti,1997),

atau adanya kemungkinan terjadi metode pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner melalui wawancara langsung. Bias informasi besar

kemungkinan terdapat baik dari responden maupun dari pewawancara

sendiri.

Bias seleksi, seleksi yang dilakukan berdasarkan pencatatan, berpeluang

terjadinya bias akibat pencatatan yang kurang sistematis. Terhadap data

yang diragukan, penulis melakukan konfirmasi kepada responden dengan

melihat buku KIA yang dimilikinya. Ketidak jelasan pencatatan yang tidak

bisa dikonfirmasi, atau tidak ada penjelasan, maka data tersebut di

keluarkan dari pemilihan.

3. Pewawancara mungkin seolah mengarahkan jawaban sesuai dengan

harapannya atau pewawancara kurang sabar, sehingga mempengaruhi

jawaban dari responden. Kemungkinan jawaban responden dapat bersifat

subjektif sehingga kebenaran data tergantung dari kejujuran responden,

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 83: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

66

Universitas Indonesia

keseriusan responden dalam menjawab pertanyaan dan kesabaran petugas

wawancara. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut diupayakan dengan

mencari tenaga pewawancara yang berasal dari seorang kader masyarakat

terlatih yang bertugas sebagai kader kesehatan setempat sehingga responden

lebih terbuka.

6.2. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Kepatuhan ibu dalam mengimunisasi anak secara lengkap

Hasil penelitian ini didapatkan status imunisasi dasar lengkap pada

anak sebesar 61,5 persen dan yang tidak lengkap sebesar 38,5 persen. Ini

menunjukkan ada 59 ibu yang perilakunya patuh untuk mengimunisasikan

bayinya di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Sebagian

besar ibu memiliki kepatuhan terhadap imunisasi, hal ini didukung dengan

pengetahuan dan sikap ibu yang rata-rata memiliki pengetahuan yang baik

dan sikap yang positif terhadap imunisasi. Peneliti mengasumsikan bahwa

perilaku ibu yang patuh terhadap imunisasi juga dikarenakan ketersediaan

tempat, biaya dan waktu imunisasi sesuai dengan karakteristik ibu di

wilayah puskesmas Ciputat Timur.

Dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan kader dalam

bentuk penyuluhan juga merupakan faktor yang sangat penting dalam

memotivasi ibu untuk berperilaku mengimunisasikan anak dengan lengkap.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh ladifre

tahun 2009 bahwa status imunisasi pada anak hanya 28.2%.

2. Faktor predisposisi

a. Hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.

Hasil penelitian yang didapat dalam univariat pendidikan ibu

dibedakan menjadi 2 yaitu tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan

tinggi yang menjadi batasannya yaitu pendidikan dasar 9 tahun. Sesuai

dengan Hull dan Hull dalam Aris (2004) yang menjelaskan bahwa

pendidikan ibu yang semakin tinggi akan memampukan ibu dalam

mengambil keputusan untuk menjaga kesehatan anaknya serta

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 84: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

67

Universitas Indonesia

meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana kesehatan yang ada. Tingkat

pendidikan seseorang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap

daya penalaran dan keyakinan orang tersebut akan hal-hal yang bersifat

positif atau menguntungkan (Green, 2005). Tingkat pendidikan seorang ibu

akan mempengaruhi kualitas keluarga terutama berkaitan dengan akses

terhadap pelayanan kesehatan (Sukmara, 2000). Sejalan dengan Sulastri

tahun 2002 yang menyatakan pendidikan ibu merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi

pada anaknya.

b. Hubungan antara pengetahuan ibu dan perilaku ibu dalam imunisasi.

Pengetahuan ibu dibagi atas 2 yaitu ibu dengan pengetahuan kurang

dan ibu dengan pengetahuan baik. p value pada penelitian ini 0,016 yang

berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku

seseorang. Hal ini juga didukung dalam Notoatmodjo (2003)

mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap waktu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni dengan penglihatan,

dengar, cium, rasa dan raba. Notoatmodjo berpendapat bahwa perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih melekat daripada perilaku yang tidak

didasari dengan pengetahuan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh azmi (2005) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden

berhubungan dengan perilaku pemberian imunisasi hepatitis B1 pada bayi

0-7 hari. Sari (2005) juga mengatakan dalam penelitiannya di kecamatan

Cengkareng bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai

imunisasi berpeluang untuk tidak memberikan imunisasi pada bayinya

dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan baik mengenai

imunisasi.

Pada pertanyaan pengetahuan yang peneliti buat ibu/responden

mempunyai pengetahuan kurang terhadap pertanyaan kepanjangan dari

DPT, sehingga dalam hal ini pengetahuan ibu tentang imunisasi harus

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 85: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

68

Universitas Indonesia

diperdalam khususnya tentang apa tujuan dari imunisasi dan manfaat serta

singkatan dari imunisasi dasar yang harus diterima oleh bayi responden.

Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi pengetahuan

seseorang tentang sesuatu hal maka akan mendukung orang tersebut dalam

menentukan suatu tindakan atau keputusan, sehingga diperlukan

peningkatan pengetahuan ibu tentang apa yang terdapat dalam Buku KIA

dan pengetahuan ibu tentang imunisasi sehingga akan membantu ibu dalam

pengambilan keputusan yang baik dalam semua tindakan yang berhubungan

dengan kesehatan khususnya imunisasi.

c. Hubungan antara sikap dan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.

Sikap ibu dibagi atas 2 sikap yaitu yang bersikap positif dan yang

bersikap negatif yang dibagi berdasarkan Mean 3,63 sebagai cut off point

dengan uji skewnest (-0,253 : 0,246 = -1,028) karena data terdistribusi

dengan normal. Sikap yang nilainya di atas Mean dikategorikan negatif dan

nilai yang diatas mean dikategorikan sebagai sikap positif. Pada hasil

bivariat didapat bahwa ibu yang berperilaku imunisasi tidak lengkap dengan

mean 33,5135 dan perilaku ibu yang imunisasi lengkap dengan hasil mean

34,0000 dengan p value 0,551 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan

yang bermakna antara sikap ibu dan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.

Menurut Newcomb (Soekidjo Notoatmodjo,2003) sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan

motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap sering

diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat

dengannya. Karena sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dalam penelitian ini nampak bahwa ibu lebih memilih sikap yang

negatif.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 86: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

69

Universitas Indonesia

3. Faktor pemungkin.

a. Hubungan antara ketersediaan tempat layanan imunisasi dengan perilaku

ibu dalam imunisasi lengkap.

Pada penelitian yang dilakukan hasil uji bivariat didapati 25% saja yang

menjawab di tempat responden pada perilaku ibu yang tidak lengkap dan ada

60,9% jawaban yang menyatakan ditempatnya tersedia tempat layanan imunisasi

dari perilaku ibu dalam imunisasi lengkap dengan p value 0,570 (p>0,05) disini

nampak bahwa tidak ada hubungan antara tempat layanan imunisasi dengan

perilaku ibu dalam imunisasi lengkap.

Sebagian besar ibu mengakui bahwa ketersediaan tempat layanan

imunisasi sudah cukup baik. Peneliti mengasumsikan bahwa hal ini didukung

dengan jarak tempat tinggal ibu dengan tempat layanan imunisasi dapat ditempuh

dengan tidak mengeluarkan biaya karena jarak yang dekat (< 500 m).

Sejalan dengan hasil pengkajian oleh WHO terutama di negara-negara

berkembang terlihat bahwa faktor pendukung/ sarana dan prasarana tidak

mendukung masyarakat untuk hidup sehat. Menurut Sukmana (2000) faktor

pemungkin lain adalah persepsi ibu terhadap jarak. Makin jauh jarak suatu

pelayanan kesehatan maka makin segan seseorang untuk datang. Ada batasan

tertentu sehingga seseorang masih mau untuk mencari pelayanan kesehatan.

Dalam penelitian Sembiring (2004) hasil menunjukkan bahwa ibu yang jarak

tempat tinggalnya dekat dengan pelayanan kesehatan, bayinya memiliki

kesempatan 3,8 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang jarak tempat

tinggalnya jauh dari Puskesmas.

b. Persepsi ibu terhadap biaya imunisasi.

Pada penelitian ini nampak tidak ada hubungan yang bermakna antara

biaya yang harus dikeluarkan seorang ibu untuk biaya imunisasi bayinya, hal ini

dapat dilihat dalam nilai p = 1,000 (p>0,05). Terdapat 13.5% ibu yang

berpendapat bahwa biaya imunisasi mahal dan 86.5% responden yang

berpendapat biaya imunisasi murah. Ini membuktikan bahwa sebagian besar ibu

sanggup untuk mengeluarkan biaya untuk mengimunisasikan anaknya karena

biaya murah (< 5000). Dan ada sebagian ibu yang mengatakan bahwa imunisasi

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 87: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

70

Universitas Indonesia

gratis. Hal ini membuktikan bahwa ibu berpeluang sangat besar untuk

mengimunisasi anaknya karena biaya untuk imunisasi masih dapat dijangkau oleh

keluarga responden yang mayoritas dengan ekonomi menengah ke bawah.

Sebagian responden membayar imunisasi dikarenakan adanya biaya untuk

administrasi posyandu yang dikelola oleh kader setempat.

Menurut Sukmana (2000) faktor pemungkin lain adalah persepsi ibu

terhadap biaya. Makin mahal biaya/ jasa yang harus dikeluarkan suatu pelayanan

kesehatan maka makin segan seseorang untuk datang. Ada batasan tertentu

sehingga seseorang masih mau untuk mencari pelayanan kesehatan. Dalam

penelitian Sembringin (2004) hasil menunjukkan bahwa ibu yang memiliki lebih

banyak materi (uang) maka bayinya memiliki kesempatan 3,8 kali lebih besar

dibanding dengan ibu yang tidak memiliki materi lebih sedikit.

c. Ketersediaan waktu ibu untuk mengantar bayinya ke tempat pelayanan

imunisasi.

Hanya 5.2% ibu yang tidak ada waktu untuk mengantarkan bayinya ke

tempat layanan imunisasi dan 94.8% ibu mempunyai waktu untuk mengantar

bayinya ke posyandu. Proporsi yang sangat besar pada ibu yang mempunyai

waktu untuk mengantar anaknya sendiri ke tempat layanan imunisasi oleh karena

rata-rata ibu tidak bekerja di luar rumah dan ibu yang bekerja di luar rumah masih

mempunyai waktu untuk mengantar anaknya untuk imunisasi. Adapun alasan dari

ibu yang tidak mempunyai waktu untuk mengimunisasi anaknya adalah tidak

sempat karena melakukan pekerjaan rumah dan tidak tega melihat anaknya

menangis.

Menurut Sukmana (2000) faktor pemungkin lain adalah persepsi ibu

terhadap waktu. Makin sedikit waktu ibu di rumah maka makin sukar ibu akan

mengantarkan anaknya ke tempat pelayanan kesehatan. Dalam penelitian

Sembringin (2004) hasil menunjukan bahwa ibu yang sering tinggal di rumah

memiliki kesempatan 3,8 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang jarang

tinggal di rumah.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 88: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

71

Universitas Indonesia

4. Faktor penguat.

a. Dukungan Suami

Sebagian besar suami mendukung ibu untuk mengimunisasi anaknya

(95.8%) dan yang tidak mendukung hanya 4.2%. Hal ini didukung dengan

sebagian besar responden yang tidak sempat membawa anaknya ke tempat

pelayanan imunisasi maka suami ibu yang membawa anaknya untuk

mengimunisasi anaknya. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa

dukungan suami yaitu dengan mengantarkan ibu untuk mengimunisasi anaknya,

membayar biaya imunisasi dan selalu menyegerakan untuk mengimunisasi

anaknya.

Hal ini tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Green, (2005)

menjelaskan tokoh atau orang yang secara bermakna berpengaruh terhadap

perilaku ditentukan oleh tatanan lingkungan dan budaya yang dianut. Demikian

juga yang dikemukakan oleh Hosland, et al (1953) juga menegaskan bahwa faktor

terakhir yang menentukan perubahan adalah faktor reinforcement atau dorongan

dari lingkungan terdekat sehingga menimbulkan stimulus yang akan mempunyai

efek tindakan/ perubahan perilaku individu (Notoatmodjo, 2007).

b. Larangan Keluarga Dekat

Kategori larangan keluarga dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian yang

dilakukan didapat bahwa ibu yang mendapat larangan dari pihak keluarga untuk

mengimunisasi bayinya sebanyak 5.2% dan ibu yang didukung adalah 94.8%.

Larangan dari pihak keluarga timbul baik dari pihak keluarga istri maupun dari

pihak keluarga suami. Namun sebagian besar keluarga sangat mendukung dengan

perilaku ibu untuk mengimunisasi bayinya. Hal ini didukung dengan karekteristik

keluarga yang sebagian besar merupakan keluarga inti sehingga faktor keluarga

besar kurang berpengaruh terhadap keputusan ibu dalam mengambil keputusan

untuk mengimunisasi anaknya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril tahun

2000 bahwa keluarga yang tidak melarang terhadap imunisasi sebanyak 50.9%.

Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang berjudul ‘Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi TT WUS Di Puskesmas Anyer

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 89: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

72

Universitas Indonesia

Kabupaten Serang Tahun 2001” oleh Hary Purwanto menunjukkan bahwa anjuran

dari sektor non kesehatan yaitu keluarga dan teman meningkatkan peluang untuk

memperoleh imunisasi TT WUS ketiga 7,14 kali dibandingkan responden yang

tidak mendapatkan anjuran karena menurut Becker, 1974 keluarga, teman dan

orang terdekat akan berpengaruh secara normatif terhadap seseorang sehingga

memudahkan proses pengaturan diri terhadap perubahan perilaku (Purwanto,

2001).

c. Dukungan Nakes

Sebagian besar tenaga kesehatan sangat mendukung perilaku ibu dalam

mengimunisasi anaknya (90.6%) dan yang tidak mendukung hanya 9.4%.

Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan adalah dengan memberikan

penyuluhan di puskesmas dan posyandu serta tidak jarang tenaga kesehatan yang

melakukan penimbangan dari rumah ke rumah untuk sekedar memberi

penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nasril tahun 2000 yang menyatakan bahwa proporsi lebih besar pada tenaga

kesehatan yang mendukung sebesar 55.5%.

d. Dukungan Kader Kesehatan

Sebagian besar kader mendukung perilaku ibu dalam mengimunisasi

anaknya yaitu sebesar 88.5% dan yang tidak mendukung hanya 11.5%. Hal ini

didukung dengan banyaknya kader yang mengajak ibu ke posyandu,

menganjurkan ibu untuk mengimunisasi anaknya, terkadang ada juga kader yang

mengantarkan petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan

rumah serta ada juga kader yang memberi reward pada balita yang mempunyai

status imunisasi yang lengkap tepat diusianya 12 bulan. Hal ini juga didukung

dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kader yang mendukung

imunisasi sebesar 60% ibu mengimunisasi bayinya sampai 12 bulan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril

pada tahun 2000 yang menyatakan bahwa 69.1% kader selalu memberi dukungan

dalam pemanfaatan buku KIA oleh ibu.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 90: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

73

Universitas Indonesia

e. Pemanfaatan buku KIA

Sebesar 63.5% ibu yang memanfaatkan buku KIA dan hanya 36.5% ibu

yang tidak memanfaatkan buku KIA dengan baik, terdapat 86.4% ibu yang pernah

membaca buku KIA dan mengaku bahwa buku KIA mudah dimengerti. Hal ini

juga didukung dengan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pemanfaatan buku KIA dan perilaku ibu dalam mengimunisasi bayinya

yang berarti bahwa semakin besar ibu mengerti tentang buku KIA maka akan

semakin tinggi kesadaran ibu untuk berperilaku mengimunisasi anaknya dengan

lengkap. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumayati pada

tahun 2008 bahwa sebesar 77.6 % ibu yang memanfaatkan buku KIA dengan baik

di Tanah Datar dan 73% di Padang Pariaman. Hasil penelitian ini juga senada

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril tahun 2000 bahwa 69.1% selalu

memanfaatkan buku KIA dengan baik.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 91: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

74 Universitas Indonesia

BAB 7KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan.

1. Faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi kepatuhan ibu untuk

memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas

Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan adalah pengetahuan ibu.

Faktor predisposisi yang tidak berhubungan dengan kepatuhan imunisasi adalah

pendidikan dan sikap ibu.

2. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor-faktor pemungkin

yang mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas

usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.

3. Faktor penguat yang mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap

pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota

Tangerang Selatan adalah larangan dari keluarga dekat, dan pemanfaatan Buku

KIA. Faktor penguat yang tidak berhubungan dengan kepatuhan imunisasi

adalah dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan kader.

7.2 Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan, dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata Buku

KIA telah banyak tersebar di lapangan akan tetapi masih ada ibu yang belum

mengerti tentang apa yang terdapat dalam buku KIA tersebut sehingga perlu

dilakukan sosialisasi Buku KIA lebih intensif kepada ibu-ibu hamil dan ibu

balita. Pengetahuan ibu tentang imunisasi harus ditingkatan khususnya dalam

imunisasi ibu kurang memahami pengetahuan tentang imunisasi terutama

pengetahuan tentang manfaat dari masing-masing vaksinasi sehingga akan

semakin baik pemahaman ibu tentang Buku KIA dan manfaat imunisasi.

2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur, lebih meningkatkan kemampuan tenaga

kesehatan dalam pukesmas sehingga petugas akan mampu menjadi tenaga

pendidik yang handal dalam memberikan masukan dan informasi kepada

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 92: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

75

masyarakat tentang manfaat Buku KIA dan kebaikan dari imunisasi yang

lengkap. Sosialisi ini dilakukan juga sebaiknya kepada semua pihak dalam hal

ini misalnya keluarga terdekat yang masih dalam lingkungan keluarga besar

dan mereka memiliki suara dalam memberikan keputusan dalam keluarga,

sehingga dapat membuat suatu keputusan yang sama baik dari keluarga inti

(suami, istri, dan anak-anak ) serta keluarga besar (orang tua, mertua, dan yang

lainnya ).

3. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, lebih meningkatkan pengetahuan

tenaga kesehatan tentang manfaat Buku KIA dan manfaat imunisasi dengan

cara melakukan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang ada di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Semakin banyak pelatihan

diharapkan semakin mahir dan kompeten tenaga kesehatan yang ada dalam

melakukan sosialisasi pemanfaatan Buku KIA dan kebaikan imunisasi lengkap.

4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian yang telah dilakukan hanya pemanfaatan

Buku KIA dan kepatuhan dalam imunisasi yang berfokus pada ibu dengan

metode kuantitatif, diharapakan ada penelitian selanjutnya yang dapat ditinjau

lebih fokus pada tenaga kesehatan dengan metode kualitatif, sehingga informasi

mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan pemanfaatan Buku KIA

dan kepatuhan imunisasi dalam masyarakat dapat di kaji lebih dalam.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 93: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, (2010). Petunjuk Tekhnis Buku KIA

Departemen Kesehatan RI, (2010). Petunjuk Tekhnis Pengisian Buku KIA oleh Kader Kesehatan.

Ariawan, Iwan (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan, Universuty Of Massacher Setts. Diterjemahkan ole Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.

Azmi, Akmar (2005). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi Terhadap Pemberian Imunisasi Heparitis B1 Pada Bayi 0-7 hari di Puskesmas Biha Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2005, FKM UI Depok

Azwar, Syaififudin. (2000). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Azrul, (1999). Pengantar Epidemiologi. Jakarta :Binarupa Aksara,

, (2007). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2, Cetakan ke X. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2010). Menyiapkan Anak Balita Yang Sehat dan Berkualitas. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Peningkatan Cakupan Imunisasi Rutin Serta Kesehatan Ibu dan Anak.Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. (2009). Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 Banten.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. (2010). Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Banten.

Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, (2009). Laporan TahunanPuskesmas Ciputat Timur.

Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, (2010). Laporan Tahunan Puskesmas Ciputat Timur.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 94: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

Green L.W, and kreuter, (2005). Health Program planning, an educational and ecological approach, Fourth Editionotion, Rollins School Of Public Health of Emory University, New York.

Hastono, Sutanto. (2007). Basic Data Analysis For Health Research Training, Analisis Data Kesehatan. FKM-UI. Depok

Ayubi, Dian, (2006). Peran Kepemimpinan Transformasional Pengelola Program Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Terhadap Status Imunisasi Anak di Tujuh Provinsi di Indonesia, Disertasi, FKM-UI, Depok

Arikunto, Suharsini, (2002). Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek,Cetakan Keduabelas, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sri Pinti Rahmawati (2006). Analisis Faktor Sumber Daya Manusia yang Berhunungan dengan Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi Oleh PetugasImunisasi Puskesmas di Kabupaten Blora. Universitas Diponegoro.

Noviyadi, Emil. (1997). Hubungan Antara Faktor Perilaku Kesehatan Ibu Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Anak Di Puskesmas Kecamatan Matraman Jakarta Timur. Tesis , Program Pascasarjana FKM-UI, Depok

Isfan, Reza. (2006). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar Pada Anak Di Puskesmas Pauh Kota Padang. Tesis. Program Pascasarjana FKM-UI, Depok.

Kusumayati, Agustin (2008).The Effects Of Maternal and Child HealthHandbook, Utilization in West Sumatra, Indonesia, Osaka University.

W.Hendry Mosley & Lincoln C Chen (1983). Child Survival Strategies For Research. Cambridge University Press Cambridge London New York, New Rochelle Melbourne Sydney.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta

____________. (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 95: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2004). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wirawan, Sarwono Satliko. Teori-teori Psikologi Sosial.

Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2005

____________, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, 2007

____________, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010

____________, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010

SDKI, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2003, Jakarta, 2003

SDKI, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta, 2008

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wawan, A. dan M. Dewi, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Dilengkapi contoh Kuesioner, Yogyakarta: Nusa Medika. 2010

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 96: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

INFORMED CONSENTKUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL

DENGAN PRILAKU IBU MEMBERIKAN IMUNISASI LENGKAP PADA

BAYI DI ATAS 12 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT

TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

Assalamu’alaikum Wr. Wb./ Selamat pagi/ siang/malam

Saya yang bernama Ade Riani Sandra mahasiswa dari Peminatan

Kebidanan Komunitas Fakultas Kesehatam Masyarakat Universitas Indonesia.

Mempunyai maksud akan melakukan penelitian mengenai hubungan antara

pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil dengan perilaku ibu memberikan imunisasi

lengkap pada bayi di atas 12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang

Selatan tahun 2011.

Penelitian ini dilakukan sebagai penyelesaian akhir studi yang sedang

saya jalani. Dalam hal ini saya berharap kesediaan saudara untuk menjadi

responden dalam pengisian kuesioner mengenai beberapa hal yang berkaitan

dengan penelitian saya. Jawaban yang saudara berikan akan saya rahasiakan

sehingga tidak ada yang mengetahuinya. Saudara dapat menolak untuk

menjawab pertanyaan atau tidak melanjutkan wawancara dengan alasan apapun.

Partisipasi saudara dalam mengisi kueisioner penelitian ini bersifat sukarela. Saya

mengharapkan partisipasi saudara, karena pendapat saudara sangat berguna dan

penting unuk penelitian ini.

Apakah saat ini saudara bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini?

Jika iya, mohon tanda tangan anda di tempat yang telah disediakan di

bawah ini.

Ciputat timur, 2011

Responden

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 97: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

Pengumpul data :………………………………………

Tanggal :………………………………………

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL

DENGAN PRILAKU IBU MEMBERIKAN IMUNISASI LENGKAP PADA

BAYI DI ATAS 12 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT

TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

No. Responden :

Tanggal wawancara :

Nama pewawancara :

Petunjuk:

1. Lingkarilah jawaban yang anda pilih

A. Indentitas ibu

1. Nama :

2. Tanggal lahir/ Umur :

3. Alamat :

4. No. Telepon :

5. Pendidikan :

1. Tidak tamat SD

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA

5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

6. Pekerjaan ibu :

1. PNS

2. Pegawai Swasta

3. Wiraswasta

4. Pembantu Rumah Tangga

5. Ibu Rumah Tangga

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 98: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

B. Sikap Ibu terhadap imunisasi

No. Pernyataan STS TS S SS

7 Ibu setuju dengan imunisasi yang

diselenggarakan Pemerintah.

8 Program imunisasi bermanfaat untuk

kesehatan bayi.

9 Imunisasi memberi dampak yang baik

bagi perkembangan bayi.

10 Menurut saudara imunisasi wajib di

berikan secara lengkap.

11 Bagaimana pendapat saudara tentang

imunisasi yang selama ini di

laksanakan di posyandu yang tersebar

di wilayah kerja Puskesmas Ciputat

Timur.

12 Setujukah saudara mengimunisasi

bayi saudara di Posyandu yang ada

dilingkungan saudara.

13 Menurut saudara pentingkah

imunisasi bagi bayi usia 0 sampai 12

bulan.

14 Bila saudara telah mengimunisasi bayi

saudara dan mengalami panas setelah

imunisasi, apakah akan saudara

berikan imunisasi yang selanjutnya.

15 Sebaiknya imunisasi pada bayi

dilayani oleh seorang bidan.

16 Setujukan saudara bila harus

membayar untuk imunisasi bayi

saudara.

Pengetahuan Imunisasi

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 99: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

17. Apa yang di maksud dengan Imunisasi?

1. Pemberian vaksin .

2. Pemberian vaksin imunisasi sesuai jadwal yang telah di tentukan

dan di berikan pada bayi di bawah 1 tahun.

3. Pemberian suntikan pada bayi.

4. Pemberian suntikan pada bayi agar bayi sehat dan kuat.

5. Tidak tahu

18. Ada beberapa macam imunisasi dasar yang menjadi program pemerintah?

1. 6

2. 5

3. 4

4. 3

5. Tidak tahu

19. Imunisasi DPT/Hb Combo diberikan sebanyak ?

1. 1 kali.

2. 2 kali.

3. 3 kali.

4. 4 kali.

5. Tidak tahu.

20. Imunisasi BCG diberikan sebanyak ?

1. 1 kali.

2. 2 kali.

3. 3 kali.

4. 4 kali.

5. Tidak tahu.

21. Imunisasi Polio diberikan sebanyak ?

1. 1 kali.

2. 2 kali.

3. 3 kali.

4. 4 kali.

5. Tidak tahu.

22. Imunisasi Campak diberikan sebanyak ?

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 100: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

1. 1 kali.

2. 2 kali.

3. 3 kali.

4. 4 kali.

5. Tidak tahu.

23. Imunisasi Hb 0 diberikan sebanyak ?

1. 1 kali.

2. 2 kali.

3. 3 kali.

4. 4 kali.

5. Tidak tahu.

24. Apa ibu tahu masing-masing vaksin di berikan dengan cara apa?

1. Tahu

2. Tidak tahu, (jika tahu jawab pertanyaa selanjutnya, bila tidak

langsung ke pertanyaan 30.)

25. Imunisasi Hepatitis di berikan dengan cara:

1. Di suntikan.

2. Di teteskan

26. Imunisas DPT di berikan dengan cara:

1. Di suntikan.

2. Di teteskan

27. Imunisasi Polio di berikan dengan cara:

1. Di suntikan.

2. Di teteskan

28. Imunisasi BCG di berikan dengan cara:

1. Di suntikan.

2. Di teteskan

29. Imunisasi Campak di berikan dengan cara:

1. Di suntikan.

2. Di teteskan

30. Berapa jarak pemberiaan imunisasi yang satu dengan iminusasi selanjutnya

untuk vaksin yang sama?

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 101: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

1. 30 hari

2. 25 hari

3. 10 hari

4. 2 bulan.

5. Tidak tahu

31. Apakah imunisasi DPT/HB combo mempunyai efek panas pada bayi?

1. Ya

2. Tidak

3. Tidak tahu

32. Vakssinasi BCG untuk kekebalan terhadap kuman?

1. TBC

2. Difteri

3. Tetanus

4. Campak

5. Tidak tahu

33. Vakssinasi Polio untuk kekebalan terhadap kuman?

1. TBC

2. Polio Mielitis

3. Hepatitis

4. Campak

5. Tidak tahu

34. Vakssinasi Campak untuk kekebalan terhadap kuman?

1. Polio Mielitis

2. Hepatitis

3. Campak

4. TBC

5. Tidak tahu

35. Vakssinasi DPT untuk kekebalan terhadap kuman?

1. Tetanus Pertusis Demam

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 102: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

2. Difteri Polio Tetanus

3. Pertusis Difteri Tetanus

4. Difteri Pertusis Typoid

5. Tidak tahu

36. Vakssinasi Hepatitis untuk kekebalan terhadap kuman?

1. TBC

2. Hepatitis

3. Difteri

4. Meningitis

5. Tidak tahu

37. Pada usia berapa HB 0 di berikan?

1. 0-7 hari

2. 0-1 jam

3. 0-1 bulan

4. 0-10 hari

5. Tidak tahu

38. Mulai usia berapa bayi di beri imunisasi campak?

1. 6 bulan

2. 9 bulan

3. 1 bulan

4. 2 tahun

5. Tidak tahu

Ketersediaan tempat, biaya dan waktu layanan imunisasi.

39. Apakah di tempat ibu tinggal terdapat Posyandu?

1. Ya

2. Tidak.

40. Berapa jarak yang harus di tempuh oleh ibu untuk mencapai tempat layanan

posyandu?

1. ≤ 500 meter.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 103: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

2. 500 meter – 1000 meter.

3. > 1000 meter.

41. Bagaimana pendapat ibu tentang jarak rumah ibu dengan tempat layanan

imunisasi?

1. Dekat

2. Jauh.

42. Untuk mencapai tempat layanan imunisasi kendaraan apa yang ibu

pergunakan?

1. Kendaraan Pribadi

2. Kendaraan umum

3. Jalan kaki

43. Berapa biaya yang ibu keluarkan untuk mencapai tempat tersebut?

1. ≤ Rp.5000

2. Rp.5000- Rp.10.000

3. ≥ Rp.10.000

44. Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk

mencapai layanan posyandu?

1. Murah

2. Mahal.

45. Apakah ibu membayar untuk mendapatkan layanan imunisasi?

1. Ya.

2. Tidak (lanjut ke pertanyaan No.48 )

46. Berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan

imunisasi?

1. ≤Rp.5000

2. Rp.5000- Rp.20.000

3. ≥Rp.20.000

47. Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk

mendapatkan layanan imunisasi tersebut?

1. Murah

2. Mahal

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 104: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

48. Apakah ibu membawa sendiri balita ibu untuk mendapatkan layanan

imunisasi?

1. Ya

2. Tidak. (Lanjut ke pertanyaan No.50 )

49. Kapan ibu biasanya membawa balita ibu untuk mendapat layanan imunisasi ?

1. Pagi

2. Siang

3. Sore.

50. Siapa yang membawa balita ibu ke tempat layanan imunisasi?

1. Suami

2. Orang tua

3. Pembantu

4. Tetangga

51. Apa alasan ibu tidak membawa balita ibu sendiri ke tempat pelayanan

imunisasi?

1. Bekerja di luar rumah.

2. Tidak sempat karena mengerjakan pekerjaan rumah.

3. Sibuk mengurus anak yang lain.

4. Tidak tega melihat anaknya menangis.

5. Lainnya……………………………….

Dukungan suami untuk mengimunisasikan anaknya.

52. Apakah suami ibu ikut memutuskan saat ibu ingin mengimunisasikan bayi

ibu?

1. Ya

2. Tidak

53. Tindakan apa yang dilakukan suami ibu saat ikut serta dalam memberi

dukungan tersebut?(jawaban boleh lebih dari satu)

Pernyataan Ya Tidak.

1. Mengantar ke pusat layanan imunisasi.

2. Memberikan materi untuk biaya ke psat

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 105: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

pelayanan imunisasi

3. Memberikan masukan dan saran agar

mengimunisasi bayi mereka segera ke

pusat pelayanan imunisasi yang terdekat.

4. Hanya iya saja atas apa yang di katakana

sang istri tanpa bertindak apapun.

5. Menyuruh orang lain untuk mengantar

sang istri pergi ke tempat layanan

imunisasi.

Dukungan keluarga dekat untuk mengimunisasikan anaknya.

54. Apakah ada keluarga dari pihak suami yang melarang ibu untuk

memberikan imunisasi pada bayi ibu?

1. Ya

2. Tidak

55. Apakah ada keluarga dari pihak ibu yang melarang ibu untuk

memberikan imunisasi pada bayi ibu?

1. Ya

2. Tidak

Dukungan petugas kesehatan dalam pelayanan kesehatan.

56. Apakah ada tanaga kesehatan (perawat, bidan ,dokter ) yang pernah

menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu?

1. Ya

2. Tidak

57. Apa yang dilakukan petugas kesehatan kepada ibu?(jawaban boleh lebih

dari satu)

Pernyataan Ya Tidak.

1. Member penyuluhan di puskesmas.

2. Memberikan penyuluhan di posyandu

3. Memberikan penyuluhan di mesjid.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 106: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

4. Memberikan penyuluhan ke rumah-rumah

5. Memberikan leaflet

Dukungan Kader kesehatan dalam pelayanan kesehatan.

58. Apakah ada tanaga kader kesehatan yang pernah menganjurkan ibu

untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu?

1. Ya

2. Tidak.

59. Jika ya apa yang di lakukan oleh kader kesehatan kepada ibu agar ibu

mau mengimunisasi bayi ibu?

Pernyataan Ya Tidak

1. Mengajak ibu untuk ke posyandu

2. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi bayi

ibu.

3. Mengantar petugas kesehatan ke rumah ibu

untuk melakukan kunjungan rumah.

4. Memberikan hadiah kepada balita yang

imunisasinya lengkap pada usia tepat 12 bulan.

Pemanfaatan buku KIA.

60. Apakah ibu memiliki buku KIA?

1. Ya

2. Tidak

61. Jika ya..dari mana ibu mendapatkan buku tersebut?

1. Puskesmas/ tenaga kesehatan pemerintah

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Page 107: S-Pdf-Ade Riani Sandra.pdf

2. Posyandu/kader kesehatan.

3. Klinik / Balai Pengobatan swasta

62. Kapan pertama kali ibu terima buku KIA tersebut?

1. Pertama kali memeriksakan kehamilan.

2. Setelah beberapa kali pemeriksaan kehamilan.

3. Saat setelah melahirkan bayi.

4. Saat selah imunisasi yang pertama

5. Tidak tahu.

63. Apakah ibu pernah membaca buku KIA yang ibu miliki?

1. Ya

2. Tidak.

64. Kapan pertama kali ibu baca buku KIA yang ibu miliki?

1. Waktu pertama kali buku tersebut di terima.

2. Baru setelah anaknya lahir.

3. Tidak ingat.

65. Seberapa banyak isi buku yang sudah ibu baca?

1. Sedikit

2. Setengahnya.

3. Sudah semua.

66. Seberapa mudah ibu memahami buku KIA?

1. Mudah

2. Tidak mudah

67. Apakah ibu mengerti semua isi buku KIA yang pernah ibu baca?

1. Mengerti.

2. Tidak mengerti.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011